LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 -...

123

Transcript of LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 -...

Page 1: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian
Page 2: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2011

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN2012

Page 3: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

LAPORAN TAHUNAN

T.A. 2011

Tim Penyusun

Penanggung Jawab : Handewi P. Saliem

Ketua : Sri Hery Susilowati

Sekretaris : Nur Khoiriyah Agustin

Anggota : Erizal JamalSupena FriyatnoYuni MarisaAshariAgus SubektiHermantoYana SupriyatnaAhmad Makky Ar-Rozi

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN2012

Page 4: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

i

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawabansebagai institusi pemerintahan negara dalam melaksanakan kegiatannya sesuaidengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang diembannya. Tupoksi Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), yaitu mengembangkan kemampuandalam menganalisis berbagai permasalahan sosial ekonomi pertanian di tingkatpedesaan, wilayah, nasional, kawasan, dan internasional, dalam rangkamenghasilkan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.

Laporan Tahunan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan olehPusat Sosial Ekonomi dan kebijakan Pertanian selama tahun anggaran 2011.Materi pokok yang disajikan dalam laporan meliputi struktur organisasi PSEKP,sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaanhasil analisis, pelayanan dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi.Khusus untuk kegiatan penelitian, disajikan sinopsis hasil-hasil penelitian yangtelah dilakukan PSEKP pada tahun 2011.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu secara langsungmaupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini disampaikan terimakasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihakyang membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun diharapkan untukperbaikan di masa mendatang.

Bogor, Desember 2011

Kepala Pusat,

Dr. Handewi P. SaliemNIP. 19570604 198103 2 001

Page 5: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian
Page 6: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian
Page 7: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian
Page 8: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

iii

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR .............................................................................................. iDAFTAR ISI .............................................................................................................. iiiDAFTAR TABEL ...................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 11.1. Visi dan Misi ............................................................................................. 11.2. Tupoksi Sasaran dan Struktur Organisasi ............................................ 11.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian .................................... 2

II. SUMBERDAYA MANUSIA .......................................................................... 4

III. SARANA DAN PRASARANA ..................................................................... 83.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) ................................... 83.2. Barang – Barang Bergerak ....................................................................... 83.3. Anggaran DIPA PNBP dan Kerja Sama Penelitian ............................. 9

IV. PROGRAM ....................................................................................................... 164.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan ................................................................. 164.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2011 ................... 164.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2011 (DIPA

dan Ristek) dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program ..................... 18

V. SINOPSIS ......................................................................................................... 23A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2011 ............. 235.1. Analisis Penentuan ICOR untuk Perencanaan Investasi dalam

Rangka Pembangunan Sektor Pertanian ............................................. 235.2. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya

Meningkatkan Pasar Ekspor Indonesia ............................................... 245.3. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kerawanan Pangan

Temporer/Musiman .............................................................................. 265.4. Peningkatan Akses Petani terhadap Permodalan di Daerah Lahan

Marjinal .................................................................................................... 285.5. Penentuan Desa Calon Lokasi PUAP 2011 dan Evaluasi

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ..................................... 30

Page 9: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

iv

5.6. Panel Petani Nasional (PATANAS): Indikator PembangunanPertanian dan Perdesaan di Wilayah Agroekosistem LahanKering Berbasis Sayuran dan Palawija ................................................ 35

5.7. Keragaan, Permasalahan dan Upaya Mendukung AkselerasiProgram Swasembada Daging Sapi ..................................................... 37

5.8. Kajian Kebijakan Pengembangan Pupuk Organik ............................ 415.9. Revitalisasi Sistem Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing

Industri Pertanian Perdesaan ............................................................... 435.10. Pemetaan Aspek Sosial Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) 465.11. Pengembangan Usaha Diversifikasi Pangan sebagai Model

Diseminasi Inovasi Teknologi ............................................................... 515.12. Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari terhadap

Kesejahteraan Rumah Tangga dan Pengembangan Ekonomi diPerdesaan ................................................................................................. 54

5.13. Evaluasi dan Tanggap Cepat atas Isu Kebijakan Aktual .................. 58B. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari Kementerian Riset dan

Teknologi (Ristek) TA. 2011 ............................................................... 615.14. Peningkatan Kapabilitas Kelompok Tani dalam Adaptasi

terhadap Perubahan Iklim .................................................................... 615.15. Studi Kebutuhan Pengembangan Produk Olahan Pertanian

dalam Rangka Liberalisasi Perdagangan ............................................ 645.16. Analisis Volatilitas Harga Komoditas Pangan dalam Rangka

Peningkatan Efektivitas Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok 67

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISIS DAN KERJA SAMAPENELITIAN .................................................................................................... 706.1. Publikasi Hasil - Hasil Penelitian ........................................................... 706.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian .................................. 806.3. Perpustakaan ............................................................................................ 896.4. Kerja Sama Penelitian .............................................................................. 95

VII.EVALUASI DAN PELAPORAN ................................................................... 977.1. Kegiatan Subbidang Evaluasi dan Pelaporan ...................................... 977.2. Ruang Lingkup ......................................................................................... 977.3. Pelaksanaan monitoring dan Evaluasi TA. 2010 ................................. 98

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian ............................. 997.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian ......................... 107

Page 10: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Tenaga Fungsional PSEKP, Tahun 2011 ............................... 6

Tabel 2. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan TingkatPendidikan Tahun 2011......................................................................... 7

Tabel 3. Daftar Kondisi Barang Inventaris Pusat Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian (Periode 31 Desember 2011) ........................... 10

Tabel 4. Perkembangan Pelaksanaan DIPA PSEKP Tahun Anggaran 2011,Per 31 Desember 2011 ........................................................................... 13

Tabel 5. Realisasi Anggaran Pusat Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Per 31 Desember 2011 ......................................................... 14

Tabel 6. Capaian PNBP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianTahun 2011, Bersumber dari Penerimaan Umum ............................. 15

Tabel 7. Judul dan Penulis Naskah JAE Tahun 2011........................................ 70

Tabel 8. Judul dan Penulis Naskah FAE Tahun 2011...................................... 72

Tabel 9. Judul dan Penulis Naskah AKP Tahun 2011 ...................................... 73

Tabel 10. Judul dan Penulis Naskah Working Paper Tahun 2011.................... 76

Tabel 11. Judul dan Penulis Naskah Prosiding Seminar Nasional ”Era BaruPembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah Pangan,Bioenergi dan Perubahan Iklim”.......................................................... 76

Tabel 12. Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2011 ........................... 78

Tabel 13. Daftar Judul Leaflet/Booklet Tahun 2011........................................... 79

Tabel 14. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, AKP, dan Dewan EditorTematik Tahun 2011............................................................................. 80

Tabel 15. Distribusi Publikasi Ilmiah ................................................................... 81

Tabel 16. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin Tahun 2011.... 82

Tabel 17. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional Tahun 2011 83

Tabel 18. Materi Dialog Interaktif dan Narasumber pada Acara Karedok(jam 16.00-17.30 WIB) di Radio Pertanian Ciawi (RPC) Bogor, 2011 86

Tabel 19. Jumlah Pengakses Website PSEKP pada Tahun 2011 ....................... 87

Tabel 20. Materi Website PSEKP dan Jumlah Pengakses Tertinggi SelamaTahun 2011 .............................................................................................. 88

Tabel 21. Frase Kata/Kata yang digunakan dalam Pencarian Tahun 2011 .... 89

Page 11: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

vi

Tabel 22. Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2011.................................................... 90

Tabel 23. Koleksi Database Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP per 31Desember 2011........................................................................................ 93

Tabel 24. Pengunjung Perpustakaan PSEKP Januari s/d Desember 2011 ...... 93

Tabel 25. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawan........................ 95

Tabel 26. Target dan Realisasi Keuangan Kerja Sama Penelitian Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian (Dalam dan Luar Negeri)tahun 2011. .............................................................................................. 96

Page 12: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian..................................................................... 3

Gambar 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2011 ............. 4

Gambar 3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja,

Tahun 2011 ........................................................................................... 5

Gambar 4. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Jenis Kelamin, Tahun 2011 ................................................................. 6

Gambar 5. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Jenjang Fungsional ............ 7

Gambar 6. Tahapan Perencanaan Penelitian PSEKP...................................... 18

Gambar 7. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.............................. 100

Page 13: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 1

I. PENDAHULUAN

Aspek sosial ekonomi dan kebijakan pertanian merupakan salah satu aspekyang penting dilakukan kajian atau penelitian, mengingat aspek tersebut memilikiposisi yang strategis dalam penentuan kebijakan di sektor pertanian. Kegiatanpenelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dapat memberikan landasan, arahdan prioritas penelitian yang dilaksanakan, agar sejalan dengan kebijakanpembangunan yang telah digariskan. Melalui penelitian atau kajian aspek sosialekonomi, dapat dijadikan masukan dalam perumusan kebijakan untukmengembangkan sistem dan usaha agribisnis, baik jangka pendek, menengahmaupun jangka panjang. Untuk itu, penelitian aspek sosial ekonomi perludilakukan terutama yang terkait dengan analisis isu pembangunan pertanian danparameter sosial ekonomi pertanian.

11..11.. VViissii ddaann MMiissiiVisi PSEKP adalah menjadi pusat pengkajian yang kritis dan terpercaya

bertaraf internasional dalam menghasilkan informasi dan ilmu pengetahuansosial ekonomi pertanian, serta proaktif dalam memberikan alternatifrekomendasi kebijakan pembangunan pertanian. Visi tersebut dirumuskan atasdasar PSEKP merupakan lembaga pemerintah yang harus berorientasi padapelayanan masyarakat melalui partisipasi secara aktif dalam memberikanalternatif rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan dijadikan sebagaiarahan kegiatan PSEKP adalah:1. Melakukan analisis dan pengkajian guna menghasilkan informasi dan ilmu

pengetahuan sosial ekonomi pertanian;2. Melakukan analisis kebijakan, pengkajian untuk mengolah informasi dan

ilmu pengetahuan hasil analisis menjadi rumusan alternatif kebijakanpembangunan pertanian;

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publikuntuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalammendukung pembangunan pertanian;

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampumewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan.

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur OrganisasiTugas Pokok :

Melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakanpertanian (Pasal 176 Peraturan Menteri Pertanian Nomor:209/Kpts/OT.140/7/2005)

Page 14: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

2 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Fungsi:1. Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;2. Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan di bidang

pertanian;3. Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian;4. Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian;5. Pelaksanaan kerja sama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian

serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian;6. Evaluasi dan pelaporan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan

kebijakan pertanian; dan7. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat. (Pasal 177 Peraturan

Menteri Pertanian Tahun 2005)

1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian1. Pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup

Kementerian Pertanian;2. Pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Kementerian Pertanian;3. Praktisi agribisnis;4. Politisi, ilmuwan, dan masyarakat peminat pembangunan pertanian;5. Peneliti

Page 15: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 3

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Keterangan : *) Berdasarkan SK Kapus PSE-KP, Nomor: 368/Kp.330/A.9/03/2009Terdiri dari 3 kelompok peneliti (Kelti):(1) Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional(2) Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis(3) Kelti Sosio-Budaya Pedesaan.

Kepala Pusat Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian

Dr.Handewi P Saliem

Kabid. Pelayanan danPendayagunaan HasilProf. Dr.Erizal Jamal

Kabag. Tata UsahaIr.Supena Friyatno,MSi

KasubbidPendayagunaan Hasil

Ashari, SP, MP

Kasubbid Pelayanandan Kerja SamaDr. Hermanto

Kasubbid ProgramM. Suryadi, SP,

MSi

Kasubbid Evaluasidan PelaporanNur Khoiriyah

Agustin, STP, MP

Kelompok JabatanFungsional *)

Kabid. Programdan EvaluasiDr. Sri HerySusilowati

Kasubbag Kepegawaiandan Rumah Tangga

Ir. Yuni Marisa

Kasubbag Keuangandan PerlengkapanDrs. Agus Subekti

Page 16: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

4 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

II. SUMBERDAYA MANUSIA

Berdasarkan data kepegawaian pada akhir tahun 2011, tercatat bahwasumberdaya manusia yang ada di PSEKP jumlahnya terus berkurang, karenabanyak diantara karyawan yang telah memasuki masa pensiun, disamping adadiantaranya yang diakibatkan mutasi kerja. Secara keseluruhan jumlah pegawaiPusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian PSEKP tahun 2011 sebanyak 173orang. Struktur pegawai PSEKP berdasarkan umur pada tahun 2011menunjukkan bahwa sebagian besar 57,80% berumur 46-55 tahun, dan 22,54persen berumur 36-45 tahun. Sedangkan sisanya adalah 9,83 persen berumur 25-35 tahun, 9,25 persen berumur >55 tahun, dan 0,58 persen berumur <25 tahun(Gambar 2).

Gambar 2. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Umur, Tahun 2011

Jumlah karyawan PSEKP berdasarkan masa kerja, menunjukkan bahwasebagian besar sudah berpengalaman melaksanakan tugas kerja di PSEKP selama21-25 tahun (53 orang), selain itu juga terdapat sejumlah karyawan (27 orang)yang sudah memiliki masa kerja lebih dari itu (26-30 tahun) yang diikuti denganadanya peningkatan jumlah Golongan III dan IV yang termasuk didalamnya(Gambar 3). Dengan meningkatnya masa bakti dan pengalaman kerja, diharapkanselain dapat meningkatkan kinerja dalam tugas keseharian di masing-masingbidang juga akan berdampak pada peningkatan produktivitas kegiatan institusisecara keseluruhan, sehingga ouput yang dihasilkan PSEKP dapat sesuai dengantarget yang diharapkan.

Page 17: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 5

Gambar 3. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja,Tahun 2011

Dilihat dari sebaran tingkat pendidikan, menunjukkan gambaran bahwasebagian besar pegawai PSEKP berpendidikan SMU (27,16%), diikuti PascasarjanaS2 (21,96%), S1 (21,38%), dan S3 (15,02%). Selain itu masih terdapat juga 4,04persen yang berpendidikan SD, 2,31 persen berpendidikan SMP dan 8,13 persenberpendidikan Diploma/Sarjana Muda (Gambar 4). Konfigurasi pendidikanpegawai PSEKP berdasarkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), memperlihatkankecenderungan bahwa untuk program pendidikan pascasarjana S2 dan S3sebagian besar berasal dari jumlah pendidikan yang sudah ditamatkan oleh parapeneliti di PSEKP, sementara dinamika penjenjangan dan peningkatanpendidikan sebagian karyawan lainnya belum optimal dilaksanakan, khususnyauntuk mendukung kinerja sebagai tenaga penunjang yang mempunyai kwalitaspendidikan serta wawasan yang luas di lingkungan PSEKP.

Jumlah pegawai PSEKP yang telah memiliki jabatan fungsional,seluruhnya berjumlah 70 orang (93,33%) merupakan fungsional peneliti dan 5orang lainnya (6,67%) merupakan fungsional non-peneliti. Berdasarkan jenjangfungsional peneliti, maka tenaga fungsional peneliti PSEKP dengan jenjangtertinggi (Peneliti Utama) mencapai 28,57 persen, Peneliti Madya 32,85 persen,Peneliti Muda 24,28 persen, dan Peneliti Pertama 14,30 persen. Sementara penelitiyang tidak memiliki jabatan fungsional (Peneliti Non-Klas) berjumlah 13 orang(Tabel 1 dan Gambar 5).

Page 18: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

6 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Gambar 4. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan JenisKelamin, Tahun 2011

Tabel 1. Jumlah Tenaga Fungsional PSEKP, Tahun 2011

Nomor Jenjang Fungsional Jumlah (orang)A. Fungsional Peneliti

1. Peneliti Utama 20

2. Peneliti Madya 23

3. Peneliti Muda 17

4. Peneliti Pertama 10

5. Peneliti Non-Klas 13Total 83

B. Fungsional Non-Peneliti

1. Pranata Komputer Penyelia 1

2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 1

3. Pustakawan Muda 1

4. Pustakawan Penyelia 1

5. Arsiparis Penyelia 1Total 5

Total (A+B) 88

Page 19: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 7

Gambar 5. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Jenjang Fungsional

Ditinjau berdasarkan analisis kepakaran para peneliti yang ada di PSEKP,dengan latar belakang disiplin ilmu, masing-masing menunjukkan bahwasebagian besar para peneliti mempunyai keahlian pada bidang Ilmu EkonomiPertanian pada jenjang pendidikan S1 (17 orang), S2 (24 orang), dan S3 (22 orang),serta sebagian dalam keahlian Sosiologi Pertanian, Sistem Usaha Pertanian danKebijakan Pertanian (Tabel 2). Selain kepakaran tersebut, sampai dengan tahun2010 PSEKP juga tercatat telah memiliki 8 orang tenaga ahli dalam Bidang Risetdengan jenjang penghargaan kepangkatan tertinggi sebagai Profesor Riset. Dalamwaktu yang akan datang jumlah Profesor Riset dan Para Ahli Peneliti UtamaPSEKP akan terus bertambah sejalan dengan tuntutan profesionalisme kegiatan dibidang penelitian.

Tabel 2. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat PendidikanTahun 2011

No. Disiplin IlmuPendidikan

S3 S2 S11. Ekonomi Pertanian 22 24 172. Kebijakan Pertanian 2 1 -3. Sistem Usaha Pertanian - 2 24. Sosiologi Pertanian 2 10 1

Total 26 37 20

Page 20: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

8 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

III. SARANA DAN PRASARANA

Pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai kegiatan utama PSEKP didukungoleh ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, yaitu terdiri daribarang-barang tidak bergerak dan barang-barang yang bergerak. Barang-barangyang tidak bergerak terdiri dari (1) Tanah bangunan negara Golongan II; (2)Tanah bangunan kantor pemerintah; (3) Bangunan gedung kantor permanen; dan(4) Rumah negara golongan II type A permanen. Sementara barang-barangbergerak secara umum meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2),furniture, elektronik, serta aset tetap lainnya. Pengadaan barang-barang inventaristersebut berasal dari hibah, pembelian melalui anggaran rutin dan anggaranpembangunan Belanja Negara (APBN), dan anggaran kerjasama penelitian. Untukdapat menyajikan data barang inventaris yang akurat, PSEKP telah melaksanakanSIMAK-BMN pada tahun anggaran 2011.

Pengelolaan inventaris kekayaan milik negara (IKMN) secara eksplisitmenjadi tanggung jawab bagian tata usaha, tetapi secara moral adalah tanggungjawab seluruh pegawai yang menggunakan barang inventaris tersebut. Padakenyataannya, hal tersebut belum disadari oleh berbagai pihak, terbuktikepedulian terhadap rasa memiliki masih rendah. Hal ini merupakan salah satukendala untuk dapat mengelola IKMN secara baik dan akurat. Secara rinci padaTabel 3. ditunjukkan daftar kondisi barang yang dimiliki PSEKP sampai padaperiode 31 Desember 2011.

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki oleh PSEKP meliputi

tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh PSEKP seluas 5.403m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2

dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2. Sedangkan bangunanyang dimiliki oleh PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yangsaling terhubung seluas 3.266 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2

secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikanpada Tabel 3.

3.2. Barang-Barang BergerakPada periode 2011, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh

PSEKP sebesar 1705 unit barang, dengan 1693 unit barang diantaranya dalamkondisi yang baik dan 10 unit barang lainnya dalam kondisi rusak sedangkan 2unit barang dalam katagori rusak sekali. Barang-barang bergerak tersebutmeliputi sarana transportasi/kendaraan dinas, mesin, dan peralatan kantor,sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya.Pada bulan 24 Oktober 2011 telah dilakukan lelang penghapusan 1 unitkendaraan roda 4 yaitu Toyota Super Kijang Type KF50 dengan No. Pol. B 2512

Page 21: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 9

HQ dan 2 unit kendaraan roda 2. Total nilai penghapusan aset tersebut Rp.22.650.000, dengan rincian penghapusan 1 unit kendaraan roda-4 Rp. 20.500.000)dan 2 unit sepeda motor (Rp. 2.150.000).

a. Barang Inventaris Alat AngkutanPeriode tahun 2011, kendaraan roda 4 terdiri atas 11 minibus dengan

kapasitas penumpang 14 orang ke bawah, dan 9 unit sepeda motor roda 2.

b. Barang Inventaris Peralatan KantorPeriode tahun anggaran 2011 keadaan barang inventaris peralatan kantor

sebanyak 1685 unit yang terdiri dari 65 jenis barang. Sumber dana pengadaanbarang inventaris seluruhnya berasal dari APBN tahun anggaran 2011.

3.3. Anggaran DIPA, PNBP dan Kerja Sama PenelitianBerbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, anggaran yang dikelola setiap

unit instansi pemerintah pada tahun 2011 tidak dibedakan berdasarkan AnggaranPembangunan dan Anggaran Rutin, namun dilakukan berdasarkan “anggaranyang berbasis kinerja”. Anggaran PSEKP tahun 2011 disusun berdasarkanvariabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluarandibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanjabantuan sosial/BLM dan lainnya, sedangkan varibel kegiatan dibedakan menurutjenis kegiatan, yakni: Kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial dan KegiatanPenunjang yang mencakup: (a) pengelolaan gaji, (b) operasional kantor, (c)perawatan gedung dan (d) perawatan sarana.

Total pagu anggaran PSEKP dalam DIPA TA. 2011 adalah Rp18.205.000.000 (RM), sementara total anggaran hibah luar negeri adalah Rp6.530.465.000. Perkembangan pelaksanaan keuangan Pusat Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian TA. 2011 per 31 Desember 2011 secara rinci dapat dilihatpada Tabel 4 dan 5. Tampak bahwa pada anggaran yang merupakan RM, realisasicapaian fisik secara total mencapai 95,37 persen, terdiri dari pengeluaran untukbelanja pegawai yang sudah direalisasikan yakni Rp 9.592.379.870 (101.04%) danbelanja barang yang sudah direalisasikan yaitu Rp 7.140.831.813 (88,90%).Sedangkan untuk belanja modal sudah terealisasi sebesar Rp 629.111.200 (92,70%).Pagu untuk belanja modal sebelum revisi sebesar Rp 733.610.000 dan sesudahrevisi menjadi Rp 678.622.000. Revisi pagu anggaran tersebut mulai berlaku sejakBulan September 2011. Perubahan tersebut dialihkan untuk pagu anggaranbelanja barang yang sebelumnya sebesar Rp. 7.977.890.000 menjadi Rp8.032.878.000. Dengan demikian anggaran yang bersumber pada RM, masihtersisa per 31 Desember 2011 adalah Rp 842.677.117 (4,63%). Sedangkan anggaranyang bersumber dari hibah luar negeri, realiasai capaian fisik secara totalmencapai 98,52 persen, terdiri dari pengeluaran untuk belanja barang yang sudahdirealisasikan sebesar Rp 6.417.301.935 (98,52%) dan untuk belanja modal yang

Page 22: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

10 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

sudah direalisasikan sebesar Rp 16.600.000 (100%). Anggaran yang bersumberdari hibah luar negeri masih tersisa per 31 Desember 2011 adalah Rp 96.363.065(1,48%). Namun secara total (RM+Hibah Luar Negeri), realisasi capaian fisiksecara total yang sudah direalisasikan adalah 96,20 persen. Dengan demikian sisaanggaran per 31 Desember 2011 adalah Rp 939.040.182 (3,80%).

Di sisi lain, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2011 hanya diperoleh dari penerimaanumum, yakni Rp 1.144.154.460, sedangkan PNBP dari penerimaan fungsionaltidak ada (Tabel 6). Hal ini disebabkan keluaran kegiatan penelitian PSEKP tidakbersifat teknis, namun berupa rekomendasi kebijakan yang bersifat intangible danditujukan bagi stakeholder. Selain itu, asset PSEKP yang dapat menjadi sumberpenerimaan PNBP juga terbatas.

Tabel 3. Daftar Kondisi Barang Inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian (Periode 31 Desember 2011)

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

I BARANG TIDAK BERGERAK :1 Tanah Bangunan Rumah Negara Gol.II 1 (1.558m2) 1 0 02 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1 3.845 m2) 1 0 0

Jumlah 2 (5.403 m2) 2 0 0

3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 2 (3.266 m2) 2 0 04 Rumah Negara Gol. II, Type C dan D 4 (240 m2) 4 0 0

Jumlah 6 (3.506 m2) 6 0 0Total 8 (8.909 m2) 8 0 0

II BARANG BERGERAK :5 Mini Bus (Penumpang 14 Orang Kebawah) 11 10 1 06 Sepeda Motor 9 6 3 07 Auto Lift 1 1 0 08 Tripood 2 2 0 09 Tes Generator 2 2 0 0

10 Mesin Ketik Manual 14 14 0 011 Lemari Besi/Metal 71 70 1 012 Lemari Kayu 32 32 0 013 Rak Besi/Metal 10 10 0 014 Rak Kayu 49 49 0 015 Filing Kabinet Besi 124 124 0 016 Brandkas 7 7 0 017 Meja Kerja Kayu 209 209 0 0

Page 23: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 11

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS18 Meja Komputer 7 7 0 019 Kursi Besi/Metal 619 615 4 020 Sice/Sofa 21 21 0 021 Meja Rapat 47 46 1 022 Jam Elektronik 7 7 0 023 A.C. Split 67 67 0 024 Televisi 1 1 0 025 Video Cassette 1 1 0 026 Tape Recorder 4 4 0 027 Diagnostik Set 1 1 0 028 Mesin Penghisap Debu 1 1 0 029 Water Pump 1 1 0 030 Amplifier 2 2 0 031 Ekualizer 1 1 0 032 Loudspeaker 10 10 0 033 MicConfrence System 23 23 0 034 UPS 1 1 0 035 Tustel/Camera Digital 4 4 0 036 Handy Camp 1 1 0 037 Wireles Speaker 4 4 0 038 Blitzer 1 1 0 039 Power Suplly 1 1 0 040 Lensa Kamera 4 4 0 041 Layar Film OHP 5 5 0 042 Facsimile 3 3 0 043 P.C. Unit (Komputer) 123 123 0 044 Note Book/Lap Top 38 38 0 045 Printer 73 73 0 046 Scanner 5 5 0 047 Server 3 3 0 048 Mesin Jilid 1 1 0 049 Mesin Press 1 1 0 050 LCD (Infocus) 5 5 0 051 PABX 3 1 0 252 Handy Talky (HT) 4 4 0 053 Pesawat Telpon Extension 40 40 0 054 External 7 7 0 055 Mesin Potong Rumput 1 1 0 056 Megaphone 1 1 0 057 Microphone 3 3 0 058 Microphoe Table Stand 2 2 0 0

Page 24: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

12 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

No. Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS59 Wirelees Data Transmision System 2 2 0 060 Router 2 2 0 061 Finger Print 5 5 0 062 Penangkal Petir 1 1 0 063 Papan Visual 1 1 0 064 Audio Mixing Console 1 1 0 065 Alat Penghancur Kertas 1 1 0 066 CCTV (DVR, Monitor, Camera) 2 2 0 067 Software 2 2 0 0

Keterangan: B= Baik, R= Rusak, RS=Rusak Sekali.

Page 25: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 13

Tabe

l 4. P

erke

mba

ngan

Pel

aksa

naan

DIP

A P

SEK

P Ta

hun

Ang

gara

n 20

11. P

er 3

1 D

esem

ber

2011

Page 26: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

14 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Tabe

l 5. R

ealis

asi A

ngga

ran

Pusa

t Sos

ial E

kono

mi d

an K

ebija

kan

Pert

ania

n,Pe

r 31

Des

embe

r 201

1

Page 27: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 15

Tabe

l 6.C

apai

an P

NBP

Pusa

t Sos

ial E

kono

mi d

an K

ebija

kan

Pert

ania

nTa

hun

2011

,Ber

sum

ber d

ari P

ener

imaa

nU

mum

Page 28: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

16 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

IV. PROGRAM

4.1. Tujuan dan Luaran KegiatanTujuan umum kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan

arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis agar pelaksanaan penelitianlayak untuk dilaksanakan. Secara rinci pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk :(1) Membuat perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP(2) Merencanakan penelitian tahun anggaran 2012(3) Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang.

Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:(1) Paket perencanaan dan kalender kegiatan penelitian PSEKP(2) Program perencanaan penelitian tahun anggaran 2012(3) Implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2012Tujuan perencanaan kegiatan penelitian adalah agar seluruh kegiatan

PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan.Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, maka dibentuk TimTeknis Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, penelitisenior PSEKP dan Staf Sub Bidang Program.

A. Tim Penyusunan Program PenelitianSusunan Tim Teknis Penelitian Tahun 2011 berdasarkan SK Kapus No.

260/KP.440/A.9/03/2011 tanggal 3 Maret 2011 adalah:A. Tim Teknis Perencanaan Program Penelitian: Penyusunan Program PenelitianPengarah : Kepala Badan Litbang Pertanian (Dr. Haryono)Penanggung Jawab : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

(Dr. Ir. Handewi P. Saliem, MS merangkap anggota)Ketua : Kepala Bidang Program dan Evaluasi PSE-KP

(Dr. Ir. Sri Hery Susilowati, MS merangkap anggota)Wakil Ketua : Dr. Sumaryanto, merangkap anggotaSekretaris : Kepala Sub Bidang Program

(Muhammad Suryadi, SP, MSi, merangkap anggota)Anggota : 1. Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil

(Dr. Ir. Erizal Jamal)

Page 29: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 17

2. Prof. Dr. Ir. Hutabarat Budiman F.3. Prof. Dr. Ir. I Wayan Rusastra4. Prof Dr. Ir. Kedi Suradisastra5. Prof. Dr. Drs. M. Husein Sawit6. Dr. Ir. Muchjidin Rachmat, MS7. Dr. Ir. Bambang Irawan, MS8. Prajogo U. Hadi, SE, MEc9. Julia Forcina Sinuraya, SP, MSi10. Sudarsono, SE11. Tonny Soelistio Wahyudi12. Nur Intan Samsiah

B. Tim Penyusun dan Pembahas RKAKLPengarah : Sekretaris Badan Litbang Pertanian

(Dr. Mappaona)Penanggung Jawab : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

(Dr.Ir. Handewi P. Saliem, MS merangkap anggota)Ketua : Kepala Bidang Program dan Evaluasi PSEKP

(Dr. Ir. Sri Hery Susilowati, MS merangkap anggota)Wakil Ketua : Staf Direktorat Jenderal Anggaran

(Mahendra Kusumo, merangkap anggota)Sekretaris : Kepala Sub Bidang Program

(Muhammad Suryadi, SP, merangkap anggota)Anggota : 1. Julia F. Sinuraya, SP, MSi (Staf Sub Bidang Program)

2. Susi Sulistiawati, SH (Staf Sub Bidang Program)3. Chaerudin, SE (Staf Sub Bidang Program)4. Drs. Agus Subekti (Kasubbag Keuangan dan

Perlengkapan)5. Zaki Asfari, SE (Staf Direktorat Jenderal Anggaran)6. Andi Susanto ( Direktorat Jenderal Anggaran)7. Soewarno (Staf Direktorat Jenderal Anggaran)8. Sri Dharmawati, SP (Staf Subag Program, Badan Litbang

Pertanian)

Page 30: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

18 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2012 (DIPA danRistek) dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program

Sejalan dengan Bagian Perencanaan, Sekretariat Badan Litbang Pertanian,dan untuk memudahkan semua pihak yang terkait dengan perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi penelitian, maka perlu disusun seluruh tahapankegiatan perencanaan mulai dari inisiasi perumusan masalah hingga penyusunanproposal penelitian ke Badan Litbang Pertanian. Gambaran umum mekanismepenyusunan program penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Tahap pertamadari siklus proses perencanaan kegiatan penelitian diawali dengan penjaringantopik-topik penelitian PSEKP oleh Tim Teknis Penelitian yang disinkronkandengan Rencana Strategis (Renstra) PSEKP dan Badan Litbang Pertanian, danProgram Utama PSEKP. Dari berbagai topik penelitian tersebut, Tim TeknisPenelitian PSEKP bersama Bidang Program dan Evaluasi selanjutnyamerumuskan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) beserta lingkupkegiatannya. Lebih lanjut Tim Teknis bersama Bidang Program dan Evaluasimenugaskan peneliti untuk menyusun matrik RPTP/kegiatan sesuai dengantopik-topik penelitian yang dirumuskan.

Gambar 6. Tahapan Perencanaan Penelitian PSEKP

Matrik yang terkumpul kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis PenelitianPSEKP. Tahap selanjutnya adalah penetapan penanggung jawab penyusunanproposal RPTP/kegiatan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Proposal

Page 31: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 19

yang masuk kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian internal PSEKP.Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawabproposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal tersebut.

Proposal yang telah diperbaiki kemudian dievaluasi oleh Tim TeknisPSEKP. Setiap proposal dievaluasi oleh dua orang anggota Tim Teknis. Padatahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyempurnaan proposal-proposal terhadap aspek-aspek berikut:(1) Perumusan masalah, review hasil penelitian sebelumnya dan justifikasi

penelitian.(2) Perumusan tujuan/keluaran(3) Kerangka pemikiran (landasan teoritis/review analisis data)(4) Perencanaan sampling pemilihan lokasi (propinsi, kabupaten, kecamatan,

desa) dan responden(5) Alat analisis dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian(6) Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain)

Komentar dan saran perbaikan proposal ditekankan pada beberapa aspekberikut: (1) memenuhi persyaratan ilmiah dalam rumusan permasalahan danmetode pemecahannya; (2) memiliki kemampuan dalam perolehan parameter danindikator sosial ekonomi atau memiliki kemampuan dalam pengembangan teoridan metode ilmiah; (3) hasil risetnya mempunyai keunggulan untukmemecahkan permasalahan pembangunan pertanian; dan (4) penyusunannyamemenuhi kaidah-kaidah ilmiah.

Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggungjawab proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal. Selainevaluasi secara tertulis, juga dilakukan pembahasan dan penajaman proposalsecara khusus dimana proposal dibahas secara langsung melalui diskusi timpembahas dan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian denganpenanggung jawab (tim) penyusun proposal.

Berdasarkan tahap-tahap perencanaan kegiatan penelitian (matrik - RKA-KL - proposal), pada prakteknya seringkali terjadi perubahan dalam judulpenelitian, kegiatan penelitian, penanggung jawab penelitian, lokasi penelitianmaupun biaya/anggaran penelitian. Perubahan-perubahan tersebut dilakukandalam rangka penyempurnaan perencanaan penelitian dan sesuai dengan sarandan komentar dari Tim Teknis/Pembahas.

Judul-Judul Proposal Penelitian TA. 2011 DIPA:1. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kerawanan Pangan Temporer/Musiman2. Keragaan, Permasalahan dan Upaya Mendukung Akselerasi Program

Swasembada Daging Sapi.3. Kajian Kebijakan Pengembangan Pupuk Organik

Page 32: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

20 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

4. Peningkatan Akses Petani terhadap Permodalan di Daerah Lahan Marginal5. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya Meningkatkan Pasar

Ekspor Indonesia6. Analisis Penentuan ICOR untuk Perencanaan Investasi dalam Rangka

Pembangunan Sektor Pertanian7. Revitalisasi Sistem Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing Industri

Pertanian Pedesaan8. Penentuan Desa Calon Lokasi PUAP 2011 dan Evaluasi Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan9. Panel Petani Nasional (PATANAS): Indikator Pembangunan Pertanian dan

Perdesaan di Wilayah Agroekosistem Lahan Kering Berbasis Sayuran danPalawija.

10. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan Aktual11. Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari terhadap Kesejahteraan

Rumah Tangga dan Pengembangan Ekonomi di Perdesaan.12. Pemetaan Aspek Sosial Ekonomi Rumah Tangga di Wilayah Pengembangan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)13. Pengembangan Usaha Diversifikasi Pangan Sebagai Model Diseminasi

Inovasi Teknologi.

