LAPORAN SENYAWA KARBONIL

26
SENYAWA KARBONIL I. Tujuan 1. Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan perubahan warna, bau, dan kekarutan. 2 Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan reaksi dari penambahan dengan air. 3 Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan penambahan pereaksi. II. Teori Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril O O R-C-H R-C-R suatu aldehid suatu keton Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp 2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan 1

Transcript of LAPORAN SENYAWA KARBONIL

Page 1: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

SENYAWA KARBONIL

I. Tujuan

1. Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan perubahan warna,

bau, dan kekarutan.

2 Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan reaksi dari

penambahan dengan air.

3 Menentukan perbedaan aldehid dan keton berdasarkan penambahan

pereaksi.

II. Teori

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang

mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton

seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril

               O                                 O

               ║                                 ║

           R-C-H                         R-C-R

      suatu aldehid                suatu keton

Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom

karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma

dan sebuah ikatan pi. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan

di bawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar,

dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron

dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus

karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural

ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi

sifat dan kereaktifan gugus karbonil.

(Fessenden dan Fessenden, 1990)

Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya.

Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya,

1

Page 2: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer–

enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.

(Fessenden dan Fessenden, 1997)

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul,

karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi

lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik

melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi

dibanding alkana padanannya.

(Wilbraham, 1992)

Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40

% dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan

jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer

dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai

antiseptic dan insektisida.

(Petrucci, 1999)

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air

yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan

aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat

netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak,

tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga

dan di dalam industri wangi-wangian. Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku

yang rendah larut dalam air dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan

tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan

asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai

panjang dalam larutan encer baunya seperti bunga.

(Riawan, 1989)

Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh karenanya aldehid memiliki titik

didih yang lebih tinggi dari daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara.

Meskipun demikian, oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan

hydrogen yang kuat antara molekul-molekulnya sendiri maka mereka mempunyai

2

Page 3: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

titik didih yang lebih rendah dari pada alcohol yang berak molekulnya setara.

Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung

hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen

seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat

membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya,

bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang

lain.

(Respah, 1986)

Melalui gugus karbonil, aldehid dan keton dapat membentuk ikatan

hydrogen dengan molekul air. Oleh karenanya aldehid dan keton berberaat

molekul rendah memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Aseton dan asetaldehid

larut sempurna dalam air pada semua perbandingan. Sifat-sifat fisik dari beberapa

senyawa aldehid dan keton dapat dilihat pada table berikut.

Rumus Nama Tb (oC) Td (oC) Kelarutan dalam air

CH2O Formaldehid -92 -21 Sangat larut

CH3CHO Asetadehid -125 21 ∞

C6H5CHO Benzaldehid -57 178 Sedikit larut

CH3COCH Aseton -95 56,1 ∞

CH3COCH2CH3 Butanon -86 79,6 Sangat larut

C6H5COCH3 Asetofenon 21 202 Tidak larut

Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatile

(titik didih 56oC) dan mudah terbkar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk

macam, macam senyawa organic, banyak digunakan untk vernis, lak dan plastic.

Tidak seperti kebanyakan pelarut organic lain, aseton bercampur dengan air

dengan segala perbandingan. Nama  IUPAC  aldehida diturunkan dari nama rantai

induk alkana dengan  menggntikan akhiran a dengan al. penomoran rantai utama

dimulai dari atom karbon karbonil.

(Tim dosen, 2004)

