LAPORAN STERIL perbaikan 2.docx

30
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/ pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman (Syamsuni, 2006). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian yang semakin pesat, menuntut farmasis untuk selalu mengembangkan pembuatan obat dan formulasi sediaan obat. Peningkatan kualitas obat dan efisiensi dalam pembuatan merupakan hasil yang ingin dicapai dari pengembangan cara pembuatan dan cara formulasi suatu sediaan obat sehingga dapat lebih diterima dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam pengembangan obat tersebut sebuah sediaan harus dibuat steril. Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen (menimbulkan penyakit) maupun apotogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembangbiak, tetapi melindungi diri

Transcript of LAPORAN STERIL perbaikan 2.docx

19

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangFarmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/ pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman (Syamsuni, 2006).Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian yang semakin pesat, menuntut farmasis untuk selalu mengembangkan pembuatan obat dan formulasi sediaan obat. Peningkatan kualitas obat dan efisiensi dalam pembuatan merupakan hasil yang ingin dicapai dari pengembangan cara pembuatan dan cara formulasi suatu sediaan obat sehingga dapat lebih diterima dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Dalam pengembangan obat tersebut sebuah sediaan harus dibuat steril. Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen (menimbulkan penyakit) maupun apotogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembangbiak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Didalam bidang farmasi terdapat berbagai macam sediaan steril salah satunya yaitu salep mata.Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Dasar salep pilihan untuk suatu salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekersi cairan mata. Sediaan mata juga merupakan produk steril yang secara esensial bebas dari partikel asing, senyawa dan pengemasanya sesuai untuk pemakaian dalam mata. Salep mata sama dengan produk steril lainya yaitu steril dari bahan partikulat (Ansel, 2008).Salep mata juga didefinisikan sebagai produk steril yang bebas dari partikel asing, mengandung komponen-komponen yang sesuai, dan dikemas untuk digunakan pada mata. Untuk pembuatan salep mata sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Tidak seharusnya dalam pembuatan salep mata membawa banyak mikroorganisme terutama organisme pseudomonas aeruginosa karena infeksi mata dari organisme ini akan mengakibatkan kebutaan (Tungadi, R. 2014).Salep mata mempunyai keuntungan utama dibanding larutan untuk mata lainnya. Keuntunganya yaitu penambahan waktu hubungan atau kontak antara obat, salep mata juga umumnya mempunyai bioavaibilitas yang lebih besar dibandingkan larutan berair karena waktu kontak obat yang lebih lama dan diperpanjang dan absorpsi obat ditingkatkan (Ansel, 2008).Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya sediaan salep mata maka dilakukanlah percobaan ini yang bertujuan untuk pembuatan salep mata steril kloramfenikol dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disterilkan dengan cara yang sesuai dan dalam kondisi aseptis.

I.2 Maksud dan TujuanI.2.1 MaksudMengetahui dan memahami cara pembuatan salep mata steril.I.2.2 TujuanMembuat sediaan salep mata steril kloramfenikol.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori UmumObat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata (Ansel, 2008). Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yang dimaksud dengan salep mata adalah salep yang digunakan pada mata, sedangkan menurut BP 1993, salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba (antibakteri dan antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai (Voight, 1994). Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Basis yang umum digunakan adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu yang cocok seperti anti oksidan, zat penstabil, dan pengawet. Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat digunakan untuk memberikan efek lubrikasi. Salep mata harus steril dan praktis bebas dari kontaminasi partikel dan harus diperhatikan untuk memelihara stabilitas sediaan selama shelf-life-nya dan sterilitas selama pemakaian. Penyiapan dari salep mata harus berlangsung untuk menjamin kemurniaan secara mikrobiologis yang dibutuhkan di bawah persyaratan aseptis (Voigt, 1994). Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril, dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana yang tertera pada compendia resmi. Zat obat ditambahkan ke dalam dasar salep, baik dalam bentuk larutan maupun dalam bentuk serbuk halus sekali sampai ukuran mikron. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Zat antimikroba yang dapat digunakan antara lain : klorbutanol dengan konsentrasi 0,5 %, paraben dan benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,010,02 %. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata (Depkes RI, 1995). Pembuatan salep mata harus steril serta berisi zat antimicrobial preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP edisi XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimicrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 yang memiliki ukuran partikel > 50 nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).

