Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

25
UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) 1. Tujuan percobaan Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah : a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan. b. Untuk melihat tingkat klasifikasi suatu obat. 2. Tinjauan Pustaka Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan sediaan biologi. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena). Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia. (LD50 adalah pemberian 1

description

laporan toksikologitoksisitas akut

Transcript of Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Page 1: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

1. Tujuan percobaan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah :

a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari

hewan percobaan.

b. Untuk melihat tingkat klasifikasi suatu obat.

2. Tinjauan Pustaka

Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek

toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau

campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan

evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan produk rumah

tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan sediaan biologi.

Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji

(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan

diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena).

Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada

manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari

total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut)

Uji toksisitas dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang

toksisitas suatu bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat

dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan uji toksisitas

jangka panjang. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

tentang gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian dan

rentang dosis yang mematikan hewan uji (Lethal dose atau disingkat LD50)

suatu bahan. Uji toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul

segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang yang

diberikan dalam 24 jam.

1

Page 2: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan secara

kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda

statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat

menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan uji dipakai

sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada seke lompok hewan

uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon berupa

kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti hanya ada dua

macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian.

Quantal respon , yaitu jumlah respon pada sekelompok hewan uji terhadap dosis

tertentu suatu obat atau bahan. Pengamatan terhadap efek ini dilakukan untuk

menentukan jumlah respon dari suatu respon diskretik (all or none response)

pada suatu kelompok hewan uji. Jumlah respon tersebut dapatn100%, 99%,

50%, 20%, 10%, atau 1%. Respon yang bersifat diskret itu dapat berupa

kematian, aksi potensial, dan sebagainya.

Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna

menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau

menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan percobaan setelah

perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk

menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak

setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan untuk uji toksisitas akut. Namun ada

juga beberapa kalangan yang masih setuju, dengan pertimbangan:

a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50, tetapi

juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala

– gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan kemampuan pemulihan

dari efek nonlethal.

b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design

penelitian subakut.

c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.

d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu senyawa

terhadap konsumen atau pasien.

2

Page 3: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan yang

mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan dalam

24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24 jam”. Namun seiring

perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada umumnya tes LD50

dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga penulisan hasil tes “LD50” saja sudah

cukup untuk mewakili tes LD50 yang diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini

dapat dilakukan lebih dari 14 hari. Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat,

akan memberikan pengaruh secara neurogik pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati

pada 24 jam pertama tidak akan menemukan hasil yang berarti. Dan jika begitu

tentu saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan. Ada beberapa

hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain, jenis kelamin,

umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan percobaan.

Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian, suhu

lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput kesalahan manusia juga dapat

mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum melakukanpenelitian, ada baiknya kita

memeperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhihasil ini. Secara umum,

semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa tersebut. Begitu pula sebaliknya,

semakin besar nilai LD50, semakin rendah toksisitasnya. Hasil yang diperoleh

(dalam mg/kgBB) dapat digolongkan menurut potensi ketoksikan akut senyawa uji

menjadi beberapa kelas, seperti yang terlihat pada tabel berikut (Loomis (1978)) :

3

No KELAS LD50 (mg/KgBB)

1 Luar biasa toksik 1 atau kurang

2 Sangat toksik 1 – 50

3 Cukup toksik 50 – 500

4 Sedikit toksik 500 – 5000

5 Praktis tidak toksik 5000 – 15000

6 Relatif kurang

berbahaya

lebih dari 15000

Page 4: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Menurut Farmakope Indonesia persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat

menggunakan Farmakope Indonesia ini adalah :

1. Menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap

2. Jumlah hewan percobaan / jumlah biakan jaringan tiap kelompok harus

sama.

3. Dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek daro 0-100% dan

perhitungan dibatasi pada kelompok percobaan yang memberikan efek dari

0-100%.

Rumus :

Keterangan :

m = log LD50

a = log dosis terendah yang menyebabkan kematian 100% tiap

kelmpok

b = beda log dosis yang berurutan

Pi = jumlah hewan yang mati yang menerima dosis sebanyak i dibagi

jumlah hewan seluruhnya yang menerima dosis i

Uji toksisitas akut ini biasanya menggunakan hewan uji mencit dari kedua

jenis kelamin. Hewan uji harus sehat dan berasal dari satu galur yang jelas.

Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini paling tidak menggunakan 4

peringkat dosis yang masing-masing peringkat dosis menggunakan paling

sedikit 4 hewan uji. Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatan

logaritmik yang tetap. Dosis terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkan

timbulnya efek atau gejala keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis yang

menyebabkan kematian semua (100%) hewan uji. Cara pemberian obat atau

4

m = a – b (∑ Pi – 0,5 )

Page 5: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

bahan yang diteliti harus disesuaikan pada pemberiannya pada manusia,

sehingga dapat mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari hewan ke

manusia.

Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara

menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama

sesudah pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut cara yang

ditunjukkan oleh para ahli. Namun demikian, kematian dapat terjadi sesudah  24

jam pertama karena proses keracunan dapat berjalan lambat. Gejala keracunan

yang muncul sesudah 24 jam menunjukkan bahwa bahan obat atau bahan itu

mempunyai titik tangkap kerja pada tingkat yang lebih bawah sehingga gejala

keracunan dan kematian seolah-olah tertunda (delayed toxicity). Oleh karena itu

banyak ahli berpendapat bahwa gejala keracunan perlu diamati sampai 7 hari,

bahkan juga sampai 2 minggu.

Sediaan yang akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai dengan

karakteristik bahan kimia tersebut, dan tidak diperbolehkan adanya perubahan

selama waktu pemberian. Untuk pemberian per oral ditentukan standar volume

yang sesuai dengan hewan uji.

Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh terhadap 50%

dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50% adalah, dosis suatu obat

atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah

hewan yang diuji.

Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi

ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada

hewan percobaaa. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah data

kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif yang

berupa gejala klinis.

Bahan racun adalah semua bahan kimia yang dapat menyebabkan

kerusakan/kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat dari kerusakan tersebut

ialah adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik dari jaringan yang

menderita, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan kimia mungkin

akan beracun bila diberikan berlebihan atau rute pemberian yang tidak lazim.

5

Page 6: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Terlalu banyak oksigen murni, air ataupun garam dapat menyebabkan kematian

Tetapi hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai pegangan, karena bahan yang

biasanya disebut racun sperti sianida, arsen dan sebagainya tidak dapat dikatakan

tidak beracun, sehingga kita harus menyatakan bahwa semua bahan kimia akan

beracun bila diberikan secara tidak proporsional.

3. Bahan dan Alat

a. Bahan

Hewan percobaan : anak ikan lele

Obat yang diberikan : ekstrak dengan berbagai konsentrasi atau fenol dengan

berbagai konsentrasi (0,04%, 0,02%, 0,01%, 0,005%, 0,0025%, 0.00125%)

Aquades.

b. Alat

Beaker glass

Stopwatch

4. Cara Kerja

a. Siapkan fenol dengan berbagai konsentrasi di dalam beaker glass.

b. Siapkan anak ikan 10 ekor, masukkan kedalam masing-masing beaker glass, dan

mulai hitung waktunya.

c. Lakukan pengamatan selama 1,5-2 jam.

d. Hitung berapa jumlah ika yang mati dan jumlah ikan yang hidup.

e. Tabelkan dan hitung LD50 nya.

5. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil dan perhitungan

Tabel hasil semua kelompok :

6

Page 7: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Perhitungan LD50 :

Rumus :

m = a – b ( Σ Pi – 0.5 )

Data :

1.) Log dosis terendah yang mnyebabkan kematian 100% tiap kelompok ( a )=

0.0025% , Log 0.0025 = -2.602

2.) Beda log dosis yang berurutan ( b ) = log 0.04 - log 0.02 = 0.301

3.) Jumlah hewan yang mati yang menerima dosis sebanyak i dibagi jumlah

hewan seluruhnya yang menerima dosis i

( Pi ) = Σ Pi = ( 1 + 0 ) = 1

m = a – b ( Σ Pi – 0.5 )

Log LD50 = -2.602 – 0.301 ( 1 – 0.5 )

= -2.602 – 0.301 ( 0.5 )