Judul-Judul Proposal Penelitian TA. 2011 RISTEK:1. Analisis Volatilitas Harga Komoditas Pangan dalam Rangka Peningkatan

Efektifitas Kebijakan Stabilitas Harga Pangan Pokok2. Studi Kebutuhan Pengembangan Produk Olahan Pertanian dalam Rangka

Liberalisasi Perdagangan3. Peningkatan Kapabilitas Kelompok Tani dalam Adaptasi terhadap

Perubahan Iklim.

Sedangkan rancangan kegiatan penelitian Tahun 2012 adalah sebagaiberikut:Judul-Judul Proposal Penelitian TA. 2012 DIPA:

1. Kapasitas Adaptasi Petani Tanaman Pangan terhadap Perubahan Iklimuntuk Mendukung Keberlanjutan Ketahanan Pangan.

2. Dampak Kebijakan Pajak Pertanian terhadap Produksi, Perdagangan danKesejahteraan Rumah Tangga Petani Perkebunan

3. Kajian Kebijakan Teknologi Pascapanen: Analisis Kebutuhan, EvaluasiProgram dan Dampak Penerapan Teknologi Pascapanen

Page 33: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 21

4. Prospek Pengembangan Pembibitan Ternak Sapi Potong Skala Menengahdan Upaya Mendukung Swasembada Daging Nasional

5. Antisipasi Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2010 TentangHortikultura terhadap Struktur Pasar Industri Benih Hortukultura

6. Studi Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan Produksi Padi di Luar PulauJawa

7. Studi Konsolidasi Usahatani Sebagai Basis Pengembangan KawasanPertanian

8. Insentif Ekonomi dan Aspek Kelembagaan untuk MendukungImplementasi Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan.

9. Panel Petani Nasional (PATANAS): Dinamika Indikator PembangunanPertanian dan Perdesaan di Wilayah Agroekosistem Lahan KeringBerbasis Perkebunan

10. Kajian Legislasi Lahan dan Air di Sektor Pertanian MendukungSwasembada Pangan

11. Kajian Legislasi Sarana Produksi Pertanian Mendukung SwasembadaPangan

12. Kajian Legislasi Penyuluhan Pertanian Mendukung Swasembada Pangan13. Kajian Legislasi Perdagangan di Bidang Pertanian Mendukung

Swasembada Pangan14. Kajian Legislasi Bidan Peternakan Mendukung Swasembada Daging Sapi15. Kajian Alternatif Skema Pembiayaan APBN untuk Mendukung

Swasembada Beras16. Kajian Pengambangan Komoditas Strategis Berbasis Kawasan17. Kajian Alternatif Model Bantuan Benih dan Pupuk untuk Peningkatan

Produksi Pangan18. Analisis Kebijakan dan Program SLPTT Menunjang Peningkatan

Produksi Padi Nasional19. Analisis Kebijakan dan Program M-KRPL20. Evaluasi Tanggap Cepat Isu Aktual (Tugas-tugas Khusus Pimpinan

Kemtan/Litbang/Ditjen)21. Optimalisasi Peran Profesor Riset dalam Mendukung Kebijakan

Pembangunan Pertanian.

Judul-Judul Proposal Penelitian TA. 2012 RISTEK:1. Proyeksi Kinerja Pembangunan Pertanian Jangka Panjang 2012-2035

dalam Mendukung Pengembangan MP3EI di Koridor Sumatera

Page 34: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

22 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

2. Analisis Permintaan, Penawaran dan Kebijakan PengembanganKomoditas Tanaman Pangan Utama dalam Program MP3EI di KoridorSulawesi

Selama kurun waktu 2011, permasalahan yang menonjol dalampelaksanaan kegiatan di Subbidang Program adalah:

a. Perencanaan program dari atas sering berubah, baik terkait waktumaupun substansi, sehingga persiapan dan pelaksanaan kegiatanterkesan kurang terencana dengan baik dan mengganggu proseskeseluruhan proses perencanaan.

b. Sistem anggaran untuk membiayai kegiatan perencanaan programbelum sepenuhnya kompatibel dengan kebutuhan riel yang diperlukan,sehingga menyulitkan pemakaian anggaran untuk pembiayaankegiatan.

c. Terlalu seringnya terjadi perubahan sofware dalam sistempenganggaran seringkali menyebabkan kekurang cermatnyaperencanaan program.

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahantersebut adalah:

a. Dokumentasi arsip-arsip perencanaan program dan menyusunkalender kegiatan, dan perbaikan koordinasi kegiatan dalam rangkamengantisipasi kemungkinan perubahan perencanaan yang bersifatsegera/mendadak baik dengan Litbang Pertanian dan Kementeriankeuangan.

b. Peningkatan kemampuan staf baik terkait dengan operasionalisasisoftware perencanaan dan anggaran, serta pemahaman dalampembebanan mata anggaran.

Page 35: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 23

V. SINOPSIS

A. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari DIPA TA. 2011

5.1. Analisis Penentuan ICOR untuk Perencanaan Investasi dalam RangkaPembangunan Sektor Pertanian

Dalam upaya mencapai target-target laju pertumbuhan PDB SektorPertanian (terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan termasuk hortikultura;subsektor perkebunan; dan sub sektor peternakan), yakni 3,62% pada tahun 2010menjadi 3,75% pada tahun 2014 (Kementan, 2010), diperlukan jumlah investasiyang sesuai. Walaupun investasi bukan satu-satunya sumber pertumbuhan,meningkatnya investasi merupakan kunci untuk meningkatkan produksi agregatmelalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif ekonomimakro jangka panjang, investasi dapat meningkatkan stok kapital, dan setiappenambahan stok kapital akan meningkatkan kemampuan masyarakat untukmenghasilkan output, yang pada gilirannya dapat memacu laju pertumbuhanekonomi. Artinya, makin tinggi laju pertumbuhan investasi akan makin tinggipula laju pertumbuhan ekonomi, dan dampak yang sebaliknya akan terjadi jikainvestasi menurun. Mengingat demikian pentingnya peranan investasi dalammendorong pertumbuhan ekonomi, maka peningkatan investasi menjadi salahsatu kebijakan strategis dalam pembangunan nasional, termasuk SektorPertanian. Dalam upaya mencapai target laju pertumbuhan ekonomi tertentu,sangat diperlukan informasi mengenai perkiraan kebutuhan investasi secaraakurat.

Untuk perencanaan pembangunan ekonomi nasional, utamanya untukmelihat secara akurat konsistensi antara target laju pertumbuhan PDB dan modaltambahan untuk investasi yang mungkin bisa terkumpul, tersedianya indikatorekonomi makro berupa ICOR mutlak diperlukan. Perkiraan kebutuhan investasidi masa mendatang sangat ditentukan oleh nilai ICOR. Karena itu, ketepatan nilaiICOR menjadi salah satu syarat utama yang harus dipenuhi ketika perencanapembangunan ingin memperkirakan kebutuhan investasi.

Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Riau,dan Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah investasipertanian oleh perusahaan besar, baik PMDN maupun PMA, sangat berfluktuasidari tahun ke tahun, namun sejak tahun 2007 terjadi peningkatan realisasiinvestasi yang cukup besar. Pangsa investasi PMDN tetap lebih dominandibanding PMA. Dengan adanya investasi, maka terjadi akumulasi nilai kapitalnominal yang selanjutnya meningkatkan PDB pertanian nominal.

Nilai ICOR komoditas pertanian (dalam analisis ini mengertian Outputadalah nilai tambah), baik agregat sektor pertanian secara keseluruhan, agregatsubsektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan), maupunmasing-masing komoditas pertanian pada tahun 1995, 2000, 2005 dan 2008 selalukurang dari 1. Ini berarti bahwa investasi di sektor pertanian cenderung padakatagori efisien, dimana untuk meningkatkan I unit nilai-tambah diperlukan nilai

Page 36: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

24 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

investasi kurang dari 1 unit. Selanjutnya, nilai ICOR menjadi makin kecil jikakegiatan on-farm diintegrasikan dengan kegiatan industri dan konsumsi, yangberarti kegiatan industri dan konsumsi juga menciptakan nilai tambah. NilaiICOR pada umumnya menurun selama 1995-2008, baik pada kegiatan on-farm,on-farm plus industri maupun total (on-farm + industri + konsumsi), yang berartikegiatan investasi pertanian makin efisien.

Total kebutuhan investasi pertanian sempit (tanpa kehutanan danperikanan) terus meningkat selama 2010-2014, yaitu dari Rp 29,4 triiliun padatahun 2010, menjadi Rp 70,1 triliun pada tahun 2011, lalu menjadi Rp 74 triliunpada tahun 2012, menjadi Rp 77,7 triliun pada tahun 2013 dan kemudian menjadiRp 80,1 triliun pada tahun 2014. Sebagian besar investasi akan makin mengarahke tanaman pangan (padi dan palawija), kemudian urutan berikutnya adalahhortikultura, perkebunan, dan yang paling kecil adalah peternakan. Faktorpendorong investasi antara lain adalah prospek pasar output dan keuntunganusaha yang baik, tersedianya modal yang dapat diakses, dan dukungan kebijakanyang kondusif. Sementara faktor penghambat investasi adalah kebutuhan modalyang sangat besar pada awal investasi, harga output beberapa komoditas yangtidak stabil dan ketersediaan lahan yang makin terbatas untuk usaha.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah (1) Pertumbuhan pertanianmembutuhkan investasi, kegiatan investasi dapat berasal dari masyarakat petani,swasta/pemodal besar dan pemerintah. Investasi pemerintah yang terbatas perludiarahkan pada kegiatan yang dapat membangkitkan tumbuh/minat investasidari sektor swasta termasuk petani; (2) Perlu dilakukan promosi investasi kepadapara investor di dalam dan luar negeri, utamanya untuk komoditas-komoditasyang prospek ekonomi dan daya saingnya tinggi. Bersamaan dengan itu,pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten perlu memberikan fasilitasi berupaperijinan yang lebih sederhana, cepat dan tidak mahal. Investor perlu diberiinformasi tentang komoditas-komoditas yang nilai ICORnya relatif rendah danmempunyai prospek pasar yang baik; (3) Untuk mendukung program penguatanketahanan pangan nasional, maka kebijakan pemerintah perlu mendukungpeningkatan produksi pangan, khususnya beras, melalui peningkatan anggaranpembangunan/rehablitiasi infrastruktur, utamanya jaringan irigasi dan jalanpertanian; (4) Pemerintah perlu memberikan dukungan kepada petani, pekebun,dan peternak berupa kredit-kredit program seperti KKPE, KKP-NR dan KUPS,dengan persyaratan yang lebih ringan, utamanya untuk komoditas-komoditasyang prospek pasarnya di dalam dan/atau di luar negeri baik; (5) Dalam rangkamemperoleh manfaat sebesar besarnya bagi masyarakat, prioritas investasipertanian (perkebunan) selayakya diberikan kepada petani kecil dan membatasiinvestasi skala besar asing (PMA).

5.2. Analisis Daya Saing Produk Hortikultura dalam Upaya MeningkatkanPasar Ekspor Indonesia

Permasalahan utama pengembangan komoditas hortikultura adalahbelum terintegrasinya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitasyang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan pereferensi konsumen. Di

Page 37: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 25

satu sisi, produk hortikultura Indonesia memiliki potensi yang cukup cerah untukmemenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri (dengan jumlah penduduk yangke lima terbesar di dunia), selain juga untuk dapat merebut pangsa pasarinternasional. Potensi pasar dalam negeri tersebut sampai saat ini belum dapatdimanfaatkan sepenuhnya oleh produsen hortikultura Indonesia. Di sisi lain,dengan meningkatnya pendapatan dan selera, di pasar-pasar domestik Indonesia(baik pasar tradisional maupun pasar modern), terlihat berbagai produk-produkhortikultura impor yang semakin banyak ragam dan kuantitasnya dalambeberapa tahun terakhir ini.

Pada dekade 80-an, Indonesia adalah pemasok utama kebutuhan buahdan sayur di Singapura, namun pada tahun 2009, kontribusi Indonesia hanyatinggal 6,5 persen saja. Oleh karena itu, pemahaman akan daya saing produkhortikultura Indonesia sangatlah diperlukan dalam upaya meningkatkan pasarekspor Indonesia, bukan hanya untuk pasar ekspor Singapura tetapi juga potensipasar di negara-negara lain. Tujuan penelitian secara umum adalah mempelajaripotensi produk hortikultura Indonesia dalam mengikuti arah permintaannyasebagai produk ekspor di pasar internasional (baik yang multilateral, regionalmaupun bilateral). Penelitian difokuskan pada komoditas kubis, manggis, danjahe.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persaingan perdagangan jahe didunia cukup ketat karena para eksportir senantiasa berusaha meningkatkankualitas jahe mereka agar dapat merebut pasar dari para pesaingnya. Pada tahun1990 sampai dengan 1992, pasar jahe dunia dikuasai oleh Indonesia denganpersaingan ketat antara India, Singapura, dan Thailand, namun tahun 1994 posisiIndonesia digeser oleh China sampai dengan tahun 2007. Dibanding denganimpor, sejak tahun 2001-2007 ekspor jahe Indonesia masih sangat kecilproporsinya dibandingkan dengan permintaan impor jahe dunia. Masih kecilnyakontribusi ekspor Indonesia terhadap impor dunia ini tidak menutupkemungkinan Indonesia untuk memperbesar ekspornya. Ekspor jahe Indonesiasangat prospektif, hal ini terbukti dari pangsa Indonesia di tatanan pasar duniayang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu analisis pangsa pasarkonstan menunjukkan bahwa daya saing Indonesia tampak terus meningkat.Namun demikian, walaupun produksi dan areal tanam meningkat, nilai danvolume ekspor Indonesia menunjukkan penurunan. Hal ini diduga karena terjadipeningkatan konsumsi domestik. Di sisi lain, tidak seimbangnya kebutuhan duniayang relatif besar dengan persediaan yang relatif kecil dapat dijadikan tolak ukurpengembangan usaha penanaman jahe. Tren kebutuhan jahe dunia yang relatifbesar akan menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia.

Manggis merupakan salah satu komoditas unggulan di Sumatera Barat,yang saat sekarang telah menjadi pusat pemasaran manggis terbesar di Sumateradan kedua terbesar (18%) di Indonesia setelah Jawa Barat. Kontribusi ekspormanggis Sumatera Barat sekitar 15-20 persen dari total ekspor nasional. EksporManggis di Sumatera Barat cenderung terus meningkat, dengan negara tujuanterbesar adalah Hongkong, China, Singapura, Emirat Arab, dan Taiwan. Dari

Page 38: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

26 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

analisis usahatani, manggis masih memberikan prospek menguntungkan karenarasio penerimaan dan biaya relatif besar (>1). Daya saing ekspor manggisIndonesia mengalami penurunan dalam periode 2001-2009. Dekomposisi CMStahap dua menunjukkan bahwa hal ini merupakan implikasi dari penurunanpangsa di pasar Manggis secara global (penurunan efek kompetitif umum) danpenurunan pangsa di pasar-pasar utama seperti Hongkong, China, dan Malaysia.Penurunan pangsa ekspor di Hongkong dan Malaysia karena pangsa Indonesia dinegara-negara tersebut direbut oleh Thailand.

Ekspor kubis Indonesia cukup prospektif, hal ini terbukti dari pangsaIndonesia di tatanan pasar dunia yang cenderung meningkat. Selain itu nilai danvolume ekspor Indonesia meningkatkan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan nilaiyang lebih besar dari pertumbuhan volume menunjukkan bahwa nilai per unitproduk ekspor Indonesia cenderung meningkat. Namun demikian daya saingkubis Indonesia masih berpengaruh negatif terhadap perubahan ekspor selamaperiode 2000-2009. Peningkatan ekspor kubis tidak didukung oleh pertumbuhanproduksi dan area tanam.

Rantai pasok atau SCM dari komoditas kubis, jahe, manggis, dankebanyakan komoditas hortikultura lainnya, pada umumnya melalui alurpedagang pengumpul (baik itu di desa, kecamatan maupun kabupaten bahkanantar pulau) sebelum sampai pada konsumen antara, konsumen akhir maupununtuk tujuan pasar ekspor (melalui eksportir). Tiap-tiap pelaku melakukan fungsidan kegiatannya masing-masing, dan tentunya akan menghasilkan nilai tambah(value-added) komoditas yang bersangkutan. Adapun kegiatan yang dilakukanadalah pengumpulan, sortasi, grading, pelabelan, dan lainnya. Permasalahanpokok yang ada dalam mengikuti rantai pasok komoditas kubis, jahe, danmanggis diantaranya adalah adanya variabilitas harga yang tinggi, penangananpasca panen yang masih sangat sederhana, dan permodalan yang terbatas.

Implikasi kebijakan dari penelitian adalah daya saing komoditaspertanian Indonesia sangat ditentukan dari mulai dengan kegiatan budidaya,diikuti oleh kegiatan pasca panen dan akhirnya kegiatan transportasi sampai ketujuan akhir konsumen. Pemanfaatan benih dan teknologi yang masih belumefektif (jahe yang masih tergantung musiman bulan Juni-September) sampaipenanganan pascapanen yang masih sangat sederhana (tidak ada gudang atautruk transportasi yang berpendingin untuk kubis), serta terbatasnya modal (untukmanggis); adalah beberapa hal yang harus dibenahi oleh masing-masing pelakuSCM maupun pemerintah atau swasta sebagai fasilitator; untuk meningkatkandaya saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar ekspor dunia.

5.3. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kerawanan Pangan Temporer/Musiman

Adanya perubahan intensitas curah hujan, perubahan iklim juga diwarnaioleh pergeseran musim yang polanya menjadi tidak teratur. Implikasinya adalah:(i) perencanaan jadwal tanam menjadi kacau, (ii) perencanaan anggaran untuk

Page 39: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 27

pembiayaan usahatani berubah dari pola biasanya, (iii) risiko serangan organismepengganggu tanaman meningkat, (iii) menimbulkan permasalahan baru dalampengelolaan panen, pasca panen, dan pengangkutannya, dan (iv) menimbulkanmasalah baru dalam pengelolaan pemasaran hasil. Secara agregat, hal tersebutmenyebabkan distribusi temporal dan spatial pasokan pangan berubah.

Perubahan kuantitas, kualitas, dan distribusi spatial dan temporaltersebut juga berimplikasi pada harga komoditas pertanian. Terkait dengananomali iklim, perubahan kuantitas pasokan dan harga tersebut berbeda daripola yang biasanya terjadi sehingga sulit diantisipasi oleh masyarakat. Dalamkonteks komoditas pangan maka sangat jelas bahwa hal itu memperlemahketahanan pangan, khususnya untuk golongan masyarakat berpendapatanrendah karena kemampuan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahanyang sulit diantisipasi itu jauh lebih terbatas daripada masyarakat golonganberpendapatan menengah ke atas.

Perumusan kebijakan, strategi, dan program untuk mengatasi masalahtersebut membutuhkan data dan informasi dari hasil-hasil penelitian empirisyang cukup banyak dan sifatnya saling melengkapi. Data dan informasi yangselama ini telah tersedia tidaklah memadai karena secara de facto pengembangankapasitas adaptasi yang sifatnya terencana (planned adaptation) yang selama inidilakukan oleh pemerintah memang masih dalam tahap awal.

Dampak negatif perubahan iklim terhadap kuantitas, kualitas, dandistribusi temporal produksi dan pasokan pangan sangat potensial sebagaipenyebab kerawanan pangan. Dalam jangka pendek, dampak yang munculadalah rawan pangan temporal. Namun jika durasinya melampaui ambang batastoleransi kelompok masyarakat yang terdampak dan tindakan pemerintah untukmengatasinya tidak efektif maka dapat mengarah pada rawan pangan permanen.

Selama ini sebagian besar hasil penelitian mengenai kerawanan panganterfokus pada profil ketahanan pangan dalam ukuran agregat per tahun. Kajianmengenai aspek musiman produksi pertanian dan implikasinya terhadapkerawanan pangan belum memperoleh perhatian yang memadai. Dengan adanyaperubahan iklim terjadi pula perubahan profil kerawanan pangan temporer.Perubahan ini harus dikenali dengan baik agar kebijakan dan langkah-langkahoperasional untuk mengatasinya dapat dirumuskan dengan tepat.

Keluaran penelitian ini adalah (1) data dan informasi dampak perubahaniklim terhadap pola produksi komoditas pangan utama di wilayah sentraproduksi pangan; (2) data dan informasi tentang dampak perubahan iklimterhadap produktivitas, produksi dan ketersediaan pangan nasional dan diprovinsi terpilih; (3) data dan informasi tentang dampak perubahan iklimterhadap ketahanan pangan rumah tangga, utamanya dalam konteks kerawananpangan temporer/musiman; (4) rekomendasi alternatif kebijakan yangdiperlukan untuk meminimalkan dampak negatif perubahan iklim terhadap polamusiman produksi pangan yang sasarannya adalah untuk mendukung programpeningkatan produksi pangan dan pemantapan ketahanan pangan.

Page 40: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

28 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Seiring dengan kecenderungan meningkatnya variabilitas iklim yangterjadi dalam beberapa dasa warsa terakhir maka bencana kekeringan dan banjircenderung meningkat. Kondisi ini tercermin pula di lingkup mikro, bahkan sejaktahun 2005 mencakup pula terjadinya peningkatan gangguan OPT. Pada lingkupagregat nasional, dampak perubahan iklim terhadap kerawanan pangan temporerdapat didekati dengan menganalisis pengaruh El Nino dan La Nina terhadap polasebaran luas tanam bulanan dan produksi bulanan. Di lingkup mikro, dapatdipantau dari kejadian banjir, kekeringan, dan organisme pengganggu tanamanpada usahatani padi.

Kejadian iklim ekstrim yang mengarah ke kondisi kekeringan (El Nino)tidak berpengaruh nyata pada luas tanam bulanan tetapi berpengaruh negatifterhadap produktivitas tahunan dan produksi bulanan. Kehadiran La Ninaberpengaruh positif terhadap luas tanam bulanan, tetapi berpengaruh negatifterhadap produktivitas usahatani. Namun, terhadap produksi bulanan, pengaruhLa Nina kurang kuat. Kinerja irigasi berkontribusi nyata untuk meredam dampaknegatif variasi iklim terhadap produktivitas maupun sebaran temporal luas tanamdan produksi padi.

Berkaitan dengan dampak negatif variabilitas iklim yang semakin tajamdan sering terjadi, jumlah petani yang mengalami kerawanan pangan padamusim paceklik meningkat. Dalam hal ini, pengaruh El Nino lebih besar daripadapengaruh La Nina.

Direkomendasikan agar pemerintah meningkatkan prioritas programrehabilitasi dan pengembangan jaringan irigasi agar kinerja irigasi meningkat.Manfaatnya sangat nyata untuk meredam dampak negatif perubahan iklimterhadap kerawanan pangan temporer maupun untuk meningkatkan ketahananpangan dalam konteks yang lebih luas.

5.4. Peningkatan Akses Petani terhadap Permodalan di Daerah Lahan MarjinalPemanfaatan lahan marjinal untuk peningkatan produksi pangan

sebenarnya relatif menjanjikan jika kendala-kendala yang ada bisa diatasi secarabaik. Dari berbagai kendala yang ada, kendala sosial ekonomi terutama modalyang dimiliki oleh petani merupakan kendala yang cukup signifikan.Kelembagaan keuangan di daerah lahan marjinal umumnya belum banyakdijumpai seperti di daerah lahan irigasi teknis.

Pemerintah telah meluncurkan berbagai kredit program untuk sektorpertanian, misalnya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) dan KreditUsaha Rakyat (KUR) termasuk linkage program dari kredit tersebut. Aksesterhadap kredit formal, baik kredit program maupun linkage program melaluilembaga keuangan non-bank dan kreditur lainnya, masih relatif sulit bagi petani.

Dengan modal yang lebih memadai petani di lahan marjinal diharapkanbisa lebih optimal dalam mengelola usahatani. Modal sendiri yang dimiliki olehpetani umumnya tidak mencukupi untuk mengelola lahan secara optimal.

Page 41: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 29

Memperoleh modal dari sumber non formal, misalnya meminjam saranaproduksi usahatani kepada pedagang, menjadi salah satu pilihan karena mudahdiperoleh, tetapi bunganya relatif tinggi. Akses petani terhadap kredit formalumumnya rendah, mengingat persyaratan perbankan yang relatif sulit dipenuhi.Potensi petani di lahan marjinal untuk akses permodalan perlu digali lebih lanjut.Disamping itu kendala yang ada perlu diidentifikasi untuk dicarikan upayapemecahannya.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan akses petanidi lahan marjinal terhadap permodalan. Pemilihan lokasi penelitian dilaksanakandi daerah pertanian tanaman pangan tadah hujan dan lahan kering yangdiangggap mewakili secara nasional, lokasi yang dipilih yaitu provinsi JawaTengah dan Jawa Barat sedangkan untuk komoditas tanaman pangan danhortikultura di lahan pasang surut dipilih Provinsi Kalimantan Selatan.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sumber-sumber pembiayaanpertanian secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pembiayaanformal dan non formal. Pembiayaan formal pertanian berupa kredit komersial,kredit program, dan BLM yang disalurkan melalui bank atau koperasi. Sedangkankredit non formal umumnya berasal dari pedagang sarana produksi dan hasilpertanian yang bunganya relatif mahal. Kredit komersial memberlakukan bungayang berlaku di pasar yang relatif mahal dibanding kredit program. Petani,pedagang, dan pengolah hasil pertanian lebih memilih kredit program dibandingkredit komersial tetapi terhambat oleh persyaratan agunan sebagai syarat utama.Linkage program yang mempermudah debitur, dalam hal ini petani, untukmeminjam kredit tidak banyak dijumpai di lokasi survei. Disamping itu sosialisasiumumnya hanya dilakukan oleh bank secara terbatas, sedangkan sosialisasi yangdilakukan oleh Dinas terkait sangat minimal. BLM bisa membantu modal untukpetani tetapi kesempatan untuk memperoleh bantuan tersebut secara umumsangat kecil.

Penyaluran untuk KKP-E secara resmi lancar dan bahkan melampauiplafon yang ditetapkan. KUR disalurkan sesuai rencana tetapi hanya sedikit yangdisalurkan ke sektor pertanian, umumnya untuk pedagang, pengolahan hasilpertanian, dan kelompok tani. Bank umumnya lebih memilih menyalurkan KURke sektor non pertanian karena riskonya lebih kecil. Kredit formal maupun nonformal yang disalurkan kepada debitur umumnya digunakan sesuai keperluandan mempelancar usahatani, dagang, maupun pengolahan produk pertanian.Pengembalian kredit program relatif lancar karena debitur menyerahkan agunankepada bank, terutama sertifikat tanah. Pengembalian kredit formal maupun nonformal relatif lancar kecuali petani mengalami gagal panen.

Faktor-faktor internal yang mendukung kemampuan petani untukmengakses kredit program adalah luas lahan usaha cukup memadai, pengalamanbertani cukup lama, pengalaman memperoleh kredit formal cukup lama,pelunasan kredit formal dan non formal cukup baik, pengalaman memperolehkredit non formal cukup lama, status lahan bersertifikat, akses informasi cukupbaik, dan anggota kelompok tani cukup aktif. Faktor-faktor internal yang kurang

Page 42: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

30 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

mendukung petani dalam mengakses kredit adalah biaya usahatani cukup tinggi,tidak memiliki agunan berupa sertifikat tanah, pemeliharaan ternak hanyasebagai sambilan, dan pendidikan petani rendah. Faktor-faktor eskternal yangmerupakan kekuatan adalah ketersediaan kredit formal memadai, prosedurpengajuan kredit mudah, bunga kredit KKPE cukup rendah, ada pendampingandari Pemda, penundaan bayar bagi petani yang gagal panen, akses langsungkelompok tani ke bank, sarana transportasi baik, sarana produksi cukup tersedia.Sedangkan faktor-faktor yang merupakan ancaman adalah kurang sosialisasi,belum ada monev penggunaan dan pengembalian kredit oleh Pemda atauKementerian Pertanian, waktu pengusulan sampai pencairan kredit cukup lama(lebih dari 2 minggu), dan belum ada keringanan bagi petani yang gagal.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah: (1) Pemerintah perlumempermudah pengurusan sertifikat tanah sebagai salah satu syarat utamaagunan dalam pengajuan kredit formal agar semakin banyak petani yang bisamengakses kredit. Sosialisasi selain dilakukan oleh bank juga wajib dilakukanoleh Dinas terkait secara ekstensif dan intensif agar semakin banyak petani yangmengetahui tentang kredit program. Linkage program perlu diperbanyakwalaupun bunga kredit lebih mahal dari bank tetapi akses petani lebih mudah. (2)Plafon KKP-E perlu ditambah mengingat realisasi penyaluran kredit ini selalulebih tinggi dari plafon. Dinas terkait dan bank harus mendorong agar lebihbanyak petani mengakses KUR karena bank lebih memilih menyalurkan kredit iniuntuk sektor non pertanian. BLM hanya bisa diandalkan dalam jangka pendekdan penerima bantuan modal relatif terbatas. Resi Gudang perlu lebih didorongterutama di daerah penghasil produk pertanian yang bisa disimpan dalam jangkapanjang, misalnya komoditas padi, jagung, dan kopi. Lebih bijaksana jikaanggaran BLM dialihkan untuk kredit program agar lebih banyak petani yangterjangkau; (3) Petani di lahan marjinal juga memiliki kekuatan dan kesempatanuntuk memanfaatkan kredit program. Pembinaan oleh instansi terkait kepadapetani maupun kelompok tani akan mempermudah mereka dalam mengakseskredit formal. Penggunaan agunan selain sertifikat lahan, misalnya BPKB, akanmempermudah petani mengakses kredit. Saat ini masih lebih banyak petani yangtidak memiliki sertifikat lahan dibanding yang memiliki; (4) Kemitraan antarapetani atau kelompok tani dengan pihak swasta masih relatif sedikit dan perluterus didukung. Disamping itu sosialisasi dan monev kredit program harusdlakukan lebih intensif.

5.5. Penentuan Desa Calon Lokasi PUAP 2011 dan Evaluasi PengembanganUsaha Agribisnis Perdesaan

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, sebagian besar pelaku/petani menghadapi kendala permodalan, baik modal sendiri maupun aksesterhadap lembaga permodalan yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan modalpetani tersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memberikan stimulanbantuan modal finansial berasal dari APBN dalam bentuk Bantuan LangsungMasyarakat (BLM) ke kelompok tani/Gapoktan. Pola BLM telah dimulai tahun

Page 43: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 31

2000 dan sejak tahun 2008, pola BLM ini diperkenalkan dalam bentuk programPengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi PNPMMandiri yang dilanjutkan pada tahun 2011. Untuk menyempurnakan pelaksanaanprogram PUAP tahun 2011 perlu dilakukan kegiatan yang mencakup: (a)membantu penentuan calon penerima dana BLM PUAP 2011 dan (b) evaluasiterhadap pelaksanaan program PUAP sebelumnya.

Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008, namunpermasalahan tidak dapat dihindarkan selalu muncul dalam penetapan calonlokasi desa dan dalam penentuan Gapoktan penerima dana BLM PUAP.Permasalahan ini diduga karena belum diperoleh evaluasi tentang programPUAP secara keseluruhan, walaupun evaluasi tentang kinerja (input, proses, sertaoutput, dan outcome) telah dilakukan. Berbagai kepentingan dari banyakstakeholders juga sangat memengaruhi keputusan penentuan desa dimaksud. Olehkarena itu, evaluasi program PUAP dan pelaksanaan kegiatan PUAP sangatdibutuhkan untuk mengetahui bagaimana mengarahkan kegiatan PUAP agartepat sasaran dan efektif. Hasil evaluasi tentang kinerja program PUAP yangmencakup kinerja input, proses, output, dan outcome akan digunakan sebagaipengetahuan yang akan mendukung evaluasi yang sama Tahun 2011 dan evaluasiprogram secara keseluruhan.

Perlu disadari bahwa pemerintah tidak selamanya mampu membantumenyalurkan dana yang bersumber dari APBN dalam bentuk BLM. Dalamkonteks ini, program PUAP pada waktunya harus mampu menciptakankemandirian usaha agribisnis perdesaan. Permasalahan terkait dengan kurangnyaakses petani terhadap sumber-sumber permodalan dikaji dalam kegiatan ini danmodel kelembagaan keuangan mikro, LKM-A menjadi salah satu alternatif solusiterhadap keterbatasan ketersediaan modal petani.

Evaluasi kinerja pelaksanaan program PUAP sudah dilaksanakan sejaktahun 2009. Secara umum, hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja input,proses, output, outcome, dan dampak program masih belum dapat mencapaisasaran secara optimal. Di sisi lain, evaluasi tentang Program PUAP barudilakukan pada Tahun 2011 dan hal ini sangat dibutuhkan untuk mendapatkaninformasi dan pemahaman terhadap kelayakan pelaksanaan program PUAP.Seluruh informasi yang akan dikumpulkan diharapkan dapat memberikangambaran secara holistik tentang pencapaian program PUAP di perdesaan.Penelitian dilakukan di Provinsi Banten, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan NusaTenggara Barat dengan pertimbangan didasarkan pada penilaian kinerjapelaksanaan PUAP oleh Tim PUAP Pusat tahun 2008 dan 2009 pada masing-masing provinsi yang mewakili pada penilaian kategori Sangat Baik, Baik, Sedangdan Kurang.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu tiga tahunterakhir, Kementerian Pertanian telah merealisasikan pencairan dana BLM PUAPsebanyak 29.013 gapoktan yang tersebar di 33 Provinsi wilayah Indonesia, yakni10.542 gapoktan pada tahun 2008, 9884 gapoktan (2009) dan 8587 gapoktan (2010).Hingga bulan November 2011, berdasarkan lima SK penetapan dana BLM PUAP

Page 44: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

32 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

mencakup 6697 gapoktan dengan nilai penyaluran Rp 669.693.808. Hal ini berartibahwa sampai dengan tahun 2011, dari total desa di Indonesia (lebih dari 70.000desa) maka hampir 50 persen jumlah desa yang ada di Indonesia telah menerimadana BLM PUAP.

Meskipun sumber usulan tetap sama dari tahun ke tahun, yakni usulandari pemerintah daerah, aspirasi masyarakat dan unit kerja eselon I lingkupKementan, namun terjadi perubahan pada mekanisme pengusulan desa calonlokasi penerima dana BLM PUAP. Perubahan mekanisme pengusulan desa initerjadi akibat penyesuaian pelaksanaan PUAP dari tahun ke tahun. Demikianpula dengan kriteria desa calon penerima dana PUAP juga terjadi perubahan daritahun ke tahun karena didasarkan kondisi di lapang saat ini sulit untukmenemukan desa-desa miskin karena sebagian besar telah memperoleh danaPUAP di tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 di Kementerian Pertanian terjadiperubahan struktur organisasi. Hal ini juga mengakibatkan Ketua PokjaIdentifikasi Desa Tim PUAP Pusat yang awalnya diketuai oleh PSEKP dialihkankepada Direktorat Pembiayaan Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.Untuk itu pada tahun 2011 ini PSEKP tidak lagi menjadi penanggungjawab PokjaIdentifikasi dan Penetapan Desa PUAP tetapi hanya membantu DirektoratPembiayaan dalam pelaksanaan tugasnya.

Pada aspek sosialisasi yang dilakukan berjenjang dari tingkat provinsihingga desa dirasakan masih sangat kurang. Hal ini sangat berkaitan erat denganpemahaman Program PUAP hingga level pengurus gapoktan dan petani. Padaumumnya, baik Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani menganggapmateri pelatihan telah dapat dipahami dengan baik, namun pelaksanaanpelatihan terus diupayakan meningkat, baik dari aspek waktu, praktikum dankualitas nara sumber. Koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah perluditingkatkan. Frekuensi pendampingan oleh Penyuluh Pendamping umumnyalebih intensif dibandingkan pendampingan oleh Penyelia Mitra Tani. Hal iniantara lain disebabkan oleh rasio jumlah gapoktan yang harus didampingi olehPenyelia Mitra Tani melebihi kapasitasnya sehingga menjadi kurang optimal.

