Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

52
Tugas Tata Laksana Laboratorium Laporan Praktek Kerja Lapangan Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Surabaya Pada Pemeriksaan Subbid Bio Serologi RIZKA DEWI PUSPITA NIM. 091414653007 PROGRAM MAGISTER

description

Laporan mengenai penanganan sampel yang ada dalam laboratorium forensik dalam bidang serologi

Transcript of Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Page 1: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Tugas Tata Laksana Laboratorium

Laporan Praktek Kerja Lapangan Laboratorium Forensik

Kepolisian Daerah Surabaya Pada Pemeriksaan Subbid Bio

Serologi

RIZKA DEWI PUSPITA

NIM. 091414653007

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU FORENSIK

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

Page 2: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

I. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan informasi semakin berkembang dengan

pesat sehingga mempengaruhi kehidupan manusia. Berbagai kemajuan teknologi

yang ada telah memunculkan berbagai macam piranti (baik lunak maupun

keras) pengganti buku, seperti internet, televisi, radio, telepon dan masih banyak

lagi. Hal ini mempermudah masyarakat untuk berkomunikasi dan bersosialisasi

dengan siapapun (Makarim, 2005). Hal ini memunculkan pengaruh besar

terhadap masyarakat, dimana dengan perkembangan ini sangat erat dengan

perkembangan masyarakat, yang biasa disebut dengan modernisasi.

Akibat perkembangan pengetahuan teknologi saat ini, tidak terlepas dari

dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang timbul dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah timbulnya peningkatan

tipe dan modus operandi kejahatan, sehingga proses penyidikan dan

penyelidikannya perlu pula cara menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang moderen. Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah tersebut yakni

dibentuknya laboratorium forensik. Laboratorium forensik adalah suatu

lembaga yang bertugas dan berkewajiban menyelenggarakan fungsi

kriminalistik dan melaksanakan segala usaha pelayanan serta membantu

mengenai kegiatan pembuktian perkara pidana dengan memakai teknologi dan

ilmu-ilmu penunjang lainnya.

Peranan laboratorium forensik penting artinya dalam mengungkap kasus

kejahatan melalui proses pemeriksaan barang bukti, karena sistem pembuktian

menurut ilmu forensik yaitu adanya bukti segi tiga TKP maka terdapat rantai

antara korban, barang bukti dan pelaku. Oleh karena itu, tidak semua kejahatan

dapat diketahui dan diungkap melalui keterangan saksi dan tersangka atau

terdakwa saja, tetapi barang bukti juga dapat memberi petunjuk atau keterangan

atas suatu tindak kejahatan yang telah terjadi, karena hasil pemeriksaan barang

bukti dari laboratorium forensik terdapat tiga alat bukti yang dapat dipenuhi

laboratorium tersebut dari lima alat bukti yang sah berdasarkan undang-undang

No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP Pasal 184 ayat (1) yaitu keterangan ahli, surat,

dan petunjuk.

Page 3: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Fungsi dan peran para ahli forensik dengan memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang berawal dari pengolahan Tempat Kejadian

Perkara (TKP) dengan melakukan pemeriksaan dan menghubungkan micro

evidence (barang bukti mikro), seperti pengungkapan identitas korban

menggunakan pemeriksaan sidik jari (daktiloskopi), pemeriksaan deoxirybose

nucleic acid (DNA), Serologi / darah, Odontologi Forensik (pemeriksaan gigi),

Disaster Victim Identification (DVI) dan lain lain. Pengungkapan dengan

menggunakan ilmu kimia, fisika dan lain – lain termasuk proses pelacakan salah

satu tersangka yang didasarkan nomor seri kendaraan bermotor (nomor rangka

dan nomor mesin) dengan metode penimbulan kembali (re-etching) nomor –

nomor tersebut yang telah dirusak dengan reaksi kimia tertentu, serta

penentuan bahan isian bom yang ditemukan di TKP yang identik dengan bahan

yang ada di tubuh, pakaian, rumah, kendaraan tersangka.

Untuk menanggulangi kejahatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan

dan teknologi seperti tersebut di atas hanya dapat ditanggulangi dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi pula. Proses penyidikan

kejahatan dengan menggunakan teknologi yang lazim disebut penyidikan secara

ilmiah atau “Scientific Crime Investigation (SCI) yaitu penyidikan secara ilmiah,

dimana peran dan fungsi tersebut sebagian diemban oleh Laboratorium

Forensik. Dan ”term” scientific crime investigation telah teruji dalam proses

pengungkapan kasus – kasus yang menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagaimana dibahas sebelumnya.

Bila dikaitkan dengan peranan laboratorium forensik, salah satu objek

pemeriksaan yang menjadi perhatian adalah dalam sub bidang serologi yang

terdapat di laboratorium forensik kepolisian daerah Surabaya. Sub bidang

serologi sebagai bidang yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tes

laboratorium dengan menggunakan reaksi serum darah dan cairan tubuh

(Patologi Forensik). Bagian serologi dari laboratorium forensik dapat menangani

salah satu atau semua hal sebagai berikut :

Blood Typing

Karakter darah yang tidak diketahui

Pola noda untuk rekonstruksi kejahatan

Paternity test

Page 4: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Identifikasi semen dalam kasus pemerkosaan

Teknik DNA yang digunakan untuk identifikasi

Laboratorium forensik pada sub bidang serologi harus memiliki

akreditasi yang mengakui kompetensi laboratorum pengujian dan laboratorium

kalibrasi. Standar yang digunakan adalah ISO/IEC 17025: 2008 sebagai dasar

akreditasi. Perkembangan dalam penggunaan sistem manajemen, secara umum

telah meningkatkan kebutuhan untuk memastikan bahwa laboratorium tersebut

merupakan bagian dari suatu organisasi yang lebih besar atau yang menawarkan

jasa lainnya dapat mengoperasikan manajemen yang dipandang memenuhi

persyaratan ISO 9001 serta memenuhi standar ISO/IEC 17025: 2008.

Penggunaan standar ini dapat memfasilitasi kerjasama antar laboratorium dan

lembaga lainnya, dan membantu pertukaran informasi dan pengalaman, serta

dalam harmonisasi standard dan prosedur.

Page 5: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

II. KAJIAN TEORI

II. 1 Laboratorium ForensikII. 1. 1 Sejarah Laboratorium Forensik

a. Periode 1954 – 1959 Kelahiran Laboratorium forensik tidak terlepas dari sejarah

berdirinya Interpol. Dimana pada bulan Mei 1952, dua utusan dari

Kejaksaan Agung dan Djawatan Kepolisian Negara menghadiri

sidang ke-21 Majelis Umum ICPO / Interpol sebagai peninjau dan

pada tahun yang sama Indonesia memutuskan untuk masuk menjadi

anggota ICPO / Interpol. Sebagai syarat diterimanya Polri menjadi

anggota Interpol, salah satunya Indonesia harus sudah menerapkan

atau menggunakan Ilmu Forensik. Dengan ditunjuknya DKN sebagai

Biro Pusat Nasional Indonesia (NCB Indonesia) maka pada tanggal

15 Januari 1954 dengan order Kepala Kepolisian Negara Nomor : 1 /

VIII / 1954, dibentuklah Seksi Interpol dan Seksi Laboratorium, di

bawah Dinas Reserse Kriminil. Dan Seksi Laboratorium pada saat itu

bertugas melakukan pemeriksaan surat-surat / dokumen dan

pemeriksaan senjata api / Balistik.

