Laporan Steril (Multiple Dose)

30
Topik : Pembuatan sediaan Injeksi Diphenhydramin HCl 1 % dengan volume 9 ml (vial) Multiple dose Tujuan : 1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi. 2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan teknik aseptik). I. PRAFORMULASI 1. Tinjauan farmakologi bahan obat Indikasi: (MD 36 p. 577) Menghilangkan gejala alergi termasuk urtikaria, angiodema, rhinitis, konjungtivitis, dan prutitis. Sifat antiemetic digunakan untuk pengobatan mual, dan muntah akibat mabuk perjalanan. Sifat antimuskarinik digunakan untuk mengontrol parkinsonisme dan ganguan ekstraparamidal akibat indikasi obat. Efek sedative digunakan sebagai hipnotik pada terapi insomnia jangka pendek. Antihistamin (FI III, p. 228) Diphenhidramin merupakan derivat monoethanolamin yang berkhasiat sebagai anthistamin disertai efek sedatif dan muskarinik. 1

Transcript of Laporan Steril (Multiple Dose)

Page 1: Laporan Steril (Multiple Dose)

Topik : Pembuatan sediaan Injeksi Diphenhydramin HCl 1 % dengan volume 9 ml (vial)

Multiple dose

Tujuan :

1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang mudah

teroksidasi.

2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan menggunakan

teknik aseptik).

I. PRAFORMULASI

1. Tinjauan farmakologi bahan obat

Indikasi: (MD 36 p. 577)

Menghilangkan gejala alergi termasuk urtikaria, angiodema, rhinitis,

konjungtivitis, dan prutitis.

Sifat antiemetic digunakan untuk pengobatan mual, dan muntah akibat mabuk

perjalanan.

Sifat antimuskarinik digunakan untuk mengontrol parkinsonisme dan ganguan

ekstraparamidal akibat indikasi obat.

Efek sedative digunakan sebagai hipnotik pada terapi insomnia jangka pendek.

Antihistamin (FI III, p. 228)

Diphenhidramin merupakan derivat monoethanolamin yang berkhasiat sebagai

anthistamin disertai efek sedatif dan muskarinik.

Kontra Indikasi:

Penderita porphyria, wanita hamil dan menyusui, penderita asma, bayi

premature, bayi yang baru lahir, penyakit hipersensitif terhadap

Diphenhydramin HCl. (MD 36 p. 577)

Tidak dapat diberikan kepada penderita asma bronkial/hipotensi. (Farmakologi

dan terapi ed. 4, p. 252)

1

Page 2: Laporan Steril (Multiple Dose)

Efek samping: (MD 36 p. 561)

Reaksi dystonic ekstrapiramidal, depresi CNS (drowsiness ringan sampai tidur pulas)

pusing, inkoordinasi, sakit kepala, ganguan psikomotor, mulut kering, pandangan

kabur, konstipasi, peningkatan refleks gastric dan retensi urin.

2. Tinjauan sifat fisikokimia bahan obat

a. Kelarutan:

Larut 1:1 dalam air, 1:2 dalam alkohol dan kloroform, 1:50 dalam aseton. Sangat

sukar larut dalam eter dan benzen. (MD 36 p. 577)

Mudah larut dalam air, dalam etOH, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar

larut dalam eter dan benzena. (FI IV, p. 330).

b. Stabilitas:

Terhadap cahaya: tidak stabil terhadap cahaya, perlahan-lahan menjadi gelap,

karena cahaya. (FI IV,p. 330).

Simpan di tempat terlindung cahaya (Martindale 36, p. 577).

Terhadap suhu: tidak stabil terhadap panas tinggi, melebur pada suhu 167-172oC,

disimpan pada suhu 15-30oC (FI IV,p. 330).

Terhadap pH: stabil terhadap pH 4-6 dalam larutan yang mengandung air. (MD ed

36 p. 577)

Terhadap oksigen: tidak stabil terhadap udara, disimpan dalam wadah kedap udara

(MD 28 p. 1311) mudah teroksidasi. (MD 32 p. 409)

c. OTT (Inkompatibilitas): (MD 36 p.577)

Amphotericin B, Cefmetazole sodium, cefalotin sodium, hidrocortisone sodium

succinate, beberapa larutan golongan barbiturat, larutan alkalis/asam kuat.

d. Cara penggunaan dan dosis (MD 36 p. 578)

Dosis secara im atau iv dengan konsentrasi 1% / 5%.

Dosis umum: 10-50 mg, tidak lebih dari 400 mg dalam 24 jam.

2

Page 3: Laporan Steril (Multiple Dose)

Dosis untuk anak – anak: 5mg/kg BB perhari dan dibagi dalam beberapa dosis, max

300 mg dalam 24 jam. Dapat diberikan bersama cairan infus iv (Handbook of

Injectable Drug 12th p. 444)

II. FORMULASI

a. Permasalahan dan penyelesaian

Bahan aktif tidak stabil terhadap cahaya, diatasi dengan menggunakan wadah yang

terlindung cahaya.

