Laporan Seminar Akhir KLPK 5

108
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indikator keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan dirumah sakit, bahkan Huber (Nurdjanah, 2009) melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Sedangkan menurut Gillies dalam Nursalam (2014) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran digunakan untuk menggaji perawat. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian WHO (2007), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan perawat Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pelaksanaan praktek keperawatan, menggunakan salah satu metode penugasan yang strategis dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan

description

laporan seminar akhir

Transcript of Laporan Seminar Akhir KLPK 5

Page 1: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas

utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan

dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan

perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan

memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.

Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu

indikator keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah

sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai

dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya

pelayanan dirumah sakit, bahkan Huber (Nurdjanah, 2009) melaporkan bahwa

70% tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Sedangkan menurut

Gillies dalam Nursalam (2014) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga

keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran

digunakan untuk menggaji perawat. Kualitas asuhan keperawatan dapat

mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat

yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian WHO

(2007), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan

fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban

kerja dan masih mengalami kekurangan perawat

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat

ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi

perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pelaksanaan

praktek keperawatan, menggunakan salah satu metode penugasan yang

strategis dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Dan

perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan

Page 2: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

2

tingkat ketergantungan, metode penugasan dalam pemberian asuhan

keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan

jumlah tenaga keperawatan.

Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun

mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang

menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit

swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan

memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara

beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu, untuk memenangkan

persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan

kepuasan pada klien.

Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan

keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

mempunyai armada terbesar dalam pelayanan kesehatan disuatu rumah sakit

sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan

strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Salah satu faktor utama untuk meningkakan kualitas pelayanan keperawatan

adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya

manusia.

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat

ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi

perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan

yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan.

Perencanaan yang baik dapat mempertimbangkan klasifikasi pasien

berdasarkan managemen tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan

keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan

jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager

Page 3: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

3

keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga

keperawatan di satu unit rumah sakit.

Oleh karena itu, dalam memenuhi tahapan managemen dengan

melaksanakan pelayanan keperawatan yang berkualitas sehingga kami

mengadakan praktek managemen keperawatan sebagai program akhir

perkuliahan di PSIK FK Unhas (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin) yang dilaksanakan di Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo Makassar ruangan Lontara 1 Atas Depan. Rumah sakit

ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia yang telah meraih

akreditasi international (JCI) saat tahun 2014 yang lalu dimana dalam

mencapai hal itu RS Wahidin Sudirohusodo telah melakukan berbagai

persiapan mulai dari sarana dan prasarana, manajemen rumah sakit, serta yang

menjadi hal utama terkait dengan pelayanan kepada pasien harus dilakukan

sesuai dengan standar international dan dapat dikatakan bahwa RS Wahidin

Sudirohusoda sangat baik sebagai tempat dalam melaksanakan praktek

manajemen keperawatan dengan melihat keberhasilan yang diperoleh terutama

dalam hal manajemen yang merupakan sebagai dasar atau tombak utama

terbentuknya rumah sakit yang bertaraf international dan dapat membedakan

perubahan yang terjadi di rumah sakit ini dari awal terbentuk hingga sekarang.

B. Rumusan Masalah

Setelah meninjau latar belakang diatas dapat kita ambil suatu

masalah yang dapat kita angkat sesuai dengan judul makalah ini, yakni

Bagaimana sebenarnya pelaksanaan manajemen keperawatan di RS. Wahidin

Sudirohusodo Makassar yang telah meraih standar international dan

pelaksanaannya di setiap ruangan, yakni Lontara 1 Atas Depan sebagai lokasi

pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan.

Page 4: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

4

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu melaksanakan

praktek manajemen keperawatan di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar

ruangan Lontara 1 Atas Depan.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan laporan ini bermanfaat sebagai pengembangan pelayanan

manajemen keperawatan, yang berfokus pada:

1. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

2. Membantu keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

3. Adanya manajemen akan berguna untuk mencapai efisiensi dan efektivitas

serta menjaga keseimbanagan dari berbagai tujuan.

