Laporan Tutorial

72
Laporan tutorial 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Laporan tutorial Blok 1.6 ( Minggu 1) dasar patologi , diagnosis dan terapi 1

description

laporan tutorial minggu 1 imunologi dasar

Transcript of Laporan Tutorial

Laporan tutorial

Laporan tutorial2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS

Laporan tutorialBlok 1.6 ( Minggu 1)dasar patologi , diagnosis dan terapi

LAPORAN DISKUSI TUTORIALBLOK 1 PROFESIONALISME DOKTER SKENARIO 1

OLEHKELOMPOK 2A:

KETUA: Idham Khalid (1410310007)SEKRETARIS MEJA : Jacqline Charles Labo (1410314001)SEKRETARIS PAPAN : Arif Bima Al Birru (1410311017) ANGGOTA: Amalia Savira (1410311032) Talitha Nabilah L.S (1410312011) Dwi Fitria Nova (1410312051) Dilla Ariyani(1410311002) Fanny Permata Andriani(1410311099) Ramadhoni Mardi (1410312046) Anissa Amalina (1410311063) TUTOR: dr. Almurdi

SKENARIO BLOK 1.6 TAHUN 2015MODUL 1

JANGAN IMUNISASI CUCUKU Nyonya Muna bingung karena dilarang oleh ibunya ketika akan pergi ke posyandu membawa bayinya untuk imunisasi . Menurut ibunya , bayi akan demam setelah imunisasi dan pada tempat suntikan imunisasi menjadi borok seperti anak tetangganya di kampung . Apalagi berita yang didengar dari tetangganya tersebut bahwa ada anak yang mejadi lumpuh setelah diimunisasi. Dia juga mengatakan bahwa semua anaknya tidak pernah diimunisasi , tetapi anak-anaknya jarang sakit dan bisa tumbuh dewasa dan sehat . Adik Ny. Muna seorang mahasiswa kedokteran , membantu menjelaskan pada ibunya bahwa bayi perlu diimunisasi agar tubuhnya memiliki antibodi terhadap penyakit tertentu . Dia juga menambahkan walaupun vaksin yang diberikan pada imunisasi itu berasal dari mikroorganisme tetapi tidak membahayakan karena tidak bersifat pathogen terhadap tubuh host . Di samping itu , pemberian ASI pada anak juga dapat meningkatkan imunitas anak , karena mengandung antibodi . Adik Ny. Muna sangat senang bisa menjelaskan hal tersebut karena saat ini ia sedang mempelajari modul tentang imunologi dasar . Banyak istilah yang baru dikenalnya seperti antigen , komplemen , sitokin , imunomodulator , dll . Inu Ny. Muna tetap masih khawatir , apalagi ia pernah punya pengalaman pingsan setelah diinjeksi obat di puskesmas . Menurut dokter ia mengalami alergi terhadap obat tersebut . Ia takut jika hal yang sama terjadi pada cucunya . Adik Ny. Muna menjelaskan pada ibunya bahwa hal itu tidak terjadi pada semua orang. Ia teringat beberapa jenis reaksi hipersensitivitas yang bisa terjadi dan juga mekanisme penyakit autoimun . Aspek imunologi tersebut banyak ia temukan dalam kehidupan sehari-hari dan perlu dipelajari lebih lanjut termasuk perannya dalam diagnostik .Bagaimana saudara menjelaskan apa yang terjadi pada scenario di atas ?

STEP ONETERMINOLOGI

1. Imunisasi : Memberi kekebalan kepada tubuh yang berupa vaksin .2. Borok : Luka yang terbuka akibat bakteri , DM , Hipertensi .3. Antibodi : Glikoprotein spesifik yang mengikat antigen respon adanya antigen (Ag) .4. Vaksin : suspensi mikroorganisme yang dilemahkan / dimatikan bagi mencegah penyakit dari menular . 5. Mikroorganisme : Makhluk kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata biasa namun terlihat jelas dengan mikroskop.6. Patogen : Agen penyakit7. Host : Organisme yang menampung organisme lain / parasite.8. Antigen : Zat yang merangsang respon imun .9. Komplemen : Kumpulan 9 protein primer yang diperlukan untuk reaksi Ag-Ab .10. Sitokin : Protein non Ab yang dilepaskan sel saat berkontak .11. Imunomodulator : Agen yang memodulasi respon imun .12. Reaksi hipersensitivitas : Reaksi berlebihan karena respon imun yang terlalu sensitif / kegagalan respon imun .

13. Autoimun : Imunitas yang menyerang antigen yang pada jaringan tubuh sendiri

14. Alergi : Bagian dari hipersensitivitas tipe I .

STEP 2IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa bayi pasca imunisasi menjadi demam dan timbul borok ?2. Apakah benar pada anak yang lumpuh setelah diimunisasi ?3. Apakah tujuan imunisasi ?4. Mengapa pada anak tanpa imunisasi bisa sehat dan jarang sakit ?5. Bagaimana cara kerja vaksin imunisasi ?6. Apa yang terkandung pada ASI sehingga bisa menjadi antibody terhadap bayi ?7. Kenapa ibu Ny. Muna pingsan setelah diinjeksi obat ?8. Apa saja jenis reaksi hipersensitivitas ?9. Apa saja yang menyebabkan alergi ?10. Bagaiman peran imunologi dalam aspek diagnosis ?

STEP 3MENGANALISIS MASALAH DENGAN BRAINSTORMING

1.- Pasca imunisasi terjadi beberapa reaksi : i). Rx. Suntikan mual , muntah ii). Rx. Imunisasi Deman( DPT..)- Adanya borok BCG (suntikan intrakutan)- Bisa demam karena sistem Imun dalam proses membentuk antibodi , proses tsb melibatkan Peradangan . Suhu bisa meningkat karena pirogen mengubah set point of temperature di hypothalamus - Efek Inflamasi : i). Pembuluh darah ii). Permeabilitas cairan dari pembuluh darah meningkat iii).Terjadi reaksi kemotaksis bengkak- borok bukan indikator keberhasilan imunisasi

2.- 3 Faktor imunisasi bisa menyebabkan lumpuh :i). Kondisi anak : Demam suhu semakin meningkat apabila disuntik transmisi sinyal terganggu bisa merusak system saraf lumpuhii). Bahan vaksin yang kurang baik / outdatediii).Kemampuan petugaskesehatan yang tidak terampil- Anak juga bisa lumpuh jika sdh terlebih dahulu terinfeksi virus yang menyebabkan lumpuh ( eg : virus polio)

3. Meningkatkan system kekebalan tubuh

4. - Anak tsb mendapat ASI yang cukup dan maksimal ( terutamanya colostrum )- pengaruh genetik ( gen HLA dan MHC ) - pengaruh lingkungan - Asi mengandung banyak monosit , makrofag( menghasilkan lysozyme , sitokin pada sal. cerna )- Hormon : ~ wanita : estrogen mempengaruhi jumlah IgG dan IgA sehingga lebih jarang terkena infeksi - Pengaruh IgM ( dibentuk mulai usia janin 12 minggu semakin banyak dibentuk , semakin kuat sistem kekebalan tubuh )

5. Diberi toksoid antibodi dibentuk sedikit dikenal o/ sel memori antibodi yang terbentuk lebih banyak - Sifat toksik dilemahkan , epitope masih ada - Respon imun humoral ( sel B , makrofag , T-Helper , MHC II , IL-1 & 2 , antibodi ) / Respon imun Seluler ( sel terinfeksi , cytotoxic T-cell , MHC I , perforin , apoptosis )- 3 tipe reaksi Ab Ag : Alergen , sitotoksin , komplemen

7. Terjadi Shock Anafilaktik (golongan penicillin ) / Alergi

8.- Reaksi hipersensitivitas ada 4 tipe :I (alergi) : IgE berikatan dengan mast cellII (sitotoksik ) : Antibodi pada permukaan sel III ( Kompleks Imun ) : Antibodi serumIV ( Rx. Hipersensitivitas lambat ) : BCG- 3 Reaksi : Cepat , Sedang . Lambat

9. Alergen dihirup produksi IL-4 merangsang sel B IgE

10.- Autoimmune disebabkan obat-obatan- Tubuh tidak dapat tolerance sengan sel B dan sel T / kedua-duanya- Eg : Penyakit Lupus

11. Prinsip Durham dan Fran Gruber : - Prinsip serum antibodi yang bisa digumpalkan antibody dapat terdeteksi dalam serum- Menentukan penyakit antigen yang diperiksa- Konsep imunologi sangat penting dalam diagnostik

STEP 4SKEMA IMUNISASI

ANTIGENBAROK / LUMPUHVAKSIN

RESPON SPESIFIK

PATOGENRESPON IMUN

RESPON INFLAMASIRESPON NON-SPESIFIK

GAGALBERLEBIHANTIBODI

DEMAM

IMUNOGLOBULINHIPERSENSITIVITASPENYAKIT AUTOIMUN

STEP 5LEARNING OBJECTIVES Mahasiswa Mampu:1. Menjelaskan berbagai istilah dalam imunologi2. Membedakan imunitas alamiah dan didapat berdasarkan karakteristik dan komponennya3. Menjelaskan jenis antibody dan antigen serta mekanisme interaksi Ag-Ab4. Menjelaskan system komplemen , sitokin dan imunoregulator5. Menjelaskan respon imun terhadap agen patogen6. Menjelaskan respon inflamasi7. Menjelaskan jenis , cara pembuatan dan penggunaan vaksin dalam pencegahan penyakit8. Membedakan berbagai tipe reaksi hipersensitivitas9. Menjelaskan prinsip dasar terjadinya penyakit autoimin dan jenisnya10. Menjelaskan pemanfaatan konsep imunologi dalam diagnostik

