00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi...

50

Transcript of 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi...

Page 1: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
Page 2: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
Page 3: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 i

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Target inflasi tahun 2019 ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sebesar 3,5±1%. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Prakata

Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur

DESTRY DAMAYANTIDeputi Gubernur Senior

ERWIN RIJANTODeputi Gubernur

Laporan Kebijakan Moneter (LKM) dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Laporan ini memiliki dua fungsi utama, yaitu: (i) menyediakan data, analisis dan proyeksi ekonomi untuk mendukung pembentukan ekspektasi, yang merupakan bagian dari kerangka kerja antisipatif dalam perumusan kebijakan moneter; dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

SUGENG Deputi Gubernur

ROSMAYA HADI Deputi Gubernur

DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur

Page 4: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019ii

Daftar Isi

1. Ringkasan Eksekutif

Prakata

Dewan Gubernur

Daftar Isi

2. Perkembangan Ekonomi Global

4. Prospek Perekonomian

3. Perkembangan Ekonomi Domestik dan Pasar Keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pasar Komoditas Global

Respons Kebijakan Global

Pasar Keuangan Global

Box: Mencermati Inversi Kurva Imbal Hasil Amerika Serikat

Prospek Perekonomian Global

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Prospek Volume Perdagangan dan Harga Komoditas Global

Prospek dan Risiko Perekonomian Domestik

Prospek Inflasi

Risiko Inflasi

Pertumbuhan Ekonomi

Ketenagakerjaan

Neraca Pembayaran Indonesia

Nilai Tukar Rupiah

Inflasi

Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Pasar Keuangan

Perkembangan Suku Bunga

Intermediasi Perbankan

Pasar Keuangan Nonbank

Likuiditas Perekonomian

Stabilitas Sistem Keuangan

04

07

08

08

10

38

38

39

40

43

44

12

19

21

24

26

29

29

31

33

35

36

01

i

i

ii

04

38

12

Page 5: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 1

11111111111 Ringkasan Eksekutif

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%. Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran, tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global. Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian, termasuk pembiayaan ramah lingkungan. Kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan bauran kebijakan yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang dan sejumlah risiko geopolitik makin menekan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi nonresidensial. Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal serta permintaan domestik. Pelemahan

ekonomi global terus menekan harga komoditas, termasuk harga minyak. Untuk merespons dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut, berbagai negara melakukan stimulus fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter, termasuk bank sentral AS yang pada Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakannya. Ketidakpastian pasar keuangan global juga berlanjut dan mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta komoditas emas. Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dapat mendorong berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy), terutama akibat pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi. Sementara itu, permintaan domestik naik dipengaruhi konsumsi yang lebih tinggi dan investasi yang stabil sehingga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh membaiknya ekonomi Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta stabilnya pertumbuhan ekonomi Jawa. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi tetap baik didukung permintaan domestik, khususnya investasi yang akan tumbuh tetap tinggi. Berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi didukung oleh bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia tetap terjaga, di tengah kondisi global yang kurang kondusif dan perilaku musiman domestik. NPI

Page 6: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 20192

triwulan II 2019 tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca transaksi modal dan finansial sebesar 7,1 miliar dolar AS akibat prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif dan daya tarik investasi keuangan domestik yang tinggi. Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari 7,0 miliar dolar AS (2,6% dari PDB) pada triwulan I 2019 menjadi 8,4 miliar dolar AS (3,0% dari PDB), dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang turun. Dengan perkembangan tersebut, NPI sampai dengan semester I 2019 tetap surplus sebesar 0,4 miliar dolar AS, meskipun pada triwulan II 2019 mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS. Ke depan, ketahanan eksternal diprakirakan tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi berjalan, yang pada tahun 2019 dan 2020 diprakirakan dalam kisaran 2,5–3,0% PDB. Posisi cadangan devisa Indonesia tetap kuat, yang pada akhir Juli 2019 tercatat 125,9 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).

Nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya sehingga turut menopang ketahanan eksternal.Pada Juli 2019 Rupiah mengalami apresiasi 0,8% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019, dan 1,3% secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2019. Perkembangan ini ditopang berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan persepsi positif investor asing terhadap prospek ekonomi nasional dan daya tarik aset keuangan domestik yang tetap tinggi. Sejalan pergerakan mata uang global, Rupiah pada Agustus 2019 melemah dipengaruhi ketidakpastian pasar keuangan dunia akibat kembali meningkatnya ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sehingga mengalami depresiasi 1,6% secara point to point dan 1,4% secara rerata dibandingkan dengan level bulan Juli 2019. Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 21

Agustus 2019 secara point to point menguat sebesar 0,98% dibandingkan level akhir tahun 2018. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring ekonomi domestik yang tetap baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas.

Inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Juli 2019 tercatat 0,31% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,55% (mtm). Secara tahunan, inflasi Juli 2019 tercatat 3,32% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,28% (yoy). Inflasi yang terkendali didorong oleh inflasi inti yang terjaga didukung ekspektasi yang baik seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola, dan pengaruh harga global yang minimal. Kelompok administered prices kembali mencatat deflasi dipengaruhi berlanjutnya dampak kebijakan penurunan tarif batas atas angkutan udara, serta koreksi tarif angkutan antarkota dan tarif kereta api setelah hari raya Idulfitri. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food melambat, meskipun perkembangan harga beberapa komoditas hortikultura tetap perlu menjadi perhatian. Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil di tengah tantangan gangguan cuaca akibat kemarau panjang yang diperkirakan dapat berdampak pada pasokan bahan pangan. Inflasi 2019 diprakirakan akan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1% dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.

Pasar uang tetap stabil dan efisien sehingga mendukung transmisi kebijakan moneter. Kecukupan likuiditas Pasar Uang Antar Bank (PUAB) tetap terjaga tercermin pada rerata harian volume PUAB yang tetap tinggi Rp18,96 triliun sehingga mengarahkan volatilitas suku bunga PUAB O/N tetap rendah. Likuiditas

Page 7: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 3

perbankan juga terjaga antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 19,1% pada Juni 2019, meningkat dari 18,5% pada Mei 2019. Suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter terjaga di kisaran level suku bunga kebijakan sebesar 5,75% pada Juli 2019. Perkembangan PUAB yang kondusif mendukung transmisi kebijakan moneter. Rerata tertimbang suku bunga deposito tercatat 6,66% pada Juli 2019, menurun 3bps dibandingkan dengan level Juni 2019. Suku bunga kredit juga mulai menurun di semua jenis kredit. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang, serta memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, disertai dengan risiko kredit yang terkendali dan fungsi intermediasi yang berlanjut. Perkembangan ini tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Juni 2019 yang tetap tinggi yakni 22,5%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,5% (gross) atau 1,2% (net). Sementara itu, fungsi intermediasi tetap berlanjut, meskipun pertumbuhan kredit sedikit melambat dari 11,1% (yoy) pada Mei 2019 menjadi 9,9% (yoy) pada Juni 2019. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2019 sebesar 7,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2019 sebesar 6,7% (yoy). Stabilitas sistem keuangan yang terjaga juga ditopang kinerja korporasi go public yang tetap baik seiring kemampuan membayar yang tetap sehat. Ke depan, Bank Indonesia memandang

terbuka ruang kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan dalam kisaran 10-12% (yoy) pada 2019 dan 11-13% (yoy) pada 2020, sementara DPK diprakirakan dalam kisaran 7-9% (yoy) pada 2019 dan 8-10% (yoy) pada 2020.

Kelancaran Sistem Pembayaran tetap terjaga baik tunai maupun nontunai. Posisi Uang Tunai Yang Diedarkan (UYD) per Juli 2019 tumbuh 5,9% (yoy), sementara transaksi Triwulan II 2019 pembayaran nontunai menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) tumbuh 10,5% (yoy), didominasi oleh instrumen ATM-Debit dengan pangsa 97,0%. Transaksi UE Triwulan II 2019 terus mengalami pelonjakan dengan pertumbuhan 241,2% (yoy), mengindikasikan preferensi masyarakat terhadap uang digital yang terus menguat. Bank Indonesia senantiasa meningkatkan peran sistem pembayaran dalam mendukung pertumbuhan ekonomi termasuk secara aktif mendukung transformasi ekonomi keuangan digital. Penguatan elektronifikasi dilakukan dengan koordinasi lintas otoritas untuk penyaluran bantuan sosial (Bansos), transaksi keuangan Pemerintah Daerah (Pemda), dan integrasi moda transportasi. Transformasi UMKM ke arah aplikasi platform digital dilakukan pada aspek pembayaran, keuangan dan perdagangan. Implementasi QRIS (QR Code Indonesian Standard) yang telah diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019 akan dipercepat untuk memperoleh akseptasi masyarakat secara luas dalam penggunaan digital payment. Penguatan inovasi digital akan dilakukan melalui revitalisasi sandbox di Bank Indonesia ke arah innovation laboratory, industrial dan regulatory sandbox.

Page 8: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 20194

2 Perkembangan Ekonomi Global

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang dan sejumlah risiko geopolitik makin menekan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia (Grafik 2.1). Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi nonresidensial. Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal serta permintaan domestik. Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas, termasuk harga minyak. Untuk merespons dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut, berbagai negara melakukan stimulus fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter, termasuk bank sentral AS yang pada Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakannya. Ketidakpastian pasar keuangan global juga berlanjut dan mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta komoditas emas. Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

Pertumbuhan Ekonomi GlobalGra� k 2.1 Pertumbuhan Ekonomi ASGra� k 2.2

Sumber: Bloomberg, diolah

3,6 3,6

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

2018

2020

2022

Negara Berkembang

Negara Maju

Dunia (yoy)

%

Perekonomian AS tumbuh melambat terutama akibat penurunan ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy)-(Grafik 2.2). Ekspor AS mengalami kontraksi sebesar -1,5% (yoy) jauh menurun dibandingkan dengan ekspor triwulan sebelumnya sebesar 1,2% (yoy). Perlambatan ekspor terutama terjadi pada kelompok capital goods sejalan dengan perlambatan permintaan dari Tiongkok dan tren penurunan purchasing manager index (PMI) manufacturing mitra dagang utama. Investasi AS juga mengalami perlambatan tajam, dari 2,9% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,4% (yoy) pada triwulan II 2019. Perlambatan investasi tercermin dari kontraksi new order capital dan building permit. Perlambatan ekonomi AS juga tercermin dari pertumbuhan konsumsi yang masih tertahan serta perbaikan pasar tenaga kerja yang masih terkendala tertahannya partisipasi tenaga kerja.

Tekanan inflasi AS masih rendah disertai dengan ekspektasi inflasi yang tetap rendah. Inflasi IHK pada akhir triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi AS pada triwulan sebelumnya sebesar 1,8% (yoy). Memasuki triwulan III

Sumber: Bloomberg

2,3

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi

Investasi Swasta

Ekspor Neto

PDB (yoy)

Pengeluaran Pemerintah

%

Page 9: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 5

2019, tekanan inflasi juga masih relatif rendah. Inflasi pada Juli 2019 tercatat sebesar 1,8% (yoy)-(Grafik 2.3). Sementara itu, inflasi inti meningkat dibandingkan dengan inflasi inti periode sebelumnya, yakni menjadi 2,2% (yoy). Meskipun mengalami peningkatan, inflasi inti periode ini terutama disumbang oleh kenaikan harga sewa rumah yang lebih disebabkan oleh pergeseran preferensi dan bukan sepenuhnya cerminan peningkatan aktivitas ekonomi. Ekspektasi inflasi AS yang rendah tercermin dari beberapa survei. Consensus Forecast yang memprakirakan inflasi IHK sebesar 1,8% (yoy) pada 2019 dan 2,1% (yoy) pada 2020.

Eskalasi ketegangan hubungan dagang dan risiko geopolitik menyebabkan perlambatan ekonomi Eropa. Pertumbuhan ekonomi Eropa pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,1% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya sebesar 1,2% (yoy)-(Grafik 2.4). Perlambatan perekonomian Eropa disebabkan oleh perlambatan kinerja sektor eksternal dan permintaan domestik. Perlambatan ekspor tercermin dari export order book manufaktur pada Juli 2019 yang terkontraksi lebih dalam dibandingkan dengan export order book pada bulan sebelumnya. Perlambatan permintaan domestik tercermin dari penurunan penjualan passenger vehicles serta perlambatan pertumbuhan upah dan gaji. Secara spasial, perlambatan di Kawasan Eropa terutama bersumber dari negara Jerman dan Italia.

Pertumbuhan Ekonomi EropaGra� k 2.4

In� asi ASGra� k 2.3

Sumber: Bloomberg, diolah

1,2

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

KonsumsiPemerintah

KonsumsiSwasta& LNPRT

InvestasiEkspor NetoInventori PDB

%

Sumber: Bloomberg, diolah

1,91,8

0,1

2,2

1,51,4

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

1 3 5 7 9 11 2 4 6

2015 2016 2017 2018 2019

IHK Inti

PCE Inti

IHK

PCE mtm

%

20192018

2020

PCE (yoy)Proyeksi PCE

Target 2%

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

Inflasi Eropa melambat dengan ekspektasi inflasi yang juga masih rendah. Inflasi Eropa pada akhir triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,4% (yoy). Memasuki triwulan III 2019, inflasi Eropa masih tercatat rendah. Inflasi IHK Juli 2019 tercatat sebesar 1,1% (yoy)-(Grafik 2.5). Sejalan dengan hal tersebut, inflasi inti juga kembali menurun menjadi 0,9% (yoy). Ekspektasi inflasi ke depan juga relatif rendah, tercermin dari beberapa survei. Consensus Forecast pada Juli 2019 memperkirakan inflasi sebesar 1,3% (yoy) pada 2019 dan 1,4% (yoy) pada 2020. European Central Bank (ECB) Professional Survey bahkan merevisi prakiraan inflasi tahun 2019 dari 1,5% (yoy) menjadi 1,3% (yoy). Demikian pula prakiraan inflasi tahun 2020

In� asi EropaGra� k 2.5

Sumber: Bloomberg, diolah

-0,5

1,0

0,9

-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2015 2016 2017 2018 2019

Target ECB In�asi CPI 2%

IHK (% yoy)IHK Inti(% yoy)

IHK (% mtm)

%

Page 10: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 20196

dari 1,6% (yoy) menjadi 1,5% (yoy). Sementara itu, ECB memprakirakan inflasi pada 2019 tetap rendah, meski menaikkan perkiraan inflasi menjadi 1,3% (yoy), dari prakiraan inflasi sebelumnya sebesar 1,2% (yoy).

Perekonomian Jepang tumbuh moderat karena ekspor yang masih terkontraksi dan permintaan domestik yang belum membaik. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,2% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya sebesar 1,1% (yoy)-(Grafik 2.6). Pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat karena preferensi frontloading aktivitas konsumsi menjelang kenaikan pajak konsumsi di tengah perlambatan ekspor. Ekspor Jepang, terutama manufaktur justru mengalami kontraksi. Selain itu, kinerja investasi dan konsumsi juga belum tumbuh kuat seiring dengan permintaan domestik yang masih rendah.

Inflasi Jepang masih di bawah target. Inflasi IHK Jepang pada akhir triwulan II 2019 tercatat sebesar 0,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 0,5% (yoy), namun masih jauh di bawah target (Grafik 2.7). Awal triwulan III 2019, inflasi Jepang juga masih rendah. Inflasi IHK Tokyo pada Juli 2019 tercatat sebesar 0,9% (yoy). Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan masih rendah seiring dengan permasalahan struktuktural tenaga kerja yang masih terkendala aging population. Kendati demikian, kenaikan pajak konsumsi diprakirakan akan meningkatkan tekanan inflasi secara temporer.

Perlambatan ekonomi global dan eskalasi ketegangan hubungan dagang juga menyebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 6,2% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy)-(Grafik 2.8). Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama disebabkan oleh perlambatan ekspor. Ekspor Tiongkok triwulan II 2019 terkontraksi menjadi -1,0% (yoy), menurun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 1,4% (yoy). Hal tersebut terutama karena penurunan ekspor Tiongkok ke AS (-7,8%) dan Eropa (-3,1%). Pengenaan tarif tambahan sebesar 10% pada 300 miliar dolar AS produk Tiongkok dapat makin menekan ekspor Tiongkok.