Pada tanggal 16 april 1957 didirikan Laboratorium Kriminil

Cabang Surabaya dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara

Nomor : 26 / Lab / 1957 dan ditempatkan secara adiministratif di

bawah Kantor Komisariat Jawa Timur. Dan dengan bekerja sama

Depot Pharmasi Depkes di Surabaya dan kamar mayat di Rumah

Sakit Dr. Soetomo Surabaya maka dimulailah kegiatan-kegiatan

pemeriksaan ilmiah laboratoris di bidang kimia.

b. Periode 1959 – 1963

Dengan peraturan Menteri Muda Kepolisian Nomor : 1 / PRT /

MMK / 1960 tanggal 20 Januari 1960, Seksi Laboratorium

dipisahkan dari Dinas Reserse Kriminil Markas Besar Polisi Negara

dan ditempatkan langsung di bawah Komando dan Pengawasan

Menteri Muda Kepolisian dengan nama Laboratorium Departemen

Kepolisian. Hal ini dimaksud agar semua dinas operasional di dalam

lingkungan Kepolisian Negara dapat memanfaatkan jasa-jasa

Page 6: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Laboratorium Kriminil.

c. Periode 1963 – 1964 Dengan Instruksi Menteri / Kepala Staf Angkatan Kepolisian No.

Pol: 4 / Instruksi / 1963 tanggal 25 Januari 1963, dilakukan

penggabungan Laboratorium Departemen Kepolisian dengan

Direktorat identifikasi menjadi Lembaga Laboratorium dan

Identifikasi Departemen Kepolisian.

d. Periode 1964 – 1970 Dengan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas kegiatan,

maka dengan Surat Keputusan Menteri / Panglima Angkatan

Kepolisian No. Pol : 11 / SK / MK / 1964 tanggal 14 Pebruari 1964,

Lembaga Laboratorium dan Identifikasi dipecah kembali menjadi

Direktorat Laboratorium Kriminil dan Direktorat Identifikasi.

e. Periode 1970 – 1977

Dengan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan /

Panglima Angkatan Bersenjata Nomor: Skep / A / 385 / VIII / 1970,

Direktorat Laboratorium Kriminil yang tadinya di bawah Kepala

Kepolisian menjadi berada di bawah Komando Utama Pusat Reserse

dengan nama Laboratorium Kriminil Koserse.

Pada tahun 1972 Laboratorium Kriminil Koserse dipercayakan

oleh Pimpinan Polri untuk melaksanakan Operasi Narkotik “B”. Di

sini terlihat, bahwa Laboratorium Kriminil bukan saja hanya

dibebani tugas bantuan teknik penyidikan (represif), tetapi juga

diberi tugas dalam bidang preventif dan pembinaan masyarakat.

Dan pada tahun 1972 dibentuklah Labforcab Medan yang

melayani Aceh, Sumut, Padang, dan Riau.

f. Periode 1977 – 1984

Sejak tanggal 1 Juli 1977 dengan Surat Keputusan

MENHANKAM/PANGAB Nomor : SKEP / 15 / IV / 1977 dan Surat

Keputusan KAPOLRI No. Pol. : SKEP / 50 / VII / 1977, Laboratorium

Kriminil ditetapkan sebagai Badan Pelaksana Pusat di Tingkat

Mabes Polri yang berkedudukan langsung di bawah KaPolri.

Pada tanggal 9 Desember 1982 dibentuk Labforcab Semarang

yang melayani Jawa Tengah dan Yogyakarta serta tugas khusus

Page 7: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

sebagai teaching laboratory bagi taruna Akpol dan pendidikan

sejenis lainnya.

g. Periode 1984 -1992

Pada tahun 1984 terjadi perubahan tentang kedudukan

Laboratorium Kriminal Polri yaitu dari langsung di bawah KaPolri

menjadi berkedudukan di dalam Direktorat Reserse. Tetapi pada

tahun yang sama terjadi perubahan lagi kembali menjadi

berkedudukan di bawah KaPolri, dengan tugas membina Fungsi

Khusus Kriminalistik, dan menyelenggarakan serta melaksanakan

fungsi tersebut dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas fungsi

Reserse Kepolisian dan fungsi-fungsi operasional lainnya serta

pelayanan umum Polri.

Pada tahun 1985 dibentuklah Labforcab Makassar yang

melayani Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

h. Periode 1992 – 2001

Berdasarkan Surat Keputusan Pangab No. Kep/11/X/1992,

tanggal 5 Oktober 1992 Laboratorium Kriminil berubah nama

menjadi Pusat Laboratorium Forensik.

Dan pada tanggal 3 Maret 1999 dengan Keputusan KaPolri No.

Pol : Kep / 11 / III / 1999 dibentuk dan disahkan Laboratorium

Forensik Cabang Palembang dan Denpasar.

i. Periode 2001 – 2010

Berdasarkan Surat Keputusan KaPolri No. Pol. : Kep / 9 / V

/2001, tanggal 25 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Mabes Polri, Puslabfor kembali menjadi bagian dari Korserse Polri

dan dengan Surat Keputusan KaPolri No. Pol: Kep / 53 / X / 2002

dengan perubahan Korserse menjadi Bareskrim maka sampai

sekarang Puslabfor berkedudukan di bawah Bareskrim Polri atau

menjadi Puslabfor Bareskrim Polri.

j. Periode 2010 – sekarang

Berdasarkan Peraturan KaPolri nomor 21 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor tetap berada

dibawah struktur Bareskrim Polri bersama Pusinafis dan Pusiknas.

Page 8: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Dalam organisasi baru terdapat beberapa perubahan dan

penambahan antara lain penambahan bidang baru yaitu bidang

Narkobafor, penambahan subbid Komputer Forensik serta beberapa

perubahan nomeklatur dan titelaturnya.

II. 1. 2 Pengertian Laboratorium ForensikLaboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah,

eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan.

Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya

kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007).

Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai

suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan

sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi

atau bidang ilmu lain. Pengertian lain menurut Sukarso (2005),

laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja

untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu

ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan

lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu

tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun

pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia

atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup,

kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

Forensik dalam bahasa hukum (Partanto, 1994) dapat diartikan

sebagai hasil pemeriksaan yang diperlukan dalam proses

pengadillan. Sedangkan forensik dalam pengertian bahasa Indonesia

berarti berhubungan dengan pengadilan (Balai Pustaka, 1988). Ilmu

forensik (Forensik Science) adalah meliputi semua ilmu pengetahuan

yang mempunyai kaitan dengan masalah kejahatan, atau dapat

dikatakan bahwa dari segi perannya dalam penyelesaian kasus

kejahatan maka ilmu-ilmu forensik memegang peranan penting.