PENJELASAN:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai istilah dalam imunologi Sel T sitotoksik (Sel Tc), merupakan sel efektor yang dapat membunuh sel yang terinfeksi. Sel T helper (Sel Th), merupakan sel regulator. Terdiri dari Th0 (T naive), Th1 (T inflammatory), Th2 (T helper), Th3 (T regulatory/Tr) yang menyebabkan sel lain pada sistem imun menjadi sel efektor yang lebih baik. Sel Th membantu prekusor Tc untuk berkembang menjadi killer cells. Sel T supresor (suppressor T cell/Ts) yang menghambat respon imun. Sel Natural killer (sel NK), merupakan sel dengan populasi kecil, yang berfungsi untuk membunuh sel terutama sel yang mengandung virus dan sel tumor melalui proses lisis. Sel fagosit mononuklear merupakan sel fagosit yang berinti satu yaitu makrofag dan prekusornya monosit. APC (antigen presenting cells) merupakan sel yang memproses antigen asing, mengekpresikan molekul MHC-klass II yang berasal dari kompleks peptide-MHC agar dapat dikenali oleh limfosit T spesifik. Imunogen adalah bahas yang dapat merangsang respons imun atau yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada. Hapten adalah substansi yang hanya mempunyai satu determinan antigenik namun tidak mampu merangsang respon imunitas apabila tidak digabung dengan protein karier. Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat dikenali oleh antibodi. Paratop adalah bagian atau area dari antibodi yang dapat dikenali oleh antigen (dapat mengikat epitop). Superantigen adalah molekul yang sangat poten terhadap mitogen sel T. Lag phase adalah saat antara pemaparan antigen dan munculnya igM. Komplemen adalah salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi dan lisis membran patogen. Anafilatoksin adalah bahan dengan berat molekul kecil yang dapat menimbulkan degranulasi sel mast dan atau basofil melepas histamin. Kemotaksin adalah komponen yang dapat menarik dan mengarahkan sel-sel fagosit seperti C3a, C5a, dan C5-6-7. Opsonin merupakan molekul yang dapat diikat oleh partikel yang harus difagotosis disatu pihak dan dilain pihak diikat oleh reseptornya pada fagosit. TNF (Tumour necrosis factor) termasuk dalam kelompok sitokin karena kemampuannya menyebabkan proses nekrosis untuk membunuh sel sarkoma.

2. INNATE AND ACQUIRED IMMUNITYThe immune system is designed to produce a coordinated response to the introduction of foreign substances or antigens into the body. It is organizationally divided into two complementary arms: the innate (or native or natural) immune system and the adaptive (or acquired or specific) immune system. Innate immunity provides the body's early line of defense against microbial invaders. It comprises 4 types of defensive barriers: Anatomic or physical (skin, mucous membranes) Physiologic (temperature, pH, and chemicals such as lysozyme, complement, and some interferons) Phagocytic (monocytes, neutrophils, macrophages) Inflammatory events Innate immune defenses have in common that they: Are present intrinsically with or without previous stimulation Have limited specificity for shared structures of microbes Are not enhanced in activity by repeated exposure Have limited diversity of expression Once the barriers of the innate immune response have been breached, the adaptive immune response is activated in an antigen-specific fashion to provide for the elimination of antigen and lasting protection from future challenge. The components of the adaptive immune system are: Lymphocytes (T cells and B cells) and plasma cells (end cells of B-lymphocyte differentiation) Antigen-presenting cells (macrophages, B cells, and dendritic cells) Adaptive immune defenses have in common that they are: Specific for particular antigens and are specialized to provide the best protection Diverse in their specificity Enhanced with each repeated exposure (express immunologic memory) Capable of self/non-self recognition Self-limitingThese features of adaptive immunity are designed to give the individual the best possible defense against disease. Specificity is required, along with memory, to protect against persistent or recurrent challenge. Diversity is required to protect against the maximum number of potential pathogens. Specialization of function is necessary so that the most effective defense can be mounted against diverse challenges. The ability to distinguish between invaders and one's own cells and tissues (self versus non-self) is vital in inhibiting a response to one's own cells (autoimmunity). Self-limitation allows the system to return to a basal resting state after a challenge to conserve energy and prepare for the challenge by new microbes.

The innate and adaptive arms of the immune response do not operate independently of one another. Phagocytic cells process and display antigen to facilitate stimulation of specific T lymphocytes. Macrophages secrete immunoregulatory molecules (cytokines), which help trigger the initiation of specific immune responses. T lymphocytes produce cytokines, which enhance the microbicidal activities of phagocytes. Antibodies produced by plasma cells bind to pathogens and activate the complement system to result in the destruction of the invaders. Antibodies produced by B lymphocytes bind to pathogens and assist with phagocytosis (opsonization).

Jenis antigen dan antibody serta mekanisme antigen-antibodi

Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke protein-pembawa. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Karakteristik antigen :a. ImmunigenicityKemampuan untuk memprovokasi sistem imun dengan menstimulasi pembentukan antibody spesifik, proliferasi sel T spesifik, atau keduanya.b. Reactivity Kemampuan antigen bereaksi spesifik terhadap antibody/ sel yang telah distimulasi

Epitop adalah bagian-bagian kecil dari antigen yang mentrigger respon imun atau disebut juga antigenic determinants. Paratop adalah bagian antibody yang mengikat epitope. Rute antigen1. Kebanyakan antigen masuk melalui pembuluh darah yang kemudian terperangkap sebelum akhirnya masuk ke organ limfoid2. Antigen yang masuk melewati kulit masuk ke pembuluh limfe3. Antigen yang masuk melewati membrane mukosa, terperangkap di Mucosa-associated lymphatic tissue ( MALT )

Antigen yang lengkap biasanya memiliki BM 10 ribu Dalton atau lebih, tapi molekul yang besartapi simple ( ada pengulangan subunit ) seperi selulosa dan material plastic biasanya tidak bersifat antigenic, sehingga dipakai sebagai katup jantung buatan. Hapten Substansi kecil yang mempunyai reactivity, tapi tidak memiliki immunogenicity. Hapten bisa menstimulasi respon imun jika berikatan dengan protein carrier yang lebih besar. Misalnya penicillin bisa menyatu dengan protein carrier tertentu sehingga menyebabkan rekasi alergi.

Tubuh kita bisa mengenali triliunan epitope yang berbeda. Sel T dan Sel B telah menunggu datangnya antigen. Sistem imun bahkan bisa mengenali bahan buatan yang bahkan tidak ada di alam secara alami. Kemampuan Sel B dan Sel T yang memiliki banyak sekali reseptor antigen ini terjadi karena adanya mekanisme shuffling & rearranging beberapa ratus versi dari segmen gen yang membuat antigen, dikenal dengan mekanisme Genetic Recombination.

Major Hostocompability complex ( MHC ) antigensRibuan sampai beberapa ratus molekul MHC ada di permukaan sel tubuh, kecuali pada sel darah merah. Fungsi normalnya adalah membantu Sel T mengenali bahwa suatu antigen itu adalah asing bukan self-antigen. Jadi, MHC inilah yang dimaksud dengan antigen alami yang sudah ada dalam tubuh manusia dan akan dihancurkan saat terjadinya penyakit autoimun.

Respon imun dapat terjadi, jika sel T dan sel B berhasil mengenali adanya antigen asing. Dalam antigen processing, protein antigen di hancurkan dalam bentuk fragmen peptide yang akan bergabung dengan molekul MHC.MHC Class II Bekerja di APC dan akan melakukan pengahancuran antigen yang berada di cairan tubuh, bisa disebut dengan respon imun humoralMHC Class 1 Bekerja di sel yang telah terinfeksi mikroba atau berupa endogenous antigen

Proses dari exogenous antigen

Proses dari endogenous antigen

Aktivasi dari sel T helper pada exogenous antigen Aktivasi dari sel T sitotoksik pada endogenous antigen

Penghancuran antigen oleh sel T sitotoksik

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan). Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.(Campbell). Jika kita pelajari serum dengan elektroforesis maka akan terlihat beberapa fraksi protein dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut akan dapat dibedakan puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama globulin. Jika binatang pecobaan disuntik dengan antigen, misalnya polisakarida dari kuman pneumokokus, maka pada elektroforesis serum akan tampak meningkatnya puncak globulin terutama dari fraksi gama globulin. Dulu dikira bahwa antibodi adalah sama dengan gama-globulin, tetapi kemudian ternyata ada globulin dari fraksi lain yang dapat berfungsi sebagai antibody juga disebut immunoglobulin tanpa menyebut fraksinya. Imunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi lain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM. Struktur antibodiPorter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat (heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light chain =L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab (fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan karenanya dapat membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalent (bervalensi dua), dan disebut F(ab) . Analisis asam amino menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen. Rantai- L (light chain) Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut rantai-(kappa) dan rantai- (lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai- 65% dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.Rantai- H Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara lain terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai rantai- atau (di dalam satu molekul selalu hanya satu macam saja). Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama)

Rantai-H dari IgA disebut rantai- (alpha)Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu)Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta)Rantai-H dari IgE disebut rantai- (epsilon)

Bagian variabel dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yangkhas terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetepi kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibody bergabung dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan dengan sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi aktif.

Jenis-jenis antibody

a. Immunoglobulin G ( IgG )Immunoglobulin yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Ia memberikan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu setelah lahir karena IgG mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H) yang disebut1, 2, 3 dan 4.

b. Immunoglobulin A ( IgA)IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut secretory component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa. Imunoglobin yang dikeluarkan secara selektif di dalam sekresi air ludah, keringat, air mata, lendir hidung, kolostrum, sekresi saluranpernapasan dan sekresi saluran pencernaan. IgA yang keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma. Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama keluar pada mamalia yang menyusui) membantu melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabungdengan antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

c. Immunoglobulin M ( IgM )IgM adalah antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini secara diagnostic bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima monomer yang tersusun dalam struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons selplasma. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.

d. Immunoglobulin D ( IgD )Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus plasenta. IgD terutama ditemukan padapermukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadiplasma dan sel B memori.

e. Immunoglobulin E ( IgE )Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama yang disebabkan olehcacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibody dalam darah. Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat kimia lain yang reaksi alergi.