Pertumbuhan Ekonomi JepangGra� k 2.6

In� asi JepangGra� k 2.7

Pertumbuhan Ekonomi TiongkokGra� k 2.8

Sumber: Bloomberg, diolah

%

1,2

-1

0

1

2

3

I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

KonsumsiPemerintah

Ekspor Neto

Investasi

PDB (yoy)

Sumber: Bloomberg

0,9

0,70,60,3

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

Tokyo IHK (yoy)

IHK

IHK selain makanan segar

IHK selain makanan dan energi

6,2

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2015 2016 2017 2018 2019

%

Sumber : WIND (KPw Beijing);data sementara menggunakan kontribusi YTD

Ekspor Neto

Investasi

Konsumsi

PDB (yoy)

Page 11: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 7

Inflasi Tiongkok meningkat karena bahan pangan. Inflasi IHK Tiongkok pada Juni 2019 tercatat sebesar 2,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 2,3% (yoy)-(Grafik 2.9). Memasuki triwulan III 2019, inflasi Tiongkok juga masih menunjukkan peningkatan. Inflasi IHK Tiongkok pada bulan Juli 2019 tercatat sebesar 2,8% (yoy). Peningkatan inflasi Tiongkok terutama karena kenaikan harga pangan – daging babi, telur, dan buah segar. Sebaliknya, inflasi inti Tiongkok dalam tren menurun seiring dengan perlambatan permintaan.

PASAR KOMODITAS GLOBAL

Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada perlambatan volume perdagangan dunia (Grafik 2.10). Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) diprakirakan tetap tumbuh rendah pada triwulan II 2019. Perlambatan WTV tersebut dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor akibat penetapan tarif dan perlambatan investasi karena ketidakpastian global seiring ketegangan hubungan dagang yang berlanjut. Rasio WTV terhadap PDB juga semakin menurun. Melemahnya hubungan antara WTV dan PDB global tersebut disebabkan oleh intensitas impor dalam investasi merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan intensitas impor pada komponen PDB lainnya. Dengan demikian, penurunan investasi yang terjadi saat ini menyebabkan penurunan WTV yang lebih tajam dibandingkan dengan PDB dunia.

Perbaikan WTV pada paruh kedua 2019 terbantu oleh stimulus investasi pemerintah yang dilakukan berbagai negara. Perbaikan juga terbantu oleh pergeseran supply chain global untuk mengatasi tarif impor AS.

Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas. Harga komoditas ekspor Indonesia pada triwulan II 2019 mengalami penurunan terutama karena penurunan harga CPO dan komoditas logam lainnya (Tabel 2.1). Penurunan harga CPO terutama disebabkan oleh pasokan dari Indonesia dan Malaysia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan CPO yang menurun. Sementara itu, permintaan CPO menurun seiring dengan (i) implementasi pelarangan impor CPO untuk biofuel di Eropa secara bertahap sejak Mei 2019;

In� asi TiongkokGra� k 2.9

Volume Perdagangan DuniaGra� k 2.10

Sumber: Bloomberg

1,61,3

9,1

2,8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

IHK Makanan Tiongkok

IHK Selain Makanan Tiongkok

IHK

IHK Inti Tiongkok

Sumber: WEO April 2019, WTO April 2019

3,33,4

2,63,0

0

1

2

3

4

5

6

7

2015 2016 2017 2018f 2019f 2020f

% yoy

WTO Outlook Apr - 19

IMF WEO Apr - 19 (G&S)

Sumber: Bloomberg, diolah; *data s.d. 20 Agustus 2019

TembagaBatu baraKelapa SawitKaretNikelTimahAlumuniumKopiLainnyaIndeks Ekspor Harga Komoditas Indonesia

Komoditas 2016 20182019YTD2017

-10,5 27,1 6,7 -6,76,8 48,2 2,5 -6,4

21,3 5,7 -19,2 -9,6-2,2 28,1 -16,8 18,1

-15,4 8,9 27,8 -2,913,1 13,1 0,5 -2,0-3,5 22,9 7,4 -13,04,3 -2,9 -15,4 -12,31,0 6,8 1,2 -9,2

5,4 21,7 -2,8 -3,1

Indeks Harga Komoditas Ekspor IndonesiaTabel 2.1

Page 12: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 20198

(ii) peningkatan produksi rapeseed – substitusi CPO di India; serta (iii) penurunan harga soybean – substitusi CPO. Ekspor komoditas logam Indonesia berada pada tren menurun seiring pelemahan permintaan global, terutama dari Tiongkok akibat pelemahan aktivitas perekonomiannya.

Permintaan yang melemah juga mendorong penurunan harga minyak (Grafik 2.11). Rata-rata harga minyak dalam tren yang menurun karena pelemahan permintaan akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang berlanjut. Penurunan supply karena keputusan OPEC+ untuk memperpanjang oil cuts sebesar 1,2 mbpd selama 9 bulan (hingga triwulan I 2020) bahkan tidak dapat mengimbangi penurunan permintaan yang lebih dalam. Penurunan demand minyak global juga sejalan dengan proyeksi yang dirilis oleh beberapa lembaga internasional. Lembaga EIA (Energy Information Administration) dan IEA (International Energy Agency) mengoreksi demand minyak global di 2019.

RESPONS KEBIJAKAN GLOBAL

Otoritas moneter di berbagai negara menempuh kebijakan longgar. Amerika Serikat telah menurunkan target FFR sebesar 25 bps menjadi 2-2,25%. Penurunan FFR dilakukan sebagai langkah pre-emptive untuk mengatasi perlambatan ekonomi global dan eskalasi ketegangan perdagangan. Sejalan dengan hal tersebut,

Perkembangan Harga MinyakGra� k 2.11 Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy ASGra� k 2.12

Sumber: Bloomberg

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

USD/ Barel

Harga Minyak Brent

Rata-rata Triwulanan

58,0

63,6

16,8

293,6

109,2

0

50

100

150

200

250

300

350

0

10

20

30

4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

IndeksIndeks

Sumber: Bloomberg

10m Mov. Average

EPU AS (Skala kanan)

VIX

EPU Trade (Skala kanan)

berbagai otoritas moneter (RBI, BSP, BoT, RBNZ, RBA, dan BdeM ) menurunkan policy rate-nya pada Agustus 2019, rata-rata sebesar 25 bps. Selain itu, beberapa negara yang telah menurunkan suku bunga acuannya pada bulan Juli 2019, seperti BCB, FED, dan BoK diprakirakan juga masih akan menurunkan suku bunga acuannya kembali. Sementara itu, ECB dan BoJ diprakirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya hingga akhir tahun 2019.

Terdapat potensi FFR turun kembali. Forward guidance dari the Fed mengarah pada berlanjutnya penurunan FFR pada 2019-2020. Meskipun demikian, pasca penurunan FFR dan percepatan normalisasi neraca the Fed pada FOMC Juli 2019, maka ruang penurunan FFR ke depan menjadi tidak sebesar sebelumnya atau lebih terbatas. Sementara itu, pasar lebih dovish melihat stance kebijakan the Fed ke depan di tengah eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan perlambatan perekonomian global.

PASAR KEUANGAN GLOBAL

Ketegangan hubungan dagang yang terus berlanjut menyebabkan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan. Hal ini tercermin dari indikator Economic Policy Uncertainty (EPU) dan Volatility Index (VIX) yang menunjukkan peningkatan (Grafik 2.12). Risk aversion karena ketegangan hubungan dagang mendorong peningkatan permintaan US Treasury yang berdampak pada imbal hasil (yield) AS yang semakin rendah. Selain

Page 13: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 9

Pasar Saham JepangGra� k 2.13 EMBI dan CDSGra� k 2.15

Aliran ModalGra� k 2.14

Sumber: Bloomberg

-0,15

-0,10

-0,05

0

0,05

0,10

0,15

0,20

1500016000170001800019000200002100022000230002400025000

Jan-1

7Ma

r-17

May-1

7

Jul-1

7

Sep-

17

Nov-1

7

Jan-1

8Ma

r-18

May-1

8

Jul-1

8

Sep-

18

Nov-1

8

Jan-1

9Ma

r-19

May-1

9

IndeksIndeks

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2017 2018 2019

Saham Nikkei

Yield Japan 10Y(Skala kanan)

380,09

93,442708090100110120130140150160170

250

300

350

400

450

500

01/01

/2018

01/03

/2018

01/05

/2018

01/07

/2018

01/09

/2018

01/11

/2018

01/01

/2019

01/03

/2019

01/05

/2019

01/07

/20191 3 5 7 9 11 1 5

2018 2019

Data s.d.

CDSIndonesia (Skala kanan)

EMBI Spread

3

Indeks Indeks

7 81 3 5 7 9 11 1 5

2018 2019

Data s.d. 20 Agustus 2019

3 7 8

Sumber: Bloomberg

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

USD/ Barel

Harga Minyak Brent

Rata-rata Triwulanan

58,0

63,6

itu, telah terjadi inverted yield curve sejak Mei 2019, terutama untuk tenor 3 bulan dan 10 tahun. Inversi tersebut dibaca oleh pelaku pasar sebagai peningkatan ekspektasi terjadinya resesi. Kendati demikian, prakiraan tersebut tidak didukung oleh kinerja ekonomi AS yang masih baik (selengkapnya pada Boks Mencermati Inversi Kurva Imbal Hasil Amerika Serikat).

Peningkatan kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan peningkatan ketidakpastian terutama akibat eskalasi ketegangan hubungan dagang menyebabkan aliran dana investor ke safe haven assets. Penguatan JPY dan harga JGB mengindikasikan terdapat risk aversion yang menyebabkan aliran dana investor ke safe haven assets. Imbal hasil (yield) Jepang juga mengalami penurunan, sejalan dengan imbal hasil (yield) AS, selaras dengan kenaikan permintaan Japanese Government Bond (JGB) dan US Treasury (Grafik 2.13). Selain itu, terdapat peningkatan permintaan atas komoditas emas sebagai safe haven assets, yang tercermin pada kenaikan harga emas.

Respons kebijakan moneter longgar, terutama di negara maju, mendorong aliran masuk modal asing ke negara-negara emerging market tetap berlanjut. Aliran modal ke negara berkembang masih tinggi (Grafik 2.14). Hal tersebut sejalan dengan penguatan mata uang

regional, termasuk Rupiah terhadap dolar AS akibat peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga AS untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Aliran modal ke negara berkembang juga sejalan dengan penurunan risiko negara EM (EMBI spread) yang mencapai level 371,5 dan risiko Indonesia (CDS) yang menurun mencapai level 100,7– (Grafik 2.15).

Page 14: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201910

BOKS LKM TRIWULAN II 2019

Mencermati Inversi Kurva Imbal Hasil Amerika Serikat

Mencermati imbal hasil (yield) United State Treasury (UST) dalam beberapa bulan terakhir, terlihat adanya inversi kurva imbal hasil (inverted yield curve). Imbal hasil merupakan ukuran kompensasi bagi investor yang ditentukan oleh jangka waktu. Dalam kondisi normal, imbal hasil pada tenor jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan imbal hasil tenor jangka pendek. Dengan demikian, imbal hasil berbanding lurus dengan jangka waktu utang atau tenor (upward sloping). Inverted yield curve terjadi jika imbal hasil untuk obligasi tenor jangka panjang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi tenor jangka pendek. Imbal hasil menjadi penting karena mencerminkan persepsi pelaku pasar terhadap outlook ekonomi ke depan.

Inverted yield curve pada UST terutama terjadi akibat penurunan yield tenor jangka panjang seiring peningkatan permintaan. Negative spread UST 10 tahun dan 3 bulan telah terjadi sejak Mei 2019. Selanjutnya inverted yield curve juga terjadi pada UST 10 tahun dan 2 tahun pada Agustus 2019. Secara umum, yield jangka panjang ditentukan oleh (i) faktor fundamental – ekspektasi short term rate dan (ii) faktor nonfundamental – term premium. Faktor fundamental adalah ekspektasi suku bunga jangka pendek yang sangat dipengaruhi oleh Fed Fund Rate. Sementara itu, faktor nonfundamental adalah premi investor untuk memegang bond dengan jangka waktu lebih panjang (Grafik 1).

Inverted yield curve seringkali dipersepsikan oleh pelaku pasar sebagai peningkatan ekspektasi resesi. Secara historis inverted yield curve merupakan salah satu leading indicator terjadinya resesi. Tujuh resesi yang terjadi sejak tahun 1969 didahului dengan inverted yield curve. Selanjutnya inversi diikuti dengan penurunan FFR pada 2-10 bulan berikutnya. Sejak akhir Desember 2018, di AS juga terjadi kondisi inverted yield curve dan penurunan FFR (Grafik 2).

Perkembangan terkini menunjukkan hubungan antara inverted yield curve dengan terjadinya resesi tidak sekuat sebelumnya. Hal ini mengingat

bahwa saat ini inverted yield curve lebih disebabkan oleh penurunan yield UST jangka panjaing akibat penurunan term premium. Secara historis yield US Treasury lebih banyak dipengaruhi oleh faktor short term rates dibandingkan faktor term premium, berbeda dengan kondisi saat ini dimana penurunan yield lebih disebabkan oleh penurunan term premium sehingga kondisinya berbeda dengan kondisi sebelum krisis pada periode-periode sebelumnya1.

Inverted yield curve saat ini lebih dipengaruhi oleh tingginya kepemilikan the Fed atas UST serta aksi flight to quality ketidakpastian global. Perkembangan terkini yang menunjukkan eskalasi ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok lebih mendorong flight to quality ke pasar UST sejak akhir 2018 di tengah imbal hasil obligasi pemerintah Eropa dan Jepang yang bernilai negatif. Selain itu, ekspektasi penurunan FFR sejak awal

1 Pasca Global Financial Crisis (GFC) dan Quantitative Easing (QE), term premium UST bernilai negatif yang menggambarkan bahwa investor bersedia untuk memegang UST dengan nilai yang lebih rendah dari nilai yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh (i) kepemilikan UST yang tinggi oleh the Fed dalam rangka QE, (ii) pembelian UST investor untuk motif flight to quality (pada saat ketidakpastian meningkat), (iii) pembelian UST oleh investor dalam rangka yield enhancement high quality bond, mengingat bond sejenis (Bund-German dan JGB-Jepang) memiliki yield negatif.

Sumber: Bloomberg

-2

0

2

4

6

8

10

Jul-9

0

Jul-9

2

Jul-9

4

Jul-9

6

Jul-9

8

Jul-0

0

Jul-0

2

Jul-0

4

Jul-0

6

Jul-0

8

Jul-1

0

Jul-1

2

Jul-1

4

Jul-1

6

Jul-1

8

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

2019

Short Term Rates

Term premium

Imbal Hasil UST 10 Tahun

Imbal Hasil UST 10 TahunGra� k 1

Page 15: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 11

tahun 2019 juga semakin mendorong aliran ke pasar UST. Selain itu, kondisi finansial dan manufaktur AS juga masih baik. Yield spread2, kinerja pasar saham, dan Purchasing Manager Index (PMI) Manufacturing masih berada pada level yang terjaga dibandingkan dengan periode resesi sebelumnya (Grafik 3-5). Selain itu, tingkat pengangguran AS pada triwulan II 2019 masih di bawah Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)-(Grafik 6). Kondisi ketenagakerjaan yang masih baik tersebut disertai dengan pertumbuhan personal income yang masih cukup tinggi sehingga mampu menopang kuatnya konsumsi AS saat ini.

2 Spread antara Corporate Bond BBB dengan Risk Free Bond

2Yr : 1,579010Yr: 1,578

15 Agt 19: Jerman PDB Kontraksi (QoQ)

&IPI Tiongkok memburuk

1 Yr: 1,80 10 Yr: 1,70

7 Agt 19: Eskalasi Ketegangan Perdagangan

6 mo: 2,07 10 Yr:2,02

Juli 2019: FOMC Cut Rate 25 bps1 Yr: 2,58

2Yr: 2,52 3Yr: 2,50 5 Yr: 2,56

Desember 2018: FED Policy Pivot

Oktober 2018: FED Hawkish

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

1M 2M 3M 6M 1Y 2Y 3Y 5Y 7Y 10Y 30Y

Inverted Yield Curve secara BertahapGra� k 2

0

100

200

300

400

500

600

700

1987

1989

1991

1993

1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2013

2015

2017

2019

Bps

Sumber : Bloomberg

Spread KorporasiGra� k 3

30

35

40

45

50

55

60

65

1985

1988

1991

1994

1997

2000

2003

2006

2009

2012

2015

2018

Indeks

Sumber : Bloomberg

PMI ManufacturingGra� k 4

4,92

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

%

Sumber: BEA, diolah

Kompensasi

Receipts on Assets

Pendapatan Pribadi

Pendapatan PemilikTransfer Receipts

Personal IncomeGra� k 5

3

6

9

12% yoy

Sumber: Fred, Bloomberg, diolah

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Unemployment Rate

NAIRU

Tingkat PengangguranGra� k 6

Page 16: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201912

3 PERKEMBANGAN EKONOMI DOMESTIK DAN PASAR KEUANGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dapat mendorong berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy), terutama akibat pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi (Tabel 3.1 dan Grafik 3.1). Sementara itu, permintaan domestik naik dipengaruhi konsumsi yang lebih tinggi dan investasi yang stabil sehingga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh membaiknya ekonomi Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta stabilnya pertumbuhan ekonomi Jawa. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi tetap baik didukung permintaan domestik, khususnya investasi yang akan tumbuh tetap tinggi. Berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi didukung oleh bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.