Ilmu-ilmu yang dimaksud seperti patologi dan biologi, toksikologi,

kriminalistik, kedokteran forensik, antropologi, psikologi, dll

(Eckert, 1980).

Page 9: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Adapun pengertian laboratorium forensik yang dimaksud dalam

tulisan ini adalah suatu pelaksanaan pusat tinggi Markas Besar Polri

yang berbentuk suatu badan yang bertugas dan berkewajiban

menyelenggarakan fungsi kriminalistik dan melaksanakan segala

usaha pelayanan dan kegiatan untuk membantu mengenai

pembuktian suatu tindak pidana yang terjadi dengan menggunakan

teknologi dan ilmu kedokteran kehakiman, ilmu forensik, ilmu kimia

forensik serta ilmu penunjang lainnya.

Berdasarkan atas pengertian tersebut, maka laboratorium

forensik sebagai salah satu fungsi kepolisian yang merupakan unsur

bantuan teknis laboratorik kriminalistik dalam rangka tugas Polri

sebagai penyidik. Adapun pelaksanaan tugasnya meliputi bantuan

pemeriksaan teknis laboratories terhadap barang bukti maupun

terhadap tempat kejadian perkara (TKP) serta kegiatan bantuan

lainnya terhadap unsur operasional terutama reserse.

Laboratorium forensik telah dikenal di Indonesia sejak tahun

1920, dimana identifikasi dan laboratorium forensik digabung

menjadi satu yang disebut Lembaga Laboratorium dan Identifikasi.

Kemudian pada tahun 1964 dipisahkan tersendiri antara

Laboratorium forensik dengan identifikasi.

II. 1. 3 Tujuan Laboratorium Forensik

Sebagaimana diketahui bahwa laboratorium forensik dibentuk

untuk membantu proses penyidikan dengan melalui pemeriksaan

barang bukti dari suatu tindak pidana yang terjadi.

Laboratorium forensilk sebagai sarana pembantu dalam proses

penyidikan dan melaksanakan tugasnya, yakni, melakukan

pemeriksaan terhadap barang bukti jika ada permintaan

pemeriksaan, jika tidak ada permintaan pemeriksaan barang bukti

maka pihak laboratorium forensik tidak berwenang melakukan

pemeriksaan walaupun barang bukti sudah ada.

Mengingat dalam proses penyidikan, untuk mengungkapkan

suatu tindak pidana tidak mutlak harus berpedoman pada

Page 10: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

keterangan saksi dan keterangan tersangka atau terdakwa saja, akan

tetapi penting pula dan bahkan dapat membantu terungkapnya

suatu tindak pidana dengan melalui pemeriksaan barang bukti.

Identifikasi menurut kriminalistik ditujukan kepada teori dasar

bahwa semua objek dapat dibagi dan kemudian dibagi lagi atas sub

yang didasarkan kepada keadaan objek itu. Ini berarti apakah suatu

obyek menjadi bagian atau sub bagian sesuatu. Sidik jari, tanda-

tanda, bekas-bekas, noda darah, rambut, gat dan sebagainya dapat

diklasifikasikan.

Misalnya, di tempat kejadian perkara (TKP) terdapat bagian-

bagian tersebut, maka hal ini dapat menjadi bahan yang sangat

berharga, bagian-bagian atau sub bagian itu berasal dari mana. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa kriminalistik berkaitan dengan

keadaan atau asal sesuatu. Jika terdapat darah, maka ahli

kriminalistik dihadapkan pada pertanyaan yang harus dijawabnya,

darah itu berasal dari mana. Jika sebuah peluru ditemukan pada

tubuh korban, ahli tersebut harus menjawab peluru itu berasal dari

senjata apa dan yang mana. Jika suatu potongan tulang itu tulang

manusia atau binatang, kalau sudah dipastikan bahwa itu tulang

manusia maka diperiksa umur berapa orang itu, tingginya berapa,

tentu semua itu semua itu berguna bagi suatu identifikasi.

Identifikasi melalui bukti-bukti fisik ini sering sangat menyulitkan

tersangka untuk melepaskan diri atau membela diri.

Tujuan selanjutnya dari laboratorium forensik adalah untuk diri

penjahat dan masyarakat. Oleh karena itu bagaimanapun cermatnya

melakukan kejahatan, kemungkinan barang bukti tetap ada. Barang

bukti inilah yang akan diperiksa secara laboratories oleh pihak

laboratorium forensik. Kejahatan yang terungkap melalui

pemeriksaan barang bukti, secara psikologi masyarakat akan

berpikir bila akan melakukan kejahatan. Dengan berfungsinya

laboratorium forensik secara efektif, masyarakat akan mengalami

perkembangan dalam arti perkembangan prilaku dalam masyarakat.

Dengan demikian tatanan hokum dalam proses perkembangannya

Page 11: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

lambat laun diharapkan tercermin dalam jiwa para individu sebagai

anggota masyarakat.

II. 1. 4 Jenis Pelayanan Laboratorium ForensikLaboratorium Forensik memberikan pelayanan bagi Aparat

Penegak Hukum serta masyarakat umum yang memerlukan jasa

pemeriksaan atau pelayanan umum untuk mendapatkan rasa

keadilan dan atau keperluan lainnya.

a. Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik (Biddokupalfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang

bukti dokumen (tulisan tangan, tulisan ketik, dan tanda tangan),

uang palsu (uang kertas RI, uang kertas asing, dan uang logam) dan

produk cetak (produk cetak konvensional, produk cetak digital, dan

cakram optik) serta memberikan pelayanan umum forensik

kriminalistik.

b. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Bidbalmetfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang

bukti senjata api (senjata api, peluru dan selongsong peluru), bahan

peledak (bahan peledak, komponen-komponen bom, dan bom pasca

ledakan (post blast) dan metalurgi (bukti nomor seri, kerusakan

logam), dan kecelakaan konstruksi serta memberikan pelayanan

umum forensik kriminalistik.

c. Bidang Fisika dan Komputer Forensik (Bidfiskomfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang

bukti uji kebohongan (lie detector), jejak, radioaktif, konstruksi

bangunan, peralatan teknik, kebakaran/pembakaran, dan komputer

(suara dan gambar (audio/video), komputer & telepon genggam

(computer & mobile phones), dan kejahatan jaringan

internet/internet (cyber network) serta memberikan pelayanan

umum forensik kriminalistik.

Page 12: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

d. Bidang Kimia, Toksikologi, dan Biologi Forensik

(Bidkimbiofor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan laboratoris kriminalistik barang bukti kimia

(bahan kimia yang belum diketahui (unknown material), dan bahan

kimia produk industri), biologi/serologi (serologi, biologi molecular,

dan bahan-bahan hayati) dan toksikologi atau lingkungan hidup

(toksikologi, mikroorganisme, dan pencemaran lingkungan hidup),

serta memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik.

e. Bidang Narkotika, Psikotropika dan obat berbahaya forensik

(Bidnarkobafor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik

barang bukti narkotika (narkotika bahan alam, bahan sintesa &

semi sintesa, dan cairan tubuh), psikotropika (bahan & sediaan

psikotropika, laboratorium illegal (clandestine labs) bahan

psikotropika) dan obat (bahan kimia obat berbahaya, bahan kimia

adiktif, dan prekursor). Serta memberikan pelayanan umum

forensik kriminalistik.