Page 5: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Sebelum terbentuknya RSUP Dr. wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya

pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua (2) bangsal

rumah sakit jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1942 sebagai bangsal bedah

dan penyakit dalam yang merupakan cikal bakal berdirinya Rumah Sakit

Umum Dadi. Pada awalnya ditahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan

Lanto Dg. Pasewang No. 43 Makassar ini berfungsi sebagai rumah sakit

pemda Tingkat 1 Sulawesi Selatan, yaitu rumah sakit yang manajemennya

diatur oleh pemerintah daerah sulawsi selatan. Hingga pada tahun 1992 rumah

sakit dadi menjadi rumah sakit dengan klasifikasi B. Pengembangan

pembangunan rumah sakit inipun dipindahkan ke Jl. Perintis Kemerdekaan

Km. 11 Makassar, Berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit Vertical

milik departemen kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan

R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit

pendidikan serta sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan timur

Indonesia.

Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana dan pada tahun 1998

dikeluarkan Undang – Undang No. 30 Tahun 1997 berubah menjadi unit

Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak ( PNBP ). Dengan terbitnya

peraturan pemerintah R.I. No. 125 tahun 2000, RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo beralih status kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan

(PERJAN).

Page 6: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

6

Pada dasarnya nama RSUP Wahidin Surdirohusodo pun memiliki

sejarah dimana pada tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan

Nasional bangsa Indonesia, sekaligus juga sebagai peringatan Hari Bakti

Dokter Indonesia yang pada hari itu didirikan organisasi Boedi Oetomo oleh

Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, Soeleman, dll.

Mereka adalah pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)

atau sekolah dokter jawa, yang mempunyai cita-cita untuk mengangkat derajat

bangsanya dari “cibiran” kaum penjajah. Bahkan berdirinya pun di salah satu

ruangan gedung STOVIA, yang sekarang menjadi kampus FKUI Jakarta.

Sekolah kedokteran STOVIA menjadi saksi betapa siswa-siswa sekolah

kedokteran turut ambil bagian bagi perjalanan sejarah bangsa ini. Minggu, 20

Mei 1908, pukul 9 pagi di ruang kuliah anatomi, sebuah perkumpulan

bernama Boedi Oetomo berdiri. Perkumpulan ini lahir di atas kesadaran para

pendirinya, betapa penjajahan melahirkan kebodohan, kemelaratan, dan

penderitaan bagi rakyat. Maka, kemajuan perlu dikejar salah satunya dengan

pendidikan. Hanya dengan kepandaian dan kecerdasan cita-cita luhur sebuah

bangsa dapat diperjuangkan. Cukuplah bangsa Indonesia direndahkan

martabatnya oleh bangsa lain dalam hal ini penjajah sebagai bangsa yang

bodoh dan dapat diambil keuntungan sebanyak-banyaknya.

Apa yang diusahakan Soetomo dan rekan-rekannya tidak terlepas dari

idealisme seorang Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dokter yang telah pensiun ini

menjadi pimpinan redaksi surat kabar "Retnodhumilah" tahun 1901-1906.

Melalui surat kabar tersebut, Wahidin selalu berusaha membangkitkan

pengertian golongan priyayi Bumiputera agar memberikan bantuan pada

rakyat untuk meningkatkan kecerdasan mereka. Caranya adalah dengan

membentuk Studiefonds atau dana pendidikan. Sekolah-sekolah yang sudah

ada berdiri lebih ditujukan untuk kepentingan Belanda, yang membutuhkan

tenaga yang dapat membaca dan menulis dikarenakan jika harus selalu

mendatangkan tenaga dari Belanda maka memiliki ongkos yang terlalu besar.

Wahidin sendiri adalah lulusan Sekolah Dokter Jawa Weltevreden dan

Page 7: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

7

selanjutnya menjadi asisten dosen di almamaternya. Meski suaranya

menghimbau kalangan pribumi cukup keras melalui tulisan-tulisannya, namun

Wahidin merasa seruan tersebut tidak membuahkan hasil. Wahidin pun

mencoba cara lain, yaitu dengan terjun langsung ke lapangan

mempropagandakan cita-citanya ke kalangan para bangsawan atau priyayi-

priyayi bumiputera. Ia pun mengadakan perjalanan keliling Jawa menemui

kalangan elit masyarakat, mengajak mereka ikut aktif memikirkan pendidikan

bangsa yang masih rendah tingkat kecerdasannya. Ia membiayai sendiri

perjalanannya tersebut. Akhir tahun 1907, dalam perjalanan menuju Banten,

Wahidin singgah di Stovia. Ia memaparkan cita-citanya kepada R. Soetomo

dan M. Soeradji dan kedua siswa STOVIA tersebut sangat terkesan oleh

segala upaya Wahidin. Dari pertemuan inilah Soetomo semakin terbakar untuk

mendirikan Boedi Oetomo.

