Laporan toksikologi

14
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan orgaisme hidup lainnya. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau komponen lainnya. Menurut Hendrawan (2005), pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan organisme jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Rusaknya sumber daya air ini dapat disebabkan oleh adanya pencemaran, baik itu substansi yang bersifat toksik maupun non-toksik. Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air yang berdampak pada kehidupan organisme yang ada disekitarnya. Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya pencemaran tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah padat maupun cair. salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah rumah tangga yaitu berupa sisa detegjen dan pemutih pakaian. Pada bahan tersebut mengandung bahan kimia yang lebih tahan dan tidak berubah dalam berbaga media (Matoa, 2008). Darmono (2001) menambahkan bahan kimia organik

Transcript of Laporan toksikologi

Page 1: Laporan toksikologi

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat

penting bagi kehidupan manusia dan orgaisme hidup lainnya. Dengan perannya

yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau

komponen lainnya. Menurut Hendrawan (2005), pemanfaatan air untuk

menunjang seluruh kehidupan organisme jika tidak dibarengi dengan tindakan

bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya

air. Rusaknya sumber daya air ini dapat disebabkan oleh adanya pencemaran, baik

itu substansi yang bersifat toksik maupun non-toksik.

Perairan yang tercemar dapat mengakibatkan penurunan kualitas air yang

berdampak pada kehidupan organisme yang ada disekitarnya. Pencemaran air

pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya pencemaran

tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik limbah

padat maupun cair. salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah rumah

tangga yaitu berupa sisa detegjen dan pemutih pakaian. Pada bahan tersebut

mengandung bahan kimia yang lebih tahan dan tidak berubah dalam berbaga

media (Matoa, 2008). Darmono (2001) menambahkan bahan kimia organik

seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak

lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan

kematian pada ikan maupun organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia

organik ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah. Dari

uraian di atas, kami ingin meneliti LD50 dan LD100 detergen dan pemutih pakaian

terhadap ikan guppy (Poecilla reticulata).

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui LD50 detergen dan pemutih pakaian terhadap ikan guppy

(Poecilla reticulata).

1.2.2 Mengetahui LD100 detergen dan pemutih pakaian terhadap ikan guppy

(Poecilla reticulata).

Page 2: Laporan toksikologi

2

1.3 Manfaat

Laporan praktikum ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa mengenai toksisitas detergen dan pemutih pakaian pada

ikan.

Page 3: Laporan toksikologi

3

II METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 02 Desember 2014 di

Laboraturium Kering (B 205) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga. Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah pipet tetes, gelas ukur

80 ml, gelas aqua dan stopwatch. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini

ialah detergen cair, pemutih pakaian, ikan guppy (Poecilla reticulata) dan air.

Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan (detergen cair dan pemutih pakaian)

dengan 9 kali pengulangan.

Langkah kerja dalam praktikum ini terbagi dalam beberapa tahap dan

diantaranya adalah tahap persiapan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang

dibutuhkan, membersihkan gelas aqua yang akan digunakan, menyiapkan ikan

guppy (Poecilla reticulata) sebanyak 16 (enam belas) ekor yang ukurannya

hampir sama. Tahap pendahuluan yaitu mengisi dua gelas aqua dengan air dan

memasukkan ikan dengan masing-masing gelas sebanyak 8 ekor, masing-masing

gelas diberi label sesuai perlakuan (larutan pemutih pakaian dan larutan detergen

cair). Membuat larutan detergen cair dengan kadar 50 % dan larutan pemutih

pakaian dengan kadar 20 %. Kemudian tahap eksperimental yaitu menentukan

LD50 dan LD100 dengan memasukkan 2-3 tetes larutan pemutih pakaian ke dalam

gelas perlakuan pemutih pakaian setiap satu menit, mengamati dan mencatat

jumlah tetesan dan waktu mortalitas 50% dan 100% dari jumlah ikan di dalam

gelas. Memasukkan 2-3 tetes larutan detergen cair ke dalam gelas perlakuan

detergen cair setiap satu menit, mengamati dan mencatat jumlah tetesan dan

wajktu mortalitas 50% dan 100% dari jumlah ikan di dalam gelas.

Page 4: Laporan toksikologi

4

III PEMBAHASAN

Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan

mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk

hidup dan system ,biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif

tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya

(exposed) makhluk tadi (Wirasuta, 2006). lkan guppy (Poecilia reticulata)

merupakan salah satu dari sekian banyak jenis ikan hias air tawar tropis yang

sudah populer. Guppy juga dikenal sebagai ikan seribu dan ikan ini cukup mudah

untuk dipijahkan. Sebagai ikan hias yang menarik, guppy mempunyai ciri

tersendiri yang tidak sama dengan ikan hias lainnya. lkan guppy memiliki tubuh

yang berwarna indah dan sirip ekornya yang lebar sehingga harus dipertahankan

supaya kualitasnya tetap terjaga dengan baik (Muslim, 2010). Huwoyon dkk

dalam Dwi, 2012 menambahkan ikan Guppy (Poecilia reticulata, Peters 1860)

merupakan ikan hias yang mempunyai nilai komersil tinggi baik untuk pasar

dalam negeri maupun luar negeri. Variasi warna yang menarik dan corak sirip

yang beragam, sehingga guppy banyak diminati dan memiliki nilai penjualan

sekitar 25% dari pasar dunia.

