LAPORANKEGIATANbalitek-ksda.or.id/wp-content/uploads/2019/10/Arahan... · 2019. 10. 15. · Tanjung...
Transcript of LAPORANKEGIATANbalitek-ksda.or.id/wp-content/uploads/2019/10/Arahan... · 2019. 10. 15. · Tanjung...
i
LAPORAN KEGIATAN
ARAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGANDAN PERLINDUNGAN KEHATI TANJUNG UNAMITIGASI DAMPAK PEMBANGUNAN SUMUR MINYAK BARU
EDITOR :ISHAK YASSIRDANI HARU CIPTADIBHERRY HANOFI YONDRA
Diterbitkan Oleh :
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi KonservasiSumber Daya Alam, Samboja; Badan Litbang dan Inovasi;Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, KalimantanTimur
TAHUN 2019
ii
RINGKASAN DAN KATA PENGANTAR
Visi-misi PT. Pertamina EP menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan
gas bumi kelas dunia dilaksanakan dengan menekankan aspek komersil dan operasi yang
baik serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan. Dalam rangka pencapaiannya,
upaya mitigasi dampak dari eksplorasi dan produksi minyak disediakan sebagai bentuk
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang diamanahkan. Salah satunya adalah upaya
mitigasi dampak pembangunan sumur minyak baru di Area Tanjung Una, yang masuk
dalam wilayah kerja PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kaliamntan Timur. Upaya
ini disediakan dalam bentuk buku dan dokumen Arahan Pengelolaan Lingkungan dan
Perlindungan KEHATI Tanjung Una, Mitigasi Dampak Pembangunan Sumur Minyak Baru.
Buku dan dokumen ini dihasilkan berdasarkan kerja sama PT. Pertamina EP Asset 5
Sangasanga Field dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi
Sumber Daya Alam, Samboja, Kalimantan Timur. Luas area yang diliput dalam arahan
pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI Tanjung Una ini sebesar 600.81 ha.
Secara geografis, Area Tanjung Una berada di 117017’30’’-117019’30’’ BT dan
0034’40’-0036’36’’ LS dan terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kutai Kartanegara,
Provinsi Kalimantan Timur. Area ini masuk dalam Fungsi Hutan Produksi dalam wilayah
pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta Mahakam. Selanjutnya,
PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga field mendapat izin pinjam pakai kawasan hutan
(IPPKH) untuk eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.
Tanjung Una berada tepat di ujung timur pulau terbesar dari rangkaian pulau di
Delta Mahakam. Dapat dikatakan sebagai titik awal dari Delta Mahakam itu sendiri, Area
Tanjung Una memiliki nilai-nilai strategis yang perlu dikelola secara baik. Area bertipe
ekosistem hutan rawa air payau dan dipengaruhi pasang air laut ini dinilai cukup sehat,
ditandai dengan kehadiran katak dari jenis Limnonectes paramacrodon sebagai
bio-indikator dari kelompok jenis herpetofauna. Area ini juga adalah habitat bagi satwa
kunci, yaitu Bekantan (Nasalis larvatus). Satwa primata ini merupakan salah satu primata
iii
endemik di Pulau Kalimantan dan masuk dalam daftar satwa dilindungi di Indonesia.
Berdasarkan IUCN Red List, Bekantan juga telah dikategorikan sebagai satwa liar dalam
status Endangered dan dilarang diperdagangkan secara internasional dengan status
Appendix I. Berdasarkan survei yang dilakukan (22 s.d. 31 Juli 2019) ditemukan 58 individu
Bekantan yang hidup di area Tanjung Una. Secara alami, keberadaan Bekantan ini
didukung dengan ketersediaan 21 jenis tumbuhan sebagai pakan Bekantan dengan jumlah
yang memadai. Dua jenis yang paling disukai adalah Syzygium creaghii Ridl. dan
Sonneratia casiolaris. Syzygium creaghii (jambu-jambuan) bahkan tersedia di semua area
bertutupan hutan, sementara Sonneratia casiolaris (rambai laut) tersedia di daerah pesisir
sungai. Secara keseluruhan, jumlah jenis tumbuhan yang diidentifikasi di area Tanjung
Una adalah sebanyak 76 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 34 famili. Dua diantaranya
dikenal sebagai jenis tumbuhan bernilai konservasi tinggi, yaitu Vatica pauciflora dan
Artocarpus odoratissimus.
Kondisi awal Area Tanjung Una terbagi dalam 2 tutupan lahan, yaitu tutupan hutan
seluas 318.79 ha (53.06%) dan bervegetasi semak dan belukar seluas 282.02 ha (46.94%).
Dengan kondisi tutupan lahan demikian, Tanjung Una ternyata memiliki kekayaan jenis
burung yang juga cukup tinggi. Survei burung yang dilakukan selama 8 hari (30 Juli s.d. 6
Agustus 2019) berdasarkan metode pengamatan langsung dalam 3 jalur dan 3 titik
amatan menghasilkan 553 pertemuan dengan burung, terdiri dari 38 jenis. Berdasarkan
IUCN Redlist, 3 jenisnya termasuk dalam status terancam (endangered) dan dilindungi,
yaitu Kuntul Kecil (Egretta garzetta), Blekok Sawah (Ardeola speciosa) dan Kuntul Karang
(Egretta sacra). Selain itu juga berhasil diidentifikasi jenis-jenis burung dilindugi lainnya,
yaitu tiga jenis burung besar: Elang Bondol (Haliastur indus), Kangkareng Perut Putih
(Anthracoceros albirostris) dan Pekaka Emas (Pelargopsis capensis) bersama 4 jenis
lainnya, yaitu Cekakak Suci (Todirhamphus sanctus), Bubut Teragop (Centropus
rectunguis), Burung Madu Sepah Raja (Aethopyga siparaja) dan Kipasan Belang (Rhipidura
javanica). Kehadiran Kangkareng Perut Putih, yang masuk dalam kelompok jenis
Rangkong dan Elang Bondol menjadi indikator bahwa vegetasi di Tanjung Una cukup
menyediakan ruang strata yang memadai untuk habitat berbagai jenis burung, baik dalam
iv
kelompok burung bawah tajuk dan atas tajuk. Di tandai dengan kehadiran jenis pohon
Dungun (Heriteira litorale) dan Beringin (Ficus sp.) yang berdiameter besar (+ 70cm) dan
tinggi (+ 30 meter). Pohon-pohon tinggi ini menjadi favorit burung Rangkong dan Elang
Bondol bersarang atau sekedar singgah (hinggap). Namun disayangkan, pohon-pohon
berdiameter besar ini rupanya telah menjadi target illegal logging. Walaupun dilakukan
dalam skala kecil dan sporadis untuk memenuhi kayu pesanan lokal Sangasanga dan
Anggana, aktivitas illegal yang juga menarget jenis Syzygium (jambu-jambuan) ini dapat
mengancam rusaknya habitat dan berkurangnya ketersediaan pakan bagi Bekantan.
Dalam memanfaatkan izin eksplorasi dan produksi minyak bumi, PT. Pertamina EP
Asset 5 Sangasanga Field akan membangun 20 sumur minyak baru di Area Tanjung Una.
Dua puluh sumur ini berada di 14 lokasi terpisah, dengan total luas area dibuka sebesar
53.55 ha. Berdasarkan analisis, pembukaan lahan dengan sistem land clearing dan
penimbunan tanah akan menghasilkan fragmentasi habitat menjadi 7-10 kluster habitat
dengan proyeksi luas area terdampak sebesar 1.5-2 kali area dibuka.
Selain memiliki keragaman hayati (KEHATI) yang unik dan tinggi, nilai strategis lain
dari Area Tanjung Una adalah harmoni sore hari. Sore hari di Tanjung Una adalah waktu
yang tepat untuk menyaksikan satwa Bekantan beraktivitas dan berlanjut menikmati
sunset yang ekstrim berbeda. Ujung dari Area Tanjung Una adalah titik yang tepat untuk
menyaksikan matahari tenggelam di Sungai Mahakam, satu harmoni yang mungkin tidak
ditemukan di tempat lain. Tanjung di ujung pulau yang di apit Kecamatan Anggana dan
Sangasanga dan hanya berjarak 25 Km dari Kota Samarinda ini sejatinya memiliki potensi
ekowisata dan edukasi. Dalam hal ini, PT Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field memiliki
peluang untuk satu terobosan yang berbeda dalam pengembangan program Tanggung
Jawab Sosial Lingkungan. Yaitu dengan mengembangkan program eko-edu-wisata
terbatas, yaitu memadukan konsep wisata alam dan pendidikan lingkungan serta
teknologi perminyakan. Secara khusus, program ini dapat menargetkan kunjungan pelajar
tingkat dasar atau menengah untuk mempromosikan pembangunan perminyakan yang
ramah lingkungan.
v
Nilai-nilai strategis Area Tanjung Una adalah sumber data utama dalam menyusun
arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI. Arahan meliputi aspek tata
ruang dan program. Secara Tata Ruang, arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan
KEHATI dibagi dalam 4 satuan pengelolaan lahan, yaitu area Sumur seluas 53.55 ha, area
perlindungan seluas 275.34 ha, area rehabilitasi sebagai area pengganti area terdampak
seluas 94.75 dan area cadangan (sisa) seluas 177.17 ha. Program-program yang dapat
dilakukan adalah: pengamanan area sumur, perlindungan area lindung kehidupan liar,
perbaikan ekosistem, pencegahan kerusakan oleh faktor eksternal dan pengembangan
eko-edu-wisata. Beberapa tindakan teknis konservasi yang disarankan antara lain:
a. Pembangun 7-10 koridor satwa Bekantan yang menghubungkan kluster habitat yang
terpisah akibat dari pembangunan jalan yang mengubungkan area-area sumur.
Koridor dalam kontruksi jembatan titian berukuran lebar 50 cm dan panjang
menyesuaikan jarak antar pohon di dua sisi jalan;
b. Ekpose upaya perlindungan kehidupan liar di Tanjung Una dalam seminar-seminar
nasional-internasional serta dan publikasi ilmiah dalam bentuk Buku, Jurnal maupun
leafleat;
c. Rehabilitasi sebagian area bervegetasi semak dan belukar seluas 94,75 ha. Selain
sebagai upaya perbaikan ekosistem, rehabilitasi bertujuan untuk membangun
vegetasi alami yang menghubungkan area-area yang terfragmentasi di bagian barat.
Rehabilitasi dilakukan dalam bentuk penanaman jenis-jenis pohon pakan Bekantan,
meliputi Syzygium creaghii Ridl. dan Sonneratia casiolaris dengan pilihan jarak tanam
10 m x 10 m, 7 m x 7 m atau 5 m x 5 m;
d. Patroli dan pengamanan area dari ancaman illegal logging dan pembukaan lahan
untuk ladang. Koordinasi perlu dilakukan dengan KPHP Delta Mahakam, baik dalam
penyusunan program, kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Sementara itu, kegiatan
teknis pendukung yang diperlukan adalah : pembuatan dan pemasangan papan
informasi, dalam bentuk informasi umum, himbauan dan larangan;
vi
e. Pengembangan Eko-edu Wisata. Pengembangan eko-edu Wisata bersifat terbatas
karena terkait sumur minyak sebagai instalasi penting negara. Sehingga demikian,
program dan kegiatan yang dapat dikembangkan adalah program kunjungan yang
terkontrol, di antaranya Field Schooling siswa tingkat dasar dan menengah dan
publik yang terhimpun paguyuban atau organisasi.
Secara idealis, arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI di Tanjung
Una adalah sebuah proper Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field dalam pencapaian
visinya menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia.
Program-program perlindungan, perbaikan lingkungan dan edukasi sejalan dengan
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) dan menerapkan prinsip 3P
(Planet, People, Profit) dalam menjalankan usahanya sebagai perusahan yang menjamin
masa depan yang lebih baik untuk semua.
Sangasanga, 7 Oktober 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
RINGKASAN DAN KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vii
BAB I Keragaman Tumbuhan di Area Tanjung Una 1 - 22
Oleh : Burhanuddin Adman, Suryanto, Zainal Arifin, YusubWibisono dan Mira Kumala Ningsih
BAB II Demografi Bekantan; Satwa Kunci Tanjung Una 23 - 41
Oleh : Mukhlisi, Priyono, Warsidi, Mardi T. Rengku
BAB III Keragaman Burung dan Mamalia Kecil di Area Tanjung Una 42 - 71
Oleh : Amir Ma’ruf dan Yustinus Iriyanto
BAB IV Keragaman Herpetofauna di Area Tanjung Una 72 - 100
Oleh : Teguh Muslim, Widyawati dan Agung Siswanto
BAB V Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una
101 - 118
Oleh : Suryanto, Teguh dan Frans Paginta
TENTANG PENULIS UTAMA L-1
1
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
BAB I KERAGAMAN TUMBUHAN DI AREA TANJUNG UNA
Oleh : Burhanuddin Adman, Suryanto, Zainal Arifin, Yusub Wibisonodan Mira Kumala Ningsih
A. LATAR BELAKANG
Tanjung Una merupakan daerah semenanjung yang menjorok ke arah sungai
Mahakam dan tergolong dalam ekosistem estuaria campuran pantai berdasar lunak
(Heryadi et al., 2015a). Pembangunan beberapa sumur minyak Tanjung Una, salah satu
area dari Pertamina EP Asset 5 (PEP5) Sangasanga, Kalimantan Timur; akan berdampak
pada kelestarian tumbuhan dan satwa liar di dalamnya. Sebagai perusahaan yang
berkomitmen dalam pelestarian lingkungan, PEP5 Sangasanga berusaha meminimalisir
dampak lingkungan yang timbul akibat pembangunan sumur minyak. Oleh karena itu,
PEP5 Sangasanga bekerja sama dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) melakukan kajian mitigasi dampak
lingkungan. Kajian mitigasi meliputi 5 aspek kajian, yaitu botani, Bekantan, mamalia kecil,
burung, herpetofauna dan pengelolaan lanskap. Tulisan pada Bab I ini menyampaikan
hasil kajian dari aspek Botani berdasarkan hasil kegiatan survei tumbuhan, dengan tujuan
untuk mengetahui potensi keragaman tumbuhan di Area Tanjung Una, Sangasanga dalam
rangka mitigasi dampak lingkungan pembangunan sumur minyak.
B. METODE
B.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan survei tumbuhan dilakukan di Area Tanjung Una, Kecamatan Sangasanga,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Survei lapangan dilaksanakan
selama 8 hari, yaitu pada tanggal 23 s.d. 30 Juli 2019.
2
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
B.2 Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan jalur dan petak survei
adalah parang, GPS, rollmeter, dan flagging tape. Survei atau pengamatan tumbuhan
menggunakan binokuler, galah dengan pisau pengait, calliper, dan pita meter. Kamera
digunakan untuk membantu pengamatan sekaligus sebagai alat dokumentasi kegiatan.
Pembuatan spesimen herbarium menggunakan gunting stek, kertas koran bekas, spirtus
dan tali plastik rafia.
B.3 Metode Pengumpulan Data
Survei dilakukan dengan menginventarisasi tumbuhan dalam 8 (delapan) buah plot
pengamatan berbentuk jalur di dalam hutan, masing-masing berukuran 200 m x 10 m, dan
2 (dua) buah plot di sepanjang kanal, masing-masing berukuran 1.050 m dan 400 m. Di
dalam setiap jalur dibuat petak berukuran 50 m×10 m untuk pengamatan tumbuhan
tingkat pohon berdiameter batang ≥ 10 cm, petak berukuran 5 m×5 m untuk pengamatan
tumbuhan tingkat pancang berdiameter batang < 10 cm dan tinggi ≥ 1.5 m, dan petak
berukuran 2 m×2 m untuk pengamatan tumbuhan bawah dan tumbuhan tingkat semai
(tumbuhan dengan tinggi < 1.5 m). Desain masing-masing jalur dan petak pengamatan
disajikan pada Gambar 1.1 dan sebaran lokasinya dalam Area Tanjung, disajikan pada
Gambar 1.2.
Gambar 1.1 Desain jalur pengamatan tumbuhan
Setiap jenis yang terdata di petak contoh dihitung jumlah individu dan
dikelompokkan berdasarkan jenis dan suku. Setiap individu pohon dan pancang diukur
diameter pada ketinggian setinggi dada petugas pengukur. Identifikasi setiap jenis
tumbuhan dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi tumbuhan (daun, bunga, atau
buah). Jika tidak dapat diidentifikasi di lapangan, spesimen tumbuhan diambil dan dibawa
untuk diidentifikasi lebih lanjut di HerbariumWanariset (WAN).
3
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 1.2 Sebaran lokasi survei dan pengamatan tumbuhan (botani) di Area Tanjung Una
4
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
B.4 Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil survei di lapangan kemudian dihitung nilai Indeks
Nilai Penting (INP) per jenis untuk menentukan dominansi jenis tumbuhan. Nilai INP jenis
tersebut dihitung dengan menjumlahkan nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif untuk
tingkat semai, sedangkan untuk tingkat pancang dan pohon, nilai INP dihitung dengan
menjumlahkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominasi relatif
(Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 1998). Selain
menghitung dominansi jenis dengan Indeks Nilai Penting Jenis, juga dilakukan perhitungan
Indeks Kekayaan Jenis (R’) Margallef (Odum, 1993), Indeks Keragaman Jenis Shannon (H’)
dan Indeks Kesamaan Jenis Sorensen.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Keragaman jenis tumbuhan di Area Tanjung Una
Berdasarkan kegiatan survei, secara keseluruhan ditemukan 76 jenis tumbuhan
yang termasuk dalam 34 famili. Jenis-jenis tersebut terdiri dari tingkat pohon sebanyak 64
jenis, tingkat pancang sebanyak 30 jenis dan tingkat semai sebanyak 14 jenis. Rincian
nama jenis tumbuhan hasil inventarisasi tingkat pohon, pancang dan semai di Area
Tanjung Una masing-masing disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3. Daftar ringkas 5 jenis
tumbuhan dominan pada tingkat pohon, pancang dan semai disajikan pada Tabel 1.1.
Hasil studi ini sedikit berbeda dengan studi sebelumnya (Heryadi et al., 2015b) yang hanya
menemukan 24 jenis pohon.
Tabel 1.1 Lima jenis tumbuhan dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi di AreaTanjung Una, Sangasanga.
TingkatPertumbuhan No Jenis Suku INP (%)
Pohon 1. Syzygium creaghii Ridl. Myrtaceae 97.612. Sonneratia caseolaris Lythraceae 25.743. Syzygium sp. Myrtaceae 19.854. Oncosperma horridum (Griff.) Arecaceae 16.035. Alseodaphne sp. Lauraceae 14.64
5
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
TingkatPertumbuhan
No Jenis Suku INP (%)
Pancang 1. Syzygium creaghii Ridl. Myrtaceae 97.942. Licuala sp. Arecaceae 29.693. Pinanga sp. Arecaceae 23.454. Syzygium sp. Myrtaceae 20.095. Monoon lateriflora (Blume) Miq. Annonaceae 19.38
Semai 1. Syzygium creaghii Ridl. Myrtaceae 105.402. Gluta renghas L. Anacardiaceae 22.023. Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae 14.854. Syzygium sp. Myrtaceae 9.625. Elaeocarpus stipularis Blume Elaeocarpaceae 6.88
Jenis tumbuhan yang ditemukan merupakan jenis-jenis tumbuhan yang umumnya
terdapat pada hutan rawa, dan didominasi oleh jenis Syzygium creaghii dan Syzygium sp..
Selain itu, juga ditemukan jenis Sonneratia caseolaris yang merupakan jenis penyusun
hutan mangrove dan memiliki INP yang cukup tinggi. Meskipun demikian, penyebaran
Sonneratia caseolaris hanya terkonsentrasi di sepanjang kanal pada tepi pulau Tanjung
Una bagian timur.
Bukan hanya dari jumlah jenis, jenis tumbuhan yang dominan dari hasil studi
sebelumnya (Heryadi et al., 2015b) juga sedikit berbeda. Jenis yang dominan dalam studi
sebelumnya adalah Syzygium grande, Gluta renghas, Vitex pinnata, dan Heritiera globosa.
Syzygium grande dan Heritiera globosa tidak ditemukan dalam studi kali ini, sedangkan
Gluta renghas dan Vitex pinnata tidak dominan. Perbedaan ini diduga karena perbedaan
metode yang digunakan, sehingga luas areal pengamatan juga berbeda. Studi
sebelumnya menggunakan metode kuadrat, yang hanya melakukan pengamatan pada
satu titik, sementara kondisi vegetasi pada bagian tengah dan tepi Area Tanjung Una
pastinya terdapat perbedaan.
Untuk memudahkan pengenalan jenis di lapangan, beberapa jenis tumbuhan yang
dianggap penting bagi satwa liar dideskripsikan lebih lanjut pada Lampiran 4. Jenis-jenis
tersebut adalah Artocarpus elasticus, Artocarpus odoratissimus, Gluta renghas, Heritiera
6
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
littoralis, Hibiscus tiliaceus, Premna corymbosa, Sandoricum koetjape, Sonneratia
caseolaris, Syzygium creaghii, Syzygium tawahense, dan Vitex pinnata. Deskripsi jenis
dikutip dari Kessler & Sidiyasa (1999), Noor et al. (2006) Soepadmo & Saw (1995) dan
Soepadmo et al. (2007).
C.2 Komposisi tumbuhan di Area Tanjung Una
Secara umum, proses regenerasi tumbuhan di Area Tanjung Una belum berjalan
dengan baik, terlihat dari jumlah semai yang lebih sedikit dari jumlah pohon. Meskipun
demikian, terdapat beberapa jenis dominan yang memiliki tingkat regenerasi yang baik,
seperti Syzygium creaghii dan Syzygium sp.2 yang dominan pada setiap tingkat
pertumbuhan (Tabel 1.1). Selain kedua jenis tersebut, terdapat beberapa jenis yang dapat
ditemukan pada semua tingkat pertumbuhan, meskipun tidak dominan. Jenis-jenis
tersebut adalah Elaeocarpus macrocerus, Elaeocarpus stipularis, Garcinia bancana,
Hibiscus tiliaceus, dan Syzygium tawahense.
Hasil survei menunjukkan bahwa Area Tanjung Una didominasi oleh famili
Lauraceae (suku kamfer-kamferan) (terdapat 8 jenis). Selanjutnya adalah famili
Arecaceae (suku pinang-pinangan), Moraceae (suku ara-araan) dan Rubiaceae (suku
kopi-kopian) (masing-masing terdapat 5 jenis) (Gambar 1.3).
Distribusi kelas diameter tumbuhan di Area Tanjung Una tidak menggambarkan
huruf J terbalik (Gambar 1.4). Hal ini juga menjadi indikator proses regenerasi alami yang
belum berjalan dengan baik. Pada hutan yang memiliki proses regenerasi yang baik,
sebaran kelas diameternya akan membentuk huruf J terbalik dimana jumlah tumbuhan
akan semakin berkurang seiring dengan pertambahan kelas diameter (Felfili, 1997) dan
menggambarkan komunitas hutan yang dinamis (Richards, 1964; Whitmore, 1990;
Sidiyasa, 2009).
7
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar 1.3 Famili dominan di Area Tanjung Una, Sangasanga
Gambar 1.4 Sebaran kelas diameter tumbuhan di Area Tanjung Una, Sangasanga
Secara kuantitatif, nilai indeks keragaman pada setiap tingkat pertumbuhan di Area
Tanjung Una tergolong rendah (Tabel 1.2). Hal ini diduga karena Area Tanjung Una
berbentuk pulau yang dikelilingi perairan yang cukup lebar, sehingga Tanjung Una menjadi
8
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
terisolir dan menyulitkan terjadinya penambahan jenis dari luar (Rachman dan Hani,
2017).
Indeks kekayaan jenis tumbuhan di Area Tanjung Una semakin meningkat seiring
bertambahnya tingkat pertumbuhan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu
luasan areal tertentu (Rachman dan Hani, 2017) dan nilai indeks kekayaan jenis akan
semakin tinggi seiring dengan peningkatan jumlah jenis (Nahlunnisa et al., 2016). Tingkat
semai memiliki indeks kekayaan jenis rendah karena jumlah jenis yang ditemukan hanya
14 jenis. Sebaliknya, indeks kekayaan jenis tingkat pohon tergolong tinggi karena
ditemukan 64 jenis.
Nilai kemerataan jenis di Area Tanjung Una tergolong rendah. Nilai indeks
kemerataan jenis yang rendah merupakan indikator adanya gejala dominasi pada setiap
spesies dalam suatu komunitas (Nahlunnisa et al., 2016). Rendahnya nilai kemerataan
jenis di Area Tanjung Una disebabkan terdapat beberapa jenis yang mendominasi
tempat-tempat tertentu dan jumlah individu pada masing-masing jenis memiliki rentang
yang tinggi.
Tabel 1.2 Indeks keanekaragaman jenis (H), kekayaan jenis (R) dan kemerataan jenis diArea Tanjung Una, Sangasanga
TingkatPertumbuhan N
IndeksH R E
Semai 121 0.79* 2.71* 0.298*Pancang 489 1.10* 4.68** 0.322**Pohon 1670 1.26* 8.26*** 0.302*
Keterangan: N = Jumlah individu, H = Indeks keanekaragaman Shannon, R = Indeks kekayaanjenis, E = Indeks kemerataan jenis, * = Rendah, ** = Sedang, *** = Tinggi
Berdasarkan status konservasi IUCN, di dalam Area Tanjung Una terdapat satu jenis
tumbuhan yang memiliki status rentan terhadap kepunahan (vulnerable) yaitu Vatica
pauciflora (Korth.) Blume, dan satu jenis yang hampir terancam (near threatened) yaitu
Artocarpus odoratissimus Miq. Kedua jenis ini perlu dikonservasi mengingat keduanya
9
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
hanya ditemukan pada tingkat pohon dalam jumlah yang sedikit. Jenis Vatica pauciflora
ditemukan hanya 2 individu, sedangkan Artocarpus odoratissimus ditemukan 5 individu.
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Studi yang dilakukan Balitek KSDA di Area Tanjung Una, Sangasanga menemukan
76 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 34 famili. Jenis tumbuhan yang mendominasi
adalah Syzygium creaghii, Sonneratia caseolaris dan Syzygium sp. Berdasarkan sebaran
jenis pada beberapa tingkat pertumbuhan dan sebaran diameternya, diketahui bahwa
proses regenerasi alami di Area Tanjung Una belum berjalan dengan baik. Disamping itu,
jenis-jenis tumbuhan yang bernilai konservasi maupun ekonomi tinggi sangat sedikit
dijumpai di Area Tanjung Una.
Upaya penanaman perlu segera dilakukan di Area Tanjung Una dengan tujuan
pengayaan dan konservasi. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis-jenis tumbuhan
bernilai konservasi tinggi maupun tumbuhan berguna bagi masyarakat sekitar. Jenis
tumbuhan yang bernilai konservasi tinggi yang ditemukan di Area Tanjung Una (Vatica
pauciflora dan Artocarpus odoratissimus) perlu dibudidayakan dan dilestarikan.
Bentuk Area Tanjung Una yang merupakan sebuah pulau menyebabkan pola
penanaman yang dilakukan menjadi sedikit unik. Penanaman bagian tepi pulau sebaiknya
menggunakan jenis tumbuhan yang memiliki perakaran yang banyak untuk mencegah
erosi. Jenis yang dapat digunakan adalah jenis-jenis mangrove seperti Sonneratia
caseolaris. Sedangkan untuk jenis-jenis lainnya dapat ditanam di bagian tengah pulau.
10
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
Felfili, J. M. 1997. Diameter and height distributions in a gallery forest tree communityand some of its main species in central Brazil over a six-year period (1985-1991).Revta brazil. Bot., 20(2): 155-162.