Introduksi inovasi teknologi dan rekayasa kelembagaan lebihmenekankan pada pendekatan budaya material (bantuan dana, alsintan, saranaproduksi) dibanding nonmaterial (membangun sistem nilai). Peranan BPTPdalam inovasi teknologi terhadap gapoktan cukup menonjol dengan langkahoperasional kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh BPTP yang terkait denganintegrasi PUAP dan program lainnya. Pembinaan untuk kelembagaan Gapoktandan LKM-A yang telah dilakukan melalui pendekatan kelompok, namunpendekatan partisipatif masih belum dilakukan secara maksimal. Pengembangankelembagaan Gapoktan dan LKM-A cenderung menggunakan pendekatanstruktural dari pada pendekatan kultural;

Penyaluran dana BLM PUAP umumnya masih dilakukan oleh pengurusgapoktan atau unit usaha yang ada di bawah gapoktan. Pendirian LembagaKeuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) masih jarang ditemui di lokasi provinsicontoh, kecuali di Jawa Timur dan Kabupaten Karo yang pada umumnya sudah

Page 45: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 33

membentuk LKM-A sebagai pengelola dana PUAP, walaupun sifatnya masihberupa unit usaha di bawah Gapoktan dan pengurusnya juga masih merangkapsebagai pengurus Gapoktan. Perkembangan dana BLM PUAP cukup lancar,kecuali untuk gapoktan di Provinsi NTB yang perkembangan dananya ada yangnegatif karena terjadi penurunan harga ternak sapi. Perguliran dana PUAP rata-rata 2-4 kali dengan tingkat jasa yang ditetapkan antara 1,5 hingga 2,5 persen perbulan. Mekanisme peminjaman dana BLM PUAP umumnya yarnen, meskipunada juga yang bulanan atau bahkan tahunan (kasus ternak sapi). Rata-ratagapoktan telah mempunyai unit usaha simpan pinjam, dengan menetapkansimpanan pokok, wajib dan sukarela yang merupakan syarat dalam pembentukanunit usaha simpan pinjam dan merupakan salah satu sumber permodalan yaitusebagai modal swadaya masyarakat.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah program PUAP ditujukan,antara lain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melaluipenyediaan modal dalam kegiatan agribisnis. Untuk sebagian gapoktan, bantuanmodal sebesar Rp 100 juta dapat dimanfaatkan dengan baik dalam kurun waktuyang relatif singkat (antara tahun 2008 sampai tahun 2010). Namun, sebagiangapoktan lainnya, termasuk gapoktan di lokasi penelitian, tidak mampu atauhanya sedikit upaya yang dilakukan untuk mendorong usaha produktif yangmenguntungkan. Hal ini diduga terjadi karena beberapa hal, diantaranya kondisiinfrastruktur wilayah dan sumberdaya yang ada, termasuk SDM yang trampilyang pada akhirnya mengakibatkan kurang efektifnya pemanfaatan dana.Ketidakefektifan ini tampaknya dimulai dari seleksi dalam penentuan gapoktancalon penerima, kemudian rendahnya kualitas SDM yang tersedia, sertakurangnya pembinaan oleh instansi terkait, termasuk seringnya pergantianpejabat di daerah yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program ini.

Dalam hal pembinaan kegiatan gapoktan oleh PP dan PMT, informasiyang sangat kuat menunjukkan bahwa kwalitas dan frekwensi pembinaanmereka tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Selain karena tidak memilikisarana angkutan sendiri, sebagian PP masih berstatus honorer dengan masadepan yang tidak pasti. Demikian juga dengan PMT yang harus membagi waktuuntuk mengunjungi 20 hingga 30 gapoktan secara bergiliran, namun hanyamendapat honorarium 8-10 bulan dalam setahun. Kondisi seperti ini diduga turutberkontribusi terhadap kurang efektifnya pembinaan di lapangan. Dalam konteksini, sangat arif mengusulkan agar dapat dicarikan jalan keluar untuk keduamasalah diatas.

Alternatif yang dapat diusulkan untuk dipertimbangkan adalah kepastianmasa depan para penyuluh. Pengangkatan penyuluh lapangan (atau PP) yangberstatus tenaga honorer menjadi pegawai tetap pemerintah perlu diprioritaskandan diusulkan anggaran untuk kegiatan mereka, bahkan secara bertahap perludiangkat penyuluh-penyuluh baru dan diberi tanggungjawab bersama-samapetani membantu meningkatkan kinerja usahatani pada setiap gapoktan.Selanjutnya, mengikuti pengangkatan PMT di daerah yang bantuannya sangatdibutuhkan untuk mendorong pengembangan gapoktan, maka kepada mereka

Page 46: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

34 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

layak diberikan kontrak dengan honorarium penuh selama 12 bulan dalam masasatu tahun. Jika pemberian honorarium 12 bulan tadi bertentangan denganperaturan yang berlaku, maka peraturan tersebut perlu direvisi atau dicarikanperaturan lain yang tidak bertentangan.

Menyoroti kelembagaan PUAP saat ini, harus diakui bahwa tidak semuagapoktan penerima BLM PUAP memiliki potensi kuat memajukan agribisnis diwilayah masing-masing. Gapoktan yang memiliki potensi kuat untukdikembangkan, dengan persyaratan tertentu, perlu diidentifikasi. Pembinaanberkelanjutan terhadap gapoktan berpotensi ini harus dilakukan dalam berbagaiprogram yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Perkuatan kelembagaanharus dilakukan dengan berbagai upaya, baik upaya yang dilakukan pemerintahpusat dan disinkronkan dengan upaya yang mampu dilakukan oleh pemerintahdaerah. Sinergi program kedua tingkat pemerintahan ini harus dilakukan secaraterpadu agar percepatan pengembangan dapat diciptakan. Evaluasi yangdilakukan melalui penelitian ini mengindikasikan perlunya perkuatankelembagaan gapoktan potensial tersebut.

Jika Program PUAP masih atau tidak dilanjutkan pada tahun-tahun yangakan datang pada desa/gapoktan lainnya, hasil penelitian ini mengindikasikanperlunya dilaksanakan identifikasi gapoktan potensial, khususnya gapoktan yangtelah mempunyai LKM dan menekuni usaha ekonomi yang menjanjikan. Hal iniperlu dipertimbangkan dan dijadikan prioritas kegiatan (Ditjen PSP) pada tahunyang akan datang sehingga proses pengembangannya dapat dipercepat danmenjadi model yang dapat ditiru oleh gapoktan lain dalam peningkatanpengelolaan bantuan dana Program PUAP.

Aspek lain terkait dengan dibutuhkannya dokumen legal LKM-A untukmelaksanakan dan memperluas kegiatan usaha/agribisnis adalah pemilihanbentuk badan hukum yang sesuai dengan keberadaan petani dalam gapoktan.Pertanyaan yang sering diajukan adalah, apakah gapoktan yang berbadan hukumatau unit usaha dibawahnya (LKM-A)? Dalam kaitan ini, harus dimiliki berbagaipersyaratan agar suatu lembaga seperti gapoktan atau LKM-A disebut berbadanhukum yang seluruhnya harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yangberlaku. Langkah operasional yang perlu ditempuh di sini adalah memilih badanhukum yang tepat, apakah dalam bentuk koperasi atau CV, UD, dsb. Selanjutnya,memenuhi semua persyaratan yang diperlukan. Dari berbagai kemungkinan, adajuga pemikiran untuk memasukkan unit usaha gapoktan ini dalam bentuk badanusaha milik desa atau badan usaha milik petani. Tentu berbagai persyaratan perludipenuhi untuk membuat LKM-A berkembang menurut badan hukum yangdipilih.

Peran pembina gapoktan di daerah sangat penting. Para pembina daerahseharusnya memiliki agenda pembinaan yang jelas, terarah, serta konsisten dandilakukan oleh individu-individu yang mewakili instansi/lembaga terkait.Daerah masih sangat lemah dalam koordinasi kegiatan seperti ini, terutamakarena selain tidak memiliki agenda pembinaan yang jelas, seringnya pergantianpejabat yang mengurus kepentingan petani di daerah sangat memengaruhi

Page 47: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 35

kinerja para pembina ini. Arah dan konsistensi pembinaan dapat berubah dankelanjutan kegiatan juga dapat terhambat. Oleh karena itu, para pembina didaerah perlu berkoordinasi dan membuat agenda pembinaan yang konkrit danberkelanjutan, dan jika pergantian pejabat di daerah tidak dapat dihindarkan,maka setiap individu pembina ini harus tunduk pada agenda pembinaan dengankegiatan yang telah disepakati. Tim Pembina/Teknis Program PUAP harusmengambil inisiatif melakukan komunikasi secara intensif dengan berbagaiinstansi terkait dan merumuskan berbagai bentuk pembinaan gapoktan, jika perluuntuk setiap gapoktan lengkap dengan materi, waktu, tempat, dan berbagaikebutuhan lainnya.

5.6. Panel Petani Nasional (PATANAS): Indikator Pembangunan Pertanian danPerdesaan di Wilayah Agroekosistem Lahan Kering Berbasis Sayuran danPalawija

Pembangunan pertanian dari sejak pemerintahan Orde Baru hingga kepemerintahan Orde reformasi tidak pernah berhenti yang ditandai dengan silihbergantinya kebijakan dan program yang dijalankan yang semuanyadimaksudkan untuk mencapai target-target utama pembangunan pertanian.Selama lima tahun kedepan (2010-2014) ada 4 (empat) target utama KementerianPertanian, yaitu: (a) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (b)peningkatan diversifikasi pangan, (c) peningkatan nilai tambah, daya saing, danekspor, dan (d) peningkatan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2009).Untuk mengetahui hasil-hasil dan dampak dari pembangunan pertaniankhususnya yang berkaitan dengan target utama berupa peningkatankesejahteraan petani sudah barang tentu pemerintah membutuhkan informasiyang dimaksudkan untuk mempertajam tujuan dan sekaligus kebijakan maupunprogram pembangunan pertanian itu sendiri. Infomasi tersebut dirumuskandalam bentuk indikator-indikator pembangunan ekonomi.

Dalam rangka menyediakan informasi tersebut, sejak Tahun 1983 PusatSosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan penelitian Panel Petaninasional (PATANAS) yang dilaksanakan secara periodik dalam interval waktutertentu pada lokasi (desa) dan rumah tangga yang sama. Pada Tahun 2006dilakukan penyempurnaan penelitian PATANAS dari segi tipologi desa yangdijadikan lokasi penelitian dan indikator pembangunan yang dianalisis. Dari segitipologi desa yang dijadikan lokasi penelitian, sebelum Tahun 2006 tipologi desalokasi penelitian PATANAS adalah desa sawah irigasi berbasis padi. Sementaraitu sejak Tahun 2007 desa lokasi penelitian PATANAS terdiri dari 3 (tiga) tipologidesa, yaitu (a) desa sawah irigasi berbasis padi, (b) desa lahan kering berbasispalawija dan sayuran, dan (c) desa lahan kering berbasis komoditas perkebunan.Dari segi indikator yang dianalisis, sebelum tahun 2006 indikator pembangunanyang dianalisis hanya mencakup: (a) distribusi pemilikan/penguasaan lahan, (b)produktivitas tenaga kerja, (c) produktivitas lahan, (d) pangsa pengeluaran rumahtangga untuk makanan, dan (e) distribusi pendapatan. sementara itu sejak tahun2007 indikator pembangunan yang dianalisis lebih beragam dan mencakup: (a)

Page 48: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

36 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

distribusi pemilikan/penguasaan lahan, (b) produktivitas tenaga kerja, (c)produktivitas lahan, (d) pangsa pengeluaran rumah tangga untuk makanan, (e)distribusi pendapatan, (f) nilai tukar petani, (g) persentase penduduk miskin, dan(h) kecukupan energi dan protein.

Pada Tahun 2007 survei dilakukan pada rumah tangga di agroekosistemsawah irigasi berbasis padi, pada tahun 2008 di agroekosistem lahan keringberbasis sayuran dan palawija, dan pada tahun 2009 di agroekosistem lahankering berbasis komoditas perkebunan. Pada tahun 2010 telah dilakukan resurveidi agroekosistem sawah irigasi berbasis padi. Sementara pada Tahun 2011dilakukan resurvei di agroekosistem lahan kering berbasis sayuran dan palawija.Penelitian ini perlu dilakukan dalam rangka menyediakan informasi dalambentuk indikator-indikator pembangunan ekonomi yang berguna untukmengetahui hasil-hasil dan dampak pembangunan pertanian di tingkat rumahtangga di wilayah pedesaan khususnya yang berkaitan peningkatan kesejahteraanpetani yang dibedakan menurut geografis dan agroekosistem dalam periode 2008-2011.

Dengan diperolehnya indikator-indikator pembangunan ekonomitersebut akan diperoleh sejumlah manfaat. Pertama, indikator-indikator tersebutdapat melengkapi indikator pembangunan ekonomi di tingkat agregat nasional,provinsi atau kabupaten yang secara berkala diterbitkan oleh BPS. Kedua,indikator-indikator tersebut dapat digunakan untuk memperoleh gambarantentang dinamika hasil-hasil dan dampak pembangunan pertanian di tingkatrumah tangga di wilayah pedesaan khususnya yang berkaitan denganpeningkatan kesejahteraan petani dalam periode 2008-2011. Ketiga, indikator-indikator tersebut dapat dijadikan masukan dalam rangka mempertajam tujuandan sekaligus kebijakan maupun program pembangunan khususnyapembangunan pertanian yang bersifat spesifik lokasi dan spesifik komoditas.

Secara garis besar tujuan penelitian adalah menyajikan sejumlah indikatoryang merefleksikan dinamika hasil-hasil dan dampak pembangunan pertaniandan perdesaan di wilayah agroekosistem lahan kering berbasis sayuran danpalawija khususnya di tingkat usahatani dan rumah tangga. Lokasi penelitiandilakukan di Provinsi Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, danJawa Barat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan tegalan tidak mengalamipertambahan, sementara di sisi lain jumlah penduduk terus meningkat sehinggatekanan jumlah penduduk terhadap lahan pertanian cenderung semakin beratyang diindikasikan oleh rata-rata luas lahan tegalan per rumah tangga yang relatifsempit. Konsekuensinya, daya serap subsektor tanaman pangan di desa-desalokasi penelitian terhadap pertambahan tenaga kerja akan semakin terbatas. Olehkarena itu, pemerintah perlu membuka seluas-luasnya lapangan kerja di sektornon-pertanian agar terjadi pergeseran struktur kesempatan kerja di wilayahpedesaan

Page 49: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 37

Di desa-desa lokasi penelitian ada indikasi terjadi fenomena setengahpengangguran yang diindikasikan oleh fakta seperti terjadinya migrasi (sirkulasidan permanen) oleh penduduk dengan tingkat pendidikan dan tingkatketrampilan yang relatif rendah serta tingkat dan laju kenaikan upah tenaga kerjaselama periode tahun 2008-2010 yang relatif rendah. Fenomena ini sekali lagimengisyaratkan bahwa pemerintah perlu segera membuka seluas-luasnyalapangan kerja di sektor non-pertanian.

Kapasitas produksi usahatani komoditas utama (komoditas basis) didesa-desa lokasi penelitian masih memungkinkan ditingkatkan melaluipenggunaan benih unggul berlabel dan penerapan pemupukan berimbang.Dalam hubungan ini yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah tetapmemberikan subsidi untuk pupuk anorganik. Subsidi semacam ini harus jugaditerapkan untuk benih palawija dan sayuran. Melalui pemberian subsidi pupukdan benih diharapkan beban biaya usahatani yang harus ditanggung petanimenjadi relatif lebih ringan.

Pada saat ini diversifikasi sumber pendapatan harus dilakukan rumahtangga petani sebagai konsekuensi dari terbatasnya pendapatan dari usahatanikomoditas utama (komoditas basis) dan atau sektor pertanian untuk mencukupikebutuhan rumah tangga sehari-hari baik berupa pengeluaran makan maupunnon-makanan.

Dengan menggunakan pangsa pengeluaran pangan sebagai petunjuktingkat kesejahteraan, selama periode tahun 2008-2011 secara agregat rumahtangga petani lahan kering berbasis palawija mengalami peningkatankesejahteraan yang ditunjukkan oleh penurunan pangsa pengeluaran pangan dari62 persen pada tahun 2008 menjadi 57,54 persen pada tahun 2011, sementara itusecara agregat rumah tangga petani lahan kering berbasis sayuran mengalamipenurunan tingkat kesejahteraan yang ditunjukkan oleh kenaikan pangsapengeluaran pangan dari 47 persen pada tahun 2008 menjadi 56,67 persen padatahun 2011.

Selama periode tahun 2008-2011 jumlah rumah tangga miskin khususnyadi desa-desa lokasi penelitian diperkirakan meningkat disebabkan olehpenurunan tajam profitabilitas beberapa usahatani dan relatif rendahnya tingkatdan laju upah tenaga kerja di sektor pertanian selama periode tahun tersebut.Oleh karena itu program raskin dinilai tetap bermanfaat bagi meringankan bebanpengeluaran (khususnya pengeluaran pangan) bagi penduduk miskin.

5.7. Keragaan, Permasalahan dan Upaya Mendukung Akselerasi ProgramSwasembada Daging Sapi

Selama 40 tahun terakhir industri sapi potong Indonesia mengalamidinamika yang arahnya cenderung negatif. Ketika dasawarsa 1979-1980 Indonesiamerupakan negara eksportir sapi potong. Kemudian pada dasawarsa 1980-1990Pemerintah mengambil kebijakan menghentikan ekspor sapi potong dan kerbau).Akhirnya sejak awal tahun 1990-an sampai saat ini justru Indonesia menjadi

Page 50: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

38 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

negara pengimpor sapi potong. Hal ini disebabkan pertambahan jumlahpenduduk dan peningkatan pendapatan. Di lain pihak, pertumbuhan produksidaging sapi dalam negeri relatif lambat.

Mengingat pentingnya kemandirian pangan, dengan dukungan politikdan dana serta pengalaman di masa lalu maka kebijakan swasembada daging sapidan kerbau dilakukan lagi dengan rancangan yang melibatkan berbagaistakeholder. Rancangan dibuat dalam suatu dokumen berupa blue print (BP).Dengan demikian diharapkan program akan memberi hasil lebih baik dari duaprogram sebelumnya. Untuk mendapat hasil sesuai dengan tujuan dan maksuddari PSDS maka diperlukan data dan informasi terkait dengan implementasi dandampak PSDS. Untuk itu penelitian yang terkait dengan kinerja dan upayaakselerasi PSDS perlu dilakukan sebagai bahan masukan bagi instansi terkaityang melaksanakan program tersebut, khususnya Direktorat Jenderal Peternakandan Kesehatan Hewan (Ditjennak dan Keswan), Kementerian Pertanian(Kementan).

Dalam BP, PSDS 2014 akan ditempuh dengan 13 rencana aksi. Namundarimana menurunkan ketigabelas rencana aksi tersebut merupakan masalahyang perlu ditelusuri. Apakah kegiatan yang ada diturunkan dari strukturorganisasi Ditjennak yang cenderung membagi tugas namun tidak melihaturgensi kegiatan dikaitkan dengan keterbatasan dana dan waktu untukmelaksanakan program? Atau, kegiatan yang ada diturunkan dari teori fungsiproduksi atau penawaran, sehingga upaya yang dilakukan adalah bagaimanamenggeser kurva penawaran ke kanan. Selanjutnya dari peubah yang ada apakahada langkah-langkah penentuan prioritas, sehingga kegiatan mana yangdidahulukan. Artinya, perlu diketahui apa konsep swasembada yang digunakandan upaya apa yang dilakukan untuk mencapai swasembada tersebut.

Implementasi kebijakan selama ini cenderung bersifat top down danseragam pada berbagai daerah. Padahal kondisi bervariasi dan kebijakan akandirasakan berbagai pihak. Apakah program ini memperhatikan aspirasistakeholder, sehingga keberlanjutan menjadi lebih baik. Untuk mengetahui ituperlu dilakukan monitoring dan evaluasi oleh pihak independent. Implementasikebijakan diharapkan memberi dampak positif. Meskipun ada dampak negatifdampak totalnya diharapkan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Program ini baru memasuki tahun kedua maka belum banyak dampak yangdapat dilihat. Oleh karena itu, dampak yang dilihat masih pada bagaimanarespon stakeholder terhadap implementasi kebijakan yang dilakukan.

Senjang permintaan dan penawaran daging sapi nasional terus melebar.Untuk menutupi senjang tersebut dipenuhi dari impor. Pertumbuhan volumeimpor ternak dan daging sapi nasional terus meningkat. Efisiensi produksi danpemasaran di dan dari negara eksportir memicu semakin besarnya pangsa importersebut. Akibatnya industri sapi potong nasional yang berbasis peternakan skalakecil terus terdesak. Apabila tidak ada upaya khusus, ketergantungan impor akansemakin meningkat dan mengancam kemandirian pangan dan industri sapipotong nasional. Pemerintah mencanangkan program swasembada daging sapi

Page 51: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 39

(PSDS). Upaya tersebut tidak mudah, membutuhkan alokasi anggaran yang besar,butuh komitmen tinggi antar instansi dan tingkat Pemerintahan, melibatkanbanyak stakeholder dan membutuhkan waktu lama. Agar program berjalan efektifdiperlukan informasi dan data dukung terkait dengan permasalahanimplementasi program di lapangan sejak konsep, dukungan anggaran danpelaksanaan kegiatan di lapang. Informasi dan data dukung tersebut akandikomunikasikan kepada berbagai instansi terkait untuk mengakselerasi tujuandan maksud yang ingin dicapai PSDS.

Lokasi penelitian adalah Provinsi Aceh, Riau, Nusa Tenggara Barat(NTB), Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Provinsi Aceh dipilih dengan pertimbanganbahwa daerah tersebut diduga mulai defisit dan ada indikasi ada pasokan ternakfeedlot asal Lampung. Riau merupakan daerah perkebunan kelapa sawit terluassecara nasional dan potensial untuk berintegrasi dengan pengembangan ternaksapi, NTB adalah daerah basis sapi potong yang banyak melakukan pemotonganbetina produktif, Jawa Barat merupakan daerah sentra konsumsi pasokan dagingsapi dan DKI Jakarta sebagai pusat kedudukan lembaga pengambil kebijakan.

Penelitian ini memperlihatkan bahwa pelaksanaan PSDS 2014 baik ditingkat pusat maupun di berbagai daerah khususnya pada empat lokasipenelitian mendapat dukungan berbagai pihak. Hal itu terlihat dari dukunganprogram dan dana baik dari Ditjen dalam Kementan, kementerian lain, Pemda,Program CSR dan Community Development pihak swasta yang mendukung 13kegiatan PSDS 2014 koheren mencapai sasaran. Distribusi dokumen formalsebagai payung hukum pelaksanaan PSDS di daerah masih belum berjalandengan baik. Sosialisasi dan pelaksanaan di daerah terutama pada tingkatkabupaten/kota terkadang menghadapi kendala dana operasional akibat sistemotonomi daerah yang mengharuskan daerah membiayai sendiri programnya.

Dukungan SDM untuk mensukseskan PSDS masih kurang, terutamapada aspek budidaya (reproduksi) dan pascapanen (tenaga di RPH). SDM mutlakdiperlukan untuk menjamin berlangsungnya keseluruhan program terlaksanadengan baik sesuai dengan petunjuk pelaksanaan 13 kegiatan PSDS.

Peningkatan populasi dan produksi ternak dan daging sapi melaluiberbagai program pada poknak termasuk SMD diperkirakan akan berpengaruhpositif namun dalam menentukan calon kelompok dan calon lokasi perludiperketat. Pencapaian target pengembangan pupuk organik dan biogas akanmudah dicapai, namun hasilnya tidak berpengaruh langsung pada kegiatanpeningkatan populasi dan produksi terrnak dan daging sapi. Kegiatan ini dapatmerangsang peternak untuk berusaha karena mampu memberi penghasilan baiktunai maupun tidak. Kegiatan integrasi sawit sapi merupakan potensi besar untukmeningkatkan populasi dan produsi ternak dan daging sapi. Namun pihakpengelola perkebunan sawit masih banyak yang belum terlibat, padahal potensikeuntungan yang dihasilkan cukup baik.

Penyediaan bibit sapi dalam bentuk produksi dan distribusi semen bekumenunjukkan hasil yang baik terutama yang dilakukan oleh UPT Pusat. Namun

Page 52: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

40 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

dalam pelaksanaan IB di tingkat peternak masih mengalami hambatan. Hal initerindikasi dari nilai service per conception (S/C) yang besar dan jarak kelahiranlebih dari 14 bulan. Masalah utama adalah kekurangan tenaga inseminator,pemeriksa kebuntingan, dan tenaga lain yang mendukung keberhasilan IB.

Implementasi kegiatan penjaringan betina produktif masih menduaantara dilakukan di RPH, di pasar hewan, atau di tingkat peternak. Hasilsementara beberapa sapi betina hasil penjaringan sudah memberi keturunandengan kualitas yang baik. Namun beberapa opsi tersebut memiliki kelemahandan kelebihan, terutama ada dugaan terjadi manipulasi pemanfaatan dana.

Pengendalian impor ternak dan daging sapi pada akhir 2010 telahmampu mendorong meningkatnya volume pemasaran dari sentra produksiterutama dari Jawa ke sentra konsumsi di Jabar. Hal ini terindikasi daribanyaknya sapi yang diperdagangkan di pasar hewan Ciwareng yangmemperdagangkan sapi bibit dan sapi potong serta sapi yang masuk RPHCiroyom Bandung.

Di tingkat makro, untuk mensukseskan PSDS 2014 dukungan kebijakanimpor sapi bibit/bakalan, daging sapi, dan jeroan harus ditinjau ulang untukmenjamin kelangsungan usahaternak sapi skala kecil yang mendominasipeternakan sapi Indonesia. Diharapkan pemerintah tidak melakukan kebijakanberstandar ganda, sehingga akan menghambat target yang ingin dicapai ProgramPSDS.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah: (1) Seleksi kelompokmendukung peningkatan populasi perlu dilakukan dengan seleksi ketat sehinggahasilnya menjadi lebih efektif. Upaya lain adalah melibatkan BUMN, investorlokal, dan mengembangkan usaha skala menengah yang ada di masyarakat; (2)Mulai 2012 sebaiknya penerapan pengolahan pupuk organik dan biogasdilakukan pada lokasi yang benar-benar dibutuhkan dan sumber pupuk kandangtersedia tidak disamaratakan pada setiap daerah. Pada beberapa daerah,keberadaan biogas dan pupuk organik masih belum dibutuhkan; (3) Upayamengoptimalkan sistem integrasi sawit sapi memerlukan peran pihak lain di luarKementerian Pertanian, seperti pihak BUMN, Asosiasi Perkebunan, danpenyandang dana yang terkait dengan usaha perkebunan sawit; (4) Namunbeberapa opsi tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan, terutama ada dugaanterjadi manipulasi pemanfaatan dana. Karena masih pada tahap awal, makakegiatan ini perlu terus dimonitor dan dievaluasi secara khusus, sehinggaterhindar dari upaya-upaya moral hazard yang merugikan; (5) Untukmeningkatkan efektivitas program penjaringan betina produktif memerlukanmonitoring, evaluasi, dan perbaikan terus-menerus, sehingga terhindar dariupaya-upaya moral hazard yang merugikan; (6) Kegiatan VBC belum memberihasil yang memuaskan. Oleh karena itu, kegiatan VBC sebaiknya dialihkan padakegiatan pertama, yaitu pengembangan usaha pembiakan sapi lokal; (7) Untukmendorong kegiatan peningkatan populasi dan produksi daging sapi di dalamnegeri diperlukan pengendalian impor ternak dan daging sapi yang dilakukandengan komitmen tinggi dan konsisten; (8) Perbaikan di berbagai lini harus

Page 53: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 41

dilakukan di tingkat mikro dan makro dan mengarahkan kegiatan menjadi lebihfokus, sehingga dana, tenaga, dan waktu untuk mencapai target swasembadamenjadi lebih efisien dan efektif; (9) Distribusi dan pemasaran sapi dan dagingharus memperhatikan aspek keswan dan kesmavet. Pencegahan penyakitmenular dari ternak ke ternak atau dari ternak ke manusia harus menjadi agendasetiap pihak yang terlibat dalam saluran distribusi dan pemasaran tersebut; (10)Masyarakat perlu ditingkatkan kesadarannya tentang pentingnya memperolehdaging ASUH dari ternak yang sehat dan tidak membeli karena harga murah. Disetiap mata rantai pemasaran akan selalu ada celah pelanggaran terkait keduaaspek tersebut. Peran Pemerintah penting dalam membuat aturan dan sanksitegas atas pelanggaran kedua aspek ini, sehingga memberi efek jera.

5.8. Kajian Kebijakan Pengembangan Pupuk OrganikPupuk organik sebagai salah satu unsur penting dalam peningkatan

produksi dan produktivitas sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan petani.Selain mampu menyediakan berbagai unsur hara bagi tanaman, pupuk organikjuga berperan penting dalam memelihara sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.Sebagai unsur pembenah tanah, pupuk organik bermanfaat untuk memperbaikikualitas dan produktivitas lahan melalui teknologi pengomposan denganmemanfaatkan berbagai sumber limbah pertanian insitu (seperti sisa tanaman,sisa panen) dan limbah peternakan. Seiring dengan perkembangannya, peluangmemproduksi pupuk organik terbuka luas karena selain bahan bakunyamelimpah dan bersifat terbarukan, jenis pupuk ini bisa dibuat dan diproduksioleh berbagai kalangan termasuk pengusaha kecil-menengah (UKM).

Adanya opsi kebijakan pengembangan pupuk organik bukan semata-mata diarahkan untuk mensubstitusi pupuk an-organik, akan tetapi untukmendukung penggunaan pupuk secara berimbang dan peningkatan efisiensipenggunaan pupuk. Melalui pengembangan pupuk organik dan pupuk majemukdiharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat dilakukan secara proporsional,sehingga akan menjaga keseimbangan unsur hara mikro dalam tanah.Sehubungan dengan itu perlu dibangun arah kebijakan pengembangan pupukorganik, yang meliputi etika komersialisasi, pentingnya baku mutu dan payunghukum, serta sosialisasi pemanfaatannya.

Untuk memproduksi pupuk organik dapat dilakukan oleh pabrikan/industri pupuk dan/atau oleh petani/kelompok tani dengan menggunakanbahan baku yang tersedia di lokasi setempat (insitu). Adanya peluang usaha(pupuk organik) telah menjadi perhatian berbagai pihak untuk ikut partisipasidalam usaha tersebut, yang terkadang keluar dari etika dan norma komersialisasi.Mengantisipasi semakin banyaknya peredaran pupuk organik dalam berbagaijenis, bentuk dan kualitas yang belum terjamin dan teruji kebenarannyadikhawatirkan akan mengganggu kesehatan dan lingkungan, sehinggadibutuhkan regulasi, pengawasan dan monitoring yang ketat terhadap kualitaspupuk organik

Page 54: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

42 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Kebijakan pendukung pengembangan pupuk organik baik berupakompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya belum disertai dengan perangkatkebijakan pemerintah yang memadai, khususnya dalam aspek produksi,pengawasan, standar kualitas produksi, distribusi dan pemasarannya. Akibatnya,kebijakan tersebut kurang efektif mempercepat pengembangan pupuk organikyang diproduksi oleh petani/kelompok tani. Demikian pula dukungan subsidihanya diperuntukan untuk pembuatan pupuk organik hasil pabrikan, sehinggapupuk organik yang dihasilkan oleh Gapoktan/kelompok tani sulit bersaingdengan pupuk organik pabrikan. Untuk itu, diperlukan dukungan kebijakan yangmampu mengakselerasi pengembangan pupuk organik insitu yang berkualitasdengan teknologi sederhana dan biaya yang terjangkau oleh petani/ kelompoktani.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa potensi pengembangan pupukorganik sejalan dengan upaya peningkatan produksi padi. Prospekpengembangan pupuk organik akan semakin jelas jika dikaitkan denganmengembangkan dan meluaskan program SL-PTT. Ketersediaan pupuk organikdalam rangka mendukung peningkatan produksi pangan nasional menjadi sangatstrategis untuk dikembangkan, baik secara produksi pabrikan (komersial)maupun produksi kelompok tani insitu (non komersial). Secara umum teknologipembuatan pupuk organik non komersial (insitu) masih tergolong sederhana,yaitu teknologi sederhana fermentasi. Untuk pembuatan pupuk organik padat,setiap bahan baku kotoran ternak 1 ton dapat menghasilkan pupuk organiksebanyak 650 Kg. Proses pembuatan pupuk organik dalam satu siklus dilakukanselama 5-6 minggu. Harga jual pupuk organik berkisar Rp 500,- sampai denganRp 525,- per Kg dengan keuntungan berkisar Rp 83,- sampai dengan Rp 112,- perKg. Produk pupuk organik yang dihasilkan oleh kelompok tani bersifat nonkomersial (insitu) atau hanya diperuntukkan bagi kebutuhan kelompok tanidan/atau masayarakat petani yang berada di desa UPPO. Bagi kelompok tani/gapoktan yang telah maju dan bermaksud memproduksi pupuk organik yangakan dijual secara komersial, harus memiliki sertifikat standarisasi mutu produk.Batas kewenangan kelompok tani UPPO untuk memproduksi dan memasarkanpupuk organik hanya untuk kebutuhan kelompok (insitu), untuk memperluaspemasaran diperlukan kemitraan antara kelompok tani/produsen insitu denganprodusen pupuk organik pabrikan (swasta) yang telah memiliki sertifikasi mutuproduksi pupuk organik untuk dikomersialisasikan.

Implikasi kebijakan dari penelitian adalah sebagai berikut: (1)Pengembangan pada aspek produksi, distribusi, dan pemanfaatan pupuk organikperlu dukungan sosialisasi terhadap pemahaman pupuk organik yang intensifyang difokuskan kearah keberimbangan penggunaan pupuk an-organik danorganik serta pembenahan tanah, disertai dengan Sekolah lapang (SL) - PupukOrganik minimal selama empat musim; (2) Bentuk kebijakan untuk mendukungpengembangan pupuk organik, meliputi: (a) investasi dan pelayanan, (b)diseminasi dan pendampingan, (c) standardisasi dan mutu pupuk organik, (d)subsidi pupuk organik, dan (e) mendorong peran swasta dalam pengembangan

Page 55: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 43

pupuk organic; (3) manajemen mutu dan standar kualitas yang baik akanmendorong penggunaan pupuk organik secara massal, sekaligus mengurangidampak negatif bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan. secara spesifik,regulasi yang diperlukan adalah: (a) kebijakan investasi dan pelayanan, (b)kebijakan diseminasi dan pendampingan, (c) kebijakan standardisasi dan mutuproduk pupuk organik, (d) kebijakan subsidi pupuk organik, dan kebijakandalam mendorong peran swasta; (4) untuk meningkatkan pemasaran pupukorganik perlu fasilitasi dan dukungan : (a) uji kandungan pupuk, (b) pembuatanlabel usaha pengolahan pupuk organik yang diproduksi kelompok tani, (c)pemerintah seyogyanya tidak menurunkan harga pupuk organik pabrikan yangdisubsidi, mengingat pupuk organik dari kelompok tani adalah biaya swadayayang tidak memperoleh subsidi dari pemerintah, dan (d) meningkatkanpembinaan terhadap produsen pupuk organik (kelompok tani).

5.9. Revitalisasi Sistem Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing IndustriPertanian Perdesaan

Penyuluhan pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunanpertanian di pedesaan. Jika sistem penyuluhan pertanian dapat dirumuskandengan baik dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, diperkirakan dalamwaktu yang tidak lama kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan akanmeningkat secara signifikan. Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 16Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan(UU 16/2006), kegiatan penyuluhan mempunyai kekuatan hukum lebih besardalam memberikan dukungan bagi keberhasilan pembangunan pertanian dipedesaan.