4 . Sistem Komplemen , imunomodulator daan sitokinSISTEM KOMPLEMENSistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit. Komplemen Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan oleh sekumpulan komponen protein yang terdapat di dalam serum. Protein-protein ini dapat dibagi menjadi protein fungsional yang menggambarkan elemen dari berbagai jalur, dan protein pengatur yang menunjukkan fungsi pengendalian. Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan juga oleh sel fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat di sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya aktivasi. Sebagian dari komponen protein komplemen diberi nama dengan huruf C: Clq, Clr, CIs, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8 dan C9 berurutan sesuai dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut cara kerjanya Komponen C3 mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi komplemen, baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif. Konsentrasi C3 jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya, hal ini menempatkan C3 pada kedudukan yang penting dalam pengukuran kadar komplemen di dalam serum. Penurunan kadar C3 di dalam serum dapat dianggap menggambarkan keadaan konsentrasi komplemen yang menurun. Juga penurunan kadar C3 saja dapat dipakai sebagai gambaran adanya aktivasi pada sistem komplemen.Fungsi Komplemen1. Mencerna sel, bakteri, dan virus2. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem kekebalan, memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul imunoregulator4. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari sistem kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati

Protein dan glikoprotein yang merupakan penyusun dari sistem komplemen disintesis di hepatosit hati. Namun, sejumlah besar sistem penyusun sistem komplemen juga diproduksi di jaringan makrofaga, monosit dalam darah, dan sel epitel dari saluran kelamin dan pencernaan.Sistem komplemen memiliki kemungkinan untuk memberi kerusakan parah kepada jaringan milik sendiri, yang berarti bahwa aktivasi sistem komplemen harus dilakukan dengan tepat. Sistem komplemen diatur oleh protein kontrol komplemen, yang terdapat di dalam plasma darah dalam konsentrasi yang lebih besar dari pada protein komplemen itu sendiri. Beberapa protein kontrol komplemen berada di membran sel untuk mencegah penyerangan oleh sistem komplemen.Dipercaya bahwa sistem komplemen memiliki peran dalam mengakibtkan berbagai penyakit seperti sindrom Barraquer-Simmons, lupus erythematosus, glomerulonephritis, berbagai arthritis, penyakit jantung autoimun, multiple sklerosis, penyakit bowel inflamatori, dan luka ischemia-reperfusion. Sistem komplemen juga dapat berimplikasi pada penyakit sistem syaraf seperti Alzheimer dan kondisi degeneratif syaraf lainnya.Penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus HIV dapat memanipulasi sistem komplemen untuk mengakibatkan kerusakan lebih lanjut.Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yang disebut zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah protease yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri menjadi pepsin saat terstimulasi derajat keasaman pada lambung.Protein hasil irisan zimogen berguna bagi: peningkatan respon antibodi dan memori imunologis proses lisis pembersihan kompleks imun dan sel apoptotik proses kemotaksisMediator peradangan seperti mastosit untuk memicu proses degranulasi antibodi IgE. melalui lintasan yang disebut: Lintasan klasik : C1qrs, C2, C3, C4, C1-INH, C4-BP Lintasan MBL : MBL, MASP, MASP2 Lintasan alternatif : C3, Faktor B, Faktor D, Properdin, Faktor I, Faktor H, Faktor DA, CR1 Lintasan litik : C5, C6, C7, C8, C9, ProteinAKTIVASI KOMPLEMENSistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses enzimatik yang terjadi secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan dilepaskannya sebagian atau mengubah bangunan kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif menjadi bentuk aktif (enzim). Satu molekul enzim yang aktif mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya. Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory. Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif terdiri atas tiga mekanisme, a) pengenalan dan pencetusan, b) penguatan (amplifikasi), dan c) pengakhiran kerja berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran membran sel (mekanisme terakhir ini seringkali juga disebut kompleks serangan membran) .Aktivasi jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-antibodi, sedangkan aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b dengan berbagai zat aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu dan memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan mengkibatkan lisisinya dinding sel antigen.

Aktivasi komplemen jalur klasikSeperti telah dibutkan diatas, aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi menjadi 3 tahap.1. Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.2. Aktivitas C1 inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.3. Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa regulator.C4 binding protein (C4bp) dan reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua reseptor ini bersama dengan membrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan potensi faktor I dalam merusak C4b.Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentulmya C4b2b.

Aktivasi komplemen jalur alternatif Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM.Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3 konvertase). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma.Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran. Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh faktor H dan faktor I.Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan membran).FUNGSI BIOLOGIK PROTEIN KOMPLEMENFungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi dalam dua golongan besar, 1) lisis sel sasaran oleh kompleks serangan membran, dan 2) sifat biologik aktif fragmen yang terbentuk selama aktivasi.1. Sitolisis Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi adalah C5-C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan mikrooorganisme. Proses lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.2. Sifat biologik aktifOpsonisasi dan peningkatan fungsi fagositosisFagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b mungkin merupakan mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri dan jamur secara sistemik Fagositosis ini juga lebih meningkat bilamana bakteri disamping berikatan dengan komplemen juga berikatan dengan antibodi IgG atau IgM. Melekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada reseptor spesifik yang terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi, tetapi juga memacu untuk terjadinya fagositosis.Anafilaksis dan kemotaksis C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan permeabilitas dan kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil, netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium.Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten dan C4a adalah yang paling lemah.C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a; oleh karena C5a juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau jaringan yang rusak; proses ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat merangsang metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebutProses peradangan Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya sel-sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut; proses ini disebut peradangan. Pelarutan dan eliminasi kompleks imun Kompleks imun dalam jumlah kecil selalu terbentuk dalam sirkulasi, dan dapat meningkat secara dramatis bilamana terdapat peningkatan antigen. Kompleks imun ini bilamana berlebihan dapat membahayakan oleh karena dapat mengendap pada dinding pembuluh darah, mengaktivasi komplemen dan menimbulkan kerusakan jaringan. Pembentukan kompleks imun bilamana berlebihan, tidak hanya membutuhkan Fab dari imunoglobulin tetapi juga interaksi dengan Fc. Oleh karena itu pengikatan komplemen pada Fc immunoglobulin suatu kompleks imun dapat membuat ikatan antigen-antibodi yang sudah terbentuk menjadi lemah.Untuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang berlebihan ini, sistem komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. Fungsi ini terutama oleh reseptor yang terdapat pada permukaan eritrosit. Kompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen dan mengaktifkan fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks tersebut akan berikatan dengan reseptor pada permukaan eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati hati dan limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit tersebut.REGULASIAktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu 1) komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang tidak stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak, 2) adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor, faktor I dan faktor H, 3) pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat merusak fragmen komplemen yang melekat.Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.1. Aktivitas C1 inhibitor Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.2. Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa regulator.C4 binding protein (C4bp) dan reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua reseptor ini bersama dengan membrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan potensi faktor I dalam merusak C4b.Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentulmya C4b2b.Regulasi jalur alternatifJalur altematif juga di regulasi pada berbagai fase oleh beberapa protein dalam sirkulasi maupun yang terdapat pada permukaan membran.Faktor H berkompetisi dengan faktor B dan Bb untuk berikatan dengan C3b. Juga CR1 dan DAF dapat berikatan dengan C3b sehingga berkompetisi dengan faktor B. Dengan adanya hambatan ini maka pembentukan C3 konvertase juga dapat dihambat. Faktor I, menghambat pembentukan C3bBb; dalam fungsinya ini faktor I dibantu oleh kofaktor H, CR1 dan MCP. Faktor I memecah C3b dan yang tertinggal melekat pada permukaan sel adalah inaktif C3b (iC3b), yang tidak dapat membentuk C3 konvertase, selanjutnya iC3b dipecah menjadi C3dg dan terakhir menjadi C3d.Penyakit Dalam Sistem KomplemenPenyakit pada manusia yang berkaitan dengan sistem komplemen dapat terjadi oleh karena dua keadaan. Pertama adalah adanya defisiensi dari salah satu protein komplemen atau protein regulator. Kedua, suatu sistem komplemen yang normal diaktifkan oleh stimulus yang tidak normal seperti mikroorganisme yang persisten atau suatu reaksi autoimun. Defisiensi protein regulator Pada beberapa keadaan dapat terjadi defisiensi protein regulator, baik yang larut maupun yang berikatan pada membran sel. Edema angioneurotik herediter (HANE) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi C l INH. Manifestasi klinis kelainan ini adalah edema pada muka, ekstremitas, mukosa laring, dan saluran cerna yang akan menghilang setelah 24 sampai 72 jam. Pada serangan berat disamping gangguan saluran cerna juga dapat terjadi obstruksi saluran nafas. Mediator yang berperan dalam kelainan ini adalah C3a, C4a, dan C5a yang bersifat sebagai anafiltoksin. Di samping itu oleh karena fungsi C l INH juga merupakan regulator kalikrein dan faktor XII, maka kemungkinan aktivasi faktor ini juga memegang peran. Defisiensi regulator jalur alternatif yang larut (faktor H dan I) sangat jarang terjadi. Akibat defisiensi ini C3 akan diaktifkan terus menerus. Pasien dengan antibodi ini sering menderita glomerulonefritis yang mungkin disebabkan oleh kurang adekwatnya pembersihan kompleks imun dari sirkulasi dan mengendap pada membran glomerulus ginjal. Defisiensi genetik Defisiensi genetik fragmen jalur klasik dan alternatif meliputi C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3, properdin, dan faktor D. Defisiensi fragmen awal dari jalur klasik biasanya berhubungan dengan penyakit autoimun seperti glomerulonefritis dan lupus eritematosus sistemik (LES). Yang terbanyak dijumpai pada manusia adalah defisiensi C2. Lebih dari seperdua dari pasien dengan defisiensi C2 dan C4 menderita LES. Pasien dengan defisiensi C2 dan C4 tidak menunjukkan kenaikan frekuensi terkena infeksi. Defisiensi C3 biasanya berhubungan dengan sering terjadinya infeksi bakteri piogen yang fatal. Hal ini mungkin menunjukkan pentingnya peran C3 pada opsonisasi, peningkatan fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kemungkinan fungsi utama dari jalur klasik adalah untuk eliminasi kompleks imun dan jalur altematif untuk eliminasi bakteri. Defisiensi komplemen Defisiensi dalam sistem komplemen dapat terjadi pada jalur klasik, altematif, kompleks serangan membran, atau pada protein regulator. Defisiensi ini dapat terjadi sejak lahir, atau didapat setelah lahir oleh karena terdapatnya mutasi gen. Defisiensi fragmen kompleks serangan membran Defisiensi fragmen kompleks serangan membran yang mencakup C5, C6, C7, C8 dan C9 menyebabkan tidak terdapatnya kemampuan untuk melisis organisme asing. Tetapi kenyataan yang menarik pada pasien dengan defisiensi kompleks serangan membran, hanya mendapat infeksi sistemik yang berat dengan bakteri neiseria intraselular termasuk N. meningitidis dali N. gonorrhoeae. Tetapi oleh karena jumlah sampel pasiennya hanya sedikit, belum dapat disimpulkan bahwa kompleks serangan membran terutarna penting untuk pertahanan terhadap organisme tersebut.