Heryadi, E., Hendra, M., Winata, A., Rahmatullah, K., Mislan, Zaini, M. 2015a. PotensiEkowisata Pada Konsesi PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sanga Sanga ArealTanjung Una Kabupaten Kutai Kertanegara. BioWallacea Jurnal Ilmiah IlmuBiologi, Vol. 1 No. 3: 166 - 173.
Heryadi, E., Hendra, M., Winata, A., Rahmatullah, K., Mislan, Zaini, M. 2015b. ProfilVegetasi Riparian Tanjung Una Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.Bioprospek, 10 (2) : 1-6.
Kessler, P.J.A., Sidiyasa, K. 1999. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur. Tropenbos –Kalimantan Series 2. MOFEC-Tropenbos-Kalimantan Project. Balikpapan.
Mueller-Dombois, D., Ellenberg, H. 1974. Aims and methods of vegetation ecology. JohnWiley & Sons. New York.
Nahlunnisa, H., Zuhud, E.A.M., Santosa, Y. 2016. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan diAreal Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Riau. MediaKonservasi, Vol 21 No.1: 91-98.
Noor, Y.R., Khazali, M., Suryadiputra, I.N.N. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove diIndonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Rachman, E., Hani, A. 2017. Potensi Keanekaragaman Jenis Vegetasi untukPengembangan Ekowisata di Cagar Alam Situ Panjalu. Jurnal WASIAN, Vol.4 No.1:01-10
Richards, P.W. 1964. The Tropical Rain Forest. Cambridge Univ. New York.
Sidiyasa, K. 2009. Struktur dan Komposisi Tegakan Serta Keanekaragamannya di HutanLindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan danKonservasi Alam. VI (1) : 79-93.
Soepadmo, R., Saw, L.G. (Eds.). 1995. Tree Flora of Sabah and Serawak Volume Three.Forest Research Institute Malaysia (FRIM). Kuala Lumpur, Malaysia.
11
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Soepadmo, R., Saw, L.G., Chung, R.C.K., Kiew, R. (Eds.). 2007. Tree Flora of Sabah andSerawak Volume Six. Forest Research Institute Malaysia (FRIM). Kuala Lumpur,Malaysia.
Soerianegara, I., Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.
Whitmore, T.C. 1990. An Introduction to Tropical Rain Forests. Clarendon Press. Oxford
12
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar jenis-jenis tumbuhan tingkat pohon berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) di Area Tanjung Una, Sangasanga.
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR D DR INP1 Myrtaceae Syzygium creaghii Ridl. 868 0.41 8.74 284.59 51.98 21.22 36.89 97.612 Lythraceae Sonneratia caseolaris 73 0.48 10.14 23.93 4.37 6.46 11.23 25.743 Myrtaceae Syzygium sp. 108 0.28 5.94 35.41 6.47 4.28 7.44 19.854 Arecaceae Oncosperma horridum (Griff.) 137 0.16 3.50 44.92 8.20 2.49 4.33 16.035 Lauraceae Alseodaphne sp. 69 0.28 5.94 22.62 4.13 2.63 4.56 14.646 Anacardiaceae Gluta renghas L. 71 0.18 3.85 23.28 4.25 3.18 5.53 13.637 Annonaceae Monoon schlerophylum (Hook. F &
Thomson) B. Xue & R.M.K.Saunders0 0.31 6.64 - - 3.03 5.26 11.91
8 Myrtaceae Syzygium tawahense (Korth.) Merr. &L.M.Perry
53 0.13 2.80 17.38 3.17 1.96 3.41 9.38
9 Clusiaceae Garcinia bancana (Miq.) Miq. 30 0.25 5.24 9.84 1.80 1.11 1.93 8.9710 Malvaceae Heritiera littoralis Dryand. 20 0.10 2.10 6.56 1.20 2.90 5.05 8.3511 Euphorbiaceae Shirakiopsis indica (Will.) Esser 36 0.11 2.45 11.80 2.16 1.74 3.02 7.6212 Dipterocarpaceae Vatica rassak (Korth.) Blume 16 0.13 2.80 5.25 0.96 0.55 0.95 4.7013 Malvaceae Brownlowia peltata Benth. 11 0.11 2.45 3.61 0.66 0.19 0.33 3.4414 Rubiaceae Ixora fluminalis Ridl. 15 0.10 2.10 4.92 0.90 0.22 0.39 3.3815 Lauraceae Endiandra kingiana Gamble 12 0.10 2.10 3.93 0.72 0.22 0.38 3.2016 Anacardiaceae Buchanania sessifolia Blume 0 0.08 1.75 - - 0.42 0.72 2.4717 Lamiaceae Vitex pinnata L. 8 0.07 1.40 2.62 0.48 0.21 0.37 2.2518 Simaroubaceae Quassia indica (Gaertn.) Noot. 13 0.05 1.05 4.26 0.78 0.23 0.40 2.2219 Lauraceae Alseodaphne coriacea Kosterm. 7 0.07 1.40 2.30 0.42 0.17 0.30 2.1220 Moraceae Artocarpus odoratissimusMiq. 5 0.05 1.05 1.64 0.30 0.44 0.77 2.1221 Elaeocarpaceae Elaeocarpus macrocerus (Turcz.) Merr. 5 0.07 1.40 1.64 0.30 0.21 0.37 2.0722 Myristicaceae Knema sp. 4 0.07 1.40 1.31 0.24 0.17 0.30 1.9423 Asteraceae Vernonia arborea Buch. Ham 7 0.05 1.05 2.30 0.42 0.22 0.38 1.85
13
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR D DR INP24 Hypericaceae Cratoxylum formosum (Jack) Blume 5 0.05 1.05 1.64 0.30 0.28 0.49 1.8425 Melastomataceae Pternandra galeata (Korth.) Ridl. 7 0.03 0.70 2.30 0.42 0.40 0.70 1.8226 Lamiaceae Teijsmanniodendron sp. 4 0.07 1.40 1.31 0.24 0.05 0.09 1.7327 Phyllanthaceae Glochidionsp. 6 0.05 1.05 1.97 0.36 0.13 0.22 1.6328 Moraceae Ficus sp. 5 0.05 1.05 1.64 0.30 0.14 0.24 1.5829 Dilleniaceae Dillenia excelsa (Jack) Gilg 6 0.05 1.05 1.97 0.36 0.09 0.16 1.5730 Aquifoliaceae Ilex cymosa Blume 8 0.03 0.70 2.62 0.48 0.22 0.39 1.5731 Ebenaceae Diospyros sp. 3 0.05 1.05 0.98 0.18 0.08 0.14 1.3732 Apocynaceae Cerbera manghas L 5 0.03 0.70 1.64 0.30 0.15 0.26 1.2633 Rubiaceae Nauclea sp. 5 0.03 0.70 1.64 0.30 0.10 0.17 1.1734 Phyllanthaceae Baccaurea bracteataMüll.Arg. 4 0.03 0.70 1.31 0.24 0.12 0.22 1.1535 Rhizophoraceae Pellacalyx axillaris Korth. 4 0.03 0.70 1.31 0.24 0.12 0.21 1.1536 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. 3 0.03 0.70 0.98 0.18 0.07 0.12 1.0037 Elaeocarpaceae Elaeocarpus stipularis Blume 3 0.03 0.70 0.98 0.18 0.06 0.11 0.9838 Arecaceae Areca catechu 3 0.03 0.70 0.98 0.18 0.04 0.07 0.9539 Moraceae Ficus tristanifolia 2 0.03 0.70 0.66 0.12 0.06 0.10 0.9240 Lauraceae Beilschmiedia glabra Kosterm. 0 0.03 0.70 - - 0.08 0.13 0.8341 Myristicaceae Knema latifoliaWarb. 3 0.02 0.35 0.98 0.18 0.13 0.22 0.7542 Euphorbiaceae Macaranga pruinosa (Miq.) Müll.Arg. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.13 0.22 0.6343 Moraceae Ficus macrophylla 2 0.02 0.35 0.66 0.12 0.08 0.14 0.6144 Arecaceae Polydocarpus sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.11 0.20 0.6145 Calophyllaceae Calophyllum nodusum Vesque 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.10 0.17 0.5846 Aquifoliaceae Ilex sp. 2 0.02 0.35 0.66 0.12 0.05 0.09 0.5647 Meliaceae Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.08 0.14 0.5548 Dipterocarpaceae Vatica pauciflora (Korth.) Blume 2 0.02 0.35 0.66 0.12 0.04 0.07 0.5449 Calophyllaceae Calophyllum sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.08 0.13 0.5450 Moraceae Artocarpus elasticus Blume 2 0.02 0.35 0.66 0.12 0.04 0.07 0.5451 Sapotaceae Madhuca sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.04 0.07 0.4752 Myrtaceae Syzygium sp. 3 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.03 0.05 0.46
14
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR D DR INP53 Phyllanthaceae Aporosa lucida (Miq.) Airy Shaw 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.02 0.04 0.4554 Sapindaceae Guioa sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.02 0.04 0.4555 Lauraceae Litsea angulata Blume 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.02 0.03 0.4456 Meliaceae Aglaia sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.02 0.03 0.4457 Lauraceae Litsea sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.02 0.03 0.4458 Phyllanthaceae Glochidion littorale Blume 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.01 0.02 0.4359 Anacardiaceae Semecarpus sp. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.01 0.02 0.4360 Lamiaceae Callicarpa pentandra Roxb. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.01 0.02 0.4361 Lauraceae Litsea elliptica Blume 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.01 0.02 0.4362 Rubiaceae Nauclea subditaMerr. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 0.01 0.02 0.4363 Lamiaceae Premna corymbosa (Burm.f.) Rottl. & Willd. 1 0.02 0.35 0.33 0.06 - - 0.4164 Linaceae Ixonanthes reticulata Jack 0 0.02 0.35 - - 0.02 0.03 0.38
Jumlah 1670 4.69 100.00 547.54 100.00 57.51 100.00 300.00
Lampiran 2. Daftar jenis-jenis tumbuhan tingkat pancang berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) di Area Tanjung Una, Sangasanga.
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR D DR INP1 Myrtaceae Syzygium creaghii Ridl. 184 0.30 18.95 1,206.56 37.63 7.49 41.36 97.942 Arecaceae Licuala sp. 56 0.05 3.16 367.21 11.45 2.73 15.08 29.693 Arecaceae Pinanga sp. 62 0.08 5.26 406.56 12.68 1.00 5.51 23.454 Myrtaceae Syzygium sp. 27 0.15 9.47 177.05 5.52 0.92 5.10 20.095 Annonaceae Monoon lateriflora (Blume) Miq. 25 0.11 7.37 163.93 5.11 1.25 6.90 19.386 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. 31 0.13 8.42 203.28 6.34 0.43 2.35 17.117 Lauraceae Alseodaphne sp. 23 0.07 4.21 150.82 4.70 1.44 7.93 16.858 Rubiaceae Ixora fluminalis Ridl. 13 0.13 8.42 85.25 2.66 0.78 4.33 15.419 Lamiaceae Teijsmanniodendron sp. 16 0.07 4.21 104.92 3.27 0.50 2.75 10.2310 Anacardiaceae Gluta renghas L. 11 0.05 3.16 72.13 2.25 0.10 0.53 5.93
15
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR D DR INP11 Elaeocarpaceae Elaeocarpus stipularis Blume 8 0.02 1.05 52.46 1.64 0.35 1.93 4.6212 Rubiaceae Aidia sp. 5 0.03 2.11 32.79 1.02 0.20 1.09 4.2213 Myrtaceae Syzygium tawahense (Korth.) Merr. &
L.M.Perry2 0.03 2.11 13.11 0.41 0.20 1.11 3.63
14 Rubiaceae Canthium confertum Korth. 4 0.02 1.05 26.23 0.82 0.21 1.14 3.0115 Lamiaceae Premna corymbosa (Burm.f.) Rottl. & Willd. 3 0.03 2.11 19.67 0.61 0.02 0.13 2.8516 Meliaceae Aglaia sp. 2 0.03 2.11 13.11 0.41 0.05 0.26 2.7717 Clusiaceae Garcinia bancana (Miq.) Miq. 2 0.03 2.11 13.11 0.41 0.03 0.18 2.6918 Elaeocarpaceae Elaeocarpus macrocerus (Turcz.) Merr. 2 0.03 2.11 13.11 0.41 0.01 0.07 2.5919 Thymelaeaceae Phaleria sp. 2 0.02 1.05 13.11 0.41 0.10 0.57 2.0320 Melastomataceae Memecylon edule Roxb. 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.10 0.56 1.8121 Malvaceae Heritiera littoralis Dryand. 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.06 0.34 1.6022 Malvaceae Brownlowia peltata Benth. 2 0.02 1.05 13.11 0.41 0.01 0.04 1.5023 Dipterocarpaceae Vatica rassak (Korth.) Blume 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.04 0.23 1.4924 Lauraceae Alseodaphne coriacea Kosterm. 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.03 0.18 1.4425 Phyllanthaceae Glochidionsp. 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.02 0.12 1.3826 Lauraceae Beilschmiedia sp 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.02 0.10 1.3627 Calophyllaceae Calophyllum nodusum Vesque 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.00 0.01 1.2728 Simaroubaceae Quassia indica (Gaertn.) Noot. 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.00 0.01 1.2729 Phyllanthaceae Glochidion littorale Blume 1 0.02 1.05 6.56 0.20 0.00 0.01 1.2630 Anacardiaceae Buchanania sessifolia Blume 0 0.02 1.05 - - 0.01 0.07 1.12
Jumlah 489 1.56 100.00 3206.56 100.00 18.11 100.00 300.00
16
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Lampiran 3. Daftar jenis-jenis tumbuhan tingkat semai berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) di Area Tanjung Una, Sangasanga.
No Famili Jenis Jumlah F FR K KR INP1 Myrtaceae Syzygium creaghii Ridl. 80 0.18 39.29 1,600.00 66.12 105.402 Anacardiaceae Gluta renghas L. 18 0.03 7.14 360.00 14.88 22.023 Malvaceae Hibiscus tiliaceus L. 5 0.05 10.71 100.00 4.13 14.854 Myrtaceae Syzygium sp. 3 0.03 7.14 60.00 2.48 9.625 Elaeocarpaceae Elaeocarpus stipularis Blume 4 0.02 3.57 80.00 3.31 6.886 Annonaceae Monoon lateriflora (Blume) Miq. 3 0.02 3.57 60.00 2.48 6.057 Myrtaceae Syzygium tawahense (Korth.) Merr. & L.M.Perry 2 0.02 3.57 40.00 1.65 5.228 Rubiaceae Aidia sp. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.409 Primulaceae Ardisia sp. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.4010 Fabaceae Derris sp. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.4011 Elaeocarpaceae Elaeocarpus macrocerus (Turcz.) Merr. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.4012 Annonaceae Friesodielsia sp. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.4013 Clusiaceae Garcinia bancana (Miq.) Miq. 1 0.02 3.57 20.00 0.83 4.4014 Cyperaceae Cyperus sp. (Banyak) 0 0.02 3.57 - - 3.57
Jumlah 121 0.46 100.00 2420.00 100.00 200.00
17
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Lampiran 4. Deskripsi jenis-jenis tumbuhan penting bagi satwa liar Area Tanjung Una, Sangasanga.
Artocarpus elasticus Blume (Moraceae)
Nama lokal : terap, terap togop, kian, pedalai, tekalong, pien, tianDeskripsi umum : Pohon dengan tinggi hingga 45 m, garis tengah 90 cm, dengan banir mencapai tinggi 3 m.Kulit abu-abu coklat, halus hingga sedikit bersisik; kulit bagian dalam coklat pucat. Daun sederhana, tersusunspiral, permukaan atas jarang berambut kasar, permukaan bawah berbulu kasar. Perbungaan soliter, aksila;gagang bunga panjang 4-7,5 cm, berbulu. Syncarps silinder, hingga 12 × 6 cm, kuning-coklat.Ekologi : Di hutan dataran rendah primer & sekunder hingga pegunungan rendah, hingga ketinggian 1500m.Penyebaran : Burma, Thailand, Sumatra, Semenanjung Malaysia, Jawa, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Maluku,dan Kepulauan Sunda Kecil. Umum di Sabah dan Sarawak. Juga di Brunei dan Kalimantan.Manfaat : Bagian yang berdaging bisa dimakan, dan bijinya juga dimakan setelah dipanggang. Kulitnyadigunakan oleh penduduk asli di Sarawak sebagai tali untuk membuat tali dan kain. Getah digunakan untukmempersiapkan pulut (untuk menangkap burung). Kayu dikenal dan dijual sebagai terap dan digunakanterutama untuk konstruksi ringan.
Artocarpus odoratissimusMiq. (Moraceae)
Nama lokal : Terap, timadang, keiran, pingan, tekalong.Deskripsi umum : Tinggi pohon hingga 25 m, diameter 50 cm. Kulit coklat tua keabu-abuan, halus; kulit bagiandalam kekuningan cokelat. Daun-daun pohon remaja melengkung tajam. Perbungaan soliter, berbulu. Buahkuning kehijauan, kemerahan pucat kering coklat, bagian berdaging putih pekat, berair; berbulu. Biji ellipsoid.Ekologi : Di hutan campuran Dipterokarpa dataran rendah primer dan sekunder, di tanah liat berpasir, hinggaketinggian 1000 m.Penyebaran : Endemik ke Kalimantan. Umum di Sabah dan Sarawak. Juga di Brunei dan Kalimantan.Diperkenalkan dan umum dibudidayakan di Filipina.Manfaat : Umumnya dibudidayakan di desa-desa untuk bubur aromatik manis yang dapat dimakan yangmembungkus biji. Buah-buahan muda dimasak dan dimakan sebagai sayuran. Biji dapat dimakan setelahdipanggang. Di Sarawak, getah digunakan untuk mengobati peradangan akibat luka.
18
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gluta renghas L. (Anacardiaceae)
Nama lokal : Rengas tembaga, rengas burung, rengas tulang jingahDeskripsi umum : Pohon besar, tinggi hingga 50 m, garis tengah ± 1.15 m, yang sudah tua kadang-kadangberbanir. Pepagan cokelat muda atau keabu-abuan, jika sudah tua bopeng, bersisik, mengeripih kecil. Daunmenjorong lonjong, atau melonjong sempit, atau melanset sungsang. Bunga gundul, daun mahkota putih,terpilin panjang. Buah batu hampir membulat, bertangkai tepat di tengah, cokelat kemerah-merahan denganjengger dan tonjolan berbentuk tidak teratur.Ekologi : Lazim tumbuh di daerah pantai, rawa-rawa gambut, di lahan yang kadang-kadang tergenang air didataran rendah.Penyebaran : Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, Maluku.Manfaat :.Kayunya sangat keras, tahan lama, cokelat kemerahan, bercorak indah.
Heritiera littoralis Dryand. (Malvaceae)
Nama lokal : Dungu, dungun, atung laut, lawanan kete, rumung, balang pasisir, lawang, cerlang laut, lulun,rurun, belohila, blakangabu, bayur laut.Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian mencapai 25 m. Akar papan berkembang sangatjelas. Kulit kayu gelap atau abu-abu, bersisik dan bercelah. Individu pohon memiliki salah satu bunga betinaatau jantan. Daun kukuh, berkulit, berkelompok pada ujung cabang. Tandan bunga berambut (terutama padabagian ketiak daun dan ujung cabang). Buah berwarna hijau hingga coklat mengkilat, berkayu. Memiliki 1 bijidan masak pada tandan yang tergantung.Ekologi : Sangat umum tumbuh di tepi daratan hutan mangrove, dan mungkin juga menempati bagian tepi atauberdekatan dengan hutan dataran rendah, atau pantai berkarang. Nampaknya tidak toleran terhadap salinitasyang tinggi dan tidak tumbuh pada lokasi yang sangat terbuka atau kurang adanya pengeringan. Perbungaanterjadi sepanjang tahun.Penyebaran : Seluruh Indonesia. Dari Afrika timur dan Madagaskar hingga Australia dan Pasifik sejauhKaledonia baru.Manfaat : Kayu bakar yang baik. Kayu tahan lama dan digunakan untuk bahan perahu, rumah, tiang telepon.Buah digunakan untuk mengobati diare dan disentri. Biji digunakan untuk pengolahan ikan..
19
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Hibiscus tiliaceus L. (Malvaceae)
Nama lokal : Waru laut, waru langit, waru langkong, siron, waru lot, waru lenga, waru lengis, baru, kabaru,bahu, molowahu, fau, kasjanaf, iwal, wakati.Deskripsi umum : Pohon yang tumbuh tersebar dengan ketinggian hingga mencapai 15 m. Kulit kayu halus,burik-burik, berwarna cokelat keabu-abuan. Daun agak tipis, berkulit dan permukaan bawah berambut halusdan berwarna agak putih. Bunga berbentuk lonceng. Saat mekar (sore hari) berwarna kuning muda denganwarna jingga/gelap di bagian tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan bunga jadi jingga dan rontok.Dasar dari gagang tandan bunga yang memanjang ditutupi oleh pinak daun yang kemudian akan jatuh danmenyisakan tonjolan berbentung cincin. Buah membuka menjadi 5 bagian, dan memiliki biji khas yangberambut.Ekologi : Merupakan tumbuhan khas di sepanjang pantai tropis dan seringkali berasosiasi dengan mangrove.Juga umum di sepanjang pinggiran sungai di kawasan dataran rendah. Perbungaan sepanjang tahun. Bijimengapung dan dapat tumbuh meskipun dimasuki air laut. Pada daun tua, kelenjar pengeluar gula seringkaliberwarna hitam karena diserang jamur.Penyebaran : Di seluruh Indonesia. Pan-tropis, setidaknya di penyemaian. Penyebaran geografis serta sifatekologi alami belum diketahui secara pastiManfaat : Ditanam sebagai pohon peneduh di taman. Akarnya digunakan sebagai obat demam. Serat kayudigunakan sebagai tali. Daun kadang-kadang digunakan sebagai makanan ternak. Kayu digunakan sebagaibahan pembuatan bagian dalam perahu (Lombok).
20
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Premna corymbosa (Burm.f.) Rottl. & Willd. (Lamiaceae)
Nama lokal :Deskripsi umum : Semak setinggi 6-14 kaki. Kulit cokelat keabu-abuan, tipis dan halus. Daun sederhana,berlawanan, pangkal bulat, hijau gelap, sedikit berkilau pada permukaan atas, sedikit lebih pucat pada venabagian bawah.Pembungaan axillary, bunga persegi empat. Buah drupaceous, obovoid, halus, hitam saatmatang, kelopak buah berbentuk piring.Ekologi : Hutan belukar, hutan terdegradasi, dataran dan lereng keringpada ketinggian hingga 1000 kaki.Penyebaran : Asia, India, Sri Lanka.Manfaat :
Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. (Meliaceae)
Nama lokal : Kecapi, sentul.Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 45(-50) m, diameter batang hingga 1 m, bergalur dan kadangdengan banir dengan tinggi hingga 3 m. Kulit kuning pucat kecoklatan, halus, kulit bagian dalam merah muda.Kayu gubal kuning pucat, kayu teras merah muda atau kemerahan. Daun pipih (atau bahkan bersayap ketikakering), anak daun gundul atau dengan beberapa rambut coklat di permukaan atas. Bunga harum, berwarnakuning kehijauan. Buah bulat pipih, berwarna kuning atau kecoklatan saat matang.Ekologi : Asli dan naturalisasi di berbagai jenis hutan padai ketinggian hingga 1.200 m atau lebih.Penyebaran : Secara lus ditanam di Asia tropis tapi tumbuhan liar kemungkinan berasal dari SemenanjungMalaysia dan Sumatra hingga Nugini (Madang). Di Borneo, tercatat di Sabah dan Serawak. Juga dijumpai diBrunei dan Kalimantan.Manfaat : Tumbuh besar di pedesaan, untuk naungan dan juga buahnya. Pohon ini tumbuh cepat saat muda,direkomendasikan sebagai pohon penghijauan jalan. Kayunya digunakan untuk tong, perahu, dan gerobak.Kulitnya digunakan dalam penyamakan jaring ikan. Kulit dan akar juga digunakan sebagai obat.
21
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Sonneratia caseolaris (L.) Engl. (Lythraceae)
Nama lokal : Pedada, perepat, pidada, bogem, bidada, rambai, wahat merah, posi-posi merah.Deskripsi umum : Pohon, ketinggian mencapai 15 m, jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal sepertikerucut (tinggi hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang/ranting terkulai, dan berbentuk segi empatpada saat muda. Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekarpenuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Buah seperti bola, ujungnya bertangkai danbagian dasarnya terbungkus kelopak bunga.Ekologi : Tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjangsungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh padapematang/daerah berkarang. Juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surutmasih terasa, serta di areal yang masih didominasi oleh air tawar. Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bungaberkembang penuh (setelah jam 20.00 malam), bunga berisi banyak nektar. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bijimengapung. Selama hujan lebat, kecenderungan pertumbuhan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertikal.Penyebaran : Dari Sri Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, hingga Australia tropis,dan Kepulauan Solomon.Manfaat : Buah asam dapat dimakan (dirujak). Kayu dapat digunakan sebagai kayu bakar jika kayu bakar . Setelahdirendam dalam air mendidih, akar nafas dapat digunakan untuk mengganti gabus.
Syzygium creaghii Ridl. (Myrtaceae)
Nama lokal : Obah, obah paya.Deskripsi umum : Pohon bawah dengan tinggi hingga 15 m dan diameter 13 cm, kadang-kadang mencapai 60 cm.Tidak ada stipula. Daun berhadapan, sangat besar dan memanjang, sederhana. Bunga keunguan, benang saribanyak menonjol, bunga terletak pada malai. Buah merah muda, merah, berdaging.Ekologi : Di hutan dipterocarpa campuran yang tidak terganggu, hutan rawa dan sub-pegunungan hinggaketinggian 1.200 m. Biasanya di situs aluvial dengan tanah liat ke tanah berpasir.Penyebaran : Borneo.Manfaat : -
22
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Syzygium tawahense (Korth.) Merr. & L.M.Perry (Myrtaceae)
Nama lokal : Lunoh-lunoh, Obah, Obah bukit, Obah merah, Obar, Sulang-sulang.Deskripsi umum : Pohon sub-kanopi dengan tinggi hingga 30 m dan diameter 77 (-100) cm. Tidak ada stipula.Daun yang berlawanan, sederhana, vena mencolok, mengkilat. Bunga berwarna putih, dengan benang sari yangmenonjol, bunga dalam malai. Buah berwarna hijau, bergerigi, buah berdaging.Ekologi : Di hutan dipterokarpa campuran, pantai, bakau, rawa dan sub-pegunungan yang tidak tergangguhingga ketinggian 1000 m. Di situs alluvial dekat sungai dan sungai, tetapi juga umum di lereng bukit danpegunungan. Di tanah berpasir.Penyebaran : Kalimantan.Manfaat : Kayu tersebut digunakan secara lokal untuk tiang pagar
Vitex pinnata L. (Lamiaceae)
Nama lokal : Laban daun menjariDeskripsi umum : Pohon, tinggi hingga 25 m, garis tengah hingga 40 cm. Pepagan berwarna abu-abukekuningan pucat berbuah menjadi hijau di udara terbuka. Kayu gubal berwarna kuning pucat. Daun beranakdaun 5, anak daun hampir tanpa tangkai, dua yang terluar biasanya jauh lebih kecil daripada yang lain, berbululebat di permukaan bawah, anak daun tengah menjorong. Bunga dalam malai ujung, mahkota berwarna birukeputih-putihan. Buah garis tengah ± 0.8 cm, hitam jika matang.Ekologi : Biasanya dalam hutan sekunder, di tepi sungai dan sepanjang jalan.Penyebaran : Indocina, Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Filipina (Palawan)Manfaat : Bagian batang digunakan untuk mengobati sakit perut, daun digunakan untuk mengobati demam danluka. Kayunya secara lokal digunakan untuk konstruksi, peralatan rumah tangga, dan kapal. Kayunya jugadigunakan untuk membuat arang yang kompetitif dengan arang mangrove di pasar internasional
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
23
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
BAB II DEMOGRAFI BEKANTAN: SATWA KUNCI TANJUNG UNA
Oleh : Mukhlisi, Priyono, Warsidi, Mardi T. Rengku
A. LATAR BELAKANG
Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan salah satu primata endemik di Pulau
Kalimantan. Bekantan termasuk satwa liar yang masuk dalam daftar dilindungi di
Indonesia (PermenLHK No P 106). Berdasarkan IUCN Red List, Bekantan juga telah
dikategorikan sebagai satwa liar dalam status Endangered dan dilarang diperdagangkan
secara internasional dengan status Appendix I (Meijaard et al., 2008; CITES, 2017).