7

DosisJumlah Hewan

Perkelompok

Jumlah HewanPi

Mati Hidup

0.04 % 10 10 0 1

0.02 % 10 10 0 1

0.01 % 10 10 0 1

0.005 % 10 10 0 1

0.0025% 10 10 0 1

0.00125% 10 0 10 0

Kontrol 10 0 10 0

Σ Pi = 1

Page 8: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

= -2.602 – 0.150

= -2.752

Anti Log = -2.752

LD50 = 1.770 x 10-3 mg/Kg BB

Contohsoal :

Dosis

Jumlah

hewan

seluruhnya

Jumlah

hewan yang

mati

Jumlah

hewan yang

hidup

Pi

500 mg/kgBB 10 10 0 1

250 mg/kgBB 10 8 2 0.8

125 mg/kgBB 10 5 5 0.5

62,5 mg/kgBB 10 2 8 0.2

31,25 mg/kgBB 10 0 10 0

Σ Pi = 2.5

m = a – b (∑ Pi – 0,5 )

log LD50 = log 500 – ( log 500 – log 250 ) ( 2.5 – 0.5 )

= 2.699 – ( 0.301 ) ( 2 )

log LD50 = 2.699 – 0.602

log LD50 = 2.097

LD50 = Antilog 2.097

= 125.026 mg/kgBB

8

Page 9: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Dosis

Jumlah

hewan

seluruhnya

Jumlah

hewan yang

mati

Jumlah

hewan yang

hidup

Pi

500 mg/kgBB 10 10 0 1

250 mg/kgBB 10 10 0 1

125 mg/kgBB 10 8 2 0.8

62,5 mg/kgBB 10 2 8 0.2

31,25 mg/kgBB 10 0 10 0

Σ Pi = 2

m = a – b (∑ Pi – 0,5 )

log LD50 = log 250 – ( log 500 – log 250 ) ( 2 – 0.5 )

= 2.398 – ( 0.301 ) ( 1.5 )

log LD50 = 2.398 – 0.452

log LD50 = 1.946

LD50 = Antilog 1.946

= 88.308 mg/kgBB

b. Pembahasan

Percobaan uji toksisitas akut LD50, objek yang digunakan adalah ikan

lele sebanyak 10 ekor. 10 ekor ikan lele di masukkan kedalam beaker glass

yang berisi fenol dengan konsentrasi 0.005 %. Pengamatan ini dilakukan

selama 1,5. Pada awal ikan lele dicelupkan ke dalam larutan fenol, ikan

masih dalam keadaan seperti biasa. Setelah menit ke 13 beberapa ikan lele

sudah mulai melayang – layang, dan pada menit ke 21 semua ikan lele mati.

9

Page 10: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Sementara untuk konsentrasi fenol 0.00125 % tingkat kematian tidak

terjadi, dan pada konsentrasi fenol 0.04 % tingkat kematian ikan lele lebih

cepat.

Pada beaker glass yang diberi larutan kontrol, ikan lele yang berada di

dalam larutan tersebut bertahan hidup dengan baik. Sementara pada beaker

glass yang berisi larutan fenol konsentrasi 0.005% ikan lele yang berada

didalamnya tidak bertahan lama dan pada menit ke 21 ikan tersebut mati

100%. Hal ini membuktikan bahwa larutan fenol tersebut mengandung

senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa organik yang mempunyai sifat

racun ( toksik ). Apabila senyawa ini mencemari perairan maka akan

membuat rasa dan bau tidak sedap, dan pada nilai konsentrasi tertentu dapat

menyebabkan kematian organisme di perairan tersebut.Oleh karena itu pada

konsentrasi larutan fenol 0.04% lebih cepat terjadi kematian pada ikan lele di

bandingkan pada konsentrasi fenol 0.0025%.

c.

10

Page 11: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

6. Kesimpulan

1. Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun

yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau campuran.

2. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji

(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan

diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena).

3. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh terhadap

50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis lethal 50% adalah,

dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai

50% dari jumlah hewan percobaan.

4. Semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa tersebut. Begitu pula

sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah toksisitasnya.

5. Dari percobaan dapat dilihat tingkat toksisitas akut LD50 yang terjadi pada

ikan lele yang dicelupkan pada larutan fenol konsentrasi 0.04% lebih cepat

terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh senyawa fenol yang bersifat racun ( toksik ).