Adapun sedian salep mata yang ideal adalah : 1. Sediaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh efek terapi yang diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh penderita. 2. Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam pembuatannya akan memberikan keuntungan karena akan menurunkan kemungkinan interferensi dengan metode analitik dan menurunkan bahaya reaksi alergi pada pasien yang sensitif (Lachman, 1994).3. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar. 4. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata. 5. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan (Anief, 2000).Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan salep mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata, adalah: 1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar (Remingthon pharmauceutical hal. 1585). 2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF (Laminar Air Flow). 3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji salep mata.Zat anti mikroba yang dapat digunakan, antara lain : 1. Klorbutanol dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical Exipient, 2006) 2. Paraben3. Benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 0,02 4. Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan yang baik tehadap cahaya. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah dibuktikan oleh garam perak dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak. 5. Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan serpihan logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan pembuatan salep mata secara segar. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995).Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau titik melumer mendekati suhu tubuh, tidak menimbulkan alergi, serta tidak bersifat hidrofilik sehingga tidak mudah tercuci oleh air mata. Dalam beberapa hal campuran dari petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral) digunakan sebagai dasar salep mata (Ansel, 2008).Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air seperti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal ini memungkinkan air dan obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian obat (Ansel,1989). Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat digunakan untuk memberikan efek lubrikasi. Basis yang umum digunakan adalah lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum (Voight, 1994). Basis atau bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar salep larut air. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata (Depkes RI, 1995). Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka, haruslah steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti. Yang optimal adalah basis dengan batas mengalir 10-50 N.m-2 dan daerah meleburnya 32-33C (suhu dari kornea atau konjungtiva). Dari sekian banyak basis salep yang tersedia hanya sedikit yang dapat memenuhi tuntutan di atas. Gel hidrokarbon dengan tambahan emulgator (misalnya kolesterol, malam, bulu domba) setelah konsistensinya diatur dengan penambahan parafin cair (sampai 30%) dinilai sangat cocok sebagai basis salep mata. Penggunaan polietilenglikol, media yang mengandung gliserol dan glikol mengingat kerjanya yang merangsang mata karena daya osmotiknya, tidak disarankan untuk digunakan. Basis pengemulsi jenis M/A juga dinilai kurang cocok, karena menimbulkan perangsangan dan hambatan penglihatan yang kuat, pada saat digunakan (Voight, 1994).Syarat-syarat salep mata (RPS 18 th : 1585)1. Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar aseptis dan memenhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi. 2. Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.3. Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang sangat berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben, atau merkuri organik. 4. Salep akhir harus bebas dari partikel kasar.5. Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu. Pada kondisi penyimpanan yang sesuai.Cara-cara penggunaan salep mata : 1. Cucilah tangan anda. 2. Jangan menyentuh ujung tube salep. 3. Tengadahkan kepala sedikit miring ke belakang 4. Pegang tube salep dengan satu tangan dan tariklah pelupuk mata yang sakit ke arah bawah dengan tangan yang lain sehingga akan membentuk kantung. 5. Dekatkan ujung tube salep sedekat mungkin dengan kantung tanpa menyentuhnya.6. Bubuhkan salep sesuai dengan yang tertulis di etiket. 7. Pejamkan mata selama 2 menit. 8. Bersihkan salep yang berlebih dengan tissue. 9. Bersihkan ujung tube dengan tissue lain

II.2 Uraian Bahan1. Kloramfenikol (F.I Edisi IV, 189) Nama Resmi: Chloramphenicolum

CCO2nCH2OHHHNHCOCHCL2Sinonim: KloranfenikolRumus Sruktur:

Rumus Molekul: C12H12CL12H2O5Pemberian: Hablur halus berbentuk jarum atau lempung memanjang, hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakumas P, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam prapilclinikol, dalam aseston dan dalam etil asetatKhasiat: AntibiotikumPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung daricahaya2. -tokoferol (F.I Edisi III, 607) Nama Resmi: tokoferolSinonim: Vitamin ERumus Molekul: C29H50O2Pemberian : Cairan seperti minyak, kuning, jernih.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol, mutlak dalam eseton, dalam klofrom, dalam eter dan dalam minyak larut dalam etanolKhasiat: Antioksidan dan Vitamin EPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya3. Metil Paraben (F.I Edisi III, 378) Nama Resmi: Methylis Paraben, Metil ParabenSinonim: Nipogin

COOCH3 OHRumus Sruktur:

