Laporan sertifikasi
-
Upload
askar-sohoku -
Category
Documents
-
view
382 -
download
0
Transcript of Laporan sertifikasi
LAPORAN
SERTIFIKASI TELUR ULAT SUTERA F1 TAHUN 2012
DISUSUN SESUAI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) 029
BPA SULAWESI SELATAN TAHUN 2012
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bibit ulat sutera adalah serangga yang berkualitas baik merupakan
salah satu faktor bagi keberhasilan pemeliharaan ulat sutera. Untuk
mendapatkan hasil produksi yang menguntungkan diperlukan jenis bibit
ulat sutera yang baik dengan jumlah yang cukup serta bebas dari penyakit
utama yaitu pebrine. Bibit ulat sutera F1 merupakan hasil persilangan dari
2 jenis induk ulat sutera yang berbeda yang nantinya menghasilkan
kualitas dan kuantitas yang lebih baik dari kedua induknya, misalnya dari
segi umur lebih pendek, pertumbuhan ulat yang lebih baik, mortalitas
rendah, tahan terhadap suatu penyakit, dan menghasilkan kokon yang
berkualitas baik. Rendahnya produksi kokon di Sulawesi Selatan pada
tahun-tahun sebelumnya antara lain disebabkan oleh penyakit. Penyakit
ulat sutera yang sering muncul pada setiap periode pemeliharaan adalah
penyakit cendawan, penyakit virus, dan penyakit pebrine.
Penyakit pebrine merupakan salah satu jenis penyakit ulat sutera
yang berbahaya karena dapat menyerang ulat sutera pada semua
tingkatan mulai dari telur, larva, pupua, dan kupu-kupu, serta
penyebarannya cepat dan tidak mengenal musim. Penularan penyakit
pebrine pada ulat sutera dapat terjadi melalui mulut, luka, dan penularan
melalui indung telur. Patogen penyakit dapat hidup dalam telur yang akan
diturunkan pada generasi selanjutnya. Salah satu cara yang dianggap
efektif untuk mencegah berkembangnya penyakit pebrine adalah dengan
teknik pemeriksaan terhadap kupu-kupu betina, hal ini untuk mengetahui
adanya spora penyakit pebrine. Pemeriksaan dilakukan secara teliti agar
diperoleh telur ulat sutera yang bebas dari penyakit pebrine yang
selanjutnya diberi label sertifikat sebelum disalurkan kepada konsumen
atau kepada petani pemelihara ulat sutera.
Kegiatan sertifikasi ulat sutera adalah rangkaian kegiatan
pengawasan dalam proses produksi pada produsen telur yang akan
member jaminan bahwa telur ulat sutera yang akan diproduksi bebas dari
penyakit pebrine dan berkualitas baik. Pelaksanaan sertifikasi telur ulat
sutera yang dilaksanakan oleh Balai Persuteraan Alam pada setiap periode
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
2
produksi telur ulat sutera pada produsen telur F1 berdasarkan
permohonan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan sertifikasi telur ulat sutera
adalah untuk mendapatkan telur ulat sutera F1 yang bebas dari penyakit
pebrine dan diharapkan dapat memberikan hasil produksi kokon dalam
jumlah dan mutu yang baik. Sedangkan tujuannya adalah sebagai bahan
evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki proses produksi telur yang
dilaksanakan oleh produsen telur agar mutu produksinya dapat
ditingkatkan, serta sebagai media percontohan kepada petani dalam
melaksanakan pemeliharaan ulat sutera yang baik dan benar.
C. Sasaran
Sasaran utama dari sertifikasi telur ulat sutera F1 adalah terhadap
telur ulat sutera yang diproduksi oleh produsen telur KPSA Soppeng Unit II
Jawa Timur dan Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung
Provinsi Jawa Tengah.
D. Dasar Pelaksanaan
Dasar pelaksanaan kegiatan sertifikasi dan pengujian hasil sertifikasi
adalah :
1. SK Menteri Kehutanan umum nomor : 097/Kpts-11/1984 tanggal 12
Mei 1984 tentang organisasi dan tata kerja Balai Persuteraan Alam.