IL-3 Sel-sel ThSel-sel NKSel pokokPertumbuhan dan differensiasi

Sel mastPertumbuhan dan pelepasan histamin

IL-4 Sel-sel Th2Pengaktifan Sel BProliferasi dan differensiasi lgG1 dan sintesis Ig E

Makrofag MHC klas II

Sel-sel TProliferasi

IL-5Sel-sel Th2Pengaktifan sel BProliferasi dan differensiasi sintesis lgA

IL-6MonositMakrofagSel-sel Th2Sel-sel stromalPengaktifan sel BDifferensiasi sel plasma

Sel plasmaSekresi antibodi

Sel pokokDifferensiasi

BervariasiRespon fase akut

Il-7Stroma sumsum,timusSel pokokDifferensiasi kedalam progenitor sel T dan B.

IL-8MakrofagSel endoteliumNeutrofil-neutrofilKemotaksis

IL-10Sel-sel Th2MakrofagProduksi sitokin

Sel-sel BAktivasi

IL-12MakrofagSel-sel BPengaktifan sel-sel TcDifferansiasi CTL (dengan IL-2)

Sel-sel NKPengaktifan

IFN-LeukositBervariasiReplikasi virus, ekspresi MCH I

IFN-FibroblasBervariasiReplikasi virus, ekspresi MCH I

IFN-Sel-sel Th1Sel-sel Tc, sel-sel NKBervariasiReplikasi virus

MakrofagRespon MHC

Pengaktifan sel BPerubahan Ig menjadi IgG2a

Sel-sel ThProliferasi

MakrofagEliminasi patogen

MIP-1MakrofagMonosit, sel-sel TKemotaksis

MIP-1LimfositMonosit, sel-sel TKemotaksis

TGF-Sel T, monositMonosit, MakrofagKemotaksis

Pengaktifan makrofagSintesis IL-1

Pengaktifan sel BSintesis lgA

BervariasiProliferasi

TNF-MakrofagSel mast, sel-sel NKMakrofagEkspresi CAM dan sitokin

Sel tumorSel mati

TNF- Sel Th1 dan TcFagosit-fagositFagositosis, tidak ada produksi

Sel tumorSel mati

Reseptor SitokinKlasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang dimiliki. Reseptor sitokin tipe 1( Haemopoitin Growth Factor family )Anggota-anggotanya memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam-amino domain. Contoh, IL-2 reseptor memiliki rantai (umumnya untuk beberapa sitokin lain) yang kurang sehingga secara langsung bertanggung jawab atas x-linked Severe Combined Immunodeficiency (X-SCID). X-SCID menyebabkan hilangnya aktivitas kelompok sitokin ini. Reseptor sitokin tipe 2 ( Interferon )Anggota-anggotanya adalah reseptor-reseptor terutama untuk interferon. Reseptor-reseptor kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak rangkain Trp-Ser-X-Trp-Ser) dan mencakup reseptor-reseptor untuk IFN, IFN, IFN. Reseptor sitokin tipe 3 ( Tumor Necrosis Factor family )Anggota-anggotanya berbagi sistein-ekstraseluler yang umumnya banyak mengikat domain, dan termasuk beberapa non-sitokin lain seperti CD40, CD27, dan CD30, selain yang diberi nama (TNF). Reseptor kemokinReseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan berinteraksi dengan G protein. Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-8, MIP-1, dan RANTES. 1 Reseptor kemokin, dua diantaranya beraksi mengikat protein untuk HIV (CXCR4 dan CCR5), yang juga tergolong ke dalam kelompok ini. Immunoglobulin (Ig) superfamiliImmunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan jaringan dalam tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan immunoglobulin (antibodi), sel molekul adhesi, dan bahkan beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor.2 Reseptor TGF beta 7Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta superfamili, yang tergolong kelompok ini, meliputi TGF-1, TGF-2, TGF-3.2Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan larut. Reseptor sitokin yang larut umumnya secara ekstrim sebagai pengatur fungsi sitokin.2 Aktivitas sitokin bisa dihambat oleh antagonisnya, yaitu molekul yang mengikat sitokin atau reseptornya. Selama berlangsungnya respon imun, fragmen-fragmen membran reseptor terbuka dan bersaing untuk mengikat sitokin.Tipe Reseptor SitokinTipe Reseptor sitokinContohStrukturMekanisme

Reseptor tipe 1 Reseptor tipe 1 interleukin Reseptor eritropoietin Reseptor GM-CSF d. Reseptor faktor interleukin Reseptor G-CSF Reseptor prolakin Reseptor faktor penghambat leukemiaTergantung pada motif ekstraseluler-asam amino domain mereka. Yang dihubungkan sampai Janus Kinase (JAK) family dari tirosin kinaseJAK phosphory late dan mengaktifkan protein-protein pada lintasan transduksi sinyalnya.

Reseptor tipe 2 Reseptor tipe 2 interleukin Reseptor interferon / Reseptor gamma interferon

Imunoglobin superfamili Reseptor interleukin-1 CSF 1 C Reseptor ReseptorInterleukin 18Berbagi homologi struktural dengan imunoglobin-imunoglobin (antibodi), sel molekul-molekul adhesi dan bahkan berapa sitokin.

Reseptor tumor nekrosis faktor family CD27 CD30 CD40 CD120 Reseptor Lymphotoxin betaSistein-kaya akan ekstraseluler mengikat domain

Reseptor kemokin Reseptor interleukin 8 CCR1 CXCR4 Reseptor MCAF Reseptor NAP-2Tujuh transmembran heliksG protein-berpasangan