Bahan tidak sabil terhadap udara diatasi dengan menyimpan dalam wadah yang

tertutup baik dan dapat ditambah antioksidan/chelating agent.

Pemanasan dapat menyebabkan peruraian, diatasi dengan melakukan sterilisasi

sediaan dengan filtrasi menggunakan membran 0,22 µm.

Dibuat dalam bentuk multiple dose, maka sediaan ditambah preservative

(pengawet)

Agar sediaan tidak mengiritasi, dibuat isotonis dengan penambahan NaCl.

b. Formula – formula yang didapat dari pustaka:

1. Formularium Nasional ed. II, p. 113

R/ Diphenhidramin HCl 10 mg

Aqua pro injection ad 1 ml

2. Farmakope Indonesia III, p. 16

R/ Diphenidramin HCl 1 %

NaCl 625 mg

Aqua pro injectio ad 100 ml

3. USP XXII, p. 159

R/ Diphenhidramin HCl 0,5 %

Na-metabisulfit 0,01%

NaCl 625 mg

Benzal konium HCl 0,01%

Aqua pro injectio ad 100 ml

3

Page 4: Laporan Steril (Multiple Dose)

Formula terpilih :

( USP XXII p.159)

R/ Diphenhidramin HCl 1 %

Benzalkonium klorida 0,01%

NaCl 625 mg

Na. metabisulfit 0,01 %

Aqua pro injectio ad 100 ml

c. Perhitungan bobot dan dosis.

V = (v’ + a) n = (9+ 0,5) 2

= 19 ml 25 ml

Diphenhidramin HCl 1% = 1

100x25=0,250 g=250 mg

Na-metabisulfit 0, 01% = 0,01100

x25 ml=0,0025 g=2,5 mg

NaCl = 158 mg

BAK = 0,01100

x25 ml=2,5 mg

Dalam vial 9 ml

Diphenhidramin HCl = 1

100x 9=0,09 g=90 ml /9 ml ( 9 x pakai)

Jadi dalam 1 x pakai ± 10 mg

NaCl yang dibutuhkan untuk sediaan isotonis = 0,225 g

0,9 g100 ml

x 25 ml=0,225 g=225 mg

Jumlah Diphenhidramin HCl = 0,27 g/ 100 ml

NaCl yang ditambahkakn 0,225 g – (0,250 x 0,27) = 0,1575 g = 158 mg

Maka pada penambahan NaCl sebanyak 158 mg, sediaan sudah bersifat isotonis

d. Tabel

No Komponen obat Bobot/volume Fungsi Cara sterilisasi

1. Diphenhydramin HCl 250 mg Bahan aktif Radiasi

2. NaCl 158 mg Pengisotonis Oven 180oC; 30 menit

4

Page 5: Laporan Steril (Multiple Dose)

3. Na. metabisulfit 2,5 mg Antioksidan Radiasi

4. Sol. BAK 0,01%

dalam aq pro injeksi

Ad 25 ml Pelarut dan

Pengawet

Autoclave 121oC; 15

menit

e. Cara sterilisasi sediaan yang dipilih:

Karena bahan aktif tidak tahan dengan pemanasan, sterilisasi dilakukan dengan cara

filtrasi menggunakan membran filter 0,22 µm (di Laminar Air Flow Cabinet) yang

sebelumnya didahului dengan prefilter dengan membran filter 0,8µm (corong gelas, kertas

saring) untuk memisahkan partikel – partikel asing / kotoran.

(MD 28 p. 1311)

III. PELAKSANAAN

1. Penyiapan alat

No Nama alat Ukuran JumlahCara sterilisasi

dan suhu

Waktu

(menit)

1 Kaca arloji 5 cm = 2 ; 8 cm = 2 4 Oven 180oC 30

2 Beaker gelas 50 ml = 2 ; 100 ml = 2 4 Oven 180oC 30

3 Erlenmeyer 50 ml =2 ; 100 ml = 2 4 Oven 180oC 30

4 Pengaduk kaca Standart 2 Oven 180oC 30

5 Pinset Standart 4 Oven 180oC 30

6 Tara dan wadah Standart 1 set Oven 180oC 30

7 Sendok logam Standart 2 Oven 180oC 30

8 Vial coklat 10 ml 2 Oven 180oC 30

9 Anak timbangan Standart 1 set Oven 180oC 30

10 Kantong sampah 2 x modul ; 1 x modul 2 Oven 180oC 30

11 Alumunium foil 10 X 10 cm 5 Oven 180oC 30

12Corong & kertas

saring5 cm 2 Autoclave 115oC 30

13 Pipet tetes Panjang= 4; pendek= 4 8 Autoclave 115oC 30

14 Gelas ukur 5 ml 1 Autoclave 115oC 30

5

Page 6: Laporan Steril (Multiple Dose)