3

Page 4: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

III. Posedur Percobaan

3.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Erlenmeyer 250 mL

Gelas ukur 50 mL

Corong

Cawan porselin

Corong pisah

Tabung reaksi

Pipet tetes

Lempeng porselin

III.1.2 Bahan

Formalin

Aseton

Asetaldehid

Benzaldehid

Sikloheksanon

Pereaksi Tollens

Pereaksi Fehling

Formaldehid

Asam sulfat

Na-bisulfit

Etanol

Eter

Na-bikarbonat

NaOH

4

Page 5: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

III.2 Skema Kerja

III.2.1 Uji Tollens

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

Dipanaskan secara perlahan

Diamati perubahan yang terjadi

III.2.2 Uji Felhing

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

Dipanaskan secara perlahan

Diamati perubahan yang terjadi

III.2.3 Uji Benedict

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

5

1 ml pereaksi Tollens

Hasil Pengamatan

3-5 tetes sampel

10 ml pereaksi Felhing

Hasil Pengamatan

3-5 tetes sampel

10 ml pereaksi Benedict

3-5 tetes sampel

Page 6: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

Dipanaskan secara perlahan

Diamati perubahan yang terjadi

III.2.4 Uji Ammonia

Dimasukkan kedalam cawan penguap

Diuapkan sampai kering dengan menggunakan

penagas air

III.2.5 Uji NaOH

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

Dipanaskan secara perlahan

Diamati perubahan yang terjadi

III.2.6 Uji 2,4-dinitrofenilhidrazil (2,4-DNPH)

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

6

Hasil Pengamatan

1 ml sampel + 2 ml Ammonia pekat

Hasil Pengamatan

5 ml pereaksi NaOH 10 %

Hasil Pengamatan

1 ml sampel

1 ml sampel

3-5 tetes 2,4 DNPH

Page 7: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

Diamati perubahan yang terjadi

III.2.7 Reaksi dengan Na-Bisulfat

Dimasukkan kedalam erlenmeyer

Ditambahkan

Dikocok kuat sampai reaksi sempurna

Didinginkan dengan es yang dicampur garam

Disaring dan di cuci kristal yang terbentuk

dengan etanol, lalu dengan eter dibiarkan

kering

Ditambahkan kedalam sebagian kristal

Diamati bau yang dihasilkan

Dilakukan percobn ini dengan mengganti

asetaldehid dengan aseton

3.2.8 Polimerisasi

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan

7

Hasil Pengamatan

10 ml Na-Bisulfat jenuh

Hasil Pengamatan

5 ml asetaldehid

10 ml Na-Bikarbonat 10%

2 ml asetaldehid

Page 8: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

Diamati perubahan suhu

Ditambahkan

Dikocok

Diamati apakah ada bagian yang tidak larut

8

Hasil Pengamatan

1tetes asam sulfat pekat

3 ml air dingin

Page 9: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

IV. Hasildan Pembahasan

IV.1 Data pengamatan dan Perhitungan

Uji Fehling

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Aseton + pereaksi fehling 10 ml

Formaldehid + pereaksi fehling

10 ml

Tidak ada perubahan warana,

volume berkurang, bau menyengat,

mendidih.

Ada gas, busa, aroma menyengat,

ada hablur putih larutan berubah

dari bening kekuning, timbul buih

dari dinding tabung.

Uji Benedict

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Aseton + pereaksi Benedict 10 ml

Formaldehid + pereaksi Benedict

10 ml

Warna biru (lebih pekat dari awal

dan terdapat gelembung)

Tidak ada perubahan

Uji Ammonia

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Aseton + Ammonia pekat

Formaldehid + Ammonia

pekat

Timbul uap putih selama pemanasan

Timbul uap putih ketika dipanaskan,

hasil akhir setekah dipanaskan

timbul kristal putih

Uji NaOH

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Aseton + NaOH Larutan berwarna kuning

kecoklatan, lebih lambat mendidih

9

Page 10: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

Formaldehid + NaOH

dan tidak ada uap.

Bening, bereaksi lebih cepat dari

aseton, timbul uap putih

Uji 2,4-DNPH

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Aseton + 2,4-DNPH

Formaldehid + 2,4-DNPH

Larutan berubah warna dari

kuning menjadi hijau, beraroma

alpukat.

Larutan berwarna kuning

kebeningan.

Reaksi dengan Na-bisulfit

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Na-bisulfit + asetal dehid Tebentuk kristal kecil, aroma buah-

buahan reaksi hanya sampai

dikeringkan tidak dilakukan

penambahan 10 ml Na-bikarbonat

karena bahan habis

Polimerisasi

Pelakuan Hasil dan Pembahasan

Asetetaldehid + H2SO4 pekat +

air

Tidak mengalami perubahan saat di

tambahkan asam sulfat pekat

setelah ditambahkan air,

campurannya terlihat seperti air-

minyak(tidak bercampur), dikocok

larutannya menjadi putih susu dan

setelah diamati terdapat gumpalan

kuning.