Reseptor TGF beta Reseptor TGF beta 1 Reseptor TGF beta 2

Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina IL-1, IL-1 dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan dan respon peradangan. IL-1 dan IL-1 masing-masing memiliki berkas genetik IL1A, dan IL1B,pada kromosom 2 deret yang sama yaitu 2q14, dan merupakan sitokina pleiotropik hasil sekresi monosit dan makrofaga berupa prohormon, sebagai respon saat sel mengalami cedera, oleh karena itu menginduksi apoptosis. Interleukin-1 (IL-1) merupakan keluarga dari polipeptida dengan berbagai kegiatan biologis. Setidaknya dua produk gen yang berbeda telah dikloning, ada mungkin lebih. Keluarga IL-1 manusia memainkan peran penting dalam patogenesis banyak penyakit dan fungsi sebagai mediator kunci dari respon host terhadap tantangan infeksi, inflamasi, dan imunologi yang berbeda. IL-1 Recombinant mouse (pI 5) dan recombinant human (pI 7) yang digunakan untuk mengkonfirmasi beberapa sifat biologis IL-1 s tetapi penyelidikan yang cukup besar diperlukan sebelum kegiatan tertentu (unit biologis per miligram protein) ditetapkan untuk setiap bentuk IL-1 human. Beberapa kegiatan IL-1 biologis seperti induksi hati fase akut sintesis protein telah dibuktikan dalam invertebrata dalam evolusi limfosit. IL-1 adalah sangat inflamasi dan meningkatkan konsentrasi metabolit asam arakidonat, terutama prostaglandin E2, di otak, otot, kondrosit, dan fibroblas sinovial. Sintesis leukotrien juga terlibat dalam mekanisme kerja pada jaringan tertentu. Kloning dan ekspresi gen IL-1 human akan memperluas pemahaman kita tentang IL-1 dalam berbagai penyakit melalui sistem deteksi peningkatan dan penggunaan probe cDNA, pengembangan antagonis IL-1, serta penggunaan IL-1 sebagai immunomodulator, saat ini sedang dipertimbangkan. Beberapa pakar menganggap bahwa defisiensi genetik IL1A berperan dalam reumatoid artritis dan Alzheimer. IL-1 merupakan sitokina yang diiris oleh ICE, dan berperan di dalam aktivitas selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada sitokina ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab hipersensitivitas yang memberikan rasa sakit. Dari percobaan yang dilakukan terhadap manusia dan hewan, ada peranan yang kuat dari IL-1 sebagai mediator stimulasi hilangnya tulang pada penyakit periodontal. IL-1 adalah mediator utama terhadap respon inflamasi yang dihasilkan oleh banyak sel yang berbeda, termasuk makrofag, sel-sel endotel, sel-sel B, fibroblas, sel-sel epitel, astrocytes, dan osteoblas. IL-1 dihasilkan sebagai respon terhadap mikroorganisme, bakteri toksin, komponen komplemen atau injuri jaringan. Salah satu aksi terpenting dari IL-1 adalah kemampuannya untuk menginduksi sitokin lain, dan IL-1 muncul sebagai bagian jaringan sitokin dengan sifat self-regulating dan self-suppressing Pada awalnya IL-1 ditemukan sebagai faktor yang bisa menginduksi terjadinya demam, sebagai pengontrol limfosit, meningkatkan jumlah sel-sel sumsum tulang dan menyebabkan degenerasi komposisi tulang. Sekitar tahun 1984-1985, IL-1 ditemukan oleh para ahli bahwa sebenarnya terdiri dari dua protein yang terpisah, sekarang disebut dengan IL-1 dan IL-1. IL-1 dan IL-1 merupakan pro-inflamatori sitokin yang terlibat dalam pertahanan imun melawan infeksi. IL-1 dan IL-1 keduanya dihasilkan oleh makrofag, monosit, dan sel-sel dendrit. Mereka dibentuk sebagai bagian penting terhadap respon inflamasi tubuh melawan infeksi. Sitokin-sitokin ini meningkatkan ekspresi faktor-faktor adhesi pada sel-sel endotel untuk memungkinkan transmigrasinya leukosit-leukosit, sel-sel yang melawan patogen, ke tempat infeksi dan berkumpul di pusat pengatur suhu hipotalamus, dan menyebabkan peningkatan suhu tubuh atau demam. Dengan demikian IL-1 disebut endogenous pyrogen. IL-1 juga penting dalam pengaturan hematopoesis IL-1 diketahui menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan kolagenase. IL-1 dikenal paling berpotensi menginduksi proses demineralisasi tulang dan sinergis dengan tumor necrosis factor dalam menstimulasi resorpsi tulang terutama dalam mengubah matriks jaringan ikat. Kadar IL-1 diketahui meningkat pada gingiva periodontitis dewasa dibandingkan dengan individu yang secara klinis sehat atau mengalami gingivitis ringan. IL-1 juga meningkat pada periodontitis aktif dibandingkan dengan inflamasi yang stabil. Interleukin-2, IL-2 (T Cell Growth Factor, TCGF, lymphokine) adalah sejenis sitokina yang disebut hormon leukositotropik,yang berperan sebagai stimulan dalam proliferasi sel B dan sel T.IL-2 ditelisik mempunyai fungsi yang serupa dengan IL-15.IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas, sedangkan IL-15 berperan dalam pemeliharaan sel T memori. Interleukin-3, IL-3 (multi colony stimulating factor, MULTI-CSF, MCGF, MGC79398, MGC79399 adalah sebuah hormon berjenis sitokina dari kelompok interleukin yang mempunyai potensi untuk memicu proliferasi beragam sel hematopoietik menjadi sel progenitor mieloid, termasuk memicu proliferasi beragam sel mieloid seperti eritrosit, megakariosit, granulosit, monosit dan sel dendritik. IL-3 berperan dalam pelbagai aktivitas selular, seperti perkembangan sel, diferensiasi sel dan apoptosis, serta memiliki potensi neurotropik. Umumnya IL-3 disekresi oleh sel T yang teraktivasi sebagai respon imunitas untuk menstimulasi lebih banyak sel T dari sumsum tulang. Interleukin-4, IL-4 (BSF1, BCGF1, BCGF-1, MGC79402) adalah sitokina pleiotropik yang disekresi oleh sel T yang telah teraktivasi menjadi sel TH2, bersama-sama dengan IL-5 dan IL-13.IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan dan merupakan faktor yang penting dalam perkembangan hipersensitivitas,dengan fungsi selular yang banyak tumpang-tindih dengan IL-13. Interleukin-5, IL-5 (eosinophil colony-stimulating factor, EDF, TRF) adalah sitokina sekresi sel TH yang berperan dalam perkembangan dan diferensiasi sel B dan eosinofil. Peningkatan rasio IL-5 dilaporkan terkait dengan asma dan sindrom hipereosinofilik, seperti eosinofilia. Tingginya rasio IL-5 juga ditemukan pada penderita penyakit Graves dan tiroiditis Hashimoto. Interleukin-6 (Interleukin 6, Interferon beta-2, IFNB2, B cell differentiation factor, B cell stimulatory factor 2, BSF2, Hepatocyte stimulatory factor, HSF, Hybridoma growth factor, HGF, IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fase infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B.dan pencerap gp130 IL-6 merupakan sitokin pleiotropik yang diproduksi oleh banyak tipe sel seperti monosit, fibroblas, sel-sel endotel, dan limfosit T dan B. IL-6 tidak diekspresikan secara terus-menerus, melainkan banyak diinduksi dan diproduksi sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan inflamatori seperti IL-1, TNF-, produk-produk bakteri, dan infeksi virus. Sitokin ini mempunyai fungsi yang berbeda, meliputi differensiasi dan/atau aktivasi makrofag dan sel-sel T, sel-sel pertumbuhan dan differensiasi sel-sel B, stimulasi hematopoesis dan differensiasi neural. Interleukin-8, IL 8 adalah hormon golongan kemokina berupa polipeptida dengan massa sekitar 8-10 kDa yang digunakan untuk proses dasar, pengikatan heparin, peradangan dan perbaikan jaringan. Ciri khas IL-8 terdapat pada dua residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah asam amino. Tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan merupakan glikoprotein. IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel, termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblas, sel endotelial dan sel epitelial, setelah terpapar antigen atau stimulan radang (ischemia dan trauma). Dua bentuk IL-8 (77 CXC dan 72 CXC) merupakan sekresi neutrofil pada saat teraktivasi. Produksi IL-8 yang berlebihan selalu dikaitkan dengan penyakit peradangan, seperti asma, leprosy, psoriasis dll. IL-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek angiogenik yang ditimbulkan, selain vaskularisasi. Dari beberapa kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, IL-8 merupakan chemoattractant yang terkuat. Sesaat setelah terpicu, neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena aktivasi integrin dan sitoskeleton aktin. Basofil, sel T, monosit dan eosinofil juga menunjukkan respon kemotaktik terhadap IL-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang dibutuhkan untuk adhesi dengan sel endotelial pada saat migrasi. Interleukin-10 (human cytokine synthesis inhibitory factor, TGIF, IL10A, MGC126450, MGC126451, IL-10, CSIF) adalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan.[1] Pertama kali IL-10 dikenal karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan makrofaga.Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid. Interleukin 12, IL-12 adalah sejenis sitokina yang biasanya disekresi oleh DC, MAC dan sel B limfoblastoid (NC-37), sebagai respon terhadap stimulasi antigen. IL-12 disebut juga sebagai faktor stimulan sel T, karena berperan dalam diferensiasi sel T CD4 menjadi sel TH0 yang kemudian berkembang menjadi sel TH1. Sel T efektor yang memproduksi IL-12 disebut sel T CD30. IL-12 juga stimulan bagi sitokina IFN- dan TNF-. Stimulasi IFN- dilakukan dengan mengurangi efek sitokina IL-4 yang menjadi regulator IFN-. Lebih lanjut, produksi IFN- akan meningkatkan kadar IP-10 yang bersifat anti-angiogenik (menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru). Interleukin-13, IL-13 adalah sebuah protein dengan fungsi sitokina yang disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, seperti halnya IL-4, terkait dengan sebuah faktor transkripsi yaitu STAT6. Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-)Penyakit-penyakit inflamasi tulang kronis, seperti rheumatoid arthritis, penyakit periodontal, dan aseptik periprosthetik osteolisis, dikarekteristikkan dengan hilangnya tulang sekitar jaringan pendukung gigi disebabkan meningkatnya osteoklastik resorpsi tulang. Resorpsi ini banyak diperantarai oleh peningkatan produksi lokal sitokin pro-inflamatori seperti TNF-.Tumor necrosis factor juga merupakan sitokin multipotensial yang mempunyai berbagai efek biologik dan diketahui mempunyai efek yang mirip seperti IL-1. TNF- diproduksi terutama oleh makrofag terhadap respon agent seperti lipopolisakkarida. TNF- dan IL-1 keduanya diketahui beraksi pada sel-sel endotel untuk meningkatkan perlekatan polimorfonuklear neutrofil dan monosit, sehingga membantu untuk mengumpulkan sel-sel tersebut masuk ke dalam lokasi inflamasiMolekul-molekul TNF- menstimulasi resorpsi tulang dengan menginduksi proliferasi dan differensiasi progenitor-progenitor osteoklas dan mengaktifkan formasi osteoklas secara tidak langsung. TNF- juga sebagai mediator proses destruksi jaringan dengan menstimulasi kolagenase dan degradasi kolagen tipe I oleh fibroblas sehingga memicu destruksi jaringan periodonsium.Osteoklas merupakan sel-sel multinukleat yang dibentuk dengan proses peleburan progenitor-progenitor mononuklear di dalam monosit atau makrofag yang diperoleh dari colony-forming units granulacyte-macrophage (CFU-GM). Suatu penelitian mengidentifikasi ada dua cara pengaktifan osteoklas dalam proses osteoklastogenesis. Pertama, diaktifkannya macrophage-colony stimulating factor (M-CSF), melalui reseptornya c-Fms, dan yang kedua diaktifkan oleh RANKL melalui reseptornya, RANK.TNF-, seperti molekul-molekul stimulasi osteoklas lainnya, merangsang produksi RANKL oleh sel-sel stroma, dan juga menginduksi sekresi RANKL oleh limfosit T, limfosit B, dan sel-sel endotel untuk menginduksi formasi osteoklas secara tidak langsung. TNF- juga menstimulasi produksi M-CSF oleh sel-sel stroma.15 Osteoclast differentiation factor (ODF, disebut juga RANKL/TRANCE/OPGL) menstimulasi progenitor-progenitor osteoklas pada monosit/makrofag menjadi osteoklas dengan adanya macrophage colony-stimulating factor (M-CSF). Eksposur kronik TNF- meningkatkan osteoklastogenesis melalui dua mekanisme yang berbeda (Gambar 4). TNF- pertama kali mempengaruhi osteoklastogenesis pada prekusor-prekusor osteoklas di dalam sumsum tulang oleh sel-sel dasar untuk berdifferensiasi menjadi c-Fms+/CD11b+/RANK+/- progenitor-progenitor osteoklas melalui mekanisme independent RANKL/RANK. Prekusor-prekusor osteoklas ini kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan jaringan perifer kemudian berdifferensiasi menjadi osteoklas yang matang (mekanisme dependent) berperan mempercepat proses resorpsi tulang. Sebagai contoh, TNF- bisa menginduksi berbagai sel, termasuk sel-sel sinovial, sel-sel T, dan osteoblas/sel-sel stroma, untuk meningkatkan ekspresi mereka terhadap RANKL, yang mengikat RANK pada permukaan prekusor-prekusorosteoklas dan menginduksi differensiasi prekusor-prekusor osteoklas. TNF- juga bisa mengikat reseptornya pada permukaan prekusor-prekusor osteoklas dan secara tidak langsung menginduksi differensiasi mereka menjadi osteoklas-osteoklas matang, kemudian meningkatkan aksi RANKL yang diinduksi secara tidak langsung Interferon Gamma (IFN-)IFN-, merupakan sitokin yang kritis terhadap imun alami dan imun adaptif dalam melawan virus dan infeksi bakteri intraselluler dan untuk mengontrol tumor. Ekspresi IFN- dihubungkan dengan sejumlah penyakit autoinflamatori dan autoimun. Hal yang paling penting dari IFN- dalam sistem imun adalah kemampuannya untuk menghambat replikasi virus secara langsung, Namun, yang paling terpenting, adalah pengaruh immunostimulator dan immunomodulatornya.IFN- berbeda dalam hal biokimia dan biologiknya dibandingkan dengan IFN- dan IFN-, dimana keduanya dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi virus, IFN- dihasilkan selama respon imun berlangsung oleh adanya antigen spesifik sel-sel T dan natural killer cells (sel-sel NK) yang dikumpulkan oleh IL-2. Pengaruh yang ditimbulkannya termasuk mengaktifkan makrofag untuk meningkatkan fagositosis dan kemampuan membunuh sel-sel tumor seperti juga mengaktifkan dan meningkatkan pertumbuhan sel-sel T sitolitik dan sel-sel NK. Contoh aktivitas IFN- adalah:1. Meningkatkan presentasi antigen oleh makrofag2. Mengaktifkan dan meningkatkan aktivitas lisosom di dalam makrofag3. Meningkatkan aktivitas sel Th24. Mempengaruhi sel-sel normal untuk meningkatkan ekspresi molekul-molekul MHC klas I5. Mempromosikan adhesi dan mengikat leukosit-leukosit yang bermigrasi6. Mempromosikan aktivitas sel NK7. Mengaktifkan APCs dan merangsang differensiasi Th1 dengan pengaturan transkripsi faktor T.IFN- meregulasi ekspresi antigen MHC klas I, dan menginduksi MHC klas II dan ekspresi reseptor Fc pada makrofag dan sel-sel lainnya termasuk sel-sel limfoit, sel-sel endotel, sel-sel mast dan fibroblas sehingga IFN- mempengaruhi kemampuan sel-sel tersebut untuk menyajikan antigen. Dengan diaktifkannya MHC klas II pada sel-sel endotel, sel-sel ini kemudian menjadi peka terhadap aksi sel-sel T sitolitik spesifik klas II.Secara fisiologi pembentukan osteoklas diatur oleh sitokin-sitokin utama osteoklastogenik M-CSF dan RANKL. Bagaimanapun, kondisi fisiologik yang terjadi, seperti selama berlangsungnya inflamasi, infeksi, dan defisiensi estrogen, resorpsi tulang secara signifikan distimulasi sehubungan dengan penambahan produksi faktor-faktor disregulasi pro- dan anti- osteoklastogenik, termasuk IFN-, yang menjadi pusat mediator imun adaptif.Peran Sitokin IL-17 Dalam Berbagai Penyakit IL-17 adalah sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan terutama oleh limfosit T atau prekursornya. Sistem sinyal IL-17 terdapat di berbagai jaringan, seperti kartilago sendi, tulang, meniskus, otak, jaringan hematopoietik, ginjal, paru, kulit dan usus. Ligan famili IL-17 dan reseptornya penting dalam menjaga homeostasis jaringan dalam keadaan sehat maupun sakit di bawah naungan sistem imun. Beberapa anggota famili IL-17 telah ditemukan dimana setiap anggota tersebut merupakan produk transkripsi gen tertentu yang bersifat unik. Anggota famili yang menjadi prototipe adalah IL-17A. Karena kemajuan teknologi sekuens genom manusia dan proteomik, lima anggota tambahan telah dikenali dan digandakan: IL-17B, IL-17C, IL-17D, IL-17E dan IL-17F. Sedangkan reseptor-reseptor untuk anggota famili IL-17 yang ditemukan sejauh ini adalah IL-17R, IL-17RH1, IL-17RL (receptor-like), IL-17RD and IL-17RE. Namun, hingga saat ini spesifisitas ligan kebanyakan reseptor ini masih belum jelas. Beberapa penelitian telah membuktikan peran IL-17 dalam patogenesis berbagai penyakit. Sitokin ini telah lama dipelajari memiliki keterlibatan dalam patogenesis psoriasis dan produksi keratinosit atas sitokin tertentu. Sejumlah sel Th17 meningkat di darah tepi danlesi kulit akut dermatitis atopik. Selain penyakit-penyakit kulit, sel-sel endotel sinovial dan kondrosit yang mengekspresikan IL-17R ditemukan pada kebanyakan pasien dengan berbagai tipe artritis. Pengaruh IL-17 terhadap fungsi sel dan perannya dalam patofisiologi penyakit. Untuk setiap pengaruh kunci IL-17, tipe target sel yang terlibat dan produk yang dilepaskannya sebagai respon terhadap IL-17. Setiap pengaruh biologik dikaitkan dengan sebuah kondisi sebagai contoh dimana IL-17 ditemukan. CRP = C-reactive protein. MMP = matriks metaloproteinase. RANKL = receptor activator of nuclear factor-B ligand. Penelitian lain menunjukkan bahwa infiltrasi sel Th17 pada saluran nafas pasien asma berkaitan dengan aktifitas sel T yang disertai oleh inflamasi neutrofilik. Ditemukan pula peningkatan sel-sel T yang menghasilkan IL-17 pada pasien tuberkulosis paru yang aktif. IL-17 juga memicu produksi yang berlebihan atas autoantbodi dan sel mononuklear darah tepi IL-6 pada pasien nefritis lupus. Sebaliknya, pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik justru mengalami penurunan produksi IL-17 yang berkaitan dengan sel Th17.