Dapat di lihat perbandingan dengan menggunakan larutan kontol, yaitu air

saja. Pada larutan kontrol tidak ada ikan lele yang mati. Pada konsentrasi

kecil, yaitu 0.00125 % tingkat kematian ikan lele termasuk rendah, tidak

mencapai 50%. Dari pengamatan kelompok kami, dapat kami simpulkan

bahwa pengaruh senyawa fenol akan menyebabkan rusaknya suatu

organisme bahkan apabila dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan

kematian organisme tersebut. Semakin banyak larutan fenol yang diberikan,

atau semakin besar konsentrasi fenol yang diberikan maka akan semakin

cepat dan tinggi tingkat toksisitas yang terjadi pada organisme tersebut.

6.

11

Page 12: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

DAFTAR PUSTAKA

Donatus IA. 2001.Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada;

Atmojo, D.D. 2009. Uji ToksisitasAkut Penentuan LD50 Ekstrak Valerian Valeriana

officinalis) terhadap Mencit BAL B/C.

http://ilmualambercak.blogspot.com/2013/03/uji-toksisitas-akut.html

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/04/uji-toksisitas.html

12

Page 13: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Toksisitas akut

Pembahasan

Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik / racun yang

terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau campuran. Toksisitas akut ini

diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan

kimia untuk penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik,

obat-obatan, dan sediaan biologi.

Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang gejala keracunan,

penyebab kematian, urutan proses kematian dan rentang dosis yang mematikan hewan

uji (LD50) suatu bahan. Pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2

rute pemberian (misalnya oral dan intravena). Hasil uji LD50 dan dosisnya akan

ditransformasi (dikonversi) pada manusia.Uji toksisitas akut merupakan efek yang

merugikan yang timbul segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal,

atau berulang yangdiberikan dalam 24 jam.

Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkansecara kasar median

lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda statistik pada

pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat menyebabkan kematian 50%

hewan uji. Jumlah kematian hewan uji dipakai sebagai ukuran untuk efek toksik suatu

bahan (kimia) pada sekelompok hewan uji.

Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini paling tidak menggunakan 4 peringkat

dosis yang masing-masing peringkat dosis menggunakan palingsedikit 4 hewan uji.

Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatanlogaritmik yang tetap. Dosis

terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkantimbulnya efek atau gejala

keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis yangmenyebabkan kematian semua

(100%) hewan uji.

Cara pemberian obat atau bahan yang diteliti harus disesuaikan pada pemberiannya

pada manusia,sehingga dapat mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari hewan

kemanusia.Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan

caramenghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertamasesudah

pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut cara yangditunjukkan oleh para

13

Page 14: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

ahli. Namun demikian, kematian dapat terjadi sesudah 24 jam pertama karena proses

keracunan dapat berjalan lambat.Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini

adalah datakuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif

yang berupa gejala klinis. Kerja suatu obat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi obat,

spesies hewan, fator endogen (usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan hewan), diet

terkait dengan komposisi pakan, cara pemberian, temperatur serta musim.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji ketoksikan akut yang merupakan uji keamanan

terhadap paracetamol. Melalui uji ini akan diperoleh nilai LD50, sehingga dapat dilihat

sebagai potensi ketoksikan relatif suatu obat dan dipergunakan sebagai acuan dalam

penentuan dosis untuk uji toksisitas. Selain diperoleh nilai LD50 dapat dilihat gejala

klinisyang memberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala –

gejala sebelum kematianyang ditimbulkan karena pengaruh pemberian dosis tunggal

oral paracetamol terhadap mencit putih.

Mencit putih dipilih karena hewan ini dapat dikembangbiakkansecara seragam, mudah

didapat, relatif murah,sangat mudah ditangani, sensitif terhadap obat dengandosis kecil,

terdapat banyak data toksikologi tentangjenis hewan ini, serta secara luas digunakan

untuk ujitoksisitas akut.

Terdapat 3 metode yang paling sering digunakan untuk menentukan LD50 yaitu metode

grafik Lithfield & Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma Miller dan Tainter,

dan metode rata-rata bergerak Thompson-Weil yang didasar-kan pada kekerabatan

antara peringkat dosis dan persentase hewan yang menunjukan respon. Sedangkan data

kualitatif yang diperoleh meliputi penampakan klinis, morfologis, dan mekanisme efek

toksik.