Memasuki periode pemerintahan 2005-2009, pemerintah tetapmenganggap bahwa pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yanglebih besar. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya Revitalisasi Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005.Mengingat secara fungsional dan historis kegiatan penyuluhan mempunyai peranstrategis dalam keberhasilan pembangunan pertanian, kegiatan yang terkaitdengan penyuluhan pertanian seharusnya dilakukan pembenahan. Secarakronologis dan teknokratis, RSP dapat dipandang sebagai bagian dan kelanjutandari RPPK. Dengan adanya RSP pengaruh penyuluhan pertanian diharapkandapat mendukung terwujudnya daya saing industri pertanian di pedesaan.

Perubahan untuk perbaikan dalam rangka RSP secara menyeluruh,seyogyanya tidak dilakukan secara trial and error. Perubahan yang dimaksudakan sangat baik jika didasarkan pada kajian kritis dan dari hasil penelitian yangberkualitas tinggi. Untuk mencapai tujuan penyuluhan pertanian, yaknimengembangkan sumberdaya manusia yang maju dan sejahtera, diperlukan kerjakeras dan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen (pemerintah, masyarakat,dan swasta) yang terlibat.

Page 56: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

44 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (UU 32/2004) dapat dijadikan bagian dari penajamanpenyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian diserahkan sepenuhnya padapemerintah daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintahkabupaten/kota. Setiap daerah mempunyai kewenangan dalam mengatur”rumah tangga”-nya sendiri, penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertaniandapat diintegrasikan dengan kreativitas masing-masing daerah untuk efektivitaspencapaian pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani.

Kegiatan penyuluhan umumnya masih berorientasi pada peningkatanproduksi secara fisik melalui inovasi teknologi, belum berorientasi langsung padapemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha,khususnya peningkatan kesejahteraan. Melalui upaya peningkatankemampuan/kompetensi petani dan pelaku usaha di pedesaan pada aspek teknisdan manajerial, diharapkan petani dan pelaku usaha di pedesaan akan mencarisendiri inovasi yang dibutuhkan.

Keluaran utama penelitian ini berupa rumusan alternatif modelpenyuluhan dalam perspektif membangun industri pertanian pedesaan. LokasiPenelitian mencakup wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta (Kabupaten Gunung Kiduldan Sleman) serta Provinsi Lampung (Kabupaten Pringsewu dan LampungTimur). Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut diantaranya adalah: (1). daerahdominan sektor pertanian sebagi penopang kegiatan ekonomi (2). sistem industripertanian perdesaannya relatif lengkap (hulu-hilir) (3). dinilai memiliki peluanguntuk dikembangkan secara progresif melalui model ipp, dan (4). relatif mudahditemui kegiatan penyuluhan pertanian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh pemerintah masihmempunyai peran cukup signifikan, khususnya dalam transfer inovasi teknologipada subsistem penyedia bahan baku untuk industri berbasis komoditas pangan.Peran penyuluhan pertanian pemerintah dalam subsistem tengah (prosesing) danhilir (pemasaran) tidak terlihat dominan, bahkan relatif lebih kecil dibandingkandengan peran pelaku yang lain, khususnya penyuluhan swasta. Peran yangcukup dominan hanya ditunjukkan pada industri olahan primer berbasistanaman pangan.

Dalam program RSP yang dilaksanakan penyuluhan pertanianpemerintah belum secara tegas diarahkan untuk mendukung industri pertaniandi pedesaan. Program ini masih menekankan pada perbaikan kelembagaaninternal penyuluhan, dan belum secara khusus difokuskan untuk memperbaikimateri penyuluhan untuk petani. Transformasi ke arah industri pertanianpedesaan tidak semata-mata dapat ditempuh hanya melalui perbaikankelembagaan internal penyuluhan, melainkan juga materi inovasi (teknologi dankelembagaan) yang seharusnya secara khusus dirancang untuk transformasi kearah industri pertanian di pedesaan.

Secara kualitatif dapat dikatakan bahwa faktor dominan yangmempengaruhi kegagalan penyuluhan pertanian dalam proses transformasi ke

Page 57: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 45

arah industri pertanian pedesaan adalah materi penyuluhan. Faktor lain yangtidak dapat diabaikan dan mempengaruhi kegiatan penyuluhan pertanian adalahkualitas sumberdaya manusia; baik sebagai sumber (sources, penyuluh) maupunsebagai penerima (receiver, petani), terutama terkait dengan kompetensi teknisdan manajerial. Faktor insentif bagi kegairahan penyuluh dalam menjalankanpekerjaannya di lapangan masih banyak diabaikan.

Peraturan perundang-undangan seharusnya dibuat untuk meningkatkankeefektifan penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memenuhikebutuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. Muatan peraturanperundang-undangan perlu merepresentasikan kepentingan masyarakat banyak,sehingga dalam penyusunannya harus memenuhi kaidah partisipatif dankeberpihakkan pada kepentingan masyarakat petani di pedesaan. Posisimasyarakat sasaran dalam konstalasi penyuluhan yang diselenggarakanpemerintah relatif lemah. Keterlibatan masyarakat sasaran seakan-akan hanyapada posisi harus menerima apa yang disajikan pemerintah. Penyuluhanpertanian pemerintah bukan menjadi segala-galanya ketika slogan politikpembangunan (indsutri) pertanian di pedesaan tidak ditopang dengan programpenguatan kelembagaan ekonomi yang bersifat komprehensif. Produk pertanianpedesaan menjadi sulit untuk dapat berkembang karena program penyuluhanpertanian tidak diintegrasikan secara langsung dengan industri pertanian dipedesaan dan daya saing ekonomi pedesaan.

Upaya pengembangan pola dan sistem penyuluhan pendampinganhorisontal di tingkat operasional pedesaan dapat dipandang sebagai alternatifmodel penyuluhan dalam perspektif membangun industri pertanian pedesaan.Dalam hal ini seluruh dinas sektor yang terkait dengan usaha pertanian agribisnisyang beroperasi di hierarki lebih tinggi (kabupaten/kota) merupakan sumberinformasi yang sangat berharga bagi petugas pendamping (penyuluh masadepan). Upaya fine-tuning kebijakan harus lebih diarahkan pada kemampuanproduksi, jenis komoditas, dan kualitasnya sesuai dengan keseimbanganpermintaan dan kondisi pasar. Pola pendampingan yang lebih berorientasi kehierarki desa dimana kegiatan agribisnis dilakukan. Kelompok tani sebagaipemangku kepentingan utama, dapat melakukan interaksi dengan berbagaipihak, baik dengan kelembagaan penyuluhan, maupun dengan sektor-sektorterkait dan perusahaan serta pasar.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah perlu perbaikankelembagaan penyuluhan pertanian yang berorientasi pada terwujudnya sistemindustri pertanian di pedesaan. Selain itu juga perlu ada penguatan kelembagaanekonomi petani yang berbadan hukum koperasi. Kedua lembaga ini perlu disertaidengan regulasi yang lebih menjamin bagi terwujudnya daya saing pertanianpedesaan, pembagian yang lebih adil, dan partisipasi masyarakat pedesaan dalampenentuan setiap program pengembangan pertanian di pedesaan. Untukmeningkatkan performa sistem penyuluhan adalah dengan meningkatkan jumlahpenyuluh yang berasal dari swadaya dan swasta.

Page 58: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

46 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Diperlukan penerapan prinsip-prinsip efisiensi fungsi-fungsi manajemenadministrasi, manajemen produksi dan distribusi, manajemen pelayanan,manajemen kontrol, manajemen supervisi, manajemen sumberdaya manusia danmanajemen informasi kelembagaan, agar setiap lembaga mampu melayani parapetani dengan relatif mudah dan lancar secara berkesinambungan.

5.10. Pemetaan Aspek Sosial Ekonomi Rumah Tangga di WilayahPengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)

Intensifikasi lahan pekarangan, yang merupakan basis daripengembangan M-KRPL sebenarnya bukan merupakan hal baru. Ide intensifikasilahan pekarangan telah ada sejak awal dimulainya penelitian-penelitian terhadapperanan lahan pekarangan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hasildari pekarangan merupakan sumbangan terbesar pada saat off season, sertamenyumbang 25 persen pendapatan untuk petani miskin. Berdasarkan faktatersebut, sebagai upaya menciptakan kemandirian pangan dan diversifikasikonsumsi pada tingkat rumah tangga, Kementerian Pertanian menyusun konsep“Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)”, yang merupakan himpunandari Rumah Pangan Lestari (RPL), yaitu rumah tangga-rumah tangga yangbersedia mengintensifkan penanaman pekarangan, terutama dengan komoditassayuran, untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan diversifikasipangan berbasis sumberdaya lokal. Dengan cara ini diharapkan dapatmendukung pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, meningkatkanpendapatan dan sedikit mengurangi kemiskinan.

Program tersebut memerlukan kajian-kajian lengkap, untuk memastikanbahwa program tersebut diminati dan menguntungkan masyarakat, mengingatbahwa apabila program tersebut tidak menguntungkan, maka hanya akanmeningkatkan kemeranaan masyarakat yang selama ini merupakan kelompokpaling miskin di Indonesia. Aspek sosial ekonomi rumah tangga merupakanbagian yang sangat penting untuk dikaji, selain aspek teknis, untuk memberimasukan mengenai orientasi masyarakat terhadap ketersediaan sumberdayalahan pekarangan dan kesesuaian sumberdaya manusia dalam mengelolanya.

Walaupun hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanyakontribusi besar dari pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga, namunperubahan sangat mungkin terjadi dengan adanya peningkatan produktivitaslahan sawah dengan mengadopsi teknologi yang paling baru; luas pekaranganper rumah tangga diperkirakan menyusut lebih cepat dibanding lahan usahatanikarena lahan pekarangan merupakan lahan yang lebih siap untuk dibangunrumah atau bangunan lainnya. Dengan demikian, skala usaha di lahanpekarangan semakin mengecil dan semakin tidak efisien; harga komoditas padijauh lebih stabil dibanding komoditas lainnya karena adanya kebijakan hargadasar; eksodus penduduk muda ke kota mengurangi tenaga manusia untukintensifikasi lahan pekarangan, sedang di sawah (usahatani) dapat diganti denganmesin.

Page 59: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 47

Untuk tujuan antisipasi jangka yang lebih panjang, M-KRPL memerlukaninformasi mengenai kemungkinan terjadinya perubahan fungsi pekarangan, yangdisebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang secara alamiah dapatterjadi adalah pengurangan luas lahan pekarangan yang disebabkan karenaadanya kebutuhan perubahan fungsi lahan pekaranggan menjadi bangunan.Antisipasi semacam ini diperlukan untuk mencegah terhentinya program yangterlalu cepat, sebelum tercapainya tujuan dari program tersebut. Sesuai dengansalah satu prinsip dari model yang dikembangkan, yaitu lestari.

Pemetaan sosial ekonomi rumah tangga pada tingkat desa memberigambaran yang lebih nyata, sehingga dapat dipergunakan langsung untuk bahanpenentuan desa lokasi kegiatan/proyek. Walaupun demikian, gambaran padalevel yang lebih tinggi, bahkan provinsi, khususnya untuk informasi yang bersifatumum akan bermanfaat bagi pembuat kebijakan, khususnya pada saat anggaranyang tersedia terbatas.

Hasil penelitian yang terkait dengan hubungan pendapatan rumahtangga dengan konsumsi pangan (Khusus untuk Provinsi Lampung)memperlihatkan bahwa di daerah perdesaan terdapat 39 jenis pangan yangmempunyai hubungan yang sangat erat (nyata secara statistik) denganpendapatan. Jenis-jenis pangan ini adalah: kelompok buah-buahan (duku, salak,rambutan, durian, petai, sawo, pepaya, jambu, pisang ambon, semangka, nangkamuda); kelompok sayuran (cabe merah, tomat sayur, buncis, kacang panjang,mentimun, cabe rawit, bayam, terong, daun ketela pohon, tomat buah, kangkungdan labu); kelompok produk ternak (daging ayam ras atau kampong, daging sapi,hati, jeroan (selain hati), daging kerbau, daging babi, daging unggas lainnya);kelompok padi-padian (tepung terigu, tepung beras, beras, beras ketan, kacangkedele, lainnya); minyak kelapa dan kelapa.

Sementara itu di daerah perkotaan terdapat 20 jenis pangan yangberhubungan sangat erat dengan pendapatan. Jenis-jenis pangan tersebut adalah:kelompok buah-buahan (salak, durian, duku, semangka, pepaya, pisang raja,alpokat, kedondong); kelompok sayuran (tomat buah, buncis, cabe merah,mentimun); kelompok produk ternak (daging sapi, daging ayam ras dankampung, abon, jeroan (selain hati), lainnya; kelompok padi-padian (tepungterigu, jagung basah dengan kulit)

Adapun yang terkait dengan deskripsi dan analisis pola konsumsipangan rumah tangga perdesaan dan perkotaan yang terkait M-KRPLmenunjukan bahwa setiap rumah tangga di perdesaan dan perkotaan memilikikemampuan yang berbeda dalam mencukupi kebutuhan bahan pangan utama(padi-padian, umbi-umbian, daging, sayur, kacang-kacangan, buah-buahan, sertaminyak dan lemak). Rata-rata jumlah per kapita pangan utama yang dibeli dan diproduksi tiap rumah tangga di perdesaan cenderung lebih besar dibandingkan diperkotaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kemampuan tiap rumah tanggadalam mengakses pangan di pedesaan lebih baik dibandingkan di perkotaan.Dengan demikian secara implisit tingkat pendapatan atau daya beli tiap rumah

Page 60: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

48 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

tangga di perdesaan terhadap pangan utama semakin baik dibandingkan diperkotaan.

Berdasarkan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, yaituLampung, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan, maka pangan utamayang di beli dan diproduksi antar rumah tangga di perdesaan dan di perkotaannampak terjadi keragaman yang cukup tinggi antar provinsi;

Lampung: Hampir semua jenis pangan utama yang dibeli rumahtanggakecuali jagung basah dengan kulit, daging babi, daging ayam kampung,oncom, durian, dan rambutan adalah lebih besar di perdesaan dibandingkandi perkotaan. Demikian pula untuk jumlah pangan yang diproduksi kecualitepung gaplek (tiwul), daging ayam ras, tomat sayur, durian, rambutan, danpisang ambon lebih besar di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Keadaanini menunjukkan bahwa kemampuan rumah tangga di perdesaan dalammemproduksi kebutuhan pangan relatif lebih baik dibandingkan di perkotaan.

Jawa Barat: Jumlah pangan utama per kapita per tahun yang di beli tiaprumahtangga di pedesaan kecuali daging ayam ras dan minyak goreng adalahlebih besar dibandingkan tiap rumahtangga di perkotaan. Namun,kemampuan rumahtangga dalam memproduksi kebutuhan pangan utamarelatif tidak berbeda di perdesaan dan di perkotaan.

Yogyakarta: Rata-rata jumlah pangan utama per kapita per tahun yang di belidan diproduksi tiap rumah tangga di perdesaan adalah lebih besardibandingkan di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tiaprumah tangga dalam mengakses pangan utama lebih baik di perdesaandibandingkan di perkotaan.

Sulawesi Selatan: Rata-rata jumlah pangan utama per kapita per tahun yangdi beli rumah tangga di perdesaan kecuali duku, durian, dan margarine adalahlebih besar dibandingkan di perkotaan. Demikian pula rata-rata jumlahpangan yang diproduksi di perdesaan kecuali komoditas sagu (bukan dariketela pohon), kentang, kangkung, kol/kubis, kacang hijau, durian, minyakgoreng lainnya, dan kelapa butir adalah lebih besar dibandingkan diperkotaan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kemampuan tiap rumah tanggadi perdesaan dalam mengakses pangan lebih baik dibandingkan di perkotaan.

Besaran luas pekarangan tidak memiliki hubungan dengan luasnya lahanusahatani, karena terdapat kecenderungan bahwa lahan pekarangan per rumahtangga menyusut lebih cepat dibanding lahan usahatani. Walaupun demikian,terdapat keterkaitan antara kegiatan di lahan usahatani dengan kegiatan di lahanpekarangan. Dengan demikian, berkurangnya lahan pekarangan akanmengurangi fungsi yang sebenarnya diperlukan, antara lain fungsi pendukungusahatani dan pengembangan usaha pekarangan untuk mengisi kekosonganpendapatan pada saat di luar musim panen (off season). Fungsi sebagai tempatpengolahan pasca panen merupakan bagian yang penting, di mana pada saathilang maka akan mengurangi efektivitas pengolahan dan penyimpanan.

Page 61: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 49

Petani pemilik sawah di daerah perdesaan di tiga provinsi lokasipenelitian menggarap kurang dari satu hektar sawah. Baik petani yang masukkategori lahan pekarangan sempit maupun luas, sebagian perlu mengolah lahannon milik (sakap, sewa, atau pinjam) sebagai sumber penghasilannya. Sementaraitu pemilikan lahan sawah di daerah perkotaan lebih kecil, karena orientasipekerjaan mereka yang lebih mengarah ke non pertanian.

Baik di perdesaan maupun perkotaan, rumah tangga yang memiliki lahanpekarangan sempit memprioritaskan fungsi lahan pekarangannya sebagai habitat.Sebaliknya, rumah tangga dengan lahan pekarangan luas tidak mengutamakanlahan pekarangannya sebagai habitat, tetapi juga untuk sumber penghidupankeluarga.

Di daerah perdesaan maupun di perkotaan, sayuran, tanaman buah tahundan unggas, merupakan komoditas yang umumnya diarahkan untuk pemenuhangizi keluarga, sedangkan komoditas yang ditujukan untuk memperolehpendapatan cukup bervariasi antar lokasi penelitian. Di Jawa Barat, bunga,ternak, dan unggas dipilih untuk memperoleh pendapatan tunai. Ternak jugamerupakan pilihan rumah tangga di Lampung dan Sulawesi Selatan, dan diperdesaan maupun di perkotaan Lampung, tanaman perkebunan menjadi pilihanuntuk diusahakan.

Keuntungan yang diperoleh dari komoditas yang diusahakan diperdesaan yang memberi keuntungan cukup besar, yaitu ternak pembibitan,kolam ikan, dan ternak penggemukan. Jenis usaha berikutnya adalah tanamanbuah tahunan dan bunga hias. Akan tetapi perlu investasi besar untukmendapatkan pendapatan besar. Usaha pekarangan tanaman buah tahunan diperkotaan berpeluang memberi pendapatan cukup tinggi karena lokasinya lebihdekat dengan pembeli, sehingga harganya lebih tinggi. Usaha lainnya yang dapatdikembangkan adalah bunga/tanaman hias, serta unggas. Di Jawa Barat, bungamerupakan komoditas yang dipilih untuk memperoleh pendapatan tunai, baik diperdesaan maupun di perkotaan, juga ternak dan unggas. Ternak jugamerupakan pilihan rumah tangga di Lampung dan Sulawesi Selatan, sertatanaman perkebunan di Lampung. Penjualan hasil usaha pekangan adalahkepada pedagang pengumpul keliling. Penjualan langsung ke warga di desasecara eceran atau ke warung yang menjual langsung ke konsumen, berpotensimeningkatkan harga jual. Pemasaran hasil usaha pekarangan mudah dilakukankarena pasar masih terbuka. Akan tetapi, persaingan penjualan akan menjadimasalah besar yang menjatuhkan harga, apabila terjadi produksi secaraberlebihan. Hal ini dapat terjadi apabila pengembangan tanaman di lahanpekarangan dilakukan secara massal.

Pengembangan pengalaman di beberapa lokasi yang mengembangkanpenanaman sayuran di lahan pekarangan menghadapi masalah, yakni panenyang harus dilakukan sekaligus. Volume produksi tersebut tidak mungkin untukdikonsumsi sendiri semuanya dalam waktu pendek, tetapi volumenya jugaterlalu kecil apabila dijual, karena tidak efisien dalam pengangkutan. Dari sisi

Page 62: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

50 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

produksi, penanaman di pekarangan dengan skala yang terlalu kecil, sebenarnyamenghasilkan produk yang kurang bersaing.

Persepsi lainnya yang cukup tinggi persentasenya sehingga perlumendapat perhatian, adalah adanya kesulitan pemasaran karena kualitas hasilnyarendah. Kualitas hasil yang rendah misalnya dapat terjadi pada komoditassayuran yang tidak ditanam pada lahan terbuka, sehingga mendapatkan sinarmatahari secara optimal.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:Dalam upaya mengembangkan model kawasan rumah pekarangan

lestari/ M-KRPL di provinsi Lampung, jenis-jenis komoditas yang perlumendapat perhatian dan berpotensi dari segi budidaya, pemeliharaan, bibit, danaspek pasca panen dan pengolahannya adalah kelompok buah-buahan (duku,salak, rambutan, durian, petai, sawo, pepaya, jambu, pisang ambon, semangka,nangka muda); kelompok sayuran (cabe merah, tomat sayur, buncis, kacangpanjang, mentimun, cabe rawit, bayam, terong, daun ketela pohon, tomat buah,kangkung, dan labu); kelompok produk ternak (daging ayam ras atau kampung,daging sapi, hati, jeroan (selain hati), daging kerbau, daging babi, daging unggaslainnya); kelompok padi-padian (pengganti tepung terigu, tepung beras, beras,beras ketan, kacang kedelai, lainnya); minyak kelapa dan kelapa di daerahperdesaan. Sementara itu di daerah perkotaan yang berpotensi adalah kelompokbuah-buahan (salak, durian, duku, semangka, papaya, pisang raja, alpokat,kedondong); kelompok sayuran (tomat buah, buncis, cabe merah, mentimun);kelompok produk ternak (daging sapi, daging ayam ras dan kampung, abon,jeroan (selain hati), lainnya; kelompok padi-padian (pengganti tepung terigu,jagung basah dengan kulit). Kendati demikian, komoditas-komoditas tersebutmasih memerlukan pengujian yang lebih mendetail.

Pada umumnya tiap rumah tangga di perdesaan memiliki akses panganyang lebih baik dibandingkan di perkotaan. Meskipun demikian hal tersebut,tidak berarti masalah pangan di perdesaan terselesaikan. Dengan kondisiekonomi rumah tangga yang kurang baik dapat menjadi faktor penyebab utamasebagian besar rumah tangga, khususnya rumah tangga miskin tidak mampumengakses kebutuhan pangan yang layak, sehat dan aman untuk konsumsikeluarganya. Oleh karena itu, kesinambungan antara penyediaan pangan,penggunaan pangan, pendapatan tiap rumah tangga perlu dilakukan secara baik.Hal ini dapat dilakukan melalui pembenahan manajemen ketersediaan dancadangan pangan secara berkelanjutan. Disamping itu, pemerintah daerah perlumenerapkan kebijakan antisipatif di sektor pertanian pangan terutama lahan-lahan pertanian yang selama ini memproduksi pangan harus tetap dijaga dandipertahankan dari alih fungsi lahan produktif. Selain itu, diperlukan upayauntuk menjaga keseimbangan lahan usahatani dan lahan pekarangan, karenakurangnya perhitungan terhadap pengembangan lahan pekarangan dapatmempengaruhi kinerja di lahan usahatani. Kecenderungan makin menyempitnyapemilikan dan penguasaan lahan terus berlangsung hampir tidak dapatdikendalikan. Oleh karena itu, untuk menahan laju penurunan tersebut sebaiknya

Page 63: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 51

dilakukan dengan meningkatkan kegiatan ekonomi di perdesaan agar anggotarumah tangga tidak tergantung pada lahan pertanian orang tua mereka.

Perlu pengembangan lahan pekarangan yang diintegrasikan denganmekanisme pemasaran yang lebih efisien, penjualan langsung ke konsumen ataumelalui pedagang makanan di perkotaan konsumen. Diperlukan daya tarik yanglebih baik dari hasil usaha pekarangan, untuk meningkatkan daya saing, atauberorientasi pada segmen konsumen tertentu. Pengembangan sayuran dipekarangan memerlukan inovasi teknologi yang baik dan terkontrol, agarproduksi dapat dilakukan dengan lebih efisien. Selain itu perlu upaya untukmengatasi masalah pemasaran, pada saat sayuran terpaksa harus dipanensekaligus.

5.11. Pengembangan Usaha Diversifikasi Pangan sebagai Model DiseminasiInovasi Teknologi

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi untuk mencapaianketahanan pangan di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkandiversifikasi pangan adalah melalui percepatan penganekaragaman konsumsipangan, dengan indikator tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, giziseimbang dan aman yang identik dengan Pola Pangan Harapan yang cukuptinggi, dimana target 2010 adalah 93,3 persen. Di dalam faktanya, kendatipunupaya-upaya diversifikasi pangan sudah dicanangkan sejak tahun 1970-an baiksecara legislasi (low enforcement) maupun turunannya peraturan pemerintah (PP),dan program-program diversifikasi, namun sampai saat ini harapan yang telahdicanangkan belum sepenuhnya dapat dicapai. Oleh karenanya, pada tahun 2009pemerintah mengeluarkan instrumen kebijakan untuk mempercepatterlaksananya diversifikasi pangan di Indonesia, khususnya terkait dengan aspekkonsumsi. Instrumen kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden(Perpres) No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan PenganekaragamanKonsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Operasionalisasi dari Perprestersebut kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Dalam upaya mendukung program percepatan diversifikasi konsumsipangan terutama yang berbasis sumber daya lokal, pengembangan kelompokpangan sumber karbohidrat baik yang berasal dari kelompok umbi-umbian,serealia ataupun dari buah-buahan sudah mendapat perhatian yang cukup seriusdari Badan Litbang Pertanian melalui penelitian dan temuan inovasi teknologipengolahan makanan dan alat mesin untuk menghasilkan aneka ragam bentukhasil olahan pangan. Disamping itu inovasi teknologi baru memiliki fungsi ganda,selain membentuk keanekaragaman bentuk olahan, juga bentuk olahan tersebutdiarahkan untuk meningkatkan substitusi impor terigu, seperti tepung cassavadan MOCAF, tepung ubi jalar, tepung jagung, dan lain-lain.

Page 64: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

52 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Indonesia sebenarnya memiliki potensi ketersediaan keanekaragamanpangan yang sangat besar di dunia, baik dari kelompok umbi-umbian, serealia,buah-buahan, maupun pangan lainnya. Sehingga pengembangan sumber panganlokal harus didasarkan pada: (1) merupakan sumber karbohidrat seperti, ubi jalar,padi, jagung, dan ubikayu; (2) mempunyai potensi produktivitas yang tinggi; (3)memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam hasil olahannya; (4)memiliki kandungan zat gizi yang beragam, dan (5) memiliki potensi permintaanpasar baik lokal, regional, maupun ekspor yang terus meningkat.

Konsumsi beras di Indonesia tahun 2009 sebesar 139,15 kg/kap/tahuncukup tinggi dan berada di atas rata-rata konsumsi beras dunia sebesar 60kg/kap/tahun, dan konsumsi terigu tahun 2009 juga telah mencapai 10,32kg/kap/tahun. Berdasarkan data SUSENAS, skor PPH tahun 2009 mencapai 75,7(sasaran 2015 = 95) menunjukkan bahwa keragaman pola konsumsi panganmasyarakat belum terwujud, dan konsumsi masyarakat masih didominasi olehkelompok padi-padian. Ketergantungan Indonesia terhadap sumber pangan berasdan bahan terigu dapat menyebabkan food trap yang semakin berat dimasamendatang jika tidak segera dipikirkan solusinya, sesuai dengan pendapatHusodo (2010) ketergantungan Indonesia pada bahan pangan impor dalamjangka panjang akan semakin merugikan. Paket kebijakan pemerintah melaluipembebasan bea masuk sejumlah bahan pangan dan penggelontoran berbagaimacam subsidi justru akan membawa masyakat masuk dalam food trap atauperangkap makanan. Oleh karena itu, segala upaya untuk meningkatkankonsumsi non beras dan terigu dapat dikatakan sebagai upaya untuk terhindardari food trap, termasuk upaya peningkatan konsumsi ikan secara nasionalmerupakan salah satu solusi untuk menghindari agar bangsa Indonesia tidakterjebak kepada food trap dan ketergantungan bahan pangan nasional kepadapihak asing (Husaini, 2010).

Faktor yang melandasi pentingnya upaya pengembangan diversifikasimakanan adalah: pertama, bahwa Indonesia sudah diakui oleh dunia adalahmerupakan negara yang memiliki keaneragaman hayati terbesar sebagai sumberpangan. Kedua, pelaksanaan diversifikasi pangan sesungguhnya mempunyaidasar hukum yang kuat, yaitu Undang-undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan,Peraturan Pemerintah (PP) No.68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, danPeraturan Presiden (Perpres) No.22 tahun 2009 tentang Kebijakan PercepatanPenganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Di lingkupKementerian Pertanian, upaya diversifikasi pangan juga sudah dipayungi denganPeraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 43 Tahun 2009 tentang GerakanPercepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber DayaLokal, namun sampai saat ini capaiannya sangat rendah. Ketiga, diversifikasipangan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan pertanian tahun 2010-2014 dan menjadi salah satu butir penting dari kontrak kinerja antara MenteriPertanian dengan Presiden. Keempat, secara parsial sudah banyak upayapenemuan inovasi baik terkait dengan pengolahan yang menghasilkankeanekaragaman produk maupun inovasi alat-alat mesin (alsin) yang dihasilkan

Page 65: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 53

oleh Badan Litbang Pertanian, perguruan tinggi dan swasta. Kelima, bahwa dalamdunia bisnis (nature of business) setiap bisnis memiliki landasan menghindar daripesaing, sehingga senantiasa untuk memposisikan bisnisnya dengan berbagaicara untuk barrier to entry dan pertimbangan ekonomi sehingga efesiensi,profitability, workability, accessibility menjadi pertimbangan, sehingga setiap akanmemulai bisnis selalu menjadi pertimbangan berapa harganya, dimanamemperolehnya, bagaimana kontinuitasnya, dan kemudahan-kemudahanlainnya.

Oleh karena itu, usaha diversifikasi pangan yang mengarah kepadaproduk non beras dan non terigu perlu didesain dengan usaha khusus agardiversifikasi pangan dapat dicapai. Dengan demikian, penelitian tentang topiktersebut menjadi penting dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah (1)mengidentifikasi potensi bahan baku meliputi kapasitas lahan, produksikomoditas pendukung program diversifikasi pangan; (2) mengidentifikasipermintaan potensi captive market (makanan siang dan snack untuk rapatPegawai Litbangtan di wilayah Bogor dan di luar Bogor); (3) menganalisis modelpengembangan diversifikasi pangan di beberapa daerah; (4) rekomendasikebijakan model pengembangan diversifikasi pangan di lingkup Litbang wilayahBogor. Sedangkan keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1)teridentifikasinya potensi kapasitas lahan, produksi komoditas pendukungprogram diversifikasi pangan; (2) teridentifikasi permintaan potensi captive market(makanan siang dan snack untuk rapat Pegawai Litbangtan di wilayah Bogor dandi luar Bogor); (3) tergambarkannya model pengembangan diversifikasi pangandi beberapa daerah; (4) rekomendasi kebijakan model pengembangandiversifikasi pangan di lingkup Litbang wilayah Bogor.

Penelitian ini dilakukan di tiga provinsi dengan alasan pemilihan lokasisebagai berikut: (1). Provinsi Jawa Barat (Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, danKab. Bogor). Lokasi tersebut dipilih karena sudah melaksanakan modelpengembangan diversifikasi pangan di lingkup perkantoran dan ketersediaandata akan hal tersebut, (2). Provinsi Jawa Timur. Lokasi tersebut dipilih karenaketersediaan data atas pengembangan aneka pangan yang berbasis umbi (Kab.Malang) dan pengembangan produksi MOCAF dengan pendekatan kluster (Kab.Trenggalek).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi penyediaan bahan bakuuntuk mendukung program pengembangan diversifikasi pangan cukupmemadai, baik jika dilakukan oleh Badan Litbang sendiri maupun swasta. LuasKP di Cikeumueh pada satker Balitro dan Biogen adalah 61,32 hektar, jikadisediakan 12,5 persen untuk mendukung program ini berarti ada 7,67 hektarsementara kebutuhan untuk program ini hanya 6,60 hektar. Potensi produksibahan baku diverisifkasi pangan untuk ubi kayu di Kota dan Kabupaten Bogorsekitar 168.500 ton, jagung 7.600 ton, sedangkan kebutuhan untuk programdiversifikasi di wilayah Bogor untuk ubi kayu dan jagung masing-masing 30.69dan 4.15 ton per tahun. Sedangkan sorgum dapat diproduksi yaitu sebanyak 5.7ton per tahun.

Page 66: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

54 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Dari sisi permintaan tetap (captive market), dengan jumah karyawan diwilayah Bogor 2.546 orang (struktural, peneliti dan penunjang) dan denganprogram one day no rice dengan kombinasi pangan pokok beras sorgum, berasjagung, dan beras ubi kayu, maka dibutuhkan pangan pokok tersebut masing-masing 3,7 ton per tahun atau setara dengan masing-masing 5,74 ton gabahsorgum kering; 4,15 ton jagung pipil kering, dan 30,69 ton ubi kayu segar. Dandengan frekuensi rapat seperti tersebut, dengan program memastikanpenggunaan 4 jenis kudapan di atas, maka dibutuhkan kudapan kue keringalmon, getuk, brownies, dan bolu kukus total 100,257 atau masing-masing 25,064buah per tahun atau setara dengan 5,8 ton ubi kayu per tahun. Dana yangdiperlukan untuk pengadaan bahan pangan pokok dan kudapan adalah Rp 306,7juta terdiri dari pangan pokok Rp 56 juta dan kudapan Rp 251 juta pertahun.Belum termasuk investasi peralatan mesin dan bangunan.

Model yang diajukan adalah dua alternatif, yaitu alternatif pertama jikaBadan Litbang Pertanian menguasai seluruh aspek (bahan baku=BB,pengolahan=PG, teknologi-TK dan pemasaran=PS) dan alternatif kedua adalahjika Badan Litbang Pertanian hanya menguasai TK dan PS saja. Denganmemperhatikan nature of product dan ketersediaan sarana Kebun Percobaan (KP)yang ada, maka keduanya adalah memungkinan untuk dilaksanakan.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah dengan usulan duaalternatif model, maka memiliki implikasi yang berbeda satu sama lainnya. JikaBadan Litbang Pertanian Mengadopsi alternatif-I, maka implikasi kebijakannyaadalah: (a) Badan Litbang Pertanian harus menyediakan lahan KP seluas 6,60hektar untuk pengadaan bahan baku pangan, hasil ini sudah sesuai denganpedoman umum pengelolaan KP dimana salah satunya adalah mendukungprogram diversifikasi pangan; (b) Badan Litbang Pertanian harus menyediakanruang kerja dan ruang untuk produksi pangan; (c) Badan Litbang Pertanian perlupenyediaan alat terkait penyediaan bahan baku, pengolah pangan dantransportasi; (d) Badan Litbang Pertanian perlu penyediaan seed capital (modalawal) untuk benih, modal kerja penyediaan bahan baku, modal kerja pengolahan(e) Badan Litbang perlu meng-setup kelembagaan pengelola yang ditugaskan olehKepala Badan Litbang pertanian yang terpisah dari pekerjaan kantor lainnya; (f)Badan Litbang perlu mengeluarkan instrument berupa law enforcement dan powerenforcement untuk menjamin berjalannya program diversifikasi ini. Namun jikaBadan Litbang mengambil alternatif-II, maka implikasinya (a), (b) dan (c) menjaditanggungjawab swasta/mitra, kecuali ruang kerja dan alat transportasi masihdiperlukan.

5.12. Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari terhadapKesejahteraan Rumah Tangga dan Pengembangan Ekonomi di Perdesaan

Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta hektar (14 %) darikeseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan mempunyai multi fungsimeliputi: (1) pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, (2) pelindung sumber

Page 67: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 55

plasma nutfah, (3) fungsi ekonomi, dan (4) fungsi sosial, dan (5) fungsi estetika.Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagaiareal pertanaman aneka komoditas pertanian, baik untuk komoditas padi-padian,umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, serta ternak dan ikan.