Air yang terkena larutan detergen cair dan lautan pemutih pakaian disebut

sebagai air tercemar karena mengalami perubahan bau, warna dan rasa air.

Menurut UU No. 4 tahun 1982 bahwa yang dimaksud dengan pencemaran adalah

masuknya atau dimasukannya organisme, energi, zat, dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan oleh aktivitas manusia atau alam menyebabkan kualitas

menurun pada titik tertentu sehingga tidak sesuai lagi peruntukannya. Pencemaran

air dapat didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukannya organisme, energi,

zat, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan perairan oleh aktivitas manusia

atau alam menyebabkan kualitas menurun pada titik tertentu  sehingga tidak

sesuai lagi peruntukannya. Pada praktikum ini, ikan guppy dijadikan sebagai

bioindikator karena menurut Natsir, 2013 mengatakan bahwa ikan dapat

digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan merespon adanya

bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air

Page 5: Laporan toksikologi

5

maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi

tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan,

aktivitas dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya. Ikan guppy

diberi perlakuan dengan ditetesi larutan detergen cair dan pemutih pakaian untuk

mengetahui LD50 dan LD100 larutan-larutan tersebut.

Detergen adalah suatu bahan kimia organic sintetis yang dapat bereaksi

dengan air dan menyebabkan pembentukan busa serta pengaruh lainnya yang

memungkinkan untuk membersihkan atau mencuci, baik dalam industry ataupun

untuk tujuan rumah tangga. Dtergen meneimbulkan buih-buih pada permukaan

air. Buih-buih tersebut, baik dari jenis Linier Alkyl Sulfonate (LAS) yang

biodegradable maupun jenis Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) yang non-

biodegradable tersebut dipastikan dapat mengganggu kehidupan organism yang

ada di bawahnya misalnya ikan (Lehninger, 1190).

Dengan pemberian larutan detergen cair dan pemutih pakaian kadar

detergen cair ke dalam air yang menyebabkan nilai pH air semakin besar. Hal ini

disebabkan pada rantai karbon surfaktan berupa Linier Alkyl Benzene Sulfonate

(LAS) pada sisi hidrofobiknya mampu mengikat oksigen dari udara masuk ke

dalam air sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air semakin meningkat.

Oleh karena itu oksigen tersebut bersifat toksik bagi ikan karena telah berikatan

dengan surfaktan pada detergen dan pemutih pakaian.

Ikan guppy mengalami mortalitas setelah diberi tetesan larutan detergen

disebabkan oleh kandungan aktif yang ada dalam detergen salah satunya yaitu

surfaktan (Surface Active Agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai

ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak).

Sementara pada susunan rantai kimia surfaktan terdapat formulasi bahwa semakin

panjang dan bercabang rantai surfaktan, akan semakin keras detergen tersebut.

Sedangkan dari gugus fungsi sulfonat bersifat lebih keras dibandingkan gugus

fungi karboksilat (Andang dalam Kamiswari, 2013).

Kandungan surfaktan di dalam detergen adalah sebesar 15-25%. Pengaruh

dari konsentrasi surfaktan yang tidak mematikan antara lain menghambat

pertumbuhan ikan dan tumbuhan serta merusak epitelium pernafasan insang ikan.

Page 6: Laporan toksikologi

6

Kerusakan yang disebabkan detergen biasanya hanya pada lokasi tertentu seperti

insang, saluran pencernaan dan perkembangan gonad tetapi tidak mempengaruhi

rasa daging ikan (Schassman dalam Warlina, 2004). Komarawidjaja (2004)

menambahkan bahwa konsentrasi detergen dalam perairan mampu menurunkan

kemampuan filtrasi dan merusak sel insang kerang, anak-anak ikan serta

menurunkan kemampuan alga dalam proses fotosintesis.

Keberadaan detergen dan pemutih pakaian dalam suatu badan air dapat

merusak insang dan organ pernafasan ikan. Kerusakan insang dan organ

pernafasan ikan ini menyebabkan toleransi ikan terhadap badan air yang

kandungan oksigen terlarutnya rendah menjadi menurun. Padahal keberadaan

busa-busa di permukaan air diduga menyebabkan menurunnya oksigen terlarut

dalam air tidak bisa bertambah karena hubungan dengan udara bebas tertutup.

Dengan demikian, organisme dalam badan air akan mati bukan karena keracunan,

namun kombinasi kerusakan organ pernafaasan dan kekurangan oksigen.