15 Gelas ukur 10 ml 2 Autoclave 115oC 30

16 Gelas ukur 25 ml 2 Autoclave 115oC 30

17 Tutup vial (karet) 2 cm 2 Autoclave 115oC 30

18Filter holder &

membran holderStandart 0,22µm 1 Autoclave 115oC 30

19 Tali 20 cm 6 Autoclave 115oC 30

20 Sol. BAK 0,01% 50 ml 1 Autoclave 121oC 15

21Spuit injeksi

10 ml 1Sudah steril

dengan radiasi-

22 Jas praktikum Standart 1 Autoclave 115oC 30

23 Tutup kepala Standart 1 Autoclave 115oC 30

24 Masker Standart 1 Autoclave 115oC 30

25Sarung tangan

Standart1

pasangAutoclave 115oC 30

2. Pencucian, pengeringan dan pembungkusan alat

Pencucian alat/ wadah gelas serta peralatan laboratorium lain (Hulzinga)

a) Sikat dengan larutan tepol

b) Bilas dengan air kran

c) Semprot dengan uap dan tiriskan

d) Bilas dengan aquadem

e) Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas pirogen)

f) Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven

Pengeringan

a) Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100oC, tidak boleh terlalu

lama kira-kira 15 menit (terutama gelas ukur, bahan yang terbuat dari karet dan

plastik)

b) Untuk menghindari debu, dapat ditutup dengan kertas yang tembus uap air.

c) Wadah kecil harus benar-benar kering.

Pencucian karet

6

Page 7: Laporan Steril (Multiple Dose)

a) Rendam dalam larutan HCl 2 % selama 2 hari.

b) Rendam dalam larutan tepol 1 % dan Natrium karbonat 0,5 % selama 1 hari.

c) Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas dengan aquadest.

d) Ulangi dengan larutan yang baru.

e) Ulangi sampai larutan jernih.

f) Rendam dalam aquadest (dalam beaker glass yang ditutup kertas perkamen) dan

dicuci dengan otoklaf pada suhu 110oC selama 20 menit (1 atau 2 kali) sampai air

rendaman jernih.

Tahap-tahap pencucian karet dengan otoklaf pada suhu 110oC selama 20 menit adalah

sebagai berikut:

Waktu pemanasan : pkl 07.57 - 07.58 ( 1 menit)

Waktu pengeluaran udara : pkl 07.58 - 08.05 ( 7 menit)

Waktu menaik : pkl 08.05 - 08.09 ( 4 menit)

Waktu suhu dipertahankan : pkl 08.09 - 08.29 ( 20 menit)

Waktu menurun : pkl 08.29 - 08.33 ( 4 menit)

Waktu pendinginan : pkl 08.33 - 08.48 ( 15 menit)

================================================

Proses sterilisasi berlangsung dari pkl 07.57– 08.48 ( 51 menit)

g) Bilas dengan spiritus dilutes (etanol 70%) – air aa sampai jernih

h) Masukkan kantong perkamen dan disterilkan dalam otoklaf

Pembungkusan: masing-masing alat dibungkus dalam kantong perkamen

3. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180 oC selama 30 menit (kaca arloji, beaker

gelas, erlenmeyer, pengaduk, pinset, tara dan wadah, anak timbangan, sendok logam,

sendok porselin, vial coklat, kantong sampah)

Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pkl. 08.25 - 09.17 ( 52 menit)

Waktu kesetimbangan : pkl. 09.17 - 09.17 ( 0 menit)

7

Page 8: Laporan Steril (Multiple Dose)

Waktu pembinasaan : pkl. 09.17 - 09.47 ( 30 menit)

Waktu tambahan jaminan sterilisasi : pkl. 09.47 - 09.47 ( 0 menit)

Waktu pendinginan : pkl. 09.47 - 10.02 ( 15 menit)

=============================================================

Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl. 08.25 - 10.02 ( 97 menit)

Sterilisasi alat – alat dengan otoklaf pada suhu 115 oC selama 15 menit (corong dan kertas

saring, gelas ukur, pipet tetes, tutup vial (coklat), filter holder dan membran filter, tali)

Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut

Waktu pemanasan : pkl. 09.20 - 09.29 ( 9 menit)

Waktu pengeluaran udara : pkl. 09.29 - 09.43 ( 14 menit)

Waktu menaik : pkl. 09.43 - 09.45 ( 2 menit)

Waktu kesetimbangan : pkl. 09.45 - 09.45 ( 0 menit)

Waktu pembinasaan : pkl. 09.45 - 10.15 ( 30 menit)

Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl. 10.15 - 10.15 ( 0 menit)

Waktu menurun : pkl. 10.15 - 10.20 ( 5 menit)

Waktu pendinginan : pkl. 10.20 - 10.35 ( 15 menit)

============================================================

Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl . 09.20 - 10.35 ( 75 menit )

Sterilisasi pelarut BAK 0,01 % dengan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pkl. 09.10 - 09.19 ( 9 menit)

Waktu pengeluaran udara : pkl. 09.19 - 09.26 ( 7 menit)