Pembangunan ketahanan pangan termasuk prioritas dalam RPJM 2010-1014, yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan dan percepatandiversifikasi pangan. Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)awalnya merupakan konsep intensifikasi lahan pekarangan yang kemudiandikenal dengan “Rumah Hijau” dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahanpangan berbasis sumberdaya lokal. Diversifikasi pangan sangat penting perannyadalam mewujudkan ketahanan pangan karena kualitas konsumsi pangan dilihatdari indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) nasional masih rendah. Hasilkajian menunjukkan bahwa PPH di lokasi penelitian masih rendah (<50%),sehingga pangan yang dikembangkan adalah pangan dalam pengertian luas.Pada tahun 2010 baru mencapai 75,7 dan harus ditingkatkan terus untukmencapai sasaran tahun 2014 PPH sebesar 95 (Badan Litbang Pertanian, 2011).Untuk meningkatkan pendapatan dan menjaga keberlanjutannya, maka perludilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan pekarangan denganmemperhatikan berbagai aspek baik teknis, ekonomi, sosial kelembagaan, sertadukungan kebijakan.

Dalam jangka pendek ke depan, peluang, dan aksesibilitas kesempatankerja non-pertanian bagi sebagian besar petani di perdesaan akan tetap terbatas.Pilihan yang dinilai cukup strategis adalah mengaktualisasikan kembalipemanfaatan lahan pekarangan untuk beberapa komoditas pangan lokal dankomoditas komersial bernilai ekonomi tinggi dengan sasaran pemenuhankebutuhan pangan rumah tangga, penghematan pengeluaran rumah tangga, danpeningkatan pendapatan rumah tangga. Permasalahan pokok pemanfaatan lahanpekarangan adalah (1) sumberdaya lahan pekarangan dipandang sebagaisumberdaya yang kurang memberikan manfaat dibandingkan sumberdaya lahansawah dan lahan kering; (2) pola pemilikan lahan pekarangan yang kecil dengansistem usahatani tradisional; (3) lemahnya kapasitas sumberdaya manusia (sdm)petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan; (4) lemahnya permodalan petaniuntuk mengusahakan tanaman komersial; (5) kurangnya ketersediaan teknologispesifik lahan pekarangan, (5) rendahnya penguasaan teknologi baik pada aspekpembibitan, budidaya, serta panen, dan pasca panen; (6) belum adanya teknologisistem usahatani (farming system) rekomendasi pola pengembangan lahanpekarangan; (7) lemahnya akses pasar bagi hasil-hasil produksi lahanpekarangan; dan (8) lemahnya konsolidasi kelembagaan di tingkat petani dalampengelolaan lahan pekarangan.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah melihat dampakpengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) terhadapkesejahteraan rumah tangga dan ekonomi di perdesaan, dan keluaran utamapenelitian adalah rekomendasi kebijakan tentang replikasi pengembangan M-KRPL. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil identifikasi luas lahan

Page 68: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

56 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

pekarangan di Jawa Timur seluas 390.404 ha atau 23,47 persen dari luas totallahan pertanian keseluruhan 1.663.339 ha. Diperkirakan proporsi lahanpekarangan yang secara efektif dapat ditanami sebesar 13 persen dari luas totallahan peratanian. Potensi lahan pekarangan di Kabupaten Pacitan hanya 3.153,33ha (2,50 %) dari luas total lahan kering yang mencapai 125.971,90 ha.

Sementara hasil evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan MKRPLmenunjukkan bahwa: (1) keseluruhan tahapan pengembangan mkrpl kurangdilakukan melalui proses sosial yang matang; (2) belum terbentuk kelembagaanpengelola krpl; (3) distribusi bantuan menggunakan kelembagaan pemerintah ditingkat lokal (rt, rw/kepala dusun, serta pamong desa); (4) pembinaan dilakukanmelalui pendekatan individual dan kelompok, masih lemah dalam meningkatkanpartisipasi masyarakat; (5) introduksi lebih melalui budaya material; (6)menggunakan teknologi atau intensifikasi sebagai entry point; (7) kelembagaanpendukung tidak dikembangkan dengan baik; dan (9) program pendukung dariPemerintah Daerah telah dicoba dipadukan, namun belum dapat teintegrasidengan baik.

Dampak penerapan M-KRPL terhadap pola konsumsi pangan dan PolaPangan Harapan (PPH) telah memberikan hasil baik. Program KRPL telahmeningkatkan skor PPH dari 65,6 persen menjadi 77,50 persen atau meningkatsebesar 11,90 persen. Skor PPH 77,50 persen sudah di atas sasaran yangditargetkan pada PPH Kabupaten Pacitan pada tahun (2012-2014), namun masihdi bawah sasaran yang ditargetkan pada tahun 2015, yaitu 80,9 persen. Kontribusiproduksi yang bersumber dari lahan secara umum terhadap total konsumsirumah tangga kurang lebih 6.81 persen, dengan kisaran kurang lebih (1,00-15,00%). Kontribusi terbesar secara berturut-turut adalah kelompok kelompokkomoditas sayuran, komoditas umbi-umbian, kelompok komoditas peternakan,dan buah-buahan. Selain itu, Dampak penerapan M-KRPL telah dapatmengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan, pengurangan pengeluarankelompok pangan terbesar secara berturut-turut adalah kelompok pangan sayur-sayuran, umbi-umbian, serta produk hasil ternak (telur ayam), dan ikan (ikanlele).

Dampak M-KRPL terhadap tingkat pendapatan rumah tangga pesertaprogram MKRPL masih relatif kecil dan berbeda antar strata luas penguasaanlahan pekarangan :(1) secara rataan sumbangan lahan pekarangan terhadap totalpendapatan rumah tangga setelah program M-KRPL diperkirakan mencapaisebesar 6,81 persen; (2) pada strata 1 (luas pekarangan < 100 M2) atau tanpapekarangan (hanya sebatas teras rumah) memberikan pangsa pendapatan antara1,00-4,00 persen; (3) pada strata 2 (luas pekarangan 100-300 M2) atau kategorisedang memberikan pangsa pendapatan antara 4,00-8,00 persen; dan (4) padastrata 3 (luas pekarangan >300 M2) atau kategori luas memberikan pangsapendapatan antara 8,00-15,00 persen. Sementara itu, Dampak M-KRPL terhadappengembangan ekonomi produktif di perdesaan masih sangat terbatas, dalambentuk usaha pembibitan, usaha pengolahan hasil pertanian, dan usaha dagang.Untuk produksi umbi-umbian telah dikembangkan industri tepung (casava,

Page 69: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 57

Garut), industri keripik (mbote, keripik singkong), kedelai (susu kedelai), danpisang (keripik pisang). Di samping itu, peningkatan produksi cabai rawit telah dipasarkan ke luar wilayah kabupaten, seperti Wonogiri, Gunung Kidul, danKabupaten Ponorogo.

Terdapat dua model pengembangan MKRPL ke depan, yaitu: (1) Polayang secara integratif melibatkan beberapa kelembagaan, seperti KelembagaanGapoktan berperan dalam memasok sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan) dan pemasaran hasil secara bersama dan Kelembagaan PKK dankelompok dasa wisma yang mengelola MKRPL, serta kelembagaan pemerintahbaik pusat, daerah, maupun desa yang berfungsi dalam mediasi dan fasilitatif;dan (2) Pola kelembagaan secara terpadu yang dari hulu hingga hilir di kelolakelembagaan PKK bersama kelompok-kelompok dasa wisma.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah: (1) pengembanganprogram M-KRPL perlu dikomplementasikan dengan akses ekonomi yang lebihluas, terutama melalui pengembangan industri pengolahan berbasis pangan lokaldan perluasan tujuan pasar; (2) dalam konteks pembangunan kawasan dipandang penting pengintegrasian antar Program MKRPL dengan program-program pembangunan yang telah masuk desa, sehingga terbangun sinergi antarprogram dan dapat dicapai peningkatan ketersediaan pangan, penguranganpengeluaran belanja pangan, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga; (3)peningkatan kapasitas dan akses peserta program MKRPL (penduduk miskin)melalui bimbingan dan penyuluhan, pelatihan, dan sekolah lapang MKRPL harusdilakukan melalui pendekatan kelompok secara partisipatif; (4) diperlukanmotivator dan penggerak dalam pelaksanaan Program MKRPL yang dapatmenjadi pengarah, penggerak, membangkitkan partisipasi peserta programdalam upaya meningkatkan ketersediaan pangan, pendapatan, dan usaha-usahaekonomi produktif; (5) implementasi pengembangan MKRPL seharusnyadilakukan melalui tahapan-tahapan dan proses sosial yang matang dan dilakukandalam periode beberapa tahun (multiyears), yaitu melalui tahap penumbuhan,pengembangan, pematangan, dan kemandirian melalui entry point teknologi dankelembagaan; (6) kelembagaan pengelola MKRPL yang dikembangkan haruslahmenggunakan kelembagaan lokal yang telah eksis. Kelembagaan pengelolaMKRPL yang dipandang tepat adalah Kelembagaan PKK dengan kelompok dasawisma, Kelembagaan Gapoktan dengan kelompok tani anggotanya, danpengintegrasian antar dua kelembagaan tersebut; (7) pengembangan infrastrukturpendukung dalam pengembangan MKRPL meliputi kebun benih/bibit desa(KBD) sebagai sumber benih/bibit di tingkat lokalita desa, infrastruktur irigasispesifik lahan pekarangan, infrastruktur penanganan pasca panen dan pemasaranhasil, dan alat dan mesin pengolahan hasil pertanian; (8) menumbuhkembangkankegiatan usaha ekonomi produktif dan kreatif melalui pengembangan jiwakewirausahaan, pengembangan produk (product development), dan promosiproduk (product promosion), serta mengintegrasikan ekonomi desa-kota melaluikemitraan usaha; dan (9) menumbuhkembangkan unit pengolahan limbah skalarumah tangga yang dapat menghasilkan pupuk organik, sebagai media utama

Page 70: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

58 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

dalam penanaman sistem vertikultur dan sistem bedengan dalam rangkamenghasilkan produk pertanian organik.

5.13. Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu Kebijakan AktualSelama tahun 2011, kegiatan Evaluasi dan Tanggap Cepat Atas Isu

Kebijakan Aktual menghasilkan 12 kegiatan pengkajian kebijakan dengan topiksebagai berikut:1. Dukungan Legislasi Untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanian2. Analisis Usahatani dan Kesejahteraan Petani Padi, Jagung dan Kedelai3. Perkembangan dan Prediksi Beberapa Komoditas Pangan Utama4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)5. Penyusunan Bahan Laporan OECD 20116. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)

Agricultural Policies Review in Indonesia7. Kajian isu-isu aktual yang terkait dengan kegiatan the International Food

Policy Research Institute (IFPRI) di Indonesia8. Kaji Ulang Manajemen Rantai Pasok Mangga: Mengoptimalkan Kinerja

Ekspor9. Perspektif Ekonomi Global Kedelai dan Ubikayu Mendukung Swasembada10. Review dan Penajaman Arah Pembangunan Pertanian Provinsi Bengkulu11. Kinerja Penyaluran dan Pemanfaatan Kredit Program Pertanian KKPE di

Provinsi Bali12. Mempersiapkan Penyusunan Buku Hasil-hasil Penelitian PSEKP dan

Sumbangannya Bagi Perbaikan Teori, Metodologi dan KebijakanPembangunan Pertanian Periode 2000 – 2010

Namun demikian, diantara 12 kegiatan tersebut, 3 (tiga) keluarandiantaranya merupakan keluaran (output) utama yang berupa rekomendasikebijakan terkait dengan isu-isu kebijakan aktual bagi stakeholder/pemangkukepentingan selama Tahun 2011, khususnya pimpinan Kementerian Pertanian,yakni:a. Dukungan Legislasi Untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanianb. Analisis Usahatani dan Kesejahteraan Petani Padi, Jagung dan Kedelaic. Perkembangan dan Prediksi Beberapa Komoditas Pangan Utama

Kegiatan Dukungan Legislasi Untuk Mengakselerasi PembangunanPertanian difokuskan pada “Pencapaian target swasembada dan swasembadaberkelanjutan”, dengan tujuan kegiatan adalah:

Page 71: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 59

1. Tinjauan kritis terhadap legislasi yang telah ada terkait dengan upayapencapaian target swasembada dan swasembada berkelanjutan.

2. Rekomendasi yang dibutuhkan untuk mengakselerasi pencapaian targetswasembada dan swasembada berkelanjutan.

3. Mendorong komitmen semua stakeholder terhadap kebijakan danimplementasi regulasi yang telah di ‘undang’ kan

Konteks yang didalami dalam kegiatan dukungan legislasi ini mencakuptopik bahasan sebagai berikut:a. Kebijakan yang terkait dengan Penyediaan lahan pertanianb. Kebijakan yang terkait dengan Peningkatan Produktivitas (perbenihan,

perlindungan varietas tanaman, pedoman perizinan usaha budidaya tanaman)c. Kebijakan yang terkait dengan Sistem Penyuluhand. Kebijakan Hargae. Kebijakan tentang Karantinaf. Kebijakan yang terkait dengan Perencanaan Pembangunan Pertanian Jangka

Menengah/Panjang dan Master PlanPada setiap topik bahasan dilakukan telaah terhadap dasar aturan/

perundangan yang dikaji, pokok-pokok yang diatur dalam perundangan terkait,fakta dan permasalahan yang dihadapi serta usulan penyempurnaan yang perludilakukan.

Agar kebijakan peningkatan kesejahteraan petani oleh pemerintah tepatsasaran, diperlukan data dan informasi di tingkat mikro yang dapat memotretkondisi terkini tingkat pendapatan rumah tangga petani di perdesaan, baik yangbersumber dari kegiatan usahatani maupun kegiatan non pertanian sehinggadapat diketahui gambaran umum tingkat kesejahteraan petani sebagai komunitasperdesaan. Informasi pendapatan rumah tangga yang bersumber dari pertaniandan non pertanian tersebut penting mengingat rumah tangga petani padaumumnya tidak hanya bergantung dari sumber pendapatan usahatani saja,namun juga memiliki sumber pendapatan lain di luar usahatani. Untuk itudilakukan kajian Analisis Usahatani dan Kesejahteraan Petani Padi, Jagung danKedelai. Untuk kebutuhan analisis, kajian ini menggunakan data yang bersumberdari penelitian Panel Petani Nasional (PATANAS) tahun 2010 oleh Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian.

Hasil kajian Analisis Usahatani dan Kesejahteraan Petani Padi, Jagungdan Kedelai memberikan usulan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:1. Lahan menjadi faktor yang penting dan paling responsif dalam upaya

peningkatan produksi. Kementerian Pertanian perlu melakukan upayapeningkatan akses rumah tangga petani terhadap pengusahaan lahan hinggamencapai skala luasan ekonomi tertentu yang dapat meningkatkanpendapatan petani diatas Garis Kemiskinan atau dapat dikatakan sejahtera.Langkah kongkret yang dapat dilakukan adalah melalui pembaruan agraria.

Page 72: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

60 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Selain itu, perlu kebijakan pemerintah untuk mengelola/membenahi tanahabsentee dan pemberian kesempatan serta fasilitas kepada petani untukpembelian lahan.

2. Tingkat Efisiensi teknis usahatani padi sawah sudah mencapai relatif tinggi.Dengan teknologi yang ada sekarang, peluang untuk meningkatkanproduktivitas semakin kecil karena senjang antara tingkat produktivitas yangtelah dicapai dengan tingkat produktivitas maksimum sudah relatif sempit.Guna meningkatkan lebih lanjut produktivitas dan produksi padi sertapendapatan petani, dibutuhkan terobosan teknologi khususnya dalam bentukpenemuan-penemuan varietas unggul baru dengan tingkat produktivitas yanglebih tinggi.

3. Kebijakan harga produk di tingkat petani untuk mencapai profitabilitas yanglayak dan harga yang stabil perlu diupayakan dalam konteks peningkatankesejahteraan rumah tangga petani.

4. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian berperan besar dalammenopang pendapatan petani. Perlu dukungan penuh dari KementerianPertanian untuk perluasan sumber pendapatan non pertanian melaluipengembangan industri perdesaan yang memanfaatkan bahan baku hasilpertanian, serta pengembangan perdagangan sarana produksi pertanianseperti perdagangan bibit, pupuk dan obat-obatan pembasmi hama penyakittanaman.

Kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanianmencakup empat subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, subsektorhortikultura, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan. target-targetutama yang ingin dicapai oleh kementan adalah: (1) pencapaian swasembadauntuk gula, kedelai dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padidan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah,daya saing dan ekspor; dan (4) peningkatan kesejahteraan petani. Di tingkatmakro, sasaran yang ingin dicapai mencakup PDB, neraca perdagangan, investasipertanian, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tukar petani. Banyak faktor yangmenentukan keberhasilan pencapaian target-target tersebut di atas.

Salah satu cara untuk melihat potensi pencapaian target-target tersebutadalah melakukan analisis outlook pertanian: Perkembangan dan PrediksiBeberapa Komoditas Pangan Utama. Keluaran kegiatan ini adalah satu set datadan informasi mengenai: (1) kinerja komoditas pertanian periode 2000-2010 dan(2) prospek komoditas pertanian jangka pendek periode 2010-2014 dan jangkapanjang periode 2011-2025. Adanya hasil analisis outlook ini maka dapatdiketahui perkiraan perkembangan luas areal, produksi, ekspor, impor, PDB,investasi dan penyerapan tenaga kerja subsektor tanaman tanaman pangan,subsektor hortikultura, dan subsektor perkebunan, serta populasi, jumlahpemotongan, produksi daging, telor dan susu, ekspor-impor, PDB, investasi danpenyerapan tenaga kerja pada subsektor peternakan.

Page 73: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 61

B. Hasil Penelitian dengan Sumber Dana dari Kementerian Riset danTeknologi (Ristek) TA. 2011

5.14. Peningkatan Kapabilitas Kelompok Tani dalam Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim

Dampak perubahan iklim sangat dirasakan terutama terhadap ketahananpangan dan keseluruhan kehidupan masyarakat pertanian di perdesaan. Jikaperubahan ini tidak diantisipasi untuk menghadapinya, diperkirakan hal inibukan saja akan berakibat buruk bagi sistem pertanian melainkan juga bagikehidupan masyarakat perdesaan. Bahkan bukan tidak mungkin perubahan iklimini akan membawa akibat lebih luas, antara lain melemahkan daya saing sistempertanian dan masyarakat secara keseluruhan. Jika hal ini terjadi, akan dapatmenjadi ganjalan besar bagi upaya pengentasan kemiskinan, kelaparan,pengangguran dan pemeliharaan sumberdaya alam.

Peningkatan kemampuan kelompok tani dalam adaptasi terhadapperubahan iklim harus dipandang sebagai bagian dari peningkatan kapabilitaskelompok tani secara multidimensional dan merupakan bagian dari keberhasilanupaya penguatan keorganisasian kelompok tani dalam masyarakat tersebut.Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan penelitian ini diarahkan untukmemberikan masukan bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian,dalam rangka meningkatkan kapabilitas kelompok tani secara multidimensional.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bentuk-bentuk adaptasi terhadapperubahan iklim yang telah dilakukan masyarakat petani baik secara kelompokmaupun secara individu di D.I. Yogyakarta maupun Jawa Barat antara lainadalah: (a) perubahan Pola Tanam yang disesuaikan dengan kondisi iklim; (b)perubahan saat awal tanam, menyesuaikan dengan kecukupan curah hujan danhari hujan; (c) perubahan sistem tanam, misalnya padi sawah menjadi gogorancah (d) perubahan sistem pengairan, misalnya dari penggenangan secara terusmenerus menjadi pengairan berselang, atau bahkan hanya dengan sistem siram;(e) penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik yang disesuaikan dengankondisi iklimdan (f) perubahan komoditas.

Teknologi adaptif yang diterapkan meliputi 1) pembuatan dam, sumurrenteng, sumur slang, 2) pemakaian benih varietas umur pendek saat gadu, yaituSilugonggo dan Godogan, 3) pemakaian pupuk organik lebih tinggi dan pupukkimia dikurangi. Sementara teknologi antisipatif ditempuh dengan meningkatkanpengetahuan petani melalui SLPHT, SLPTT, SLI. Strategi adaptasi yang ditempuhkelompok-kelompok tani contoh di Kabupaten Indramayu maupun KabupatenBantul dalam menghadapi bencana kebanjiran yang melanda persawahan merekaadalah cukup efektif karena R/C rasio dalam kondisi terjadi kebanjiran masihberkisar antara 68,71 – 69,87 persen dari R/C rasio dalam kondisi normal. Strategiadaptasi yang ditempuh kelompok-kelompok tani contoh di Kabupaten GunungKidul dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda persawahan merekaadalah cukup efektif karena R/C rasio dalam kondisi terjadi kekeringan masih

Page 74: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

62 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

mencapai 62,84 persen dari R/C rasio dalam kondisi normal. Sementara itustrategi adaptasi yang ditempuh kelompok-kelompok tani contoh di KabupatenIndramayu dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda persawahanmereka adalah tidak efektif karena R/C rasio dalam kondisi terjadi kekeringanhanya mencapai 14,11 persen dari R/C rasio dalam kondisi normal. Kondisi initerjadi kemungkinan besar karena bauran antara strategi adaptasi yang ditempuhkelompok tani tidak tepat dan intensitas bencana kekeringan yang terjaditergolong cukup tinggi.

Kapabilitas kelompok tani dalam menghadapi dampak perubahan iklimmasih relatif lemah. Hal ini dapat dipahami mengingat kelompok tani dibentuktidak dalam rangka mengatasi perubahan iklim, melainkan lebih spesifik padaupaya peningkatan produksi bahan pangan (padi) di tingkat usahatani perdesaan.Hampir tidak ada kaitan langsung antara isu pembentukan kelompok tani di satusisi, dengan isu (dampak) perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional.Oleh sebab itu, dapatlah dipahami ketika dalam merespon perubahan iklim (yangmenganggu misi ketahanan pangan nasional) kelompok tani terkesan tidak siapdan dalam kondisi serba canggung. Dilihat dari proses sebab akibat, dapatdikatakan tidak ada hubungan langsung antara kapabilitas kelompok tani denganadanya dampak perubahan iklim berupa kebanjiran dan kekeringan terhadappengamanan kebutuhan pangan rumah tangga di perdesaan setempat. Kelompoktani terbentuk sebelum isu perubahan iklim menjadi masalah nasional daninternasional, khususnya terkait dengan pengamanan produksi dan ketahananpangan nasional. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan dapatdikemukakan bahwa misi pembentukan kelompok tani lebih banyak ditekankanbagaimana menjalankan kegiatan usahatani dalam arti sempit; bukan untukmembangun keseluruhan sistem usaha ekonomi produktif di perdesaan.Orientasi berusahatani bagi masyarakat pedesaan tidak semata-mata untukmenghasikan produk subsisteni di tingkat rumah tangga, khususnya padi,melainkan pada peningkatan pendapatan rumah tangga.

Kekeringan relatif mudah diatasi dibandingkan dengan kebanjiran.Peningkatan respon masyarakat melaui kapabilitas kelompok tani lebih mudahdiarahkan untuk mengatasi masalah kekeringan dibandingkan untuk mengatasikebanjiran. Sebagai gambaran, kreativitas kolektif masyarakat petani diKabupaten Gunungkidul mampu melakukan “reboisasi” dengan pohon jati di(bekas) lahan usahatani tanaman pangan semusim dan penjualan dari penggalianbahan bangunan di lahan miliknya. Di Kabupaten Indramayu, respon masyarakatterhadap kekeringan diwujudkan dalam menjemput air (gilir giring) yangmelibatkan seluruh warga dan melakukan pompanisasi dengan sumber air darisaluran pembuangan di lahan sawah saat menghadapi musim kemarau panjang.

Dalam merespon perubahan iklim, kelompok tani menghadapi kendalainternal berupa kurangnya penguasaan pengetahuan, teknologi adaptif, danketrampilan fungsional dalam menghadapi perubahan iklim. Faktor penyuluhandan pelatihan, yang memuat bagaimana memahami perubahan iklim dandampaknya terhadap produksi pangan, masih relatif belum sejalan dan belum

Page 75: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 63

mendukung upaya peningkatan kapabilitas kelompok tani dalam menghadapiperubahan iklim. Upaya mengatasi perubahan iklim di tingkat kelompok taniterkendala oleh kurangnya pengetahuan, permodalan finansial, dan saranapendukung.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah perlu dikembangkan sistemdeteksi dini perubahan iklim (early warning system). Pengembangan sistemtersebut sangat diperlukan mengingat dampak perubahan iklim terhadap usahapertanian lebih sulit ditanggulangi apabila dampak negatif yang ditimbulkan(banjir, kekeringan, eksplosi hama dan penyakit, dst) telah terjadi. Pengembangansistem tersebut perlu didukung dengan pengembangan perangkat keras(peralatan pemantau iklim) dan pengembangan kelembagaan yang sesuai.Beberapa informasi yang harus dihasilkan dari pengembangan sistem tersebut,yaitu: (1) perkiraan besarnya perubahan iklim dan periode waktu terjadinyaperubahan iklim tersebut, (2) perkiraan cakupan wilayah yang berpotensi terkenadampak, dan (3) perkiraan besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan.Selain itu, perlu dikembangkan sistem informasi iklim gatif, dan yang mampumenjangkau hingga wilayah perdesaan. Fungsi utama dari sistem tersebut adalahmenyampaikan informasi iklim yang dihasilkan dari pemantauan dini kepadapetani secara cepat dan akurat.

Di sisi lain, perlu diperkuat sarana dan prasarana pertanian yangberpotensi mengalami kerusakan akibat perubahan iklim dan memiliki perananbesar terhadap produksi pangan. Penguatan sarana dan prasarana pertanianperlu difokuskan pada pengembangan jaringan irigasi dan jalan perdesaan.Pengembangan sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan untukmemperkecil dan menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan akibatmusim kemarau panjang. Dalam kaitan ini dapat dikembangkan embung-embung air yang berperan untuk menampung air hujan dan air permukaansebelum musim kemarau terjadi. Disamping itu perlu dikembangkan penangkar-penangkar benih yang mampu menghasilkan benih/varitas tahan kekeringan danberumur pendek di lokasi-lokasi rawan kekeringan. Demikian pulapengembangan sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan untukmemperkecil dan menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan akibatpeningkatan curah hujan atau musim hujan berlebihan. Dalam kaitan ini perludiperkuat ketersediaan pompa air di daerah rawan banjir disampingmengembangkan penangkar-penangkar benih yang mampu menghasilkanbenih/varitas tahan banjir dan resisten terhadap hama penyakit utama yangmengalami eksplosi pada saat terjadi perubahan iklim. Selain itu, diperlukanmemperkuat sistem pemantauan hama dan penyakit utama yang mengalamieksplosi pada saat terjadi perubahan iklim (terutama hama wereng) mencakupjenis-jenis hama dan penyakit, intensitas serangan, cakupan wilayah yangberpotensi mengalami serangan, perkiraan besarnya dampak negatif yang dapatditimbulkan, dan upaya penanggulangan yang perlu ditempuh

Agar strategi adaptasi yang ditempuh kelompok tani dalam menghadapibencana kebanjiran maupun kekeringan menjadi semakin efektif, maka bentuk-

Page 76: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

64 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

bentuk adaptasi dalam menghadapi kedua bentuk bencana tersebut baik yangbersifat antisipatif maupun adaptif harus terus digali, dikembangkan dandisosialisasikan. Pada waktu bersamaan ketersediaan sistem informasi iklim yangmampu memberikan informasi tentang perubahan iklim secara akurat harus terusdikembangkan agar seluruh stakeholder termasuk kelompok tani dapat secaratepat mengambil tindakan khususnya yang bersifat antisipatif.

Dalam rangka mengatasi dan mengantisipasi dampak dari perubahaniklim terhadap ketahanan pangan nasional, kita tidak dapat mengandalkan perandan kekuatan dari kalangan lembaga non-pemerintah, baik di tingkatinternasional, domestik, dan lokal. Kelembagaan non-pemerintah hingga saat inisama sekali belum dapat diandalkan untuk mengatasi masalah perubahan iklimuntuk ketahanan pangan. Kebijakan yang terkait upah tenaga kerja, penyediaanbahan dan peralatan (mesin) pertanian yang terkait dengan upaya mengatasi danmengantisipasi perubahan iklim masih harus bersandar pada kebijakanpemerintah (organisasi kemasyarakatan dan swasta, baik di tingkat internasionalmaupun domestik dan lokal belum dapat diandalkan).

Peningkatan kapabilitas kelompok tani harus disertai denganpengembangan usaha produktif di pedesaan. Pengembangan usaha ekonomiproduktif melalui peningkatan kapabilitas kelompok tani dapat dijadikan upayamengatasi dampak perubahan iklim. Usaha ekonomi produktif yang perludikembangkan secara berturut-turut ke arah pengolahan hasil pertanian, industriperdesaan, dan jasa tenaga kerja bernilai upah tinggi. Semakin jauh usahaekonomi produktif dari ketergantungan terhadap lahan dan iklim, semakin baikusaha ekonomi produktif yang dikembangkan.

5.15. Studi Kebutuhan Pengembangan Produk Olahan Pertanian dalamRangka Liberalisasi Perdagangan

Globalisasi dan liberalisasi perdagangan menyebabkan semakinterintegrasinya sistem perdagangan produk-produk pertanian Indonesia kedalam perdagangan pertanian dunia, seperti pembentukan harga dan preferensikonsumen yang mengarah kepada preferensi yang bersifat universal. Arusgelombang yang bersifat multi-facet tersebut tidak saja membawa pengaruhterhadap kinerja agribisnis nasional dan tidak mungkin bisa dihindari, namunsekaligus memberi peluang dan tantangan yang harus dihadapi dalampembangunan pertanian ke depan.

Pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan penghapusanberbagai hambatan perdagangan antar negara. Hal ini dapat menimbulkanmasalah jika komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaingdengan negara lain, sehingga pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditasimpor, yang pada gilirannya akan merugikan petani. Kecenderungan tersebuttampaknya terus meningkat ditandai intensitas upaya dominasi melalui kaidah-kaidah pengintegrasian sistem ekonomi dan non ekonomi lintas negara, baikberupa pasar, perusahaan multi nasional, produksi, finansial atau investasi, dan

Page 77: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 65

lain-lain ke dalam skala global bersamaan dengan nuansa persaingan antarnegara yang semakin tajam.

Dalam perdagangan dunia tersebut, Indonesia mempunyai perananpenting sebagai negara produsen maupun eksportir di tingkat dunia, baik padakomoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, maupun peternakan.Namun sebagian besar ekspor tersebut masih dalam bentuk bahan mentah,sementara Indonesia mengimpor produk olahan hasil industri pengolahan daribahan baku ekspor yang sama yang diekspor. Pada kondisi Indonesia tidakmampu mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan, Indonesia dirugikankarena nilai tambah produk tersebut diambil alih oleh negara lain. Untukmenjawab tantangan globalisasi pangan tersebut di atas, salah satu alternatifnyaadalah melalui peningkatan peran teknologi pengolahan sehingga dapat tersediaproduk olahan bermutu tinggi, aman dan mampu bersaing di pasaran. Telahterbukti bahwa teknologi menjadi faktor penting untuk memberi nilai tambahbagi produk pertanian pada umumnya.

Sampai saat ini Indonesia masih tetap mengekspor bahan mentah danmengimpor produk olahan, baik komoditas pangan, hortikultura, perkebunanmaupun peternakan. Sebagai contoh, Indonesia juga dikenal sebagai negarapenghasil buah eksotis yang khas daerah tropis, seperti manggis, rambutan, dannanas. Namun semua masih diekspor dalam bentuk segar dan belum tersentuhproses pengolahan. Hal ini berkibat hilangnya nilai tambah produk pertaniantersebut. Dalam kaitan itu, pembangunan pertanian Indonesia harus melangkahke arah industrialisasi melalui pengembangan produk olahan, sehingga eksporproduk pertanian secara bertahap dapat beralih dari produk primer (bahan baku)ke produk olahan, dan kondisi ini akan mengurangi impor produk olahan.Dengan demikian pengembangan produk olahan mempunyai keuntungan gandayaitu: (a) sebagai promosi ekspor dan sekaligus substitusi impor, (b) menciptakannilai tambah pertanian, (c) menciptakan lapangan kerja industri, dan (d)meningkatnya adopsi teknologi.

Keluaran utama penelitian ini berupa rumusan rekomendasi kebijakanuntuk pengembangan ekspor produk olahan. Lokasi penelitian dilakukan diProvinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Barat. Lokasitersebut dipilih dengan di dasarkan pada sentra pengolahan industri dan sentraproduksi bahan baku komoditas ubi kayu, pisang dan jeruk yang menjadikomoditas obyek di penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada era globalisasi daya saingmenjadi kunci utama untuk meraih peluang pasar baik domestik maupuninternasional. Pasar domestik Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasanASEAN. Sehingga Indonesia perlu meningkatkan efisiensi dan mutu produksehingga potensi pasar yang ada dapat di dayagunakan secara optimal. Salahsatu yang dapat dilakukan adalah perbaikan dalam system produksi, pasca panendan pengolahan sehingga produk yang dihasilkan dapat memperoleh nilaitambah setinggi tingginya. Upaya peningkatan nilai tambah produk pertanian

Page 78: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

66 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

dapat dilakukan melalui pengembangan industri hilir pertanian yangdilaksanakan antara lain melalui pengembangan produk olahan.

Berdasarkan pohon industri ubikayu, industri olahan yang berkembangberasal dari cabang pengolahan daging umbinya menjadi gaplek, tapioka, dantepung ubi kayu. Berdasarkan beberapa metode analisa daya saing disimpulkanbahwa komoditas ubi kayu Indonesia yang diperdagangkan di pasarinternasional berbentuk gaplek, tepung ubi kayu dan pati ubi kayu. MeskipunIndonesia merupakan negara produsen ubi kayu terbesar keempat gaplek,tapioka dan tepung ubi kayu Indonesia tidak berdaya saing di pasar ASEANmaupun internasional. Namun ketiga produk ubi kayu tersebut mempunyaipangsa pasar yang lebih besar di pasar internasional dibandingkan pasar ASEANbaik sebelum maupun sesudah krisis ekonomi 1997. Rasio akselerasi perdaganganmenunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku produksi di dalam negeri tidakmencukupi kebutuhan domestik, sehingga pangsa ekspor menurun dankebutuhan domestik dipenuhi dari impor. Menurut tahap perkembangan produk,ketiga industri pengolahan ubi kayu masih dalam tahap pengenalan atau infantindustry, sehingga harus ditingkatkan produksi dalam negeri dan daya sainguntuk meningkatkan pangsa pasar ekspor yang selama 20 tahun terakhir terusmenurun.

Dalam agribisnis pisang, industri tidak mengekspor pisang dalam bentukolahan meskipun industri pengolahan pisang telah berkembang di dalam negeri.Struktur industri pengolahan pisang Indonesia adalah indutri rumah tangga, kecildan menengah. Pengolahan pisang yang dominan adalah pemanfaatan dagingbuah. Indonesia merupakan salah satu sepuluh besar produsen pisang di dunianamun tidak mempunyai daya saing ekspor maupun akselerasi perdagangan. Halini disebabkan pertumbuhan produksi pisang segar lebih rendah konsumsipisang secara global (segar dan olahan). Sebagai net exporter pisang Indonesiatidak mempunyai keunggulan komparatif karena pisang Indonesiapengembangannya masih dalam tahap pengenalan. Artinya, dari sisi optimistikmasih ada peluang peningkatan dan pengembangan ke depan di pasar tujuanekspor, terutama di kawasan Timur Tengah.