10

Page 11: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

IV.2 Pembahasan

Pada  percobaan kali ini dilakukan percobaan tentang Aldehid dan Keton.

Aldehid dan Keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur –unsur karbon,

hidrogen, dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida

dari alkohol primer dan keton dari alkohol sekunder. Aldehid dapat dioksidasi

sedangkan keton tidak.

1. Uji Tollens

Pada uji ini tidak dilakukan, namun menurut literatur Uji tollen dilakukan

untuk membedakan antara aldehid dan keton.

Aldehid juga dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang

mengandung Ag. Ion perak akan tereduksi menjadi logam perak. Ion logam

adalah pengoksidasi yang lemah; aldehid sangat mudah teroksidasi dan hasilnya

akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion Ag. Dengan menggunakan

reagen tollens , langkah kerja yang pertama di lakukan adalah diambil 5 ml

pereaksi tollens yang telah dibuat kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes

formaldehida (HCHO), sehingga terbentuk larutan yang menghasilkan warna dari

bening menjadi keruh, setelah itu, larutan tersebut dipanaskan dan terbentuklah

cermin perak yang berwarna hijau gelap (proses terbentuknya sangat cepat)

dengan persamaan reaksi :

HCHO + 2Ag(NH3)2OH HCOONH4 + 2Ag + 3NH3 + H2O

Setelah itu, caranya sama seperti langkah pertama tetapi ditambahkan

asetaldehida yang menghasilkan warna dari bening menjadi hijau muda, kemudian

dipanaskan hampir terbentuk cermin perak, namun waktu pembentukannya sangat

lama dan warna yang dihasilkan adalah hijau gelap dengan persamaan reaksi

sebagai berikut :

CH3CHO + 2Ag(NH3)2OH CH3COONa + 2Ag + 3NH3 + H2O

Langkah kerjanya yang sama seperti diatas tetapi ditambahkan aseton yang

tidak terjadi perubahan warna dan dipanaskan tidak terbentuk endapan perak, itu

11

Page 12: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

menandakan bahwa adanya positif senyawa aldehida. Dalam reaksi, keton tidak

dapat mereduksi pereaksi tollens(larutan perak amoniakal)

2. Uji Fehling

Pada uji fehling digunakan larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A

adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH

dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua

larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam

pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks.

Dari hasil pengamatan ini didapatkan antara pencampuran fehling dengan

formaldehid terdapat gas dan busa, aroma yang menyengat, timbul hablur putih

warna larutan berubah dari semula biru menjadi kuning kebeningan. Jika di

reaksikan dengan aseton tidak ada perubahan warna, bau menyengat dan

mendidih.

Menurut literatur aldehid mampu mereduksi ion tembaga (II) menjadi

tembaga (I) oksida. Reagen fehling direaksikan dengan formaldehida

menghasilkan larutan biru jernih,setelah dipanaskan berubah menjadi merah bata

(-) dan terdapat endapan merahbata (++), Terdapatnya endapan tersebut

merupakan hasil dari oksidasi Cu menjadiion Cu2+.

Ketika pencampuran pencampuran dengan aseton terdapat dua lapisan yaitu

bening pada lapisan atas dan biru pada lapisan bawah. Sesudah pemanasan warna

berubah menjadi biru tua. Hal ini sesuai dengan teori karena, aseton merupakan

gugus keton. aseton tidak dapat mereduksi fehling karena gugus karbonil pada

asetonterlindung kuat dengan gugus metil, dengan reaksi:

12

Page 13: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

3. Uji Benedict

Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan

terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi

menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan

benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ),

dan Natrium sitrat. Pada pencampuran pereaksi benedict dengan formalin larutan

tidak mengalami pembentukan endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan

dengan teori karena bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi

oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami

reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi.

Pada percobaan ini aseton yang ditambahkan pereaksi benedict warna menjadi

lebih pekat sedangakan formaldehid yang ditambahkan pereaksi benedict tidak

terjadi perubahan.