2. Instruksi Menteri Kehutanan nomor : 02/Menhut-11/1986 tanggal 3
Januari 1986 mengenai crash program penanganan persuteraan
alam Sulawesi Selatan.
3. SK Gubernur KDH tk I Provinsi Sulawesi Selatan nomor :
1180/X/1992 tanggal 14 Oktober 1992 tentang pelaksanaan
sertifikasi telur ulat sutera di provinsi daerah tingkat I Sulawesi
Selatan.
4. SK Menhut Nomor : 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002
5. Permenhut Nomor : P.56/Menhut-II/2007 tanggal 7 Desember 2007
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
3
6. Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) nomor : 0339/029-
04.2.01/23/2012 tanggal 9 Desember 2011.
E. Istilah
1. Sertifikasi telur ulat sutera adalah suatu rangkaian kegiatan
dalam proses pengawasan produksi telur ulat sutera yang diproduksi
oleh produsen telur ulat sutera untuk memberi jaminan bahwa telur
ulat sutera yang disalurkan kepada konsumen adalah bebas penyakit
terutama penyakit pebrine.
2. Pengujian hasil ulat sutera adalah rangkaian dari kegiatan
sertifikasi telur untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut dari
telur ulat sutera yang dipelihara dan dapat dijadikan sebagai
pembanding terhadap bibit yang disalurkan kepada konsumen.
3. Bibit Induk Ulat Sutera adalah induk murni (grand parent) dari
suatu jenis ulat sutera yang digunakan dalam persilangan untuk
menghasilkan telur F1.
4. Penyakit pebrine adalah suatu penyakit ulat sutera yang cukup
berbahaya dan dapat menyerang pada semua tingkatan yang
disebabkan oleh protozoa jenis Nosema bombycis.
5. Telur F1 adalah telur ulat sutera yang diperoleh dari hasil
persilangan bibit induk yang berbeda jenis.
6. Hakitate adalah proses awal pemeliharaan ulat sutera yang ditandai
dengan desinfeksi tubuh ulat sutera dan pemberian makan pertama
pada ulat sutera.
7. Instar adalah tingkat pertumbuhan pada stadia larva yang dibedakan
menurut umur, ukuran dan bentuk.
8. Stadia adalah tingkat pertumbuhan dari siklus hidup ulat sutera yang
dibedakan atas dasar perubahan bentuk.
9. Persentase penetasan telur adalah perbandingan antar jumlah
telur yang menetas dengan jumlah telur sampel yang digunakan,
dinyatakan dalam persen (%).
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
4
10.Persentase kulit kokon adalah perbandingan antara berat kulit
kokon dengan berat kokon segar yang dinyatakan dalam persen (%).
11.Mortalitas ulat sutera adalah tingkat kematian ulat sutera yang
dinyatakan dalam persen atau jumlah ulat yang mati dibagi jumlah
ulat yang dipelihara dikali seratus persen.
12.Boks adalah satuan atau standar jumlah telur ulat sutera yang berisi
25.000 butir (±11gram).
13.Petugas sertifikasi adalah petugas Balai Persuteraan Alam yang
diserahi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan sertifikasi telur
ulat sutera pada produsen telur ulat sutera berdasarkan Surat
Perintah Tugas (SPT) Kepala Balai Persuteraan Alam.
14.Balai Persuteraan Alam adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen
BPDAS PS Kementerian Kehutanan yang diserahi tugas dan fungsi
dalam pengembangan persuteraan alam.
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
5
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan sebanyak 6 (enam) kali
di KPSA Soppeng yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli, September, dan
November. Sedangkan di PPUS Candiroto dilakukan sebanyak 4 (empat)
kali yaitu bulan Februari, April, Juni, dan September.
2. Tempat
Kegiatan sertifikasi dilakukan di dua produsen telur F1 yaitu KPSA
Soppeng Unit II Jawa Timur dan PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah.