II. 2 Sub Bidang SerologiII. 2. 1 Pengertian Forensik Serologi

Seiring dengan pesatnya perkembangan bidang ilmu biologi

molekuler (imunologi dan genetik) belakangan ini, pemanfaatan

bidang ilmu ini dalam proses peradilan meningkat dengan sangat

pesat. Baik darah maupun cairan tubuh lainnya paling sering

digunakan / diterima sebagai bukti fisik dalam tindak kejahatan.

Seperti pada kasus keracunan, dalam pembuktian dugaan tersebut,

seorang dokter kehakiman bekerjasama dengan toksikolog forensic

untuk melakukan penyidikan. Dalam hal ini barang bukti yang paling

sahih adalah darah dan/atau cairan tubuh lainnya. Toksikolog forensik

akan melakukan analisis toksikologi terhadap sampel biologi tersebut,

mencari senyawa racun yang diduga terlibat. Berdasarkan temuan dari

Page 13: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

dokter kehakiman selama otopsi jenasah dan hasil analisisnya,

toksikolog forensik akan menginterpretasikan hasil temuannya dan

membuat kesimpulan keterlibatan racun dalam tindak kejahatan yang

dituduhkan. Sejak awal perkembanganya pemanfaatan serologi /

biologi molekuler dalam bidang forensik lebih banyak untuk keperluan

identifikasi personal (perunutan identitas individu) baik pelaku atau

korban. Sistem penggolongan darah (sistem ABO) pertama kali

dikembangkan untuk keperluan penyidikan (merunut asal dan sumber

bercak darah pada tempat kejadian). Belakangan dengan pesatnya

perkembangan ilmu genetika (analisis DNA) telah membuktikan,

bahwa setiap individu memiliki kekhasan sidik DNA, sehingga kedepan

sidik DNA dapat digunakan untuk menggantikan peran sidik jari, pada

kasus dimana sidik jari sudah tidak mungkin bisa diperoleh. Dilain hal,

analisa DNA sangat diperlukan pada penyidikan kasus pembunuhan

mutilasi (mayat terpotong-potong), penelusuran paternitas (bapak

biologis). Analisa serologi/biologi molekuler dalam bidang forensik

bertujuan untuk:

a. Uji darah untuk menentukan sumbernya (darah manusia atau

hewan, atau warna darigetah tumbuhan, darah pelaku atau

korban, atau orang yang tidak terlibat dalamtindak kejahatan

tersebut)

b. Uji cairan tubuh lainnya (seperti: air liur, semen vagina atau

sperma, rambut, potongan kulit) untuk menentukan sumbernya

(“origin”).

c. Uji imonologi atau DNA individu untuk mencari identitas

seseorang.

Forensik Serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan

untuk menganalisis darah dan cairan tubuh dalam berbagai tindak

pidana. Ilmu serologi memungkinkan para ilmuwan forensic untuk

membedakan cairan tubuh yang ditemui di tempat kejadian dan

kemudian melakukan berbagai tes untuk mengindentifikasi darimana

cairan ini berasal. Meskipun analisis DNA dan sidik jari adalah lebih

akurat untuk mengindentifikasi seorang individu, namun pemeriksaan

Page 14: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

serologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah disamping

memberikan data akurat.

Terdapat banyak jenis cairan yang dihasilkan dalam tubuh

manusia dan tetap ada didalam tubuh pada setiap waktu. Cairan ini

sangat berguna untuk membantu ahli forensic dan ahli patologi dalam

mengumpulkan bukti, menentukan bagaimana kematian seseorang

dapat terjadi, dan dapat juga mengidentifikasi pelaku tindak pidana.

II. 2. 2 Pemeriksaan DarahDarah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah

kering. Karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

Darah akan mengering setelah kontak dengan udara luar dalam waktu

3-5 menit. Begitu darah mengering, maka darah akan berubah warna

dari merah menjadi coklat kehitaman. Darah pada kasus criminal dapat

berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari

genangan darah akan diperoleh nilai yang lebih baik untuk

mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat diperkirakan

jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu

forensic mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa

jatuhnya darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 0-2 feet akan

membentuk percikan bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah

pada lantai atau dinding akan dapat menunjukkan arah usapan,

biasanya pada awal usapan adalah bentuk yang besar dan kemudian

mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji

dengan tes kristalin unuk menentukan darah tersebut benar darah

atau bukan.

Pemeriksaan darah pada forensic sebenarnya bertujuan untuk

membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan

pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu harus dapat

memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu

perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :

a. Bercak tersebut benar darah

b. Darah dari manusia atau hewan

c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Page 15: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, harus dilakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai beriku :

a. Pemeriksaan penyaringan (presumptive test)

b. Pemeriksaan meyakinkan / tes konfirmasi pada darah

Untuk menentukan apakah suatu noda merupakan bercak darah

atau bukan adalah dengan menggunakan tes presumtif. Tes ini

memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu mengeliminasi

substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan

(positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah

satu adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat memberikan

efek ketika bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara sederhana

dan cepat untuk membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut

adalah darah.

Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan

kemungkinan hasil yang false positive (pemutih yang bereaksi dengan

luminol) atau hasilnya yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi

belum tentu berasal dari manusia). Tes presumtif yang umum

dilakukan untuk darah adalah phenolphthalein, luminol, hemastix, dan

leuco-crystal violet.

Tabel. Pemeriksaan Laboratorium Pada Bercak Darah yang KeringTujuan Pemeriksaan Metode

PemeriksaanHasil yang diharapkan

1. Menentukan Bercak darah

2. Menentukan darah manusia

3. Menentukan golongan darah

Pendahuluan:Tes BenzidineTes LuminolPenentuan:Tes Teichmann

Tes Takayama

Tes precipitin

Absorption Elution

Terjadinya warna hijau-biruBercak Bersinar

Kristal hemin-HCl berbentuk batang, warna coklatKristal pyridine-hemochromogen berbentuk bulu, warna jinggaTerjadinya presipitasi

Terjadinya aglutinasi

Page 16: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Tes Benzidine ialah hemoglobin darah dapat mengadakan

aktifitas seperti enzim peroxidase, enzim yang mempercepat oksidasi.

Reaksi yang terjadi adalah

Hemoglobin – Hidrogen – Peroksida H2O – On

Benzidine – On perubahan warna (hijau-biru)

Reagensia Benzidine dibuat dari larutan jenuh Kristal benzidine

dalam asam asetat glasial.

Cara Pemeriksaan : Bercak yang diduga bercak darah di gosok dengan

kertas saring, bercak yang menempel pada kertas saring kemudian

diteteskan dengan 1 tetes Hidrogen-peroksida 20% dan 1 tetes

reagensia benzidine.

Tes Luminol merupakan tes yang paling sensitive untuk

mendeteksi darah. Bercak darah bila disemprot dengan reagensia

luminol akan bersinar mengeluarkan cahaya (Luminescense), dengan

demikian tes ini dapat untuk tes penyaring, karena dapat dilakukan

dengan cepat.