Industri olahan jeruk Indonesia yang berkembang untuk pasar eksporadalah olahan dari segmen buah tanpa biji berupa konsentrat dan sari buah.Indonesia adalah negara produsen jeruk segar terbesar kesepuluh di dunia.Namun dalam perdaganagn internasional Indonesia adalah net importer.Indonesia mengekspor jeruk segar, konsentrat dan sari murni, namun ketiganyatidak berdaya saing di pasar ekspor, tidak memiliki akselerasi perdagangan danpangsa ekspor. Pangsa ekspor konsentrat cenderung meningkat pasca krisisekonomi, sebaliknya untuk sari murni justru menurun. Kedua produk olahanjeruk ini dihasilkan olehindustri bayi, sehingga masih labil dan perlu banyakpembenahan untuk meningkatkan kinerjanya. Secara umum usaha agribisnis diketiga komoditas yaitu ubi kayu, pisang dan jeruk menguntungkan. Hasil analisafinancial terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dan industrymenguntungkan (kecuali tepung pisang). Masalah utama yang dihadapi adalah

Page 79: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 67

ketersediaan bahan baku yang memungkinkan kegiatan usaha pengolahan dapatbekerja sesuai kapasitasnya secara berkelanjutan.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah diperlukan peningkatanproduksi bahan baku di dalam negeri untuk meningkatkan ketersediaan bahanbaku industri olahan agar beranjak dari tahap pengenalan menuju pertumbuhanyang pesat dan berdaya saing secara berkelanjutan. Industri pengolahankomoditas hendaknya dibangun di kawasan produksi, sehingga menghematbiaya produksi, terutama pengangkutan. Selain itu dapat meningkatkan efisiensipengolahan dan kualitas produk akibat penurunan bahan baku yang rusak.Indonesia harus tepat menentukan tujuan ekspor karena berdasarkan analisisdekomposisi daya saing dan pangsa pasar ekspor efek distribusi produk palingmenentukan daya saing. Pertumbuhan industri pengolahan diharapkan menjadipendorong akselerasi perdagangan dan bukan pemicu defisit.

5.16. Analisis Volatilitas Harga Komoditas Pangan dalam Rangka PeningkatanEfektivitas Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok

Perkembangan harga pangan dalam negeri tidak terlepas dari situasiinternasional dan situasi dalam negeri. Hal ini terjadi karena, pertama, Indonesiasebagai anggota organisasi perdagangan dunia dan menganut sistemperekonomian terbuka, sehingga keterkaitan dengan pasar internasional akanmempengaruhi kebijakan stabilitas harga pangan pokok yang ditempuh.Kebijakan terkait dengan penurunan tarif impor, bea masuk, dan keputusanuntuk mengimpor bahan pangan pokok itu sendiri apabila didalam negerikekurangan akan menyebabkan perkembangan harga internasional akanditransmisikan langsung kepada harga eceran dan harga petani. Hal inimenyebabkan volatilitas harga pangan dalam negeri akan dipengaruhi olehvolatilitas harga internasional. Kedua, perkembangan produksi dan konsumsidan kebijakan yang tekait dengannya terutama kebijakan-kebijakan yangberpangaruh terhadap volatilitas harga komoditas pangan. Ketiga,perkembangan nilai tukar dan kebijakan nilai tukar juga dapat berpengaruhterhadap volatilitas harga pangan. Kempat, volatilitas harga pangan juga dapatdipengaruhi oleh perubahan harga input dan kebijakan pemerintah yang terkaitdengan harga input. Kelima, volatilitas harga pangan diindikasikan dipengaruhioleh harga pangan dunia dan juga harga minyak dan energi dunia. Keenam,situasi iklim mempengaruhi produksi komoditas pangan nasional. Berdasarkanuraian di atas, disamping perlunya mengetahui tingkat volalititas harga panganpokok di tingkat eceran dan di tingkat petani, juga diperoleh indikasi bahwavolatilitas harga pangan pokok dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yangberasal dari kondisi domestik maupun internasional. Dengan demikian, dalamrangka meningkatkan efektifitas kebijakan stabilisasi harga, penting untukmengetahui volatilitas harga pangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pemenuhan kebutuhan pangan pokok bagi penduduk Indonesia padamasa yang akan datang akan menghadapi beberapa masalah besar terkait

Page 80: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

68 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

volatilitas harga yang disebabkan oleh kondisi dan situasi domestik maupuninternasional. Volatilitas harga pangan dapat mempengaruhi kondisi ketahananpangan dan berhubungan langsung dengan keterjangkauan daya beli masyarakatterhadap pangan dan pendapatan petani. Stabilitas harga pangan perlu dijagauntuk menghindari peningkatan kemiskinan dan pengangguran, timbulnyagejolak sosial dan stabilitas perekonomian negara. Selain besaran tingkatvolatilitas masing-masing jenis harga pangan terutama harga produsen/petanidan konsumen/eceran pada beberapa jenis komoditas pangan, dalam upayameningkatkan efektifitas kebijakan stabilisasi harga pangan, analisis terhadapfaktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga pangan sangatlah diperlukan.Kebijakan stabilisasi harga pangan sangat membutuhkan pengendalian tingkatvolatilitas berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya, baik yang bersumberdari faktor domestik maupun internasional. Penelitian ini dilaksanakan dalamupaya meningkatkan efektifitas stabilisasi harga pangan dengan memperhatikanbesaran tingkat volatilitas harga komoditas pangan baik ditingkat produsenmaupun konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas hargapangan tersebut, kebijakan dan situasi domestik, serta situasi harga internasionalyang mempengaruhi volatilitas secara lebih komprehensif.

Penelitian ini memiliki fokus untuk mengestimasi tingkat volatilitas danfaktor-faktor yang volatilitas harga pangan pokok di tingkat petani dan tingkateceran dalam rangka menyusun bahan rumusan rekomendasi yang tepat untukmenyempurnakan monitoring harga kebutuhan pangan pokok. Komoditaspangan pokok yang diteliti terdiri dari beras, jagung, kedelai, gula pasir, minyakgoreng, cabe merah, daging sapi potong, daging ayam ras, dan telur ayam ras.Keluaran utama penelitian adalah rumusan rekomendasi kebijakan untukmenyempurnakan monitoring harga kebutuhan pangan pokok.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa volalitas harga produsen dankonsumen komoditas beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng sawit, cabemerah, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam berkisar antara 5,41 persenhingga 64,48 persen. Terdapat variasi antar harga produsen dan konsumenkomoditas dan antar provinsi. Berdasarkan hasil wawancara faktor-faktor yangmempengaruhi volatilitas harga produsen dan konsumen komoditas yang ditelititerdiri dari 17 faktor diantaranya adalah perubahan harga dunia minyak dunia,harga komoditas dunia, nilai tukar, tarif impor, pajak eskpor, volume impor,volume produksi, volume konsumsi, harga produsen, harga konsumen, hargaimpor, harga BBM, biaya transportasi, harga input pertanian, perayaam hari besaragama dan nasional, faktor iklim (kekeringan, banjir, dan serangan hama danpenyakit). Faktor-faktor tersebut dinyatakan oleh responden dengan kisaran 53.57persen hingga 96,30 persen responden sebagai faktor yang mempengaruhivolatilitas harga konsumen dan 42,86 persen hingga 92,86 persen respondensebagai faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga produsen.

Selanjutnya diputuskan bahwa sesuai dengan ketersediaan dankelengkapan data dan informasi faktor-faktor yang dimasukkan dalam variabelpada analisis model SVAR untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 81: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 69

volatilitas harga konsumen dan produsen masing-masing jenis komoditas yangditeliti adalah harga minyak dunia, harga dunia masing-masing komoditas, nilaitukar Rp terhadap US $ tarif impor masing-masing komoditas (pajak eksporkhusus untuk minyak sawit), harga impor untuk masing-masing komoditas(harga ekspor khusus untuk kelapa sawit), volume impor masing-masingkomoditas (volume ekspor khusus untuk minyak sawit), harga konsumenmasing-masing komoditas, volume konsumsi masing-masing komoditas, hargaperdagangan besar grosir masing-masing komoditas, harga produsen masing-masing komoditas, volume produksi masing-masing komoditas, harga inputpupuk untuk beras, jagung, kedele, gula, minyak sawit dan cabe merah, hargainput sapi bakalan untuk daging sapi dan harga input pakan untuk daging ayamdan telur ayam ras dan harga DOC untuk daging dan telur ayam ras dan nilaiindek curah hujan. Selain itu juga, dalam periode 60 bulan ke depan, faktor-faktortersebut memiliki kontribusi pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhivolatilitas harga produsen maupun konsumen harga pangan pokok. Kontribusimasing-masing faktor bervariasi antar jenis dan antara komoditas, denganbesaran kontribusi pengaruh terkecil adalah 0,06 persen dan terbesar adalah 80,25persen terhadap harga produsen dan terkecil adalah 0,10 persen dan terbesaradalah 68,98 persen terhadap harga konsumen.

Dalam periode 60 puluh bulan ke depan, perubahan 1 persen faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat volatilitas harga produsen terhadap dirinyasendiri akan mempengaruhi perubahan harga produsen masing-masingkomoditas dengan kisaran perubahan antara 0,0033 persen hingga 1,5117 persen.Sementara terhadap harga konsumen masing-masing komoditas perubahan 1persen faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga konsumen terhadapdirinya sendiri akan menyebabkan perubahan terhadap harga konsumen dengankisaran perubahan antara 0,0044 persen hingga 2,5497 persen. Pengaruhperubahan masing-masing faktor bervariasi menurut jenis faktor, jenis komoditas,dan jenis harga (produsen dan konsumen). Sesuai dengan teori ekonomi tandanegatif menunjukkan peningkatan nilai perubahan faktor-faktor tersebut akandiikuti penurunan harga produsen atau harga konsumen atau sebaliknya. Dalammemonitor harga pangan pokok faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasiseperti terinci dalam penelitian ini perlu dimasukkan sebagai bagian darimonitoring harga, karena pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap fluktuasiharga produsen dan konsumen harga pokok relatif besar.

Implikasi kebijakan penelitian ini adalah (1) perlu dilakukan peningkatancakupan dan kapasitas kelembagaan monitoring harga pangan pokok karenamonitoring tidak hanya mencakup harga pangan pokok akan tetapi harusmencakup faktor faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga yang adadalam penelitian ini; (2) mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasiseperti terinci dalam penelitian ini berada dalam banyak instansi, maka dalammemonitor harga pangan pokok perlu melibatkan instansi terkait; (3) sebuahinstitusi lintas instansi perlu dibentuk untuk mengimplementasikan peningkatancakupan dan kapasitas kelembagaan monitoring harga pangan pokok.

Page 82: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

70 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISISDAN KERJASAMA PENELITIAN

6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian

Sebagai lembaga penelitian sosial ekonomi dan analisis kebijakanpertanian, PSEKP berkewajiban untuk mempublikasikan hasil kegiatan penelitiandan analisisnya kepada publik atau pengguna. Publikasi dinilai sangat efektifdalam penyebarluasan hasil penelitian karena dapat mencapai sasaran secara luasdan memungkinkan untuk dibaca dan ditelaah secara berulang-ulang. Kegiatanpublikasi hasil penelitian dan analisis sosial ekonomi pertanian merupakanaktivitas rutin setiap tahun.

Pada tahun anggaran 2011 PSEKP telah menerbitkan delapan jenispublikasi, sebagai berikut:

(1) Jurnal Agro Ekonomi

Jurnal Agro Ekonomi (JAE) terbit dua nomor setahun dan pada tahun2011 dicetak masing-masing 500 eksemplar (sebelumnya 300 eksemplar). JAEmerupakan publikasi ilmiah yang memuat hasil penelitian primer sosial ekonomipertanian. Penerbitan JAE dimaksudkan sebagai media untuk meningkatkanpengetahuan dan keterampilan profesional para ahli sosial ekonomi pertaniandan sarana untuk memperoleh informasi bagi pengambil kebijakan, pelaku danpemerhati pembangunan pertanian dan pedesaan. Tabel 7 menyajikan judul-juduldan penulis naskah JAE Volume 28, Nomor 2, Oktober 2010 yang diterbitkan olehPSEKP pada tahun 2011.

Tabel 7. Judul dan Penulis Naskah JAE Tahun 2011

Judul Penulis

JAE Vol. 28 No. 2, Oktober 2010

Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja danKekakuan Upah Riil Sektoral di SulawesiSelatan

Analisis Efisiensi Produksi SistemUsahatani Kedelai di Sulawesi Selatan

Mahyuddin dan Maidah M. Zain

Abdul Gaffar Tahir, Dwidjono HadiDarwanto, Jangkung HandoyoMulyo dan Jamhari

Page 83: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 71

Judul PenulisAnalisis Efisiensi Teknis ProduksiUsahatani Cabai Merah Besar dan PerilakuPetani dalam Menghadapi Risiko

Diterminants of Bangladesh’s Export Flowsto The USA, 2003-2010: An EmpiricalReview

Integrasi Pasar Kakao Biji PerdesaanSulawesi Tengah dengan Pasar Dunia

Saptana, Arief Daryanto, Heny K.Daryanto dan Kuntjoro

Mohammad A. Ashraf dan AbuZakir Chowdhury

M. R. Yantu, Bambang Juanda,Hermanto Siregar, Isang Gonarsyahdan Setia Hadi

JAE Vol. 29 No.1, Mei 2011

Pengaruh Penyuluhan terhadap KeputusanPetani dalam Adopsi Inovasi TeknologiUsahatani Terpadu

Analisis Efisiensi Usahatani Padi dibeberapa Sentra Produksi Padi diIndonesia

Votalitas Harga Minyak Dunia danDampaknya Terhadap Kinerja SektorIndustri Pengolahan dan MakroekonomiIndonesia

Efisiensi dan Pendapatan Usaha Gula ArenCetak (Suatu Kasus pada Perajin GulaAren Cetak di Desa Cimenga KecamatanCijaku Kabupaten Lebak Provinsi Banten)

Dayasaing Komoditas Promosi EksporManggis, Sistem Pemasaran danKemantapannya di Dalam Negeri (StudiKasus Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat)

Kurnia Suci Indraningsih

Sri Hery Susilowati

Alla Asmara, Rina Oktaviani,Kuntjoro dan Muhammad Firdaus

Aliudin, Setiawan Sariyoga danDian Anggraeni

Chairul Muslim dan Tjetjep Nurasa

(2) Forum Agro EkonomiForum Agro Ekonomi (FAE) terbit dua kali setahun dan dicetak sebanyak

500 eksemplar (2011) dan tahun sebelumnya 300 eksemplar setiap nomor terbitan.FAE merupakan publikasi ilmiah yang memuat critical review hasil penelitiansosial ekonomi pertanian dan juga menampung naskah-naskah yang berupagagasan-gagasan ataupun konsepsi-konsepsi orisinal dalam bidang sosial danekonomi pertanian. Tabel 8 menyajikan judul-judul dan penulis naskah FAE.

Page 84: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

72 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Tabel 8. Judul dan Penulis Naskah FAE Tahun 2011

Judul Penulis

FAE Vol. 29 No.1, Juli 2011

Pengembangan Agro-Industri Perdesaandengan Pendekatan One Village OneProduct (OVOP)

Konsep dan Implementasi PembangunanPertanian Berkelanjutan di Indonesia

Kendala Adopsi Benih Bersertifikat untukUsahatani Kentang

Lumbung Pangan Masyarakat : Keberadaandan Perannya dalam PenanggulanganKerawanan Pangan

Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomidalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Sahat M. Pasaribu

Rudy S. Rivai dan Iwan S.Anugrah

Bambang Sayaka dan Juni Hestina

Muchjidin Rachmat, Gelar SatyaBudhi, Supriyati dan WahyuningK. Sejati

Ketut Gede Mudiarta

FAE. Vol 29 No.2, Desember 2011

Delanddreformisasi sebagai Gejala AntiLandreform di Indonesia : Karakter,Penyebab dan Upaya untukPengendaliannya

Pengembangan Agroforestry untukMendukung Ketahanan Pangan danPemberdayaan Petani Sekitar Hutan

Peran Kelompok Tani dalam PenerapanTeknologi Pertanian

Potensi dan Prospek PengembanganSorgum di Jabar Selatan

Potensi dan Kendala Sistem Resi Gudang(SRG) untuk Mendukung PembiayaanUsaha Pertanian di Indonesia

Syahyuti

Henny Mayrowani dan Ashari

Sri Nuryanti dan Dewa K. S.Swastika

Nana Sutrisna dan BambangIrawan

Ashari

Page 85: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 73

(3) Analisis Kebijakan PertanianAnalisis Kebijakan Pertanian (AKP) terbit empat kali dalam setahun dan

dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. AKP adalahmedia ilmiah yang memuat isu aktual kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan,dialog dan polemik. Judul-judul dan penulis naskah AKP Volume 9, Nomor 1(Maret), 2 (Juni) 3 (September), dan 4 (Desember) yang diterbitkan oleh PSEKPpada tahun 2011 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Judul dan Penulis Naskah AKP Tahun 2011

AKP Vol. 9 No.1, Maret 2011

Paradigma Kedaulatan Pangan danKeterlibatan Swasta : Ancaman TerhadapPendekatan Ketahanan Pangan (?)

Perdagangan Bebas Wilayah ASEAN-China: Implikasinya terhadapPerdagangan dan Investasi PertanianIndonesia

Sistem Ketahanan Pangan Nasional:Kontribusi Ketersediaan dan KonsumsiEnergi Serta Optimalisasi Distribusi Beras

Strategi Penguatan Kinerja PelayananKesehatan Hewan dalam MendukungSistem Kesehatan Hewan Nasional

Diseminasi di BPTP : Pemikiran InovatifTransfer Teknologi Spesifik Lokasi

Cupilkan Rencana Strategi KementerianPertanian 2010 - 2014

Syahyuti

Budiman Hutabarat

Retno Lantarsih, Sri Widodo,Dwidjono Hadi Darwanto, SriBudhi Lestari dan Sipri Paramita

Muhammad Iqbal

Muhrizal Sarwani, Erizal Jamal,Kasdi Subagyono, Enti Sirnawatidan Vyta W. Hanifah

AKP. Vol. 9 No.2, Juni 2011

Kajian Ulang Konsep Neraca GulaNasional : Konsep Badan KetahananPangan vs Dewan Gula Indonesia

Supriyati

Page 86: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

74 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Optimalisasi Pemberdayaan MasyarakatDesa Melalui Sinergi Program PUAPdengan Desa Mandiri Pangan

Analisis Dampak ACFTA dan KebijakanPerdagangan Kakao di Pasar Domestik danChina

An Opportunity and Policy to ImporovePerformance of Peanut Agribusiness inSouth Sulawesi

Analisis Kelembagaan Rantai Pasok TelurAyam Ras Peternakan Rakyat di JawaBarat

Cuplikan Peraturan Menteri PertanianNomor 06 Tahun 2011 Tentang Kebutuhandan Harga Eceran Tertinggi (HET) PupukBersubsidi untuk Sektor Pertanian TA.2011

Valeriana Darwis dan I WayanRusastra

Adrian Darmawan Lubis dan SriNuryanti

Bambang Sayaka, MuhammadMaulana and Deri Hidayat

Wahyuning K. Sejati

AKP Vol. 9 No. 3, September 2011

The Analytic Network, Process ofIndonesia’s Bioethanol: Future Direction ofCompetitive Strategy and Policy

Dampak Kebijakan Pemerintah DKI diBidang Perunggasan terhadapKetersediaan Ayam di DKI Jakarta

Dampak Krisis Finansial Global danKebijakan Antisipatif PengembanganIndustri Kelapa Sawit

Kebijakan Antisipatif dan StrategiPenggalangan Petani Menuju SwasembadaJagung Nasional

Koordinasi Penelitian dan PengkajianTeknologi Pertanian di Tingkat Provinsi :Antisipasi Perbaikan Kinerja KomisiTeknologi Pertanian

Gita K. Indahsari, Arief Daryanto,E. Gumbira Said dan Rudi Wibowo

Arief daryanto dan Saptana

Bambang Drajat

Amar K. Zakaria

Julian Witjaksono

Page 87: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 75

Cuplikan Lampiran Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011tentang Masterplan Percepatan danPerluasan Pembangunan EkonomiIndonesia 201 – 2025

AKP Vol. 9 No. 4, Desember 2011

Dampak Kebijakan Fiskal dalam UpayaStabilisasi Harga Komoditas Pertanian

Sistem Distribusi Berbasis Relationship :Kajian Penyempurnaan Penyaluran PupukBersubsidi Kepada Petani

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah– Beras Tahun 2010 : Efektivitas danImplikasinya terhadap Kwalitas danPengadaan oleh Dolog

Kelayakan Finansial Sistem Integrasi Sawit– Sapi Melalui Program Kredit UsahaPembibitan Sapi

Penguatan Kelompok Tani, Langkah Awaluntuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Cuplikan Blue Print Program SwasembadaDaging Sapi 2014

Mahpud Sujai

Spudnik Sujono

Mohamad Maulana dan BennyRachman

Nyak Ilham dan Handewi P. Saliem

Hermanto dan Dewa K. S. Swastika

(4) Working PaperWorking Paper (WP) adalah media cetak yang memuat tulisan ilmiah

peneliti PSEKP mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembanganmetodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandanganilmiah dan review hasil penelitian. Judul-judul dan penulis naskah WP No. 104dan 105 yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 10.

(5) ProsidingProsiding merupakan publikasi yang diterbitkan secara tidak berkala. Prosidingberisi karya tulis, yang pernah diseminarkan pada seminar nasional dan seminarkhusus yang dilaksanakan oleh PSEKP. Tahun 2011 PSEKP menerbitkan satuprosiding. Judul-judul makalah dalam Prosiding disajikan pada Tabel 11.

Page 88: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

76 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Tabel 10. Judul dan Penulis Naskah Working Paper Tahun 2011

No. Terbit Judul Naskah PenulisWP-104

WP-105

Towards The Empowerment of SmallHolder Coffee Farmers in Mangarai

Regency East Nusa Tenggara ProvincePenerapan Harga Minimum RegionalCabai Merah di Provinsi Jawa barat

Muhammad Iqbal

Valeriana Darwis

Tabel 11. Judul dan Penulis Naskah Prosiding Seminar Nasional ”Era BaruPembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah Pangan,Bioenergi dan Perubahan Iklim”

No. Judul Penulis

1.

2.

3.

4.

5.

Makalah Utama

Strategi Mitigasi dan Adaptasi Pertanianterhadap Dampak Perubahan Iklim Global

Prospek, Masalah dan Strategi PemenuhanKebutuhan Pangan Pokok

Bioenergi : Status Saat Ini dan Perspektif keDepan

Perkembangan, Prospek, dan KebijakanPenanaman Modal di Sektor Pertanian

Prospek, Kendala dan Kebijakan Investasi diSektor Pertanian : Pandangan Pelaku Usaha

Haryono dan Irsal Las

Prajogo U. Hadi dan Sri HerySusilowati

Bustanul Arifin

Didiek Hadjar Goenadi

Suharyo Husein

1.

2.

3.

Makalah Penunjang

Dampak Investasi Pertanian Terhadap PDBPertanian, Kesempatan Kerja dan PendapatanPetani

Upaya Peningkatan Partisipasi dan KonsumsiUbi Jalar sebagai Langkah Diversifikasi Pangan

Kinerja dan Prospek Program Desa MandiriPangan (Demapan)

Prajogo U. Hadi

Tri Bastuti dan HandewiPurwati Saliem

Benny Rachman, I WayanRusastra dan ValerianaDarwis

Page 89: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 77

No. Judul Penulis4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pemanfaatan Lahan Kering di Sekitar HutanDalam Peningkatan Produksi Pangan (KasusKabupaten Blora, Jawa Tengah)

Teknologi Pengolahan Hasil untuk MengatasiMasalah Ketahanan Pangan

Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untukMenanggulangi Risiko Kerugian Akibat Banjir,Kekeringan dan Hama Penyakit

Peningkatan Akses Petani terhadap KreditKetahanan Pangan dan Energi

Sosialisasi Kedelai Sebagai Pangan Fungsional:Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

Efektivitas Pemanfaatan Biogas sebagai SumberBioenergi Bahan Bakar Mendukung StrategiMengatasi Biaya Ekonomi Rumah Tangga diPerdesaan

Henny Mayrowani, Asharidan Nyak Ilham

Reni Kustiari, BambangSayaka dan Sahat Pasaribu

Juni Hestina, Nur KhoiriyahA., Yana Supriyatna danSahat Pasaribu

Bambang Sayaka dan RudySunarja Rivai

Sri Wahyuni, C.R. Adawiyahdan R. Ditya Yofa

Roosganda Elizabeth dan S.Rusdiana

(6) Agro-Socioeconomic NewsletterNewsletter ini merupakan media berbahasa Inggris yang diterbitkan

pertama kali tahun 2007. Frekuensi terbitan sebanyak 4 kali setiap tahun, masing-masing 1000 eksemplar setiap terbit. Jumlah halaman tiap terbit adalah 8 halamanberwarna penuh (full colour).

Media ini diterbitkan dalam upaya memperluas jangkauan pembaca, baikuntuk berbagai mitra dan lembaga riset serta lembaga pemerintahan di dalamnegeri dan di luar negeri. Oleh karena itu, untuk setiap terbitan, media inidisebarkan ke berbagai lembaga pemerintah, kalangan perguruan tinggi, lembagariset lain, swasta, dan lain-lain. Untuk kalangan dari luar negeri, media inidisampaikan secara langsung kepada beberapa lembaga riset dan donor yangberkantor di Indonesia, serta melalui website (www.pse.litbang.deptan.go.id).

Sebagai newsletter, informasi yang disajikan merupakan informasi yangbersifat paling baru dan sedang hangat dibicarakan. Harapannya adalah agarpembaca dapat mengetahui informasi paling baru serta memperoleh respon darikalangan pembaca secara cepat pula. Topik-topik utama yang selalu hadir dalamsetiap terbitan yaitu: temuan-temuan penelitian yang menarik (research findings),tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang terbaru tentang pembangunanpertanian (recent policy development), kegiatan penelitian di PSEKP (researchactivities), serta berita seputar PSEKP (ICASEPS news).

Page 90: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

78 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Tabel 12. Daftar Isi Terbitan Newsletter PSEKP Tahun 2011

Volume, Nomor, bulan terbit dan Daftar IsiVol. 5 No. 1 Maret 2011

1. Institutional System of Rural Community Food Reserve to Reduce FoodInsecurity

2. Impacts of Agricultural Investment on Agricultural Sector Performance3. Government Support to Cover Rice Harvest Failure4. Research Activities5. Publications6. The New ICASEPS Management7. The Director of ICASEPS in JaK-TV Program8. Seminar: “The Future of Agricultural Development: What Needs

Funding in Policy Area?”9. Producer’s Price Policy Reform and Its Impact on Rice Competitiveness

Vol. 5 No. 2 Juni 20111. Enhancing Farmers’ Access to Sources of Capital2. Developing Rice Farm Insurance to Cover Losses Risk Caused by Flood,

Drought, Pest and Disease3. Research to Support Implementation of Act No 41/2009 on Protection of

Sustainable Agricultural Land for Food Production4. Research Activities5. Publications6. Workshop on Climate Change, Price Volatility, and Food Security:

Perspectives from South East Asia7. Policy Dialogue on Food Security Informations System8. Efficiency of Rice Farm Business in Indonesia9. Food Self-Sufficiency Village (DEMAPAN)10. Radio Broadcast

Vol. 5 No. 3 September 20111. Acceleration of Innovation Systems of Agricultural Processing

Technology and Machinery for Food Security2. Ministerial Regulation No. 45/Permentan/OT.140/8/20113. Research Activities4. Publications5. Regular Meeting at ICASEPS6. Sarasehan of ICASEPS7. Senior Program Specialist of IDRC Visiting ICASEPS

Vol. 5 No. 4, Desember 20111. Study on Production, Trade, and Consumption Lingkages of Sweet

Potato to Support Food and Nutrtion Diversity Program2. Local Government Policy on Budget Allocation and Regulation to

Access Agricultural Develpment3. Focus Group Discussion on Potato4. Final Research Report

Page 91: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 79

5. Publications6. APO Expert Meeting: Research on Agricultural Productivity

Measurement and Monitoring Systems7. Informal Discussion (Sarasehan)8. Open House9. National Seminar10. Books Review11. Radio Broadcast

(7) Leaflet/BookletDalam leaflet dimuat informasi secara ringkas mengenai kegiatan/topik

penelitian tertentu yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan yang dilakukanPSEKP ataupun sebagai bahan untuk mengikuti pameran. Sementara untukBooklet yang diterbitkan PSEKP pada Tahun 2011 memuat profil lengkap tentangPusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian/Indonesian Center forAgricultural Socio Economic and Policy Studies (versi Indonesia – English). Daftarjudul Leaflet/Booklet tahun 2011, disajikan pada tabel 13.

Tabel 13. Daftar Judul Leaflet/Booklet Tahun 2011

No. Judul1. Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies

(ICASEPS)2. Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan Alsintan

dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan3. Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untuk Menanggulangi Risiko

Kerugian Akibat Banjir, Kekeringan dan Hama Penyakit4. Seminar Nasional: Petani dan Pembangunan Pertanian

(8) Laporan TahunanLaporan Tahunan diterbitkan secara rutin setiap tahun sebagai salah satu

bahan pertanggung jawaban PSEKP sebagai lembaga pemerintah. Materi pokokyang disajikan meliputi struktur organisasi, SDM, sarana prasarana, kegiatanpenelitian, pendayagunaan hasil dan monitoring dan evaluasi. Pada tahun 2011telah diterbitkan dua jenis Laporan Tahunan yaitu dalam bahasa Indonesia danbahasa inggris.

Dewan Redaksi Jurnal PSEKPPublikasi ilmiah PSEKP dapat dihasilkan melalui kerjasama antara

penulis naskah dan Dewan Redaksi. Seleksi tulisan dilakukan oleh Dewan

Page 92: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

80 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Redaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP yang ditunjuk berdasarkan SuratKeputusan Kepada Badan Litbang Pertanian (Tabel 14) .

Tabel 14. Susunan Dewan Redaksi JAE, FAE, dan AKP Tahun 2011

No. Keputusan Kepala BadanNomor :

Terbitan Nama Dewan Redaksi

1. 24/Kpts/OT.160/I/1/2010 JAE 1. Dr. Sumaryanto (Ketua)2. Prof. Dr. Budiman Hutabarat (Anggota)3. Dr. Dewa K.S. Swastika (Anggota)4. Dr. Nyak Ilham (Anggota)5. Dr. Nunung Kusnadi (Anggota)

2. 34/Kpts/OT.160/I/1/2011 FAE 1. Dr. Muchjidin Rachmat (Ketua)2. Dr. Sri Hery Susilowati (Anggota)3. Dr. Erizal Jamal (Anggota)4. Dr. Bambang Sayaka (Anggota)5. Ir. Adreng Purwoto, MS (Anggota)

3. 22/Kpts/OT.160/I/1/2010 AKP 1. Prof. Dr. I Wayan Rusastra (Ketua)2. Dr. Benny Rachman (Anggota)3. Dr. Tri Pranadji (Anggota)4. Dr. Edi Basuno (Anggota)5.Prajogo U. Hadi,SE., MEc (Anggota)

Pendistribusian Hasil PublikasiBerbagai jenis publikasi yang telah dihasilkan PSEKP disebarluaskan ke

berbagai instansi terkait seperti Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan BadanLingkup Kementan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi,Asosiasi Swasta, dan lain-lain. Pendistribusian dilakukan melalui paket pos,diantar langsung untuk wilayah Jabodetabek, dan melalui tamu-tamu yangdatang ke PSEKP yang memerlukan hasil publikasi tersebut.

Publikasi ilmiah PSEKP dapat dihasilkan melalui kerjasama antarapenulis naskah dan Dewan Redaksi. Seleksi tulisan dilakukan oleh DewanRedaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP yang ditunjuk berdasarkan SuratKeputusan Kepala Badan Litbang Pertanian (Tabel 15).

6.2 Komunikasi dan Dokumentasi Hasil PenelitianHasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (termasuk PSEKP) baru

akan memiliki makna dan manfaat setelah sampai kepada para stakeholder ataupengguna. Oleh karena itu kegiatan komunikasi (mulai dari pengolahan sampai

Page 93: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 81

penyebarluasan hasil penelitian) memegang peranan sangat penting. Dalampenyelenggaraan komunikasi, perlu juga didukung dengan dokumentasi yangbaik. Kegiatan dokumentasi dapat berupa pengabadian suatu peristiwa/momenkegiatan komunikasi atau manajemen kearsipan bahan-bahan komunikasi.

Pada tahun Anggaran 2011 kegiatan komunikasi dan dokumentasipenelitian yang dilaksanakan PSEKP, meliputi: (1) Seminar rutin, seminarproposal dan seminar hasil penelitian 2011, (2) Seminar Nasional 2011, (3)Partisipasi dalam pameran/ekspose inovasi teknologi; (4) Rapat Dewan Redaksi;(5) Pembuatan website; (6) Dokumentasi; dan (7) Penyebaran publikasi.

SeminarPada tahun 2011 PSEKP telah menyelenggarakan berbagai seminar yang

diantaranya adalah Seminar Rutin, Seminar Proposal, Seminar Hasil Penelitian,dan Seminar Nasional. Berbagai kegiatan seminar tersebut bertujuan untukmengkomunikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan untukmendapatkan umpan balik atau masukan dari para stakeholder. Khusus SeminarRutin, selain bertujuan untuk mencari masukan dari stakeholder, juga dijadikansebagai ajang/media menumbuhkan “budaya ilmiah” di PSEKP sebagai salahsatu lembaga penelitian. Tabel 16. menyajikan judul-judul makalah seminar rutindan pembicaranya.

Tabel 15. Distribusi Publikasi Ilmiah

Jenis Publikasi Distribusi

1. JAE Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan LingkupDeptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, OrganisasiProfesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain

2. FAE Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan LingkupDeptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, OrganisasiProfesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain

3. AKP Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan LingkupDeptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, OrganisasiProfesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain

5. ProsidingSeminarNasional

Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan LingkupDeptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, OrganisasiProfesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain

6. Newsletter Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan LingkupDeptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, OrganisasiProfesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain

Page 94: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

82 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Tabel 16. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Rutin Tahun 2011

No. Tanggal Judul Makalah Pembicara1. 07-02-2011 Application of Eco-Efficiency as a Strategy Policy Tool

Toward Green Growth for Rice Industry in ASEANCoutries

Dr.WanidaWanichpongpan

2. 11-02-2011 Pengaruh Penyuluhan terhadap Keputusan PetaniDalam Adopsi Inovasi Usahatani Terpadu

Dr. Kurnia SuciIndraningsih

3. 24-02-2011 1. Penentuan Trigger untuk Penerapan SpecialSafeguard Mechanism (SSM) terhadap KomoditasPertanian

2. Indonesian Rubber Industry: How is it? HowShould it Be?

1. Dr. Reni Kustiari

2. Sri Nuryanti,STP., MP

4. 18-03-2011 The Future of Agricultural Development: What NeedsFunding in the Policy Area?