Rumus Molekul: C8H8O3Pemberian: Serbuk hablur halus, putih hampir tidak berwarna tidak memunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.Kelarutan: Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dan dalam 3 bagian aseton P, Wadah larut dalam eter P dan dalam larutan alkalihidrosida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas jika, di dinginkan larutan tetap jernih.Khasiat: Zat tambahan, pengawetPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

4. Parafin Cair (F.I Edisi III, 474) Nama Resmi: Parafinum LiquidumSinonim: Parafin cairPemberian: Cairan kental, transparan, tidak berfuoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) larutan dalam kloroform P dan dalam eter P.Khasiat: Zat tambahan (basis salep)Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung daricahaya.5. Lanolin Anhidrat (F.I Edisi IV, 57) Nama Resmi: Adeps lanae, lemak bulu dombaSinonim: LanolinPemberian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.Kelarutan: Tidak larut dalam air, dapat bercampur dalam air lebih dari 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform.Khasiat: Zat tambahan (basis salep)Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu kamar yang terkendali.6. Vaselin Putih (F.I Edisi III,633) Nama Resmi: Vaselin AlbumSinonim: Vaselin PutihPemberian: Massa lemak, lengket, berwarna putih, sifat ini tetap seperti yang dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir tidak berwarna.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang berfluesensi lemah.Khasiat: Zat tambahan (basis salep)Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

BAB IIIMETODE KERJAIII.1 Alat dan BahanIII.1.1 Alat yang digunakan1. Alu 2. Autoclave3. Batang Pengaduk4. Lap kasar/ halus5. Lumpang6. Oven (Shal Lab)7. Pipet Tetes8. Neraca Analitik (Citi Zen)9. Sendok Tanduk 10. Sudip11. Tube SalepIII.1.2 Bahan yang digunakan1. -tokoferol2. Kertas Perkamen3. Kloramfenikol4. Lanolin Anhidrat5. Metil Paraben6. Parafin Cair7. Tissue roll8. Vaselin PutihIII.2 Cara kerja1. Disiapkan alat dan bahan yang disterilkan.2. Ditimbang bahan kloramfenikol 0,0385 g, -tokoferol 0,001925 g, metil araben 0,0192 g, paraffin cair 0,379 g, lanolin anhidrat 0,379 g dan vaselin album 3,03226 g.3. Pengerjaan dilakukan disamping pembakar bunsen untuk menjaga tetap steril.4. Ditambahkan kloramfenikol sebanyak 0,0385 g dan metil paraben sebanyak 0,0192 g digerus hingga homogen.5. Ditambahkan -tokoferol sebanyak 0,001925 g digerus hingga homogen. 6. Ditambahkan parafin cair sebanyak 0,379 g, setelah homogen ditambahkan vaselin album sebanyak 3,03226 g dan lanolin anhidrat sebanyak 0,379 g.7. Digerus hingga homogen.8. Dimasukkan kedalam wadah.9. Dimasukkan kedalam sak obat dan diberi etiket.

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANIV.1 ResepIV.1.1 Narasi Resep R /: Recipe: Ambillahm.f: Misce fac: Campur dan buatlahEye zalf: Eye zalf: Salep matas: Signa: Tandailahu.e: usus externum: Untuk pemakaian luarm. et vesp: mane et vesper: Pagi dan malamno. : Numero: SebanyakI: Unus: SatuPro: Pro: Untuk`(Ilmu Resep : xv-xxvii)IV.1.2 Perhitungan BahanDilebihkan 10 % = 3,5 + (3,5 x 100 %) = 3,5 + 0,35 = 3,85 g = 3850 mg1. Kloramfenikol 1 % = x 3850 mg = 38,5 mg = 0,0385 g2. -tokoferol 0,05 % = x 3,850 mg = 1,925 mg = 0,01925 g3. Metil paraben 0,5 % = x 3,850 mg = 19,25 mg = 0,1925 gBasis salep = 3850 - (38,5 + 1,925 + 19,25) = 3850 59,675 = 3790,325 mg1. Paraffin cair 10 % = x 3790,325 = 3790,325 mg = 3,790 g2. Lanolin anhidrat 10 % = x 3790,325 = 3790,325 mg = 3,790 g3. Vaselin Album 80 % = x 3790,325 = 3032,26 mg = 3,03226 g