Cara Pemeriksaan : Objek yang akan diperiksa disemprot dengan

reagensia, oleh karena yang akan dilihat adanya keluarnya sinar dari

bercak, maka pemeriksaan dilakukan didalam ruang yang gelap.

Uji Teichmann : Seujung jarum bercak diletakkan pada gelas

objek, ditambahkan 1 butir Kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glasial,

tutup kaca dengan kaca penutup dan dipanaskan. Uji yang posesif akan

terlihat secara mikroskopis adanya Kristal-kristal hemin HCL

berbentuk batang dan berwarna coklat.

Uji Takayama : Seujung jarum bercak kering diletakkan pada

gelas objek, teteskan 1 tetes reagensia, tutup dengan kaca penutup

kemudian dipanaskan. Hasil yang positif secara mikroskopis akan

tampak Kristal pyridine hemochromogen yang berbentuk bulu dan

berwarna jingga.

Reagensia Takayama dibuat dari 3 ml pyridine redistilled ditambah

3 ml larutan glukosa jenuh, 3 ml NaOH 10% dan 7 ml aquades.

Uji Precipitin dilakukan terlebih dahulu dengan membuat serum

anti manusia (human anti serum). Antiserum ditempatkan pada tabung

Page 17: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-

hati pada bagian tepi antiserum. Hasil positif akan diketahui dengan

terbentuknya presipitasi diantara antiserum dengan ekstrak, presipitat

yang terbentuk tampak sebagai daerah yang keruh.

Absorption-elution digunakan untuk menentukan golongan

darah pada bercak darah yang kering.

Cara Pemeriksaan : Anti serum diteteskan pada bercak darah,

dibiarkan untuk beberapa saat supaya antibody bereaksi mengikat

antigen. Serum yang tidak berekasi dicuci supaya antibody yang

berlebihan dapat dihilangkan. Dengan terbentuknya ikatan antibody

dengan antigen, maka ikatan tersebut dalam dilepaskan lagi dengan

proses yang dikenal dengan nama elution. Untuk itu bahan yang

diperiksa harus dipanaskan dalam temperature 55℃, dengan

demikian ikatan antibody dengan antigen akan terlepas. Antibody yang

terlepas kemudian ditambah dengan sel darah merah yang telah

diketahui golongan darahnya, dengan demikian ada tidaknya aglutinasi

dapat dilihat, golongan darah dari bercak dapat diketahui.

Page 18: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Dari bentuk sifat bercak darah dapat diketahui :

Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan

Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban

maupun dari si pelaku kejahatan.

Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembukuh balik

(pada luka yang dangkal), akan berwarna merah gelap

sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang

dalam) akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari

saluran pernapasan atau paru-paru berwarna merah terang

dan berbuih (jika telah mengering tampak seperti gambaran

sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan

akan berwarna merah-coklat sebagai akibat dari

bercampurnya darah dengan asam lambung.

Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru

bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan

mengering sedangkan warna darah akan berubah menjadi

coklat dalam waktu 10-12 hari. Oleh karena banyak faktor

yang mempengaruhi darah maka didalam prakteknya hanya

disebutkan bahwa darah tersebut “sangat baru” (beberapa

hari), “baru”, “tua”, dan “sangat tua” (beberapa tahun): yaitu

berdasarkan perubahan-perubahan warna serta perbandingan

jumlah dengan intensitas reaksi terhadap uji-uji yang

dilakukan di laboratorium.

Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan

posisi korban sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh

diri dengan memotong leher dalam posisi tegak atau pada kasus

pembunuhan dimana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran

darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah.

Dari distribusi darah yang terdapat dilantai dapat diduga apakah

kasusnya kasus bunuh diri (tergenang, setempat) ataukah

pembunuhan (bercak dan genangan dan darah tidak beraturan, sering

tampak tanda-tanda bahwa korban berusaha menghindar atau tampak

bekas diseret).

Page 19: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini

golongan darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai

penabrak dibandingkan dengan golongan darah korban akan

bermakna dan memudahkan proses penyidik.

II. 2. 3 Pemeriksaan Cairan ManiCairan mani merupakan cairan agak putih kekuningan, keruh dan

berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat

enzim proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10 – 20

menit). Dalam keadaan normal, volume cairan mani 3 – 5 ml pada 1 kali

ejakulasi dengan pH 7,2 – 7,6.

Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel

lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang

mengandung spermion dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam.

Spermatozoa mempunyai bentuk yang khas untuk spesies tertentu

dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai 120 juta per

ml.

Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak

Page 20: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

dalam waktu 4 – 5 jam post-coitus, sperma masih dapat ditemukan

tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam post coital dan bila wanitanya

mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari

Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan :

1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani

dalam labia minor atau vagina yang diambil dari forniks

posterior

2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul

melalui penentuan adanya cairan mani pada pakaian, seprai,

kertas tissue, dsb.

Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium

untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu

dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau

diambil dengan ose batang gelas, atau swab. Bahan diambil dari forniks

posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada anak-anak atau bila

selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari

vestibulum saja.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :

1. Penentuan spermatozoa (mikroskopis)

Tujuan : Menentukan adanya sperma

- Bahan pemeriksaan : cairan vagina

- Metode pemeriksaan :

Tanpa pewarnaan

Untuk melihat motilitas spermatozoa. Pemeriksaan ini

paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya

persetubuhan.

Cara pemeriksaan :

Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian

ditutup. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali.

Perhatikan pergerakkan spermatozoa.

Page 21: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Hasil :

Umumnya disepakati dalam 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih

dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid

akan memperpanjang waktu ini sampai 3 – 4 jam. Berdasarkan

beberapa penelitian, dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih

dapat ditemukan 3 hari, kadang – kadang sampai 6 hari pasca

persetubuhan. Pada orang mati, spermatozoa masih dapat

ditemukan hingga 2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin

lebih lama lagi.

Dengan Pewarnaan

Cara pemeriksaan :

Buat sediaan apus dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan

apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, biru metilen atau

hijau malakit. Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk

kepentingan forensik adalah pulasan dengan hijau malakit dengan

prosedur sebagian berikut :

Buat sediaan apus dari cairan vaginal pada gelas objek, keringkan

diudara, dan fiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut

pada nyala api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air,

tunggu 10-15 menit, cuci dengan air, warnai dengan larutan Eosin

Yellowish 1 % dalam air, tunggu selama 1 menit, cuci lagi dengan air,

keringkan dan periksa dibawah mikroskop.

Hasil :

Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit

tidak terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan

leukosit tidak terwarnai. Kepala spermatozoa tampak merah dan

lehernya merah muda, ekornya berwarna hijau

Bila persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak

ada ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi.

Bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan penentuan cairan mani

dalam cairan vagina.