Habitat Bekantan selalu berasosiasi kuat dengan keberadaan air, seperti di hutan
mangrove, hutan riparian, hutan rawa air tawar dan gambut, serta hutan dipterokarpa
sepanjang tepi sungai (Meijaard dan Nijman, 2000; Matsuda et al., 2008; Harding et al.,
2015). Karena itu, Bekantan sering dijumpai di habitat yang tumpang tindih dengan
kawasan yang juga dimanfaatkan oleh manusia seperti tambak, perkebunan, dan
permukiman (Meijaard dan Nijman, 2000; Manansang et al., 2005; Soendjoto,2004;
Wardatutthoyyobah et al., 2019). Saat ini, habitat asli Bekantan yang masih dikategorikan
layak diprediksi hanya tinggal 5% dan mayoritas berada di luar areal konservasi
(Wardatutthoyyobah et al., 2019)
Tanjung Una adalah salah satu bagian pulau di Delta Mahakam yang menjadi
sebaran penting Bekantan (Hendra et al., 2015). Bekantan di Tanjung Una menempati tipe
habitat riparian dan menjadi bagian dari lanksap Delta Mahakam yang diidentifikasi
menjadi salah satu lokasi prioritas konservasi Bekantan (Meijaard dan Nijman, 2000).
Kawasan tersebut adalah sebuah areal konsesi yang dikelola oleh PT Pertamina EP 5
Sangasanga Field untuk tujuan produksi minyak bumi. Berdasarkan status kawasannya,
areal konsesi Tanjung Una sendiri masuk dalam wilayah pengelolaan KPHP Delta
Mahakam melalui skema izin pinjam pakai. Untuk meningkatkan kapasitas produksi
minyak bumi, saat ini PT Pertamina EP 5 Sangasanga Field tengah melakukan eksplorasi
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
24
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
sumur minyak bumi baru. Dari rencana 14 site plan sumur minyak untuk keperluan
eksplorasi, telah dilakukan aktivitas pengeboran pada satu buah sumur dengan luas tiap
satu site plan berkisar 4-5 Ha.
Kegiatan eksplorasi minyak bumi pada habitat Bekantan di Tanjung Una berpotensi
memberi dampak terhadap prilaku dan pola jelajah Bekantan yang hidup di sekitarnya.
Sha et al. (2008) melaporkan bahwa Bekantan pada dasarnya adalah primata yang sensitif,
pemalu, dan cenderung menghindar dari kehadiran manusia di sekitarnya. Meskipun
demikian, pada habitat yang terisolasi kadang Bekantan juga mampu menunjukkan prilaku
adaptif terhadap kehadiran manusia selama tidak ada gangguan secara langsung
(Soendjoto et al., 2006; Atmoko, 2012). Populasi Bekantan di sekitar lokasi eksplorasi
minyak bumi Tanjung Una diperkirakan akan memberikan respon terhadap aktivitas
eksplorasi minyak bumi yang tengah dilakukan. Beberapa bentuk respon yang mungkin
terjadi di antaranya adalah perubahan wilayah jelajah Bekantan. Selain itu, pembukaan
sebagian tutupan vegetasi untuk eksplorasi minyak bumi juga dapat menyebabkan
berkurangnya ketersediaan pohon pakan dan pohon tidur yang biasa dimanfaatkan oleh
Bekantan.
Upaya konservasi Bekantan dapat bersifat spesifik tiap lokasi menurut kondisi
permasalahan di setiap tiap habitatnya yang berbeda-beda. Delta Mahakam memiliki ciri
khas ekosistem eustaria yang kaya akan keanekaragaman hayati, namun cenderung
mudah rusak (Suyatna et al., 2017). Sayangnya, sampai saat ini studi terkait upaya
konservai Bekantan pada areal eskplorasi minyak bumi seperti di Tanjung Una masih
minim dilakukan. Selain itu, kondisi ekologi habitat dan populasi Bekantan di Tanjung Una
sendiri juga belum diketahui secara lengkap sebagai landasan untuk menentukan upaya
konservasinya. Studi yang dilakukan oleh Hendra et al. (2015) melaporkan tentang
penemuan 2 kelompok Bekantan di sisi Barat Tanjung Una dengan populasi yang belum
diketahui pasti. Sebelumnya, Atmoko dan Sidiyasa (2008) juga telah melaporkan tentang
karakteristik vegetasi habitat Bekantan di Tanjung Una. Suyatna et al. (2017) juga telah
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
25
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
melaporkan hasil studinya tentang kondisi biofisik perairan Tanjung Una dan keragaman
jenis ikan di sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya konservasi yang dapat dilakukan
terhadap habitat dan populasi Bekantan seiring dengan aktivitas eksplorasi minyak bumi
yang tengah dilakukan. Diharapkan hasil studi ini dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan upaya mitigasi dan pengelolaan lingkungan dalam aktivitas industri minyak
bumi di Tanjung Una.
B. METODE
B.1 Waktu dan Lokasi
Kegiatan pengumpulan data lapangan dilakukan selama 8 hari, yaitu pada tanggal
23 s.d. 30 Juli 2019. Lokasi studi berada di pesisir Tanjung Una, Delta Mahakam. Luas
wilayah Tanjung Una yang menjadi konsesi PT Pertamina EP 5 Sangasanga Field
diperkirakan mencapai 600.81 Ha. Secara administrasi pemerintahan lokasi studi berada
di Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
B.2 Prosedur
Pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian utama yaitu (1) pengumpulan data
sebaran dan populasi Bekantan, dan (2) pengumpulan data terkait kondisi habitat dan
vegetasi di sekitar habitat Bekantan. Survei sebaran dan populasi Bekantan dilakukan
dengan pendekatan sensus menggunakan perahu menyusuri seluruh tepi pulau di Tanjung
Una (Matsuda et al., 2008). Namun demikian, pada kondisi di mana diperlukan validasi
jenis pakan dan estimasi populasi secara pasti, maka akan dilakukan sensus dengan
berjalan kaki (Laman dan Aziz, 2019). Survei dilakukan pada pagi hari pukul 6.30 sd 10.00
WITA dan sore hari sampai senja pukul 16.00 sd 18.30 WITA. Setiap kelompok Bekantan
yang teridentifikasi dihitung jumlah individu, jenis kelamin, struktur umur, jenis pohon
pakan dan pohon tidur yang digunakan, serta koordinat perjumpaannya.
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
26
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Pengumpulan data kondisi habitat dan vegetasi dilakukan dengan mencatat kondisi
umum habitat Bekantan baik dari aspek fisik maupun biotik, serta tingkat gangguan di
habitatnya. Inventarisasi vegetasi dilakukan menggunakan modifikasi metode line transect
(Mueller-Dumbois dan Ellenberg, 1974). Lokasi transek ditempatkan secara purposive
pada 8 areal pengamatan dengan total luas sampling 1.6 Ha. Setiap transect terdiri dari 4
petak pengamatan vegetasi ukuran 50 x 10 m, di dalam petak tersebut terdapat sub petak
2 x 2 m untuk pengamatan vegetasi strata semai, 5 x 5 m untuk strata pancang, dan 20 x
10 untuk strata pohon. Setiap jenis tumbuhan di dalam petak pengamatan dicatat jenis
dan jumlah individunya untuk strata pengamatan tingkat semai, sedangkan untuk strata
pancang sampai pohon dicatat jenis dan dbh-nya.
B.3 Analisis Data
Analisis data sebaran kelompok Bekantan dilakukan dengan teknik digitasi titik
koordinat GPS temuan Bekantan ke dalam peta tutupan lahan di Tanjung Una dan diolah
menjadi peta sebaran Bekantan. Data sensus populasi Bekantan dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dengan menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk tabel dan grafik.
Kelimpahan individu Bekantan dihitung dengan formula dari Laman dan Aziz (2019):
Population density �Cumulative number of inividual sighted
Total surveyed area (sq Km)
Di mana:Population density : Ind/Km2
Total surveyed area : Cumulative distance of surveyed riverbank (Km) x 0.75 Km
Data vegetasi dianalisis dengan menghitung nilai kerapatan dan kerapatan relatif,
menggunakan pendekatan formula dari (Mueller-Dumbois dan Ellenberg, 1974).
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
27
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Sebaran dan Populasi Bekantan
Berdasarkan survei, populasi Bekantan di areal Tanjung Una terdiri dari 9 kelompok
dengan jumlah individu terdata sebanyak ± 58 individu 9 (Tabel 2.1, Gambar 2.1 dan
gamar 2.2). Estimasi kelimpahan populasi Bekantan di wilayah studi adalah sebesar 12.47
ind/Km2. Setiap kelompok Bekantan di Tanjung Una terdiri dari 5 s.d. 12 individu. Di
antara 9 kelompok tersebut, 8 di antaranya termasuk ke dalam tipe sosial kelompok one
male group, sedangkan sisanya adalah 1 individu Bekantan jantan dewasa soliter.
Tabel 2.1 Demografi Bekantan berdasarkan hasil survei populasi
No No. IdKelompok
PosisiGeografis
∑ IndividuBekantan
Struktur Demografi Keterangan
1 B.1 S: 00 35 12 6E: 117 17 14 7
7 Jantan dewasa: 1Betina dewasa: 2
Remaja: 1
Lokasi dekatmenara
2 B.2 S: 00 36 04 7E: 117 17 56 6
6 Jantan dewasa: 1Betina dewasa: 2Remaja: 2; Bayi: 1
Lokasi kanal pipa
3 B.3 S: 00 35 44 3E: 117 18 22 5
9 Jantan dewasa: 2Betina dewasa: 5
Remaja: 5
Lokasi kanal pipa
4 B.4 S: 00 34 57 6E: 117 17 07 4
1 Jantan dewasa: 1(Jantan soliter)
Belakang possecurity
5 B.5 S: 00 35 31 9E: 117 17 29 4
6 Jantan dewasa: 1Betina dewasa: 4
Remaja: 1
Dekat persawahan
6 B.6 S: 00 36 02 9E: 117 17 58 9
12 Jantan dewasa: 2Betina dewasa: 5Remaja: 4; Bayi: 1
Lokasi kanal pipa
7 B.7 S: 00 36 02 1E: 117 18 00 1
6 Jantan dewasa: 2Betina dewasa: 5
Remaja: 3
Lokasi kanal pipa
8 B.8 S: 00 34 52 7E: 117 19 25 7
6 Jantan dewasa: 2Betina dewasa: 2
Remaja: 2
Lokasi kanal pipa
9 B.9 S: 00 34 46 4E: 117 19 20 0
5 Jantan dewasa: 1Betina dewasa: 2
Remaja: 1
Lokasi kanal pipa
Jumlah Total Individu ± 58
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
28
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 2.1 Struktur umur populasi Bekantan di Tanjung Una
Populasi Bekantan di Tanjung Una ditemukan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
studi yang pernah dilakukan oleh Hendra et al. (2015) yang mendata 30 jenis individu
Bekantan di Tanjung Una, Kutai Lama dan Muara Sangasanga. Lanskap Delta Mahakam
sekitar 28 tahun lalu merupakan habitat bagi sekitar 600-900 individu Bekantan (Alikodra
dan Mustari 1994). Selanjutnya, Atmoko et al. (2007) melaporkan telah terjadi penurunan
populasi Bekantan di Delta Mahakam menjadi 577 individu dengan perkiraan jumlah
kelompok Bekantan sebanyak 50. Secara keseluruhan wilayah Delta Mahakam sendiri
mempunyai daya dukung habitat untuk sekitar 300 individu Bekantan (Manansang et al.,
2005).
Sebaran populasi kelompok Bekantan mayoritas berada di sisi Timur Tanjung Una
pada sebuah sungai kecil berukuran ± 3-4 m. Sungai tersebut pada dasarnya merupakan
kanal buatan untuk jalur pipa penyaluran minyak bumi yang membelah pulau.
Konsentrasi wilayah sebaran Bekantan di areal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor
yang mempengaruhi, terutama terkait intensitas aktivitas manusia dan ketersediaan
pakan. Bekantan adalah primata yang sensitif dan mudah stres (Meijaard dan Nijman,
2000; Wardatutthoyyobah et al., 2019), sehingga aktivitas manusia yang terlalu tinggi di
sekitar habitatnya menyebabkan Bekantan cenderung akan menghindar dan memilih
habitat lebih sepi. Dalam hal ini, areal kanal sendiri merupakan lokasi yang relatif lebih
sepi dan tersembunyi. Selain itu, di sepanjang kanal juga banyak ditemukan jenis
tumbuhan pakan yang disenangi oleh Bekantan, yaitu Sonneratia caseolaris.
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
29
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 2.2 Peta sebaran Bekantan di Area Tanjung Una
30
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 2.3 Situasi areal kanal, lokasi konsentrasi sebaran Bekantan di Tanjung Una
Secara khusus, aktivitas eksplorasi minyak bumi yang baru saja dimulai
diindikasikan telah menyebabkan efek tambahan bagi pergeseran ruang jelajah populasi
Bekantan ke arah sisi Timur Tanjung Una. Fenomena ini dapat dilihat dari catatan hasil
studi sebelumnya yang telah mendata 2 kelompok Bekantan di Ujung Timur Pulau
sebelum dilakukan kegiatan eksplorasi (Hendra et al., 2015). Hasil studi kali ini
menunjukkan bahwa di kawasan tersebut kini hanya ditemukan 1 kelompok Bekantan one
male group dan 1 individu jantan soliter saja. Proses eksplorasi minyak bumi saat ini mulai
berjalan untuk sumur pertama yang berada di sisi paling ujung Timur Tanjung Una,
sementara itu eksplorasi akan terus berjalan pada sumur-sumur lainnya di masa depan.
Diperkirakan proses eksplorasi minyak bumi pada sumur-sumur lainnya menyebabkan
sebaran Bekantan akan semakin terkonsentrasi di sekitar kanal dan areal anak sungai di
tengah pulau.
Struktur umur populasi Bekantan di Tanjung Una didominasi oleh Bekantan usia
dewasa sebanyak 63.79%. Fenomena ini mengindikasikan jika Bekantan di Tanjung Una
pada dasarnya telah mengalami proses penurunan populasi dan berada pada kondisi yang
kritis. Reproduksi tetap berjalan namun sangat lambat, karena hanya ditemukan 2
individu infant (bayi). Di lain pihak, infant sendiri adalah kelompok umur yang rentan
mengalami kematian akibat predator atau penyebab alami lainnya (Manansang et al.,
31
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
2005; Matsuda, 2008). Populasi Bekantan yang telah kritis ini selaras dengan temuan
Atmoko et al. (2007) yang melaporkan bahwa populasi Bekantan di Delta Mahakam
didominasi Bekantan kelompok dewasa sebanyak 57.70%. Dalam perspektif ekologis,
demografi Bekantan yang minim usia muda kurang menguntungkan sebab potensi
kepunahan menjadi semakin tinggi.
Selain faktor daya dukung habitat yang rendah, berkurangnya populasi Bekantan di
Tanjung Una juga dapat disebabkan oleh aktivitas perburuan liar yang pernah terjadi.
Hendra et al. (2015) melaporkan bahwa terdapat histori yang menunjukkan jika pernah
terjadi perburuan liar terhadap Bekantan untuk dipergunakan sebagai bahan makanan,
umpan berburu buaya, maupun satwa peliharaan. Meijaard dan Nijman (2000)
melaporkan bahwa aktivitas perburuan terhadap Bekantan di Kalimantan pada areal
pesisir sangat jarang dilakukan untuk kebutuhan konsumsi karena berkaitan dengan
larangan dalam agama mayoritas penduduk pesisir sungai yaitu Islam. Walaupun
demikian, migrasi penduduk dari luar yang mempunyai prilaku berburu mempunyai
ancaman yang sangat besar terhadap populasi Bekantan (Stark et al., 2012).
C.2 Jenis dan Kelimpahan Pohon Pakan
Kawasan Tanjung Una saat ini umumnya didominasi oleh lahan semak belukar dan
sedikit hutan utuh yang telah terfragmen. Vegetasi di Tanjung Una beradaptasi dengan
kondisi pasang surut muara Sungai Mahakam. Berdasarkan hasil pengamatan dan
identifikasi terhadap jenis tumbuhan pakan Bekantan yang telah dilakukan, terdata
sebanyak 6 jenis tumbuhan dominan yang jadi pakan utama Bekantan di Tanjung Una,
yaitu: Syzygium creaghii, Sonneratia caseolaris, Syzygium tawahense, Ficus sp., Gluta
renghas, dan Vitex pinnata. Namun demikian, di antara 6 jenis tersebut kami mendata
bahwa jenis Syzigium creaghii (jambu-jambuan) dan Sonneratia caseolaris (rambai) adalah
2 jenis pohon pakan paling disukai oleh Bekantan di Tanjung Una. Bekantan di Tanjung
Una juga menggunakan beberapa jenis pohon pakan sebagai pilihan pohon tidur utama,
yaitu Sonneratia caseolaris, Ficus sp., dan Gluta renghas.
32
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Selain 6 jenis tumbuhan pakan di atas, masih terdapat beberapa jenis tumbuhan
pakan lainnya yang belum teramati secara menyeluruh. Untuk itu, hasil identifikasi pakan
dalam studi ini juga dikombinasikan dengan beberapa hasil studi yang telah dilakukan
sebelumnya (Soendjoto et al., 2006; Hendra et al., 2015; Atmoko dan Sidiyasa, 2008)
sehingga diperoleh setidaknya 21 jenis pohon pohon pakan Bekantan, yaitu: Syzigium
creaghii, Syzigium tawahense, Syzigium sp1, Syzigium sp2, Sonneratia caseolaris, Ficus sp.,
Ficus macrophylla, Ficus tristanifolia, Gluta renghas, Vitex pinnata, Derris sp., Heritiera
littoralis, Hibiscus tiliaceus, Teijsmanniodendron sp., Sandoricum koetjapi, Stenochlaena
palutris, Nypa fruticans, Premna corimbosa, Artocarpus odoratissimus, Artocarpus
elasticus, dan Acrosticum aureum. Berdasarkan pola tajuk yang diliput menggunakan
drone (Gambar 2.4) dan data survei botani, dapat diinterpretasikankan bahwa
pohon-pohon pakan tersebut tersedia secara merata di lahan bertegakan hutan di Area
Tanjung Una (Gambar 2.2).
Gambar 2.4 Pola tajuk hasil liputan photo udara menggunakan dronedi petak contoh 1 kegiatan survey botani
33
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 2.5 Dua jenis pakan paling disukai Bekantan di Tanjung Unaa. Syzigium creaghii dan b. Sonneratia caseolaris).
Tabel 2.2 Jenis dan kelimpahan pakan pada Bekantan pada strata semai
Tabel. 2.3 Jenis dan kelimpahan pakan pada Bekantan pada strata pancang
Tabel 2.4 Jenis dan kelimpahan pakan pada Bekantan pada strata pohon
No Famili Jenis Kelimpahan(Ind/Ha)
KelimpahanRelatif (%) Bagian dimakan
1 Myrtaceae Syzigium creaghii 800 66.20 Daun, Bunga, Buah2 Anacardiaceae Gluta renghas 180 14.88 Daun3 Myrtaceae Syzigium sp. 30 2.48 Daun, Bunga, Buah4 Myrtaceae Syzigium tawahense 20 1.65 Daun, Bunga, Buah5 Fabaceae Derris sp. 10 0.83 Daun, Bunga, Buah
No Famili Jenis Kelimpahan(Ind/Ha)
KelimpahanRelatif (%) Bagian dimakan
1 Myrtaceae Syzigium creaghii 1,200.56 66.20 Daun, Bunga, Buah2 Malvaceae Hibiscus tiliaceus 203.28 6.33 Daun3 Myrtaceae Syzigium sp. 177.05 5.51 Daun, Bunga, Buah4 Anacardiaceae Gluta renghas 72.13 2.24 Daun5 Myrtaceae Syzigium tawahense 13.11 0.41 Daun, Bunga, Buah6 Malvaceae Heritiera littoralis 6.56 0.20 Daun7 Lamiaceae Prmena corimbosa 19.67 0.61 Daun
No Famili Jenis Kelimpahan(Ind/Ha)
KelimpahanRelatif (%)
Bagian dimakan
1 Myrtaceae Syzigium creaghii 142.30 49.43 Daun, Bunga, Buah2 Lythraceae Sonneratia caseolaris 11.97 4.16 Buah3 Myrtaceae Syzigium sp.1 17.70 6.15 Daun, Bunga, Buah4 Anacardiaceae Gluta renghas 11.64 4.045 Myrtaceae Syzigium tawahense 8.69 3.02 Daun, Bunga, Buah
34
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Syzigium creaghii adalah jenis pohon pakan Bekantan dengan kelimpahan yang
paling tinggi di Tanjung Una baik pada strata pertumbuhan semai, pancang, dan juga
pohon. Hal ini selaras dengan temuan Heryadi et al. (2015) yang mendata bahwa jenis
Syzigium grande mempunyai kelimpahan tertinggi di Tanjung Una. Berdasarkan
identifikasi di Herbarium Wanariset-Balitek KSDA, kami menduga telah terjadi
ketidaksesuaian identifikasi taksonomi pada studi sebelumnya, sehingga Syzigium creaghii
diidentifikasi menjadi Syzigium grande. Jenis tersebut tersebar merata hampir di seluruh
pulau mulai dari tepi sungai sampai interior pulau. Studi sebelumnya dilakukan oleh
Hendra et al. (2015) melaporkan telah ditemukan 18 jenis tumbuhan pakan di Tanjung
Una, termasuk di dalamnya Syzigium creaghii. Sementara itu, Atmoko dan Sidiyasa (2008)
mendata jenis tumbuhan pakan di Delta Mahakam sebanyak 9 jenis pohon pakan. Jika
dibandingkan dengan studi lainnya, seperti di lakukan oleh Soendjoto et al. (2006) pada
tipe hutan karet tua di Kalimantan Selatan, Bekantan mengkonsumsi sebanyak 18 jenis
tumbuhan pakan.
Syzigium creaghii di Tanjung Una cenderung tumbuh rapat dan dalam jarak yang
berdekatan membentuk suatu hamparan di areal Tanjung Una. Keberadaannya sebagai
pakan Bekantan tampak jelas membentuk semacam feeding ground dari sisa-sisa pucuk
pakan yang bekas di makan oleh Bekantan. Kelimpahan yang tinggi jenis pohon pakan ini
selain disebabkan oleh aspek kesesuaian habitat, juga disebabkan oleh musim berbunga
6 Malvaceae Heritiera littoralis 3.28 1.14 Daun7 Lamiaceae Vitex pinnata 1.31 0.46 Daun8 Moraceae Ficus sp. 0.82 0.28 Daun9 Moraceae Artocarpus
odoratissimus 0.82 0.28Daun
10 Moraceae Artocarpus elasticus 0.33 0.11 Daun11 Moraceae Ficus macrophylla 0.33 0.11 Daun12 Moraceae Ficus tristanifolia 0.33 0.11 Daun13
LamiaceaeTeijsmanniodendronsp. 0.66 0.23
Daun
14 Meliaceae Sandoricum koetjapi 0.16 0.06 Buah15 Myrtaceae Syzigium sp.2 0.16 0.06 Daun, Bunga, Buah
35
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
dan berbuah yang berlangsung sepanjang tahun, sehingga proses regenerasi berjalan
terus menerus.
Jenis pohon pakan Bekantan lainnya yang disukai oleh Bekantan yaitu Sonneratia
caseolaris hanya tersebar di sepanjang kanal yang membelah pulau. Sebaran pohon pakan
Bekantan ini tidak ditemukan di lokasi lainnya di Tanjung Una. Keberadaan jenis pohon
pakan ini menjadi daya tarik populasi Bekantan untuk menempati habitat sepanjang kanal.
Hal ini berkorelasi positif dengan sebaran populasi Bekantan yang mayoritas
terkonsentrasi di sekitar areal ini. Jenis pohon pakan ini dilaporkan juga menjadi pakan
paling utama Bekantan di beberapa titik lainnya di Delta Mahakam serta habitat riparian
di Samboja Kuala (Atmoko dan Sidiyasa, 2008; Alikodra dan Mustari,1994). Pada kondisi
habitat dengan populasi Bekantan yang tinggi sementara keberadaan Sonneratia
caseolaris terbatas, menyebabkan jenis pohon ini menjadi gundul dan rusak. Hal ini dapat
dilihat pada beberapa lokasi seperti di Sungai Hitam Samboja dan Taman Nasional Kutai.
C.3 Gangguan Terhadap Habitat dan Populasi Bekantan di Tanjung Una
Areal Tanjung Una mempunyai aktivitas manusia yang cukup tinggi di sekitar lokasi
yang menjadi habitat Bekantan. Kondisi ini dapat menjadi suatu gangguan bagi habitat
dan populasi Bekantan yang berada di Tanjung Una. Secara alami Bekantan sendiri akan
menghindar atau menjauh dari dari lokasi aktivitas manusia, namun pada kondisi tertekan
dan daya dukung habitat menurun dapat berimplikasi pada penurunan populasi secara
keseluruhan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat beberapa bentuk aktivitas
manusia yang dapat mempengaruhi habitat dan populasinya, yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan tepi pulau sebagai tempat bersandar ponton batubara terutama di
bagian Utara pulau. Aktivitas bersandar ini cukup banyak merusak vegetasi tepi
sungai. Jenis pohon yang paling banyak terpengaruh kerusakan justru adalah
jenis pakan utama Bekantan yaitu Syzigium creaghii yang banyak tumbuh hingga
tepian sungai.
36
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
2. Alih fungsi lahan untuk kegiatan persawahan. Walaupun dengan intensitas
rendah (4-5 ha), aktivitas pembukaan lahan yang diduga baru dilakukan di
sebelah Selatan ini berpotensi meluas. Sebagian besar lahan yang dibuka adalah
tempat tumbuh Syzigium creaghii sebagai salah satu jenis pakan utama Bekantan
di Tanjung Una.
3. Illegal logging. Aktivitas illegal logging cukup marak dilakukan di habitat
Bekantan Tanjung Una, meskipun dilakukan secara sporadis pada waktu-waktu
tertentu sesuai pesanan. Sayangnya, aktivitas ini juga memiliki target jenis
Syzigium creaghii yang menjadi pakan utama Bekantan. Hal ini sebetulnya dapat
dipahami, sebab Syzigium creaghii adalah jenis pohon yang paling melimpah dan
tersebar luas di Tanjung Una. Jenis ini pada dasarnya adalah bukan termasuk
golongan jenis kayu yang kuat, namun para penebang memilih secara acak hanya
berdasarkan keberadaannya yang paling banyak dan mudah dijumpai di Tanjung
Una.