Permintaan domestik ditopang terutama oleh konsumsi rumah tangga yang bersumber dari peningkatan konsumsi nonmakanan. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2019 tercatat tumbuh 5,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,02% (yoy) (Grafik 3.2). Peningkatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi nonmakanan yang bersumber dari kenaikan konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan tersier, antara lain pendidikan, kesehatan, restoran dan hotel, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Kenaikan

Path Pertumbuhan EkonomiGra� k 3.1

Sumber: BPS, diolah

PDB

4,74

5,21

5,075,05

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

6 Periods Moving Average (PDB)

% yoy

%, yoy

Sumber: BPS

I II III IV IIIKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Lembaga Nonpro�t Melayani Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi

Investasi BangunanInvestasi Nonbangunan

EksporImporPDB

Komponen PDB Pengeluaran2018

2017 20182019

4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,02 5,176,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08 16,95 15,272,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 8,236,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,016,24 6,16 5,02 5,66 5,02 5,45 5,48 5,465,90 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 3,708,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -1,86 -1,818,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,36 -6,735,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05

Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 3.1

Page 17: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 13

pengeluaran pendidikan meningkat seiring dengan periode pendaftaran pendidikan untuk tahun ajaran baru yang berlangsung pada triwulan II 2019. Sementara itu, peningkatan pengeluaran kesehatan rumah tangga antara lain dipengaruhi oleh peningkatan klaim asuransi kesehatan. Masa liburan sekolah dan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri juga menjadi faktor pendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk restoran dan hotel, serta perlengkapan rumah tangga.

Peningkatan konsumsi rumah tangga didukung oleh tingkat keyakinan konsumen yang terjaga dan kebijakan stimulus fiskal pemerintah yang menopang pendapatan rumah tangga. Hasil survei konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari berbagai kelompok konsumen, baik dengan pengeluaran Rp1-2 juta per bulan, Rp2-5 juta per bulan maupun lebih dari Rp5 juta per bulan berada pada zona positif (>100) (Grafik 3.3). Sejalan dengan hal itu, penjualan ritel juga tetap menunjukkan pertumbuhan positif, terutama penjualan produk pakaian serta penjualan online barang elektronik dan produk fashion. Perkembangan nilai tukar petani (NTP) dan upah buruh tani riil tetap positif (indeks >100), meskipun melambat (Grafik 3.4). Kebijakan stimulus fiskal pemerintah melalui penyaluran bantuan sosial, antara lain Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) yang berlangsung di sepanjang triwulan II 2019 juga

turut berdampak positif menopang konsumsi rumah tangga khususnya bagi kelompok berpendapatan bawah (Grafik 3.5).

Di samping konsumsi rumah tangga, permintaan domestik juga ditopang oleh konsumsi Lembaga Non-profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh tinggi seiring penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2019. Konsumsi LNPRT pada triwulan II 2019 tumbuh tinggi sebesar 15,27% (yoy), meskipun tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,95% (yoy). Aktivitas persiapan dan penyelenggaraan pemilihan anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden menjadi pendorong utama konsumsi LNPRT.

Pertumbuhan Konsumsi Rumah TanggaGra� k 3.2 Indeks Keyakinan KonsumenGra� k 3.3

NTP dan Upah Buruh TaniGra� k 3.4

Sumber: BPS, diolah

5,17

5,39

5,05

4,5

5,0

5,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

% yoy

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Makanan

Konsumsi Nonmakanan

Sumber: Bank Indonesia

127,6 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

126,4

128,3

127,9

129,5

126,5

95

100

105

110

115

120

125

130

135

II IV II IV II IV II 2 4 6 8 10 12 2 4 6

2016 2017 2018 2019 2018 2019

Indeks

Pengeluaran Rp1- 2 jutaPengeluaran Rp2- 5 juta

Pengeluaran >Rp5 juta

Sumber: BPS, diolah

Nilai Tukar Petani

0,50,3

Upah Buruh Tani (riil)

0,9 0,5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 62016 2017 2018 2019 2018 2019

%yoy

Page 18: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201914

Kontribusi konsumsi LNPRT terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019 sebesar 0,18%, lebih rendah dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,20%.

Konsumsi pemerintah yang tumbuh meningkat turut menopang permintaan domestik. Konsumsi pemerintah tumbuh 8,23% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan I 2019 sebesar 5,21% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah dipengaruhi peningkatan belanja barang dan belanja pegawai. Realisasi belanja barang pada triwulan II 2019 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi kolektif yang antara lain digunakan untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu 2019. Selain itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga bersumber dari peningkatan belanja pegawai seiring dengan pembayaran kenaikan gaji dan rapel Aparatur Sipil Negara (ASN).

Investasi yang tumbuh stabil berkontribusi bagi terus berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi. Kinerja investasi pada triwulan II 2019 tumbuh 5,01% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,03% (yoy) (Grafik 3.6). Pertumbuhan investasi ditopang oleh investasi nonbangunan yang tumbuh sedikit meningkat menjadi 3,70% (yoy) pada triwulan II 2019, dari 3,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kinerja investasi nonbangunan yang sedikit membaik sejalan dengan

kontraksi impor barang modal yang berkurang pada Juni 2019 (Grafik 3.7). Hal itu dipengaruhi oleh peningkatan impor mesin industri sejalan dengan industri pengolahan besi dan baja yang tumbuh, serta peningkatan impor barang perlengkapan untuk mendukung pembangunan proyek ketenagalistrikan.

Di tengah pertumbuhan investasi nonbangunan yang sedikit membaik, investasi bangunan masih tumbuh terbatas. Akselerasi pertumbuhan investasi bangunan pada triwulan II 2019 tertahan sehingga tumbuh sebesar 5,46% (yoy), dari triwulan I 2019 yang tumbuh 5,48% (yoy). Tertahannya pertumbuhan investasi bangunan sejalan dengan pertumbuhan penjualan semen pada triwulan II 2019 yang mengalami

Realisasi Bantuan SosialGra� k 3.5 Kontribusi Pertumbuhan InvestasiGra� k 3.6

Sumber: Kemenkeu RI

Bansos

39,7

10,2gBansos (skala kanan)

45,9

74,4

-100

-50

0

50

100

150

200

250

05

1015202530354045

I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6

2017 2018 2019 2019

% yoyTriliun Rp

Penjualan Semen dan Impor Barang ModalGra� k 3.7

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Impor Barang Modal

-10,2-2,6

-3,8Penjualan Semen

12,7

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Sumber: BPS, diolah

Bangunan 4,05Nonbangunan 0,95

Investasi

5,01

-10123456789

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

%

Page 19: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 15

kontraksi, meskipun pada Juni 2019 sudah mulai menunjukkan tanda perbaikan. Kebijakan relaksasi pajak penjualan dan pajak penghasilan atas barang mewah belum memberikan dampak signifikan terhadap sektor property pada triwulan II 2019, terutama terhadap peningkatan permintaan rumah tipe besar.1 Selain itu, kelanjutan penyelesaian beberapa proyek dari Program Strategis Nasional (PSN), antara lain proyek infrastruktur jalan tol dan ketenagalistrikan diperkirakan baru akan terlihat dampak positifnya terhadap investasi bangunan pada semester II 2019.

Tertahannya pertumbuhan investasi juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang mengalami kontraksi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan ketegangan hubungan dagang yang terus berlanjut memengaruhi terbatasnya permintaan dan menurunnya harga komoditas dunia. Selain terjadi penurunan ekspor Indonesia pada produk berbasis komoditas pertanian dan pertambangan, ekspor migas juga menurun. Penurunan ekspor pertambangan migas dan nonmigas tersebut sejalan dengan penjualan alat berat di sektor pertambangan yang juga mengalami penurunan (Grafik 3.8). Ekspor migas pada triwulan II 2019 menurun lebih dalam (Grafik 3.9). Hal ini disebabkan oleh kendala produksi akibat pemeliharaan di beberapa kilang gas dan penurunan alami cadangan minyak bumi, serta disebabkan juga oleh implementasi kebijakan substitusi impor.

Perkembangan beberapa ekspor produk manufaktur masih cukup kuat, dengan negara tujuan ekspor yang lebih terdiversifikasi (Grafik 3.10). Ekspor produk industri pengolahan besi baja masih cukup baik, didukung oleh pasokan produksi yang memadai. Tujuan ekspor produk tersebut juga mulai terdiversifikasi, tidak hanya ke Tiongkok namun mulai terdiversifikasi ke beberapa negara ASEAN. Di samping itu, ekspor kendaraan bermotor berupa motor bertransmisi otomatis dengan negara tujuan Vietnam juga menunjukkan peningkatan. Permintaan ekspor

1 Penurunan pajak tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 92/PMK.03/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli Atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah yang berlaku sejak 19 Juni 2019. Dalam PMK tersebut diatur mengenai Pajak Penghasilan (PPh) terhadap barang yang tergolong barang mewah, khusus untuk rumah dan apartemen, yaitu menurun dari 5% menjadi 1% dari harga jual, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

produk kimia juga masih tumbuh sejalan dengan masih kuatnya permintaan produk turunan crude palm oil (CPO) dalam bentuk fatty acid methyl ester (FAME). Dengan perkembangan tersebut, kinerja ekspor sedikit membaik meskipun masih mengalami kontraksi, yakni dari semula tumbuh -1,86% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi tumbuh -1,81% (yoy) pada triwulan II 2019.

Perkembangan ekspor yang tumbuh negatif dan investasi yang belum meningkat signifikan memengaruhi penurunan impor. Pertumbuhan impor mengalami kontraksi sebesar 6,73% (yoy) pada triwulan II 2019, dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 7,36% (yoy) (Grafik 3.11). Penurunan impor berlangsung merata,

Penjualan Alat BeratGra� k 3.8

Sumber: Bank Indonesia

15

10

5

0

-5

-10

120

100

80

60

40

20

0

-20

-40

-60II IV II IV II IV II 2 4 6 4 68 10 12 2

2016

II IV

2015 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy%

Pertambangan

Pertanian Investasi Nonbangunan

Total

Perhutanan

Konstruksi

Kontribusi Ekspor Migas dan NonmigasGra� k 3.9

Sumber: BPS, diolah

Eskpor Barang-NonMigas

1,7

Ekspor Barang-Migas-3,5

Ekspor JasaTotal Ekspor

-1,8-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

%

Page 20: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201916

baik pada barang konsumsi, bahan baku dan barang modal (Grafik 3.12). Penurunan impor barang konsumsi pada triwulan II 2019 antara lain dipengaruhi oleh impor beras yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang melambat dan proyek pembangunan infrastruktur yang baru akan marak pada semester II berdampak pada penurunan impor bahan baku. Impor barang modal juga menurun akibat pelemahan kinerja lapangan usaha pertambangan seiring dengan penurunan permintaan dan harga komoditas dunia, serta kendala dari sisi produksi. Penurunan impor barang modal tersebut antara lain berupa impor alat angkut bagi kegiatan pertambangan.

Sejalan dengan penurunan impor barang tersebut, impor jasa pengangkutan barang (freight) juga mengalami penurunan.

Penurunan impor juga tidak terlepas dari dampak bauran kebijakan Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas lainnya untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Berbagai bauran kebijakan untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan telah ditempuh, antara lain melalui program Biodiesel 20 (B20), penundaan proyek infrastruktur dengan kandungan impor tinggi, penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta kebijakan pemerintah terkait kewajiban penjualan minyak mentah (crude) dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri. Impor migas menurun akibat dari kebijakan pemerintah terkait dengan penggunaan produk migas dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor tersier yang tumbuh tinggi. Tingginya pertumbuhan sektor tersier didorong oleh LU transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi serta LU jasa-jasa lainnya dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan di sektor primer juga membaik, terutama ditopang oleh perbaikan di LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di tengah LU pertambangan dan penggalian yang menurun. Sementara itu, pertumbuhan di sektor sekunder melambat sejalan dengan pertumbuhan LU industri pengolahan yang

Impor Nonmigas RiilGra� k 3.12

Sumber: Bank Indonesia

Total Impor-5,9

7,0

Barang Konsumsi

-10,6

Bahan Baku

-3,1

14,0

Barang Modal -10,2

-

2,6-30-20-100102030405060

I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Ekspor Nonmigas RiilGra� k 3.10

Total

-4,0

Pertanian

-1,9 2,2

Pertambangan

-7,6 -15,4Manufaktur-5,0

1,8

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2016 2017 2018 2019 2018 2019

%yoy

Sumber: Bank Indonesia

Kontribusi Impor Migas dan NonmigasGra� k 3.11

Sumber: BPS, diolah

Impor Barang-NonMigas

-4,8

Impor Barang- Migas

-1,6

Impor Jasa Impor Barang dan Jasa

-6,7-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

%

Page 21: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 17

lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.2).

Kinerja sektor primer meningkat sejalan dengan perbaikan LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.2 LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh 5,33% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 1,81% (yoy). Kenaikan tersebut sejalan dengan panen raya bahan pangan yang berlansung di triwulan II 2019, didukung oleh cuaca yang cukup kondusif. Hal ini terkonfirmasi oleh perkembangan inflasi beras yang rendah. Perbaikan juga didorong oleh produksi kelapa sawit yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan domestik seiring dengan kebijakan pemerintah terkait B-20.

Sementara itu, kinerja LU pertambangan dan penggalian menurun. Pertumbuhan LU pertambangan dan penggalian pada triwulan II 2019 menurun sebesar 0,71% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 2,32% (yoy). Penurunan tersebut terkonfirmasi oleh ekspor produk pertambangan yang mengalami kontraksi. Penurunan

2 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian.

kinerja LU pertambangan dan penggalian utamanya disebabkan oleh sub-LU biji logam dan tambang migas yang terkontraksi lebih dalam pada triwulan II 2019 yang disebabkan oleh menurunnya produksi tembaga dan emas. Penurunan produksi tembaga dan emas dipengaruhi oleh masa transisi tambang bawah tanah Grasberg di Papua yang masih tengah berlangsung.

Kinerja sektor sekunder melambat sejalan dengan LU industri pengolahan yang tumbuh lebih rendah.

3 LU industri pengolahan tumbuh melambat menjadi 3,54% (yoy) pada triwulan II 2019, dari tumbuh 3,86% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan LU industri pengolahan antara lain dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri alat angkut, terutama alat angkut untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pertambangan. Di samping itu, perlambatan juga disebabkan oleh penurunan kinerja industri otomotif terutama produksi mobil akibat angka penjualan yang lebih rendah. Penurunan produksi tambang bijih logam juga turut memengaruhi kegiatan industri pengolahan logam dasar sejalan dengan pasokan input bahan baku yang lebih terbatas.