Page 22: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Penentuan Cairan Mani (kimiawi)

Untuk membuktikan terjadinya ejakulasi pada persetubuhan dari

ditemukan cairan mani dalam sekret vagina, perlu dideteksi adanya

zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani, yaitu dengan

pemeriksaan laboratorium :

a. Reaksi Fosfatase Asam

Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan

apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan, sehingga

harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan

mani sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Reaksi fosfatase asam

dilakukan bila pada pemeriksaan tidak ditemukan sel

spermatozoa. Tes ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat

terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah dan tumbuh-

tumbuhan.

Dasar reaksi (prinsip) :

Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan

oleh kelenjar prostat. Enzim fosfatase asam menghidrolisis

natrium alfa naftil fosfat. Alfa naftol yang telah dibebaskan akan

bereaksi dengan brentamin menghasilkan zat warna azo yang

berwarna biru ungu. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah

cairan vaginal.

Reagen :

Larutan A

Brentamin Fast Blue B 1 g (1)

Natrium asetat trihidrat 20 g (2)

Asam asetat glasial 10 ml (3)

Askuades 100 ml (4)

(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan

penyangga dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan

peyangga tersebut.

Larutan B

Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.

Page 23: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu saring cepat ke

dalam botol yang berwarna gelap. Jika disimpan dilemari es,

reagen ini dapat bertahan berminggu-minggu dan adanya

endapan tidak akan mengganggu reaksi.

Cara pemeriksaan :

Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang

terlebih dahulu dibasahi dengan aquades selama beberapa menit.

Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan / diteteskan

dengan reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan

sampai timbul warna ungu, karena intensitas warna maksimal

tercapai secara berangsur-angsur.

Hasil :

Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan

warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang

mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna

secara berangsur-angsur.

Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan

mani. Bila 30 – 65 detik, masih perlu dikuatkan dengan

pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat

menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena

pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa

positif.

Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan

waktu reaksi rata-rata 90 – 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-

bakteri dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.

b. Reaksi Florence

Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermia/tidak ditemukan

spermatozoa atau cara lain untuk menentukan semen tidak dapat

dilakukan.

Dasar :

Menentukan adanya kolin.

Reagen (larutan lugol) dapat dibuat dari :

Kalium yodida 1,5 g

Page 24: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Yodium 2,5 g

Akuades 30 ml

Cara pemeriksaan :

Cairan vaginal ditetesi larutan reagen, kemudian lihat dibawah

mikroskop.

Hasil :

Bila terdapat mani, tampak kristal kolin periodida coklat

berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.

Test ini tidak khas untuk cairan mani karena bahan yang berasal

dari tumbuhan atau binatang akan memperlihatkan kristal yang

serupa tetapi hasil postif pada test ini dapat menentukan

kemungkinan terdapat cairan mani dan hasil negative

menentukan kemungkinan lain selain cairan mani.

c. Reaksi Berberio

Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak

ditemukan spermatozoa.

Dasar reaksi :

Menentukan adanya spermin dalam semen.

Reagen :

Larutan asam pikrat jenuh.

Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :

Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan

pada kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup.

Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.

Hasil :

Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan

berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat

garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula

berbentuk ovoid.

Pemeriksaan bercak cairan mani pada pakaian

a. Secara Visual

Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap

daripada sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna

Page 25: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

kekuningan. Pada bahan sutera / nilon, batas sering tidak

jelas, tetapi selalu lebih gelap daripada sekitarnya. Pada

tekstil yang tidak menyerap, bercak segar menunjukkan

permukaan mengkilat dan translusen kemudian mengering.

Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning

sampai coklat. Pada tekstil yang menyerap, bercak segar

tidak berwarna atau bertepi kelabu yang berangsur-angsur

menguning sampai coklat dalam waktu 1 bulan. Dibawah

sinar ultraviolet, bercak semen menunjukkan flouresensi

putih. Bercak pada sutera buatan atau nilon mungkin tidak

berflouresensi. Flouresensi terlihat jelas pada bercak mani

pada bahan yang terbuat dari serabut katun. Bahan

makanan, urin, sekret vagina, dan serbuk deterjen yang

tersisa pada pakaian sering berflouresensi juga.

b. Secara Taktil

Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang

tidak menyerap, bila tidak teraba kaku, masih dapat

dikenali dari permukaan bercak yang teraba kasar.

c. Skrining Awal (Dengan Reagen Fosfatase asam)

Cara pemeriksaan : Sehelai kertas saring yang telah

dibasahi akuades ditempelkan pada bercak yang dicurigai

selama 5 – 10 menit. Keringkan lalu semprotkan / teteskan

dengan reagen. Bila terlihat bercak ungu, kertas saring

diletakkan kembali pada pakaian sesuai dengan letaknya

semula untuk mengetahui letak bercak pada kain.

II. 3 ISO/IEC 17025: 2008A. Persyaratan Manajemen

1. OrganisasiLaboratorium harus merupakan kesatuan yang legal dapat dipertanggung

jawabkan, memuaskan kebutuhan pelanggan, mencakup pekerjaan di lab.

permanen, di luar lab. permanen dan atau di lab. sementara / bergerak,

dan bersifat independen.

2. Sistem mutu

Page 26: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Laboratorium harus menetapkan, menerapkan, memelihara,

mendokumentasikan dan mengkomunikasikan Sistem Mutu

3. Pengendalian Dokumen

Laboratorium harus memelihara dan mengendalikan semua dokumen

yang merupakan bagian dari sistem mutu

4. Kaji Ulang Permintaan, Tender & KontrakLaboratorium harus melakukan kaji ulang yang berkaitan dengan kontrak

pengujian, dan perbedaan apapun antara permintaan, tender dan kontrak

harus diselesaikan sebelum pekerjaan dilakukan. Setiap kontrak dibuat

atas persetujuan Laboratoriun dan pelanggan

5. Subkontrak Pengujian

Laboratorium dapat mensubkontrakkan pekerjaan kepada laboratorium

lain (subkontraktor) yang kompeten.

6. Pembelian Jasa dan PembekalanLaboratorium harus memilih dan membeli jasa dan pembekalan yang

penggunaannya mempengaruhi mutu penguji, dan memastikan bahwa

jasa dan pembekalan yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang

diperlukan

7. Pelayanan Kepada PelangganLaboratorium harus melakukan kerja sama dengan pelanggan

sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakannya dengan tetap

menjaga kerahasiaan pelanggan lainnya

8. PengaduanLaboratorium harus menyelesaikan pengaduan dari pelanggan atau

pihak-pihak lain

9. Pengendalian Pekerjaan Pengujian/Kalibrasi Yang Tidak Sesuai

Laboratorium harus mengendalikan pekerjaan pengujian atau aspek

apapun yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan atau

persyaratan pelanggan yang telah disepakati

10. PeningkatanLaboratorium harus meningkatkan efisiensi sistemmanajemen mutu

secara berkelanjutan

11. Tindakan Perbaikan

Page 27: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

Laboratorium harus melakukan tindakan perbaikan terhadap pekerjaan

yang tidak sesuai atau menyimpang dari sistem mutu yang telah

ditetapkan, atau pelaksanaan teknis yang telah diidentifikasi

12. Tindakan PencegahanLaboratorium harus melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya ketidak sesuaian yang serupa, atau untuk

melakukan pengembangan sistem mutu

13. Pengendalian Rekaman

Laboratorium harus mengendalikan semua rekaman mutu dan rekaman

teknis termaksuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya.