5. Respon Imun Pada Agen Patogen1. Respon imun pada infeksi bakteri- Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dipengaruhi oleh struktur dinding sel dan pathogenesis bakteri.- Mikroba digolongkan dalam :a. Bakteri gram postifif b. Bakteri gram negatif c. Mikobakteria d. Spirokheta - Ada 2 sifat pathogenesis bakteri a. Toksik tanpa invasifb. Invasif tanpa toksik

1.A Respon imun terhadap infeksi bakteri ekstraseluler- Bakteri ekstraseluler bereplikasi diluar sel seperti sirkulasi atau jaringan.- Pada bakteri ini terdapat 2 antigen yaitu endotoksin (seperti LPS) dan eksotoksin (seperti toksin).- Sistem imunitas alami yang berperan yaitu oleh neutrophil, monosit, makrofag jaringan, dan aktivitas komplemen tanpa antibody.- Peptidoglikan (dari bakteri gram positif) dan LPS (dari bakteri gram negative) mengaktivkan komplemen alur alternative melalui terbentuknya C3 Convertase. Selain itu, LPS juga merangsang makrofag memproduksi limfokin- Sistem imunitas humoral juga berfungsi melawan bakteri eksraseluler seperti IgM dan IgG melawan dengan cara meningkatkan opsonisasi, menetralisir toksin, mengaktifkan komplemen. - Sel T CD4 diaktifkan oleh bakteri ini dan memberi signal bagi sel B membentuk antibody dan sel makrofag untuk meningkatkan fungsi anti-mikroba makrofag.

1.B Respon imun terhadap infeksi bakteri intraseluler- Sistem imunitas alami tidak berperan pada bakteri jenis ini namun merangsang imunitas seluler.- Beberapa srain bakteri mengembangkan kehidupannya di dalam intraseluller makrofag sebagai cara menghindarkan diri dari kekuatan sistem imun.

2. Respon imun pada infeksi virus

3. Respon imun pada infeksi jamurImunitas spesifikInfeksi jamur disebut mikosis. Jamur yang masuk ke dalam tubuh akan mendapat tanggapan melalui respon imun. IgM dan IgG di dalam sirkulasi diproduksi sebagai respon terhadap infeksi jamur. Respon cell-mediated immune (CMI) adalah protektif karena dapat menekan reaktivasi infeksi jamur oportunistik. Respon imun yang terjadi terhadap infeksi jamur merupakan kombinasi pola respon imun terhadap mikroorganisme ekstraseluler dan respon imun intraseluler. Respon imun seluler dilakukan sel T CD 4 dan CD 8 yang bekerja sama untuk mengeliminasi jamur. Dari subset sel T CD 4, respon Th 1 merupakan respon protektif, sedangkan respon Th 2 merugikan tubuh.Kulit yang terinfeksi akan berusaha menghambat penyebaran infeksi dan sembuh, menimbulkan resistensi terhadap infeksi berikutnya. Resistensi ini berdasarkan reaksi imunitas seluler, karena penderita umumnya menunjukkan reaksi hipersensitivitas IV terhadap jamur bersangkutan.