3 Sektor usaha sekunder meliputi: LU Industri Pengolahan

%, yoy

Sumber: BPS

IIIIII IIIIVPertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

Komponen PDB Lapangan Usaha2018 2019

2017 2018

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 1,810,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,324,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,861,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,47 4,486,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,914,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,389,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,03 7,355,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,87 7,334,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,85 7,135,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07

5,33-0,713,542,655,694,807,886,078,395,05

Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 3.2

Page 22: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201918

Sektor tersier menjadi penopang berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi, disertai kontribusinya yang terus meningkat.4 Perkembangan positif kinerja sektor tersier pada triwulan II 2019 terutama bersumber dari LU transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi, dan LU jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan LU transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi pada triwulan II 2019 meningkat menjadi 7,88% (yoy), dari 7,35% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya belanja iklan selama masa kampanye Pemilu 2019, serta meningkatnya komunikasi terkait perayaan HBKN Idulfitri. Kegiatan di subLU pergudangan juga meningkat sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh sehingga mendorong kegiatan pergudangan, shipping dan delivery penjualan online. Pertumbuhan sektor tersier juga ditopang oleh peningkatan pertumbuhan LU jasa-jasa lainnya yang

4 Sektor tersier meliputi LU: 1) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 2) Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi; 3) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan; 4) Jasa-jasa lainnya; 5) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 6) Konstruksi

Sumber: BPS, diolah

Aceh 3,71Sumut 5,25Riau 3,49Sumbar 5,02Jambi 4,82

Kepri 4,66Bengkulu 5,05Kep.Babel 3,49Sumsel 5,80Lampung 5,62

Sulut 5,48Gorontalo 6,69Sulteng 6,30Sulbar 4,91Sulsel 7,46Sultra 6,30

Maluku 6,09Maluku Utara 7,49Papua -23,98Papua Barat -0,50

Banten 5,35Jakarta 5,71Jawa Barat 5,68Jawa Tengah 5,62Jawa Timur 5,72Yogyakarta 6,80

Bali 5,64NTB 3,14NTT 6,36

Kalbar 5,08Kalteng 7,67Kalsel 4,24Kaltim 5,43Kaltara 7,87

PDRB ≥ 7,0%

6,0% ≤ PDRB < 7,0%

5,0% ≤ PDRB < 6,0%

4,0% ≤ PDRB < 5,0%

0% ≤ PDRB < 4,0%

PDRB < 0%

SUMATERA (21%) KALIMANTAN (8%) SULAWESI (6%)

MALUKU-PAPUA (2%)JAWA (59%) BALI-NUSA TENGGARA (3%)

I I II20192018

4,34

4,64 4,714,46

4,55 4,62

II III IV

I I II20192018

5,70 5,655,72

5,82

5,67 5,68

II III IV

I I2018

3,24 3,35 3,525,49 5,605,39

II III IV

I I II20192018

3,77 3,56

-0,74

4,36 4,74 5,05

II III IV

I I2018

6,83 6,74 6,886,18 6,54

6,76

II III IV

I I II20192018

17,1517,56

6,64-9,43-9,63

-13,12

II III IV

II2019

II2019

Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan II 2019Gambar 3.1

dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan jasa pendidikan di periode ajaran baru, peningkatan jasa kesehatan terkait program jaminan kesehatan pemerintah, serta jasa pemerintahan lainnya untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu 2019.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh ekonomi Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) yang membaik, serta ekonomi Jawa yang tumbuh stabil (Gambar 3.1). Penngkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan didorong oleh perbaikan kinerja ekspor, terutama ekspor batu bara untuk memenuhi permintaan India dan Tiongkok yang masih kuat. Sementara itu, perbaikan ekonomi Sumatera dan Balinusra bersumber dari permintaan di daerah tersebut yang tumbuh meningkat. Kinerja investasi di Sumatera membaik sejalan dengan peningkatan LU konstruksi terkait pembangunan koridor baru jalan tol lintas Sumatera. Peningkatan konsumsi di Balinusra

Page 23: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 19

didorong oleh perbaikan pendapatan dari LU pertanian seiring masuknya masa panen, disertai oleh maraknya aktivitas perdagangan sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang masih kuat. Di tengah perbaikan ekonomi di beberapa wilayah tersebut, ekonomi Sulampua terutama Mapua tumbuh melambat. Perlambatan disebabkan oleh penurunan kinerja LU pertambangan dan penggalian di Papua sejalan dengan masa transisi dalam pengelolaan daerah tambang Grasberg.

KESEJAHTERAAN

Tingkat kemiskinan kembali menurun dan berlangsung lebih merata di sebagian besar wilayah, disertai tingkat kesenjangan antarpenduduk yang membaik. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta jiwa atau 9,41% dari total penduduk (Grafik 3.13). Persentase penduduk miskin tersebut lebih rendah dibandingkan dengan persentase pada periode yang sama tahun lalu sebesar 9,82%, dan merupakan tingkat kemiskinan terendah sejak krisis ekonomi 1997/1998. Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat disertai tingkat pengangguran yang menurun mendorong tingkat kemiskinan yang lebih rendah. Selain itu, penurunan tingkat kemiskinan juga ditunjang oleh inflasi yang rendah dan terkendali, tingkat upah yang membaik, serta kebijakan stimulus fiskal yang menopang daya beli kelompok masyarakat berpendapatan bawah. Penurunan tingkat kemiskinan juga terjadi di sebagian besar wilayah, baik di perkotaan

maupun perdesaan, disertai dengan kesenjangan antarpenduduk yang membaik sejalan dengan rasio gini yang menurun.

Penurunan tingkat kemiskinan lebih dalam terjadi di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2019 mencapai 15,15 juta jiwa, menurun 660 ribu jiwa dari jumlah penduduk miskin pada Maret 2018. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di perkotaan hanya menurun 150 ribu jiwa menjadi 9,99 juta jiwa pada Maret 2019. Penurunan jumlah penduduk miskin di perdesaan yang lebih besar ditopang oleh upah buruh riil tani dan nilai tukar petani (NTP) pada Maret 2019 yang lebih baik dibandingkan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping itu, program stimulus fiskal pemerintah melalui penyaluran bantuan sosial dan program dana desa yang bersifat padat karya juga turut berkontribusi bagi perbaikan pendapatan dan tingkat kesejahteraan di perdesaan. Hal ini sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang menurun pada Februari 2019 sebesar 5,01%, dari TPT pada Agustus 2018 sebesar 5,34%.

Membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dan terkendalinya inflasi menunjang penurunan tingkat kemiskinan di tengah garis kemiskinan yang meningkat. Garis kemiskinan pada Maret 2019 tercatat Rp425.250 per kapita/bulan, meningkat 3,5% dibandingkan dengan garis kemiskinan pada September 2018 (Grafik 3.14). Garis kemiskinan di perkotaan

Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat KemiskinanGra� k 3.13

3 92013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

3 9 3 9 3 9 3 9 3 399,0

9,5

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

5

10

15

20

25

30

Kota Desa -rhs Kota+Desa % Tingkat Kemiskinan

Juta Jiwa

Sumber: BPS, diolah

% thdp Total Penduduk

25,14

15,15

9,4

9,99

Garis Kemiskinan dan In� asi IHKGra� k 3.14

Sumber: BPS, diolah; *Persen kenaikan periode Maret-September

In�asi GarisKemiskinan Kota*

In�asi GarisKemiskinan Total*

In�asi GarisKemiskinan Desa*

In�asi IHK (qtq)

8

7

6

5

4

3

2

1

0

%

2015 2016 2017 2018 2019

3 9 3 9 3 9 3 39

Page 24: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201920

penduduk miskin tertinggi terjadi di Bangka Belitung, yakni menurun sebesar 12% (yoy). Sementara itu, peningkatan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di Maluku Utara yang meningkat 1,96% (yoy). Berdasarkan persentase, jumah penduduk miskin terbesar berada di wilayah Maluku dan Papua (Mapua) yakni 20,91%, dan terendah berada di wilayah Kalimantan sebesar 5,93%.

Sejalan dengan tingkat kemiskinan yang menurun, kesenjangan pendapatan antarpenduduk miskin mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari indeks kedalaman kemiskinan5 yang menurun dari 1,63 pada September 2018 menjadi 1,55 pada Maret 2019 (Tabel 3.3). Penurunan tersebut menunjukkan bahwa jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan semakin menurun. Di samping itu, disparitas pengeluaran di antara penduduk miskin juga berkurang, terindikasi dari penurunan indeks keparahan kemiskinan6 dari 0,41 pada September 2018 menjadi 0,37 pada Maret 2019 (Tabel 3.4).

Distribusi pengeluaran kelompok masyarakat bawah juga mengalami perbaikan. Rasio gini pada Maret 2019 menurun menjadi 0,382 dari posisi September 2018 yang tercatat 0,384 (Grafik 3.18).

5 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini, rata-rata pengeluaran penduduk semakin jauh dari garis kemiskinan.

6 Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini, semakin tinggi ketimpangan antara penduduk miskin.

pada periode yang sama meningkat sebesar 3,83% menjadi Rp442.062 per kapita/bulan, lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan garis kemiskinan di perdesaan sebesar 3,12% menjadi Rp404.398 per kapita/bulan. Garis kemiskinan sebagian besar bersumber dari kelompok makanan dengan pangsa lebih dari 70%. Garis kemiskinan makanan pada Maret 2019 meningkat 3,71% dibandingkan dengan posisi September 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan garis kemiskinan nonmakanan sebesar 3,10%. Namun demikian, di tengah kenaikan garis kemiskinan tersebut tingkat kemiskinan dapat tetap menurun. Hal ini didukung oleh inflasi yang terkendali sejalan dengan koordinasi yang erat baik di pusat maupun daerah dalam upaya pengendalian inflasi, serta kebijakan stimulus fiskal yang menopang kelas masyarakat berpendapatan bawah, antara lain melalui program Rastra, program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Penurunan tingkat kemiskinan juga terjadi lebih merata di sebagian besar wilayah. Jumlah daerah yang mengalami penurunan kemiskinan pada Maret 2019 lebih banyak dibandingkan dengan kondisi pada September 2018 (Grafik 3.15). Penurunan jumlah

Kemiskinan AntarwilayahGra� k 3.15

Sumber: BPS, diolah

4

2

0

-2

-4

-6

-8

-10

-12

-140 5 10 20 3025

MembaikMenurun

15

Memburuk

Sep 2018Mar 2019

Perubahan Tingkat Kemiskinan (% yoy)

Tingkat Kemiskinan (%)

Meningkat

Sumber: BPS, diolah

Tahun Kota Desa Kota+Desa

Mar 2015 1,401,291,191,211,241,241,171,081,05

2,552,402,742,322,492,432,372,322,18

1,971,841,941,741,831,791,711,631,55

Sep 2015 Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018 Mar 2019

Indeks Kedalaman KemiskinanTabel 3.3

Page 25: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 21

Penurunan rasio gini terutama didorong oleh penurunan kesenjangan di perdesaan. Rasio gini di perdesaan menurun menjadi 0,317 pada Maret 2019 dari 0,319 pada September 2018. Sementara itu, pada periode yang sama rasio gini di perkotaan sedikit meningkat dari 0,391 menjadi 0,392. Perbaikan rasio gini yang berlangsung di perdesaan mengindikasikan bahwa berbagai program pemerintah untuk mendorong pembangunan desa melalui dana desa serta penyaluran bantuan sosial telah berdampak positif terhadap perbaikan kesenjangan pengeluaran antara kelompok masyarakat bawah dengan kelompok masyarakat menengah dan atas.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi global yang kurang kondusif dan perilaku musiman domestik. NPI pada triwulan II 2019 tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca transaksi modal dan finansial yang tetap besar ditengah defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang turun. Dengan perkembangan tersebut, NPI sampai dengan semester I 2019 tetap surplus sebesar 0,4 miliar dolar AS, meskipun pada triwulan II 2019 mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS (Grafik 3.17).

Surplus transaksi modal dan finansial (TMF) pada triwulan II 2019 tetap besar, di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia yang masih tinggi dan pola musiman pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo. Surplus neraca TMF pada triwulan II 2019 tercatat sebesar 7,1 miliar dolar AS, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung dan investasi portofolio (Grafik 3.18). Hal tersebut mencerminkan persepsi positif investor terhadap

Rasio GiniGra� k 3.16

Sumber: BPS, diolah

0,32Desa

Kota

0,39

Kota+Desa

0,38

0,450,440,430,420,410,400,390,380,370,360,35

0,44

0,42

0,40

0,38

0,36

0,34

0,32

0,30

2015 2016 2017 2018 2019

3 9 3 9 3 9 3 39

Neraca Pembayaran IndonesiaGra� k 3.17

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan Finansial

-8,4

7,1

-2,0

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II**2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Neraca Keseluruhan

Sumber: BPS, diolah

Tahun Kota Desa Kota+Desa

Mar 2015 0,36 0,71 0,54 Sep 2015 0,35 0,67 0,51 Mar 2016 0,27 0,79 0,52 Sep 2016 0,29 0,59 0,44 Mar 2017 0,31 0,67 0,48 Sep 2017 0,30 0,65 0,46 Mar 2018 0,29 0,63 0,44 Sep 2018 0,25 0,62 0,41Mar 2019 0,24 0,55 0,37

Indeks Keparahan KemiskinanTabel 3.4

Page 26: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201922

perekonomian Indonesia yang didukung oleh daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tetap tinggi. Namun demikian, surplus tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 9,9 miliar dolar AS. Kondisi tersebut disebabkan oleh defisit pada investasi lainnya yang dipengaruhi oleh faktor musiman sejalan dengan meningkatnya pembayaran pokok pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang jatuh tempo. Dengan perkembangan tersebut, surplus TMF sampai dengan semester I 2019 tercatat 17,0 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada semester I tahun sebelumnya sebesar 5,3 miliar dolar AS.

Aliran masuk modal asing terus meningkat. Aliran masuk modal asing pada Juli 2019 tercatat sebesar 4,6 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan aliran masuk modal asing pada bulan sebelumnya sebesar 3,6 miliar dolar AS (Grafik 3.19). Aliran masuk modal asing tersebut terjadi baik pada instrumen di sektor swasta maupun pada sektor publik dengan aliran masuk modal asing terbesar terdapat pada instrumen sektor swasta, terutama pada surat utang/obligasi. Secara keseluruhan, aliran masuk modal asing Januari sampai dengan Juli 2019 tercatat sebesar 14,4 miliar dolar AS.

Defisit neraca transaksi berjalan (TB) pada triwulan II 2019 melebar dipengaruhi perilaku musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta perekonomian global yang kurang menguntungkan. Defisit neraca transaksi

berjalan meningkat dari 7,0 miliar dolar AS (2,6% dari PDB) pada triwulan I 2019 menjadi 8,4 miliar dolar AS (3,0% dari PDB) pada triwulan II 2019 (Grafik 3.20). Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh defisit neraca pendapatan primer yang membesar didorong oleh faktor musiman peningkatan kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri. Selain itu, kinerja ekspor nonmigas juga menurun sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idulfitri dan libur sekolah.

Transaksi BerjalanGra� k 3.19

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

-8

-6

-4

-2

0

2

4

-14-12-10-8-6-4-202468

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* II**I*2016 2017 2018 2019

Neraca Jasa Neraca PerdaganganNeraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan SekunderTransaksi Berjalan De�sit TB/PDB (%) (skala kanan)

Miliar Dolar AS % PDB

-2,00,2

-8,7

2,1

-8,4

-3,0

Neraca PerdaganganGra� k 3.20

Sumber: BPS, diolah

-

0,140,08

-0,06

-3

-2

-1

0

1

2

3

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 72016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Nonmigas

Migas

Total

Transaksi Modal dan FinansialGra� k 3.18

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Investasi Langsung Investasi Lainnya

Investasi PortofolioTransaksi Modal dan Finansial

5,4-0,8

-2,8

4,57,1

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II**

2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Page 27: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 23

Aliran Modal AsingGra� k 3.21

Sumber: Bank Indonesia

1,7

2,94,6

-4

-2

0

2

4

6

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Net Sektor Publik

Net Sektor Swasta

Liabilitas Investasi Portofolio

Cadangan DevisaGra� k 3.22

125,9

7,0

012345678910

0

30

60

90

120

150

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

BulanMiliar Dolar AS

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa

Bulan Impor dan PembayaranUtang Pemerintah (Skala kanan)

mesin/peralatan listrik, dan bahan bakar mineral. Sementara itu, impor nonmigas naik dari 9,78 miliar dolar AS menjadi 13,77 miliar dolar AS sejalan dengan permintaan domestik yang tetap baik. Kenaikan impor nonmigas didominasi oleh komponen mesin/pesawat mekanik, mesin dan peralatan listrik, serta besi dan baja.

Defisit neraca perdagangan migas membaik. Defisit neraca perdagangan migas pada Juli 2019 tercatat 0,14 miliar dolar AS, membaik dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 0,97 miliar dolar AS. Perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor migas dari 0,75 miliar dolar AS menjadi 1,61 miliar dolar AS. Peningkatan ekspor migas terjadi pada seluruh komponen baik hasil minyak, minyak mentah, dan gas. Peningkatan ekspor minyak didukung oleh rerata harga minyak yang lebih tinggi serta meningkatnya volume ekspor minyak mentah dan produk kilang. Sementara itu, impor migas tercatat sebesar 1,75 miliar dolar AS, tidak banyak berbeda dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya sebesar 1,71 miliar dolar AS. Peningkatan impor migas terjadi pada komponen minyak mentah, sedangkan komponen hasil minyak dan gas mengalami penurunan.