Waktu menaik : pkl. 09.26 - 09.34 ( 8 menit)

Waktu kesetimbangan : pkl. 09.34 - 09.54 ( 20 menit)

Waktu pembinasaan : pkl. 09.54 - 10.09 ( 15 menit)

Waktu tambahan jaminan sterilisasi : pkl. 10.09 - 10.19 ( 10 menit)

Waktu menurun : pkl. 10.19 - 10.23 ( 4 menit)

Waktu pendinginan : pkl. 10.23 - 10.38 ( 15 menit)

8

Page 9: Laporan Steril (Multiple Dose)

============================================================

Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl. 09.10 - 10.38 ( 88 menit)

Sterilisasi perlengkapan jas lab, masker, sarung tangan dengan otoklaf suhu 115oC

selama 30 menit

Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut :

Waktu pemanasan : pkl. 07.26 – 07.32 ( 6 menit)

Waktu pengeluaran udara : pkl. 07.32 – 07.46 ( 14 menit)

Waktu menaik : pkl. 07.46 – 07.48 ( 2 menit)

Waktu kesetimbangan : pkl. 07.48 – 07.58 ( 10 menit)

Waktu pembinasaan : pkl. 07.58 – 08.28 ( 30 menit)

Waktu tambahan jaminan sterilisasi : pkl. 08.28 – 08.33 ( 5 menit)

Waktu menurun : pkl. 08.33 – 08.38 ( 5 menit)

Waktu pendinginan : pkl. 08.38 – 08.53 ( 15 menit)

============================================================

Proses sterilisasi berlangsung dari :pkl. 07.26 – 08.53 ( 87 menit)

4. Cara kerja

Ruang 2

1. Bersihkan meja dengan alkohol 70%. Keringkan dengan kasa steril. Nyalakan api

spiritus.

2. Tara kaca arloji 5 cm, timbang Diphenhydramin HCl 250 mg (kelarutan 1:1 dalam air

(MD 36, p.577) lalu tutupdengan kaca arloji 8 cm.

3. Tara kaca 5 cm arloji, timbang Na-metabisulfit 50 mg (kelarutan 1:3,5 suhu 20ᴼC dalam

air, dalam air panas 1:2 HPE 6th , p.394) dalam kaca arloji di timbangan miligram.

4. Tara kaca arloji 8 cm, timbang NaCl 158 mg (kelarutan 1: 2,8 dalam air ) ( FI ed IV

p.403) di timbangan miligram.

Ruang 1

5. Nyalakan LAFC

9

Page 10: Laporan Steril (Multiple Dose)

- Colokkan kabel

- LAFC di “on”kan dengan menaikkan tombol warna hitam keatas

- Fan di “on”kan

- Di “on”kan lampu UV , minimal 15-30’

- Setelah itu diganti lampu UV dengan lampu neon

6. Bersihkan LAFC dengan alkohol 70%, lap dengan kasa steril, pada 5 sisi (kiri, kanan,

depan ada 2 dan meja kerja).

7. Semprot wadah spiritus dengan alkohol 70% (biarkan sampai benar-benar kering)

kemudian lanjutkan dengan menyemprot peralatan yang akan digunakan dalam LAFC.

8. Semprot tangan, masukkan spiritus dan alat – alat peralatan yang telah disemprot tadi

dalam LAFC

9. Masukkan juga bahan yang telah ditimbang ke dalam LAFC. Nyalakan api spiritus.

10. Pengenceran Na-metabisulfit 2,5 mg (kelarutan 1:3,5 suhu 20ᴼC dalam air, dalam air

panas 1:2 HPE 6th , p.394)

a. 50 mg Na-metabisulfit dipindahkan ke beaker gelas 50 ml

b. Diukur 10 ml BAK 0,01% dengan gelas ukur 10 ml

c. (a + b) diaduk ad larut dibeaker gelas 50 ml

d. (c) diambil 1 ml (dalam 1 ml mengandung 5 mg Na-metabisulfit), masukkan

dalam beaker gelas 50 ml (50 mg/10 ml X 1 ml = 5 mg)

e. (d) + BAK 0,01% ad 10 ml dengan gelas ukur 10 ml, aduk ad homogen

f. (e) , diambil 5 ml, diukur dalam gelas ukur 5 ml

11. Timbang Diphenhydramin HCl 250 mg (kelarutan dalam air 1:1 FI ed III p.288)

larutkan dalam Sol. BAK 0,01% yang mengandung Na.metabisulfit 5 ml aduk ad larut

di beaker glass 100 ml

12. Ambil NaCl 158 mg, dilarutkan dalam Sol. BAK 0,01% 5 ml diukur dengan gelas ukur

10 ml aduk ad larut dalam beaker glass 100 ml (kelarutan 1:2,8, FI ed 3 hal 403)

13. (11 + 12) aduk ad homogen dalam beaker gelas 100 ml

14. (13), cek pH dengan indicator universal (pH stabil antara 4,0-6,5); pH sediaan = 5

15. (13), dimasukkan ke gelas ukur 25 ml, kemudian ditambah Sol. BAK 0,01% ad 25 ml

16. (15) disaring dengan corong yang dilapisi membran filter 0,8µm (kertas saring) dan

ditampung di Erlenmeyer 100 ml.