Apa yang dilakukan Dr.Wahidin Sudirohusodo, menunjukkan

bagaimana peran seorang dokter yang berjuang ikhlas untuk kepentingan

bangsanya meski untuk itu ia menghabiskan harta kekayaannya, dan

perjuangan beliau dapat direfleksikan pada kondisi kekinian khususnya bagi

komunitas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dimana kepedulian

terhadap kondisi kesehatan masyarakat, berupa tingginya penyakit-penyakit

infeksi seperti TB,AIDS & flu-burung, makin meningkatnya kasus penyakit

metabolik & kanker, masih tingginya angka kematian ibu & bayi serta kondisi

rawan bencana alam khususnya di wilayah indonesia timur, tetap menjadi

fokus utama bagi kita semua. Perhatian dan kepedulian itu tidak cukup hanya

dengan optimalisasi pelayanan di dalam rumah sakit namun juga keluar

tembok rumah sakit dalam meningkatkan tanggung-jawab pembinaan terhadap

rumah-sakit rumah sakit daerah.

B. Visi Misi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana

RSUP. Dr.. Wahidin Sudirohusodo harus dibawa dan berkarya secara

Page 8: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

8

produktif, inovatif konsisten serta antsipatif terhadap perubahan. Visi tidak

lain adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang

berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Dengan mengacu pada batasan

tersebut, visi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah: “Menjadi Rumah

Sakit Bertaraf Internasional pada tahun 2015”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo

mencanangkan 3 misi sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan

terjangkau

2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang berkualitas

3. Menyelenggarakan usaha lain yang menunjang kegiatan pelayanan dan

pendidikan. Dan untuk memotivasi organisasi agar dapat mewujudkan

tujuannya, maka RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo membuat moto

yaitu “Dengan Budaya Sipakatau Kami Melayani dengan Hati”

C. Struktur Organisasi

Pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam

suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar

tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu

yang berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu struktur organisasi

maka tugas dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketaui

dengan jelas dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi

dapat bekerja bersama- sama secara harmonis. Untuk mencapai keberhasilan

yang diharapkan, struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu unsur

yang menentukan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan perusahaan.

Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur

maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan sehingga

usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Struktur

organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu melaksanakan

Page 9: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

9

pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian

dengan bagian lainnya, baik pada tingkat manajemen atas, menengah, maupun

tingkat bawah. Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang

sesuai dengan sifat dan jenis usahanya.

Pada gambar berikut ini kita akan dapat melihat bentuk struktur

organisasi dari RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo:

Gambar 3.1 Bagan Stuktur Organisasi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

DEWAN

PENGAWAS

DIREKTUR

UTAMA

DIREKTUR

SARANA

DAN SDM

DIREKTUR

ADMINISTRASI

DAN

KEUANGAN DIREKTUR

PELAYANAN

DAN

PENDIDIKAN

DIREKTUR

PERENCANAAN

PENGEMBANGAN

DAN FARMASI

UNIT PELAYANAN

DAN INSTALASI

DIVISI

DIVISI

DIVISI

DIVISI

Page 10: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

10

Adapun Kegunaan dari pembagian tugas dalam sebuah organisasi/

perusahaan adalah :

1. Untuk menghemat waktu dan tenaga.

2. Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian.

3. Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.

4. Mempermudah pelaksanaan kerja.

Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing

komponen organisasi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo:

1. Direktur Administrasi dan Keuangan

Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama

dalam hal memonitor seluruh arus keuangan perusahaan dan sistem administrasi

rumah sakit, pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya.

2. Direktur Pelayanan dan Pendidikan

Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama

dalam hal penyusunan rencana kerja bidang pelayanan dan pendidikan,

pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya, penyelenggaraan kegiatan

pendidikan formal dan non formal bagi pegawai serta kegiatan penelitian seluruh

bidang keilmuan, baik medis, keperawatan, maupun manajemen administrasi,

pelaksanaan evaluasi hasil dan monitoring

3. Direktur Sarana dan SDM

Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama

dalam hal mengkoordinasikan divisi-divisi bagian pendidikan dan pelatihan,

penelitian, bagian sumber daya manusia dan bagian Sarana dan Prasarana Medik

dan Non Medik.