4. Kegiatan pembangunan sumur minyak. Jumlah sumur yang akan dibangun di Area
Tanjung Una adalah sebanyak 20 buah di 14 unit area. Pembangunan sumur
minyak diawali dengan aktifitas land clearing (pembukaan lahan dan perataan
tanah), akan menyebabkan hilangnya seluruh vegetasi alami di area akan
dibangun (57.8 ha). Selain itu, diproyeksikan sejumlah area terdampak untuk
pembangunan jalan dengan proyeksi luas yang sama, sehingga proyeksi luas
habitat alami Bekantan yang hilang akibat pembangunan adalah sejumlah + 116
ha. Hal ini menyebabkan potensi pohon pakan dan pohon tidur Bekantan di
Tanjung Una berkurang. Aktivitas eksplorasi pada site plan pertama di mana
lokasi tersebut awalnya adalah sebaran populasi Bekantan, telah menyebabkan
pergerseran populasi Bekantan menjadi semakin menjauh. Jika dibandingkan
dengan tingkat gangguan lainnya, kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara
kontinyu dan bersamaan pada 14 site yang direncanakan dapat menjadi faktor
paling dominan yang mempengaruhi Bekantan di Tanjung Una. Meskipun
37
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
demikian, jika kegiatan eksplorasi telah usai dan produksi mulai berjalan, serta
aktivitas manusia semakin minim ada kemungkinan Bekantan dapat kembali ke
wilayah sebaran semula selama ketersediaan pakan kembali memadai.
Gambar 2.6 Beberapa bentuk gangguan habitat Bekantan di Tanjung Una
C.4 Upaya Konservasi Bekantan di Tanjung Una
Tantangan utama upaya konservasi Bekantan di areal penambangan minyak bumi
Area Tanjung Una adalah pada aspek pengelolaan habitat. Menjaga daya dukung habitat
Bekantan pada kondisi optimal akan membantu viabilitas populasi Bekantan tetap
bertahan dalam jangka panjang. Di lain pihak, secara regulasi habitat Bekantan di Tanjung
Una adalah bukan areal yang didedikasikan sebagai kawasan konservasi. Tanjung Una
adalah bagian dari areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta Mahakam
dalam skema izin pinjam pakai untuk kegiatan pertambangan minyak bumi yang dikelola
oleh PT Pertamina EP 5 Sangasanga Field. Meskipun demikian, upaya pengelolaan
lingkungan di Tanjung Una termasuk di dalamnya upaya konservasi Bekantan adalah
bagian penting dari praktik ekonomi hijau dan pembangun berkelanjutan.
38
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan kondisi ekologi Bekantan di Tanjung Una, upaya konservasi Bekantan
dapat dilakukan dengan mengelola tingkat gangguan terhadap habitat Bekantan sebagai
bentuk mitigasi lingkungan. Beberapa bentuk langkah prioritas yang dapat dilakukan
untuk konservasi Bekantan di antara kegiatan eksplorasi minyak bumi yang tengah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mencegah praktik illegal yang telah terjadi, seperti alih fungsi hutan menjadi
areal persawahan dan illegal logging. Upaya pendekatan persuasif dapat
dilakukan melalui sosialiasi kepada masyarakat sekitar, serta pemasangan
plang-plang dalam ukuran memadai dan tersebar merata di tepi sungai. Plang
tersebut berisi berbagai informasi himbauan seperti, status areal industri yang
dilarang memasuki kawasan tanpa izin, larangan penebangan liar, serta larangan
berburu satwa liar di Tanjung Una. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan,
upaya penegakan hukum dapat dilakukan dengan tetap berkoordinasi dengan
pihak KPHP Delta Mahakam sebagai pemangku kawasan.
2. Rehabilitasi dan pengayaan tumbuhan pakan Bekantan. Aktivitas eksplorasi
minyak bumi yang tengah berlangsung serta beberapa bentuk gangguan aktivitas
manusia lainnya telah menyebabkan Bekantan lebih terkonsentrasi di sepanjang
kanal yang relatif lebih sepi dan cukup aman. Di lain pihak, saat ini sebagian besar
kawasan Tanjung Una adalah hutan sekunder dan semak belukar. Oleh sebab itu,
dibutuhkan kegiatan rehabilitasi dan pengayaan jenis-jenis tumbuhan pakan yang
hilang untuk meningkatkan daya dukung habitat Bekantan. Areal rehabilitasi dan
pengayaan jenis tumbuhan pakan Bekantan dapat diarahkan di sepanjang kanal
sebagai titik konsentrasi populasi Bekantan di Tanjung Una. Jenis tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman rehabilitasi adalah jenis yang telah
diketahui sebagai pakan utama dan pohon tidur Bekantan di Tanjung Una, yaitu
Sonneratia caseolaris (rambai laut), Syzigium creaghii (jambu-jambuan), Ficus spp
(ara)., dan Vitex pinnata (laban). Jenis Sonneratia caseolaris dapat ditanam pada
39
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
tepi sungai yang terpengaruh langsung oleh pasang surut, sedangkan sisanya
dapat ditanam lebih ke areal daratan.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. dan A.H. Mustari. 1994. Study on ecology and conservation of proboscismonkey (Nasalis larvatus Wurmb) at Mahakam River Delta, East Kalimantan:Behaviour and habitat function. Annual Report of Pusrehut Vol. 5 Desember.
Alikodra, H.S. 1997. Populasi dan perilaku Bekantan (Nasalis larvatus) di Samboja Koala,Kalimantan Timur. Warta Konservasi 5(2):67-72.
Atmoko, T., A. I. Syahbani & M.T. Rengku. 2007. Kondisi habitat dan penyebaran Bekantan(Nasalis larvatus Wurmb) di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam: K.Sidiyasa, M. Omon, D. Setiabudi. (editor). Pemanfaatan HHBK dan KonservasiBiodiversitas menuju Hutan Lestari; Balikpapan, 31 Jan 2007. Bogor: Pusat LitbangHutan dan Konservasi Alam. pp: 35-42.
Atmoko, T. dan K. Sidiyasa. 2008. Karakteristik vegetasi habitat Bekantan (Nasalis larvatusWurmb) di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan danKonservasi Alam 5(4):307-316.
Atmoko, T. 2012. Bekantan Kuala Samboja Bertahan dalam Keterbatasan. BadanPenelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor.
CITES, UNEP-WCMC. 2017. The Checklist of CITES Species Website. Appendices I, II and IIIvalid from 04 April 2017. CITES Secretariat, Geneva, Switzerland. Compiled byUNEP-WCMC, Cambridge, UK. https://www.cites.org/eng/app/appendices.php.Diakses: 1 Agustus 2017.
Harding, L.E. 2015. Nasalis larvatus (Primates: Colobine): Mammalian Species 47 (926):84-99.
Hendra, M., Amiruddin., A. Winata., E. Heryadi., Mislan. 2015. Studi Pakan Alami DanPerilaku Makan Bekantan (Nasalis larvatus wurmb.) Di Kawasan Konsesi PT.Pertamina Ep Asset 5 Sangasangakabupatenkutai Kertanegara, Kalimantan Timur.BioWallacea 1(3): 134-139.
40
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Heryadi, E. M. Hendra., A. Winata., K. Rahmatullah., Mislan., M. Zaini. 2015. ProfilVegetasi Riparian Tanjung Una Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.Bioprospek 10 (2): 1-6.
Laman, C.J.M and A.F. AZIZ. 2019. Population Estimation of Proboscis monkey, Nasalislarvatus with New Analysis Based on Forest Types In Sarawak, Malaysian Borneo.Journal of Sustainability Science and Management 14 (2): 91-101.
Manangsang J, Traylor-Holzer K, Reed D, Leus K. 2005. Indonesian Proboscis MonkeyPopulation and Habitat Viability Assessment: Final Report. IUCN/SSCConservation Breeding Specialist Group, Apple Valley, MN.
Matsuda, I., A. Tuuga., and S. Higash. 2008. Clouded leopard (Neofelis diardi) predation onproboscis monkeys (Nasalis larvatus) in Sabah, Malaysia Primates 49(3):227-31.
Matsuda, I. 2008. Feeding and Ranging Behaviors of Proboscis Monkey Nasalis larvatus inSabah, Malaysia. PhD Disssertation. Hokkaido University. Hokkaido – Japan.
Meijaard, E. and V. Nijman. 2000. Distribution and Conservation of the Proboscis monkey(Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biological Conservation 92 (2000)15-24.
Meijaard, E., Nijman, V. & Supriatna, J. 2008. Nasalis larvatus. The IUCN Red List ofThreatened Species 2008: e.T14352A4434312.http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T14352A4434312.en. Di akses:Diakses: 03 September 2019.
Mueller-Dombois and H. Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. JohnWiley and Sons. New York.
Sha, J.C.M., H. Bernard., and S. Nathan. 2008. Status and Conservation of ProboscisMonkeys (Nasalis larvatus) in Sabah, East Malaysia. Primate Conservation 23:107-120.
Soendjoto, M.A. 2004. A new record on habitat of the proboscis monkey (Nasalis larvatus)and its problem in South Kalimantan Indonesia. Tigerpaper 31(2):17-18.
Soendjoto, M.A., H.S. Alikodra, M. Bismark & H. Setijanto. 2006. Jenis dan komposisipakan Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Hutan Karet Kabupaten Tabalong,Kalimantan Selatan. Biodiversitas 7(1):34-38.
41
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Stark, D.J., V. Nijman., S. Lhota., J.G. Robins., and B. Goossens. 2012. Modeling populationviability of local proboscismonkey Nasalis larvatuspopulations:conservationimplications. Endangeres Species Research 16: 31-43.
Suyatna, I., Mislan., A. Rahman., A. Winata., Y. I. Wijaya. 2017. A biophysical observationof Mahakam River around Tanjung Una of Kutai Kartanegara, Indonesia.Biodiversitas 18 (2): 623-632.
Wardatutthoyyibah., S. Pudyatmoko., S. A. Subrata., M. A. Imron. 2019. The Sufficiency OfExisted Protected Areas In Conserving The Habitat of Proboscis Monkey (Nasalislarvatus). Biodiversitas 20 (1): 1-10.
42
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
BAB III KERAGAMAN BURUNG DANMAMALIA KECIL DI AREATANJUNG UNAOleh : Amir Ma’ruf dan Yustinus Iriyanto
A. LATAR BELAKANG
Area Tanjung Una yang terletak di Delta Sungai Mahakam termasuk dalam tipe
ekosistem hutan rawa air payau yang selalu tergenang air tawar dan dipengaruhi pasang
surut air laut. Secara ekologis hutan rawa air payau menjadi habitat alami bagi banyak
jenis biota air dan biota khas estuaria, termasuk habitat bagi burung dalam berkembang
biang, mencari makan, atau sekedar sebagai shelter atau persinggahan.
Sebagai satwa yang dikenal sensitif terhadap perubahan lingkungan, burung atau
avifauna digunakan sebagai bio-indikator kesehatan lingkungan (Widodo, 2013; Wahyuni
et.al, 2014). Secara spesifik, menggunakan burung sebagai bioindikator merupakan fungsi
dari sifat yang diminati dan sumber daya yang tersedia untuk evaluasi ekologis dalam
mempromosikan konservasi spesies burung untuk generasi yang akan datang (Egwumah
et.al, 2017). Berdasarkan laporan Fakultas MIPA Universitas Mulawarman pada tahun
2015 (tidak dipublikasikan), keanekaragaman Avifauna di Tanjung Una termasuk dalam
kriteria sedang-tinggi (H’=2,990). Jumlah jenis yang ditemukan saat itu adalah sebanyak
44 jenis, yang tergolong dalam 17 famili, yaitu Accipitridae, Apodidae, Ardeidae,
Campephagidae, Cloropseidae, Columbidae, Cuculidae, Hirundinidae, Muscicapinidae,
Nectariniidae, Picidae, Ploceidae, Pycnonotidae, Silviidae, Sturnidae dan Timaliidae.
Survei yang dilakukan saat ini bertujuan untuk menyediakan data keaneka ragaman
hayati (Kehati) dari kelompok jenis Burung dalam rangka penyusunan arahan pengelolaan
lingkungan dan perlindungan Kehati sebagai upaya mitigasi dari dampak rencana
pembangunan sumur minyak baru di Area Tanjung Una, PT Pertamina EP Asset 5
Sangasanga Field. Secara terbatas, informasi tentang keragaman Mamalia kecil
disediakan untuk memperkaya informasi Kehati lainnya di Tanjung Una.
43
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
B. METODE
B.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan survei burung dan mamalia kecil dilakukan di Area Tanjung Una,
Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Survei
lapangan dilaksanakan selama 8 hari, yaitu pada tanggal 30 Juli - 6 Agustus 2019.
B.2 Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan dalam survei burung adalah GPS, rollmeter, jala kabut,
flagging tape, binokuler, calliper, dan pita meter serta buku panduan pengenalan jenis
dan tally sheet. Sementara itu bahan dan peralatan yang digunakan dalam survei
mamalia kecil adalah alat perangkap, umpan, pita ukuran dan tally sheet. Kamera
digunakan untuk membantu pengamatan sekaligus sebagai alat dokumentasi kegiatan.
B.3 Metode Survei
Metode yang digunakan merupakan kombinasi antara pengamatan dalam jalur
dan titik (Bibby et al., 1998). Pengamatan dalam jalur dilakukan di jalur/transek survey
bekantan yang sudah dilakukan oleh tim pengamat bekantan (Bab II). Jumlah jalur yang
diamati sebanyak 3 jalur yaitu, jalur Menara, sawah dan jalur kanal. Sementara itu, titik
amatan dibuat dengan jarak antar titik ± 100 m. Waktu pengamatan efektif dilakukan
pada pagi hari antara pukul 07.00 s.d 11.00 Wita dan sore hari antara pukul 15.00 s.d
18.00 Wita. Setiap perjumpaan dengan burung dicatat, baik perjumpaan secara visual
maupun identifikasi melalui suara maupun dan tertangkap di jala kabut. Burung yang
tertangkap di jala kabut diidentifikasi lalu di lepaskan kembali (release). Identifikasi jenis
burung dilakukan menggunakan panduan McKinnon et al. (2000), sedangkan identifikasi
kelas makan (feeding guild) mengacu pada Wiens (1989) serta Lambert dan Collar (2002).
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui tabulasi dan juga dengan menghitung
nilai Indeks Frekuensi Relatif.
44
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Survey mamalia kecil diutamakan pada mamalia pengerat (rodentia). Survei yang
digunakan menggunakan metode perjumpaan langsung dan capture-recapture. Setiap
mamalia kecil yang dijumpai diidentifikasi, sementara dalam metode capture-recapture
dilakukan penangkapan satwa, penandaan dan pelepasan. Identifikasi dilakukan
menggunakan buku panduan lapangan mamalia Kalimantan. Penangkapan dilakukan
menggunakan perangkap hidup (Small mammal trap) berukuran 26 x 12 x 12 cm sebanyak
12 buah untuk tiap transek. Perangkap diletakkan dalam transek (line transect). Jarak
antar perangkap berkisar 10-40 m dan dipasang pada jarak 5-10 m dari garis transek, pada
lokasi yang diperkirakan menjadi jalur perlintasan mamalia kecil. Perangkap dipasang
selama waktu survei dan dilakukan pengecekan setiap pagi pukul 08.00 dan sore pukul
16.00. Setiap hari perangkap dipindahkan ke transek berbeda. Umpan yang digunakan
untuk setiap perangkap menggunakan kelapa bakar.
45
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 3.1 Sebaran lokasi survei dan pengamatan satwa Burung di Area Tanjung Una
46
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 3.2 Sebaran lokasi survei dan pengamatan Mamalia Kecil di Area Tanjung Una
47
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Burung
Dari hasil studi yang telah dilakukan telah teridentifikasi 38 jenis burung dari total
individu terdata sebanyak 553 ekor (lampiran 1.). Jumlah dan keragaman jenis yang tinggi
dimungkinkan karena area Tanjung Una dan sekitarnya merupakan habitat yang masih
cukup bagus dan masih menyediakan kebutuhan pakan dan tempat tinggal bagi berbagai
jenis burung.
Keanakeragaman jenis burung ini kemungkinan masih bisa terus bertambah jika
dilakukan monitoring dan survey dengan waktu yang lebih lama dan meyeluruh. Tiga
puluh delapan spesies burung yang teridentifikasi di area Pertamina EP 5 Tanjung Una
disajikan pada Tabel 3.1. Beberapa spesies diantaranya yaitu elang bondol dan
kangkareng perut putih yang termasuk dalam jenis burung yang dilindungi berdasarkan
pada PP 7/1999 dan Permen LHK No 108/2018. Sebagian besar burung dijumpai dengan
perjumpaan langsung dan diidentifikasi dari suaranya. Beberapa burung seperti burung
apung tanah dan kareopadi beraktivitas di permukaan tanah. Sedangkan beberapa burung
lainnya dijumpai saat beraktivitas di rerumputan, semak, atau ranting dan dahan pohon.
Tabel 3.1 Daftar jenis burung teridentifikasi di Area Tanjung Una, Sangasanga.
No Jenis Spesies1 Apung Tanah Anthus novaeseelandiae2 Bangau Egretta garzetta3 Betet Psittacula alexandri4 Blekok Sawah Ardeola speciosa5 Bondol Kalimantan Lonchura fuscans6 Bubut Besar Centropus sinensis7 Bubut Teragop Centropus rectunguis8 Burung Madu Sepah Raja Aethopyga siparaja9 Cabai Dicaeum sp.10 Cekaka Suci Todirhampus sanctus11 Celepuk Mantanani Otus mantananensis
48
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
12 Cinenen Orthotomus sp13 Cipoh Kacat Aegithina thipia14 Elang Bondol Haliastur indus15 Gereja Erasia Passer montanus16 Kangkareng perut putih Anthracoceros albirostris17 Kapinis Jarum Kecil Rhapidura leucopygialis18 Kerak Kerbau Acridotheres javanicus19 Kareo Padi Amaurornis phoenicurus20 Kipasan Belang Rhipidura javanica21 Kirik-kirik Biru Merops viridis22 Kucica Kampung Copsychus saularis23 Kuntul Karang Egretta sacra24 Merbah Belukar Pycnonotus plumosus25 Merbah Cerukcuk Pycnonotus goiavier26 Merbah Corok-corok Pycnonotus simplex27 Merbah Matamerah Pycnonotus bruneus28 Pekaka Emas Pelargopsis capensis29 Pelatuk Beras Dendrocopus canicapillus30 Pelatuk besi Dinopium javanense31 Pelatuk Muka Kelabu Picus canus32 Peragam Ducula sp33 Perkutut Ketitir Geopelia striata34 Perling kumbang Aplonus panayensis35 Prenjak Prinia, sp36 Punai Bakau Treros fulvicollis37 Remetuk Laut Gerygone sulphurea38 Tekukur Biasa Streptopelia chinensis
Keragaman jenis-jenis burung tersebut merupakan indikator yang baik pada
pengelolaan keanekaragaman hayatinya, khususnya avifauna di kawasan Pertamina EP 5.
Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan eksploitasi minyak mentah yang dilakukan di
Tanjung Una oleh Pertamina EP 5 masih memperhatikan untuk memmpertahankan
keankaragaman hayatinya. Bebeberapa jenis yang ditemukan diketahui adalah jenis yang
langka dan dilindungi seperti jenis kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris).
49
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Kegiatan eksploitasi minyak mentah di Tanjung Una juga masih menyisakan
beberapa area yang bervegetasi jambu-jambu sebagai makanan burung dan satwa lainnya.
Beberapa jenis burung seperti kangkareng perut putih, kutilang, merbah dan beberapa
jenis mamalia seperti bajing, moyet ekor panjang dan bekantan juga memanfaatkan
vegetasi ini untuk memenuhi kebutuhan pakannya.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat lima kelompok burung
berdasarkan pada jenis pakan utamanya. Jenis Granivora (seperti bondol, tekukur) sering
terlihat pada tumbuhan penghasil biji-bijian, seperti rerumputan. Jenis Nektarivora
(burung-madu) memanfaatkan bunga-bunga yang berada di habitat ini untuk
mendapatkan pakan berupa madu atau cairan nutrisi. Jenis Frugivora (kutilang, merbah
cerukcuk) lebih sering dijumpai pada saat beraktivitas di pohon yang berbuah. Jenis
Insektivora seperti cinenen dan kipasan belang hinggap meloncat-loncat di dahan atau
ranting untuk mencari pakan berupa larva (ulat) serangga. Jenis Karnivora (elang bondol
dan celepuk) membutuhkan hewan mangsa di lingkungan bervegetasi atau tanpa vegetasi.
Untuk jenis burung cekakak suci, pekaka emas dijumpai saat menunggu mangsa berupa
ikan kecil atau hewan air lainnya untuk dimangsa.
Berikut adalah gambar 3.3, 3.4 dan 3.5 disajikan grafik jumlah dan jenis burung
yang diperoleh dalam pengamatan di tiga transek yaitu transek Menara, transek Pompa
dan transek Kanal.
50
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 3.3 Grafik jumlah burung di transek menara
Gambar 3.4 Grafik jumlah burung di transek pompa.
51
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 3.5 Grafik jumlah burung di transek kanal.
Ditinjau dari nilai frequensi relative dan kelimpahan relative jenis-jenis burung
yang ditemukan, tercatat beberapa jenis burung mempunyai nilai yang tinggi
dibandingkan jenis lainnya. Berikut ini ditampilkan jenis burung yang memiliki nilai
frekuensi relative tertinggi seperti pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Grafik frekuensi relatif dan kelimpahan relatif10 jenis burung dengan nilai tertinggi
Frekuensi relative dan kelimpahan relatif tertinggi ditemukannya burung di area
pengamatan adalah burung kipasan belang, cinenen, merbah cerukcuk dan cabai (9,3%).
Artinya jenis burung ini paling sering dijumpai pada setiap plot pengamatan. Dengan kata
52
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
lain, keberadaan burung jenis tersebut selalu dijumpai pada setiap plot pengamatan. Di
area pengamatan ini spesies tersedia tumbuhan penghasil buah seperti jambu-jambu
yang disukai oleh burung pemakan buah atau frugivora. Di lokasi tersebut selain itu
terdapat juga berbagai tumbuhan penutup tanah, iklim mikro di lingkungan sekitarnya
disukai berbagai spesies serangga yang merupakan sumber pakan jenis burung pemakan
serangga atau insektivora.
Jumlah spesies burung yang ditemukan dapat berbeda karena disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Soendjoto et al.(2015b), perbedaan jumlah spesies burung
antar-tipe habitat disebabkan oleh keragaman spesies tumbuhan, ketersediaan pakan,
keragaman strata vegetasi, kondisi keamanan dan kenyamanan di tipe habitat. Di lokasi
Pertamina EPV Tanjung Una faktor keamanan sangat berpengaruh terhadap keberadaan
jenis burung. Lokasi ini sangat aman karena akses yang terbatas untuk dikunjungi oleh
masyarakat umum, sehingga gangguan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap habitat ini sangat minim.
Jenis-jenis burung yang teramati berasal dari beberapa kelompok family. Jika jenis
burung masuk dalam satu family, biasanya akan mempunyai karakter morfologi dan
perilaku yang hampir sama. Grafik di bawah ini adalah gambaran jumlah family yang
diketemukan dalam pengamatan burung di Pertamina EP 5 Tanjung Una.
Gambar 3.7 Jumlah jenis ditemukan berdasarkan famili
53
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gambar 3.8 Persentase berdasarkan famili
Persentase pada family Pycnonotidae (27%) sangat tinggi dibanding family lainnya.
Dalam pengamatan di setiap plot, akan selalu dijumpai jenis dari family ini. Secara umum
diketahui family Pycnonotidae mempunyai adaptasi tinggi terhadap berbagai variasi
habitat. Kelompok dalam family ini sangat mudah ditemukan terutama pada area
perbatasan antara daerah terbuka dan berhutan. Di area pengamatan, habitatnya
terpisah oleh akses jalan untuk aktivitas disekitar pompa pengeboran dan kilang minyak.
Selain itu kelompok burung dalam family tersebut menyukai buah-buahan dan berbagai
jenis serangga. Pada saat pengamatan terlihat bahwa pohon jambu-jambu yang
jumlahnya cukup banyak, sedang berbuah. Perilaku makan family ini cenderung generalis,
sehingga mampu bertahan di daerah ini. Beberapa jenis burung yang diketemukan dari
family Pycnonotidae antara lain; merbah belukar, merbah cerukcuk, merbah corok-corok
merbah mata merah.
Kelompok family Silviidae (22%) juga terlihat mempunyai jumlah jenis yang tinggi
dibandingkan family lainnya. Berukuran kecil, sangat lincah, family burung ini merupakan
pemakan serangga dengan bentuk paruh yang sempit. Dari family ini ditemukan jenis
burung cinenen, prenjak dan remetuk laut. Kondisi habitat yang cenderung berair dan
adanya musim buah jambu-jambu membuat area ini kaya akan serangga sebagai sumber
pakan jenis ini.
54
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Family Decacidae merupakan salah satu family burung yang sering dijumpai di
hampir semua plot pengamatan dengan persentase sebanyak 11%. Salah satu jenis
burung dari family ini adalah burung cabai. Burung ini sering terlihat di pohon-pohon yang
sedang berbunga. Burung ini adalah pemakan benalu (Mc. Kinnon, 2000).
Prosentase family Muscicpidae (9%) dan Chloropseidae (9%) yang berarti bahwa
merupakan burung yang juga sering dijumpai dalam pengamatan meskipun tidak pada
setiap plot pengamatan. Jenis burung yang termasuk Muscicapidae adalah burung kipasan
belang. Burung ini termasuk dalam kelompok burung pemakan serangga atau insektifora.
Sedangkan jenis burung dari family Chloropseidae adalah burung cipoh kacat. Burung ini
merupakan burung pemakan serangga dan buah.
Yang cukup menarik dalam kegiatan survei di lokasi ini adalah diketemukannya
jenis burung rangkong yaitu kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris). Meskipun
prosentasenya kecil, namun keberadaannya dapat menjadi indicator habitat di lokasi ini
terutama adalah keamanan, pakan dan pohon untuk bersarang cukup tersedia. Burung
kangkareng perut putih terlihat sering mencari makan namun tidak langsung dimakan
tetapi dibawa pergi. Hal ini menunjukkan bahwa burung tersebut sedang dalam proses
reproduksi. Perilaku burung ini akan bersarang di lubang pohon besar dan tinggi. Pada
saat mengeram hingga anak cukup besar, induk akan berada dalam lubang dan ditutup
dari luar oleh pasangannya.
Untuk pakan, pasangannya akan mencari dan membawakan ke sarang.
Buah-buahan dan serangga adalah jenis pakan dari burung ini. Keberadaan pohon tinggi
dan besar pada ketiga lokasi pengamatan dimanfaatkan burung rangkong untuk
beraktivitas seperti bertengger, mencari makan, berlindung dan bersarang bagi burung ini.
Di lokasi pengamatan terdapat beberapa pohon yang cukup tinggi (tinggi pohon 30 m)
dan besar (diameter 70 cm) antara lain dungun (Heriteira litorale) dan beringin (Ficus sp.)
yang sesuai untuk beraktifitas. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia
merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang
55
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhandan Satwa.