Prof. Peter Timmer

5. 30-03-2011 Kajian Sistem Kelembagaan Cadangan MasyarakatPedesaan untuk Mengurangi Risiko Rawan Pangan

Dr. Muchjidin Rachmat

6. 13-04-2011 Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untukMenanggulangi Risiko Kerugian Akibat Banjir,Kekeringan dan Hama Penyakit

Dr. Sahat M. Pasaribu

7. 27-04-2011 Konsumsi Ubi Jalar sebagai Langkah DiversifikasiPangan

Ir. Tri Bastusti Purwantini

8. 11-05-2011 Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit KetahananPangan dan Energi

Ir. Rudy S. Rivai, MS

9. 25-05-2011 Analisis Efisiensi Usahatani Padi di Beberapa SentraProduksi Padi di Indonesia

Ir. Netti Tinaprilla

10. 08-06-2011 Kinerja dan Prospek Program Desa Mandiri Pangan(Demapan)

Dr. Benny Rachman

11. 22-06-2011 Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasildalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan

Dr. Reni Kustiari

12. 06-07-2011 Pemanfaatan Lahan Kering di Sekitar Hutan dalamPeningkatan Produksi Pangan (Kasus KabupatenBlora, Jawa Tengah)

Dr. Henny Mayrowani

13. 20-07-2011 Dampak Investasi Pertanian terhadap PDB Pertanian,Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani

Prajogo U.Hadi,SE.,MEc

14. 03-08-2011 Pertanian dalam Perspektif PerencanaanPembangunan daerah

Dr. Tri Pranadji

15. 02-11-2011 Reformasi Inovasi Teknologi Pertanian MenciptakanDaya Saing

Dr. Iskandar AndiNuhung

16. 29-11-2011 Ketersediaan Sumberdaya Lahan Pertanian danKetahanan Pangan Nasional

Dr. Sumarno

17. 09-11-2011 1.Sosialisasi Kedelai sebagai Pangan Fungsional:Mendukung Program Intensifikasi Kedelai

2.Efektivitas Pemanfaatan Biogas sebagai SumberBioenergi Bahan Bakar Mendukung StrategiMengatasi Biaya Ekonomi Rumah Tangga diPerdesaan

1. Ir. Sri Wahyuni, MS

2. Ir. RoosgandaElizabeth, MSi

Beberapa seminar tertentu melibatkan tim pembahas yang berasal dariluar PSEKP, baik kalangan birokrat maupun akademisi. Tujuan seminar tersebutadalah untuk mendapatkan masukan dari pembahas dan peserta, sekaligussebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada

Page 95: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 83

stakeholder. Daftar judul makalah dan pembicara dalam seminar nasional yangdilakukan PSEKP pada TA. 2011 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Judul Makalah dan Pembicara pada Seminar Nasional Tahun 2011

Judul Makalah Pembicara InstansiA. Makalah Utama

1. Tata Perdagangan Dunia dan Upaya IndonesiaMemacu Ekspor Hasil Pertanian.

2. Memposisikan secara Tepat PembangunanPertanian dalam Perspektif Pembangunan Nasional

3. Kelembagaan Pertanian yang Kondusif bagiKegiatan Usaha yang Mensejahterakan Petani

4. Modernisasi Pertanian Ala Indonesia, suatuPerspektif Sosiologis

B. Makalah Penunjang

Kelompok A1. Analisis Usahatani Kentang Sembalun.

2. Tantangan Pembangunan Pertanian: Kemiskinanpada Berbagai Ekosistem.

3. Analisis Nilai Tambah dan Balas Jasa FaktorProduksi Pengolahan Hasil Pertanian.

4. Sumber, Struktur dan Distribusi Pendapatan RumahTangga Petani Padi: Analisis Data Patanas 2010.

5. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Penyebab TidakTuntasnya Penerapan Inovasi Teknologi oleh PetaniTanaman Pangan di Kalimantan Tengah.

6. Persepsi Petani terhadap Pengelolaan LembagaKeuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) padaGapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di KotaBengkulu.

7. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah Pasca ErupsiMerapi 2010 di Dusun Boyong HargobinangunSleman.

Kelompok B8. Keragaan Mobilitas Angkatan Kerja di Perdesaan

Berbasis Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi.

9. Distribusi Tenaga Kerja Sektor Pertanian padaBerbagai Tipe Agroekosistem di Perdesaan Patanas.

Dr. Erwidodo

Dr. Arief Daryanto

Dr. Agus Pakpahan

Dr. Arya H. Darmawan

I P. Cakra Putra A.

Maman HK, IvonneAyesha dan Sri Hery S.

Reni Kustiari

M. Maulana dan Supriyati

Rachmadi Ramli

Andi Ishak dan Umi PudjiAstuti

Tri Joko Siswanto,Wiendarti I W danGunawan

Deri Hidayat dan Sugiarto

Sugiarto

Dubes RI untukWTO di Jenewa

IPB

PSEKP

IPB

BPTP NTB

UNPAD dan PSEKP

PSEKP

PSEKP

BPTP Kalteng

BPTP Bengkulu

BPTP Yogyakarta

PSEKP

PSEKP

Page 96: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

84 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

10. Analisis Respon Permintaan Benih Padi Bersertifikatpada MK 2009 di Sumatera Selatan

11. Usahatani Kedelai Peserta SLPTT BerdasarkanAgroekosistem Lahan Kering, Lahan Sawah Irigasidan Lahan Sawah Tadah Hujan.

12. Analisa Profitabilitas Usahatani Padi padaAgroekosistem Lahan Sawah Irigasi di Jawa danLuar Jawa Pedesaan Patanas.

13. Analisis Keragaan Usahtani dan Opportunity CostEmisi CO2 Pertanian Lahan Gambut KabupatenKubu Raya, Kalimantan Barat.

14. Analisis Kelayakan Usaha Peningkatan StockKarbon pada Lahan Kritis di Kabupaten Sanggau,Kalimantan Barat.

15. Akselerasi Inovasi Teknologi Spesifik Lokasisebagai Salah Satu Indikator MewujudkanPembangunan Pertanian dan Perdesaan.

Kelompok C16. Upaya Mengatasi Black Campaign Kelapa Sawit dan

Langkah Strategis ke Depan.

17. Pola Kemitraan dalam Peningkatan EfisiensiPemasaran Kopi Rakyat (Studi Kasus di KabupatenMalang, Jawa Timur).

18. Pemberdayaan Petani Berbasis Informasi Pertanian.

19. Duck Farming Opsion at Teras Village, SerangDistrict.

20. Pemberdayaan Masyarakat (Petani) Pedesaan dalamPerspektif Corporate Social Responsibility (CSR):Sebuah Pemikiran dari Kasus-kasus CSR di ProvinsiJawa Tengah.

21. Persepsi dan Minat Adopsi Petani terhadap VUBPadi Sawah Irigasi di Provinsi Bengkulu.

22. Verifikasi Inovasi Teknologi Pupuk dan BahanOrganik Melalui Demplot Pemupukan Berimbangpada Lahan Sawah dan Lahan Kering.

23. Adaptasi Perubahan Iklim untuk MempertahankanProduksi Beras di Pulau Jawa.

Kelompok D24. Dinamika Indikator Kesejahteraan Petani di

Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau ProvinsiKalimantan Barat.

Viktor Siagian

Tjetjep Nurasa

Tjetjep Nurasa dan AdrengPurwoto.

Herman, F. Agus, IGMSubiksa, E. Runtunuwudan Irsal Las

Herman, F. Agus dan E.Runtunuwu

Roosganda Elizabeth,Adreng Purwoto danChairul Muslim

Bambang Dradjat

Ade Supriatna danBambang Dradjat

Mariati Tamba

Tuti Susilowati

Iwan Setiajie Anugrah

Dedi Sugandi dan UmiPudji Astuti

Irawan, IGM Subiksa danE. Husen.

Irawan

Rusli Burhansyah

BPTP Banten

PSEKP

PSEKP

RPN dan BBSDLP

RPN dan BBSDLP

PSEKP

RPN

BBP2TP danRPN

Ditjen Hortikultura

BPTP Banten

PSEKP

BPTP Bengkulu

Balittanah

Balittanah

BPTP Kalbar

Page 97: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 85

25. Upaya Pengembangan Alternatif Usahatani BerbasisPinang untuk Pembangunan PertanianBerkelanjutan di Sub-DAS Krueng Simpo ProvinsiAceh.

26. Analisis Dinamika Konsumsi Pangan danKesejahteraan Rumahtangga Petani Padi.

27. Meningkatkan Keswadayaan Peternak Sapi BaliMelalui Pemberdayaan Kelembagaan KandangKompleks untuk Mempercepat dan MenjaminKesinambungan Adopsi Teknologi Posyandu SapiBali di Kabupaten Lombok Tengah.

28. Prospek dan Tantangan Pengembangan Jogja SeedCentre (JSC).

29. Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAPterhadap Struktur Pembiayaan dan PendapatanUsahatani.

30. Dinamika Perkembangan Harga dan Analisis DayaSaing Usahatani Jagung di Provinsi Jawa Timur.

31. Dampak Pembangunan Irigasi TerhadapKesejahteraan Petani

Kelompok E32. Kajian Distribusi Pendapatan Petani Jagung di Lima

Kecamatan Kabupaten Bolaang MongondowProvinsi Sulut.

33. Manfaat dan Kendala Penggunaan Dana AlokasiKhusus Pertanian TA 2009 di Kabupaten TapinProvinsi Kalimantan Selatan.

34. Keragaan Pemanfaatan dan Sumber PinjamanUsahatani Padi Sawah.

35. Pola Interaksi Anggota Gapoktan “Sugih Mukti”dalam Pelaksanaan Demfarm PTT Padi Sawah diDesa Cibatu Kecamatan Cikembar KabupatenSukabumi

36. Dinamika Produksi Daging Sapi di Wilayah SentraUsaha Sapi Potong di Indonesia

37. Keragaan Sapi Silangan Hasil IB melalui KerjasamaPenggemukan Pola Gaduhan Inti – Plasma.

38. Prospek Pembangunan Pertanian pada LahanSawah Lebak dalam Usaha Peningkatan ProduksiBeras di Sumatera Selatan

Rini Fitri

Tri Bastuti Purwantini

Ketut Puspadi,Dahlanuddin dan LiaHadiawati

Budi Setyono dan HanoHanafi

Hari Hermawan danRachmat Hendayana

Adang Agustian, SriHartoyo, Kuntjoro danM.O. Adnyana

Tri Bastuti P, Rudy SR, danErma Suryani

Zulkifli Mantau

Valeriana Darwis

Valeriana Darwis dan M.Iqbal

Darojat Prawiranegara danIndra Bagus Raharjo

Atien Priyanti, IGAPMahendri dan UkaKusnadi

Vyta W. Hanifah,Soeharsono dan K.Diwyanto

Ishak Juarsah

UniversitasAlmuslim

PSEKP

BPTP NTB danFapet Unram

BPTP Yogyakarta

BBP2TP

PSEKP, IPB danPuslitbangtan

PSEKP

BPTP Gorontalo

PSEKP

PSEKP

BPTP Jabar

Puslitbangnak danBalitnak

BBP2TP, BPTPYogyakarta danPuslitbangnak

Balittanah

Page 98: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

86 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Penyebaran hasil penelitian selain dilakukan melalui kegiatan seminardan workshop, PSEKP juga mengkomunikasikan hasil-hasil penelitiannya melaluimedia audio. PSEKP telah bekerjasama dengan Radio Pertanian Ciawi (RPC)Bogor. Siaran radio dilakukan secara rutin satu bulan sekali pada pukul 16.00-17.30 WIB dengan metoda dialog interaktif. Materi dan Narasumber untuk siarandi RPC Bogor dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Materi Dialog Interaktif dan Narasumber pada Acara Karedok (jam16.00-17.30 WIB) di Radio Pertanian Ciawi (RPC) Bogor, 2011

No. Tanggal Judul Materi Narasumber1.

2.

3.

4.

07-04-11

09-06-11

17-10-11

19-12-11

Prospek dan Kendala Penerapan SubsidiPupuk Langsung ke Petani

Strategi Adaptasi Petani Kecil terhadapPerubahan Iklim

Pertanian dalam Perspektif PeraturanPerundang-undangan

Antisipasi Dampak Konversi LahanPertanian terhadap Ketahanan Pangan

Ir. Supriyati, MS

Dr. Sumaryanto

Dr. Tri Pranaji

Nur Khoiriyah A.STP., MP.

Pengelolaan WebsiteUntuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu

pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, PSEKPtelah membangun situs atau Web Site sendiri dengan alamat:http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah on line dan dapat diaksesoleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data daninformasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam. Situs atau Website tersebutjuga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusilainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Perkembangan jumlahpengakses website PSEKP selama tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 19. Datajumlah pengakses website menurut topik yang diminati dapat dilihat pada Tabel20.

Tabel 19. Jumlah Pengakses Website PSEKP pada Tahun 2011

Bulan Jumlah Pengunjung Jumlah Kunjungan Jumlah halaman yang dibukaJanuari 26863 45585 86050Februari 21252 35698 67307Maret 28842 50809 94536April 26566 45775 82698Mei 26611 45919 81053Juni 21330 36150 60683Juli 17388 29483 48044Agustus 14445 23564 40733September 22420 36788 62396

Page 99: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 87

Bulan Jumlah Pengunjung Jumlah Kunjungan Jumlah halaman yang dibukaOktober 34465 59493 98581November 34793 59573 100999Desember 32216 55952 93156Total 307191 524789 916236

Tabel 20. Materi Website PSEKP dan Jumlah Pengakses Tertinggi Selama Tahun2011

No. Materi Jumlah1. Makalah Penunjang, Seminar Nasional 2009

Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing/Dombadi Indonesia 12723

2. JAE Vol. 22 No. 2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Berasserta Inflasi Bahan Makanan 10877

3. Makalah Penunjang, Seminar Nasional 2007Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Perspektif PembangunanEkonomi Pedesaan 6824

4. Makalah Proposal 2010Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan AlsintanMendukung Ketahanan Pangan 6761

5. PPT Seminar Nasional 21 Agustus 2007Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penurunan Jumlah PendudukMiskin (Hermanto Siregar) 6559

6. AKP Vol. 04 No. 2Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam Pembangunan EkonomiPedesaan dan Kebijakan Pengembangannya 6385

7. FAE Vol 24 No. 1Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan JangkaPanjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi Pangan 5853

8. Monograph No. 26Penguatan Ketahanan Pangan Daerah untuk Mendukung KetahananPangan Nasional 5628

9. AKP Vol. 02 No. 4Perspektif Pengembangan Nilai-Nilai Sosial-Budaya Bangsa 5628

10. Makalah Proposal 2010Kajian Keterkaitan Produksi, Perdagangan dan Konsumsi Ubi Jalar untukMeningkatkan 30% Partisipasi Konsumsi Mendukung ProgramPenganekaragaman Pangan dan Gizi 5196

11. AKP Vol. 02 No. 2Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia 5073

12. JAE Vol 27 No. 1Desain Model Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Plasma BerkelanjutanBerbasis Pendekatan Sistem Dinamis (Studi Kasus Kebun Kelapa SawitPlasma PTP Nusantara V Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau) 5001

13. Analisis Kebijakan Tahun 2005Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Andalan Pembangunan Nasional 4984

Page 100: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

88 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

No. Materi Jumlah14. Makalah Proposal 2010

Optimalisasi Sumberdaya Pertanian pada Agroekosistem Lahan Kering 487215. Makalah Proposal 2010

Evaluasi Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan di SektorPertanian Di Tingkat Rumah Tangga Dan Wilayah Perdesaan 4824

16. Makalah Proposal 2010Analisis Dampak Investasi Pertanian terhadap Kinerja Sektor Pertanian 4783

17. Monograph No. 27Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia : Antara Harapan danKenyataan 4672

18. Makalah Proposal 2010Indikator Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Karakteristik SosialEkonomi Petani Padi 4529

19. Seminar Hasil Penelitian 2007Analisis Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia China dan KerjasamaAFTA dan Dampaknya terhadap Perdagangan Komoditas PertanianIndonesia 4316

20. Jae Vol. 24 No. 1Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro(Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor) 4194

Total 119682

Tabel 21. Frase Kata/Kata yang digunakan dalam Pencarian Tahun 2011

No. Frase Kata Jumlah Kata Jumlah1. Analisis Swot 5418 Pertanian 784762. Proposal Penelitian 1908 Indonesia 397993. Proposal Penelitian Pertanian 1872 Kebijakan 315454. Badan Agribisnis Departemen Pertanian 1693 Ekonomi 303355. Kebijakan Perdagangan Internasional 1665 Analisis 275356. Penyuluhan Pertanian 1657 Dalam 256837. Ketahanan Pangan Nasional 1505 Pangan 250978. Gapoktan 1442 Makalah 214139. Kebijakan Pertanian 1182 Sosial 1873210. Analisa Swot 1047 Perdagangan 1872111. Perdagangan Internasional Di Indonesia 950 Pdf 1812512. Perdagangan Internasional 869 Pembangunan 1803413. Lembaga Keuangan Mikro 867 Jurnal 1604914. Ternak Domba 776 Terhadap 1574115. Makalah Asuransi 737 Penelitian 1484916. Diversifikasi Pangan 729 Tentang 1463317. Liberalisasi Perdagangan 710 Lahan 1353118. El Nino Dan La Nina 687 Petani 1337219. Bank Pertanian 675 Usaha 1317720. Kelembagaan Pertanian 650 Harga 13031Total 27039 467878

Page 101: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 89

PermasalahanMasalah utama yang dihadapi dalam kegiatan publikasi adalah

keterlambatan jadwal penerbitan. Beberapa hal yang mempengaruhi lambatnyapenerbitan publikasi antara lain: Minimnya ketersediaan naskah yang memenuhi persyaratan untuk

dipublikasikan. Minat peneliti PSEKP untuk mengirimkan/memasukan naskah ke publikasi

PSEKP masih relatif rendah. Relatif lambatnya waktu penyelesaian proses editorial yang dilakukan oleh

Dewan Redaksi maupun proses perbaikan yang dilakukan oleh penulis.Permasalahan lain yang dihadapi adalah:

Kwalitas cetakan publikasi terkadang belum sesuai dengan spesifikasi sepertihasil cetakan yang kurang tajam, urutan halaman yang tidak sesuai, penjilidanyang kurang rapi dan sebagainya.

Relatif terbatasnya sumber daya manusia yang menguasai Sistem Informasimaupun Teknologi Informasi (SI/TI), salah satunya adalah sistem jaringaninternet dan website, serta perpustakaan digital.

Kesibukan dewan redaksi yang umumnya juga peneliti berpotensi untukmemperlambat penilaian naskah.

Upaya yang Dilakukan1. Melakukan sosialisasi publikasi yang diterbitkan ke peneliti baik lingkup

Badan Litbang maupun di luar Badan Litbang;2. Melakukan komunikasi yang lebih intensif dengan penulis naskah dan

Dewan Redaksi;3. Mempertahankan percetakan yang dipandang capable dengan tetap menjalin

komunikasi dengan percetakan yang berpotensi menjadi rekanan;4. Mengikutsertakan staf pada pelatihan SI/TI untuk meningkatkan

kemampuan dalam pengelolaan IT (termasuk untuk perpustakaan digital);5. Meningkatkan koordinasi dengan petugas penterjemah materi website versi

bahasa Inggris.

6.3. PerpustakaanSemakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa

dampak yang besar terhadap perkembangan perpustakaan sehinggaperpustakaan harus mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penyediakoleksi dan informasi yang semakin baik. Koleksi dan informasi yang disediakantersebut disesuaikan dengan lembaga induknya.

Agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya, selain menyediakan koleksibahan pustaka, baik tercetak maupun database on-line, perpustakaan perludidukung oleh tenaga pengelola dan fasilitas yang memadai. Untuk evaluasi hal

Page 102: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

90 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

tersebut maka perlu dibuatkan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selamasatu tahun ke belakang dan rencana satu tahun kedepan.

Pengadaan Bahan PustakaDengan anggaran Rp 32 juta, pada tahun 2011 Perpustakaan hanya dapat

mengadakan bahan pustaka sebanyak 79 judul (Tabel 22). Pengadaan bahanpustaka dilakukan dengan cara pembelian, pengadaan bahan pustaka dilakukanjuga dengan jalan tukar menukar dengan Instansi lingkup Kementerian Pertanianatau Instansi terkait.

Pengolahan Bahan PustakaKegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi: katalogisasi, klasifikasi,

pembuatan call number, kantong buku, kartu buku, komputerisasi, filling dan up-load database ke server PUSTAKA. Bahan pustaka yang telah diolah pada tahun2011 sebanyak 194 judul buku teks dan laporan, IPTAN 278 judul, 52 artikelmajalah, 650 artikel kliping, dan 4 artikel seminar (Tabel 23).

Tabel 22. Pengadaan Bahan Pustaka TA. 2011

No. Judul Bahan Pustaka Tahun Banyaknya1 Return to Scale in Agriculture (LPEM UI) 2007 1 eks2 Koperasi Substitusi atau Komplemen terhadap

Ekonomi Pasar (LPEM-UI)2008 1 eks

3 Measuring the Effectivenness Of Fiscal Policies onAlleviating Poverty Incidence in Indonesia (LPEM-UI)

2008 1 eks

4 Analisis Economi dalam Penilaian Kelayakan RencanaInvestasi Proyek (LPEM-UI)

2008 1 eks

5 Mengoptimalkan Pengeluaran Pemerintah untukmemperbaiki Distribusi Pendapatan di Indonesia(LPEM-UI)

2008 1 eks

6 Determinan Pertumbuhan Sektor Pertanian diIndonesia (LPEM-UI)

2008 1 eks

7 Jurnal EKI (Ekonomi Keuangan Indonesia) 2011 1 eks8 BIES 2011 2 eks9 Analisis CSIS 2011 3 eks

10 Indonesian Quarterly 2011 3 eks11 Trubus 2011 12 eks12 Applied Economic Perspective and Policy 2011 3 eks13 Rising Global Interest in Farmland 2009 1 eks14 Bioenergy Development 2009 1 eks

Page 103: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 91

No. Judul Bahan Pustaka Tahun Banyaknya15 Distortions to Agricultural Incentives a Global

Perspektif1955-2007 1 eks

16 Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (BI) 2011 5 eks17 Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia (BI) 2009-2010 2 eks18 Statistik Perkebunan Kelapa 2009-2011 1 eks19 Statistik Perkebunan Jambu Mete 2009-2011 1 set20 Statistik Perkebunan Karet 2009-2011 1 eks21 Statistik Perkebunan Kakao 2009-2011 1 eks22 Statistik Perkebunan teh 2009-2011 1 eks23 Statistik Perkebunan Tembakau 2009-2011 1 eks24 Statistik Perkebunan Kopi 2009-2011 1 eks25 Statistik Perkebunan Cengkeh 2009-2011 1 eks26 Statistik Perkebunan Lada 2009-2011 1 eks27 Statistik Perkebunan Vanili 2009-2011 1 eks28 Statistik Perkebunan Kapas 2009-2011 1 eks29 Statistik Perkebunan Tebu 2009-2011 1 eks30 Statistik Perkebunan Kalapa Sawit 2009-2011 1 eks31 Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia I 2010 1 eks32 Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia II 2010 1 eks33 Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia

III2010 1 eks

34 Harga Konsumen Barang dan Jasa 2009 1 eks35 Harga Konsumen Beberapa Barang Kelompok

Makanan2009 1 eks

36 Harga Konsumen Beberapa Barang dan JasaKelompok Perumahan

2009 1 eks

37 Harga Konsumen Beberapa Barang dan JasaKelompok Sandang

2009 1 eks

38 Harga Konsumen Beberapa Barang dan JasaKelompok Kesehatan

2009 1 eks

39 Statistik Industri Besar dan Sedang Produksi 2009 1 eks40 Statistik Industri Besar dan Sedang Bahan Baku A 2009 1 eks41 Statistik Industri Besar dan Sedang Bahan Baku B 2009 1 eks42 Statistik Industri Besar dan Sedang 2009 1 eks43 Indikator Industri 2009 1 eks44 Tarif Bea Masuk 2011 1 eks45 Indek Harga Perdagangan Besar 2010 1 eks46 Pendapatan Nasional Indonesia 2007-2010 1 eks

Page 104: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

92 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

No. Judul Bahan Pustaka Tahun Banyaknya47 Buletin Impor 2011 3 eks48 Indikator Ekonomi 2011 7 eks49 Buletin Ekspor 2011 7 eks50 Statistik Harga produsen Sektor Peternakan dan

Perikanan2009 1 eks

51 Atlas Indonesia - 1 eks52 Metode Penelitian Sosial - 1 eks53 Atlas Lengkap Provinsi Republik Indonesia 2 eks54 Spektrum Kebijakan Pertanian 2001 1 eks55 Masalah, Kebijakan dan Politik Ekonomika

Pembangunan2010 1 eks

56 Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1 dan 2 2009 2 eks57 Macroekonomi Edisi 6 2008 1 eks58 Dasar-dasar Matematika Ekonomi Jilid 1 dan 2 2006 2 eks59 Microekonomi 2008 1 eks60 Perekonomian Indonesia - 1 eks61 Otonomi dan Pembangunan Daerah - 1 eks62 Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia 1 eks63 Operation Research Jilid 1 dan 2 2007 2 eks64 Manajemen Edisi 10 jilid 1 dan 2 2009-2010 2 eks65 Manajemen Pemasaran Edisi 13 jilid 1 dan 2 2009-2010 2 eks66 Manajemen SDM Edisi 10 Jilid 1 dan 2 2009-2010 2 eks67 Manajerial Economics Jilid 1 dan 2 2002-2003 2 eks68 Statistik Peternakan 2010 1 eks69 Statistik Pertanian 2010 1 eks70 Prosiding Simposium Perhimpunan Ahli Penyuluh

Pembangunan Indonesia2009 2 eks

71 Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa 2 eks72 Pemberdayaan Masyarakat dan JPS 2 eks73 Statistika Indonesia 2011 2 eks74 Keadaan Pekerja Agustus 2010 1 eks75 Keadaan Angkatan Pekerja Agustus 2010 1 eks76 Keadaan Pekerja Pebruari 2011 1 eks77 Keadaan Angkatan Pekerja Pebruari 2011 1 eks78 Statistik Impor Tahunan Jilid 1, 2 dan 3 2011 3 eks79 Statistik Expor Tahunan Jilid 1 dan 2 2011 2 eks

Keterangan: Harga belum termasuk Pajak.

Page 105: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 93

Tabel 23. Koleksi Database Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP per 31Desember 2011

No. Database Tahun 2010 Tahun 20111. Buku 8.782 8.9762. IPTAN 6.906 7.1843. Majalah 611 6634. Seminar 978 982

Tabel 24. Pengunjung Perpustakaan PSEKP Januari s/d Desember 2011

No. Pengunjung Jumlah (orang)1. Dosen 72. Mahasiswa 1803. Pelajar 54. Swasta 55. Umum 46. Peneliti 367. Penyuluh -8. Peneliti PSEKP 193

Total 430

Pelayanan PerpustakaanPengunjung perpustakaan PSEKP pada tahun 2011 sebanyak 430 orang

terdiri dari peneliti, mahasiswa, dosen dan lain-lain (Tabel 24). Untuk jumlahpeminjam pada tahun 2011 sebanyak 193 orang (khususnya lingkuppegawai/peneliti PSEKP). Sedangkan jumlah buku yang dipinjam pada tahun2011 sebanyak 440 judul/buku.

Perpustakaan telah memberikan pelayanan kepada pengguna melalui on-line jaringan dan literatur yang diperlukan dikirim berupa bahan cetakan, untuktahun 2011 pengguna yang menggunakan jaringan on-line berjumlah 5 orang.

Stock Opname Bahan PustakaKegiatan stock opname bertujuan menginventarisasi bahan pustaka yang

menjadi koleksi perpustakaan. Pada tahun 2011 stock opname dilakukan terhadapkoleksi buku statistik. Dari 328 judul koleksi buku statistik yang diinventarisasitercatat hal-hal sebagai berikut: (a) 279 judul buku ada dilokasi/rak buku; (b) 5judul buku sedang dipinjam; dan (c) 44 judul buku tidak ada atau hilang.

Perpustakaan DigitalSampai tahun 2011 perpustakaan PSEKP telah meng-update data di server

PUSTAKA Bogor sesuai dengan database yang telah ditentukan yaitu database

Page 106: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

94 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Buku, IPTAN, Majalah dan Seminar. Kegiatan yang dilaksanakan dengan adanyadigitalisasi, perpustakaan PSEKP terus berusaha melengkapi database jurnal yangdilengkapi abstraknya dan sampai Desember 2011 telah terupdate sebanyak 509record dan perpustakaan PSEKP juga mulai menyiapkan database kliping dalambentuk PDF File melalui program Scanning sebanyak 10 terbitan, serta menerimadata dalam bentuk soft file antara lain dari PUSTAKA, PUSDATIN, Badan LitbangPertanian dan terbitan luar negeri.

Kegiatan Administrasia. Selama tahun 2011 terdapat 42 buah surat masuk dan 30 buah surat

keluar/intern;b. Beberapa staf perpustakaan hadir untuk mengikuti kegiatan yang

diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Pustaka;c. Membimbing siswa/siswi SMU/SMK yang melakukan praktek kerja lapang;d. Pelaksanaan fumigasi (pemeliharaan) bahan pustaka;e. Menginventarisasi buku yang dipinjam;f. Uraian tugas staf perpustakaan untuk tahun 2011;g. Menerima satu orang staf (S1) jurusan Ilmu Perpustakaan dari Universitas

Indonesia terhitung mulai tanggal 1 April 2011.

PermasalahanDalam rangka menyempurnakan perpustakaan digital perlu SDM yang

mampu mengoperasikan program-program yang berhubungan dengandigitalisasi perpustakaan, sedangkan kemampuan SDM yang ada masih kurang.Untuk itu perlu adanya pelatihan-pelatihan dan mengikuti pelatihan yangdiadakan oleh Badan Litbang Pertanian dan PUSTAKA. Selain itu, perlu adanyapenambahan sarana dan prasarana komputer, baik untuk staf pengelolaPerpustakaan maupun untuk penelusuran data oleh pengunjung.

Tabel 25. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawan

No. Uraian Tanggal Penyelenggara Peserta1. Temu Koordinasi Perpusatakaan

Digital Kementerian Pertanian diKampus Udayana, Bukit JimbaranBali

3 s/d 6 Mei2011

KementerianPertanian

Edi A.Saubari

2. Seminar Nasional Perpustakaan:Kompetensi dan SertifikasiPustakawan dalam MenghadapiTantangan dan Persaingan Global”di IPB International ConventionCenter Botani Square Bogor

14 September2011

PerpustakaanIPB

R. SofiahSyarief

Page 107: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 95

Rencana Kerja dan Usulan Tahun 20121. Pengadaan Bahan Pustaka;2. Pengolahan bahan pustaka sesuai dengan tupoksi masing-masing;3. Melanjutkan menata manajemen digitalisasi perpustakaan dengan

memperbaiki database yang ada;4. Stock opname bahan Pustaka PSEKP sebanyak 328 judul;5. Study banding dengan perpustakaan-perpustakaan lingkup Badan Litbang

Pertanian;6. Meningkatkan kemampuan SDM perpustakaan dengan mengikuti pelatihan

yang ditawarkan Pustaka atau instansi lain yang terkait.7. Promosi dan Sosialisasi (kepada pengguna dan pengambil kebijakan)

6.4. Kerja Sama PenelitianKegiatan kerjasama peneitian yang dilaksanakan oleh Pusat Sosial

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada tahun 2011 secara umum terdiri atas 8(delapan) kegiatan kerjasama penelitian yang dilakukan baik denganinstitusi/lembaga dalam maupun luar negeri. Khusus untuk kerjasama penelitianmelalui Badan litbang pertanian dengan Kemenristek merupakan 1 (satu) paketkegiatan yang terdiri dari 3 (tiga) buah judul penelitian di tahun 2011. Beberapakerjasama luar negeri bersifat multiyears sehingga penyerapan dana terlihat belummaksimal pada akhir tahun anggaran dikarenakan kegiatan tersebut berlanjut ketahun berikutnya. Secara lengkap realisasi penggunaan anggaran terhadap paguanggaran kegiatan penelitian kerjasama dalam dan luar negeri dapat dilihat padatabel 26.

Tabel 26. Target dan Realisasi Keuangan Kerja Sama Penelitian Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian (Dalam dan Luar Negeri) tahun 2011.

No. Judul Kegiatan/Penelitian Keuangan PersentasePagu Anggaran Realisasi

1. Plausible Futures for EconomicDevelopment and Structural Adjustmentin Indonesia Impact and PolicyImplication for the Asia Pacific Regions

AUD $ 78,830 /Rp 709.470.000 ,-

Rp 237.670.450 ,- 33,50 %

2. Cost Effective Bio Security for NonIndustrial Commercial PoultryProduction in Indonesia.

AUD $ 73,130 /Rp 547.125.000

Rp 404.543.485 ,- 73,94%

3. Market for High Value Commodities inIndonesia : Promoting Competitivenessand in clusiveness

AUD $ 169,606 /Rp 1.339.887.400 ,-

Rp 1.145.314.000,-

85,48%

4. Eco Health Assessment on PoultryProduction Clusters (PPCs) for Thelivelihood Improvement of SmallProducers

Rp 2.612.096.896 ,- Rp 141.741.474 ,- 5,4%

Page 108: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

96 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

No. Judul Kegiatan/Penelitian Keuangan PersentasePagu Anggaran Realisasi

5. Satu Paket Kegiatan (3 Judul penelitian)Program Insentif PeningkatanKemampuan Peneliti dan PerekayasaKerja Sama penelitian Badan LitbangKementan dengan Kemenri stek 20121. Analisis Volatilitas Harga

Komoditas Pangan dalam rangkaPeningkatan Efektifitas KebijakanStabilisasi Harga Pangan Pokok.

2. Studi Kebutuhan PengembanganProduk Olahan Pertanian DalamRangka Liberalisasi Perdagangan.

3. Peningkatan Kapabilitas KelompokTani Dalam Adaptasi TerhadapPerubahan Iklim.

Rp 490.000.000 ,- Rp 489.999.998 ,- 99,9%

6. Koordinasi Penyusunan KebijakanLitbang Pertanian dan KoordinasiPemanfaatan Sumberdaya Profesor RisetBadan Litbang Pertanian

Rp 900.000.000 ,- Rp 900.000.000 ,- 100%

7. Penguasaan dan Fragmentasi LahanPertanian di Indonesia

Rp 163.700.000 ,- Rp 163.700.000 ,- 100%

8. Dukungan Penelitian Dalam pelaksanaanUU No. 41 tahun 2009 tentangPerlindungan Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan.

Rp 342.200.000 ,- Rp 342.200.000 ,- 100%

Page 109: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 97

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. Kegiatan Subbidang Evaluasi dan Pelaporan

Struktur organisasi Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan PSEKP beradadalam lingkup Bidang Program dan Evaluasi. Secara umum cakupan tugas SubBidang Evaluasi dan Pelaporan, antara lain: (1) mengkoordinir kegiatanmonitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, mulai tahap awal hingga akhir, (2)monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan manajemen/ dukungan penelitiandan administrasi institusi, (3) melaksanakan kegiatan seminar proposal danseminar hasil penelitian, (4) melakukan koordinasi kegiatan Sistem PengendalianIntern (SPI) lingkup PSEKP, dan (5) menyusun berbagai laporan institusi yangbersifat reguler maupun non reguler, baik untuk keperluan Badan LitbangPertanian, Sekretariat Jenderal, maupun Kementerian Pertanian. Tugas pelaporandilaksanakan secara paralel dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.

Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminarproposal, penyusunan dan perbaikan proposal operasional, penyusunan petunjukpelaksanaan (juklak) penelitian, penyusunan outline penelitian, penyusunankuesioner, penyusunan review terkait penelitian yang akan dilaksanakan,penyusunan laporan kemajuan, seminar hasil penelitian, pengecekankelengkapan laporan akhir hasil penelitian hingga penyusunan bahan diseminasihasil penelitian.

Berkaitan dengan kegiatan pelaporan, Sub Bidang Evaluasi danPelaporan bertugas menyusun berbagai macam laporan dari hasil penelitianuntuk kepentingan institusi yang ditujukan kepada stakeholders atau penggunalainnya. Penyusunan laporan yang sifatnya rutin mingguan, yakni realisasikeuangan melalui i-monev, laporan bulanan adalah bahan untuk Rapat Pimpinantingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, Laporan KegiatanKabadan Litbang Pertanian, dan lainnya. Laporan rutin triwulanan adalahpelaporan SIMONEV dan IKU serta laporan rutin tahunan adalah LaporanKinerja PSEKP, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sertaLaporan Tahunan PSEKP. Selain itu, dilakukan pula penyusunan laporan yangsifatnya insidentil, seperti bahan laporan untuk kebutuhan pimpinan lingkupKementan, baik Badan Litbang Pertanian maupun Eselon 1 terkait lainnya.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporanyang berisi kinerja institusi pada tahun yang bersangkutan. LAKIP PSEKP daritahun ke tahun mengalami perbaikan dan penyempurnaan, khususnyamenyangkut format laporan.