Posisi cadangan devisa tetap kuat untuk mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2019 tercatat 125,9 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan 123,8 miliar dolar AS pada akhir Juni 2019 (Grafik 3.22). Peningkatan cadangan devisa pada Juli 2019 terutama dipengaruhi

Defisit neraca transaksi berjalan yang melebar juga dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca jasa yang dipengaruhi oleh menurunnya surplus jasa perjalanan, di tengah membaiknya defisit jasa transportasi terutama jasa freight (pengangkutan). Dengan perkembangan tersebut, defisit neraca transaksi berjalan sampai dengan semester I 2019 masih terkendali dalam batas aman yaitu 2,8% dari PDB.

Memasuki awal triwulan III 2019, neraca perdagangan mencatat defisit sejalan dengan kondisi ekonomi global yang masih belum kondusif. Defisit neraca perdagangan tercatat 0,06 miliar dolar AS pada Juli 2019. Defisit tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah defisit neraca perdagangan migas yang membaik (Grafik 3.21).

Surplus neraca perdagangan nonmigas menurun dipengaruhi perekonomian dunia yang melambat. Neraca perdagangan nonmigas pada Juli 2019 tercatat surplus 0,08 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 1,26 miliar dolar AS. Kondisi ini dipengaruhi oleh kenaikan ekspor nonmigas yang belum kuat sejalan dengan perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas yang belum naik. Ekspor nonmigas tercatat sebesar 13,85 miliar dolar AS, meningkat 2,80 miliar dolar AS (mtm) dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor nonmigas antara lain terjadi pada komponen kendaraan dan bagiannya,

Page 28: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201924

oleh penerimaan devisa migas dan valas lainnya, serta penarikan utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI tersebut ditopang oleh berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi berjalan, yang pada tahun 2019 dan 2020 diprakirakan dalam kisaran 2,5–3,0% PDB. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA). Bank Indonesia juga senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi global yang melambat, adanya ketidakpastian di pasar keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang menurun.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar Rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya sehingga turut menopang ketahanan eksternal. Pada Juli 2019 Rupiah mengalami apresiasi 0,8% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019, dan 1,3% secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2019. Perkembangan ini ditopang berlanjutnya aliran masuk modal asing sejalan persepsi positif investor asing terhadap prospek ekonomi nasional dan daya tarik aset keuangan domestik yang tetap tinggi. Sejalan pergerakan mata uang global, Rupiah pada Agustus 2019 melemah dipengaruhi ketidakpastian pasar keuangan dunia akibat kembali meningkatnya ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sehingga mengalami depresiasi 1,6% secara point to point dan 1,4% secara rerata dibandingkan dengan level bulan Juli 2019. Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 21

Agustus 2019 secara point to point menguat sebesar 0,98% dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 (Grafik 3.23).

Dinamika Rupiah ditopang berlanjutnya aliran masuk modal asing ditengah pola musiman peningkatan permintaan valas nonresiden. Pada triwulan II 2019, Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,80% secara point to point (Grafik 3.24). Perkembangan tersebut didukung masih berlanjutnya aliran masuk modal asing seiring pasar valas domestik yang mencatatkan net jual valas. Hal ini terutama berasal dari penjualan valas nasabah nonresiden untuk pembelian aset domestik di tengah pola musiman permintaan valas nonresiden untuk kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri. Masih berlanjutnya aliran masuk modal asing ditopang persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia yang terjaga, seiring peningkatan peringkat kredit Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P). Perekonomian yang kondusif tersebut juga tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil serta posisi cadangan devisa yang masih tetap tinggi sampai dengan triwulan II 2019. Penguatan Rupiah tersebut juga sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang kawasan dipengaruhi optimisme perbaikan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok dan ketidakpastian pasar keuangan global yang berkurang seiring prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar.

Pegerakan Nilai Tukar RupiahGra� k 3.23

Sumber: Reuters, diolah; Data s.d. 15 Mei 2019

14.240

14.232

14.111

13.250

13.500

13.750

14.000

14.250

14.500

14.750

15.000

15.250

15.500

1 3 4 5 6 7 8 9 10

2018

Rata-rata Triwulanan

2 11 12 2

2019

31 54 86 7

Rata-rata Triwulanan

IDR/USD

Rata-rata Bulanan

Page 29: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 25

Apresiasi Rupiah pada triwulan II berlanjut pada bulan Juli 2019. Pada bulan Juli 2019, Rupiah menguat 0,8% secara point to point dan 1,3% secara rerata apabila dibandingkan dengan level pada bulan sebelumnya. Pasar valas domestik masih mencatatkan net jual yang berasal dari penjualan valas nonresiden untuk pembelian aset domestik seiring daya tarik aset keuangan domestik yang tetap tinggi. Aliran masuk modal asing berlanjut di pasar obligasi seiring nonresiden yang mencatatkan net inflow pada instrumen SUN, SBSN, dan SBI. Selain itu, hasil keputusan RDG Juli 2019 menurunkan suku bunga BI7DRR sebesar 25bps menjadi 5,75% direspons poisitif oleh pelaku pasar. Penguatan Rupiah juga ditopang oleh faktor positif dari eksternal, yaitu sentimen positif membaiknya hubungan dagang antara AS dan Tiongkok setelah AS menunda pengenaan tarif tambahan terhadap barang impor dari Tiongkok dan penurunan suku bunga The Fed pada FOMC Juli 2019. Dinamika Rupiah yang sesuai fundamentalnya pada gilirannya turut menopang ketahanan eksternal.

Rupiah mengalami pelemahan pada Agustus 2019 sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang global. Sampai dengan 21 Agutus 2019, Rupiah terdepresiasi 1,6% secara point to point dan 1,4% secara rerata dibandingkan dengan level pada bulan Juli 2019 (Grafik 3.25). Pasar valas domestik mencatatkan net beli didorong permintaan valas nonresiden yang meningkat sering pasar obligasi yang mencatakan net outflow pada instrumen SBN di semua tenor.

Perkembangan tersebut tidak terlepas dari ketidakpastian pasar keuangan dunia yang kembali meningkat akibat pengaruh sentimen global terkait eskalasi perang dagang sehingga memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah. Dari domestik, rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy) turut mewarnai dinamika Rupiah di tengah sentimen positif terhadap pidato tahunan Presiden RI terkait rencana kebijakan reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Volatilitas Rupiah yang tetap terjaga menopang dinamika Rupiah. Volatilitas Rupiah pada triwulan II 2019 menurun dibandingkan dengan volatilitas pada triwulan sebelumnya. Volatilitas Rupiah pada triwulan II 2019 tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas rata-rata negara kawasan. Sementara itu, secara tahunan per 21 Agustus 2019 volatilitas Rupiah stabil dan di bawah volatilitas rata-rata negara kawasan yang sebesar 10,98% (Grafik 3.26). Volatilitas Rupiah tersebut juga masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang rand Afrika Selatan, real Brasil dan lira Turki. Adapun secara bulanan, volatilitas Rupiah pada Juli 2019 menurun dibandingkan volatilitas pada bulan sebelumnya kendati kembali meningkat pada Agustus 2019 (per 21 Agustus 2019). Bank Indonesia akan terus menjaga volatilias nilai tukar Rupiah tetap terjaga sesuai dengan mekanisme pasar.

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar KawasanGra� k 3.24

Sumber: Bloomberg, Reuters, diolah

0,130,20

-3,850,67

-2,45-1,08- 0,84

- 0,611,33-1,34

-3,57-1,08

-8,48

3,452,79

1,852,45

2,941,36

0,800,20

0,19-1,21

-1,70-2,25

-3,85

-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6

THBJPYBRLPHPZAREURIDRSGDINR

MYRKRWCNYTRY

Point to pointRerata

Triwulan II vs Triwulan I

%

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan TriwulananGra� k 3.25

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah

1,83

1,65-0,02- 0,63

-1,36

-1,41-1,64

-1,90-2,17

-2,72-2,97

-4,96-7,12

1,97-3,37

-0,06- 0,45

-1,21-1,57

-1,03-2,60

-2,60-1,61

-3,74-6,02

-6,84

-8,0 -6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0JPYTRYTHBEURMYRIDRSGDPHPCNY

KRWINRBRLZAR

Point to pointRerata

Agustus vs Juli 2019

%

Page 30: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201926

Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring ekonomi domestik yang tetap baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju. Namun demikian, sejumlah potensi risiko terkait dinamika perang dagang dan ekonomi global yang melambat masih perlu untuk diwaspadai. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas.

INFLASI

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan II 2019 tetap terkendali, meskipun meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Inflasi IHK tercatat 1,67% (qtq) pada triwulan II 2019, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,35% (qtq ). Inflasi IHK didorong oleh peningkatan seluruh kelompok inflasi seiring dengan peningkatan tekanan permintaan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Kelompok inflasi inti mengalami kenaikan, baik pada kelompok traded maupun non-traded. Inflasi inti tercatat sedikit meningkat dari 0,72% (qtq) pada triwulan I 2019 menjadi sebesar 0,82% (qtq) pada triwulan II 2019. Sementara itu, inflasi volatile food meningkat didorong oleh kenaikan harga

In� asiGra� k 3.27

Sumber: BPS, diolah

3,32Inti

3,18

Volatile Food

4,90Administered Prices

2,22

-4

0

4

8

12

16

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

%yoy%,

IHK

komoditas holtikultura akibat terganggunya pasokan dalam negeri serta meningkatnya permintaan pada periode HBKN . Kelompok volatile food mencatat inflasi 5,47% (qtq) pada triwulan II 2019, meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi 0,35% (qtq). Inflasi administered prices dikontribusi terutama oleh kenaikan tarif angkutan seiring adanya HBKN. Inflasi administered prices tercatat 0,55% (qtq) meningkat dari triwulan sebelumnya (0,02% qtq).

Pada Juli 2019, inflasi IHK tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Juli 2019 tercatat 0,31% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,55% (mtm). Secara tahunan inflasi Juli 2019 tetap terkendali, tercatat sebesar 3,32% (yoy). Inflasi tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,28% (yoy) (Grafik 3.27). Inflasi yang terkendali didukung oleh inflasi kelompok inti yang terjaga dan kelompok administered prices yang kembali mengalami deflasi, serta inflasi kelompok volatile food yang melambat. Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil di tengah tantangan gangguan cuaca akibat kemarau panjang yang diperkirakan dapat berdampak pada pasokan bahan pangan. Inflasi 2019 diprakirakan akan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1% dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.

Volatilitas Nilai Tukar TahunanGra� k 3.26

Sumber: Bloomberg, Reuters, diolah

22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5

19,916,8 17,5

8,46,5 7,1 6,4 5,3

10,98

0

5

10

15

20

25

30

35

ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR

2018YTD 2019Rerata YTD 2019

%

Page 31: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 27

Volatilitas Nilai Tukar TriwulananGra� k 3.29

Sumber: BPS, diolah

Inti

In�asi Non-traded3,18

Inti Traded

3,24

3,13

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

%yoy

Inflasi inti terjaga didukung ekspektasi yang baik, permintaan agregat yang terkelola, pengaruh harga global yang minimal, serta konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga. Ekspektasi inflasi dalam tren menurun dan dalam kisaran sasaran inflasi. Hal itu tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) Agustus 2019 sebesar 3,10% (average, yoy), stabil dibandingkan dengan hasil survei bulan sebelumnya (Grafik 3.28). Permintaan agregat yang terkelola sejalan dengan pertumbuhan PDB yang sedikit menurun. Sementara itu, pengaruh harga global yang minimal dipengaruhi oleh indeks harga impor pangan yang menurun. Bank Indonesia juga terus secara konsisten menjaga stabilitas harga, termasuk dalam mengendalikan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menjaga inflasi volatile food agar tetap stabil.

Inflasi inti tercatat melambat dipengaruhi inflasi inti non-traded yang menurun. Secara bulanan, inflasi inti tercatat 0,33% (mtm) atau 3,18% (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,38% (mtm) atau 3,25% (yoy) (Grafik 3.29). Inflasi inti melambat dikontribusi oleh penurunan inflasi inti non-traded di tengah kenaikan inflasi inti traded. Penurunan inflasi inti non-traded bersumber dari perlambatan baik kelompok pangan maupun nonpangan. Sementara itu, kenaikan inflasi inti traded disebabkan oleh meningkatnya harga emas global sejalan dengan pergeseran penempatan

dana global ke aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.

Inflasi kelompok volatile food melambat didukung pasokan bawang merah dan bawang putih yang meningkat, meskipun perkembangan harga beberapa komoditas hortikultura tetap perlu menjadi perhatian. Kelompok volatile food mencatat inflasi 0,89% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 1,70% (mtm). Perlambatan inflasi didukung oleh bawang merah dan bawah putih yang mengalami deflasi sejalan dengan pasokan yang berlimpah (Tabel 3.6). Bawang putih mengalami deflasi sejalan dengan meningkatnya pasokan impor , sedangkan bawang merah mengalami deflasi seiring datangnya masa panen. Sementara itu,

Ekspektasi In� asi Consensus ForecastGra� k 3.28

Sumber: Consensus Forecast

3,103,50

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2017 2018 2019

%yoyEkspektasi

In�asi 2017 Ekspektasi

In�asi 2018 Ekspektasi

In�asi 2019Ekspektasi

In�asi 2020 Komoditas VF In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)

Bawang Putih

ApelKetimunCabai HijauBawang MerahTomat Sayur

Cabai RawitCabai Merah

KelapaMinyak Goreng

24,21 0,1933,73 0,062,56 0,018,76 0,0117,69 0,01-5,66 -0,03-9,46 -0,02-6,56 -0,02-4,44 -0,01-0,78 -0,01

Penyumbang In� asi/De� asi Volatile FoodTabel 3.6

Page 32: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201928

inflasi volatile food terutama bersumber dari aneka cabai seiring keterbatasan pasokan dalam negeri terkait belum teraturnya pola tanam , musim kemarau yang lebih awal dan intens, serta luas tanam yang berkurang. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 4,90% (yoy), relatif stabil dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy) (Grafik 3.30).

Kelompok administered prices pada Juli 2019 mengalami deflasi sejalan dengan berlanjutnya dampak penerapan kebijakan penurunan tarif batas atas angkutan udara. Deflasi kelompok administered prices Juli 2019 mencapai 0,36% (mtm), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,09% (mtm). Pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan No. 160/2019 untuk low-cost carrier (LCC) menurunkan harga tiket pesawat menjadi sebesar 50% dari tarif batas atas untuk 30% total seat pesawat. Kebijakan tersebut berlaku efektif sejak tanggal 11 Juli 2019 . Selain itu, deflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh koreksi tarif angkutan antarkota dan kereta api setelah Idulfitri (Tabel 3.6). Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 2,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,89% (yoy) (Grafik 3.31).

Secara spasial, inflasi IHK terkendali di berbagai daerah, meskipun tekanan harga komoditas pangan di sejumlah daerah perlu diwaspadai. Inflasi IHK tahunan terendah terjadi di Bali-Nusa Tenggara (2,31%), diikuti Kalimantan (2,75%) dan Sulawesi (2,92%). Inflasi IHK di hampir seluruh provinsi juga tetap terjaga di dalam rentang sasaran, kecuali Sumatera Utara (6,28%), Maluku (5,24%) dan Sulawesi Utara (4,53%) (Gambar 3.2). Inflasi yang tinggi di Sumatera Utara dipicu oleh kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit. Sementara itu, inflasi yang tinggi di Maluku dan Sulawesi Utara didorong, antara lain oleh kenaikan harga ikan segar.