Adapun cara kerja pada praktikum ini pertama melakukan pemilihan hewan uji,

pengelompokkan hewan uji, tata cara pemberian dosis sediaan uji, pengamatan, analisis

hasil dan evaluasi. Pada pengelompokkan hewan uji masing – masing kelompok terdiri

dari 5 mencit yaitu satu kontrol negatif dan empat mencit masing – masing diberi

perlakuan dosis paracetamol secara per oral dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB,

1000 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB. Amati gejala klinis yang timbul, catat jumlsh mencit

yang mati dalam waktu 24 jam, gunakan data seluruh kelompok untuk menghitung

LD50.

14

Page 15: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

Hasil uji toksisitas akut pada penelitian pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pada

kelompok kontrol terjadi kereaktifan terhadap aneka rangsangan dengan tanda tanda

ketoksikan pasif. Pada kelompok dosis 250 mg/kgBB terjadi Kereaktifan terhadap

aneka rangsangan dengan tanda ketoksikan pasif, Refleks Serebral & Spinal dengan

tanda ketoksikan lemah, gerakan dengan tanda keterpaksaan gerak. Pada dosis 500

mg/kgBB Kerektifan terhadap aneka rangsangan dengan tanda pasif, Refleks Serebral &

spinal dengan tanda ketoksikan lemah, gerakan dengan tanda keterpaksaan gerak,

peristiwa perut dengan tanda kontraksi. Pada dosis 1000 mg/kgBB Kerektifan terhadap

aneka rangsangan dengan tanda pasif, Refleks Serebral & spinal dengan tanda

ketoksikan lemah, gerakan dengan tanda keterpaksaan gerak, peristiwa perut dengan

tanda kontraksi, kelopak mata dengan tanda ptosis. Pada dosis 2000 mg/kgBB

Kereaktifan terhadap aneka rangsangandengan tanda pasif, Refleks Serebral & spinal

dengan tanda lemah, gerakan dengan tanda keterpaksaan gerak, perisiwa peru dengan

tanda kontraksi, konsistensi tinja dengan tanda tidak berbentuk warna hitam, kelopak

matadengan tanda ptosis.

Pada hasil data penelitian kematian inimenunjukkan bahwa pada kelompok kontrol,

dosis I, dosis II, dan dosis III tidak menimbulkan responkematian pada hewan,

sedangkan pada kelompok dosisIV (dosis tertinggi) ditemukan respon

kematian.Sehingga % kematian pada dosis I, II, III yaitu 5% dan dosis IV yaitu 95%.

Parasetamol dalam dosis normal, tidak menyakiti permukaan dalam perut atau

mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol

relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan

dapat menimbulkan kematian. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga

meminum alkohol. Overdosis bisa menimbulkan mual, muntah dan anoreksia.

Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam

amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah

intoksikasi. Wanita hamil dapat menggunakan Parasetamol dengan aman, juga selama

laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi memperkuat efek

antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.(Tjay, 2002)

Mekanisme Toksisitas yaitu pada peningkatan dosis parasetamol berarti meningkatkan

keberadaan zat beracun parasetamol di sel sasaran, Pada dosis terapi, salah satu

15

Page 16: Laporan toksikologi Uji Toksisitas Akut

metabolit Parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation membentuk

asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada

dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan

glutation untuk mendetoksifikasi, sehingga metabolit tersebut bereaksi dengan sel-sel

hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu pada penanggulangan

keracunan Parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan

proses yang sama parasetamol juga bersifat nefrotoksik.

Mekanisme kerja obat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi obat, spesies hewan, faktor

endogen (usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan hewan), diet terkait dengan

komposisi pakan, cara pemberian, temperatur serta musim. Pada hasil percobaan,

persamaan garis antara log dosis Vs % kematian diperoleh nilai r : 0,774. LD 50 (dosis

letalis 50, dosis letal 50) merupakan dosis yang menyebabkan 50% dari hewan

percobaan mati. LD50 pada Persamaan Garis antara Log Dosis Vs % Kematian

diperoleh1259,992 mg/kg.Pada hasil percobaan, Probit antara Log Dosis Vs Probit

diperoleh nilai r : 0,774. Pada Probit antara Log Dosis Vs Probit diperoleh1259,9012

mg/kg. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai letal dosis suatu zat, tingkat

kematian hewan percobaan semakin tinggi.

16