Imunitas nonspesifikSawar fisik kulit dan membran mukosa, faktor kimiawi dalam serum dan sekresi kulit berperan dalam imunitas nonspesifik. Efektor utamanya terhadap jamur adalah neutrofil dan makrofag. Netrofil dapat melepas bahan fungisidal seperti ROI dan enzim lisosom serta memakan jamur untuk dibunuh intraselular. Galur virulen (kriptokok neofarmans) menghambat produksi sitokin TNF dan IL-12 oleh makrofag dan merangsang produksi IL-10 yang menghambat aktivasi makrofag.(Garna, 2006 )

4. Respon imun pada infeksi parasit

6 RESPON I NFLAMASIInflamasi adalah respon protektif tubuh yang bertujuan menhilangkan penyebab kerusakan sel dan membuang sel dan jaringan yang mat atau nekrosis disebabakan penyebab kerusakan tadi.Inflamasi itu terjadi pada jaringan ikat yang memiliki pembuluh darah. Melibatkan: sel pembuluh darah sel dan protein plasma di sirkulasi sel matriks ekstraseluler dan jaringan ikat disekitarnya.Inflamasi akan menetralkan, membunuh, dan mengencerkan agen berbahaya, menggerakkan, menyembuhkan lalu menyusun kembali tempat jejas tersebut.Tahap-tahap inflamasi:1. Dolor 2.Rubor 3. Calor4. Tumor5. fungsio leasi Penyebab:1. vaso dilatasi pembuluh darah di tempat inflamasi sehingga darah banyak mengalir di daerah tersebut sehingga menghasilkan rasa panas (calor) dan kemerahan ( Rubor)2. meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga cairan dalam pembuluh darah keluar ke intersisial yang menghasilkan bengkak / udem dan nyeri karena daerah inflamasi teregang oleh cairan tersebut.Saat inflamasi akan terjadi migrasi leukosit terutama neutrofil, monosit dam makrofag.sel netrofil awaknya berada di fase istirhat lalu aktif oleh reaksi inflamasi melalui tahap signalling, aktivasi, dan migrasi, dimana migrasi netrifil melibatkan molekul adesi yang diekspresikjan permukaan endotel untuk leukosit.selanjutnya leukosit akan bermigrasi ke daerah inflamasi dikontrol oleh chemotacic faktor yang dikeluaran oleh daerah inflamasi yang sebelumnya diambil dari tempat penyimpanannya di bone marrow oleh mobilitation factor yang juga si hasilka oleh daerah inflamsi.leukosit akan menuju daerah tertentu sesuai dengan molekul adesi nya.Beberapa molekul adesi:1. selectinuntuk migrasi leukosit. Ada 2 jenis: Selektin-L diekspresikan oleh leukosit untuk rolling atau menggelindingkan netrofil, monosit, limfosit di sepanjang endotel di dinding pembuluh darah.selektin-E diekspresikan endotel sebagai mediator untuk adesi yang reseptornya ada di Sel T memori, sel natural killer, netrofil dan monosit. Pada kedaaan normal selektin-E tidak diekspresika oleh endotel. Dia diekspresikan oleh endotel karena respo inflamasi yang diinduksi oelh interleukin 1dan TNF(tumor nekrosis faktor). Selektin-P diekspresikan oleh trombosit dan endoteldi dalam granul endotel dan trombosit disebut weibel palade bodies.

2. Integrin

Merupakan mediator adesi antara sel dengan sel atau dengan matriks ekstrasel pada respon imun dan inflamasi. Dalam keadaan normal diekspresikan oleh leukosit sehingga tidak dapat berikatan dengan ligand ICAM-1 di endotel. Jika dalam jumlah banyak dia bisa berikatan dengan ICAM-1 di endotel.3. Immunogloblin superfamilyICAM (ICAM-1, ICAM-2, ICAM-3)VCAMSemuanya untuk migrasi sel leukosit

Inflamasi ada 2:1. Inflamasi akutRespon dini dan segera, Respon inflamasi akut sama, apapun agen penyebabnya.Penyebab: infeksi, trauma, benda asing, agen fisik kimia,hipersensitivitas dll.2. Inflamasi kronikTerjadi dalam jangka waku lama.Penyebab: infeksi mikroorganisme dan terpajan lama dengan agen toksik, autoimun.

7. Jenis, Cara Pembuatan, & Penggunaan VaksinSejak ditemukannya vaksin pada abad ke 18, maka tehnologi pembuatan vaksin dan ilmu ppengetahuan tentang vaksin telah maju dengan sangat pesatnya, dan hal positif yang kita lihat dan kita rasakan dari vaksin, adalah bahwa dunia kedokteran saat ini telah berhasil mengeliminasikan beberapa jenis penyakit infeksi yang dahulu kala sangat mematikan, misalnya penyakit cacar air, yang setiap kali terjadi wabah akan membawa korban meninggal yang cukup banyak, penyakit polio dibeberapa bagian dunia ini, dan beberapa penyakit infeksi lain yang bisa diatasi dengan pemberian vaksin yang tepat dan vaksinasi.Dengan kemajuan teknologi pembuatan vaksin, maka kita juga telah mengenal banyak jenis vaksin yang tersedia untuk berbagai macam penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksin, saat ini telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan, misalnya vaksin HIV AIDs, vaksin demam berdarah dengue, vaksin malaria, vaksin TBC baru.Jenis vaksin 1. Pembedaan jenis vaksin dariantigenyang dipergunakan untuk merangsang sistim imunologi/daya pertahanan tubuh membuat zat antobody.Antigenadalah (bagian dari) bakteri atau (bagian dari) virus yang dipergunakan sebagai zat aktif yang dikandung didalam vaksin, dan antigen ini bertujuan untuk merangsang sistim imunologi tubuh atau sistim pertahanan tubuh, untuk membuat zat antibody yang diperlukan untuk melawan dan membasmi bibit penyakit yang invasi masuk dalam tubuh kita.Antigen ini diambil dari (sebagian atau seluruh) bakteri atau virus penyebab penyakit, antigen bibit penyakit ini, yang sebelumnya telah diolah sedemikan rupa, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit lagi, bila disuntikkan kembali ke dalam tubuh kita, namun akan merangsang sistim imunologi tubuh untuk memberi reaksi dan membuat zat antibody yang diperlukan untuk melawan dan mematikan bibit penyakit yang sama bila invasi masuk dalam tubuh kita sehingga kita terhindar dari penyakit dan kitamenjadi kebal/imunterhadap penyakit tersebut.Karena antigen yang diambil itu bisa berasal dari kuman atau juga dari virus penyebab penyakit, maka kita akan mendapatkan jenis vaksin :-Vaksin Bakteriyang berasal dari antigen bakteri dan-Vaksin Virusyang berasal dari antigen virus

Pengolahan Antigen Bakteri Dan Virus Untuk Pembuataan VaksinSeperti diawal tadi sudah disinggung bahwa antigen penyakit ini sudah tidak berbahaya dan tidak menimbulkan penyakit lagi, ini karena semua antigen sebelum dipergunakan dalam pembuatan vaksin, telah diolah sedemikian rupa, sehingga sifat keganasanya melemah atau hilang, dan aman untuk dijadikan bahan vaksin. Ini bisa dengan caramematikanbibit penyakit tersebut dengan carapemanasan/heating, dengan carapenyinaran/radiasi, denganzat kimia/chemicalsubstantmisalnya fenol, alkohol dan lain-lain, proses ini disebutInaktivasi/inactivation, artinya vaksin ini mngandung antigen bakteri atau virus yang telah diMATIKAN, sehingga tidak bisa menularkan penyakit yang sama lagi bila dipakai sebagai vaksin. Ini yang dikenal sebagaiVAKSIN MATI(Killed Vaccine / Inactivated Vaccine) Atau bisa juga dengan caramengembang biakkanbakteri atau virus tersebut kedalam medium tertentu yang mirip dengan medium habitat bibit penyakit tersebut, dan pengembangbiakan ini diteruskan hingga mencapai tahapan dimana sifat asli bibit penyakit yaitusifat keganasan hilang, namun secara genetik tetap akan dikenali oleh sistim imunologi tubuh kita sebagai bibit penyebab penyakit tertentu dan akan merangsang tubuh membuat zat antibody untuk bibit penyait tersebut. Ini yang dikenal sebagaiVAKSIN HIDUP yang Dilemahkan (Lived Attenuated Vaccine)

Perbedaan antara vaksin hidup yang dilemahkan dan vaksin mati Bisa membedakan antara vaksin mati dan vaksin hidup yang dilemahkan dengan melihat kelebihan dan kekurangan antara kedua jenis vaksin ini.