10

Page 11: Laporan Steril (Multiple Dose)

17. (16) diambil dengan spuit injeksi sebanyak 9,5 ml lalu disaring melalui filter holder

dengan membran filter 0,22µm kedalam vial coklat.

18. (17) ditutup dengan karet penutup, pindah ke Ruang 2, matikan LAFC

19. (18) ditali mati 2 kali pada karetnya, kemudian ditutup alumunium foil rangkap 2 ditali

pita pada leher vial. Lakukan hal yang sama pada vial ke 2.

20. Lakukan Uji Bubble point test

a. Diisi udara 10 ml kedalam spuit injeksi yang telah digunakan

b. Lepas jarum dari spuit injeksi, pasang filter holder yang telah digunakan

c. Siapkan beaker gelas yang berisi aquadem

d. Filter holder dicelupkan seluruhnya kebagian tengah aquadest secara tegak lurus.

e. Udara dalam spuit injeksi ditekan pelan – pelan hingga keluar gelembung udara

pertama kali dari ujung filter holder dan ditahan (agar tahu sisa udara dalam spuit

injeksi); catat sisa udara: 8 ml (gelembung keluar dari pinggir filter holder)

f. Ciri – ciri gelembung udara, bergerak kepermukaan air

g. Apabila sisa udara dalam spuit injeksi lebih dari 2 ml maka ukuran pori – pori

filter adalah 0,22µm

h. Apabila gelembung udara keluar bukan dari ujung filter holder, berarti

pemasangan salah.

21. (20) diberi etiket, dimasukkan dalam wadah sekunder + brosur, diruang 3.

11

Page 12: Laporan Steril (Multiple Dose)

IV. PEMBAHASAN

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau

menghancurkan semua bentuk mikroorganisme hidup baik patogen maupun tidak, baik

dalam bentuk vegetatif maupun tidak vegetatif ( spora ) dari suatu objek atau bahan.

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan sediaan steril

dengan bahan aktif yang mudah teroksidasi. Bahan aktif yang digunakan adalah

Diphenhydramin HCl dengan konsentrasi 0,5%. Metode sterilisasi yang digunakan

adalah metode sterilisasi pemanasan basah (otoklaf), pemanasan kering (oven), dan

metode filtrasi dengan menggunakan teknik aseptik.

Hal yang pertama kali dilakukan dalam praktikum adalah sterilisasi perlengkapan ,

jas lab, masker, sarung tangan dengan otoklaf suhu 115oC selama 30 menit. Perlengkapan

ini digunakan untuk proses sterilisasi di ruang kelas 1 (Kelas 100) yang jumlah partikel

maksimal 100. Artinya kelas 1 tiap cubic feet ruangan mengandung partikel 0,5 µm

maksimal sebanyak 100 partikel, sebagai ruang pembuatan dan pengisian secara aseptik

(laminar air flow cabinet). Proses sterilisasi ini berlangsung selama 87 menit. Setelah itu

dilakukan tahap-tahap pencucian karet dengan otoklaf pada suhu 110°C selama 20

menit. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

waktu pemanasan pendahuluan

waktu pengeluaran udara

waktu menaik (sampai suhu 110°C tercapai)

waktu suhu dipertahankan (artinya suhu 110°C dipertahankan selama 20 menit)

waktu menurun

waktu pendinginan

Dalam praktikum kami, dibutuhkan waktu selama 51 menit untuk melakukan proses

sterilisasi ini. Jadi selama proses ini, sambil menunggu, dilakukan pencucian alat/wadah

gelas serta peralatan laboratorium lain yang dibutuhkan, cara yang digunakan adalah cara

Hulzinga. Kemudian alat tersebut dikeringkan dalam oven dengan posisi terbalik pada

suhu 100oC kira-kira selama 15 menit. Setelah kering, masing-masing alat dibungkus

dengan kertas yang tembus uap air untuk menghindari debu, dalam hal ini kami memakai

kertas perkamen. Kemudian untuk alat-alat seperti kaca arloji, beaker glass, erlenmeyer,

pengaduk kaca, pinset, tara dan wadah, anak timbangan, sendok logam, dilakukan proses

12

Page 13: Laporan Steril (Multiple Dose)

sterilisasi dengan pemanasan kering (oven) pada suhu 180°C. Cara pensterilan dengan

pemanasan kering digunakan untuk mensterilkan bahan/alat tidak dapat disterilkan

dengan pemijaran/karena sifat fisiknya tidak dapat disterilkan dengan uap air yang

diakibatkan oleh sukarnya ditembus oleh uap air. Cara sterilisasi ini berdasarkan oksidasi.