14. Audit InternalSecara periodik laboratorium harus melakukan audit internal sistem

mutu yang dilaksanakan oleh auditor internal yang terlatih

15. Kaji Ulang Manajemen

Laboratorium harus melakukan kaji ulang manajemen minimal 1 kali

dalam setahun, untuk memastikan kesinambungan dan efektifitas

penerapan sistem mutu

B. Persyaratan Teknis1. Umum

1.1 Berbagai faktor yang menentukan kebenaran dan kehandalan

pengujian/kalibrasi adalah faktor manusia, kondisi akomodasi dan

lingkungan, metode pengujian metode kalibrasi validasi metode,

peralatan, ketertelusuran pengukuran, pengambilan sampel,

penanganan sampel.

1.2 Setiap faktor tersebut mempunyai kontribusi pada ketidakpastian

pengukuran. Laboratorium memperhitungkan faktor-faktor tersebut

dlm mengembangkan metode pengujian/kalibrasi, dlm pelatihan dan

kualifikasi pesonel dan pemilihan peralatan.

2. PersonelSemua pekerjaan di laboratorium dilaksanakan oleh personel yang

kompeten dibidangnya

Page 28: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

3. Kondisi Akomodasi Dan Lingkungan

Laboratotium harus dilengkapi dengan fasilitas yang mampu menjamin

kebenaran unjuk kerja pengujian serta mengendalikan lingkungan yang

dapat mempengaruhi mutu hasil

4. Metoda Pengujian Dan Validitas Metoda

Laboratotium harus manggunakan metoda pengujian/kalibrasi yang

memenuhi keinginan pelanggan dan sesuai dengan lingkup kegiatannya,

dan yang secara teknis siap digunakan

5. PeralatanLaboratorium harus dilengkapi dengan peralatan untuk menunjang

kegiatannya yang mampu menghasilkan data yang absah dan akurasi

yang diperlukan.

6. Ketelusuran PengukuranSemua pengukuran yang dilakukan di laboratotium harus tertelusur ke

standar nasional/internasional atau pada bahan acuan yang bersertifikat.

7. Pengambilan SampelLaboratorium yang melakukan pengambilan sampel harus mempunyai

rencana dan prosedur pengambilan sampel yang akan diuji, untuk

menghasilkan informasi yang diperlukan.

8. Penanganan Barang Yang Diuji Dan DikalibrasiLaboratorium yang melindungi keutuhan barang yang akan diuji dan

memberikan perlindungan atas kepentingan laboratorium dan pelanggan

9. Jaminan Mutu Hasil PengujianLaboratorium yang melakukan pengendalian untuk memantau unjuk

kerja dan keabsahan pengujian/kalibrasi yang dilakukan

10. Pelaporan HasilLaboratorium yang melaporkan setiap hasil pekerjaannya dengan akurat,

jelas, tidak meragukan dan objektif dalam bentuk laporan hasil pengujian

yang digunakan

Page 29: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

III. FAKTA EMPIRIK

Fakta yang ditemukan peneliti dalam lapangan adalah terkait dengan

persyaratan teknis yang menyangkut dengan kesediaan personil. Padahal ISO

17025: 2008 menjelaskan yang terkait dengan personil bahwa manajemen

laboratorium harus memastikan kompetensi semua personil yang

mengoperasikan peralatan tertentu, melakukan pengujian, mengevaluasi hasil,

dan menandatangani laporan pengujian. Kemampuan kerja setiap individu, yang

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

Laboratorium forensic yang bertempat di kepolisian daerah Surabaya,

personil setempat mengatakan bahwa mereka kekurangan personil khususnya

dalam bidang kimia biologi forensic. Mereka membutuhkan banyak personil

yang memiliki kompetensi dan dapat mengoperasikan alat-alat disana secara

tepat. Mereka mengaku kewalahan bila terjadi kasus besar karena alat sudah ada

dan memenuhi ISO tetapi kekurangan personil.

Page 30: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

IV. ANALISIS

Tata Cara Pemeriksaan Bidang Serologi

Adapun dalam pemeriksaan sub bidang serologi memiliki

persyaratan dalam mengambil bukti maupun memeriksa, sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan barang bukti material Biologi dilaksanakan di

Labfor Polri dan/atau di TKP.

2. Barang bukti material Biologi sebagaimana dimaksud antara lain

darah kering, darah segar, dan jaringan tubuh; rambut; air

mani/sperma; saliva/air liur, tumbuh-tumbuhan; polen; mikro

organisme dalam tanah; dan daging hewan.

Darah Segar

1. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi

2. Tekan permukaan darah dengan sepotong kertas saring atau kain kasa/kain

putih yang bersih, sehingga darah terserap

3. Dalam hal darah ditemukan di beberapa lokasi, maka pada setiap lokasi

digunakan kertas saring atau kain kasa/kain putih tersendiri

4. Serapan darah dikeringkan di ruang terbuka dengan di angin-anginkan

tanpa menggunakan alat pengering dan tidak boleh langsung terkena sinar

matahari

5. Serapan darah yang diambil dari masing-masing lokasi dimasukkan secara

terpisah ke dalam amplop/sampul atau wadah/kantong plastik, kemudian

dibungkus dan masing-masing diikat dilak, disegel, dan diberi label.

Darah Kering

1. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi

2. Kerik darah kering dengan menggunakan alat kerik yang tajam dan bersih

3. Kerikan darah ditampung pada sehelai kertas putih bersih kemudian dilipat

dan dimasukkan ke dalam amplop yang diberi label

4. Dalam hal ditemukan lebih dari satu lokasi darah kering, setiap lokasi

menggunakan alat kerik yang berbeda, tidak menggunakan yang bekas

5. Hasil kerikan dari setiap lokasi yang berbeda ditampung secara terpisah

Page 31: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

6. Dalam hal bercak darah kering yang tipis dan sulit untuk dikerik, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

Mengambil sepotong kain katun putih dan membasahi kain tersebut

dengan air suling/aquadest sampai lembab

Kain basah tersebut disapukan pada permukaan bercak darah,

sehingga bercak darah terserap

Serapan darah dikeringkan di ruang terbuka dengan di angin-anginkan

tanpa menggunakan alat pengering dan tidak boleh langsung

terkena sinar matahari, kemudian serapan dimasukkan dalam

amplop/sampul kemudian diikat dilak, disegel, dan diberi label.