Menurut literatur, uji inimemberikan hasil positif jika didapat endapan Cu2O

berwarnamerah bata pada aldehid dan pada keton tidak terdapat endapan merah

bata karena keton tidak mempunya aton hidrogen yang menempel pada atom C

yang mengikat atom O.

13

Page 14: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

4. Uji Ammonia

Dalam uji ini, menggunakan amonia yang bereaksi dengan senyawa aldehida

dan keton yakni formaldehida dan aseton. Langkah awal yang adalah HCHO

kemudian ditambahkan NH3 pekat timbul uap putih saat dipanaskan dan terdapat

kristal putih. seton yang ditambahkan NH3 pekat timbul uap putih saat pemanasan

Menurut literatur yang menghasilkan perubahan warna menjadi merah muda,

dan setelah dipanaskan menghasilkan endapan yang berwarna endapan putih

heksametilentetraamina (urotropin) dengan persamaan reaksi :

6HCHO + 4NH3 6H2O + (CH2)6N4

Langkah kerjanya yang sama seperti diatas tetapi ditambahkan aseton

sehingga menghasilkan warna bening dan dipanaskan terbentuk endapan putih,

dari percobaan di atas itu menandakan bahwa adanya positif senyawa aldehida.

5. Uji NaOH

Aldehida- aldehida yang tidak mempunyai atom H α jika bereaksi dengan

basa kuat seperti NaOH dan lain-lainya mengalami oksidasi dan reduksi serentak.

Sebagaimana diketahui, oksidasi suatu aldehida menghasilkan suatu asam

karboksilat dan hasil reduksinya, suatu alkohol primer karena reaksi dalam

lingkungan basa kuat, maka asam karboksilat yang terbentuk langsung bereaksi

dengan basa kuat tersebut sehingga terjadi garam seperti pada reaksi HCHO dan

basa kuat (NaOH)

Dengan menggunakan sodium hidroksida akan menandakan adanya

aldehida atau tidak , pada percobaan ini formaldehida (HCHO), yang tidak terjadi

perubahan warna begitupun setelah dididihkan tidak terjadi perubahan warna

14

Page 15: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

hanya bereaksi lebih cepat dari aseton dan timbul uap putih dengan persamaan

reaksi sebagai berikut :

2HCHO + NaOH CH3OH + HCOONa

Setelah itu, caranya sama seperti langkah pertama tetapi ditambahkan

beberapa tetes aseton yang menghasilkan warna dari bening menjadi kuning

kecoklatan, kemudian dipanaskan timbul gelembung gas, namun waktu

pembentukannya sangat lama.

6. Uji 2,4-DNPH

Uji aldehid dan keton yang menggunakan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin dan

sampel aseton dan benzaldehida. semua senyawa aldehid dan keton akan

menghasilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum

digunakan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dan keton.

Dari hasil pengamtan aseton ditambahkan 2,4-DNPH Larutannya berubah

warna dari kuning menjadi hijau, beraroma alpukat. Sedangkan ditambahkan

formaldehid Larutannya berwarna kuning kebeningan.

Menurut literatur Uji ini akan memperlihatkan adanya ikatan rangkap O dan

C. Uji positif akan ditandai dengan larutan yang berwarna kuning, jingga atau

merah dan terdapat endapan. Jika padatan yang terbentuk berukuran kecil maka

larutan akan berwarna kuning, sedangkan jika padatan berukuran besar maka

larutan akan berwarna mendekati merah. Baik pada aldehid maupun keton, uji ini

akan menunjukkan hasil positif.

2,4-dinitrofenilhidrazin sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH.

Larutan 2,4- dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam sulfat

dikenal sebagai pereaksi Brady. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

15

Page 16: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

7. Reaksi dengan Na-Bisulfit

            Pada percobaan ini menguji sampel dengan tahap yang berbeda. Aldehid

dan keton dengan jumlah atom karbonil yang kecil dapat melakukan reaksi adisi

dengan melarutkan larutan Natrium Bisulfit menghasilkan lapisan putih. Hasil

reaksi ini jika bereaksi dengan asam akan membentuk senyawa karbonil kembali,

sehingga reaksi ini dapat digunakan untuk memisahkan senyawa karbonil.