Keuntungan cara ini adalah bahan/alat yang disterilkan tetap dalam keadaan kering,

terhadap bahan dari metal dan instrumen yang tajam udara kering tidak sekorosif uap air

dan udara kering tidak mengikis permukaan gelas. Tahap-tahap sterilisasi dengan

pemanasan kering:

Waktu pemanasan : Waktu dari mulainya pemasukan panas yang kontinu sampai

tercapainya suhu sterilisasi yang dipersyaratkan (tampak pada termometer ).

Waktu kesetimbangan : Waktu antara suhu sterilisasi yang ditunjukkan pada

termometer penunjuk menjadi sama dengan bahan yang disterilkan , besarnya

waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada label.

Waktu pembinasaan : Waktu yang dibutuhkan sampai seluruh mikroorganisme

dalam seluruh bentuk dibunuh pada suhu sterilisasi.

Waktu tambahan jaminan sterilitas : Tambahan jaminan untuk waktu pembinasaan

untuk mengkompensasikan waktu kesetimbangan yang kurang.

Waktu pendinginan : Waktu dari berakhirnya pemasukan energi setelah waktu

sterilisasi sampai tercapainya suhu 180oC pada termometer penunjuk.

Adapun mekanisme pemanasan kering yaitu sebagai berikut:

1. Dehidrasi yang dilanjutkan dengan proses oksidasi.

2. Efek panas kering < panas basah , karena perlu suhu tinggi untuk dehidrasi dan

oksidasi , sehingga waktunya lebih lama .

Keunggulan pemanasan kering:

1. Dapat untuk bahan yang tidak tahan lembab (minyak, vaselin)

2. Tidak merusak gelas kecuali yg skalanya akurat. Untuk alat gelas sebaiknya

disterilkan dengan oven agar hasilnya kering

3. Dapat untuk alat yang tertutup rapat

4. Dapat untuk bahan padat misalnya NaCl

5. Hasilnya kering

Kekurangan pemanasan kering:

13

Page 14: Laporan Steril (Multiple Dose)

1. Suhu tinggi sehingga waktunya lama

2. Banyak obat, karet & plastik tidak tahan panas tinggi

3. Karena barang dibungkus maka efisiensinya turun karena panas terhalang oleh

bungkus yg bersifat isolator.

Dalam proses sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180 oC selama 30 menit

(kaca arloji, beaker gelas, erlenmeyer, pengaduk, pinset, tara dan wadah, anak timbangan,

sendok logam, sendok porselin, vial coklat, kantong sampah), proses ini berlangsung

selama 97 menit, setelah itu dilakukan sterilisasi pemanasan basah dengan otoklaf. Alat-

alat seperti corong dan kertas saring, pipet tetes, gelas ukur dengan karet yang telah

disterilisasi sebelumnya dibungkus kertas perkamen dan disterilisasi dalam otoklaf pada

suhu 115°C selama 75 menit. Juga dilakukan sterilisasi untuk pelarut Sol. BAK 0,01%

pada suhu 121°C selama 15 menit dengan otoklaf. Cara ini memberikan jaminan

sterilitas yang terbaik untuk alat-alat/bahan yang disterilkan. Daya pensterilan dengan

cara ini tergantung pada sifat-sifat uap air jenuh dan kering, di antaranya : Suhu tinggi,

jumlah kalor laten yang besar, kesanggupan pembentukan air embun, kontraksi volume

yang segera terjadi karena pengembunan. Pada sterilisasi dengan cara ini selalu

diusahakan agar uap air tidak bercampur dengan udara karena kapasitas kalor udara

sangat kecil sehingga apabila tercampur kapasitas campuran tersebut akan menjadi kecil

pula. Di samping itu, kadar air (kelembapan) juga akan menurun jika bercampur dengan

udara, jadi semata-mata bukan karena menurunnya suhu saja. Manfaat uap air dalam cara

sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak langsung dengan bahan/alat yang akan

disterilkan. Masalah utama pada pemakaian otoklaf adalah pembuangan udara,

terjadinya panas yang berlebihan (superheat), bahan yang disterilkan menjadi basah dan

kemungkinan terjadinya kerusakan bahan. Keberhasilan sterilisasi dengan otoklaf sangat

tergantung pada kualitas uap air. Kualitas uap air adalah berat dari uap kering yang

terdapat dalam campuran dari uap air jenuh dan air. Jika uap 97%, campuran uap terdiri

atas 3 bagian berat air jenuh dan 97 bagian berat uap jenuh. Uap yang ideal untuk

sterilisasi adalah 100% uap jenuh. Penyebab menurunnya kualitas uap di antaranya

adalah kualitas boiler, perangkap uap, yang kurang baik dan terjadinya kondensasi pada

pipa yang dilalui oleh uap air. Kualitas uap mempengaruhi hasil sterilisasi dan kondisi

bahan yang disterilkan (menjadi lebih basah).