Kelebihan dan Kelemahan Vaksin Mati:Kelebihannya:Keuntungan vaksin mati adalahbisa dipergunakanuntuk semua orang, termasuk untukwanita hamil, mereka yang mengalamikelainan sistim imunologi/sistim pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakitHIV AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh,pasien ginjalyang melakukandialisis (cuci) darah, atau pasien yang mendapatpengobatan kortiosteroid.Karena hanya mengandung bakteri atau virus mati, tidak ada lagi kemungkinanmutasi genetikdari bibit penyakit kembali menjadi ganas, sehingga aman bagi pemakai vaksin tersebut.Cara menyimpan vaksin mati ini juga lebih mudah daripada vaksin hidup, cukup disimpan dalam suhu 2 8 derajat Celsius.Kelemahannya:Kelemahannya adalah karena bakteri atau virus penyebab penyakitnya telah dimatikan, maka reaksi perangsangan terhadap sistim imunologi tubuhlebih lemah, sehingga untuk mendapatkan hasil proteksi yang optimal, dan berlangsung lama, diperlukanpengulangan vaksinasi, yang disebutdosis booster/dosis penguat ulangan.Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwavaksin mati lebih baikdipakai untuk mencegahpenyakit infeksi karena bakteridaripada penyakit infeksi karena virusContoh Vaksin Mati(Killed Vaccines / Inactivated Vaccines) :Vaksin Polio Inactivated (IPV)Vaksin DPTVaksin Hepatitis A dan BVaksin PneumoniaVaksin MeningitisVaaksin Hib dan Vaksin InfluenzaVaksin Human Papiloma VirusVaksin Demam TyphoidKelebihan dan Kelemahan Vaksin Hidup yang Dilemahkan :Kelebihanannya:Karena mengandung bibit penyakit hidup yang dilemahkan, sehingga menimbulkanreaksi rangsanganyangsangat kuatterhadap sistim imunologi tubuh kita untuk memproduksi zat antibody, dan reaksi ini bertahancukup lamabahkanseumur hidup, sehingga kitatidakmemerlukan mengulang vaksinasi ataudosis booster.Kelemhannya:Kelemahanya adalah karena ini mengandung bakteri yang hidup meski telah dilemahkan, sehingga vaksin jenis initidak bolehdiberikan untukwanita hamil, mereka yang mengalamikelainan sistim imunologi/sistim pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakitHIV AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasienginjalyang melakukandialisis (cuci) darahdan penderita yang diobati dengankortikosteroid.Karena bibit penyakit masih hidup meskipun telah dilemahkan, masih ada kemungkinanterjadi mutasi genetik, dimana bibit penyakit menjadi ganas kembali, sehinggga menimbulkan penyakit bagi penerima vaksin tersebut.Juga dikatakan bahwa kemungkinanefek sampinglebih banyak ditemukan dengan vaksin hidup yang dilemahkan daripada dengan vaksin matiKarena mengandung bibit penyakit yang masih hidup, maka dalam penyimpanan vaksin ini diperlukan suhu rendah untuk menyimpannya, biasanya adalahsuhu minus 20 derajat Celsius.Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwavaksin hidup lebih baikdipakai untuk mencegah penyakitinfeksi karena virusdaripada penyakit infeksi karena bakteriContoh vaksin hidup yang dilemahkan(Live Attenauted Vaccines) :Vaksin MMRVaksin Oral Polio (OPV)Vaksin VaricellaVaksin Yellow Fever / Demam KuningVaksin RotavirusJumlah Antigen dalam Satu Sediaan Vaksin :Vaksin Monovalent dan Vaksin PolyvalentDalam perkembangan teknologi pembuatan vaksin, telah terjadi suatu lompatan besar dalam sediaan vaksin, yaitu adanya vaksin kombinasi yang terdiri beberapa jenis antigen vaksin dalam satu sediaan, sehingga vaksinasi sekarang menjadi lebih sederhana dan ringkas, yaitu sekali suntikan akan memberikan beberapa jenis vaksin sekaligus, dengan demikian juga memberikan proteksi terhadap beberapa penyakit sekali suntik saja, ini akan mengurangi sangat bermakna jumlah suntikan yang harus diberikan untuk bayi dan anak.Saat ini kita masih mengenal adanyaVaksin Monovalentyang artinya dalam sediaan vaksin hanya mengandung satu jenis antigen saja, misalnya vaksin Hepatitis A, vaksin Hepatitis B, vaksin Rabies, vaksin Polio inactivated, vaksin influenza, semua contoh vaksin tadi yang dalam satu sediaan vaksin hanya mengandung satu jenis antigen, sehingga bertujuan mencegah hanya satu jenis penyakit saja.Vaksin Monovalent ini adalah sedia vaksin yang pertama kali dibuat oleh pabrik vaksin karena keterbatasan teknologi saat itu, juga karena indikasi pemakaiannya, sehingga vaksin monovalent tetap diperlukan.Kemudian kita juga dikenalkan denganVaksin Polyvalentatau lebih populer dikenalVaksin Kombinasi.Dalam satu sediaan vaksin polyvalent atau vaksin kombinasi terdapat lebih dari 2 jenis antigen bakteri atau virus yang dipergunakan untuk merangsang sistim imunologi tubuh untuk membuat zat antibody.Saat inivaksin kombinasiyang kita kenal adalah:Vaksin DTwPdanvaksin DTaP> Vaksin bakteri kombinasi untuk penyakit difteri, pertusis dan tetanus (vaksin kombinasi trivallent)Vaksin DTaP HepB Polio> Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT, hepatitis B dan Polio (vaksin kombinasi pentavalent)Vaksin DTaP Hib Polio> Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT, Haemophilus Influenza dan Polio (vaksin kombinasi pentavalent)Vaksin DPaT HepB Hib Polio> Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT, Hib, Hepatitis B dan Polio (vaksin kombinasi hexavalent)Vaksin DPaT Hib> Vaksin bakteri kombinasi untuk penyakit DPT dan Hib (vasin kombinasi tetravalent)Pemakaian Vaksin kombinasi dan vaksin monovalent dapat dilakukan berdasarkan usia bayi anak atau untuk vaksinasi orang dewasa dan orang usia lanjut.Keuntungan vaksin kombinasi atau vaksin polyvalent adalah:-mengurangi jumlah suntikanyang harus diberikan sejak bayi baru lahir hingga remaja-meningkatkan kepatuhan jadwal vaksinasi dan imunisasibayi dan anak juga bagi orang dewasa dan lanjut usia-efisiensi dan ekonomisbagi orang tua dan juga bagi rumah sakit dan dokter vaksinator-memudahkantransportasi,rantai dingin(cold chain vaccine) danruang penyimapanan/storagevaksin

8.Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas

Reaksi hipersensitivitas dapat dibedakan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk beraksi pada tubuh manusia. Selain itu, ada juga pembagian menurut ilmuanRobert CoombsdanPhilips HH Gell, yang membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4 macam. Berikut penjelasannya.

1. Berdasarkan Waktu yang Dibutuhkana. Reaksi CepatReaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Reaksi ini melibatkan ikatan silang antara alergen dan IgE. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa reaksi anafilaksis.

b. Reaksi Intermediet / SedangReaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan oleh sel NK. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa reaksi transfusi darah,anemiahemolitik, eritroblastosis fetalis, reaksi arthus, vaskulitis, glomerulonefritis, AR, dan Lupus

c. Reaksi LambatReaksi lambat terjadi setelah terpajan antigen dan masih terlihat dalam 48 jam. Reaksi ini melibatkan sitokin yang dikeluarkan oleh sel T untuk mengaktifkan makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa dermatitis kontak, reaksi M.Tuberkulosis, dan reaksi penolakan transplantasi organ.

Pengertiandan Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas

2. Berdasarkan Coombs dan GellA. hipersensitivitas tipe 1 Reaksi hipersensitivitas tipe 1 merupakan respon jaringan yang terjadi karena adanya ikatan silang antara alergen dan IgE. Reaksi ini dapat disebut juga sebagai reaksi cepat, reaksi alergi, atau reaksi anafilaksis. Mekanisme umum dari reaksi ini sebagai berikut : - Alergen berikatan silang dengan IgE - Sel mast dan basofil mengeluarkan amina vasoaktif danmediatorkimiawi lainnya - Timbul manifestasiManifestasi yang ditimbulkan dari reaksi ini berupaanafilaksis,urtikaria,asma bronkialataudermatitis atopi.B. Hipersensitivitas Tipe 2 Reaksi hipersensitivitas tipe 2 terjadi karena dibentuknya IgG dan IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu. Reaksi ini dapat disebut juga sebagai reaksi sitotoksik atau reaksi sitolitik. Reaksi ini terdiri dari 3 jenis mekanisme, yaitu reaksi yang bergantung pada komplemen, reaksi yang bergantung padaADCCdan disfungsi sel yang diperantarai oleh antibodi. Mekanisme singkat dari reaksi tipe 2 ini sebagai berikut : - IgG dan IgM berikatan dengan antigen di permukaan sel - Fagositosis sel target atau lisis sel target oleh komplemen,ADCCdan atau antibodi - Pengeluaranmediatorkimiawi - Timbul manifestasiManifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupaanemiahemolitikautoimun,eritroblastosis fetalis,sindrom Good Pasture, ataupemvigusvulgaris.C. Hipersensitivitas Tipe 3Reaksi hipersensitivitas tipe 3 terjadi karena pengendapan kompleks imun (antigen-antibodi) yang susah difagosit sehingga akan mengaktivasi komplemen dan mengakumulasi leukosit polimorfonuklear di jaringan. Reaksi ini juga dapat disebut reaksi yang diperantarai kompleks imun. Reaksi ini terdiri dari 2 bentuk reaksi, yaitu : reaksi Kompleks Imun Sistemik (Serum Sickness) dan reaksi Sistem Imun Lokal (Arthus). Mekanisme reaksi ini secara umum sebagai berikut :- Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang sulit difagosit- Mengaktifkan komplemen- Menarik perhatian Neutrofil- Pelepasan enzim lisosom- Pengeluaranmediatorkimiawi- Timbul manifestasiManifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupareaksi Arthus,serum sickness,LES,AR,glomerulonefritis, danpneumonitis.D. Hipersensitivitas Tipe 4Reaksi ini dapat disebut juga reaksi imun seluler lambat karena diperantarai oleh sel T CD4+ dan CD8+. Reaksi ini dibedakan menjadi beberapa reaksi, seperti reaksi Tuberkulin, reaksi Inflamasi Granulosa, dan reaksi penolakan transplant.Mekanisme reaksi ini secara umum sebagai berikut :- Limfosit T tersensitasi- Pelepasan sitokin danmediatorlainnya atau sitotoksik yang diperantarai oleh sel T langsung- Timbul manifestasiManifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupatuberkulosis,dermatitis kontakdanreaksi penolakan transplant.

9. Prinsip Autoimun dan Jenis PenyakitA. Pengertian Autoimun

Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi autoimun ditemukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengeskpresikan reseptor spesifik untuk banyak self antigen.Autoimun terjadi karena self-antigen dapat menimbulkan aktivasi, proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ. Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan dalam pathogenesis penyakit autoimun.Dalam populasi, sekitar 3,5% orang menderita penyakit autoimun. 94% dari jumlah tersebut berupa penyakit Grave (hipertiroidism), diabetes mellitus tipe 1, anemia pernisiosa, artritis rheumatoid, tiroiditis, vitiligo dan sclerosis multiple. Penyakit ditemukan lebih banyak pada wanita (2,7 x dibandingkan pria), diduga karena hormon. Autoimunitas sebetulnya bersifat protektif, yaitu sebagai sarana pembuangan berbagai produk akibat kerusakan sel atau jaringan. Autoantibodi mengikat produk itu diikuti dengan proses eliminasi. Autoantibodi dan respons imun selular terhadap antigen diri tidak selalu menimbulkan penyakit. Penyakit autoimun merupakan kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisologik akibat respons autoimun. Perbedaan ini menjadi penting karena respons autoimun dapat terjadi tanpa penyakit atau pada penyakit yang disebabkan oleh mekanisme lain (seperti infeksi). Istilah penyakit autoimun yang berkonotasi patologik ditujukan untuk keadaan yang berhubungan erat dengan pembentukan autoantibodi atau respons imun selular yang terbentuk setelah timbulnya penyakit.B. Faktor yang Berperan pada Automunitas1. Infeksi dan Kemiripan MolekularBanyak infeksi yang menunjukkan hubungan dengan penyakit autoimun tertentu. Beberapa penyakit memiliki epitope yang sama dengan antigen sendiri. Respon imun yang timbul terhadap bakteri tersebut bermula pada rangsangan terhadap sel T yang selanjutnya merangsang sel B untuk membentuk autoantibodi.Infeksi virus dan bakteri dapat berkont