Pada percobaan ini Natrium Bisulfit yang direaksikan dengan asetaldehid

didinginkan dalam es tebentuk kristal kecil, aroma buah-buahan reaksi hanya

samapi dikeringkan tidak dilakukan penambahan 10 ml Na-bikarbonat karena

bahan habis

Menurut literatur pada asetaldehid yang merupakan golongan aldehid.

Kemungkinan kurangnya senyawa natrium bisulfit yng ditambahkan sehingga

kurang kuat untuk memutus ikatan rangkap C═O walaupun asetaldehid memiliki

gugus metil keton dan menyebabkan reaksi adisi tidak berpengaruh pada

asetaldehid.

Aldehid dan keton dapat mengalami adisi sebab memiliki ikatan rangkap

C═O yang dapat diputus dan diadisi dengan senyawa lain. Dalam hal ini,

putusnya ikatan rangkap C═O yang kemudian diadisi dengan Na-Bisulfit. Pada

golongan eter tidak dapat diadisi sebab tidak mempunyai ikatan rangkap yang

dapat diputus sehingga pada percobaan ini, eter tidak bereaksi.

            Reaksi adisi Natrium Bisulfit, nukleofil menyerang atom karbon pada

ikatan ganda dua karbon oksigen karena karbon mempunyai muatan positif

parsial. Selain itu, adanya guus metil keton juga mempengaruhi dapat atau

tidaknya suatu senyawa diadisi. Asam-asam merupakan katalis pada adisi

nukleofil lemah pada senyawa karbonil melalui protonasi atom O.    

Reaksi dalam keadaan dingin ternyata memperlambat reaksi. Menurut

teori, reaksi adisi berjalan cepat padas saat suhu meningkat, sedangkan pada suhu

yang rendah, reaksi akan berjalan lambat. Dengan melakukan dua perlakuan pada

sampel, praktikan dapat membandingkan hasil pengamatan yang didapat.

16

Page 17: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

8. Polimerisasi

Pada percobaan ini tidak mengalami perubahan saat di tambahkan asam sulfat

pekat setelah ditambahkan air, campurannya terlihat seperti air-minyak(tidak

bercampur), dikocok larutannya menjadi putih susu dan setelah diamati terdapat

gumpalan kuning.

Menurut literatur reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-

monomer menjadi sebuah polimer. Pada reaksi polimerisasi zat-zat yang

direaksikan asetaldehida 1:1 2 ml ditambah 2 ml NaOH dan setelah direaksikan

kita mendapat hasil reaksi yaitu warna kuning pucat, bau tajam seperti balon

(aromatik), dan terdapat endapan.

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

Perbedan antara senyawa aldehid dan keton adalah aldehida dapat dioksidasi

dan menghasilkan suatu asam karboksilat, namun keton tidak dapat

dioksidasi. Selain itu, aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens,

sedangkan keton tidak dapat bereaksi.

2. Pada percobaan uji tollens, terbentuk endapan kaca perak pada tabung

reaksinya. Hal  menunjukan bahwa glukosa, fruktosa, dan formaldehid

tersebut tergolong aldehid. Sementara pada aseton, tidak terjadi apa-apa,

Artinya aseton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut

menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton.

5.2 Saran

Diharapkan dalam praktikum ini para praktikan menggunakan sarung

tangan dan masker, karena NH4OH yang digunakan berbau sangat menyengat dan

berbahaya. Pada percobaan ini karena bahan yang digunakan memiliki sangat

menyengat sehingga sangat penting jendela laboraturium di buka dan keran air di

nyalakan agar kelembaman udara terjaga.

17

Page 18: LAPORAN SENYAWA KARBONIL

VI. Daftar Pustaka

Fessenden dan Fessenden.1990. Kimia Organik, Jilid 2.Jakarta:Erlangga

Fessenden dan Fessenden.1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:Erlangga

Petrucci.1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:Erlangga

Respah, 1986. Pengantar Kimia Organik.Jakarta: Aksara Baru

Riawan.1989. Kimia Organik.Jakarta:Bina Rupa Aksara.

Tim dosen, 2004. Kimia Dasar II. Makassar:UNHAS

Wilbraham, 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.Bandung:ITB

18