B. Metode pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi pada tahun 2012 dilakukan dengan
metode pemeriksaan secara menyeluruh ini dilaksanakan pada tahap kupu-
kupu setelah meletakkan telur. Metode pemeriksaan secara menyeluruh
dilaksanakan karena sejak tahun 2003 hingga tahun 2011 tingkat serangan
penyakit pebrine pada ulat sutera masih cukup tinggi. Prosedur kerja
sertifikasi telur ulat sutera F1 dilaksanakan dengan beberapa tahapan
kegiatan, antara lain :
1. Permohonan sertifikasi
Sertifikasi telur ulat sutera F1 dapat dilakukan oleh petugas dari Balai
Persuteraan Alam setelah produsen mengajukan permohonan
sertifikasi kepada Kepala Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
Permohonan sertifikasi dilakukan sebagai berikut : Permohonan
dilakukan oleh produsen telur F1 yang telah mendapat ijin dari
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
6
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan baik berupa BUMN, Swasta, maupun Koperasi.
Diajukan kepada Balai Persuteraan Alam dengan mengisi formulir
yang telah ditetapkan.
Permohonan sertifikasi diajukan paling lambat satu minggu
sebelum pelaksanaan sertifikasi.
Pada permohonan sertifikasi harus menyampaikan nama serta
alamat yang jelas kepada Balai Persuteraan Alam.
2. Cara kerja sertifikasi
Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sertifikasi telur ulat
sutera F1 adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan lapangan (tempat dan peralatan) dilaksanakan oleh
petugas Balai Persuteraan Alam yang telah ditunjuk.
Pemeriksaan dilaksanakan pada saat proses produksi telur atau
setelah kupu-kupu betina telah meletakkan telur.
Pemeriksaan lapangan juga dilakukan pada sarana dan prasarana
yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi :
penyimpanan telur, gudang penyimpanan alat pemeliharaan dan
bahan kimia yang digunakan.
Melakukan pemusnahan (eradikasi) terhadap telur yang
mengandung spora Nosema bombycis dengan cara dibakar.
3. Laporan pemeriksaan
Setelah pelaksanaan sertifikasi lapangan, laporan dibuat oleh
petugas sertifikasi dengan mengisi formulir yang telah disediakan
dan diketahui oleh pihak produsen telur :
Apabila pemeriksaan dinyatakan tidak lulus (ditolak), maka
penolakan secara resmi segera dikeluarkan oleh Kepala Balai
Persuteraan Alam.
Hasil pemeriksaan lapangan yang dinyatakan aman untuk
disalurkan, dilampiri dengan laporan pemeriksaan penyakit
pebrine.
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
7
Apabila point tersebut di atas telah dilaksanakan dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan maka Kepala Balai Persuteraan Alam
akan mengeluarkan sertifikasi produksi telur F1.
HASIL PELAKSANAAN
A. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur
Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah
dilaksanakan oleh petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur
ulat sutera pada KPSA Perum Perhutani sebanyak 1487.32 boks atau kurang
lebih 118,986 induk imago ulat sutera. Hasil sertifikasi telur ulat sutera F1
tahun 2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Data Produksi Telur F1 KPSA Perum Perhutani Soppeng Periode Januari – Desember 2012.
Bulan
KPSA SOPPENGPersentase
(%)Telur yang diperiksa di
lapangan (boks)
Terkena Pebrine (boks)
Bebas Pebrine (boks)
Januari Februari 284.5 60.5 224 21.27Maret 227.41 113.05 114.36 49.71April - - - -Mei 341 86 255 25.22Juni - - - -Juli 262.41 203.96 58.45 77.73Agustus - - - -September 167 82 85 49.10Oktober - - - - November 205 44 161 21.46
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
8
Desember - - - -JUMLAH 1487.32 589.51 897.81 39.64
Selama tahun 2012, produsen telur KPSA Soppeng hanya melakukan
sertifikasi sebanyak 6 (enam) kali yaitu bulan Februari, Maret, Mei, Juli,
September, dan November. Total telur ulat sutera yang diperiksa adalah
1487.32 boks atau setara dengan 118,985.6 ekor induk. Dari 1487.32 boks
tersebut yang terserang penyakit Pebrine hanya 589.51 boks atau sekitar
47,160.8 ekor induk, dan telur yang layak disalurkan dari KPSA Soppeng
hanya sebesar 897.81 boks. Serangan penyakit Pebrine tertinggi pada
bulan Juli yaitu sebesar 77.73%. Persentase serangan penyakit Pebrine
yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di KPSA
Soppeng masih tinggi yaitu mencapai 39.64% namun jika dibandingkan
dengan tahun 2011, angka ini turun dari 42,29%.