Di dalam air, ikan akan hidup normal jika pada kondisi lingkungan

perairan yang sesuai , misalnya dengan nilai oksigen terlarut (DO), pH, suhu dan

faktor-faktor lain yang sesuai sehingga tidak menimbulkan stress pada ikan.

Dalam praktikum ini, ikan guppy diberi perlakuan dengan larutan detergen dan

pemutih pakaian. Penambahan larutan deterjen dan pemutih pakaian bersifat basa

menyebabkan peningkatan pH dalam air sehingga mengganggu sistem respirasi

ikan. Ikan yang pada umumnya hidup di dalam air memiliki aktivitas respirasi.

Pada aktivitas respirasi, ikan memompa air dari mulut kemudian oksigen terlarut

disaring dan diserap oleh insangnya, selanjutnya air tersebut dikeluarkan lagi. Jika

air dalam kondisi yang tidak menguntungkan atau air mengandung zat-zat toksik

tertentu, maka akan mempengaruhi aktivitasnya dan dapat menyebabkan

kematian. Semua zat atau materi dapat berpotensi toksik bagi makhluk hidup,

dalam hal ini zat yang terkandung di dalam deterjen adalah surfaktan. Surfaktan

diabsorpsi oleh ikan melalui pernafasan dan pencernaannya. Surfaktan yang larut

dalam air masuk ke dalam mulut ikan, lalu pada sistem pernafasan. Surfaktan

diabsopsi secara bersamaan dengan oksigen oleh insang dan kemudian dialirkan

keseluruh tubuh melalui sistem transportasi tubuh ikan.

Page 7: Laporan toksikologi

7

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada hasil rerata

detergen cair menyebabkan mortalitas 50% ikan hanya dengan 2 ml larutan dalam

waktu 9 menit dan pemutih pakaian menyebabkan mortalitas 50% dengan 1 ml

larutan dalam waktu 8 menit. Sedangkan detergen cair menyebabkan mortalitas

100% dengan 3 ml larutan dalam waktu 15 menit dan pemutih pakaian

menyebabkan mortaitas 100% dengan 2 ml larutan dalam waktu 18 menit. Jika

hasil tersebut dibandingkan, maka larutan pemutih pakaian lebih toksik daripada

larutan detergen cair meskipun kadar detergen cair lebih besar yaitu 50%

dibandingkan dengan kadar pemutih pakaian yang hanya 20%. Hal ini disebabkan

karena kandungan surfaktan dalam pemutih pakaian lebih tinggi dibandingkan

kandungan surfaktan dalam detergen cair.

Page 8: Laporan toksikologi

8

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitu LD50 detergen cair dan pemutih

pakaian masing-masing adalah 2 ml dan 1 ml. Sedangkan LD100 detergen cair dan

pemutih pakaian masing-masing adalah 3 ml dan 2 ml.

4.2 Saran

Sebaiknya menggunakan 2 buah pipet tetes agar pipet tetes yang

digunakan untuk mengambil larutan detergen cair tidak tercampur dengan

pemutih pakaian. Selain itu, gelas ukur yang digunakan sebaiknya gelas ukur 100

ml agar lebih mudah mengetahui atau mengukur sisa larutan saat menentukan

LD50 dan LD100

DAFTAR PUSTAKA

Esmiralda, Zulkarnaini, Rahmadona. 2012.Pengaruh COD dan Surfaktan dalam

Limbah Cair Laundri terhadap nilai LC50. Jurnal Teknik Lingkungan

UNPAD 9 (1) :110-114

Kamiswari, Rizky. 2013. Pengaruh Pemberian Detergen terhadap Mortalitas Ikan

Page 9: Laporan toksikologi

9

Platty sp. Lentera Bio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:139-142.

Lehninger, A. L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia jilid2. Erlangga. Jakarta.

Pratiwi, Yuli. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry Sebelum dan Sesudah

Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap Bioindikator (Cyprinus

carpio L). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi

(SNAST) Periode III. Yogyakarta.

Muslim. 2010. Penigkatan Persentase Ikan Guppy (Poecilla reticulate) Jantan

dengan Perendaman Induk Bunting dalam Larutan Hormon 17α-Metil

Testosteron Dosis 2 mg/l dengan Lama Perendaman Berbeda. Klorofil V-

2:61-66.

Natsir, M. Ikhsan. 2013. Uji Toksisitas Pewangi Pakaian terhadap Efek Subletal

Tilapia nilotica dengan metode LC50. (Online) Diakses melalui

http://ranngerone.blogspot.com/2013/08/pencemaran-terhadap-air.html.

Pada tanggal 5 Desember 2014

Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan

Penanggulangannya. Intitut Pertanian Bogor. (Online) Diakses melalui

http://PENCEMARAN-AIR-Sumober Dampak-dan-Penanggulangannya.htm.

Pada tanggal 5 Desember 2014.

Wirasuta, I Made Agus G. 2006. Toksikologi Umum. Buku Ajar. Jurusan

Farmasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Udayana

Page 10: Laporan toksikologi

10