4. Direktur Perencanaan Pengembangan dan Promosi

Page 11: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

11

Mempunyai tanggung jawab kepada Direktur Utama untuk melakukan

pengembangan RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang tidak hanya

dilakukan dengan peningkatan pelayanan namun mempromosikan rumah sakit

dengan membangun citra yang baik dimana menjadikan RSUP.Dr.Wahidin

Sudirohusodo sebagai salah satu rumah sakit yang bertaraf Internasional.

5. Direktur Utama

Bertanggung jawab langsung kepada Dewan Pengawas.Dalam melaksanakan

tugasnya, direktur utama membawahi 4 direktur. Direktur utama bertugas untuk

memonitor jalannya operasional perusahaan.

6. Dewan Pengawas

Mempunyai tugas mengawasi seluruh kinerja RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

dalam mencapai tujuan.

Adapun pelayanan RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar, yaitu sebagai

berikut:

1. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan ditunjang poliklinik spesialis dan sub spesialis yang

ditangani oleh 195 dokter ahli meliputi pelayanan Bedah Umum, Bedah Tumor,

Bedah Anak, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Kardiologi, Anak.

Berikut penjelasannya:

- Penyakit dalam meliputi paru-paru, endokirin, saluran cerna,

hematologi, onkologi, reumatologi dan geriatric

- Kebidanan dan Kandungan meliputi Obsterti umum, Ginekologi,

Infertil, Fetomaternal, Urogenital, Onkologi, THT, Mata, Kulit dan

Kelamin, Gigi dan Mulut, Neurologi, dan Jiwa.

Page 12: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

12

Bagi pasien yang mempunyai waktu terbatas dan menginginkan dilayani

oleh dokter yang diinginkan, disediakan Poliklinik Perjanjian. Kemudian terdapat

General Check Up disediakan untuk memonitor tingkat kebugaran dan dapat

mendeteksi dini adanya penyakit-penyakit yang diidap oleh pasien. Fasilitas lain

yang dimiliki adalah pelayanan nefrologi dan urologi yang menyediakan fasilitas

cuci darah (hemodialisa) untuk pasien gagal ginjal.

2. Pelayanan Rawat Inap

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai segmen, telah

disediakan 600 tempat tidur mulai dari kelas 3 hingga pelayanan super VIP yang

didukung dengan berbagai kemudahan pelayanan antara lain :

- Customer Information yang akan memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh pelanggan.

- Customer Admission yang akan mengurus kebutuhan administrasi

pelanggan.

- Customer Care yang akan membantu menangani berbagai keluhan

pelanggan.

- Customer Relation yang akan memelihara hubungan dengan pelanggan

dan bagi pelangan yang memilih pelayanan super VIP maka pelanggan

dapat memilih dirawat oleh dokter ahli yang diinginkan.

3. Pelayanan Rawat Darurat

Pelayanan rawat darurat terletak disebelah kiri pintu utama yang

memberikan pelayanan cepat dan professional oleh tim dokter dan paramedic

yang bersertifikat penanganan life saving serta dilengkapi dengan dokter ahli yang

siap 24 jam yang meliputi 7 spesialisasi. Pelayanan Medis Gawat Darurat yang

meliputi:

- Gawat Darurat Bedah

- Gawat Darurat Non Bedah

- Gawat Darurat Obstetri Gynekology

- Gawat Darurat Pediatric

Page 13: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

13

- Pelayanan Khusus meliputi Pelayanan Penanggulangan Gawat Darurat

Bencana oleh tim BSB (Brigade Siaga Bencana) serta Tim Siaga untuk

pejabat Negara dan tamu Negara yang sesuai dengan aturan yang

ditentukan.

- Pelayanan Gawat Darurat juga dilengkapi dengan 5 kamar operasi

untuk menangani pasien yang memerlukan tindakan operasi

emergensi, serta pelayanan penunjang yang siap 24 jam sperti CT

Scan, Radiodiagnostik lainnya, Laboratorium serta Bank Darah.

4. Pelayanan Intensif

Pelayanan Intensif untuk semua pasien baik pasien dewasa pada ICU

(Intensive Care Unit) maupun pasien anak pada PICU (Pediatric Intensive Care

Unit). Unit ini dilengkapi dengan sarana yang lengkap dan mutakhir seperti

ventilator dengan berbagai mode, terapi titrasi serta pelayanan terbaru saat ini

yaitu terapi kontinyu pengganti fungsi ginjal (CRRT) dengan dokter jaga 24 jam

dengan kualifikasi konsultan intensive care (KIC) serta pasien mendapatkan

pemantauan hemodinamik invasive dan non invasive secara ketat oleh perawatan-

perawatan yang professional.