B. PPUS Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Berdasarkan hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah
dilaksanakan oleh petugas Balai Persuteraan Alam terhadap produksi telur
ulat sutera pada PPUS Candiroto sebanyak 596 boks atau setara dengan
47,680 ekor induk ulat sutera. Hasil sertifikasi telur ulat sutera F1 tahun
2012 pada KPSA Perum Perhutani dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2. Data Produksi Telur F1 Pusat Pembibitan Telur Ulat Sutera (PPUS) Candiroto Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Periode Januari – Desember 2012.
Bulan
PPUS CANDIROTOPersentase (%)
Telur yang diperiksa di
lapangan (boks)
Terkena Pebrine (boks)
Bebas Pebrine (boks)
Januari Februari 96 0 96 0.00Maret - - - - April 209 9 200 4.31Mei - - - - Juni 173 8.65 164.35 5.00Juli - - - -Agustus - - - -September 118 3 115 2.54Oktober - - - -November - - - -Desember - - - -JUMLAH 596 20.65 575.35 3.46
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
9
Kegiatan sertifikasi di Perum Perhutani Candiroto selama tahun 2012,
hanya dilaksanakan sebanyak 4 (empat) kali yaitu bulan Februari, April,
Juni, dan September. Berdasarkan data hasil sertifikasi telur yang
diproduksi oleh PPUS Candiroto selama tahun 2012 hanya 596 boks atau
setara dengan 47,680 ekor induk, dari total tersebut telur yang terkena
Pebrine sebanyak 20.65 boks dan yang layak disalurkan sebanyak 575.35
boks. Selama tahun 2012, persentase serangan Pebrine tertinggi yaitu
pada bulan Juni sebesar 5% sedangkan persentase serangan penyakit
Pebrine yang ditemukan pada telur hasil sertifikasi selama tahun 2012 di
PPUS Candiroto mencapai 3.46% angka ini turun dari 11,88% (persentase
Pebrine PPUS Candiroto tahun 2011).
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
10
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
11
Penurunan persentase serangan penyakit Pebrine pada kedua
produsen telur ulat sutera tersebut terkait dengan berkurangnya jumlah
produksi telur yang di sertifikasi oleh BPA. Jika pada tahun 2011 kegiatan
sertifikasi di KPSA Soppeng dilakukan sebanyak 8 kali dengan total
produksi telur sebanyak 2417.13 boks, pada tahun 2012 kegiatan
sertifikasi di KPSA Soppeng hanya dilakukan sebanyak 6 kali dengan total
produksi 1487.32 boks. Pada tahun 2011 kegiatan sertifikasi di PPUS
Candiroto dilakukan sebanyak 5 kali dengan total produksi 959.02 boks,
sedangkan pada tahun 2012 PPUS Candiroto hanya melakukan sertifikasi
sebanyak 4 kali dengan total produksi 799 boks. Selama tahun 2012, KPSA
Soppeng telah melakukan pemeliharaan bibit induk sendiri. Tidak seperti
tahun sebelumnya KPSA Soppeng melakukan kontrak kerjasama dengan
petani di Kabupaten Enrekang dalam pemeliharaan bibit induk, dimana hal
tersebut mengakibatkan tidak terjaminnya kualitas induk. Sedangkan PPUS
Candiroto melakukan sendiri pemeliharaan bibit F1 dan bibit induk.