14

Page 15: Laporan Steril (Multiple Dose)

Adapun mekanisme pemanasan basah yaitu sebagai berikut:

Perusakan mikroorganisme dengan koagulasi protein dan juga pelelehan membran

sel

Ikatan hidrogen pada protein terjadi antara gugus amino dengan gugus karboksil.

Ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air, karena terjadi ikatan hidrogen

antara masing-masing gugus tersebut dengan molekul air

Fungsi air pada sterilisasi panas basah adalah dalam proses koagulasi protein

Keunggulan pemanasan basah:

Sederhana dan cepat

Hanya membutuhkan pemantauan waktu, suhu, dan tekanan

Kekurangan pemanasan basah:

Banyak bahan yang sensitif terhadap panas basah

Keterbatasan panas basah untuk berpenetrasi melalui wadah sediaan

Tahap-tahap sterilisasi pemanasan basah:

1. Waktu pemanasan : waktu dari mulainya panas secara kontinu sampai tercapainya

suatu suhu uap yang sesuai dengan titik didih air pada tekanan atmosfer yang

diberikan.

2. Waktu pengeluaran udara : waktu untuk mengusir dari ruang yang digunakan.

3. Waktu menaik : waktu yang dibutuhkan sampai tercapainya suhu/tekanan yang

disyaratkan ( tampak pada termometer penunjuk).

4. Waktu kesetimbangan : Waktu antara suhu sterilisaasi yang ditunjukkan pada

termometer penunjuk menjadi sama dengan suhu bahan yang disterilkan , besarnya

waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel.

5. Waktu pembinasaan : Waktu yang dibutuhkan sampai seluruh mikroorganisme

dalam seluruh bentuk dibunuh pada suhu sterilisasi.

6. Waktu tambahan jaminan sterilitas: Tambahan jaminan untuk waktu pembinasaan,

untuk mengkompensasikan waktu kesetimbangan yang kurang.

7. Waktu menurun : waktu yang dibutuhkan sampai tercapainya suhu/tekanan yang

disyaratkan.

8. Waktu pendinginan : Waktu dari berakhirnya pemasukan energi sampai kepada

turunnya suhu menjadi 60oC pada termometer penunjuk.

15

Page 16: Laporan Steril (Multiple Dose)

Pada praktikum kami, waktu untuk proses sterilisasi alat-alat dengan otoklaf

berlangsung dari pkl. 09.20 – 10.35 yaitu selama 75 menit.

Setelah semua proses sterilisasi selesai, dilakukan pembuatan sediaan injeksi

Diphenhydramin HCl, pembuatan sediaan dilakukan di ruang kelas 2 dan kelas 1.

Pertama yang dilakukan adalah membersihkan meja dengan alkohol 70% kemudian di

keringkan dengan kasa steril. Nyalakan api spirtus, kemudian tara kaca arloji, timbang

Diphenhydramin HCl sebanyak 125 mg, kemudian ditutup dengan kaca arloji karena

bahan ini mudah teroksidasi. Tara kaca arloji, timbang Na-metabisulfit 50 mg, bahan ini

sebagai antioksidan/chelating agent karena bahan aktif obat tidak stabil dan mudah

teroksidasi. Kemudian tara lagi kaca arloji untuk menimbang NaCl 0,9% sebanyak 158

mg, NaCl ditambahakan agar sediaan tidak mengiritasi sehingga hendaknya dibuat

isotonis.

Setelah itu proses pembuatan berpindah ke ruang 1 sebagai ruang pembuatan dan

pengisian secara aseptik (laminar air flow cabinet), pertama menyalakan LAFC

kemudian bersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan kasa steril. Setelah

selesai semua alat-alat dan wadah spiritus disemprot dengan alkohol 70% juga, kemudian

masukkan ke LAFC. Bahan-bahan yang sudah ditimbang sebelumnya juga dimasukkan

ke LAFC, tangan juga dismprot dengan alkohol, lalu nyalakan api spirtus. Kemudian

dilakukan pengenceran Na-metabisulfit sebanyak dengan Sol. BAK 0,01% sehingga

hanya diambil 5 ml dari pengenceran tersebut. Diphenhydramin HCl dilarutkan dengan

larutan Na-metabisulfit 5 ml, di aduk ad larut dalam beaker gelas 50 ml. NaCl juga

dilarutkan dalam Sol. BAK 0,01% 5 ml. Kemudian kedua bahan dicampur dan aduk ad

homogen.. Cek pH untuk menentukan apakah sediaan sudah tepat pada pH stabil

Diphenhydramin HCl yaitu 4,0-6,5. Setelah cek pH, dipindahkan ke gelas ukur 25 ml,

ditambah Sol. BAK 0,01% ad 25 ml. Lalu disaring sediaan dengan membran filter 0,8

µm dan ditampung dalam erlenmeyer 100 ml. Pengujian sterilitas dengan cara

penyaringan ini dilakukan untuk sediaan larutan dengan volume besar, serbuk yang dapat

larut, sediaan yang mengandung antibiotika/antimikroba serta sediaan lemak/minyak.