IV. PembahasanSalep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar basis salep yang cocok (Syamsuni, 2006). Pada praktikum ini dibuat salah satu jenis sediaan steril dengan rute pemberian intra okuler yaitu sediaan salep mata dengan bahan aktif kloramfenikol sebesar 1%, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan (Ansel, 2008). Karena sediaan salep mata sangat sensitif, kesterilan dari sediaan salep mata harus benar-benar terjaga. Salep mata yang baik harus memiliki kehomogenan yang baik atau harus bebas dari partikel kasar yang dapat mengiritasi mata serta salep mata mata harus memiliki daya serap yang bagus agar dapat berpenetrasi dengan cepat pada cairan mata dan tentunya harus bebas dari mikroba.Kloramfenikol dalam sediaan ini berkhasiat untuk mengobati infeksi superficial pada mata yang disebabkan bakteri. Kloramfenikol berkerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom spunit dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.Khasiat dari -tokoferol yaitu untuk membantu memelihara kesehatan mata. Efek kerja vitamin E diduga aktifitasnya berhubungan dengan sifat antioksidasi yang dimilikinya sebagai antioksida, vitamin E mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang toksi misalnya hasil peroksidasi asam lemak tidak jenuh.Dalam pembuatan salep mata selain zat aktif ada juga zat tambahan seperti metil paraben yang digunakan sebagai pengawet. Selain itu ada juga basis yang digunakan diantaranya lanolin anhidrat, vaselin flavum, dan paraffin cair dengan. Karena kloramfenikol tidak larut air maka digunakan basis lemak yaitu lanolin anhidrat dan vaselin flavum. Selain sebagai basis salep, lanolin anhidrat berfungsi sebagai emulgator yang dapat menyerap air dan memiliki efek melembutkan sehingga memudahkan untuk kontak dengan cairan mata .Vaselin flavum merupakan basis salep petrolatum yang titik lebur atau titik melumernya mendekati suhu tubuh, sehingga dengan demikian basis ini baik digunakan sebagai basis salep mata. Setelah penambahan emulgator, konsistensi salep mata dapat diatur dengan penambahan paraffin cair hingga sehingga didapat konsistensi salep yang lembut. paraffin cair merupakan basis salep hidrokarbon yang dapat digunakan untuk mengatur tingkat kekerasan basis berlemak sehingga akan diperoleh konsistensi basis yang diinginkan. Pada pembuatan sediaan salep mata ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu alat dan bahan harus disterilkan terlebih dahulu supaya bebas dari mikroorgaanisme yang dapat merusak kestabilan sediaan. Kemudian ditimbang bahan kloramfenikol sebanyak 0,0385 g, -tokoferol 0,001925 g, metil paraben 0,01925 g, parafin cair 0,739 g, lanolin anhidrat 0,379 g, vaselin album 3,03226 g. Pengerjaan dilakukan disamping pembakaran bunsen untuk menjaga tetap steril, kemudian ditambahkan kloramfenikol, metil paraben hingga homogen, setelah itu ditambahkan -tokoferol digerus hingga homogen.ditambahkan lagi parafin cair, setelah homogen ditambahkan vaselin album dan lanolin, digerus hingga homogen lalu dimasukkan kedalam wadah setelah itu dimasukkan kedalam sak obat. Sediaan salep mata kloramfenikol merupakan sediaan steril yang tidak tahan terhadap panas, sehingga tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir terhadap sediaan ini. Dengan demikian untuk menjamin sterilitas dari sediaan salep mata kloramfenikol, maka selama proses produksi harus dilakukan secara aseptis, dimana semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan saat proses pembuatan salep mata harus disterilisasi terlebih dahulu kemudian dalam pengerjaannya dijaga seminimal mungkin dari kontaminasi mikroba. Caranya : zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat gelas untuk pembuatan, dan alat lain yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri kemudian bahan obat, zat pembawa dan zat pembantu dicampur secara aseptik diruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.

BAB VPENUTUPV.1 KesimpulanDari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa salep mata yang dibuat menggunakan zat aktif kloramfenikol yang dapat mengatasi infeksi pada mata dan basis yang digunakan diantaranya lanolin anhidrat, vaselin flavum, dan paraffin cair. Pembuatan sediaan salep mata kloramfenikol tidak memerlukan proses sterilisasi akhir melainkan dikerjakan dengan teknik aseptis. V.2 Saran Laboratorium: Sebaiknya alat dan bahan yang ada dilaboratorium lebih dilengkapi agar mahasiswa tidak kesulitan dalam melaksanakan praktikum. Asisten : Tetap pertahankan kedisiplinan agar dapat menciptakan suasana yang kondusif. Praktikan : Mahasiswa diharapkan mampu untuk membuat sediaan, baik dalam mencampur bahan obat, agar menghasilkan sediaan yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.