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
12
MASALAH DAN UPAYA PEMECAHANNYA
A. Masalah
Dari hasil kegiatan sertifikasi telur ulat sutera F1, yang dilaksanakan
pada anggaran tahun 2012 terdapat beberapa masalah yang perlu segera
dicari jalan keluar sebagai upaya pemecahannya :
1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur
Bibit induk diperiksa sendiri oleh pihak KPSA Soppeng, hal ini tidak
menjamin bahwa telur dari bibit induk yang akan dikembangkan
menjadi bibit F1 memiliki kualitas yang baik yaitu tidak mengandung
spora Pebrine.
Pekerja kurang memperhatikan faktor sanitasi dan sterilisai dalam
penggunaan alat selama pelaksanaan sertifikasi.
2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah
Kurang mutakhirnya alat yang digunakan di laboratorium PPUS
Candiroto khususnya mikroskop yang merupakan alat pemeriksa
keberadaan spora Pebrine.
B. Upaya Pemecahannya
1. KPSA Soppeng Unit II Jawa Timur
Sebaiknya selama kegiatan sertifikasi, bibit induk disertifikasi oleh
BPA agar benar-benar menjamin kualitas telur yang akan diguanakan
sebagai bibit F1.
Pihak KPSA Soppeng melakukan pembinaan kepada seluruh pekerja
selama proses sertifikasi agar menjaga sanitasi dan sterilisasi alat
yang digunakan.
2. PPUS Candiroto Unit I Jawa Tengah
Memperlengkapi laboratorium dengan alat yang lebih baik.
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
13
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil kegiatan sertifikasi telur ulat sutera F1 yang telah dilaksanakan
pada produsen telur selama tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. Total telur ulat sutera yang diperiksa di KPSA Soppeng selama tahun
2012 adalah sebanyak 1487.32 boks atau setara dengan 118,985.6
ekor induk, dengan rincian yang terserang penyakit Pebrine 589.51
boks dan telur bebas Pebrine sebesar 897.81 boks.
2. Persentase serangan penyakit Pebrine yang ditemukan pada telur hasil
sertifikasi selama tahun 2012 di KPSA Soppeng masih tinggi yaitu
mencapai 39.64%.
3. KPSA Soppeng sudah tidak menjalin kerjasama dengan petani untuk
memelihara bibit induk dengan pertimbangan menjaga kualitas bibit.
4. Total telur yang diproduksi oleh PPUS Candiroto berdasarkan data
sertifikasi selama tahun 2012 hanya 596 boks atau setara dengan
47,680 ekor induk, dari total tersebut telur yang terkena Pebrine
sebanyak 20.65 boks dan yang layak disalurkan sebanyak 575.35 boks.
5. Persentase serangan penyakit Pebrine yang ditemukan pada telur hasil
sertifikasi selama tahun 2012 di PPUS Candiroto mencapai 3.46%.
B. Saran
1. Hendaknya KPSA Soppeng Unit I Jawa Timur mengikuti petunjuk teknis
dan persyaratan sebagai produsen telur F1 dalam pemeliharaan bibit
induk dan prosesing telur F1 dan meningkatkan keterampilan bagi
petugas teknis yang menangani pemeliharaan bibit induk dan bibit F1.
2. PPUS Candiroto diharapkan memperbaiki dan merawat peralatan yang
ada pada laboratorium tes pebrine dan perlu menambah alat tes
pebrine dan mikroskop agar kelancaran pelaksanaan sertifikasi dapat
terlaksana dengan baik.
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Ngengat kering yang akan diperiksa
Gambar 2. Persiapan sampel ngengat untuk disertifikasi di KPSA Soppeng
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
Gambar 3. Spesimen ngengat yang akan disertifikasi
Gambar 4. Proses pemeriksaan spora Pebrine menggunakan mikroskop
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
Gambar 5. Proses seleksi telur yang terinfeksi Pebrine di KPSA Soppeng
Gambar 6. Pemusnahan telur ulat yang terinfeksi Pebrine di PPUS Candiroto
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012
Gambar 7. Pemusnahan telur ulat yang terinfeksi Pebrine di KPSA Soppeng
Gambar 8. Pemeriksaan ruang penyimpanan PPUS Candiroto
Laporan Kegiatan Hasil Sertifikasi Telur Ulat Sutera F1 Tahun 2012