In� asi Volatile FoodGra� k 3.30

Sumber: BPS, diolah

Volatile Food(mtm)

Volatile Food (yoy) -Skala kanan

4,90

-2

0

2

4

6

8

10

12

-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

% % yoy

Komoditas AP In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)Angkutan Antar KotaAngkutan UdaraTarif Kereta Api

-5,11 -0,04-2,98 -0,04-3,81 -0,01

Penyumbang In� asi/De� asi Volatile FoodTabel 3.6

In� asi Administered PricesGra� k 3.31

Sumber: BPS, diolah

Administered Prices (mtm)

-0,36

Administered Prices (yoy) - Skala Kanan

2,22

-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

-4-202468101214

% mtm %yoy%

Page 33: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 29

Sumber: BPS, diolah

Aceh 2,5Sumut 6,3Riau 3,9Sumbar 3,9Lampung 3,5

Kepri 3,5Bengkulu 2,4Kep.Babel 3,3Sumsel 2,5Jambi 3,8

SUMATERA KALIMANTANGorontalo 2,9Sulut 4,5Sulteng 4,4Sulbar 0,5Sulsel 2,4Sultra 2,8

SULAWESI

Maluku 5,2Maluku Utara 2,7Papua 2,5Papua Barat 1,8

MALUKU-PAPUABanten 3,5Jakarta 3,5Jawa Barat 3,5Jawa Tengah 2,8Jawa Timur 2,5Yogyakarta 2,6

JAWA

Bali 2,4NTB 2,6NTT 1,7

BALI-NUSA TENGGARA

Kalbar 2,5Kalsel 4,0Kaltim 2,1Kalteng 2,6Kaltara 3,9

Inf ≥ 4,5%

3,5% ≤ Inf < 4,5%

2,5% ≤ Inf < 3,5%

Inf < 2,5%

INFLASI NASIONAL JULI 2019: 3,32% (yoy)

BNN

KKKK

Perkembangan In� asi Regional April 2019 (% yoy)Gambar 3.2

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR KEUANGAN

Perkembangan Suku Bunga

Sasaran operasional kebijakan moneter yaitu suku bunga pasar uang antar bank tenor overnight (PUAB O/N) terjaga di kisaran suku bunga kebijakan moneter (BI7DRR). Rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N pada triwulan II 2019 tercatat 5,89%, tidak jauh berbeda dibandingkan dengan RRH pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,87%, serta berada di sekitar suku bunga kebijakan BI-7DRR sebesar 6,00%. Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) pada Juli 2019 juga ditransmisikan dengan baik ke suku bunga pasar uang. Pada Juli 2019, suku bunga PUAB O/N terjaga di kisaran level suku bunga kebijakan sebesar 5,75% (Grafik 3.32). Dengan demikian, RRH suku bunga PUAB O/N pada Juli 2019

lebih rendah 10 bps dibandingnya dengan RRH suku bunga PUAB O/N bulan sebelumnya sebesar 5,85%. Lebih lanjut, penurunan suku bunga PUAB juga tercatat pada tenor yang lebih panjang antara lain tenor 2-4 hari, 1 minggu, dan 2 minggu dengan penurunan RRH suku bunga masing-masing 4 bps , 10 bps, dan 4 bps.

Transmisi kebijakan moneter didukung pasar uang yang stabil dan efisien. Volatilitas suku bunga PUAB O/N terkendali didukung oleh likuiditas yang mencukupi. Terkendalinya volatilitas suku bunga PUAB O/N tercermin dari selisih min-max RRH suku bunga PUAB O/N pada triwulan II 2019 sebesar 34 bps, tidak jauh berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya sebesar 31 bps. Volatilitas suku bunga PUAB O/N yang terjaga menunjukkan pasokan likuiditas yang memadai. Selain itu, RRH Volume PUAB selama periode triwulan II 2019 tetap tinggi untuk mencukupi kebutuhan likuiditas perbankan yaitu mencapai 20 triliun Rupiah, cenderung

Page 34: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201930

sama dengan periode triwulan sebelumnya 18,6 triliun rupiah (Grafik 3.33). Volatilitas pasar uang yang terjaga berlanjut ke Juli 2019 sebagaimana terindikasi dari selisih min-max RRH suku bunga yang terjaga pada 33 bps. Kecukupan likuiditas pasar uang pada Juli 2019 juga tetap terjaga tercermin pada rerata harian volume PUAB yang tetap tinggi Rp18,96 triliun.

Suku bunga deposito perbankan turun pada triwulan II 2019. Rerata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada akhir triwulan II 2019 turun 5 bps menjadi 6,83% dari 6,88% pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.34). Penurunan suku bunga tersebut terutama pada tenor pendek yaitu 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan yang masing-masing turun sebesar 9 bps, 6 bps, dan 11 bps.

Sementara itu, suku bunga tenor lebih panjang yaitu 12 bulan dan 24 bulan masih tercatat meningkat secara triwulanan. Hal ini tidak terlepas dari transmisi suku bunga pada tenor yang lebih panjang memiliki efek tunda yang lebih lama terutama terkait belum banyak deposito baru ataupun deposito yang jatuh tempo dan diperbaharui dengan suku bunga terkini. Berdasarkan kelompok bank, suku bunga deposito turun di kelompok bank BUKU 1, BUKU 2, dan BUKU 3, sementara BUKU 4 cenderung stabil.

Sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, penurunan suku bunga deposito berlanjut pada Juli 2019. RRT suku bunga deposito pada Juli turun 3 bps menjadi 6,86% seiring penurunan suku bunga deposito jangka pendek yaitu tenor 1 bulan dan 6 bulan yang turun masing-masing 8 bps dan 2 bps. Demikian pula, suku bunga tenor 24 bulan turun signifikan 32 bps. Penurunan suku bunga deposito terutama tercatat pada kelompok bank BUKU IV dan BUKU II yang masing-masing turun 10 bps dan 2 bps pada Juli 2019.

Suku bunga kredit turun pada triwulan II 2019. RRT suku bunga kredit pada akhir triwulan II 2019 tercatat sebesar 10,75%, turun 11 bps dari RRT suku bunga akhir triwulan sebelumnya . Penurunan suku bunga kredit tercatat pada seluruh kredit, dengan penurunan tertinggi pada kredit modal kerja (KMK) sebesar 12 bps. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi (KK) dan kredit investasi (KI) masing-masing turun 10 bps dan 7 bps. Berdasarkan kelompok bank, suku bunga kredit

Suku Bunga dan Volume PUAB O/NGra� k 3.33

Sumber: Bank Indonesia

0

5

10

15

20

25

30

3

4

5

6

7

8

9

10

11Rp Triliun%

Vol PUAB (Skala kanan)

Vol PUAB O/N (Skala kanan)

2016 2017 2018 20191 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 73 513 5 7 9 11

Suku Bunga PUAB O/N

Suku Bunga Kredit Jenis PenggunaanGra� k 3.34

Sumber: Bank Indonesia

RRT Suku Bunga Kredit

Suku Bunga KMKSuku Bunga KI

Suku Bunga KK

8

9

10

11

12

13

14

15

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

%Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/NGra� k 3.32

Sumber: Bank Indonesia

Suku Bunga PUAB O/N

BI 7- Day RR (Setelah 19/08/16) 5,75

DF Rate

5,00

LF Rate 6,50

BI Rate

3,75

4,25

4,75

5,25

5,75

6,25

6,75

7,25

7,75

8,25%

2016 2017 2018 2019

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 73 513 5 7 9 11

Page 35: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 31

pada kelompok bank BUKU 2, BUKU 3 dan BUKU 4 turun, sementara pada BUKU 1 masih meningkat. Pada Juli 2019, RRT suku bunga kredit kembali turun 1 bps menuju 10,73%. Penurunan suku bunga kredit tersebut dipengaruhi oleh penurunan di semua jenis kredit, baik KMK, KK, maupun KI (Grafik 3.34).

Spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito menyempit pada triwulan II 2019. Secara rerata, spread suku bunga menyempit 6 bps pada triwulan II menjadi 3,96% setelah pada triwulan sebelumnya cenderung stabil di kisaran 4%. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan suku bunga kredit yang lebih dalam daripada penurunan suku bunga deposito. Penurunan spread tersebut terjadi di semua kelompok bank, kecuali bank BUKU 1 (Grafik 3.35).

Intermediasi Perbankan

Intermediasi perbankan berlanjut pada triwulan II 2019. Kredit yang disalurkan perbankan pada akhir triwulan II 2019 masih tumbuh kuat 9,9% (yoy) meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 11,6% (yoy). Pertumbuhan kredit masih ditopang oleh akselerasi kredit investasi (KI) yang tumbuh meningkat menjadi 13,8% (yoy) dari pertumbuhan 13,6% (yoy) pada triwulan I 2019. Sementara itu, kredit modal kerja (KMK) tumbuh 9,2% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 12% (yoy). Demikian pula kredit konsumsi

(KK) juga tumbuh melambat menjadi 7,6% (yoy) dari 9,0% (yoy) pada triwulan I 2019 (Grafik 3.36).

Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan II 2019 sejalan dengan kinerja perekonomian. Kontributor pertumbuhan kredit pada triwulan II 2019 yang utama adalah sektor lain-lain (konsumsi), perdagangan, konstruksi, dan industri pengolahan. Kinerja kredit sektor lain-lain (konsumsi) dan perdagangan sejalan dengan permintaan domestik yang menguat serta kinerja sektor perdagangan yang meningkat. Demikian pula, kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi masih tumbuh tinggi 25,7% (yoy) pada triwulan II 2019 meskipun tidak setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya 27,1% (yoy)- (Grafik 3.37). Kinerja tersebut sejalan dengan

Selisih Suku Bunga PerbankanGra� k 3.35

Sumber: Bank Indonesia

Spread Skb Kredit -Deposito (skala kanan)

RRT Suku Bunga Deposito

RRT Suku Bunga Kredit

2

4

6

8

10

12

14

16

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2016 2017 2018 2019

% %Pertumbuhan Kredit Jenis PenggunaanGra� k 3.36

Sumber: Bank Indonesia

Total Kredit

9,9

KMK

9,2

KI

13,8

KK

7,6

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 52016 2017 2018 2019

% yoy

Pertumbuhan Kredit SektoralGra� k 3.37

Sumber: Bank Indonesia

9,1

8,8

9,5

11,4

27,1

11,0

11,2

16,3

31,5

21,2

11,6

7,4

7,6

6,9

8,5

25,7

8,6

10,4

14,9

20,3

26,9

9,9

-10 0 10 20 30 40

PerdaganganLain-lain

IndustriPengangkutan

KonstruksiPertanian

Jasa Dunia UsahaJasa Sosial

PertambanganListrik

Total

% yoy

Tw II 2019Tw I 2019

Page 36: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201932

kinerja sektor konstruksi yang masih tumbuh tinggi meskipun sedikit termoderasi pada triwulan II 2019. Sementara itu, kredit sektor industri pengolahan tumbuh melambat 6,9% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,5% (yoy) sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan yang melambat.

Secara spasial, penyaluran kredit di sebagian besar wilayah Maluku dan Papua, Bali-nusra, serta Jawa masih tumbuh tinggi di atas 10% (yoy) pada triwulan II (Gambar 3.3). Penyaluran kredit di provinsi Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat tumbuh tinggi di atas 10% sejalan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang masih kuat ditopang oleh solidnya konsumsi dan investasi di tengah turunnya kinerja pertambangan. Sementara itu, pertumbuhan kredit di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur juga masih tinggi sejalan dengan kinerja ekonomi yang membaik ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga, meski tertahan oleh kinerja ekspor yang menurun. Demikian pula, kredit di wilayah Jawa masih tumbuh kuat sejalan dengan pertumbuhan ekonominya yang tumbuh stabil pada triwulan II 2019.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh meningkat pada triwulan II 2019. DPK pada triwulan II 2019 tumbuh 7,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 7,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan II 2019 bersumber dari deposito yang tumbuh 8,3% (yoy) meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Pertumbuhan giro juga meningkat menjadi 7,2% (yoy) dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan tabungan melambat, dari 6,5% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 6,3% (yoy) pada triwulan II 2019 (Grafik 3.38).

Untuk keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan kredit dan DPK diprakirakan terus membaik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat serta stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga. Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan sekitar 10-12% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 7-9% (yoy). Prakiraan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi 2019 yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%, didukung oleh

Sumber: Bank Indonesia

Kredit ≥ 15%10% ≤ Kredit < 15%5% ≤ Kredit < 10%

Kredit < 00% ≤ Kredit < 5%

Aceh 6,7Sumut 4,3Riau 15,2

Sumbar 1,7Lampung 14,9Kepri 6,3

SUMATERA

Kalbar 5,9Kalsel 6,9Kaltim 6,5

Kalteng 16,9Kaltara 17,2

KALIMANTANGorontalo 9,5Sulut 8,6Sulteng 8,0

Sulbar 17,3Sulsel 6,9Sultra 13,9

SULAWESI

Maluku 14,5Maluku Utara 21,8Papua 10,7Papua Barat 14,2

MALUKU-PAPUABanten 11,1DKI Jakarta 14,2Jawa Barat 10,9

Jawa Tengah 11,6Jawa Timur 10,6DI Yogyakarta 21,1

JAWABali 5,3NTB 28,6NTT 12,5

BALI-NUSRA

Bengkulu 17,9Kep.Babel 58,4Sumsel 5,9Jambi 12,9

Perkembangan In� asi Regional April 2019 (% yoy)Gambar 3.2

Page 37: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 33

IHSG dan Net Jual/Beli AsingGra� k 3.39

9.057,64

11,169,92

8,129,31

6.000

6.500

7.000

7.500

8.000

8.500

9.000

9.500

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 72017 2018 2019

Pembiayaan Total

Pasar Modal (skala kanan)

Bank Umum(skala kanan)

IKNB (skala kanan)

Total (skala kanan)

% yoyTriliun Rp

Sumber: BEI, Bloomberg, Bank Indonesia

bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah. Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih berada di bawah pola jangka panjangnya dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif.

Pasar Keuangan Nonbank

Pembiayaan ekonomi masih tumbuh tinggi pada triwulan II 2019, disumbang oleh kredit bank umum. Pada triwulan II 2019, pembiayaan ekonomi secara total tumbuh tinggi sebesar 10,37% (yoy), meskipun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,78% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja penyaluran kredit bank umum, dengan pangsa tertinggi sebesar 57%, yang tumbuh melambat pada triwulan II 2019. Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pasar modal tumbuh meningkat (Grafik 3.39). Pada triwulan II 2019, pembiayaan dari pasar modal melalui penerbitan obligasi korporasi/sukuk/EBA, right issue, IPO dan penerbitan MTN oleh korporasi non finansial tumbuh 8,65% (yoy), naik dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 8,54% (yoy). Kenaikan disumbang oleh meningkatnya pertumbuhan penerbitan

obligasi korporasi yang mencapai 13,85% (yoy), naik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,75% (yoy). Sementara penerbitan MTN tumbuh melambat menjadi 17,28% (yoy), dibandingkan 36,21% (yoy) pada triwulan sebelumnya . Adapun pertumbuhan pembiayaan melalui saham sedikit membaik dari 6,82% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi sebesar 6,86% (yoy).

Kinerja pasar saham domestik melemah pada triwulan II 2019 sejalan dengan tekanan dari eksternal yang meningkat. IHSG tercatat melemah sebesar 1,70% (qtq) pada akhir triwulan II 2019. Koreksi dipengaruhi oleh tekanan dari global yang semakin meningkat menjelang akhir triwulan II 2019 sejalan dengan berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok. Terus berlanjutnya ketegangan hubungan dagang tersebut memberi sentimen negatif bagi pasar keuangan global, selain berdampak pada perlambatan ekonomi dunia melalui jalur perdagangan. Perkembangan pasar saham domestik yang melemah tersebut relatif lebih moderat dibandingkan dengan pelemahan kinerja saham beberapa negara lain seperti Vietnam, Hong Kong, dan Tiongkok (Grafik 3.40). Secara sektoral, mayoritas sektor melemah terutama sektor industri dasar dan pertambangan. Kinerja sektor tersebut sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan dan pertambangan yang melemah terdampak faktor global (Grafik 3.41).