C.2 Mamalia Kecil
Keberadaan mamalia pada lokasi studi dalam laporan ini yaitu mamalia kecil
dengan bobot tubuh < 5 kg. Beberapa jenis mamalia kecil seperti bajing kelapa, tupai kecil,
dan tikus belukar dalam studi ini terlihat lebih mudah dijumpai dibandingkan dengan jenis
lainnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa selama studi di lapangan hanya
menemukan 5 jenis satwa dari kelompok mamalia di area Tanjung Una. Daftar nama jenis
satwa mamalia tersebut tersaji pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.2 Daftar Jenis Mamalia Kecil di area Tanjung Una
No Family Nama Latin Nama Lokal Jumlah1 Tupaiidae Tupaia minor Tupai kecil 32 Muridae Rattus tiomincus Tikus belukar 63 Sundamys muelleri Tikus besar lembah 34 Rattus exulans Tikus ladang 35 Maxomys rajah Tikus duri coklat 1
Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Rattus tiomanicus. Hal ini diduga
karena spesies tersebut memiliki daerah penyebaran dan jumlah makanan yang tersedia
di area yang luas. Menurut Payne et al (2000), Rattus tiomanicus biasanya bersifat
nokturnal dan sebagian besar teresterial. Sering terlihat di belukar-belukar pendek,
makanan meliputi buah dan semut. Terdapat di hutan sekunder, pegunungan dan semak
belukar. Berdasarkan keterangan kunci identifikasi (Payne dan Junaidi, 1999), ciri-ciri 5
jenis mamalia kecil yang ditemukan adalah :
1. Maxomys rajah dengan ciri-ciri tubuh bagian atas cokelat, kadang kemerahan atau
jingga, mempunyai banyak rambut jarum cokelat atau abu-abu yang keras. Bagian
bawahnya putih dengan banyak rambut jarum pendek dan halus. Sisi dari bagian
paha dalam berwarna putih, ekor cokelat dan berambut tipis. Hidup nocturnal dan
sebagian terestrial. Terdapat di hutan yang tinggi dan sekunder;
56
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
2. Sundamys muelleri dengan ciri-ciri tubuh bagian atas cokelat, bulunya kasar dan
terdapat rambut pengawal hitam panjang yang mencolok. Bagian bawah lebih pucat
tetapi mungkin keputih-putihan atau keabu-abuan. Ekor seluruhnya cokelat tua,
sebagaian besar nocturnal dan terestrial. Sering ditemukan dekat sungai kecil, makan
tumbuhan dan hewan kecil. Terdapat di tepi-tepi hutan dan tempat-tempat yang
pohonnya sedikit.
3. Rattus exulans. Satwa ini memiliki telinga melingkar yang besar, moncong panjang,
bulu coklat/hitam dengan perut tongkang, namun secara komparatif memiliki kaki
yang kecil. Mereka memiliki tubuh panjang, langsing, yang mencapai panjang lebih
dari 6 inci (15 cm) dari hidung hingga ujung ekor, yang menyebabkan mereka lebih
kecil dan ringan daripada tikus lain yang beritneraksi dengan manusia. Saat mereka
berada pada suatu pulau, mereka cenderung menjadi yang hewan yang lebih kecil
(sekitar 4,5 inci (11 cm)). Mereka umumnya memiliki perbedaan bagian atas kaki
belakang dekat mata kaki yang lebih gelap. Kaki-kaki lainnya berwarna lebih pucat.
4. Rattus tiomanicus, Hewan ini memiliki panjang sekitar 14 – 19 cm dengan panjang
ekor 12 – 18 cm. Beratnya berkisar antara 80 sampai 130 gr. Kulitnya berwarna coklat
pada bagian atas, putih atau agak abu-abu pada bagian ventral, dan gelap pada
bagian ekor. Dikenal sebagai tikus pohon yang aktif pada malam hari dan hidup di
daerah hutan pesisir, hutan bakau, atau padang rumput. Satwa ini biasanya membuat
sarangnya seperti sarang burung.
5. Tupaia minor, adalah salah satu spesies tupai yang berada dalam famili Hewan ini
memiliki bulu tubuh yang bagian atasnya dibalut paduan warna terang dan gelap,
umumnya berwarna coklat zaitun berbintik-bintik. Bagian atas inilah yang mencolok
dan sering memiliki semburat kemerahan ke arah bagian belakang tubuh. Panjang
anggota tubuhnya sama dan memiliki cakar yang panjang. Total panjang
maksimumnya adalah sekitar 450 mm, di mana setengahnya merupakan ekor.
Ekornya panjang dan tipis, dan sisi atasnya berwarna lebih gelap dari tubuh.
57
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Habitat di area Tanjung Una memiliki ekosistem yag relatif baik dalam
menyediakan pakan untuk banyak jenis burung tersebut. Jenis jambu-jambuan terlihat
sangat banyak dan dipergunakan oleh burung pemakan buah untuk memenuhi kebutuhan
pakannya. Sedangkan area terbuka, berumput, semak dan perdu menyediakan pakan
untuk burung pemakan biji-bijian. Lokasi ini dikelilingi oleh air muara sungai Mahakam
yang masih terpengaruh oleh pasang surut. Sehingga kondisi ini memungkinkan hewan
air untuk berkembang biak dan beberapa diantaranya menjadi mangsa burung pemakan
ikan.
Ditemukannya jenis Rangkong yaitu Kangkareng perut putih (Anthracoceros
albirostris), yang memiliki kebiasaan bersarang di pohon yang besar dan tinggi menjadi
indikator bahwa habitat di Tanjung Una cukup menyediakan ruang strata yang memadai
untuk habitat berbagai jenis burung, baik dalam kelompok burung bawah tajuk dan atas
tajuk. Di tandai dengan kehadiran jenis pohon Dungun (Heriteira litorale) dan Beringin
(Ficus sp.) yang berdiameter (+ 70cm) besar dan tinggi (+ 30 meter). Pembangunan sumur
minyak baru direkomendasikan untuk meminimalisasi perubahan strata hutan sebagai
upaya mitigasi dampak pembangunan bagi habitat burung. Aktifitas penanaman pohon
pakan disarankan untuk mengganti beberapa pohon yang hilang pada area yang di land
clearing akibat pembangunan sumur baru.
58
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
Bibby C., S. Marsden and A. Fielding. 1998. Bird-Habitat Studies. The Expedition. AdvisoryCentre. Royal Geographical Society. London.
BirdLife International. 2016. Anthracoceros malayanus. The IUCN Red List of ThreatenedSpecies 2016: e.T22682441A92945886. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22682441A92945886.en.
BirdLife International. 2017. Ciconia stormi (amended version of 2016 assessment). TheIUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T22697685A110066434.http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-1.RLTS.T22697685A110066434.en.
Egwumah FA, Egwumah PO, Edet DI. Paramount roles of wild birds as bioindicators ofcontamination. Int J Avian & Wildlife Biol. 2017;2(1):194-200. DOI:10.15406/ijawb.2017.02.00041
Himmah, I.,S.Utami. dan K. Baskoro. 2010. Struktur dan komposisi vegetasi habitat julangemas (Aceros undulatus) di Gunung Unggaran Jawa Tengah. Jurnal Sains danMatematika (JSM).18 (3):104―110
Lambert, F. R., & Collar, N. J. (2002). The future for Sundaic lowland forest birds: Longtermeffects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18: 127–146.
MacKinnon, K., K. Phillips., dan B.V. Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali,dan Kalimantan. Pusat Litbang Biologi. LIPI. Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soendjoto, M.A., Riefani, M.K., Triwibowo, D., &Wahyudi, F. (2015b). Avifauna di areareklamasi PTAdaro Indonesia, Kalimantan Selatan: Penelitian pendahuluan. DalamA. Mardiastuti & Y.A. Mulyani (Eds.),Prosiding Konferensi Nasional Peneliti danPemerhati Burung Nasional di Indonesia (h. 39-51). Bogor: ITBhttps://id.wikipedia.org/wiki/Tupai_kecil, diakses pada tanggal 17 September 2019
Wahyuni, Y et.al. 2014. Valuasi total ekonomi hutan mangrove di kawasan deltamahakam kabupaten kutai kartanegara kalimantan timur. Jurnal PenelitianKehutanan Wallacea, Vol. 3 No.1, April 2014 : 1 - 12. http://dx.doi.org/10.18330/jwallacea.2014.vol3iss1pp1-12
Widodo, W. (2013). Kajian fauna burung sebagai indikator lingkungan di hutan GunungSawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. In Proceeding Biology Education Conference:Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 10, No. 1).
59
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
LAMPIRAN
Lampiran 3.1 Jenis-jenis burung di area Tanjung Una
No Nama Latin Family dan Species Nama LokalStatus Konservasi
Kelas MakanIUCN PP CITES
Acciptridae1 Haliastur indus (Boddaert, 1783) Elang Bondol LC 1 II R
Aegithinidae2 Aegithina tiphia (Linnaeus, 1758) Cipoh Kacat LC NIF
Alcedinidae3 Pelargopsis capensis (Linnaeus, 1766) Pekaka Emas LC 1 MIP4 Todirhamphus sanctus Cekakak Suci LC 1 MIP
Apodidae5 Rhaphidura leucopygialis (Blyth, 1849) Kapinis Jarum Kecil LC AI
Bucerotidae6 Anthracoceros albirostris (Shaw & Nodder, 1807) Kangkareng Perut Putih LC 1 II AFP
Ardeidae7 Egretta garzetta Kuntul Kecil EN 1 I MIP8 Ardeola speciosa Blekok Sawah EN 1 I MIP9 Egretta sacra Kuntul Karang EN 1 I MIP
Columbidae10 Streptopelia chinensis (Scopoli, 1786) Tekukur Biasa LC AF11 Ducula sp Pergam LC AF12 Geopelia striata Perkutut Ketitir LC AF13 Treron fulvicollis (Wagler, 1827) Punai Bakau NT AF
60
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Cuculidae14 Centropus sinensis (Stephens, 1815) Bubut Besar LC TI15 Centropus rectunguis Bubut Teragop LC 1 TI
Dicaedae16 Dicaeum monticolum (Sharpe, 1887) Cabai Panggul Hitam LC NIF
Estrildidae17 Lonchura fuscans (Cassin, 1852) Bondol Kalimantan LC TF
Meropidae18 Merops viridis (Linnaeus, 1758) Kirik-Kirik Biru LC SI
Muscicapidae19 Copsychus saularis (Linnaeus, 1758) Kucica Kampung LC AFGI
Nectariniidae20 Aethopyga siparaja (Raffles, 1822) Burung Madu Sepah Raja LC 1 NI
Picidae21 Chrysocolaptes lucidus (Scopoli, 1786) Pelatuk Tunggir Emas LC BGI22 Dendrocopos canicapillus Caladi Belacan NT BGI23 Picus canus Pelatuk Muka Kelabu LC I BGI
Pycnonotidae24 Pycnonotus brunneus (Blyth, 1845) Merbah Mata Merah LC AFGIF25 Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1786) Merbah Cerukcuk LC AFGIF26 Pycnonotus plumosus (Blyth, 1845) Merbah Belukar LC AFGIF27 Pycnonotus simplex (Lesson, 1839) Merbah Corok-Corok LC AFGIF
Rhipiduridae28 Rhipidura javanica (Sparrman, 1788) Kipasan Belang LC 1 SI
Silviidae29 Prinia Sp Prenjak LC AFGI30 Gerygone sulphurea Remetuk Laut LC AFGI
61
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
31 Orthotomus atrogularis (Temminck, 1836) Cinenen Belukar LC AFGIMotacillidae
32 Anthus novaeseelandiae Apung Tanah LC AFGIPsittacidae
33 Psittacula alexandri Betet BiasaStrigiformes
34 Otus mantananensis Celepuk Mantanani LC NPIPlociidae
35 Passer montanus Gereja Erasia LC AFGISturnidae
36 Acridotheres javanicus Kerak Kerbau LC AFGI37 Aplonis panayensis Perling Kumbang LC AFGI
Rallidae38 Amaurornis phoenicurus Kareo Padi LC MIP
Keterangan: R = Raptor; SI = Sallying insectivore; AFGI = Arboreal foliage gleaning insectivore; SBGI = Sallying substrate gleaning insectivore; AF = Arboreal
frugivore; AFGIF = Arboreal foliage gleaning insectivore/frugivore; NPI = Nocturnal predator/insectivore; BGI = Bark gleaning insectivore;TO = Terresterial insectivore; NI = Nectarinivore/insectivore; AI = Aerial insectivore; TI = Terresterial insectivoreNIF = Nectarinivore-insectivore-frugivore; AFP = Arboreal frugivore/predator; MIP = Miscellananeous insectivore/piscivore
PP = Jenis burung dilindungi berdasar PP No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa LC = Least concern (beresiko rendah); NT = Near threatened (hampir terancam); Vu = Vulnerable (rentan)
62
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Lampiran 3.2 Deskripsi beberapa burung terdokumentasi di Tanjung Una
Merbah Cerukcuk
Deskripsi : Memiliki leher dan sayap pendek, ekor agak panjang, dan paruh ramping. Mempunyai bulu yanghalus dan lembut, beberapa jenis berjambul tegak. Bulu burung jantan dan betina mirip, kebanyakanmempunyai warna bulu yang buram dengan pola warna kuning, jingga, hitam, dan putih. Burungcucak-cucakan terutama merupakan burung pemakan buah-buahan, walaupun mereka juga memakanserangga. Merupakan burung yang penuh percaya diri, dengan kicauan yang ramai, dan sangat musikal padabeberapa jenis. Cenderung hidup di pohon dan membuat sarang berbentuk mangkuk yang tidak rapi.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat sampai ketinggian 1.500 m, di Sumatera (termasuk pulau-pulaudi bagian timur), Kalimantan (termasuk Batambangan dan Maratua), Jawa, dan Bali. Kebiasaan: Membentukkelompok, sering berbaur dengan burung cucak-cucakan lain. Berkumpul ramai-ramai di tempat bertengger.Menyukai habitat terbuka, tumbuhan sekunder, tepi jalan, dan kebun.
Merbah Belukar
Deskripsi : Berukuran sedang (20 cm), berwarna coklat keabuan, buram dengan mata merah dan sayapberwarna zaitun. Tubuh bagian atas kehijauan, dagu dan tenggorokan keputih-putihan, penutup telingabercoretkan keputih-putihan. Tubuh bagian bawah rapi bercoretkan kuning tua, bawah ekor coklat kuning.
Penyebaran global : Semenanjung Malaysia, Palawan, dan Sunda Besar. Penyebaran lokal dan status: DiSumatera dan Kalimantan, umum terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 300 m. Di Jawaterutama terdapat di Jawa barat dan Jawa timur, sampai ketinggian 800 m, juga terdapat di Bawean. Di Balitidak tercatat. Kebiasaan: Sering mengunjungi pinggir hutan, perkebunan, dan lahan dengan sedikitpepohonan. Umumnya hidup sendirian atau berpasangan, pada tajuk tengah dan atas.
63
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Merbah Mata Merah
Deskripsi : Berukuran agak kecil (17 cm), berwarna coklat polos dengan mata merah. Tanpa kacamata jinggaseperti Merbah kacamata, dan berukuran lebih kecil serta kurang hijau ketimbang Merbah belukar, dan tanpacoretan putih pada penutup telinga. Mirip dengan Merbah corok-corok dari Kalimantan, tetapi tunggingnyaberwarna kuning kecoklatan lebih gelap. Iris merah (coklat pada remaja), paruh coklat, kaki coklat juga.
Penyebaran lokal dan status: Umum terdapat di hutan dataran rendah Sumatera dan Kalimantan. Di Jawahanya diketahui dari Kep. Mata Siri di L. Jawa. Tidak tercatat di Bali. Kebiasaan: Lebih menyukai hutansekunder, pinggir hutan, dan semak.
Kipasan Belang
Deskripsi : Pemakan serangga. Kepala bulat, paruh runcing kecil, berpangka buram. Sebagian suka mencarimakan dalam kelompok campuran bersama jenis lain. Berukuran sedang (19 cm), berwarna hitam dan putih.Dewasa: tubuh bagian atas kelabu jelaga dengan alis, dagu, dan tenggorokan. Iris coklat, paruh dan kaki hitam.
Penyebaran lokal: Penghuni yang umum terdapat di seluruh Sunda Besar (termasuk pulau-pulau disekitarnya),sampai ketinggian 1.500 m. Kebiasaan: Khas kipasan yang aktif di daerah hutan terbuka, termasuk hutansekunder, pekarangan, dan hutan mangrove. Kadang campuran.
64
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Apung Tanah
Deskripsi: Berukuran sedang (18 cm), berwarna coklat bercoret, bertungkai panjang. Hidup di padang rumputterbuka. Tubuh bagian atas ber Iris coklat, paruh atas coklat, paruh bawah kekuningan, kaki merah muda.
Kebiasaan: Lebih menyukai padang rumput terbuka di sepanjang pesisir atau gunung tinggi, padangalang-alang terbakar, dan sawah kering. Terlihat sendirian atau dalam kelompok kecil. Tinggal di tanah, sukaberdiri tegak.
Bondol Kalimantan
Deskripsi: Bondol berukuran sedang (11 cm), berwarna gelap. Perbedaannya dengan bondol lain: buluseluruhnya coklat kehitaman. Iris coklat, paruh bawah kelabu, paruh atas hitam, kaki hitam.
Penyebaran global: Endemik di Kalimantan. Penyebaran lokal dan status: Umum di pinggir hutan, semaksekunder, padang rumput, dan lahan pertanian, dari permukaan laut sampai ketinggian 500 m di s Kebiasaan:Seperti bondol lain, hidup di sawah atau sepanjang sungai, jauh di pedalaman.
65
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Gereja Erasia
Deskripsi: Berukuran sedang (14 cm), berwarna coklat. Mahkota berwarna coklat berangan, dagu,tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata hitam, tubuh bagian bawah kuning Iris coklat, paruh kelabu, kakicoklat Penyebaran lokal dan status: Sangat umum di kota-kota dan desa-desa di Sumatera Di Jawa, dan Balimerupakan burung yang umum di kota da pada tahun 1964, sekarang menetap dengan baik di beberapa kotapesisir dan baru-baru ini juga ditemukan di pedalaman. Kebiasaan: Berasosiasi dekat dengan manusia. Hidupberkelompok di sekitar rumah, gudang, dll. Mencari makan di tanah, dan lahan pertanian.
Kangkareng Perut Putih
Deskripsi: Berukuran kecil (45 cm), berwarna hitam dan putih. Tanduk besar, berwarna putih- kuning. Buluhitam seluruhnya, kecuali bercak di bawah mata, perut bawah, paha, dan penutup ekor bawah putih sertaujung puti Iris coklat tua, kulit tidak berbulu di sekitar mata dan tenggorokan berwarna putih, paruh dantanduk putih-kuning dengan bintik putih pada pangkal rahang bawah dan tanduk bagian depan, kaki hitam.
Penyebaran lokal dan status: Burung yang mencolok di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah diseluruh Sunda Besar. Kebiasaan: Dibandingkan dengan enggang lain, lebih menyukai habitat yang lebihterbuka seperti pinggir hutan, hutan bekas tebangan. Status dilindungi.
66
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Celepuk Mantatani
Burung hantu sangat dikenal, tersebar di seluruh dunia. Ciri khasnya adalah bermata besar. Burung malampemangsa dengan suara yang angker. Kepala besar dan bulat, muka rata, dan mata mengawasi ke depan.Kebanyakan jenis ini mempunyai bentuk piringan muka yang khas di seputar mata. Aktif pada malam hari,tetapi sulit dilihat. Identifikasi yang paling baik adalah melalui suara.
Deskripsi: Berukuran kecil (18 cm), berwarna coklat kemerahan gelap, berbintik-bintik. Berkas telingamencolok, mata kuning. Tidak berkerah seperti Iris kuning kehijauan, paruh dan kaki abu-abu. Kebiasaan:Seperti celepuk lain, menyukai pinggir hutan, hutan terbuka, dan kebun.
Cekakak Suci
Deskripsi: Berukuran sedang (22 cm), berwarna biru putih.
Penyebaran lokal dan status: Pengunjung yang agak jarang ke Kalimantan dan Sumatera, lebih umum di bagianselatan. Di Jawa dan Bali paling umum terlihat dekat laut, lebih umum di bagian timur. Kebiasaan: Duduk padatiang, pohon di hutan mangrove, atau bahkan turun ke pasir atau lumpur.
67
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Pekaka Emas
Deskripsi: Berukuran sangat besar (35 cm). Ciri khasnya adalah punggung biru dengan paruh merah mencolok.Mahkota, sisi muka, dan tengkuk coklat abu Iris coklat, paruh dan kaki merah. Umum terlihat di sungai-sungaibesar di Kalimantan, tetapi kurang umum di Sumatera. Keberadaannya tidak tetap di daerah pantai dan sungaibesar dataran rendah di Jawa. Mulai jarang di Jawa timur. Dulu pernah ada di Bali, tetapi sekarang tidak adacatatan baru. Kebiasaan: Hidup berpasangan tetapi berburu sendirian. Mengunjungi sungai besar, hutanmangrove,
Cinenen Belukar
Deskripsi: Berukuran kecil (10 cm). Perut putih, mahkota merah karat, ekor panjang yang sering ditegakkan,tungging kuning, tenggorokan dengan Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kemerahmudaan, kakiabu-abu kemerahmudaan. Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) danKalimantan (termasuk Natuna dan Anambas), umum terdapat di dataran rendah sampai ketinggian 1.200Kebiasaan: Mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, tepi sungai, dan pekarangan.
68
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Burung Kerbau
Deskripsi: Berukuran sedang (25 cm). Bulu kelabu tua (hampir hitam), kecuali bercak putih pada bulu primer(terlihat mencolok, iris jingga, paruh dan kaki kuning.
Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil atau besar. Sebagian besar mencari makan di atas tanah, lapanganrumput, dan sawah.
Kuntul Kecil
Deskripsi: Berukuran sedang (60 cm), berbulu putih. Pada masa berbiak: bulu putih bersih, tengkuk berbulutipis panjang, bulu pada punggung dan dada berjuntai. Iris kuning, kulit muka kuning kehijauan(kemerahjambuan pada masa berbiak), paruh selalu hitam, tungkai dan kaki hitam (dengan jari kuning padaras pendatang migrasi). Tidak jarang ditemukan di daerah pesisir (sampai ketinggian 900 m di sekitar
Kebiasaan: Mengunjungi sawah, tepi sungai, gosong pasir dan lumpur, dan sungai kecil di pesisir. Mencarimakan dalam kelompok yang tersebar, sering berbaur dengan jenis lain. Kadang-kadang menyambarmangsanya di pinggir air dangkal di pantai. Terbang membentuk ke tempat beristirahat pada malam hari.Bersarang dalam koloni bersama dengan burung air lain.
69
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Prenjak
Deskripsi: Berukuran agak besar (13 cm), berwarna hijau-zaitun. Ekor panjang, dada putih, perut kuning khas.Kepala kelabu, alis mata keputih Iris coklat, paruh atas hitam sampai coklat, paruh bawah berwarna pucat, kakijingga.
Penyebaran lokal dan status: Di Sumatera (termasuk Nias) dan Kalimantan, sering terlihat sampai ketinggian900 m. Di Jawa barat, agak jarang di habitat
Kebiasaan: Menghuni rawa gelagah, padang rumput tinggi, dan semak-semak. Cukup pemalu. Tinggal direrumputan
Caladi Belacan
Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), bersetrip hitam dan putih. Tanpa warna merah pada bagian bawah,mahkota abu-abu. Jantan: coretan merah di atas dan di belakang mata. Tersapu jingga kuning pada dada,perut bercoretkan kehitaman. Iris coklat keputih-putihan, paruh abu-abu, kaki abu-abu kehijauan.
Penyebaran lokal: Di Kalimantan terdapat di hutan dataran rendah.
70
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Madu Sepah Raja
Deskripsi: Berukuran sedang (13 cm termasuk ekornya yang panjang), berwarna merah terang (jantan). Sangatmirip Burung Iris gelap, paruh kehitaman, kaki kebiruan.
Penyebaran lokal: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk pulausampai ketinggian 800 m.
Kebiasaan: Terlihat sendirian atau berpasangan, mendatangi semak-semak Erythrina dan pohon-pohon sejenisyang sedang berbunga di perkebunan dan pinggir hutan.
Lampiran 3.2 Deskripsi beberapa Rodentia terdokumentasi di Tanjung Una
Tikus Belukar
Deskripsi: Rambut tubuh kasar, berambut pengawal hitam dan panjang. Pakan Sundamys muelleri yaituserangga, buah, daun, dan tunas yang ada di pepohonan. Habitat: Hutan primer, hutan sekunder, berada didekat sungai atau daerah yang lembab.
Distribusi: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Philippines, Thailand. Penyebaran: Tutupanlahan kebun kelapa.
71
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Tikus Duri Coklat
Deskripsi : berukuran sedang di mana bagian atas berwarna cokelat, lebih gelap di garis tengah, denganbanyak duri kaku berwarna abu-abu-coklat. Bagian bawah berwarna putih dengan banyak duri pendekberwarna putih, dan biasanya dengan garis-garis coklat tua di tengah pada orang dewasa, tetapi tidak pernahdengan bercak tenggorokan oranye. Warna putih bagian bawah memanjang ke bawah dalam garis sempit kekaki. Di atas ekor berwarna coklat, pucat di bawah dan berambut tipis. (Payne et al. , 1985).
Tikus Ladang
Deskripsi: Hewan ini memiliki panjang sekitar 14 – 19 cm dengan panjang ekor 12 – 18 cm. Beratnya berkisarantara 80 sampai 130 gr. Kulitnya berwarna coklat pada bagian atas, putih atau agak abu-abu pada bagianventral, dan gelap pada bagian ekor. Tikus pohon terutama aktif pada malam hari dan hidup di daerah hutanpesisir, hutan bakau, atau padang rumput, tikus pohon biasanya menbuang sarangnya seperti sarang burung
72
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
BAB IV KERAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREA TANJUNG UNA
Oleh : Teguh Muslim, Widyawati dan Agung Siswanto
A. LATAR BELAKANG
Secara etimologis, herpetofauna berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata herpet
berarti melata dan fauna berarti binatang/hewan/satwa. Jadi herpetofauna adalah satwa
melata. Penelitian mengenai herpetofauna di Indonesia masih sedikit dilakukan dan
sangat terbatas lokasinya (Mistar 2003; Kusrini et al. 2003). Data dan informasi mengenai
herpetofauna atau lebih dikenal dengan amfibi dan reptil masih terbatas pada kawasan
yang alami atau primer (kawasan yang belum terdegradasi). Sementara pada kawasan
yang mengalami kerusakan akibat konversi lahan belum banyak dipublikasikan. Survei dan
penelitian mengenai herpetofauna masih dianggap belum terlalu penting jika
dibandingkan dengan satwa liar lainnya seperti misalnya dari mamalia dan aves.
Umumnya satwa liar yang lebih penting berukuran besar dan daya jelajah yang tinggi
sehingga memerlukan ruang atau kawasan lebih luas dan harus dilestarikan.
Herpetofauna juga memiliki penyebaran yang sangat luas hampir di semua tipe
habitat, akan tetapi ada beberapa jenis yang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik
tertentu sehingga baik dijadikan sebagai indikator terjadinya perubahan lingkungan
(Iskandar, 1996). Secara ekologis merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem
yang memiliki peranan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, karena
sebagian besar herpetofauna berperan sebagai predator pada tingkatan rantai makanan
di suatu ekosistem (Iskandar, 1996; Kusrini et al. 2003).
Mempertimbangkan fakta dari cepatnya penebangan dan pengalihan fungsi hutan,
usaha untuk melindungi komponen biologi (dalam hal ini amfibi dan reptil) sangat
diperlukan (Iskandar and Erdellen, 2006). Kawasan terdegradasi, terganggu dan
pengalihan fungsi hutan dapat berupa fragmentasi hutan, hutan sekunder bekas tebangan
atau kebakaran, pertambangan, perkebunan, pemukiman, serta pembangunan fasilititas
73
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
lainnya untuk kepentingan hidup dan kehidupan manusia. Kehadiran dan keberadaan
herpetofauna pada area terdegradasi dapat berasal dari jenis yang tersisa dari area itu
sendiri ataupun berasal dari kawasan yang berdekatan dengan area terdegradasi tersebut.
Kehadiran atau kemunculan jenis herpetofauna pada area yang terdegradasi
dimungkinkan karena adanya salah satu faktor yang lebih dominant. Faktor yang lebih
besar kemungkinannya adalah sumber pakan, karena pada umumnya sumber pakan
berupa serangga lebih mudah dan banyak dijumpai pada area terdegradasi. Sedangkan
untuk tinggal, menetap dan berkembangbiak belum memungkinkan bagi herpetofauna
karena sebagian besar herpetofauna sangat tergantung pada habitat yang sesuai
(microhabitat). Seperti semua makhluk hidup yang selalu bergantung pada air, maka
herpetofauna juga sangat tergantung dengan keberadaan sumber air bahkan
membutuhkan porsi yang lebih dari satwa liar lainnya kecuali satwa akuatik.
Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesia, 16% dari herpetofauna dunia
terdapat di Indonesia, dengan jumlah lebih dari 1100 jenis. Sedangkan untuk reptil lebih
dari 600 jenis terdapat di Indonesia dengan peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki
kekayaan jenis paling tinggi di dunia (Bappenas, 1993; Mistar, 2003; Kusrini et al. 2003).
Amfibi di Indonesia ada dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona
dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya,
sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai
sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan
satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Iskandar, 1998).
Tulisan ini disusun berdasarkan hasil survei dan penelitian yang dilakukan sendiri
dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan literatur yang berakaitan dengan bio-ekologi
herpetofauna. Survei bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: a). daftar/jumlah
jenis herpetofauna yang di lokasi (Species checklist) Tanjung Una, b). kelimpahan individu
jenis berdasarkan kategori skala DAFOR, dan c). kondisi penggunaan habitat dan
menemukan jenis indikator penciri habitat dan kualitas lingkungan di area Tanjung Una.
74
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Tulisan ini diharapkan dapat membantu dalam upaya mitigasi pengelolaan habitat
hidupan liar dari remcana pembukaan area untuk penambangan minyak di Area Tanjung
Una, Pertamina EP5 Sangasanga Field.
B. METODE
B.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan
Kegiatan survei herpetofauna dilakukan di Area Tanjung Una, Kecamatan
Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Survei lapangan
dilaksanakan selama 8 hari, yaitu pada tanggal 23 s.d. 30 Juli 2019.
B.2 Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan yang digunakan anatara lain senter kepala, sarung tangan,
stick ular (Grabstick), plastic specimen, baterai cadangan, kamera, GPS, termohygro,
timbangan, penggaris, pita meter, jas hujan, sepatu boot, buku panduan pengenalan jenis,
teropong night vision, perahu (boat), jaket pelampung, alat tulis, tallysheet..
B.3 Metode Survei
Survei dilakukan dengan metode aktif atau pencarian langsung (visual encounter
survey) pada patch sampling/transek. Pencarian dilakukan di area terbuka, yaitu jalan,
jalan setapak serta jalur sungai, dan di area bervegetasi alami. Survei dilakukan pada sore
hari pukul 16.00 - 18.00 WITA dan malam hari pukul 19.00 - 22.00 WITA. Survei sore
dilakukan untuk pencarian herpetofauna khususnya reptil, sekaligus memetakan posisi
plot survei untuk malam harinya.
Penentuan plot survei berdasarkan kondisi lapangan, terutama di area yang
dapat/memungkinkan untuk diakses: pinggir/batas wilayah hutan, spot air, area terbuka
dan area bervegetasi mengikuti jalur survei botani dan burung (dijelaskan pada Bab I dan
Bab III). Jenis yang dijumpai kemudian ditangkap menggunakan tangan yang dilengkapi
sarung tangan (khususnya herpetofauna tidak berbahaya atau berbisa, seperti katak) dan
75
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
alat bantu (grab stick) untuk jenis berbisa, seperti ular. Setelah ditangkap, dilakukan
identifikasi jenis awal, pengukuran (berat dan panjang), pengambilan gambar (foto)
kemudian dilepaskan. Untuk jenis yang belum dapat diidentifikasi dalam waktu cepat,
maka dilakukan pengambilan sampel untuk diidentifikasi lebih lanjut. Titik lokasi temuan
satwa di identifikasi menggunakan (GPS-Garmin)/(Avenza/GPS essential-Android) dan
dicatat dalam tally sheet. Beberapa spesies yang tidak dijumpai secara langsung
(informasi yang akurat) dan yang terlihat akan tetapi tidak terekam dalam dokumentasi
juga dicatat dalam database hasil survei. Identifikasi spesies herpetofauna dilakukan
menggunakan panduan Inger and Stuebing (2005), Das (2004), Malkmus et al (2002),
Mistar (2008), Stuebing and Inger (1999) serta website : https://amphibiaweb.org dan
www.reptile-database.org.
B.4 Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil survei di lapangan kemudian dinalisis secara
deskriptif berdasarkan jumlah jenis, jumlah individu suatu jenis, kondisi habitat
(microhabitat), dan dominansi suatu jenis. Pengukuran kepadatan relatif dengan membuat
ranking atas jenis yang jumpai berdasarkan jenis yang paling sering dijumpai sampai jenis
yang terjarang dengan metode stratifikasi (kategori sangat umum adalah bila dalam 10 kali
pengamatan selalu dijumpai individu dari jenis tersebut dalam jumlah lebih dari 10 individu
per pengamatan). Dalam analisisis data tersebut dikuantifikasikan dengan menggunakan
skala DAFOR, yaitu Dominant = 5, Abundant = 4, Few = 3, Occasionally = 2, dan Rare = 1.
.
76
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar 1.2 Sebaran lokasi survei dan pengamatan Herpetofauna di Area Tanjung Una
77
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Ciri Umum Herpetofauna
Penyebaran habitat herpetofauna sangat luas mulai dari hutan ke padang pasir
sampai padang rumput. Herpetofauna merupakan kelompok hewan melata, anggota dari
kelompok ini adalah Amfibi dan Reptil. Amfibi adalah vertebrata atau binatang bertulang
belakang yang memiliki kemampuan untuk hidup di dua alam atau lingkungan yang
berbeda. Ketika baru menetas hidup dalam air dan bernafas menggunakan insang,
kemudian ketika dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Amfibi
mempunyai ciri antara lain: bentuk bervariasi, fertilisasi ekternal (kawin dengan
pembuahan sel telur diluar tubuh), telur tidak bercangkang, melalui proses
metamorphosis (perkembangan bersamaan dengan perubahan bentuk), kulit tipis dan
permeable, memerlukan suhu eksternal).
Sedangkan reptil merupakan satwa bertulang belakang yang bersisik. Ciri reptil
antara lain: bentuk bervariasi, fertilisasi internal, telur bercangkang, kulit tertutup sisik,
memerlukan suhu eksternal. Amfibi dan Reptil merupakan hewan yang sering disebut
berdarah dingin. Istilah ini kurang tepat karena suhu bagian dalam yang diatur
menggunakan perilaku mereka seringkali lebih panas daripada burung dan mamalia
terutama pada saat mereka aktif. Amfibi maupun Reptil bersifat ektoterm dan poikiloterm
yang berarti mereka menggunakan sumber panas dari lingkungan untuk memperoleh
energi (Kusrini et al. 2003).
C.2 Jenis Herpetofauna Teridentifikasi di Tanjung Una
Jumlah jenis Heretofauna yang teridentifikasi adalah sebanyak 20 spesies dari 2
kelas yaitu : Amfibi dan Reptil. Dua kelas tersebut mewakili ordo Sauria: Colubridae,
Phytonidae, Scincidae, Lacertidae, Geckonidae, Varanidae. Sedangkan ordo Anura :
Dicroglossidae dan Ranidae. Berdasarkan waktu survei yang relatif singkat dan area
78
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
keterjangkauan survei yang terbatas pada daerah pesisir, jumlah temuan dalam survei ini
adalah cukup tinggi.
Dua puluh jenis temuan dalam survei ini belum menggambarkan keragaman jenis
Herpetofauna di Tanjung Una. Survei lanjutan perlu dilakukan untuk memperkaya daftar
jenis Herpetofauna di Tanjung Una. Dokumentasi gambar memang tidak sepenuhnya
melengkapi data hasil temuan, akan tetapi spesies-spesies yang teridentifikasi masih
termasuk dalam spesies herpetofauna di Kalimantan. Peluang ditemukan spesies yang
tidak/belum teridentifikasi atau bahkan spesies baru relatif tersedia. Untuk hal ini,
diperlukan keahlian khusus dibidang taxonomi herpetofauna dan waktu survei yang lebih
panjang. Beberapa artikel terbaru menyebutkan beberapa temuan spesies baru untuk
herpetofauna, khususnya katak dan cecak. Contohnya adalah genus Leptobrachella yang
ditemukan di Kalimantan: Leptobrachella fusca dan Leptobrachella bondangensis (Koshiro
et al, 2018). Genus Cyrtodactylus yang ditemukan di Sulawesi : Cyrtodactylus tahuna
(Riyanto et al, 2018); Genus Cnemaspis yang ditemukan di Belitung : Cnemaspis purnamai
(Riyanto et al, 2017).
Penggunaan habitat dapat digunakan untuk menduga bagaimana seleksi dan
preferensi satwa tersebut di habitatnya (Garshelis, 2000). Seleksi sumber daya oleh satwa
liar dapat menjadi informasi penting untuk mengetahui hubungan antara kondisi habitat
dan cara suatu jenis satwa liar tersebut menemukan kebutuhannya untuk bertahan hidup
(Manly et al., 2002). Kehadiran dan jumlah jenis yang rendah pada suatu habitat tertentu
dapat memberikan indikasi bahwa kualitas lingkungan di lokasi tersebut relatif rendah.
Salah satu penyebab menurunnya populasi jenis adalah destruksi habitat (Denoel, 2012).
Ul-Hasanah (2006) menemukan bahwa jenis katak yang terdapat di habitat yang tidak
terganggu memiliki jumlah jenis yang lebih banyak daripada di habitat yang terganggu.
Dugaan ini didukung oleh pernyataan Wanda et al. (2012) yang menyebutkan
bahwa heterogenitas jenis vegetasi pada suatu habitat juga mempengaruhi
keanekaragaman jenis katak (anura). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
79
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Rios-Lopez et al., (2007) yang menyebutkan untuk meningkatkan kekayaan suatu jenis
(herpetofauna) maka perlu peningkatan heterogenitas jenis vegetasi. Karakteristik
habitat herpetofauna merupakan genangan air alami (Muslim, 2017), suatu jenis tertentu
yang habitatnya alaminya adalah terrestrial/arboreal harus bermigrasi menuju sumber air
saat bertelur (Solsky et al, 2014). Lantai hutan Tanjung Una relatif basah dan lembab
serta terdapat banyak spot genangan air dangkal, meskipun tidak terdapat sungai yang
mengalir. Gooch et al. (2006) menyebutkan bahwa herpetofauna memiliki sifat
eksotermal dan relatif memilki daya jelajah yang sempit dengan terbatasnya kemampuan
penyebaran.
C.3 Amfibi
Di indonesia tercatat sekitar 354 spesies katak, terbanyak dari famili Microhylidae
(115 jenis), selanjutnya Rhacophoridae (50), Ranidae (42), Dicroglossidae (38), Bufonidae
(25), dan Megophryidae (13) (Amphibiaweb, 2018). Di Kalimantan tercatat sebanyak 150
spesies katak yang baru diketahui yang terdiri dari : Microhylidae (21), Rhacophoridae (36),
Ranidae dan Dicroglossidae (40), Bufonidae (28), dan Megophryidae (22). (Inger dan
Stuebing, 2005).
Dilihat dari perbandingan jumlah spesies yang ada di Indonesia dan Kalimantan
setidaknya 40% lebih spesies katak di Indonesia terdapat di Kalimantan. Data jumlah
spesies belum semua terbaharui, karena banyak riset survei yang ternyata menemukan
spesies baru yang belum pernah ditemukan dan tercatat sebelumnya. Sedangkan
berdasarkan tabel 1. menunjukkan di kelas amfibi terdiri dari 2 famili yaitu :
Dicroglossidae (3), Ranidae (4 spesies). Bila dibandingkan dengan jumlah spesies setiap
kelompok famili yang ada di Kalimantan terlihat bahwa hasil survei belum mewakili
persentase spesies setiap kelompok.
80
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Tabel 4.1 Komposisi spesies amfibi di Area Tanjung Una, Sangasanga
No. Spesies Famili Total Record Keterangan
1 Fejervarya cancrivora
Dicroglossidae
17 Dominant
2 Fejervarya limnocharis 4 Abundant
3 Limnonectes paramacrodon 9 Dominant
4 Pulchrana glandulosa
Ranidae
4 Abundant
5 Hylarana erythraea 10 Dominant
6 Chalcorana chalconata 1 Rare
7 Amnirana nicobariensis 1 Rare
Dikenal sebagai “Mangrove Frog”, Fejervarya cancrivora adalah jenis dengan
kepadatan tertinggi di Area Tanjung Una. Area Tanjung Una sendiri termasuk kategori
hutan mangrove karena sangat dipengaruhi pasang surut air dan dekat dengan pengaruh
air laut, meskipun tidak dijumpai vegetasi jenis Rhizophora sp (Bakau) sebagai salah satu
penciri utama hutan mangrove. Akan tetapi, terdapat penciri vegetasi jenis lain seperti
rambai laut, perpat sebagai makanan bekantan, Avicenia sp (Api Api) dengan perakaran
nafas (mirip ujung tombak), Bruguiera sp dengan akar lutut, Nipah Nipah. Fejervarya
cancrivora ditemukan di hampir setiap lokasi survei, yaitu didaratan yang jauh dari sungai
besar sampai pesisir sungai. Berbeda dengan di area pertambangan yang cenderung
berkelompok dalam kolam settling pond dengan dasar kolam berlumpur akibat
sedimentasi dari aktivitas penambangan batubara (Muslim et al., 2018)
Fejervarya limnocharis juga relatif sering dijumpai (Abundant) dan hampir masuk
dalam kategori Dominant jika area survei dapat lebih luas mengakses dibeberapa lokasi
terutama bagian tengah daratan area Tanjung Una. Fejervarya limnocharis hanya
ditemukan dipermukaan tanah yang lebih tinggi dan relatif lebih jauh dari sumber air
dibandingkan Fejervarya cancrivora. Di kawasan hutan sekunder, jenis ini lebih sering
81
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
dijumpai di area yang terbuka seperti di pinggir hutan atau jalan setapak untuk survei.
Meskipun jenis ini lebih cenderung sering dijumpai area terbuka, akan tetapi bukan diluar
kawasan hutan. Itu berarti jenis ini hanya memiliki toleransi rendah pada pembukaan
kawasan hutan sehingga tidak mungkin dijumpai pada area yang terdegradasi berat
ataupun dipemukiman penduduk.
Limnonectes paramacrodon (Inger, 1966) dalam status IUCN Red List version 3.1
termasuk mendekati keterancaman. Jenis ini diketahui tersebar di wilayah Borneo,
Singapura, Thailand, Natuna dan Sumatera. Penyebarannya mungkin dapat terjadi lebih
luas dari cacatan yang sudah ada. Habitat jenis ini sementara tercatat hanya ditemukan di
ketinggian kurang dari 200 m dpl. Secara umum, dapat ditemukan di hutan rawa dataran
rendah dengan sungai-sungai kecil dan aliran air, habitatnya menjadi terbatas dengan
batas jarak dari area basah kurang dari 50 M (< 2000 m2). Belum ada informasi mengenai
status populasi, hanya tren populasinya saat ini menunjukkan penurunan. Jenis ini mampu
bertoleransi pada area terbuka di HPH, tetapi tidak dapat beradaptasi pada area yang
dikonversi dengan tekanan lebih berat terhadap habitatnya. Sistem dalam siklus hidupnya
dikategorikan terrestrial, akuatik air tawar (IUCN, 2004).
Jenis ini termasuk kelompok famili Dicroglossidae dengan moncong bulat
memanjang. Secara umum, ukuran panjang SVL Jantan berkisar 60–75 mm, sedangkan
betina berkisar 55–66 mm. Punggung tegap dan dan bonggol kecil. Terdapat area bercak
hitam berkilau pada postocular, dengan tympanium terlihat bersih dan garis hitam
memanjang dari ujung moncong sampai menyempit. Bagian perut bawah dan paha
berwarna pucat, sementara kepalanya, tubuh bagian atas dan sisi samping berwarna
abu-abu atau berwarna coklat kemerahan. Ujung dari jari kaki belakang membulat
(dengan selaput diantara jari, kecuali pada jari ke-4), tetapi kaki bagian depan tidak.
Limnonectes paramacrodon dapat toleran dari pengaruh deforestasi, tetapi jenis
ini tidak dapat beradaptasi terhadap kerusakan berat atau perubahan besar pada habitat .
Degradasi lingkungan dapat mendorong laju kepunahan Limnonectes paramacrodon pada
82
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
habitatnya (Kurniawan et al. 2017). Catatan penting untuk L. paramacrodon adalah
bahwa umumnya jenis ini banyak dijumpai di wilayah yang terdapat sungai kecil dan aliran
air yang jauh dari pengaruh pasang surut air laut. Akan tetapi di area Tanjung Una
merupakan hutan rawa dataran rendah yang mengalami pasang surut air dan dekat
dengan pengaruh air laut sehingga masih termasuk kategori hutan mangrove. Hasil
observasi menunjukkan bahwa Limnonectes paramacrodon mendiami area dekat dengan
sungai. Kehadiran Limnonectes paramacrodon mencirikan kualitas lingkungan di Area
Tanjung Una masih cukup baik.
Selain Fejervarya cancrivora, terdapat juga jenis katak lain yang mencirikan habitat
pantai air tawar atau mangrove dengan pengaruh salinitas rendah yaitu Pulchrana
glandulosa yang sangat umum dijumpai dekat dekat area berair tawar sampai dipinggir
pantai yang lebih dekat dengan area hutan. Jenis ini memiliki ciri warna totol-totol hitam
dengan tubuh relatif ramping dari ukuran keci sampai sedang. Sedangkan Fejervarya
cancrivora dapat mencapai ukuran maksimal hingga sulit untuk ditangkap tangan secara
langsung tanpa menggunakan alat. Untuk peringkat kelimpahan individu, jenis Pulchrana
glandulosa termasuk dalam kategori Abundant sama dengan peringkat kelimpahan
Fejervarya limnocharis.
Hylarana erythraea juga cenderung memiliki persebaran luas hampir sering
dijumpai bersamaan dengan Fejervarya cancrivora. Fejervarya cancrivora dijumpai di luar
area hutan dekat dengan akses menuju area pantai laut daripada area hutan. Lokasi
terimplikasi oleh salinitas air laut bukan area yang sesuai untuk jenis lain tetapi Fejervarya
cancrivora dapat menyesuaikan untuk bertahan meskipun dengan kondisi salinitas yang
relatif tinggi. Meskipun masih menggunakan kolam air tawar untuk berkembang biak.
Hylarana erythraea menepati urutan dominant kedua setelah Fejervarya cancrivora di
luar hutan. Namun jenis ini lebih suka kolam dangkal (sekitar 5 – 7.5 cm) sebagai tempat
bertelur dan kekhasan berlimpah di area terbuka. Diluar kawasan hutan memberikan
keuntungan bagi katak untuk beradaptasi di area terbuka. Menjelaskan mengapa jenis
seperti Fejervarya cancrivora dan Hylarana erythraea dominant di luar kawasan berhutan.
83
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Fejervarya cancrivora (Gravenhorst), dapat dikatakan mendominasi area tanjang una
karena sering dijumpai setiap hari survey lebih dari 1 ekor.
Chalcorana chalconata dan Amnirana nicobariensis hanya ditemukan
masing-masing 1 (satu) individu. Chalcorana chalconata tidak mudah ditemukan didaratan
(terestrial) meskipun termasuk dalam kelompok Ranidae akan tetapi lebih umum dijumpai
diatas vegetasi semak ataupun pohon seperti halnya kelompok katak pohon
Rhacophoridae khususnya genus Polypedates. Sedangan Amnirana nicobariensis
umumnya mendiami spot-spot air di area terbuka. Perjumpaan jenis A. nicobariensis yang
sangat jarang dapat menjadikan indikasi bahwa area sekitar yang lebih luas relatif masih
baik dan belum terdegradasi. Berbeda halnya jika jenis A. nicobariensis mudah ditemukan
dalam jumlah banyak mengindikasikan bahwa suatu area telah terdegradasi secara masif.
C.4 Reptilia
Menurut catatan pada database reptil terdapat 750 spesies di Indonesia (reptile
database, 2018), terdiri dari ular (354 jenis), kadal (360 jenis), kura-kura (32 jenis), Buaya
(4 jenis). Untuk wilayah Kalimantan sendiri tercatat 301 spesies reptil terdiri dari ular (158
jenis), kadal (129 jenis), kura-kura (11 jenis) dan buaya (3 jenis). Sedangkan dari hasil
survei singkat tercatat 13 spesies reptil yang teridentifikasi, terdiri dari 6 kelompok famili
diantaranya: Colubridae (1 spesies), Elaphidae (1 spesies), Phytonidae (1 spesies),
Lacertidae (1 spesies), Scincidae (2 spesies), Geckonidae (5 spesies), Varanidae (2 spesies).
Dari hasil temuan spesies reptil relatif lebih rendah dibandingkan dengan amfibi,
walaupun jumlah spesies reptil yang ada di Kalimantan sebenarnya lebih banyak
dibandingkan amfibi. Peluang perjumpaan yang kecil untuk menemukan reptil dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor internal (perilaku reptil) ataupun faktor
lingkungan serta pemilihan lokasi dan waktu survei. Survei belum dilakukan secara intensif
untuk melakukan pencarian reptil di lokasi terrestrial, arboreal dan fossorial dengan
waktu survei hanya dilakukan pada malam hari terkadang hanya menemukan
spesies-spesies reptil yang aktif pada malam hari ataupun reptil yang beristirahat
84
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
ditempat terbuka. Perbandingan jumlah individu amfibi yang lebih banyak daripada reptil
mungkin saja menunjukkan fenomena ekosistem yang sehat karena spesies dari reptil
khususnya ular lebih banyak berperan sebagai predator bagi sebagian besar amfibi
(Muslim, 2017)
Tabel 4.2 Komposisi spesies reptil di kawasan Tanjung Una
No. Spesies Famili Total Record Keterangan
1 Eutropis rudisScincidae
2 Occasionally
2 Eutropis multifasciata 14 Dominant
3 Takydromus sexlineatus Lacertidae 3 Few
4 Hemidactylus brookii
Gekkonidae
2 Occasionally
5 Hemidactylus frenatus 5 Dominant
6 Cyrtodactylus marmoratus 2 Occasionally
7 Gehyra mutilata 5 Dominant
8 Gekko monarchus 1 Rare
9 Varanus salvatorVaranidae
7 Dominant
10 Varanus rudicollis 1 Rare
11 Ophiophagus hannah Elaphidae Belum dikonfirmasi -
12 Malayapython reticulatus Pythonidae Belum dikonfirmasi -
13 Boiga dendrophila Colubridae 1 Rare
14 Cuora amboinensis Bataguridae 1 Rare
Kadal kebun Eutropis multifasciata (Kuhl, 1820) termasuk dalam famili Scincidae
yang penyebarannya hampir di seluruh kepulauan di Indonesia, banyak dijumpai pada
kawasan yang terbuka atau terganggu yang ditutupi serasah (Das, 2004). Muslim et al.
(2016) dan Hoeve (1992) menyebutkan bahwa jenis kadal ini dapat ditemukan disekitar
85
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
persawahan, perkebunan dan semak belukar. Di Tanjung Una ditemukan beberapa
individu berukuran kecil-sedang di sekitar semak dijalan inspeksi sekitar daerah operasi
pengeboran dan menara serta area yang baru dibuka, dipinggir daerah berair, disemak
bekas tebasan pembukaan lahan pertanian yang berada di sebelah selatan sekitar 1 km
dari pusat instalasi pengeboran.
Takydromus sexlineatus (Daudin, 1802) termasuk dalam family Lacertidae,
ditemukan 3 (tiga) individu di sekitar semak rerumputan pada malam yang berbeda.
Individu pertama yang ditemukan berukuran lebih kecil dibandingankan temuan individu
pada malam ke-2. Individu pertama berukuran panjang total 17 cm dan yang kedua
berukuran panjang 25,5 cm. Individu ke-tiga berukuran panjang SVL 5 cm (ditemukan
dalam keadaan ekor putus). Jenis ini diketahui tersebar dibeberapa wilayah di Asia
Tenggara antara lain di India, Myanmar, China, Vietnam, Laos, Malaysia, Singapura,
Indonesia (Kalimantan, Jawa dan Sumatera), Kamboja and Thailand (Auliya, 2010).
Meskipun penyebarannya luas akan tetapi sangat sedikit catatan mengenai ekologi dan
habitatnya. Auliya (2010) mencatat jenis ini merupakan kadal diurnal, yang mana sering
ditemukan bergerak bebas dibelukar rumput termasuk bambu dan rerumputan.
Oleh sebab itu, jenis ini lebih dikenal kadal padang rumput (Auliya, 2010). Tipe
habitat padang rumput tinggi, tetapi juga dilaporkan habitatnya di area yang bersih atau
bervegetasi jarang di pinggir hutan dan di perkebunan terbuka (Auliya, 2010). Selain itu
juga sering ditemukan di area persawahan dengan kebiasaan yang bebas kesana-kemari
mencari makanan (serangga) di area pertanian dan dipinggirannya (Hawkeswood et al.,
2017). Status Takydromus sexlineatus menurut Red List IUCN termasuk kategori Least
Concern (LC) dengan penjelasan penyebarannya luas dan toleran dengan habitat terbuka
termasuk lingkungan buatan (Auliya, 2010). Upaya nyata konservasi belum perlu
dilakukan karena populasi dianggap tidak mengalami penurunan secara drastis (Auliya,
2010). Kadal ini termasuk jenis Terrestrial.
86
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Eutropis rudis relatif tidak mudah ditemukan, selain karena bersembunyi didalam
semak juga memiliki kemiripan dengan Eutropis multifasciata apabila pengamatan kurang
teliti apalagi untuk ukuran yang kecil sampai sedang. Berbeda ketika pengamatan individu
tersebut untuk ukuran besar, karena E. rudis hanya berukuran kecil sampai sedang
sehingga bila berukuran besar dapat dipastikan jenis tersebut adalah E. multifasciata.
Meskipun apabila dapat ditangkap akan memudahkan untuk identifikasi karena E. rudis
memiliki ciri yang khusus pada bagian punggung sisi kanan dan kiri yaitu garis warna gelap
yang jelas perbedaannya dengan bagian lain disekitar badan.
Kelompok famili Gekkonidae banyak ditemukan didekat lokasi yang terang seperti
sekitar bangunan dan lantai hutan terbuka. Setidaknya terdapat 5 (lima) jenis cecak yang
umum dijumpai disekitar bangunan dan bukan merupakan jenis cecak hutan terkecuali
untuk genus Cyrtodactylus. Meskipun Cyrtodactylus marmoratus bukan jenis penghuni
hutan primer tetapi sangat mungkin ditemukan pada hutan sekunder yang lebih mudah
untuk melakukan observasi karena terdapat area terbuka yang lebih banyak.
Ophiophagus Hannah dan Malayapython reticulatus tidak ditemukan secara
langsung pada saat survey dilakukan namun berdasarkan informasi dari masyarakat dan
pekerja di Tanjung Una pernah dijumpai bahkan lebih dari sekali untuk kedua jenis ular
tersebut. Berdasarkan observasi habitat di Tanjung Una juga sangat mungkin dijumpai
kedua jenis ular tersebut karena kondisi habitat yang merupakan habitat rawa dan berair
karena pengaruh pasang surut air. Kedua jenis ular tersebut juga memiliki persebaran
habitat yang luas bahkan sampai ke pemukiman sehingga sangat mungkin bila
Ophiophagus Hannah danMalayapython reticulatus juga mendiami area Tanjung Una.
Ular Boiga dendrophila tidak ditemukan langsung pada saat survei herpetofauna
(herping), tetapi dijumpai oleh anggota tim botani yang melaksanakan survei pada pagi
sampai sore hari. Masyarakat lokal menamakan jenis ular tersebut dengan nama “ular
damar”. Jenis ular ini sering dijumpai disekitar pepohonan dekat dengan pantai hutan
mangrove. Oleh sebab itu, jenis ular ini dikenal dengan nama “mangrove snake” karena
87
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
habitat utamanya adalah area mangrove, meskipun sebenarnya distribusi jenis ular ini
relatif luas. Istilah atau nama jenis ular ini mungkin saja berbeda-beda setiap daerah
tetapi umumnya dikenal dengan sebutan “ular cincin emas” karena pada tubuhnya
memiliki warna belang-belang kuning keemasan. Ular ini jarang dijumpai diatas
permukaan tanah karena lebih banyak mendiami pepohonan dan merupakan jenis ular
arboreal.