Filtrasi atau penyaringan adalah proses memisahkan partikel yang tidak larut dari suatu

cairan atau gas dengan cara melewatkan cairan atau gas tersebut melalui suatu medium

yang porous sehingga medium ini akan membiarkan cairan atau gas tersebut lewat.

16

Page 17: Laporan Steril (Multiple Dose)

Tujuan filtrasi adalah untuk membuat cairan atau gas menjadi bersih/jernih atau menjadi

steril atau kedua-duanya. Keuntungan pemakaian penyaring bakteri adalah bahan yang

tak tahan pemanasan dapat disterilkan dengan cara ini, dapat digunakan untuk

mensterilkan larutan dalam jumlah kecil karena dapat digunakan filter dengan kapasitas

kecil, proses sterilisasi relative cepat, semua mikroba hidup maupun mati dapat

dihilangkan dari larutan. Kemudian larutan diambil 9,5 ml dengan menggunakan spuit

injeksi 10 ml. Lalu disaring dengan membran filter 0,2µm masukkan ke dalam vial coklat

dan ditutup dengan karet penutup. Sediaan diikat mati 2 kali pada rubber stopper (tutup

vial), kemudian ditutup dengan alluminium foil rangkap 2 kemudian ditali pita pada

leher vial. Kemudian dilakukan Uji Bubble point test, untuk membuktikan apakah

sediaan sudah steril. Apabila gelembung udara keluar bukan dari ujung filter holder,

berarti pemasangan salah. Hasil gelembung udara keluar dari ujung filter holder dan sisa

udara dalam spuit injeksi adalah 2 ml (ukuran pori – pori filter adalah 0,2µm) apabila sisa

udara dalam spluit injeksi lebih dari 2 ml, maka ada kemungkinan pori terlalu besar atau

sediaan tidak steril. Dalam kelompok kami, uji Bubble point test pada sediaan kami di

dapat 8 ml. .

Keuntungan pemakaian penyaring bakteri :

1. Bahan yang tak tahan pemanasan dapat disterilkan dengan cara ini,

2. Dapat digunakan untuk mensterilkan larutan dalam jumlah kecil karena dapat

digunakan filter dengan kapasitas kecil,

3. Proses sterilisasi relative cepat,

4. Semua mikroba hidup maupun mati dapat dihilangkan dari larutan.

Kerugiannya adalah :

1. Relative mahal, terutama jika peralatan filtrasi tidak dapat dipakai ulang,

2. Ada beberapa penyaring yang sukar dicuci, misalnya : Kieselguhr dan penyaring

porcelain,

3. Penyaring bakteri yang terbuat dari asbestos, misalnya seitz EK dapat memberikan

reaksi alkalis pada filtrat, karena membebaskan ion – ion tertentu, juga

membebaskan bagian serta filternya,

4. Adanya absorpsi dari penyaring, merugikan terutama untuk bahan dalam jumlah

sedikit.

17

Page 18: Laporan Steril (Multiple Dose)

V. KESIMPULAN

1. Metode sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi Diphenhydramin

HCl 1% menggunakan metode sterilisasi pemanasan basah (otoklaf), pemanasan

kering (oven), dan metode filtrasi dengan menggunakan teknik aseptik.

2. Proses pencucian karet dengan otoklaf pada suhu 110 oC berlangsung selama 51

menit.

3. Proses sterilisasi alat-alat denga oven pada suhu 180 oC berlangsung selama 97 menit.

4. Proses sterilisasi alat-alat dengan otoklaf pada suhu 115 oC berlangsung selama 75

menit.

5. Proses sterilisasi pelarut BAK 0,01% dengan otoklaf pada suhu 121 oC berlangsung

selama 88 menit.

6. Sterilisasi perlengkapan jas lab, masker, sarung tangan dengan otoklaf pada suhu

115oC berlangsung selama 87 menit

7. Dalam praktikum kami, pada uji Bubble point test hasil gelembung udara yang keluar

bukan dari ujung filter holder dan sisa udara dalam spuit injeksi adalah 8 ml. Hal ini

ada kemungkinan bahwa pemasangan membrane filter yang kurang tepat sehingga

mungkin sediaan masih belum steril.

18

Page 19: Laporan Steril (Multiple Dose)

VI. WADAH

Vial coklat 10 ml tertutup rapat + label + etiket + brosur + kemasan sekunder

VII. LABEL DAN BROSUR

VIII. DAFTAR PUSTAKA

BibliographyIndonesia, D. K. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.

Lund, W. (1994). The Pharmaceutical Codex 12th edition. British: The Press Bath.

Ma'at, S. (2009). Sterilisasi dan Desinfeksi. Surabaya: Airlangga University Press.

Raymond C Rowe, P. J. (2009). Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th edition. British: Pharmaceutical Press.

Sweetman, S. C. (2011). Martindale The Complete Drug Reference 37th edition . British: Pharmaceutical Press.

19