7.2. Ruang LingkupKegiatan penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penelitian yang

menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Selain kegiatan

Page 110: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

98 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

penelitian yang dilakukan peneliti, diperlukan dukungan pelayanan institusisecara keseluruhan. Keduanya diperlukan dalam satu kesatuan yang salingterkait secara fungsional sehingga bisa memperoleh keluaran (output) penelitiansesuai kebutuhan pengguna (stakeholders) pembangunan pertanian, baik di tingkatpusat, daerah dan akademisi. Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) sangatdiperlukan dalam memberikan umpan balik (feed back) untuk menyempurnakanpelaksanaan sistem yang ada.

Kegiatan monev Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)selama Tahun 2011 mencakup monev kegiatan penelitian dan monev pelayananpenelitian. Monev dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulaidari: (1) Tahap persiapan dengan materi yang meliputi proposal operasional,juklak penelitian, rencana laporan (outline), serta kuesioner (outline kuesioner dataprimer dan sekunder); (2) Tahap pelaksanaan penelitian dengan materi meliputi:kuesioner, laporan perjalanan, entry/input data (baik data primer maupunsekunder), dan Laporan Tengah Tahun; (3) Tahap pengolahan data dan penulisandengan materi meliputi pengolahan data, tabulasi dan tabel analisa data primerdan sekunder, serta draft laporan; (4) Seminar laporan akhir dan laporan final.Sedangkan monev terhadap manajemen/pelayanan penelitian dilakukanterhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan sebagai pendukungpenelitian, meliputi pelayanan keproyekan, pengolahan data dan Database,perpustakaan, publikasi, kendaraan dan sarana penelitian. Seluruh kegiatan inidilaksanakan secara terstruktur dan berkesinambungan agar hasil-hasil penelitianberkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna.

7.3. PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TA. 2011Pelaksanaan kegiatan monev penelitian lingkup Pusat Sosial Ekonomi

dan Kebijakan Pertanian TA. 2011 dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring danEvaluasi yang dibentuk melalui Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian, Nomor: 26/KP.340/A.9/03/2011, Tanggal 3 Maret 2011dengan susunan Tim Pelaksana Monev sebagai berikut:

Pengarah : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian(merangkap anggota)

(Dr. Handewi P. Saliem)

Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi (merangkap anggota)

(Dr. Sri Hery Susilowati)

Ketua : Dr. Nyak Ilham (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Prof. Dr. Dewa K. Sadra Swastika (merangkap anggota)

Sekretaris : Kepala Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan

(Nur Khoiriyah Agustin, STP., MP)

Page 111: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 99

Anggota : 1. Dr. Tri Pranadji

2. Dr. Sahat M. Pasaribu

3. Ir.Supriyati, M.S

4. Dr. Reni Kustiari

5. Dr. Kurnia Suci Indraningsih

Staf Pelaksana : 1. Yana Supriyatna, SE

2. Ahmad Makky Ar-Rozi, S.Sos

3. Sri Yuliati, SE

4. Eni Darwati

Berdasarkan Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian, Nomor: 26/KP.340/A.9/03/2011 tanggal 03 Maret 2011,tugas Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi adalah: (1) melakukan monitoringdan evaluasi terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulai dariperencanaan, pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan akhir, dan (2)melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kelengkapan administrasi dankinerja pelayanan sebagai pendukung penelitian.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasiterfokus pada kegiatan penelitian, mulai penyusunan proposal operasionalhingga penyusunan laporan hasil penelitian. Sementara tahapan penjaringanjudul penelitian hingga tersusunnya proposal merupakan bagian tugas TimTeknis. Namun demikian, pada tahap awal kegiatan dilakukan koordinasi TimTeknis dengan Tim Pelaksana Monev melakukan evaluasi dalam rangkapenyempurnaan/ finalisasi proposal operasional dengan mempertimbangkansaran/masukan pembahas dan peserta dalam seminar proposal operasionalPSEKP. Sedangkan Tim Editor bertugas menangani output penelitian menjadiberbagai produk publikasi ilmiah yang ditujukan untuk stakeholders maupunpengguna lainnya. Keterkaitan ketiga tim tersebut dirangkum pada Gambar 7.

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan PenelitianAgar tercipta kesesuaian antara perencanaan (input), pelaksanaan penelitian danpengolahan data/informasi (proses), serta pelaporan (output), maka perludirancang metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik agar tujuanpelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat tercapai. Mekanisme pelaksanaanmonitoring dan evaluasi kegiatan penelitian PSEKP telah dituangkan dalamPedoman Teknis Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penelitian Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian Tahun 2011.

Page 112: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

100 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Gambar 7. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di PusatSosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

PERENCANAAN

PROPOSALPENELITIAN

KEGIATANRISET

(UMUM)

KEGIATANRISET

KEBIJAKAN

PENGETAHUAN

STAKEHOLDERS

PRODUK KEBIJAKANDAMPAK KEBIJAKAN

JAE, FAE, AKP, BUKU, MONOGRAPH,PROSIDING, PRESS RELEASE,

ADVOKASI, SEMINARSTAFF PAPERSPSEKP PAPERS

diseminasi

GOVPolicyMaker

Page 113: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 101

Kegiatan monev pada tahun 2011 ditujukan terhadap 9 (sembilan) judulpenelitian yang sumber dananya dari APBN (DIPA) ditambah dengan 3 (tiga)judul penelitian baru tambahan pada pertengahan tahun 2011 terkait denganadanya realokasi (penghematan) anggaran. Ketiga kegiatan penelitian tambahantersebut mengacu pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) danDiversifikasi Pangan Kementrian Pertanian. Selain itu masih ada 3 (tiga) judulpenelitian Program Insentif Peneliti dan Perekayasa TA. 2011 yang merupakankegiatan kerjasama dengan sumber dana dari Kementerian Riset dan Teknologi(Ristek). Kegiatan penelitian Ristek, monitoring dan evaluasi yang dilakukanmengacu pada form monev dari Kementerian Ristek, namun selain itu dilakukanpula monev internal secara lebih mendalam terhadap substansi tim penelitianRistek dengan perangkat teknis sesuai dengan standar yang ditetapkan olehPSEKP. Akan tetapi, outline laporan penelitian Ristek tetap mengacu padapetunjuk outline laporan penelitian yang dikeluarkan oleh Kementerian Ristek.

Monitoring dan Evaluasi Tahap IPerencanaan merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh tim peneliti dan seluruh bidang pelayanan di lingkup PSEKP.Perencanaan yang dilakukan menyangkut tiga aspek, yaitu: (a) jenis dan lokasikegiatan yang akan dilakukan, (b) susunan tim dan jadwal kegiatan, dan(c) rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap timpeneliti dan bidang pelayanan hendaknya menyusun perencanaan yangmenyangkut ketiga aspek tersebut. Tujuannya adalah agar dapat dirancangsinkronisasi antara kegiatan penelitian dan kegiatan pelayanan dalam rangkameningkatkan kinerja institusi.

Pada tahap awal, pelaksanaan penelitian di lingkup PSEKP secarasubstantif meliputi dua kegiatan, yaitu: (a) menyusun proposal operasional yangmerupakan acuan bagi seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan (b)mempersiapkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk merealisasikankegiatan yang telah dirancang dalam proposal operasional, seperti petunjukpelaksanaan (juklak), kuesioner, rencana kerangka laporan penelitian (outline),dan penulisan tinjauan pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang akandilaksanakan.

Kegiatan tersebut memiliki peranan penting untuk menghasilkanpenelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi pembangunan pertanian, baik ditingkat nasional maupun daerah. Proposal yang disusun dengan baik menurutkaidah-kaidah ilmiah diharapkan dapat menghasilkan luaran penelitian yangberkualitas. Oleh karena itu, proposal harus didukung dengan bahan danperlengkapan yang memadai, seperti petunjuk pelaksanaan dan kuesionersebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data primer dan datasekunder di lapangan. Kegiatan monitoring evaluasi pada tahap awal bertujuanuntuk menyempurnakan bahan kelengkapan survei.

Page 114: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

102 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi tahap awal pada tahun 2011diawali dengan kegiatan seminar proposal operasional untuk mengevaluasirelevansi penelitian yang akan dilakukan dengan masalah pembangunanpertanian di tingkat nasional. Proposal operasional penelitian PSEKP TA.2011yang telah diseminarkan pada tanggal 1 - 2 Februari 2011 di R. Rapat Lt. IVPSEKP, Bogor. Jumlah proposal yang diseminarkan pada tahun 2011 sebanyak 12judul penelitian, yakni 9 Judul merupakan penelitian yang sumber dananyaberasal dari DIPA PSEKP dan 3 judul merupakan penelitian kerjasama yangdibiayai oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) melalui Badan LitbangPertanian. Kegiatan seminar proposal operasional ini dilakukan denganmengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkupKementerian Pertanian, pihak perguruan tinggi, BAPPENAS, dan seluruh stafpeneliti PSEKP. Dalam upaya mempertajam arah dan sasaran kegiatan penelitian,telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), DirektoratPembiayaan, dan peneliti senior PSEKP. Langkah ini ditempuh agar rencanapenelitian yang disusun dalam proposal operasional dapat dievaluasi secaraobyektif oleh pihak lain, terutama yang menyangkut kaidah-kaidah ilmiah dalampelaksanaan penelitian, serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Hasil seminarproposal ini selanjutnya dijadikan sebagai salah satu bahan monitoring danevaluasi dalam rangka penajaman proposal operasional.

Berdasarkan hasil seminar proposal tersebut, selanjutnya Tim Penelitimelakukan penyempurnaan proposal operasional. Kemudian dilakukan diskusiinternal atau rapat pleno oleh Tim Monev untuk mengevaluasi perbaikanproposal operasional sesuai dengan masukan seminar proposal yang telahdilakukan sebelumnya. Evaluasi perbaikan proposal operasional tersebut selainmengacu hasil koreksi Tim Evaluator Proposal juga mengacu pada notulenseminar proposal. Langkah ini merupakan cara yang ditempuh dalam memantaudan mengevaluasi kesiapan tim peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitiansesuai dengan proposal operasional. Tujuan diskusi tersebut adalah (a) untukmengantisipasi hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul dalampelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan, (b) evaluasi materi penelitian danpenyempurnaan bahan pengumpulan data lapangan, baik data primer maupundata sekunder, dan (c) menciptakan sinkronisasi kegiatan yang akan dilakukanoleh tim penelitian dengan bidang pelayanan terkait.

Dalam monitoring dan evaluasi internal tersebut dilihat pula aspek yangberkaitan dengan kelengkapan pelaksanaan penelitian, yaitu: kesesuaian proposaloperasional, petunjuk pelaksanaan penelitian (Juklak), rencana kerangka laporanpenelitian dan kuesioner.

Monitoring dan Evaluasi Tahap IIDalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat tiga macam obyek

monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) laporan perjalanan, (2) laporan pengolahandata, dan (3) laporan kemajuan. Pada monev tahap II, evaluasi difokuskan pada

Page 115: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 103

tujuh judul penelitian yang sumber dananya dari DIPA PSEKP, dan empat judulpenelitian yang sumber dananya dari Kementerian Ristek.

Laporan PerjalananLaporan perjalanan dibuat sesuai dengan frekuensi perjalanan tim

penelitian ke lapangan. Pembuatan laporan perjalanan oleh tim peneliti bertujuanuntuk: (1) mengindentifikasi masalah dalam pelaksanaan pengumpulan data dilapang agar dapat diantisipasi pemecahan masalahnya, (2) mendapatkan bahanperumusan kebijakan dari temuan dan isu-isu aktual hasil temuan di lapang, (3)tertib administrasi, dan (4) penyempurnaan rencana dan pelaksanaan kegiatanselanjutnya. Rincian obyek monitoring dan evaluasi untuk laporan perjalananmencakup:(1) Perkembangan pengumpulan data (primer dan sekunder) sesuai dengan

rencana yang dirumuskan dalam proposal.(2) Temuan dan isu aktual yang perlu ditindaklanjuti. Salah satu tujuan

monitoring dan evaluasi tahap ini adalah untuk memperoleh bahan policybrief.

(3) Jadwal kegiatan. Pengecekan jadwal kegiatan ini dimaksudkan untukmemperoleh kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan danpenyempurnaan rencana kegiatan selanjutnya.

(4) Penyelesaian administrasi. Secara administratif, serapan dana harusseimbang dengan volume kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Olehkarena itu penyelesaian administrasi yang terkait dengan perjalanan kegiatanpenelitian merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi.

(5) Temuan masalah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam proses pengumpulandata di lapang kemungkinan akan ditemui berbagai masalah dan hambatan,oleh karena itu dengan kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkandapat mengindentifikasi secara dini berbagai kendala dalam pelaksanaanpenelitian dan dapat diupayakan solusi pemecahannya.

Pengolahan DataMonitoring dan evaluasi terhadap pengolahan data dilakukan untuk

mengantisipasi masalah dalam pengolahan data serta meningkatkan ketepatanwaktu penyelesaian pengolahan dan analisis data. Frekuensi kegiatan monitoringdan evaluasi pada pengolahan data dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatanmasing-masing penelitian. Untuk menertibkan pelaksanaan pengolahan data,telah dibuat peraturan bahwa sebelum pelaksanaan kegiatan lapang, setiap timharus menyerahkan dummy kuesioner untuk dibuat screen form sebagai tahap awalkegiatan entry data. Selanjutnya, setiap tim peneliti yang akan berangkat kelapangan berikutnya (dimulai pada tahap II) harus sudah menyerahkan isiankuesioner dari survei tahap sebelumnya. Isian data dalam kuesioner harus sudahdiedit dengan baik oleh Tim Peneliti.

Page 116: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

104 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Data yang diolah dalam kegiatan pengolahan data ini meliputi dataprimer dan sekunder yang mendukung kegiatan penelitian. Data primer biasanyadiperoleh melalui wawancara di lapang, baik di tingkat petani, kelompok taniatau lembaga pedesaan lainnya, penggilingan padi, industri pengolahan hasilpertanian, pedagang, eksportir, dan lain-lain. Sedangkan data sekunder diperolehmelalui penelusuran data-data yang dipublikasikan oleh instansi terkait maupunmelalui internet. Data primer yang diolah dari kuesioner jumlah danketebalannya bervariasi antar tim peneliti. Jumlah kuesioner yang besar darimasing-masing tim peneliti membutuhkan pengaturan dalam pengerjaannya,terutama pada tahap entry data dan proses validasi data. Proses input data danpengolahan data menggunakan sistem FIFO (First In First Out), artinya tim penelitiyang menyerahkan kuesioner lebih dulu akan dientry dan diolah lebih dulu,demikian seterusnya sehingga tercipta kelancaran dalam kegiatan pelayananpenelitian ini. Disamping itu dari pihak peneliti sendiri diharapkan kesadarannyauntuk secepatnya menyerahkan kuesioner, data-data maupun informasi yangdiperoleh dari lapang agar tidak terjadi penumpukan di bagian entry data danpengolahan data, terutama pada tengah dan akhir tahun.

Evaluasi Laporan KemajuanTujuan utama kegiatan monitoring dan evaluasi laporan kemajuan adalah

untuk: (1) meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian laporan hasil penelitian,(2) meningkatkan kualitas hasil penelitian, dan (3) memonitor hasil monevsebelumnya secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan kegiatanpenelitian dapat selesai tepat waktu dan diperoleh hasil sesuai dengan yangdirencanakan. Berdasarkan pengalaman, kontrol yang cukup ketat terhadappembuatan laporan tengah tahun sangat membantu ketepatan tim peneliti dalammenyelesaikan laporan hasil penelitian sesuai dengan batas waktu yang telahditetapkan. Format dan isi laporan kemajuan sudah diatur dalam Pedum Monev.Berdasarkan format laporan kemajuan, maka tim peneliti sebenarnya telahmempersiapkan sebagian draft laporan hasil penelitian.

Monitoring dan Evaluasi Tahap IIIPada tahap III, monitoring dan evaluasi difokuskan pada penyusunan

draft laporan akhir penelitian. Monev tahap III dilakukan setelah kegiatanseminar hasil penelitian. Berdasarkan seminar hasil penelitian tersebut, timpeneliti diharapkan memperoleh banyak masukan dari pembahas dan pesertaseminar guna penyempurnaan laporan akhir.

Seminar Hasil PenelitianKegiatan seminar hasil penelitian di Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan

Pertanian (PSEKP) merupakan mata rantai penting untuk penyempurnaan hasilpenelitian. dilaksanakan pada tanggal 5 – 6 Desember 2011. pembahas materi

Page 117: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 105

seminar atau nara sumber berasal dari instansi di luar PSEKP, yaitu instansilingkup Kementerian Pertanian dan Perguruan Tinggi, maupun peneliti seniorPSEKP. Demikian pula dengan pimpinan sidang yang berasal dari luar PSEKPmaupun peneliti senior PSEKP. Dalam kegiatan seminar hasil difokuskan kepadakonsistensi antara judul, tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, sertakesimpulan dan implikasi kebijakan. Umpan balik yang diperoleh dalam seminarhasil tersebut digunakan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhirpenelitian. Makalah dan notulen seminar hasil penelitian RISTEK dan DIPAPSEKP TA.2011.

Draft Laporan Akhir PenelitianPenulisan draft laporan akhir penelitian merupakan salah satu tahap atau

mata rantai penting dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian. Pada tahapanini, jika ditemukan ketidaksesuaian antara rencana penelitian dengan pelaksanaanatau hasil yang diperoleh tim peneliti dapat segera dilakukan koreksi ataupenyesuaian. Pada tahap penyusunan draft laporan akhir penelitian, ada tigaaspek yang penting diperhatikan, yaitu: (1) konsistensi antara proposal danlaporan hasil penelitian, (2) perlunya perbaikan dari segi koherensinya, dan (3)perlunya penyempurnaan dari sisi redaksional.

Monitoring dan Evaluasi Tahap IVBerdasarkan hasil evaluasi monev tahap III, tim penelitian melakukan

perbaikan/revisi draft laporan akhir menjadi laporan akhir penelitian tahun 2011.Revisi laporan akhir tersebut selanjutnya menjadi bahan evaluasi monev tahap IV.Rekomendasi yang dikeluarkan dalam monev tahap IV itu ada 2 (dua) kriteria,yakni: (1) laporan langsung dicetak, atau (2) laporan dicetak setelah melakukanrevisi. Evaluasi laporan akhir perlu mendapatkan penekanan khusus karenamerupakan produk akhir yang akan menjadi bahan referensi untuk kegiatanpenelitian lanjutan atau penelitian lain yang relevan.

Dalam rangka diseminasi hasil penelitian terdapat sejumlah output yangperlu dikomunikasikan kepada stakeholders utama dan masyarakat penggunaIptek sosial ekonomi dalam arti luas. Bahan diseminasi tersebut meliputi bahanrapat pimpinan di tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian,materi untuk forum diskusi ad-hoc di PSEKP, Badan Litbang Pertanian, forumtingkat nasional, bahan publikasi/penerbitan ilmiah (baik terbitan PSEKPmaupun di luar PSEKP) dan bahan laporan tahunan PSEKP TA. 2011. Pada setiapakhir tahun anggaran, tim peneliti selain menyelesaikan laporan akhir penelitian,juga harus menyusun Bahan Rapim dan Policy Brief (dalam Bahasa Indonesia danBahasa Inggris) dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Pembuatan bahan rapat pimpinan dan forum diskusi ad-hoc, otoritaspenilaiannya berada di tangan struktural dengan finalisasi koreksi dan saranperbaikan dari Kepala PSEKP. Di sisi lain, otoritas penilaian bahan publikasi

Page 118: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

106 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

PSEKP dilakukan sepenuhnya oleh Dewan Redaksi yang ditentukan melaluiSurat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian. Dengan mengacu padaprosedur tersebut, maka evaluasi terhadap bahan diseminasi dalam kontekspelaksanaan monitoring dan evaluasi ini dibatasi sampai pada penentuan statusmateri tersebut. Hal tersebut merupakan kewajiban dengan target waktu yangtelah ditetapkan, maka statusnya adalah apakah peneliti telah memenuhikelengkapan persyaratan pengajuan materi diseminasi tersebut. Kalaupersyaratan kelengkapan pengajuan ini belum dipenuhi, perlu dikemukakanfaktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya.

Keluaran atau output penelitian (data dan laporan) lingkup PSEKP telahdidokumentasikan secara baik. Dokumentasi data dibedakan atas data primerdan data sekunder. Dokumentasi yang terkait data primer meliputi: (1) kuesionerdan buku kode variabel, dan (2) file data hasil entry. Dokumentasi yang terkaitdata sekunder meliputi: (1) dokumen asli (buku, CD), (2) dokumen olahan dan (3)file data hasil pengolahan data.

Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi dan kebijakanpertanian PSEKP dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni :

Pertama, sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunanpertanian. Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan opsi rumusankebijakan (sintesa), pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakanpembangunan pertanian (pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakanyang dianggap layak dan patut atau menolak kebijakan yang dianggap tidaklayak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan disampaikan langsung kepadapimpinan Kementerian Pertanian. Selain itu, PSEKP juga memiliki media regulerAnalisis Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagai sarana penyuluhan,diseminasi dan diskusi kebijakan.

Kedua, rekayasa model inovatif kelembagaan pembangunan pertanian.Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antarmanusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistemproduksi dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaatbagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunanpertanian, maka PSEKP memberikan perhatian yang cukup besar terhadap aspekkelembagaan ini.

Ketiga, analisis deskriptif mengenai kinerja dan dinamika lingkunganstrategis pembangunan pertanian yang meliputi: (1) ekonomi makro dan mikroserta perdagangan internasional, (2) pengelolaan sumberdaya dan agribisnisberkelanjutan, (3) sistem inovasi teknologi pertanian, (4) ketahanan pangan dankemiskinan, dan (5) dinamika sosial ekonomi pedesaan. Hasil penelitiandeskriptif berupa parameter mengenai perilaku ekonomi makro dan mikro untukmenunjang analisis maupun perumusan model kebijakan pembangunanpertanian. Parameter-parameter tersebut merupakan landasan untuk penyusunanmodel simulasi maupun analisis perumusan kebijakan. Hasil analisis deskripsidigunakan untuk menyusun highlight situasi terkini kinerja pembangunan

Page 119: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 107

pertanian dan lingkungan strategisnya, disampaikan kepada pimpinanKementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan well informed policy making.

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen PenelitianDalam melaksanakan fungsi penelitiannya, PSEKP didukung oleh

beberapa bidang manajemen penelitian, yaitu aspek pelayanan keuangan,pengolahan data dan database, perpustakaan, publikasi (media cetak dan website),serta sarana penelitian. Kelima bidang manajemen penelitian tersebut diharapkandapat memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka mendukung kegiatanpenelitian di PSEKP. Pelaksanaan monev terhadap manajemen penelitiandilakukan secara simultan dengan kegiatan Sistem Pengendalian Internal (SPI)lingkup PSEKP. Dengan demikian diharapkan keluaran yang dihasilkan dapatberdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders.Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan monitoring danevaluasi dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja manajemen penelitian.

Pelayanan KeuanganUntuk kelancaran administrasi keuangan, kegiatan penelitian didukung

pelayanan keuangan. Tujuan dilaksanakannya kegiatan monitoring dan evaluasipada pelayanan keuangan adalah untuk meningkatkan ketepatan perencanaansesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Instrumen kegiatanmonitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah DIPA yang dirinciberdasarkan jenis pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanjamodal, dan belanja sosial. Sebelum pelaksanaan penelitian ke lapang, kegiatanmonitoring dan evaluasi juga melibatkan pihak peneliti dengan pelaksanakeuangan untuk penyesuaian jadwal keberangkatan, baik ke lapang maupunperjalanan pendek ke wilayah Jabotabek, serta hal-hal teknis yang berkaitandengan prosedur keuangan di lapang yang harus dilakukan oleh peneliti.

Pelayanan Pengolahan Data dan DatabasePSEKP dalam melaksanakan kegiatan penelitian didukung oleh

pelayanan pengolahan data yang bertugas untuk memasukkan/entry data (primerdan sekunder) serta informasi yang diperoleh dari lapang serta mengolah datatersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti. Unit pengolahan data, selainmelakukan kegiatan pengolahan data penelitian, juga melakukan kegiatandatabase PSEKP, seperti entry data, updating data, dan melayani permintaan datasekunder untuk para peneliti. Mengingat banyaknya kegiatan tersebut, makadilakukan pengaturan waktu sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikandengan baik. Agar pekerjaan terdistribusi merata, maka setiap judul penelitianmempunyai penanggungjawab untuk entry data dan pengolah data.

Kegiatan pengolahan data biasanya mengikuti ritme kegiatan peneliti.Pada saat peneliti melakukan pra-survei, unit pengolahan data biasanya mulai

Page 120: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

108 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

membuat screen form untuk persiapan entry data. Pada saat tengah dan akhir tahunbiasanya kegiatan pengolahan data cukup padat. Input data dan pengolahan datayang dilakukan oleh tim penelitian biasanya dilakukan secara bersamaan,akibatnya proses input dan pengolahan data tersebut menumpuk di tengah danakhir tahun. Semua tim peneliti mempunyai kepentingan dan jadwal yang samauntuk menyelesaikan laporan penelitian, sehingga pengolah data harus dapatmelayani semua tim peneliti dengan baik dan merata.

Seiring dengan perkembangan teknologi, data dan informasi untuk bahanpenelitian sebagian diperoleh dari database yang dimiliki PSEKP. Data daninformasi selain dimanfaatkan untuk analisis/kajian perumusan kebijaksanaan,juga diperlukan dalam menunjang implementasi kebijaksanaan, monitoring,maupun evaluasi. Suatu rekomendasi kebijaksanaan yang baik harus memenuhisyarat: tepat dalam memahami permasalahan, tepat dalam perumusan tujuan,konsisten dengan Haluan Negara, antisipatif terhadap dinamika empiris, danrealistis (dalam arti dapat diimplementasikan), berpihak kepada kepentinganmasyarakat banyak tanpa mengorbankan prinsip efisiensi dan keberlanjutandalam pembangunan. Syarat-syarat seperti itu dapat dipenuhi hanya jikarekomendasi kebijaksanaan dihasilkan dari suatu kajian, analisis, ataupun studiyang relevan dan berlandaskan prinsip-prinsip penelitian ilmiah.

Sejak beberapa tahun yang lalu, PSEKP telah melakukan aktivitasmanajemen data. Dalam kegiatan ini, tercakup tiga aspek: (a) pengembangansistem database, (b) pengembangan kapabilitas programer dan analis, dan (c)pengembangan infrastruktur pendukung. Ketiga aspek itu mutlak dibutuhkandalam mewujudkan sistem data yang berdaya guna dan berhasil guna.

Kegiatan pengembangan Database PSEKP Tahun 2011 dilakukan melaluipemutakhiran dan penambahan subjek Database, yang dilakukan melaluimekanisme entri data secara manual, scanning maupun on line/browsing diinternet terhadap data-data sekunder yang disediakan oleh instansi terkait (dalamdan luar negeri), seperti Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), BankIndonesia (BI), Kementerian Perdagangan, Bulog, FAO, dan sebagainya. Data-data yang diperoleh selanjutnya dilakukan editing dan validasi agar data yangditampilkan sesuai dengan sumbernya dan siap saji. Pemutakhiran data tersebutbervariasi antar jenis data, tergantung pada ketersediaan data dari instansi yangmenerbitkan.

Cakupan komoditas dalam Database Pertanian dibedakan atas subsektortanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. variabel untuksubsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan adalah Luas Panen,Produksi, Produktivitas, Harga Konsumen, Harga Produsen, Harga PerdaganganBesar dan Harga dunia. Khusus untuk subsektor Perkebunan, data Luas Arealdan Produksi diperinci menurut Pengusahaan (perkebunan rakyat, nasional danswasta). Variabel untuk subsektor Peternakan adalah Populasi Ternak, JumlahTernak Potong, dan Harga (Konsumen, Produsen, Perdagangan Besar). Selainmenurut subsektor, cakupan data yang terdapat dalam Database juga meliputidata Indikator Ekonomi Makro, Indikator Pertanian, Ekspor-Impor danKonsumsi.

Page 121: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 109

Pada kegiatan Database 2011, terdapat tambahan beberapa komoditasbaru yang ditampilkan, misalnya pada subsektor hortikultura, yakni biofarmaka(kunyit, kencur, kapulaga, lengkuas, temulawak), dan tanaman hias (mawar,melati). Selain itu, beberapa jenis data baru yang merupakan perluasan subyekdata juga dihasilkan oleh kegiatan Database 2011 diantaranya adalah: a) subsektorperkebunan: luas areal dan produksi komoditas perkebunan menurutpengusahaan, b) data Indikator Ekonomi Makro: nilai tukar rupiah terhadapberbagai mata uang asing (sebelumnya hanya terhadap US $), c) data IndikatorPertanian: Harga dan HET Pupuk (menurut jenis pupuk), upah nominal dan upahriil buruh tani, luas lahan pertanian (menurut jenis pengairan danpenggunaannya), struktur ongkos berdasarkan komoditas (tanaman pangan),irigasi, luas lahan terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, serta alatdan mesin pertanian (alsintan), dan d) konsumsi dan tingkat pengeluaran, baik ditingkat nasional maupun provinsi.

Pelayanan PerpustakaanSebagai salah satu unit pelaksanaan penelitian, khususnya dalam bidang

sosial ekonomi pertanian, keberadaan unit perpustakaan sangat penting dan vitaldalam menunjang kegiatan penelitian. PSEKP memiliki satu unit perpustakaandengan koleksi buku dan majalah ilmiah yang cukup lengkap, baik yangberbahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia. Koleksi Buku di unitperpustakaan mencapai 17.805 buku terdiri atas 7.184 buku yang berisi tentangInformasi Teknologi Pertanian; 663 Majalah yang berhubungan dengan pertaniandan 982 adalah Buku hasil seminar. Selain itu, perpustakaan PSEKP jugamempunyai sejumlah koleksi prosiding, laporan-laporan statistik dan laporanhasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian sosial ekonomipertanian. Untuk melengkapi kebutuhan informasi terkini yang dibutuhkan olehpara peneliti, maka perpustakaan ini juga berlangganan koran Kompas,Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Tani serta majalah Trubus. Unit perpustakaanini dikelola oleh lima orang pustakawan. Jumlah koleksi buku dan majalah akanterus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dibidang sosial ekonomi pertanian.

Pengguna layanan unit Perpustakaan diperuntukan bagi semua kalangan,sedangkan untuk layanan peminjaman buku hanya dikhususkan untuk pegawaiLingkup PSEKP saja. Pelayanan kepada pengguna perpustakaan tersebutdiberikan dengan dua cara, yaitu open access untuk peneliti PSEKP dan closedaccess untuk pengguna di luar PSEKP. Pada tahun 2011, jumlah pinjaman pustakamencapai 193 peminjam dengan 440 judul buku yang dipinjam. Untuk membantumempermudah pengguna dalam menelusuri pustaka yang dimiliki, perpustakaanPSEKP telah dilengkapi dengan empat buah unit komputer yang digunakanuntuk melayani konsumen dalam mendukung kecepatan pencarian pustaka.Selain itu komputer tersebut juga digunakan untuk menyimpan dan mem-filedata-data pustaka yang tersedia. Kenyamanan pengunjung perpustakaan semakinbertambah dengan dilengkapinya ruangan baca dengan sistem pendingin udara.

Page 122: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

110 Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011

Pelayanan PublikasiSalah satu tugas PSEKP adalah mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian

sosial ekonomi pertanian yang dalam pelaksanaannya dapat berupa publikasi.Beberapa publikasi yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2011 adalah: (1)Jurnal Agro Ekonomi (JAE), Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (3) Prosidinghasil seminar, (4) Monograph, (5) Analisis Kebijakan Pertanian, (6) Laporantahunan, (7) Working Paper, dan (8) Laporan Hasil Penelitian.

Adanya berbagai media penerbitan ilmiah di PSEKP, maka penelitiPSEKP dapat menyalurkan ide, pemikiran dan kajian ilmiah yang berkaitandengan sosial ekonomi pertanian dengan baik. Bagi peneliti yang kreatif akansemakin mudah dalam meningkatkan jenjang fungsional penelitinya. Hasilevaluasi juga menunjukkan bahwa ketersediaan media yang cukup banyaktersebut sangat membantu peneliti dalam meningkatkan dan memelihara jabatanfungsional penelitinya. Salah satu yang mungkin perlu mendapat perhatianmanajemen adalah ketepatan waktu penerbitan yang masih belum seluruhnyasesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Website dan InternetSebagai unit kerja yang khusus menangani kegiatan penelitian sosial

ekonomi pertanian di Kementerian Pertanian, PSEKP telah lama membinahubungan kerjasama dengan lembaga penelitian baik di dalam negeri maupunluar negeri. Seringkali institusi dalam dan luar negeri membutuhkan data daninformasi hasil penelitian PSEKP. Sebagai institusi publik, maka sudahselayaknya jika PSEKP memiliki sarana untuk dapat menyediakan informasi yangdapat diakses dengan mudah oleh pengguna.

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantupemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik,pelayanan publikasi PSEKP juga telah membangun situs atau Website sendiridengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah on line dandapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkandata dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam penuh. Situs atauWebsite tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKPdengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk lebihmemberikan kenyamanan dan kecepatan pengguna dalam mengakses situsPSEKP tersebut, saat ini sedang dibuat tampilan baru. Selain itu, juga sedangdisusun program informasi opini yang dirancang untuk memberikan pandanganatau tanggapan terhadap masalah pembangunan pertanian terkini.

Selain Website, PSEKP juga telah membangun jaringan internet di setiapruangan peneliti dan pejabat struktural. Layanan informasi tersebut dilakukandengan pemasangan instalasi Local Area Network (LAN). Instalasi ini memiliki 2unit switch yang masing-masing memiliki 24 port sehingga maksimal CPU yangdapat dijadikan jaringan adalah 48 unit terminal yang tersebar di seluruh gedung,mulai dari Gedung A di depan dan Gedung B di belakang. Pembangunan

Page 123: LAPORAN TAHUNAN T.A. 2011 - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/laptah_2011.pdf · laporan tahunan t.a. 2011 pusat sosial ekonomi dan kebijakan pertanian

Laporan Tahunan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011 111

jaringan internet ini dimaksudkan agar para peneliti dan pejabat struktural dapatmengakses perkembangan informasi secara cepat dan murah. Selain itu, adanyajaringan internet ini akan mempermudah peneliti dalam mengakses data dariberbagai institusi di seluruh dunia. Dengan demikian diharapkan kegiatanpenelitian sosial ekonomi pertanian dapat lebih berkembang dan bermanfaat bagimasyarakat luas.

Pelayanan Sarana PenelitianSarana penelitian yang dimaksud dalam konteks ini adalah sarana alat

tulis kantor (ATK) terdiri dari tonner, tinta printer, kertas, disket, dan lainnya.Setiap tim dapat mengajukan kebutuhan ATK-nya sesuai kebutuhan untukpenelitian baik menjelang survei maupun saat kegiatan di kantor. Dalam rangkamendukung kelancaran kegiatan penelitian, peneliti telah dilengkapi fasilitaskomputer dan jaringan internet yang tersedia di setiap ruangan peneliti. Untukkelancaran komunikasi internal kantor disediakan pula telepon penghubungantar ruangan sehingga memudahkan komunikasi antar pegawai, baik di dalamkantor maupun menerima telpon dari luar kantor. Bahkan untuk kenyamanankerja, maka di setiap ruangan peneliti telah dilengkapi dengan fasilitas airconditioner (AC).

Salah satu aspek pengelolaan sarana penelitian adalah pengelolaan asetyang dimiliki oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Pengelolaanaset PSEKP pada TA. 2011 sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengelolaanasset/inventaris kekayaan milik negara (IKMN) secara tersurat menjadi bagiantanggung jawab Tata Usaha, tetapi secara moral adalah menjadi tanggung jawabseluruh pegawai yang menggunakan seluruh barang inventaris tersebut.