Kura-kura batok atau Cuora amboinensis ditemukan oleh tim survei mamalia dan
burung yang belakangan melakukan survei. Sedangkan pada saat survei herpetofauna
lebih sering dan sangat umum dilaksanakan pada malam hari sehingga perjumpaan
dengan jenis kura-kura berpeluang kecil, kecuali survei pagi atau siang hari. Hal ini
dikarenakan jenis kura-kura lebih sering beraktivitas pada pagi dan siang hari atau lebih
dikenal dengan sebutan hewan “diurnal”. Sama halnya dengan jenis biawak dan beberapa
jenis ular tertentu yang aktif pada pagi atau siang hari. Cuora amboinensis ditemukan
disekitar aliran air dipinggir jalan inspeksi. Kemunculan kura-kura ini sangat mungkin
disebabkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan penimbunan rawa-rawa untuk
pembangunan sumur bor baru, karena area rawa air tawar merupakan habitat yang sesuai
sesuai bagi C. amboinensis.
Varanus salvator dan Varanus rudicollis juga ditemukan pada saat survei siang dan
sore hari. Berbeda dengan Varanus salvator yang dijumpai dalam jumlah cukup banyak
dibandingkan Varanus rudicollis yang ditemukan sekali dimana sedang memanjat pohon
disekitar pembukaan area untuk pengeboran minyak. Mungkin biawak ini terganggu
dengan aktivitas pembukaan lahan dan berusaha menghindar dengan cara memanjat
pohon, meskipun jenis Varanus rudicollis memang jenis biawak pemanjat yang handal dan
termasuk biawak arboreal. Sebenarnya Varanus salvator juga dapat memanjat pohon
untuk yang berukuran kecil sampai sedang tetapi hal itu jarang dilakukan. Terdapat
perbedaan ciri khusus untuk membedakan kedua jenis biawak ini, yaitu pada corak warna
dan pada bagian punduk leher. Varanus salvator memiliki corak warna yang lebih
menyolok dengan variasi beberapa warna terutama pada saat umur anakan sampai
88
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
dewasa muda. Sedangkan pada umur dewasa tua cenderung berwarna gelap. Varanus
rudicollis lebih sederhana dalam hal corak warna yang lebih cenderung berwarna abu-abu
dan berukuran relatif lebih kecil dibandingkan Varanus salvator yang dapat tumbuh
maksimal bahkan sebesar komodo. Tidak heran kebanyakan orang awam mengira biawak
itu komodo, yang sebenarnya komodo sampai saat ini masih mendiami kepulauan di
Taman Nasional Komodo. Varanus rudicollis juga memiliki ciri berupa tonjolan yang
tersebar disekitar leher bagian atas, sedangkan Varanus salvator tidak memiliki tonjolan
kulit tersebut.
Fenomena perjumpaan Varanus salvator dalam jumlah yang banyak disertai
dengan kematian beberapa individu dilokasi yang berbeda-beda memunculkan
pertanyaan bagi sebagian anggota tim, khususnya selain tim herpetofauna. Ada beberapa
anggota tim yang menduga bahwa kematian biawak tersebut akibat diracun atau
keracunan. Dugaan tersebut mungkin saja benar, akan tetapi tidak memiliki dasar
referensi yang kuat. Dalam referensi disebutkan bahwa kemunculan banyak biawak
disuatu lokasi sangat mungkin pada waktu tersebut adalah musim kawin bagi biawak
dalam kondisi musim kering/panas yang ideal untuk bersarang. Sedangkan kematian
beberapa individu biawak kemungkinan besar adalah akibat persaingan dan perkelahian
memperebutkan pasangan untuk kawin, karena berdasarkan referensi disebutkan bahwa
pertarungan musim kawin dan mempertahankan teritorial wilayahnya dapat berakibat
kematian atau minimal luka sangat parah “injury”.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survei secara umum menunjukkan bahwa kondisi area Tanjung
Una masih relatif baik dan masih alami. Setidaknya terdapat 2 (dua) jenis herpetofauna
yang mencirikan tipe habitat area Tanjung Una yang sesuai sebagai ruang hidup satwa
khususnya bagi herpetofauna. Katak sebagai bioindikator yang paling efektif dan efisien
untuk digunakan selain karena lebih mudah dijumpai dibandingkan reptilia juga
merupakan kelompok herpetofauna yang paling sensitif terhadap perubahan lingkungan.
89
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Jenis utama dan paling dominan yang mencirikan tipe habitat adalah katak Fejervarya
cancrivora yang dikenal dengan sebutan “Mangrove Frog” sebagai penciri habitat
mangrove. Sedangkan sebagai jenis herpetofauna penciri tingkat kualitas lingkungan di
sekitar area Tanjung Una pada kategori yang relatif baik secara alami adalah katak
Limnonectes paramacrodon.
90
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
AmphibiaWeb, 2018. https://amphibiaweb.org/cgi-bin/amphib_query -- Search ResultsDiunduh tanggal 11 Oktober 2018
Auliya, M. 2010. Takydromus sexlineatus. The IUCN Red List of Threatened Species 2010:e . T 1 7 8424A7544274 .h t t p : / / d x . d o i . o r g / 1 0 . 2 3 0 5 / I U C N . U K . 20 1 0 - 4.RLTS.T178424A7544274.en
Bahiah N.S, Marina M. T., H. Nabilia, Mohd Zafri, H. 2019. Microhabitat Preference ofFrogs at Similajau National Park, Sarawak, Malaysia. International Journal ofScientific and Research Publications, Volume 9, Issue 4, April 2019. [114 – 128].ISSN 2250-3153
Das, I. 2004. A Pocket Guide. The Lizards of Borneo. Natural History Publications (Borneo)Sdn Bhd. Kota Kinabalu
Denoel M (2012) Newt decline in Western Europe: highlights from relative distributionchanges within guilds. Biodivers Conserv 21:2887– 2898.doi:10.1007/s10531-012-0343-x
Garshelis, D.L. 2000. Delusions in habitat evaluation: measuring use, selection, andimportance. Pages 111–164 in L. Boitani and T.K. Fuller [EDS.], Researchtechniques in animal ecology: controversies and consequences, ColumbiaUniversity Press, New York, NY U.S.A.
Gooch, M. M., A. M. Heupel, S. J. Price, and M. E. Dorcas. 2006. The effects of surveyprotocol on detection probabilities and site occupancy estimates of summerbreeding anurans. Applied Herpetology 3:129-142
Gunzburger MS, Travis J. 2004. Evaluating predation pressure on green treefrog larvaeacross a habitat gradient. Oecologia 140: 422-429.
Hawkeswood T.J and B. Sommung. 2017. A record of the Long-tailed Lizard,Takydromus sexlineatus (Daudin, 1802) (Reptilia: Lacertidae) from the farmingdistrict of Ubon Ratchathani, Thailand. @. Calodema, 564: 1-3 (2017)
Hoeve, V. 1992. Reptilia dan Ampibia. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Inger R.F., dan R. B. Stuebing. A Field Guide To The Frogs of Borneo. 2005. Natural HistoryPublication (Borneo). Kota Kinabalu.
Khosiro E., M. Matsui, A. Hamidy, M. Munir dan D. Iskandar. 2018. Two New Species ofGenus Leptobrachella (Amphibia: Anura: Megophryidae) from Kalimantan,Indonesia. Current Herpetology 37 (2): 95-105, August 2018.
91
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Kurniati, H dan E. Sulistyadi. 2016. Kepadatan Kodok Fejervarya Cancrivora di PersawahanDaerah Kabupaten Kerawang, Jawa Barat pada Tahun 2016. Laboratorium EkologiBidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaCibinong, Juni 2016
Kurniawan N, R. Noviati, M. A. Fauzi and Agung S. K. 2017. From little known area to theextinction race: A survey of herpetofauna in Prevab, Kutai National Park (KNP),Indonesia. AIP Conference Proceedings 1908, 020002 (2017);https://doi.org/10.1063/1.5012700 Published Online: 29 November 2017
Malkmus R., U. Manthey, G. Vogel, P. Hoffmann dan J. Kosuch. 2002. Amphibians andReptiles of Mount Kinabalu (North Borneo). Germany
Manly BFJ, McDonald LL, Thomas DL, McDonald TL, Erickson WP. 2002. Resource selectionby animals: statistical design and analysis for field studies. 2nd ed. Dordrecht, TheNetherlands: Kluwer Academic Publishers;.
Muslim, T., Y. Rayadin dan Suhardiman, A. 2018. Preferensi Habitat Berdasarkan DistribusiSpasial Herpetofauna Di Kawasan Pertambangan Batubara PT Singlurus Pratama,Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Volume XVII Nomor 1, Maret 2018. ISSN P :1412-6885. ISSN O : 2503-4960
Muslim, T. 2017. Herpetofauna community establishment on the micro habitat as a resultof land mines fragmentation in East Kalimantan, Indonesia. BIODIVERSITAS.Volume 18, Number 2, April 2017 E-ISSN: 2085-4722. Pages: 709-714 DOI:10.13057/biodiv/d180238
Muslim T., Ulfah K.S. dan Widyawati. 2016. Keanekaragaman herpetofauna pada kawasanpertambangan PT. Singlurus Pratama Kalimantan Timur. Prosiding SeminarNasional “Peranan Biologi Dalam Peningkatan Konservasi Keanekaragaman Hayati”MIPA Biologi Universitas Hasanuddin.
Peter Paul van Dijk, Djoko Iskandar, Robert Inger, Norsham Yaakob, Leong Tzi Ming,Yodchaiy Chuaynkern. 2004. Limnonectes paramacrodon. The IUCN Red List ofThreatened Species 2004: e.T58363A11771741.http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2004.RLTS.T58363A11771741.en
Rios-Lopez N and T. Mitchell Aide. 2007. Herpetofaunal Dynamic During SecondarySuccession. Herpetologica Mar 2007: Vol. 63, Issue 1, pg(s) 35-50https://doi.org/10.1655/0018-0831(2007)63[35:HDDSS]2.0.CO;2
Riyanto A, A. Hamidy., dan I. Sidik. 2017. A New spesies of Rock Gecko of the genusCnemaspis Strauch, 1887 (Squamata: Gekkonidae) from Belitung Island, Indonesia.Zootaxa 4358 (3) : 583-597: 122-136. DOI: 10.11646/zootaxa.4358.3.12
Riyanto A, A. Hamidy., dan J.A. McGuire. 2018. A New bent-toed gecko (cyrtodactylus:Squamata: Gekkonidae) from the island of tanah jampea, south Sulawesi,Indonesia. Zootaxa: 122-136. DOI: 10.11646/zootaxa.4442.1.6
92
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Solsky M., D Smolova, J. Dolezalova, K. Sebkova, and J. Vojar. 2014. Clutch size variation inAgile Frog Rana dalmatina on post-mining areas. Polish Journal of Ecology.Pol. J. Ecol. (2014) 62: 679–677.
Stuebing R.B, dan R.F. Inger. A Field Guide To The Snakes of Borneo. 1999. Natural HistoryPublication (Borneo). Kota Kinabalu.
The Reptile Database, 2018.http://reptiledatabase.reptarium.cz/advanced_search?taxon=turtles&location=borneo&submit=Search. Diunduh tanggal 11 Oktober 2018
Ul-Hasanah, A. U. 2006. Amphibian Diversity in Bukit Barisan Selatan National Park,Lampung-Bengkulu. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Wanda I F., W. Novarino dan D.H. Tjong. 2012. Jenis-Jenis Anura (Amphibia) Di HutanHarapan, Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio UA.). 1(2) – Desember2012 : 99-107.
93
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Deskripsi beberapa Herpetofauna terdokumentasi di Tanjung Una
Hemidactylus brookii (Cecak Hutan)Deskripsi : Kepala berbentuk segitiga. Lidah panjang dan brecabang.Moncong tumpul, berlekuk di tengah. Tubuh bagian dorsal berwarnaabu berbintik hitam putih berseling, sedangkan bagian ventralberwarna kuning dengan permukaan kulit berbintil. Ekor berbentuksilindris memanjang abu bercorak mengikuti warna tubuh atasdorsal.Persebaran : Afrika, Amerika latin, Asia Tenggara, Indonesia(Borneo). Distribusi lokal ditemukan di permukaan tanah terbukadiselingi rerumputan tipis sekitar jalan inspeksi
Hemidactylus frenatus (Cecak Kayu)Deskripsi : berukuran sedang, sampai sekitar 120 mm. Moncongrelatif pendek. Dorsal abu-abu keputihan berbintik-bintik ataukehitaman. Ventral putih atau agak kekuningan. Tak ada jumbai kulitdi sisi tubuh maupun di tungkai. Ekor membulat, dengan enam deretduri-duri kulit yang lunak. Sisik-sisik berbentuk serupa bintik bulathalus di sisi dorsal (punggung), tidak seragam besarnya. Terdapatbintil-bintil yang tersusun dalam deretan agak jarang.Persebaran :mulai dari Afrika timur dan selatan, AsiaDi Indonesia: Sumatra, Borneo, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi,Ambon, hingga ke Papua.
94
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Cyrtodactylus marmoratus (Cecak Batu)Deskripsi : jenis cecak ini memiliki 5 jari pada masing-masing tungkaidepan dan belakang, masing-masing berukuran sama besar. jari-jaritersebut melengkung di daerah ujung dan dilengkapi cakar kecil.Cakar atau kuku diapit oleh dua sisik besar dan pada sisi bawahmasing-masing jari terdapat pelat-pelat sisik besar yang disebutlamella. Kulit sisi atas tubuh berbintil-bintil rapat (granular), jugaterdapat bintil-bintil yang besar (tubercle). Cecak jantan biasanyamemiliki pori-pori preanal (di permukaan anus)Persebaran : Asia, terutama di Asia Tenggara hingga kepulauanPasifik dan Australia. Dibalik batu atau sela-sela antara batu
Fejervarya limnocharis (Katak Tegalan)Deskripsi : ukuran tubuh kecil, pendek dan bentuk kepala yangmeruncing, selaput renang setengah, tympanum terlihat denganjelas, berwarna coklat dengan bintik-bintik gelap. Mirip denganFejervarya cancrivora dan agak sulit dibedakan untuk ukuran kecil,kecuali pada katak dewasa Fejervarya cancrivora berukuran jauhlebih besar dibandingkan Fejervarya limnocharis.Persebaran :mulai dari barat India, utara Jepang, kepulauanIndonesia sebelah barat sampai ke Flores. Di Tanjung Una lokasitemuan di permukaan tanah terbuka di jalan inspeksi
95
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Hylarana erythraea (Kongkang Gading)Deskripsi : tubuh ramping berukuran 30-45mm (Jantan) dan50-75mm (Betina). Kulit licin dan halus berwarna hijau zaitun, hijaulumut atau hijau muda di punggungnya. Sepasang lipatandorsolateral yang jelas, besar, berwarna kuning gading dan kadangdisertai dengan garis hitam, terdapat di kanan kiri punggung.Habitatnya di kolam kolam terbuka, tepi telaga, sawah dan lebihsering berada di air.Persebaran : Indochina, Filipina, Jawa, Sumatera dan Kalimantan,kemungkinan dapat dijumpai di Sulawesi. Menyebar merata diTanjung Una dan dapat dijumpai di tepi sungai, tepi parit dan jalaninspeksi.
Limnonectes paramacrodon (Katak Batu)Deskripsi :Tubuh ramping kecil – sedang berukuran Jantan berkisar60–75 mm, betina berkisar 55–66 mm. Moncong bulat memanjang,punggung tegap dan terdapat area bercak hitam berkilau padapostocular, tympanium bersih, garis hitam memanjang dari ujungmoncong sampai menyempit. Perut bawah dan paha berwarnapucat, bagian atas dan sisi samping abu-abu atau coklat kemerahan.Ujung dari jari kaki belakang membulat. Jenis ini hanya ditemukanpada lingkungan/hutan yang masih alamiPersebaran : Borneo, Singapura, Thailand, Natuna dan Sumatera diketinggian kurang dari 200 m dpl. Sebaran lokal di sekitar jalaninspeksi dekat sungai
96
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Fejervarya cancrivora (Katak Bakau)Deskripsi : Jenis katak yang banyak hidup di sawah, kolam sampairawa-rawa bakau. Berukuran kecil sampai agak besar (Jantanmencapai 60 mm dan Betina 70-120mm) dengan kaki belakang yangkuat dan berotot besar. Mirip dengan kerabatnya Fejervaryalimnocharis sehingga sulit dibedakan untuk ukuran kecil. Punggungwarna lumpur kecoklatan, bercak gelap tidak simetris. Terkadangterdapat warna hijau lumut terang pada ukuran besar. Sisi tubuhdan lipatan paha dengan bercak hitam. Kaki kerapbercoreng-coreng , berselaput renang. Bibir berbelang hitam.Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang diatas punggung,serupa jalur bintil.Persebaran : mulai dari Indochina, Malaysia, Filipina, Indonesiakecuali Papua. Di Tanjung Una menyebar di semua lokasi survei
97
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Pulchrana glandulosa (Katak Totol Kasar)Deskripsi : Berukuran kecil-sedang dengan panjang antara 60 – 90mm. Sisi dorsal cokelat dengan bercak hitam. Timpanum berwarnahitam, penampilan yang lebih kuat, kulit berkelenjar dari kepalasampai seluruh tubuh. Mirip dengan Pulcharana baramica, hanyaukurannya dapat lebih besar. Habitanya di hutan rawa primer atauhutan sekunder, hutan lembab dan rawa gambut.Persebaran : Brunei Darussalam, Indonesia (Sumatera, Kalimantan);Malaysia (Sarawak, Sabah, Peninsular Malaysia), Myanmar(Myanmar (mainland)), Thailand sampai 700m dpl. Sering ditemukandi sekitar pantai dan pinggir sungai di jalan inspeksi.
Amnirana nicobariensis (Kongkang Jangkrik)Deskripsi : Katak yang berukuran kecil; jantan dewasa 35–45 mmdan betina dewasa 45–50 mm. Perawakan ramping, dengan kakipanjang dan ramping. Kepala memanjang, moncongnya meruncing,jauh lebih panjang dari lebar mata, dengan profil menonjol. Lubanghidung lebih dekat ke ujung moncong ketimbang ke mata. Jarakantar orbit sama atau lebih lebar daripada pelupuk mata atas.Gendang telinga (timpanum) jelas terlihat.Persebaran :mulai dari Kepulauan Nikobar (India), Thailand,Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Palawan(Filipina). Ditemukan di area pembukaan jalan baru lokasi instalasisumur bor dekat rawa
98
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Takydromus sexlineatus (Kadal Rumput)Deskripsi : Tubuh langsing dan panjang dengan kepala berbentuklancip, lengan kaki panjang, dan ekor yang sangat panjang. Panjangtubuh mencapai 30 cm dengan lebih dari separuhnya adalahpanjang ekor. Punggung coklat kekuningan atau coklat zaitun.Bagian bawah kuning terang agak kehijauan. Bergaris kehitamanyang memanjang dari leher hingga panggul. Bagian bawah ekorberwarna merah jambu.Persebaran : mulai dari barat India, timur dan selatan Cina, AsiaTenggara, Indonesia (Sumatera, Jawa dan Kalimantan). Substratlokasi temuan di Tanjung Una di sekitar rerumputan di pingir jalaninspeksiEutropis rudis (Kadal Serasah Coklat)Deskripsi : Kadal ini berukuran hampir sama dengan kadal kebun.Panjang tubuhnya sekitar 15 hingga 21 cm, termasuk ekor.Punggungnya mengkilap dan berwarna dasar cokelat polos dengansisi tubuh berwarna kehitaman yang dipisahkan dari warnapunggung oleh garis tipis berwarna keputihan. Leher berwarnacokelat agak terang. Kepala dan ekor berwarna sama denganpunggung. Warna tubuh yang juga hampir sama dengan kerabatnya.Persebaran : tersebar luas mulai dari Kepulauan Nikobar,Semenanjung Malaya, Sumatra, Kepulauan Mentawai, Jawa, Bali,Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sulu, dan sebagian Filipina.Dijumpai disekitar menara pantau dan tangki penyimpanan minyak
99
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Eutropis multifasciata (Kadal Kebun)Deskripsi : Kadal berukuran kecil - sedang dengan panjang total150-250 mm. Kepalanya agak lancip dengan leher pendek. Tubuhbagian atas coklat tua atau cokelat keabu-abuan mengkilap dengansisi tubuh keemasan, terutama dekat leher. Terkadang juga dihiasibintik-bintik kecil hitam atau pucat di punggung dan sisi badan.Leher bawah cokelat muda dan bagian perut hingga anus cokelatpucat. Ekor berwarna sama dengan tubuhnya, dengan dihiasi garissamar gelap di sisi ekor.Persebaran : hampir di seluruh kepulauan di Indonesia, banyakdijumpai pada kawasan yang terbuka atau terganggu yang ditutupiserasah disekitar persawahan, perkebunan dan semak belukar. DiTanjung Una ditemukan menyebar di semua lokasi survei
Varanus salvator (Biawak rawa)Deskripsi : Berwarna hitam atau kelabu sedikit kekuningan, padaanakan motif jelas terlihat. Dewasa mencapai lebih dari 2 meterdengan berat 25 kg. Jantan berukuran lebih besar dibandingkanbetina. Biawak termasuk hewan yang opportunis omnivore takterkecuali bangkai atau sisa-sisa makanan. Aktif pada siang hari,sering terlihat berjemur atau berenang di air tergantung suhulingkungan. Biawak muda sering terlihat memanjat pohon untukberistirahat. Jenis reptil ini yang paling banyak diburu untuk diambilkulitnya terutama remaja – dewasa muda. Substrat lokasi temuan disekitar jalan inspeksi, area terbuka dalam kawasan, di tepi sungai.Persebaran : benua Asia dari India, Cina, Asia Tenggara
100
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Cuora amboinensis (Kura Batok)Deskripsi :Mempunyai bentuk karapas yang lonjong dan tinggi ,berwarna hitam gelap dengan tiga buah lunas pada keepingvertebral serta pinggiran halus dan rata. Plastron bisa ditutup rapatberwarna putih kotor atau krem dengan bercak berwarna hitampada bagian tepi keeping. Kepala berwarna hitam dengan gariskuning melingkar mengikuti tepi kepala bagian atas dan bagian pipiatas dan pipi (Jantan), merah (Betina). Bibir berwarna kuning, danmata mempunyai iris berwarna kuning. Jenis ini termasuk dalamkuota perdagangan TSL yang paling besar diperdagangkan dariIndonesia ke luar negeriPersebaran : Asia Tenggara, Jawa, Kalimantan dan Sumatera
101
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
BAB V ARAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DANPERLINDUNGAN KEHATI AREA TANJUNG UNAOleh : Suryanto, Teguh dan Frans Paginta
A. LATAR BELAKANG
Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT. Pertamina. Visi-misi Pertamina EP
adalah menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia
dengan melaksanaan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas yang menekankan aspek
komersil dan operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan
(Pertamina EP, 2019). Terkait aspek lingkungan, visi-misi tersebut mengikat pada Konvensi
PBB tentang Keanekaragaman hayati, yang memerlukan upaya mitigasi dampak
lingkungan dari aktifitas eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi (Chaîneau, et.al.,
2010; Safitri, et.al., 2012).
Wilayah kerja Pertamina EP terbagi dalam 5 asset dan 22 Field, salah satunya
Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Kutai
Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Dimulai tahun 2019, ekploitasi minyak akan
dilakukan dengan membangun 20 sumur baru yang terletak di 14 lokasi di Area Tanjung
Una. Berdasarkan status kawasannya, Area Tanjung Una masuk dalam wilayah
pengelolaan KPHP Delta Mahakam melalui skema izin pinjam pakai. Berdasarkan tipe
ekosistemnya, Area yang terletak di salah satu pulau di delta Mahakam ini ber-ekosistem
hutan rawa air payau yang dipengaruhi pasang air laut. Ekosistem di Tanjung Una adalah
habitat alami Bekantan dan beragam satwa lainnya dengan sensitivitas lingkungan yang
cukup tinggi (Zain, et.al., 2014; Mursalin, 2014; Persoon, G. A., & Simarmata, R,
2014; .Atmoko, 2015). Sehingga demikian, Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field bekerja
sama dengan Balai Penelitian Litbang Teknologi Koonservasi SDA Samboja melakukan
serangkaian kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi komponen KEHATI sebagai
baseline data untuk menyediakan rencana pengelolaan dan perlindungannya.
102
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Tujuan dari kegiatan adalah untuk menyediakan rencana pengelolaan lingkungan
dan perlindungan KEHATI dalam rangka upaya mitigasi dampak dari pembangunan sumur
minyak baru di Area Tanjung Una.
B. METODE
B.1 Waktu dan Lokasi
Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 s.d. 31 Juli 2019. Lokasi
studi berada di Area Tanjung Una, Delta Mahakam. Secara pemerintahan, lokasi studi
berada di Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur. Secara geografis, Area Tanjung Una berada di 117017’30’’-117019’30’’ BT dan
0034’40’-0036’36’’ LS.
B.2 Bahan dan Peralatan
Bahan terdiri dari peta rencana pembangunan sumur minyak baru di Area Tanjung
Una PT. Pertamina EP 5 Sangasanga Field, data eksplorasi KEHATI (Bab I, II, III dan IV), dan
liputan citra bersumber Google Earth serta tally sheet. Peralatan yang digunakan meliputi
Pesawat Nirawak (Drone) tipe Panthom DJI Inspire 1 memiliki kemampuan menghasilkan
liputan foto udara beresolusi 12 megapixel secara berseri. Peralatan lainnya adalah papan
landasan, kamera digital dan komputer.
B.3 Prosedur
Prodesur atau tahapan kegiatan dilakukan berdasarkan diagram alir (flowchart)
seperti disajikan pada Gambar 5.1
1. Peta kerja yang diperoleh dari manajemen PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field
yang memuat rencana pembangunan 20 sumur minyak baru di tumpang susun
dengan citra yang diperoleh dari Google Earth untuk menghasilkan peta areal yang
menjadi bahan analisis lanjutan.
103
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar 5.1 Diagram alir kegiatan
2. Drone diterbangkan dengan ketinggian 110-120 meter untuk meliputi foto
penampakan muka bumi secara berseri dengan jarak antar lintasan di atur secara
otomatis melalui aplikasi DroneDeploy (kisaran 50-100 meter). Penggabungan foto
dilakukan dengan menggunakan program Agisoft. Proses ini menghasilkan ciitra Area
Tanjung Una (Gambar Lampiran 5.2).
3. Pengolahan dan analisis peta dilakukan dengan teknik tumpang susun (overlay),
digitasi dan deliniasi. Verifikasi lapangan (groundcheck) dilakukan untuk
meminimalisasi kesalahan interpretasi citra, terutama jika terdapat perbedaan
penafsiran antara liputan citra dan data kehati .
4. FGD atau focus grup discussion dilakukan dengan cara memaparkan hasil pengolahan
peta dan potensi KEHATI di Tanjung Una dan merumuskan arahan pengelolaan
lingkungan dan perlindungan KEHATI Tanjung Una. FGD dihadiri para peneliti dan
manajemen Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field.