Pertumbuhan Kredit Jenis PenggunaanGra� k 3.38

Sumber: Bank Indonesia

Total DPK

7,4

Giro

7,2

Tabungan

6,3

Deposito 8,3

-5

0

5

10

15

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

% yoy

Page 38: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201934

IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan II 2019 (qtq)Gra� k 3.40

Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

-1,72,6

2,0-3,6

1,7-1,8

0,33,4

-3,15,6

1,91,0

-5 0 5 10

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisChina

MalaysiaHong Kong

JepangSingapura

VietnamThailand

IndiaFilipina

% qtq

IHSG dan Indeks Bursa Global April 2019 (mtm)Gra� k 3.42

Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

0,51,0

2,2-1,6

-2,2-2,7

1,2-0,6

4,4-1,1

-4,90,6

-12 -7 -2 3 8

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisChina

MalaysiaHong Kong

JepangSingapura

VietnamThailand

IndiaFilipina

% mtm

Indeks Sektoral Triwulan II 2019 (qtq)Gra� k 3.41

Sumber: BEI, diolah

-1,7

3,3

-7,3

2,9-10,9

0,3

-7,9

-2,3

-3,9

4,9

-15 -10 -5 0 5 10

IHSG

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Aneka Industri

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

% qtq

Memasuki triwulan III 2019, kinerja pasar saham masih tumbuh positif meski dengan penguatan yang relatif terbatas pada Juli 2019. IHSG ditutup menguat terbatas sebesar 0,5% (mtm) di level 6390,51 pada Juli 2019. Penguatan ditopang oleh faktor domestik yaitu pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga acuan BI7DRR yang direspon positif oleh pasar. Namun demikian, ketidakpastian global yang kembali meningkat menjadi faktor yang menahan penguatan IHSG lebih lanjut. Dibanding kinerja bursa di kawasan yang bergerak mixed, IHSG tercatat cukup baik karena masih tumbuh positif di tengah koreksi mayoritas bursa di Asia (Grafik 3.42). Secara sektoral, indeks cenderung bergerak mixed dengan penguatan terbesar pada sektor industri dasar (7,73%) dan properti (2,28%)-(Grafik 3.43).

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada triwulan II 2019 menunjukkan arah perbaikan ditandai dengan yield SBN yang turun. Pada triwulan II 2019, kinerja SBN membaik dibanding triwulan sebelumnya terindikasi dari penurunan yield SBN yang berlanjut meskipun lebih moderat. Yield SBN secara keseluruhan turun 49 bps ke level 7,48%. Penurunan yield terjadi pada semua tenor terutama tenor menengah dan panjang yang masing-masing turun 33 bps dan 26 bps ke level 7,22% dan 7,98%. Sementara tenor pendek turun terbatas sebesar 5 bps ke level 6,75% disebabkan oleh kenaikan pada tenor 1 tahun. Lebih terbatasnya penurunan yield SBN dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian global yang kembali meningkat di akhir triwulan II 2019. Kinerja

Indeks Sektoral April 2019 (mtm)Gra� k 3.43

Sumber: BEI, diolah

0,5-0,7

-4,61,4

7,7-4,1

-1,61,6

-3,3

2,3

-10 -5 0 5 10

IHSG

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Aneka Industri

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

% mtm

Page 39: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 35

pasar SBN domestik sejalan dengan kinerja pasar obligasi di negara kawasan yang mayoritas menunjukkan penurunan yield. Pada Juli 2019, yield SBN secara keseluruhan kembali turun sebesar 13 bps ke level 7,12%. Penurunan terutama di tenor pendek sebesar 27 bps ke level 6,48%. Sementara itu, yield seri benchmark 10 tahun naik tipis 1 bps ke level 7,38% (Grafik 3.44). Berlanjutnya penurunan yield SBN dipengaruhi oleh tren kebijakan moneter yang dovish yang diekspektasikan masih akan terus berlanjut.

Likuiditas Perekonomian

Likuiditas perbankan terjaga, dipengaruhi oleh operasi keuangan Pemerintah dan operasi moneter Bank Indonesia. Terjaganya likuiditas disebabkan oleh kebutuhan pembayaran pajak dan penerbitan SBN diimbangi oleh ekspansi operasi keuangan Pemerintah, operasi moneter, serta kembalinya uang kartal ke sistem perbankan. Pada triwulan II 2019, likuiditas terjaga seiring operasi keuangan Pemerintah yang mengalami net ekspansi pada April dan Mei 2019 serta kembali masuknya uang kartal ke sistem perbankan di akhir Juni 2019 paska pola seasonal meningkatnya kebutuhan kartal Idulfitri. Net ekspansi operasi keuangan Pemerintah tersebut terutama berasal dari meningkatnya subsidi atau Dana Bagi Hasil/Dana Alokasi Khusus serta lebih rendahnya penerbitan SBN, di tengah meningkatnya

penerimaan pajak. Selain itu, likuiditas yang terjaga turut ditopang oleh operasi moneter Bank Indonesia. Pada Juli 2019, likuiditas tetap terjaga sejalan dengan kebijakan penurunan GWM sebesar 50 bps dan penurunan BI7DRR sebesar 25 bps, serta berlanjutnya aliran uang kartal ke sistem perbankan, sehingga mengimbangi operasi keuangan Pemerintah yang mengalami sedikit net kontraksi.

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Juni 2019 tercatat Rp5.911,2 triliun atau tumbuh 6,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy) (Grafik 3.45). Pertumbuhan M2 terutama didorong oleh pertumbuhan komponen uang kuasi yang tumbuh meningkat 7,7% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan akhir triwulan I 2019 sebesar 7,0% (yoy). Sementara itu, komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) mencatat pertumbuhan yang stabil di kisaran 4,9% (yoy) pada akhir triwulan II 2019.

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh perbaikan dari aktiva luar negeri bersih (Net Foreign Assets atau NFA) di tengah melambatnya pertumbuhan dari aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA). NFA pada triwulan II 2019 tumbuh -2,2% (yoy) atau membaik dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar -3,7% (yoy).

SBN dan Net Jual/Beli AsingGra� k 3.44

Sumber: Bloomberg, diolah

Net Jual/Beli Asing (skala kanan)

Yield SBN 10 Tahun

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0123456789

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2017 2018 2019

Rp Triliun%Uang Beredar M2Gra� k 3.45

Sumber: Bank Indonesia

M2

6,9

M1

4,9

Kuasi

7,7

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 6

2016 2017 2018 2019

% yoy

Page 40: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201936

Sementara itu, aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA) pada triwulan II 2019 tumbuh melambat menjadi 10,3% (yoy) dari 10,5% (yoy) pada triwulan I 2019 (Grafik 3.46).

Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai risiko kredit yang terkendali. Stabilitas sistem keuangan yang terjaga ditopang rasio kecukupan modal perbankan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang tetap tinggi, mencapai 22,5% pada akhir triwulan II 2019 (Grafik 3.47). Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada akhir triwulan II 2019 tetap rendah yaitu sebesar 2,5% (gross) atau 1,2% (net). NPL tersebut tidak jauh berbeda dengan NPL pada akhir triwulan I 2019 sebesar 2,51% serta berada di level yang sehat di bawah 5% (Grafik 3.48). Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan rasio NPL pada triwulan II 2019 terjadi pada jenis penggunaan kredit KMK dan KK, sementara rasio NPL untuk KI mengalami perbaikan. Rasio NPL untuk KMK, KI dan KK masing-masing tercatat sebesar 3,09%, 2,35%, dan 1,71% pada triwulan I 2019 menjadi 3,12%, 2,16% dan 1,77% pada triwulan II 2019. Secara sektoral, NPL di seluruh sektor ekonomi juga tercatat di bawah 5% (Gambar 3.4).

Faktor yang Memengaruhi M2Gra� k 3.46

Sumber: Bank Indonesia

NFA

-2,2

NDA

10,3

M2 6,9

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

% yoy

Permodalan Industri PerbankanGra� k 3.47

Sumber: Bank Indonesia

1

6

22,5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rp Triliun%

CAR

ATMR (Skala kanan)

Modal (Skala kanan)

Non Performing LoanGra� k 3.43

Sumber: Bank Indonesia

2,51 2,50

00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2017 2018 2019

%

Non Performing Loan

Page 41: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 37

Sumber: Bank Indonesia

NPL < 2%

3% ≤ NPL < 4%

2% ≤ NPL < 3%

4% ≤ NPL < 5%

NPL ≥ 5%

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

MALUKU-PAPUAJAWA BALI-NUSRA

Aceh 2,3Sumut 3,1Riau 3,0

Sumbar 3,0Lampung 2,4Kepri 4,6

Kalbar 1,4Kalsel 2,9Kaltim 3,7

Kalteng 2,0Kaltara 0,8

Gorontalo 2,7Sulut 3,4Sulteng 2,1

Sulbar 1,8Sulsel 3,7Sultra 2,4

Maluku 3,1Maluku Utara 1,2Papua 2,8Papua Barat 2,2

Banten 2,0DKI Jakarta 1,7Jawa Barat 2,9

Jawa Tengah 2,4Jawa Timur 3,5DI Yogyakarta 2,0

Bali 4,4NTB 1,3NTT 2,5

Bengkulu 2,0Kep.Babel 1,3 Sumsel 3,1Jambi 3,6

NPL Berdasarkan WilayahGambar 3.4

Page 42: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201938

4 PROSPEK PEREKONOMIAN

PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Perekonomian global diprakirakan tumbuh melambat pada 2019 dan sedikit membaik pada 2020 (Tabel 4.1). Perekonomian AS, kawasan Eropa, Jepang, dan Tiongkok diprakirakan tumbuh melambat seiring dengan ketegangan hubungan dagang yang berlanjut dan sejumlah risiko geopolitik. Perlambatan ekonomi sejumlah negara terutama karena penurunan kinerja sektor eksternal – volume ekspor menurun dan perlambatan investasi. Perekonomian global diprakirakan mulai membaik pada tahun 2020 ditopang terutama pemulihan ekonomi di sejumlah negara Emerging Economies (Latin America, Middle East North Africa-MENA). Respons kebijakan bank sentral yang akomodatif berperan signifikan dalam menjaga momentum perekonomian global pada tahun 2020. Perbaikan ekonomi global pada tahun 2020 juga mendorong peningkatan volume perdagangan dunia.

Perekonomian AS diprakirakan melambat pada 2019 dan 2020 seiring dengan eskalasi ketegangan hubungan dagang yang menekan kinerja eksternal dan investasi. Pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2019 diprakirakan sebesar 2,3%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2018 sebesar 2,9% (yoy). Ke depan, perekonomian AS diperkirakan masih akan tumbuh melambat, sebesar 2,0% (yoy) pada tahun 2020. Perlambatan tersebut terjadi seiring dengan ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang berlanjut dan stimulus fiskal yang berkurang. Ketidakpastian tarif berdampak negatif terhadap investasi nonresidensial di tengah pertumbuhan yang melambat paska transisi stimulus fiskal.

Sejalan dengan AS, perekonomian Eropa juga mengalami perlambatan pada 2019 dan mulai membaik pada 2020. Perekonomian Eropa pada tahun 2019 dan 2020 masing-masing diprakirakan tumbuh sebesar 1,1% dan 1,4%. Penetapan tarif tambahan

%, yoy

Persen, yoy

*Perhitungan Volume Perdagangan Dunia WEO (IMF) memperhitungkan goods & services, Perhitungan Volume Perdagangan Dunia Bank Indonesia hanya memperhitungkan goodsSumber: IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia

PDB2018

Januari April 2019 Juli 2019 Juli 2019 Agustus 2019Consensus Forecast (CF)WEO (IMF) Bank Indonesia

Agustus 2019

Negara MajuAmerika SerikatKawasan EuroJepang

TiongkokIndia

Negara Berkembang

Volume Perdagangan Dunia

Dunia 3,7 3,3 3,6 3,2 3,5 3,3 3,5 3,3 3,5 3,2 3,32,3 1,8 1,7 1,9 1,7 1,7 1,6 1,7 1,6 1,8 1,62,9 2,3 1,9 2,6 1,9 2,5 1,9 2,3 1,9 2,3 2,01,8 1,3 1,5 1,3 1,6 1,1 1,2 1,1 1,2 1,1 1,40,9 1,0 0,5 0,9 0,4 0,7 0,3 0,9 0,3 0,6 0,64,6 4,4 4,8 4,1 4,7 4,6 5.0 4,6 5,0 4,2 4,46,6 6,3 6,1 6,2 6,0 6,2 6,0 6,2 6,0 6,2 6,17,3 7,3 7,5 7,0 7,2 6,9 7,1 6,8 7,0 6,9 6,14,0 3,2 3,3 3,3 3,4 1,6 2,7

2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

Prospek Perkembangan Ekonomi GlobalTabel 4.1

Page 43: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 39

terhadap impor dari Tiongkok ke AS yang berlaku efektif pada 1 September 2019 berisiko berdampak negatif pada pertumbuhan PDB Eropa. PDB Eropa 2019 diperkirakan lebih rendah jika hard brexit terjadi, dengan pertimbangan terdapat border disruption dan kondisi finansial yang lebih ketat. IMF bahkan memprakirakan pertumbuhan perekonomian Eropa akan berada pada level 1,0% apabila mempertimbangkan trade arrangements, border disruption, dan kondisi keuangan yang lebih ketat.

Perekonomian Jepang diprakirakan masih tertahan pada tahun 2019 dan 2020. PDB Jepang pada tahun 2019 diprakirakan tumbuh sebesar 0,6%. Perlambatan tersebut sebagai dampak dari permintaan global yang menurun, dampak negatif ketegangan hubungan dagang terhadap investasi Jepang, dan rencana kenaikan pajak konsumsi pada Oktober 2019. Eskalasi ketegangan perdagangan juga menyebabkan PDB Jepang diprakirakan tumbuh di bawah potensialnya. Selain itu, Japan Leading Indeks (New Composite Index of Business Cycle Indicators Leading Index) masih menunjukkan tren yang melambat. Pada tahun 2020, perekonomian Jepang diprakirakan tumbuh stabil 0,6% (yoy).

Ekonomi Tiongkok 2019 dan 2020 diprakirakan masih melambat. Perekonomian Tiongkok pada tahun 2019 diprakirakan tumbuh sebesar 6,2% (yoy) dan kembali melambat pada tahun 2020 menjadi 6,1% (yoy). Perlambatan ekonomi Tiongkok tersebut tidak terlepas dari ketegangan hubungan dagang yang sudah memengaruhi kinerja ekspor dan permintaan domestik Tiongkok, serta deleveraging dan rebalancing perekonomian Tiongkok yang masih akan berlanjut. Rencana kenaikan tarif 10% pada 300 miliar dolar AS impor Tiongkok yang belum terkena tarif per 1 September 2019 secara bertahap diprakirakan semakin menekan perekonomian Tiongkok. Terlebih lagi, ketegangan perdagangan mulai merambah ke technology war dan berlanjut ke sektor finansial. Tiongkok merespons tambahan tarif dari AS dengan kebijakan nontarif. Pemerintah Tiongkok masih memiliki beberapa opsi retaliasi yang dapat diambil, antara lain penghentian supply rare earth mineral, pelarangan penjualan produk dan jasa AS, travel resctriction, dan restriksi perdagangan non tarif.

Prospek Volume Perdagangan dan Harga Komoditas Global

Ketegangan hubungan dagang yang terus berlanjut dan sejumlah risiko geopolitik menekan volume perdagangan dunia. Data realisasi sementara Triwulan II-2019 sampai dengan data Mei 2019 menunjukkan kontraksi (-0,2% yoy) - (Grafik 4.1). Ketegangan hubungan dagang yang berlanjut meningkatkan ketidakpastian global dan menyebabkan investasi melambat, yang pada gilirannya menekan WTV. Perlambatan WTV tersebut diperkirakan terus berlanjut hingga akhir 2019 seiring dengan aktivitas investasi berbagai negara dunia yang diperkirakan masih tertekan hingga akhir tahun. Dengan proyeksi tersebut, WTV tahun 2019 diperkirakan tumbuh 1,6%, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 4,0%. Perbaikan volume perdagangan dunia diprakirakan mulai terlihat pada tahun 2020. WTV pada 2020 diprakirakan meningkat dibandingkan tahun 2019 yakni tumbuh sebesar 2,7% (yoy) seiring dengan perbaikan ekonomi global.

Harga minyak pada 2019 dan 2020 diprakirakan masih dalam tren melambat (Grafik 4.2). Pasar minyak diperkirakan masih net-supply pada tahun 2019 dan 2020 terutama karena perlambatan permintaan. Penurunan permintaan diprakirakan lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pasokan minyak. Hasil OPEC gathering di Vienna pada 1-2 Juli 2019 menyepakati perpanjangan oil cut selama 9 bulan

Aktivitas Ekspor GlobalGra� k 4.1

Sumber: Bloomberg

- 0,2 -1

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

%yoy

WTV

WTV Impor

WTV Ekspor

Page 44: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201940

hingga Maret 2020. Perpanjangan oil cuts dilakukan untuk mengimbangi permintaan global yang terus menurun seiring perlambatan ekonomi global. Dengan perkembangan tersebut, inventori level minyak dan produk minyak OECD berada pada tren meningkat seiring dengan pelemahan permintaan minyak.

PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN DOMESTIK

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tetap baik didukung permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% (Tabel 4.2). Prakiraan tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat, khususnya didorong oleh investasi yang akan tumbuh tinggi, baik investasi bangunan maupun nonbangunan. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diprakirakan tetap tumbuh, meskipun lebih rendah dibandingkan prakiraan sebelumnya. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor pada 2019 diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada tahun sebelumnya dipengaruhi ketegangan hubungan dagang yang berdampak pada penurunan permintaan dan harga komoditas dunia. Sejalan dengan perkembangan ekspor, kinerja impor juga diprakirakan menurun pada 2019. Penurunan tersebut juga tidak terlepas dari dampak kebijakan untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Pada 2020, momentum pertumbuhan ekonomi

diprakirakan terus berlanjut menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5%, didukung oleh bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap baik meskipun tidak banyak berubah dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Kinerja konsumsi rumah tangga untuk tumbuh lebih tinggi diprakirakan tertahan akibat dampak rambatan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang menyebabkan kinerja ekspor menurun, sehingga turut berdampak pada penurunan pendapatan. Konsumsi kelompok masyarakat berpendapatan bawah akan tetap terjaga seiring dengan terkendalinya inflasi, meskipun penyaluran bantuan sosial pemerintah pada semester kedua 2019 akan tidak setinggi pada semester sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi LNPRT pada paruh kedua 2019 juga diperkirakan akan melambat seiring dengan telah berlalunya periode penyelenggaraan Pemilu 2019, sehingga dampak konsumsi LNPRT terhadap konsumsi rumah tangga akan semakin kecil. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2019 diprakirakan berada pada kisaran 5,0-5,4%. Konsumsi rumah tangga pada 2020 diprakirakan akan membaik namun tetap berada pada kisaran 5,0-5,4% sejalan dengan kinerja ekspor yang diprakirakan membaik.

Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh melambat. Konsumsi pemerintah pada 2019 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 4,0-4,4%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada semester kedua 2019 diprakirakan lebih rendah dipengaruhi oleh belanja barang yang akan tidak setinggi pada semester pertama. Tingginya belanja barang pada semester pertama terkait dengan pengeluaran untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu 2019. Sejalan dengan itu, belanja pegawai pada semester kedua juga diperkirakan tidak setinggi pada semester sebelumnya. Hal ini mengingat pembayaran kenaikan gaji dan rapel Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagian besar sudah direalisasikan pada semester pertama. Penurunan kinerja ekspor akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga diperkirakan akan berdampak pada pencapaian target penerimaan pemerintah, sehingga berdampak pula pada realisasi belanja konsumsi pemerintah. Pertumbuhan

Perkiraan Pasokan dan Permintaan MinyakGra� k 4.2

Sumber: Bloomberg

-1,0

-0,5

0

0,5

1,0

1,5

2,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020

STEO Mei'19STEO Jun'19STEO Jul'19STEO Aug'19

Perkiraan

Neraca Permintaan/Penawaran Minyak (mbpd)

Page 45: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 41

konsumsi pemerintah pada 2020 diprakirakan berada pada kisaran 1,4-1,7% sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mempersempit defisit anggaran.

Investasi diprakirakan akan tumbuh tinggi dan menjadi penopang bagi berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan investasi pada 2019 diprakirakan akan tumbuh tinggi di kisaran 5,3-5,7%, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada 2018. Pertumbuhan investasi ditopang oleh investasi bangunan yang diprakirakan akan mulai membaik pada semester kedua 2019. Perbaikan tersebut didorong oleh perkembangan sektor properti yang akan mulai membaik, serta berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Investasi nonbangunan diprakirakan juga membaik pada semester kedua 2019 didorong antara lain oleh pembangunan proyek ketenagalistrikan yang kemudian akan turut berdampak pada meningkatnya kebutuhan mesin dan perlengkapan industri. Berbagai kebijakan reformasi struktural yang ditempuh pemerintah untuk terus memperbaiki iklim investasi disertai dengan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan terus berlanjut, pertumbuhan investasi pada 2020 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 5,7-6,1%.

Dari sisi eksternal, ekspor diprakirakan menurun untuk keseluruhan tahun 2019. Prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah, volume perdagangan dan harga komoditas dunia yang menurun menyebabkan kinerja ekspor mengalami kontraksi. Pertumbuhan

ekspor pada 2019 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran -0,6 - -0,2%. Ekspor pada 2020 diprakirakan membaik sejalan dengan negara tujuan ekspor yang mulai lebih terdiversifikasi, terutama pada produk manufaktur. Perbaikan ekspor juga ditunjang oleh prospek pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas dunia yang diprakirakan akan membaik. Pertumbuhan ekspor pada 2020 diprakirakan akan positif berada di kisaran 3,5-3,9%.

Sejalan dengan penurunan ekspor, impor diprakirakan juga akan menurun. Pertumbuhan impor pada 2019 diprakirakan berada pada kisaran -3,3- -2,9%. Penurunan pertumbuhan impor tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor. Penurunan harga komoditas dunia memengaruhi ekspansi bisnis perusahaan tambang berorientasi ekspor, sehingga menurunkan permintaan impor barang modal seperti alat berat, mesin dan perlengkapan. Bauran kebijakan yang ditempuh untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan makin terlihat dampaknya terhadap penurunan laju impor, antara lain pengurangan impor migas sejalan dengan kebijakan B-20, dan penerapan pengaturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sejalan dengan prospek ekonomi global yang akan lebih baik pada 2020, kegiatan impor diprakirakan kembali meningkat. Peningkatan tersebut untuk mendukung perbaikan kinerja ekspor, serta investasi yang tumbuh tinggi. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan impor pada 2020 diprakirakan akan meningkat dan berada pada kisaran 2,4-2,8%.

% yoy

Sumber: BPS; *Proyeksi Bank Indonesia

I IIIII III IV Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi PemerintahInvestasi (PMTDB)EksporImporPDB

Komponen PDB Pengeluaran 2017 2018 2020*2019*20192018

5,178,235,01-1,81-6,735,05

5,025,215,03-1,86-7,365,07

4,942,136,158,918,065,07

4,942,717,945,94

12,645,06

5,165,205,857,65

15,175,27

5,006,276,968,08

14,025,17

5,084,566,014,337,105,18

5,054,806,676,48

12,045,17

5,0 - 5,44,0 - 4,45,3 - 5,7

-0,6 - -0,2-3,3 - -2,95,0 - 5,4

5,0 - 5,41,3 - 1,75,7 - 6,13,5 - 3,92,4 - 2,85,1 - 5,5

ProyeksiProyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 4.2

Page 46: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201942

Di sisi lapangan usaha (LU), prospek ekonomi Indonesia dalam jangka pendek akan banyak ditopang oleh sektor tersier1. Prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang menurun pada 2019 menyebabkan penuruanan kinerja sektor primer dan sektor sekunder. Sektor tersier diprakirakan meningkat dan menjadi salah satu pendukung utama terus berlangsungnya momentum pertumbuhan ekonomi. Prakiraan peningkatan pertumbuhan sektor tersier bersumber dari LU pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh meningkat, didorong oleh perkembangan ekonomi dan keuangan digital, dan pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi oleh Pemerintah. Perluasan dan penguatan cakupan jaringan komunikasi ini diperkirakan akan mendorong kegiatan e-commerce, yaitu peningkatan perdagangan retail, pergudangan dan jasa logistik ekspedisi. Pertumbuhan sektor tersier juga didukung oleh kinerja jasa keuangan yang meningkat. Peningkatan kinerja sektor tersier juga didukung oleh program pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Selain itu, kinerja LU konstruksi

1 Sektor tersier meliputi LU: 1) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 2) Konstruksi; 3) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 4) Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi; 5) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan; dan 6) Jasa-jasa lainnya

diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi dipengaruhi oleh penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang masih akan berlanjut serta sektor properti yang masih akan terus berkembang.

Kinerja sektor primer2 pada 2019 diprakirakan melambat dan kembali akan membaik pada 2020. Prospek ekonomi global yang melambat dan penurunan harga komoditas dunia diprakirakan berdampak pada penurunan kinerja produk ekspor berbasis SDA pertanian dan pertambangan. Namun demikian, produksi kelapa sawit diperkirakan tetap tinggi untuk memenuhi kebutuhan domestik sejalan dengan kebijakan biodiesel B-20. Kinerja LU pertambangan dan penggalian diprakirakan melambat sejalan dengan pelemahan harga komoditas dunia, termasuk minyak mentah. Pelemahan juga terkait dengan permasalahan dari sisi produksi, terutama pada tambang nikel dan tembaga. Prospek ekonomi global yang akan lebih baik pada 2020 diprakirakan akan turut mendorong perbaikan harga komoditas, sehingga akan mendorong perbaikan sektor primer melalui peningkatan produk ekspor pertanian dan perkebunan.

2 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 4.3%, yoy

Sumber: BPS ; ^Proyeksi Bank Indonesia

III IVI IIIIIPertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

Komponen PDB Lapangan Usaha 2017 2018 2019^2019

2020^2018

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 5,33-0,713,542,655,694,807,886,078,395,05

0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,163,2-2,60,1-0,53,7-4,13,7-4,15,9-6,35,0-5,47,5-7,96,4-6,86,5-6,95,0-5,4

3,6-4,01,4-1,83,8-4,24,7-5,16,0-6,45,1-5,57,5-7,96,7-7,14,3-4,75,1-5,5

4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,271,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,476,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,094,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,109,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,035,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,874,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,855,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17

1,812,323,864,485,915,387,357,337,135,07

Page 47: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2019 43

Pertumbuhan sektor sekunder3 yaitu LU industri pengolahan diprakirakan melambat pada 2019 dan 2020. Pertumbuhan LU industri pengolahan pada 2019 diprakirakan tumbuh lebih rendah dari pencapaian pertumbuhan tahun sebelumnya. Pelemahan pertumbuhan ekonomi global berdampak pada menurunnya permintaan dunia yang kemudian merambat ke pelemahan produksi industri pengolahan berbasis ekspor. Sejalan dengan hal itu, impor bahan baku dan barang modal juga mengalami penurunan. Permintaan domestik yang belum tumbuh tinggi serta ekspor produk berbasis manufaktur yang menurun menyebabkan penurunan ekspektasi pertumbuhan di LU industri pengolahan. Kinerja industri otomotif diperkirakan melambat terindikasi dari tingkat penjualan kendaraan bermotor yang berada dalam tren penurunan. Di samping itu, kinerja industri tekstil dan produk tekstil juga diperkirakan melambat akibat penurunan permintaan ekspor.

Secara keseluruhan, momentum pertumbuhan ekonomi akan berlanjut pada 2019 dan 2020 di tengah risiko dinamika ekonomi global yang masih mengemuka. Tantangan eksternal berasal dari prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, volume perdagangan dunia yang menurun, dan ketidakpastian pasar keuangan dunia yang meningkat akibat ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas dunia juga diprakirakan menurun. Perkembangan ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut memberikan tantangan dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk mendorong ekspor maupun menarik modal asing. Dari domestik, tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia antara lain terkait dengan upaya menurunkan defisit neraca transaksi berjalan agar berada pada level yang sehat. Percepatan pembangunan infrastruktur dan kebijakan reformasi struktural, termasuk upaya untuk memperbaiki iklim investasi yang ditempuh selama ini diharapkan dapat semakin memperkuat daya saing dan produktivitas ke depan (Grafik 4.3).

3 Sektor usaha sekunder meliputi: 1) LU Industri Pengolahan

PROSPEK INFLASI

Inflasi IHK diperkirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5 ± 1% pada 2019 (Grafik 4.4). Terkendalinya inflasi IHK dipengaruhi oleh terjaganya inflasi inti didukung ekspektasi yang baik seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola, dan pengaruh harga global yang minimal. Hal ini terlihat dari terjangkarnya ekspektasi inflasi dalam kisaran sasaran, di tengah kenaikan harga emas global dan dampak lanjutan volatile food. Selain itu, rendahnya inflasi administered prices juga berkontribusi dalam terjaganya inflasi seiring dengan masih berlanjutnya dampak lanjutan penurunan Tarif Batas Atas (TBA). Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan akan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya dikarenakan perkiraan inflasi harga cabai yang meningkat seiring dengan dampak faktor kemarau. Risiko kenaikan inflasi berasal dari risiko meningkatnya harga BBM di dalam negeri jika Pemerintah memilih untuk menaikkan harga pasca Pemilihan Presiden/Pemilihan Legislatif pada Oktober 2019. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat baik di tingkat pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Fan Chart Proyeksi Pertumbuhan EkonomiGra� k 4.3

Sumber: Bank Indonesia

8

7

6

5

4

3I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017 2018 2019 2020

%yoy10% CI20% CI30% CI40% CI50% CI60% CI70% CI5,05

5,07

5,1780% CI90% CIPDB Historis

Page 48: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan II 201944

Inflasi inti 2019 diperkirakan tetap terjaga, meski meningkat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Peningkatan inflasi inti tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga emas global seiring dengan pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan dampak lanjutan inflasi volatile food. Inflasi inti yang terjaga tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Inflasi inti yang terjaga juga didukung oleh ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam rentang sasaran yang tercermin dari rendahnya ekspektasi inflasi 2019 (3,1%) berdasarkan Consensus Forecast Agustus 2019.

Inflasi volatile food diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, terutama didorong oleh inflasi komoditas holtikultura yang lebih tinggi. Lebih tingginya perkiraan inflasi komoditas holtikultura, terutama cabai, disebabkan oleh proyeksi perkembangan cuaca yang belum membaik dalam waktu dekat. Hal ini juga didukung oleh masih tingginya realisasi inflasi pada Juli 2019 yang juga didorong oleh faktor kemarau yang datang lebih awal dengan intensitas yang lebih tinggi. Harga aneka cabai diperkirakan mulai mengalami penurunan pada Oktober 2019 seiring dengan dimulainya panen cabai dalam jumlah lebih besar di tengah mulai turunnya hujan di beberapa kawasan.

Inflasi administered prices diperkirakan lebih rendah dari perkiraan semula seiring dengan masih berlanjutnya dampak lanjutan penurunan TBA. Kebijakan penurunan tarif Low Cost Carrier (LCC) yang berlaku mulai 11 Juli 2019 sedikit berpengaruh terhadap inflasi administered prices. Namun demikian, harga tiket pesawat pada Agustus diperkirakan akan kembali pada tingkat normalnya setelah pada Juli 2019 mengalami deflasi dalam karena pengaruh penurunan TBA LCC. Lebih rendahnya inflasi administered prices juga didorong oleh komoditas rokok, angkutan dalam kota, dan bensin seiring dengan realisasi pada Juli 2019 yang lebih rendah dari perkiraan.

Inflasi IHK pada 2020 diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi 3,0 ± 1% (Grafik 4.4). Inflasi IHK akan ditopang oleh terjaganya inflasi inti

dan inflasi administered prices, serta inflasi volatile food yang lebih rendah, Nilai tukar yang stabil diperkirakan dapat menopang stabilnya inflasi inti. Inflasi volatile food diperkirakan lebih rendah sejalan dengan terjaganya produksi dan distribusi serta perkiraan gangguan pasokan yang minimal karena faktor perkiraan cuaca yang lebih baik dibandingkan dengan cuaca pada 2019. Inflasi administered prices juga diperkirakan terjaga, seiring dengan tidak adanya perubahan harga barang dan jasa strategis yang diatur oleh Pemerintah . Konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam pencapaian sasaran inflasi, disertai koordinasi yang erat dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah diyakini akan dapat membawa inflasi 2020 tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasarannya.

RISIKO INFLASI

Dalam jangka pendek, risiko inflasi yang perlu dicermati adalah kebijakan kenaikan harga BBM subsid . Risko inflasi tersebut tercermin pada range proyeksi yang lebih lebar ke atas dalam fan chart proyeksi inflasi (Grafik 4.4). Mencermati hal tersebut, Bank Indonesia akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019.

Fan Chart Proyeksi In� asiGra� k 4.4

Sumber: Bank Indonesia

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017 2018 2019 2020

% yoy10% CI

20% CI

30% CI

40% CI

50% CI

60% CI

70% CI

80% CI

90% CI

In�asi Historis

2,48

3,283,13

Page 49: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus
Page 50: 00 LKM Tw I 2019 - Bank Indonesia · Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi masing-masing turun 13bps dan 15bps pada Juli 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan terus