Rambut

1. Rambut diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang bukti rambut

2. Rambut dimasukan ke dalam lipatan kertas putih, lipatan kertas putih

dimasukan kedalam amplop dan diberi label

3. Apabila terdapat beberapa rambut, gunakan lipatan kertas putih yang

berbeda

4. Diperlukan bahan pembanding rambut tersangka/korban, dengan jumlah

paling sedikit 3 helai rambut berikut akarnya

5. Rambut pembanding dibungkus secara terpisah, kemudian diikat, dilak,

disegel, dan diberi label

Air Mani/Sperma

1. Air mani/sperma diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang bukti

air mani/sperma

2. Air mani/sperma dalam keadaan kering

3. Air mani/sperma yang menempel pada barang yang mudah diangkat (antara

lain baju, sprei, sarung bantal, dan handuk), dikirimkan beserta barangnya

4. Air mani/sperma yang menempel pada barang yang sulit diangkat (antara

lain kasur dan karpet), dikirimkan bagian yang ada air mani/spermanya

5. Air mani/sperma yang terdapat pada lantai, dikeringkan dan dikerik dengan

alat yang tajam yang bersih, dimasukan ke dalam lipatan kertas putih,

lipatan kertas putih dimasukkan ke dalam amplop/sampul serta diberi label

Page 32: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

6. Setiap barang bukti dijaga agar tidak terkontaminasi, dibungkus secara

terpisah, kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label

7. Apabila ditemukan air mani/sperma pada bagian tubuh korban hidup (paha

dan vagina) agar meminta bantuan suster/dokter bidan Puskesmas

setempat guna mengambil/mengumpulkan barang bukti air mani/sperma

tersebut

8. Diperlukan bahan pembanding air mani/sperma tersangka

9. Air mani/sperma pembanding dibungkus secara terpisah, kemudian diikat,

dilak, disegel, dan diberi label

Apabila ditemukan pada benda yang mudah diangkat seperti pada pakaian

dalam dan luar, sprei, sarung bantal, dan handuk dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Kumpulkan dan pilahkan masing-masing benda tersebut

2. Apabila benda-benda tersebut basah atau lembab keringkan dahulu

dengan cara mengangin-anginkan sebelum dibungkus.

Apabila ditemukan pada benda yang sulit diangkat seperti kasur atau karpet

lakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gunting bagian kasur atau karpet yang mengandung air mani dengan hati-

hati

2. Masukkan guntingan kasur atau karpet yang mengandung air mani

tersebut ke dalam sampul.

Apabila ditemukan pada benda yang sulit diangkat seperti lantai lakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontaminasi

2. Kerik air mani/sperma dengan menggunakan alat yang tajam dan bersih

3. Kerikan air mani/sperma ditampung pada sehelai kertas putih bersih

kemudian dilipat dan dimasukkan ke dalam amplop, kemudian diikat,

dilak, disegel, dan diberi label

4. Dalam hal ditemukan lebih dari satu lokasi air mani/sperma, setiap lokasi

menggunaan alat tajam yang berbeda, tidak menggunakan yang bekas

5. Hasil kerikan dari setiap lokasi yang berbeda ditampung secara terpisah.

Saliva/Air Liur

Page 33: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

1. Saliva/air liur diambil sesuai dengan tata cara pengambilan barang bukti

Saliva/air liur

2. Saliva/air yang terdapat pada barang yang dapat diangkat seperti puntung

rokok, diangkat seluruh barangnya

3. Saliva/air yang terdapat pada barang yang tidak dapat diangkat seperti

bekas gigitan, diambil dengan cara menyerapnya dengan kertas saring,

kemudian di angin-anginkan hingga kering

4. Diperlukan bahan pembanding berupa darah tersangka

5. Masing masing barang bukti dan bahan pembanding dibungkus secara

terpisah, kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label

6. Barang bukti saliva/air liur dapat ditemukan pada puntung rokok atau

benda-benda bekas gigitan

7. Ambil puntung rokok atau benda bekas gigitan yang dapat diangkat dengan

menggunakan pinset, masukan ke dalam amplop, kemudian diikat, dilak,

disegel, dan diberi label

8. Apabila terdapat beberapa puntung rokok atau benda bekas gigitan yang

dapat diangkat , masing-masing dibungkus secara terpisah

9. Apabila benda bekas gigitan tidak dapat diangkat, serap saliva/air liur dari

benda tersebut dengan menggunakan kertas saring atau kain kasa/kain

putih, angin-anginkan hingga kering, masukan ke dalam kantong plastik,

kemudian diikat, dilak, disegel, dan diberi label.

Hambatan Laboratorium Forensik Dalam Melaksanakan Tugas dan

Fungsinya

Yang dimaksud hambatan dalam hal ini adalah hal-hal atau keadaan yang

menjadi faktor penghambat berkembangnya Laboratorium Forensik pada

umumnya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Faktor penghambat yang

dimaksud adalah kurangnya tenaga ahli yang dimiliki oleh pihak Laboratorium

Forensik sehingga barang bukti yang di kirim ke laboratorium untik diperiksa

menjadi terlambat.

Page 34: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peranan Laboratorium forensik dalam penyelesaian kasus pada

umumnya sudah dapat dikatakan sangat efektif dilihat dari peranannya

sebagai tempat pemeriksaan barang bukti di Laboratorium Forensik guna

kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya bidang serologi. Tidak

sampai disitu saja peranan Laboratorium Forensik sangat penting dalam

hal menentukan jenis golongan darah, kandungan yang terdapat dalam

cairan-cairan lainnya yang terdapat dalam tubuh dari hasil uji Labfor

tersebut dapat diketahui golongan darah, kemudian setelah mengetahui

golongan darah tersebut dari hasil pemeriksaan penyidik dapat

menentukan siapa orang yang terkait dengan kasus tersebut atau

langsung menemukan tersangka dan menetapkan pasal yang akan

disangkakan bagi para tersangka atau terdakwa. Pemeriksaan yang

dilakukan melalui Laboratorium Forensik sangat besar pengaruhnya

dalam mendukung keyakinan hakim, dalam hal membantu hakim dalam

memutus suatu perkara dengan adanya peran Labfor dalam sistem

pembuktian atau sebagai alat bukti di persidangan.

2. Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak

terlepas dari hambatan, yaitu dalam kekurangan tenaga ahli yang

berkompetensi yang sesuai dengan standar ISO/IEC 17025: 2008.

B. Saran

1. Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar

senantiasa tetap meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat

khususnya pihak yang meminta pemeriksaan secara Laboratoris,

mengingat pentingnya peranan yang diberikan dalam proses pembuktian

perkara di pengadilan.

2. Hendaknya laboratorium forensik lebih banyak memiliki staf ahli dalam

pemeriksaan barang bukti sehingga proses pemeriksaan dapat berjalan

dengan cepat.

Page 35: Laporan Tata Laksana Laboratorium Forensik Pada Bidang Serologi

DAFTAR PUSTAKA

Eckert, W. G. (1980). Introduction to Forensic Sciences. United States of America: C. V. Mosby Company.

Hamdani, N. (1992). Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ismail. (2014). Peranan Laboratorium Forensik Cabang Makassar Dalam Penyelesaian Kasus Narkotika Di Pare-Pare. Universitas Hasanuddin Makassar

http://www.labfor.polri.go.id/

http://wartalabfor.blogspot.com/

Selo, S & Soemardi, S. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta.

Makarim, E. (2005). Pengantar Hukum Telematika, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muller, J. (2006). Perkembangan Masyarakat Lintas Ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wirasuta, I. M. A. G. (2012). Pengantar Menuju Ilmu Forensik.