104
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
C.1 Nilai Strategis Area Tanjung Una
Berdasarkan analisis, luas keseluruhan areal Area Tanjung Una yang menjadi topik
kajian adalah sebesar 600,81 ha. Area ini terletak di ujung sebelah barat dari pulau
terbesar di Delta Mahakam, atau dapat dikatakan sebagai titik awal dari Delta Mahakam
itu sendiri. Selain memiliki kandungan minyak bumi, nilai strategis lain dari Area ini adalah
kekayaan KEHATI yang dimilikinya. Berdasarkan hasil survei Kehati (Bab II dan III), Area
Tanjung Una merupakan habitat alami beberapa satwa terancam punah dalam IUCN
Red-list. Di antaranya Bekantan (mamalia) dengan jumlah populasi teridentifikasi
sebanyak 58 ekor dan 3 jenis burung, yaitu Kuntul Kecil, Blekok Sawah dan Kuntul Karang.
Di Area Tanjung Una juga berhasil teridentifikasi tiga jenis burung besar, yaitu Elang
Bondol, Kangkareng Perut Putih dan Pekaka Emas bersama 4 jenis burung dilindungi
lainnya, yaitu Cekakak Suci, Bubut Teragop, Burung Madu Sepah Raja dan Kipasan Belang.
Walaupun dengan tingkat sensivitas yang tinggi, sejauh ini, habitat di Tanjung Una masih
dalam kategori sehat. Hal ini diindikasikan dengan ditemukannya satu spesies katak
sebagai bio indikator lingkungan yang sehat, yaitu dari jenis Limnonectes paramacrodon.
Area Tanjung Una bertipe ekosistem hutan rawa air tawar yang dipengaruhi
pasang air laut. Beberapa jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi adalah sebanyak 76
jenis dari 34 famili (lihat Bab I). Dua jenis dominan adalah Syzygium creaghii Ridl. dan
Sonneratia casiolaris, merupakan 2 dari 13 jenis pakan Bekantan yang diidentifikasikan
tersedia di Tanjung Una. Syzygium creaghii bahkan sangat mendominasi, sehingga sejauh
ini, menyediakan kecukupan pakan yang memadai untuk Bekantan sebagai satwa kunci.
Di samping itu, beberapa pohon berdiameter besar dan tinggi dari jenis Dungun (Heriteira
litorale) dan beringin (Ficus sp.) cukup tersedia. Pohon-pohon tinggi ini menjadi favorit
burung Elang Bondol dan Kangkareng Perut Putih untuk bersarang atau sekedar singgah.
Hal yang menjadi keprihatinan adalah adanya aktiftas illegal logging. Walaupun dilakukan
dalam skala kecil dan sporadis untuk memenuhi kayu pesanan lokal Sangasanga dan
105
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Anggana, aktiftas yang menarget jenis Syzygium ini dapat mengancam ketersediaan pakan
Bekantan yang berpotensi lanjutan pada degradasi habitat.
Sebagai titik awal dari delta Mahakam yang memiliki keragaman hayati yang unik
dan tinggi, nilai strategis lain dari Area Tanjung Una adalah harmoni sore hari. Sore hari di
Tanjung Una adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan satwa Bekantan beraktifitas
dan berlanjut menikmati sunset yang ekstrim berbeda. Ujung dari Area Tanjung Una
adalah titik yang tepat untuk menyaksikan matahari tenggelam di Sungai Mahakam, satu
harmoni yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain. Tanjung di ujung pulau yang di
apit kecamatan Anggana dan Sangasanga dan hanya berjarak 25 Km dari Kota Samarinda
ini sejatinya memiliki potensi ekowisata dan edukasi. Dalam hal ini, PT Pertamina EP
Asset 5 Sangasanga Field memiliki satu peluang untuk membuat terobosan baru dalam
program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan yang diamanahkan. Yaitu dengan
mengembangkan program eko edu wisata terbatas yang memadukan konsep wisata alam
dan pendidikan lingkungan serta teknologi perminyakan. Secara khusus, program ini
dapat menargetkan kunjungan pelajar tingkat dasar atau menengah untuk
mempromosikan pembangunan perminyakan yang ramah lingkungan.
Beberapa uraian nilai strategis di atas menjadi data dasar dalam penyusunan
arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan Kehati di Tanjung Una. Sebagai sebuah
mitigasi, arahan pengelolaan dan perlindungan adalah upaya mitigasi dalam rangka
meminimalisasi penurunan kualitas lingkungan akibat dari pembangunan sumur minyak
baru di Tanjung Una. Secara idealis, sasaran arahan adalah pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDG’s) dalam prinsip 3P (Planet, People, Profit) untuk
menjamin masa depan yang lebih baik untuk semua (UN, 2019; Fisk, 2010; Scheyvens,
Banks & Hughes, 2016). Sehingga demikian, arahan pengelolaan lingkungan dan
perlindungan kehati dapat digunakan sebagian panduan dalam memperbaiki atau bahkan
meningkatkan kualitas lingkungan di Area Tanjung Una.
106
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
C.2 Kondisi Tutupan Lahan
Tutupan lahan di Area Tanjung Una sebelum pembukaan 2 sumur baru terdiri dari
dua kelas tutupan lahan, disajikan pada Tabel 5.1 dan Gambar Lampiran 5.2
Tabel 5.1 Tutupan lahan sebelum pembukaan sumur baru
Bervegetasi Hutan Bervegetasi Semak / Belukar Jumlah
318.79 ha 282.02 ha 600.81 ha
Luas area bervegetasi hutan sebelum pembangunan sumur minyak baru adalah
sebesar 318.79 ha, dengan persentase 53.06% dari keseluruhan area. Berdasarkan hasil
interpretrasi citra drone dan input data botani serta pola tajuk pakan daya daya jelajah
harian Bekantan sepanjang 450-1,750 m (Bismark, 2009), dapat diproyeksikan bahwa luas
area feeding ground Bekantan adalah sebesar 253.45 ha, meliputi 79,5% dari areal
bervegetasi hutan (Gambar Lampiran 5.2) atau 42.18% dari keseluruhan area Area
Tanjung Una. Berdasarkan peta rencana kerja dapat diketahui bahwa sumur minyak (akan)
dibangun di 14 lokasi, disajikan pada Tabel 5.2. Pembangunan di awali dengan
pembukaan lahan dengan teknik land clearing, penimbunan dan perataan tanah. Dampak
langsung dari teknik pembukaan lahan, penimbunan dan perataan tanah adalah
hilangnya habitat alami sebesar 53.55 ha, masing-masing terdapat di area bervegetasi
hutan seluas 47.7 ha dan bervegetasi semak dan belukar seluas 10.1 ha.
Tabel 5.2 Rencana pembukaan lahan untuk pembangunan sumur minyak baru di AreaTanjung Una
Lokasi Luas Lokasi Luas Lokasi Luas Lokasi Luas
A 4.48 ha E
8.18 ha
I 3.95 ha L 4.09 ha
B 4.25 ha F J 4.16 ha M 4.13 ha
C 4.25 ha G K 3.91 ha N 4.00 ha
D 3.92 ha H 4.23 ha Jumlah Luas 53.55
107
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
C.3 Proyeksi Dampak
Pembukaan lahan, penimbunan dan perataan tanah bangunan yang sedang aktif
dilaksanakan di ujung timur Tanjung Una, bertepatan dengan pelaksaan survei KEHATI.
Kondisi ini cukup memberi informasi tambahan tentang potensi dampak pembangunan
terhadap habitat hidupan liar. Aktivitas pembangunan dilakukan di lokasi A dan B yang
berada di ujung sebelah timur Tanjung Una (Gambar Lampiran 5.1 dan 5.2). Pembukaan
lahan, penimbunan dan perataan tanah telah menyebabkan perubahan tutupan lahan
bervegetasi hutan menjadi lahan terbuka seluas 8.73 ha dan jaringan jalan sepanjang
+600 meter. Perubahan ini disebut sebagai dampak langsung dari pembangunan.
Berdasarkan survei tahun 2015 diketahui bahwa dua lokasi pembangunan dan
sekitarnya adalah habitat bagi 2 kelompok Bekantan (Hendra et al., 2015). Semetara hasil
survei saat berjalan (2019) hanya menemukan 1 individu jantan soliter. Fenomena tidak
ditemukan lagi 2 kelompok Bekantan hasil survei 2015 di sekitar area pembangunan 2
sumur baru menjelaskan pergeseran ruang jelajah dua kelompok Bekantan tersebut ke
daerah yang tidak terganggu dan meninggalkan individu yang tidak mampu berpindah
karena tua. Pergeseran ini dipicu oleh insting Bekantan (dan satwa liar lainnya) yang
secara alami menghindari pertemuan dan konflik dengan manusia (Soendjoto, 2016).
Sebagai satwa kunci, perpindahan Bekantan mendeskripsikan perpindahan satwa lainnya
untuk mencari daerah (habitat) yang tidak terganggu. Satwa yang tidak mempunyai
kemampuan berpindah (atau tertingal) akan beradaptasi dengan perubahan, dengan
resiko kematian. Kondisi demikian disebut sebagai dampak tidak langsung dari
pembangunan.
Berdasarkan pengamatan di area A dan B, proyeksi luas area terdampak langsung
dan tidak langsung adalah 15-20 ha, atau sekitar 1.5-2 kali area dibuka (8.73 ha). Mitigasi
dampak dari dua contoh ini adalah dengan memperbaiki kondisi lingkungan di area lain
sebagai pengganti area terdampak. Area pengganti tersebut cukup tersedia di Tanjung
Una, tepatnya di sebelah barat yang bervegetasi semak belukar di sebelah barat. Area di
108
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
sebelah barat ini berada dekat kanal buatan dan tidak terganggu oleh aktivitas manusia
karena memiliki jaringan pipa minyak sebagai instalasi penting negara (PT. Pertamina)
yang tertutup untuk umum. Perbaikan kondisi lingkungan di area tersebut dilakukan
melalui penanaman pohon pakan dan pelindung.
C.4 Arahan Pengelolaan dan Perlindungan KEHATI Area Tanjung Una
Sebagai sebuah mitigasi, arahan pengelolaan ekosistem adalah suatu upaya agar
perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup (Adikusuma, et.al., 2014). Secara lebih lanjut, pengelolaan
ekosistem didefinisikan sebagai penerapan informasi ekologis dan sosial, opsi, dan
kendala untuk mencapai manfaat sosial yang diinginkan dalam wilayah geografis yang
ditentukan dan selama periode tertentu (Lackey, 2019).
Dalam kajian ini, pengelolaan ekosistem di Area Tanjung Una membutuhkan satu
arahan teknis untuk memenuhi standar-standar pengelolaan lingkungan hidup dan
perlindungan KEHATI. Arahan bersifat tidak mengikat, karena bukan sebatas sains dan
perpanjangan manajemen sumber daya tradisional; namun menawarkan re-framing
mendasar agar manusia dapat bekerja dengan alam (Grumbine, 1994; Lackey, 1998).
Berdasarkan uraian pada poin C.1, nilai-nilai strategis Area Tanjung Una adalah
sumber data utama dalam menyusun arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan
KEHATI. Arahan meliputi aspek tata ruang dan program, yaitu mitigasi dampak dari
pembangunan sumur baru, perlindungan Area Lindung Kehidupan Liar, perbaikan
lingkungan, pencegahan kerusakan lingkungan bersumber eksternal dan pengembangan
eko-edu wisata terbatas.
Secara Tata Ruang, arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI
dibagi dalam 4 satuan pengelolaan lahan, yaitu area Sumur, area perlindungan, area
rehabilitasi dan area cadangan (sisa). Jenis dan luas masing-masing area disajikan dalam
Tabel 5.3. Peta arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI di sediakan
dalam Gambar Lampiran 5.4.
109
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Tabel 5.3 Empat satuan arahan pengelolaan lahan di Area Tanjung
Sumur Perlindungan Rehabilitasi Sisa (Cadangan) Jumlah
53.55 ha 275.34 ha 94.75 ha 177.17 ha 600.81 ha
Program-program yang dapat dilakukan adalah :
1. Pengamanan Area Sumur. Pengamanan area sumur secara teknis mengikuti standar
operasional prosedur (SOP) Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field. SOP tambahan
yang dibutuhkan adalah SOP penanganan satwa liar.
Pembangunan jalan yang menghubungkan 14 sumur di Area Tanjung Una akan
menyebabkan fragmentasi habitat satwa dalam 12 kluster area bervegetasi hutan.
Fragmentasi berdampak memutus jalur migrasi Bekantan, sehingga akan terdapat
beberapa kluster bervegetasi sebagai feeding ground yang tidak dapat d akses
Bekantan. Mitigasi dapat dilakukan dengan membangun koridor satwa dalam
bentuk jembatan titian yang melintas di atas jalan. Jembatan berukuran lebar 50 cm
dan panjang menyesuaikan jarak antar pohon di dua sisi jalan. Proyeksi jumlah
jembatan Titian diperlukan adalah 7-10 buah.
2. Perlindungan Area Lindung Kehidupan Liar. Secara prinsip tidak diperlukan SOP
Khusus untuk pengelolaan area ini selain komitmen kuat Pertamina EP Asset 5 Field
Sangasanga dalam menetapkannya sebagai Area Lindung Kehidupan Liar. Sosialisasi
dapat dilakukan ke internal Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field maupun eksternal
dalam rangka mempromosikan kepedulian dan tanggung jawab sosial lingkungan
(TJSL) Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field. Menjalin kerjasama Penelitian dengan
Universitas Mulawarman dan universitas lain, Balai Litbang Teknologi Konservasi
Sumberdaya Alam Samboja dan lembaga litbang lainnya; The Nature Conservacy dan
Non Goverment Organization (NGO) Lingkungan lainnya dapat dilakukan. Kerja sama
tersebut adalah media efektif dalam meng-ekpose upaya perlindungan kehidupan liar
di Tanjung Una dalam seminar-seminar nasional-internasional serta dan publikasi
ilmiah dalam bentuk Buku, Jurna maupun leafleat.
110
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
3. Perbaikan Ekosistem. Perbaikan ekosistem adalah upaya menyediakan habitat baru
sebagai pengganti ekosistem terdampak di sekitar area sumur. Perbaikan dilakukan
melalui program dan kegiatan rehabilitasi di area semak dan belukar di sebelah barat
Area Tanjung Una (Gambar Lampiran 5.3). Selain untuk menyediakan ekosistem baru
bagi Bakantan dan satwa lainnya, area rehabilitasi bertujuan untuk menghubungkan
kluster-kluster hutan yang terpisah menjadi satu kluster hutan yang kompak.
Berdasarkan uraian sebelumnya, luas area rehabilitasi yang disarankan adalah
sebesar 94,75 ha. Rehabilitasi dilakukan dalam bentuk penanaman jenis-jenis pohon
pakan Bekantan, meliputi Syzygium creaghii Ridl. dan Sonneratia casiolaris.
Penanaman dilakukan secara larik dengan pilihan jarak tanam 10m x 10m, 7m x 7m
atau 5m x 5m, sehingga jumlah tanaman yang ditanam secara berturut-trut adalah
100 tanaman per ha, 200 tanaman per ha dan 400 tanaman per ha. Dengan proyeksi
kebutuhan penyulaman sebesar 10%, maka kebutuhan bibit untuk rehabilitasi seluas
94,75 ha adalah berturut-turut sebanyak 10.422 ; 20.845 dan 41.690 bibit tanaman.
4. Pencegahan kerusakan dari Faktor Eksternal. Kegiatan teknis yang dibutuhkan
dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan dari faktor eksternal adalah dalam
bentuk patroli dan pengamanan area dari ancaman illegal logging dan perburuan
satwa. Koordinasi perlu dilakukan dengan KPHP Delta Mahakam, baik dalam
penyusunan program, kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Sementara itu, kegiatan
teknis pendukung yang diperlukan adalah : pembuatan dan pemasangan papan
informasi. Papan informasi terdiri dari informasi umum, himbauan dan larangan.
Informasi umum dibuat menggunakan trend informasi yang berkembang saat ini,
yaitu dalam bentuk bar-coding yang menghubungkan perangkat android pengguna
(pengunjung) ke website Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga. Selain bersifat
ramah lingkungan, media ini efektif untuk memuat dan menyediakan informasi apa
saja yang ingin disampaikan Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field ke publik.
111
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Informasi berupa Himbauan dan Larangan masih disarankan untuk menggunakan
media konvensional terbuat dari kayu atau media lain. Papan himbauan dan
larangan ini terutama dipasang di daerah yang rawan aktifitas illegal logging dan
perburuan . Beberapa tagline yang dapat digunakan adalah : sayangi bumi, cintai
lingkungan, dilarang menebang, dilarang berburu dan lain-lain.
5. Pengembangan Eko-edu Wisata Terbatas. Nilai-nilai strategis Tanjung Una adalah
potensi besar Pertamina EP Asset 5 Sanga-sang Field dalam mempromosikan
program TJSL nya. Promosi melalui Pengembangan Eko-Edu Wisata Terbatas bahkan
dapat menjadi pilot project pencapaian pembangunan berkelajutan (Sustainable
Development Goals) dalam prinsip peduli bumi (Planet), peduli sosial (People) dan
manfaat (Profit).
Karena bersifat terbatas (terkait sebagai instalasi penting negara), Program dan
kegiatan yang dapat dikembangkan program kunjungan terkontrol, di antara Field
Schooling siswa tingkat dasar dan menengah dan publik yang terhimpun paguyuban
atau organisasi. Program Field Schooling menyediakan wahana kepada siswa untuk
mendapatkan pendidikan lapangan terkait perminyakan, hidupan liar dan bina cinta
lingkungan, sehingga secara nyata Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field berperan
dalam mempersiapkan generasi yang berpengetahuan dan berwawasan lingkungan.
Program field schooling menarget siswa-siswa Sangasanga, Angga dan Samarinda
atau seklah lain yang menhgajukan permohonan kunjungan.
Sarana fisik yang perlu dibangun untuk pengembangan Eko-edu Wisata Terbatas ini
adalah Boardwalk sepanjang 565 meter, dimulai dari ujung jalan dekat menara
pengawas dan berakhir di ujung Tanjung Una (Gambar Lampiran 5.3). Board walk
adalah jalan titian dengan ketinggian 0.5-1 meter di atas tanah air. Terbuat dari
kontruksi kayu kuat (contoh: Ulin) dengan lebar 1 meter. Di kiri kanan Board
boardwalk di lakukan penanaman Sonneratia casiolaris dalam sistem larikan dengan
jarak antar tanaman sebesar 5 m, sehingga dibutuhkan 115-150 tanaman. Selain
112
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
untuk menambah keindahan sisi pantai Tanjung Una, penanaman ini bertujuan untuk
mengundang Bekantan datang, karena jenis ini sangat disukai Bekantan.
Pengembangan program eko-edu wisata dilengkapi dengan SOP-SOP terkait
kunjungan dan modul-modul yang memuat informasi ringan untuk konsumsi pelajar
tentang perminyakan dan lingkungan.
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Secara idealis, arahan pengelolaan lingkungan dan perlindungan KEHATI di Tanjung
Una adalah sebuah proper Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field dalam pencapaian
visinya menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia.
Program-program perlindungan, perbaikan lingkungan dan edukasi sejalan dengan
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) dan menerapkan prinsip 3P
(Planet, People, Profit) dalam menjalankan usahanya sebagai perusahan yang menjamin
masa depan yang lebih baik untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma, D., Rusadi, E. Y., & Hayuni, N. (2014). Dampak degradasi lingkungan terhadappotensi pengembangan ekowisata berkelanjutan di Delta Mahakam: Suatu tinjauan.Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 2(1), 11-24.
Atmoko, Tri. (2015). Habitat dan Penyebaran Bekantan di Delta Mahakam, KalimantanTimur. . Dalam BEKANTAN, Perjuangan Melawan Kepunahan, Chapter: 8,pp.119-140. Editors: Hadi S. Alikodra, Efransjah, M. Bismark (editor).Publisher: IPBPress, Bogor.
Bismark M. 2009. Biologi konservasi bekantan (Nasalis larvatus). Pusat Litbang Hutan danKonservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan, Bogor
Chaîneau, C. H., Miné, J., & Suripno. (2010). The integration of biodiversity conservationwith oil and gas exploration in sensitive tropical environments. Biodiversity andConservation, 19(2), 587–600. https://doi.org/10.1007/s10531-009-9733-0
Fisk, P. (2010). People planet profit: How to embrace sustainability for innovation andbusiness growth. Kogan Page Publishers.
113
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Grumbine, R. E. (1994). What is ecosystem management?. Conservation biology, 8(1),27-38.
Lackey, R. T. (1998). Seven pillars of ecosystem management. Landscape and urbanplanning, 40(1-3), 21-30.
Mursalin, M., Nurjaya, I. W., & Effendi, H. (2014). Analisis Sensitivitas Lingkungan Oscp (OilSpill Contingency Plan) Di Pesisir Selatan Delta Mahakam, Provinsi KalimantanTimur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of NaturalResources and Environmental Management), 4(1), 84.
Persoon, G. A., & Simarmata, R. (2014). Undoing “marginality”: The islands of theMahakam Delta, East Kalimantan (Indonesia). Journal of Marine and IslandCultures, 3(2), 43–53. https://doi.org/10.1016/j.imic.2014.11.002
Safitri, D., Argubie, B., Rusjanto, J., & Widiarso, D. (2012). Respect to the environmentthrough biodiversity program in Delta Mahakam. In Society of PetroleumEngineers - SPE/APPEA Int. Conference on Health, Safety and Environment in Oiland Gas Exploration and Production 2012: Protecting People and the Environment- Evolving Challenges (Vol. 3, pp. 1967–1976).
Scheyvens, R., Banks, G., & Hughes, E. (2016). The private sector and the SDGs: The needto move beyond ‘business as usual’. Sustainable Development, 24(6), 371-382.
Soendjoto, M. A., Akhidayat, M., & Kusumajaya, I. (2016). Persebaran dan tipe habitatbekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. MediaKonservasi, 7(2).
United Nation, 2019. Sustainable Development Goal’s. Retrieved from:https://www.un.org/sustainabledevelopment. October 1, 2019
Wahyuni et al. (2014). The Valuation of Total Economic of Mangrove Forest at DeltaMahakam Region in Kutai Kartanegara District , East Kalimantan. Jurnal PenelitianKehutanan Wallacea, 3(1), 1–12.
Zain, Z., Hutabarat, S., Prayitno, S. B., & Ambaryanto, A. (2014). Potency of MahakamDelta in East Kalimantan, Indonesia. International Journal of Science andEngineering, 6(2). https://doi.org/10.12777/ijse.6.2.126-130
114
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
LAMPIRAN
Gambar Lampiran 5.1 Citra Drone Tanjung Una dan Interprestasinya dengan GoogleEarth
115
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar Lampiran 5.2 Peta Tutupan Lahan Area Tanjung Una
116
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar Lampiran 5.3 Peta Sebaran Pakan dan jelajah Bekantan di Area Tanjung Una
117
Kerjasama Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja danPT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field, Kalimantan Timur
Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATIArea Tanjung Una, Sangasanga, Kalimantan Timur
Gambar Lampiran 5.4 Peta Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan KEHATI Tanjung Una
L-1
Tentang Penulis Utama
1. Burhanuddin Adman.
Burhanuddin Adman, S.Hut. M.Si. adalah peneliti mudabidang silvikultur. Menempuhkan pendidikan Strata I diUniversitas Cendrawasih pada tahun 1996-2002 danstrata II di Universitas Diponegoro pada Tahun 2011-2013.Telah menulis + 23 publikasi ilmiah dan 1 buah buku
berjudul Kawasan Wana Patra Lestari Gn Sepuluh Timur PT Pertamina RU V (2019).
Tiga publikasi ilmiah terakhir adalah :
- Karakteristik Sifat Fisika dan Kimia Air Rendaman Serasah Daun Kering dariBerbagai Tipe Hutan (2019)
- Potensi Laban (Vitex pinnata L.) untuk Revegetasi Lahan Pascatambang Batu Bara(2018)
- Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Batu Bara Menggunakan Sepuluh Jenis PohonLokal (2016)
2. Muklisi
Muklisi, S.Si. M.Si adalah peneliti muda bidang satwa. Telahmenulis + 33 publikasi ilmiah dan 4 buah buku berjudul : Keanekaragaman Hayati Hutan Rintis Wartono Kadri (2015), Satwa Liar diHutan Lembnah (2016), Budaya Masyaraat Dayak Benuaq danPotensi Flora Hutan Lembonah (2016) dan Jenis Tumbuhan PakanBadak Sumatera di Kalimantan (2016)
Tiga publikasi ilmiah terakhir adalah :
- Habitat Utilization of Sumatran Rhinos in Kutai Barat Forest, East Borneo (2018)- Abundance and Nutrient Content of Some Food Plants in Sumatran Rhinos Habitat
in The Forest of Kutai Barat (2017)- Potensi Pengembangan Wisata Mangrove di Tanjung Batu (2017)
L-2
3. Amir Ma’aruf
Drh. Amir Ma’ruf, M.Hum. adalah peneliti muda bidang satwa.Menempuhkan pendidikan Strata I Kedokteran Hewan di UniversitasGadjah Mada dan strata II Hukum di Universitas Gadjah Mada. Telahlama bergiat dalam program re-introduksi Orang Utan. Saat inisedang menempuh Pendidikan Srata III di Universitas MulawarmanProgram Studi Konservasi Satwa. Telah menulis + 30 publikasi ilmiah
dan buku yang menjadi rujukan dalam Program Pelepas-liaran OrangUtan di Asia Tenggara. Buku berjudul : SOP Pelepas-liaran Orang Utan
Tiga publikasi ilmiah terakhir adalah :
- Bekantan Sungai Hitam, terkepung aktifitas Manusia; Satwa Endemik yang terusBertahan (National Geographc Indonesia)
- Kondisi Habitat dan Penyebaran Bekantan di Delta Mahakam
- Teknologi Penangkaran Rusa Sambar di Desa Api-api Kabupaten Penajam PaserUtara
4. Teguh Muslim
Teguh Muslim, S.Hut. M.Hut. adalah peneliti muda bidangHerpetofauna. Menempuhkan pendidikan Strata I dan II diUniversitas Mulawarman. Telah menulis + 28 publikasi ilmiah dan3 buah buku berjudul Warisan Alam Wehea Kelay (2018),Kawasan Wana Patra Lestari Gn Sepuluh Timur PT Pertamina RUV (2019) dan Keanekaragaman Hayati Hutan Rintis Wartono Kadri(2015)
Tiga publikasi ilmiah terakhir adalah :
- Keanekaragaman Herpetofauna di Area Sungai Sekung, Kawasan EkosistemEssensial Wehea-Kelay, Kalimantan Timur. (2017)
- Preferensi Habitat Berdasarkan Distribusi Spasial Herpetofauna Di KawasanPertambangan Batubara PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur (2018)
- Implementation Of Multi-System Silviculture (Mss) To Improve Performance OfProduction Forest Management: A Case Study Of Pt. Sarpatim, Central Kalimantan(2018)
L-3
5. Suryanto
Suryanto, S.Hut. M.Si. adalah peneliti madya bidang AnalisKebijakan. Menempuhkan pendidikan Strata I dan II di InstitutPertania Bogor. Telah menulis lebih dari 30 publikasi ilmiah dan5 buah buku berjudul Rencana Aksi Pengelolaan KawasanEkosistem Essensial Warisan Alam Wehea Kelay (2018), SatwaLiar di Hutan Lembonah (2016), The Hidden Treasure ofLabanan Forest (2013) dan Illegal Logging, sebuah sistempengrusakan Hutan Indonesia (2006). Serta telah menulis satu
policy brief yang menjadi rujukan erbaikan kebijakan berjudul MultiSistem Silvikultur,Menjadikan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Menjadi Lebih Baik
Tiga publikasi ilmiah terakhir adalah :
- Strengthening Indonesian Production Forest Governance (2019)
- Student’ Perceptions and Perspektives Towards Forest, A Case Study of SambojaForest (2018)
- Implementation Of Multi-System Silviculture (Mss) To Improve Performance OfProduction Forest Management: A Case Study Of Pt. Sarpatim, Central Kalimantan(2018)