5. Pelayanan Bedah Sentral

Pelayan ini memiliki 10 kamar operasi yang didukung oleh 52 dokter ahli

dari 12 jenis keahlian yaitu:

- Bedah Saraf - Bedah Thorax / Jantung

- Bedah Anak - Bedah Umum / Vasculer

- Bedah Tumor - Bedah Urologi

- Bedah Orthopedi - Bedah Obgyn

- Bedah Plastik - Bedah THT

- Bedah Digestif - Bedah Mata

Pelayanan ini juga didukung oleh 6 ahli anastesi, tenaga paramedic terlatih

serta peralatan peralatan yang canggih antara lain mesin anastesi yang modern

dengan monitor invasive dan non invasive, microscope untuk bedah mikro, bedah

laser untuk operasi mata, peralatan bedah endoscopy untuk berbagai bidang

seperti ; THT, Urologi, Ortopedi, Obgyn dan Digestif.

Page 14: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

14

6. Pelayanan Rehabilitasi Medik

Pelayanan rehabilitasi medic melaksanakan pelayanan secara tim yang

dipimpin oleh dokter ahli rehabilitasi medik dan dibantu dengan tenaga fisioterapi,

tenaga ocupasy therapy, tenaga speech therapy serta tenaga orothetic prosthetic.

Pelayanan ini juga dilengkapi dengan peralatan canggih untuk memberikan

pelayanan rehabilitasi seperti:

- Rehabilitasi Musculoskeletal

- Rehabilitasi Penyakit Paru-Paru

- Rehabilitasi penyakit Neuromuskuler

- Rehabilitasi Cardiovascular

- Rehabilitasi Anak.

7. Pelayanan Laboratorium

Pelayanan Laboratorium ini berfungsi sebagai penunjang diagnostik

memberikan pelayanan hematologi dan bank darah, kimi klinik, imunlogi, cairan

tubuh, mikrobiologi, parasitology, serta pelayanan patologi anatomi. Pelayanan ini

menyediakan pelayanan 24 jam yang didukung oleh tenaga yang terampil,

peralatan yang canggih dengan internal quality control yang ketat.

8. Cardiac Center

Cardiac center memberikan pelayanan terpadu tentang masalah – masalah

penyakit jantung da pembulu darah untuk pasien anak dan dewasa yang meliputi

penanganan kegawatdaruratan jantung, rawat jalan untuk pasien penyakit jantung

dan penanganan intensif (ICCU).

Cardiac Center dilengkapi dengan peralatan penunjang yang canggih

seperti tread mill. Echocardiography, dan cateterisasi jantung yang dapat

mendeteksi dini berbagai kelainan pada jantung dan pemasangan stent untuk

melebarkan pembuluh nadi tanpa operasi.

9. Pelayanan Radiologi

Pelayanan radiology memberikan pelayanan radio imaging serta pelayanan

radiotherapy. Pelayanan ini memiliki 15 orang tenaga ahli radiology dan

radiotherapy serta ditunjang dengan alat-alat canggih seperti: CT Scan, MRI,

Mammography, USG, After loading dan C.arm

Page 15: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

15

10. Pelayanan Farmasi

Instalasi farmasi menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan :

- Peracikan obat

- Penyimpanan dan penyaluran obat – obatan dan bahan kimia ke unit-

unit pelayanan

- Penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan, dan alat

kesehatan lainnya ke unit – unit pelayanan

- Pelayanan kefarmasian untuk pasien

- Penyuluhan obat ke masyarakat rumah sakit

Jumlah tenaga kerja yang tersedia yaitu 2 orang spesialis farmasi

rumah sakit, 21 orang apoteker, 40 orang asisten apoteker serta dibantu

beberapa tenaga administrasi.

Instalasi ini dalam pengembangan penerapan system

pharmaceutical careyaitu pelayanan kefarmasian di ruang rawat inap

dan rawat jalan yang meliputi drug history, unit dose, pemantauan zero

defect, pemantauan pemakaian obat, informasi obat dan konseling obat

pasien. Pelayanan tersebut ditunjuk agar pasien mendapatkan

informasi yang jelas mengenai obat – obatan yang di gunakan atau

dikonsumsinya sehingga membantu efektivitas pengobatan secara

optimal.

11. Pendidikan dan Pelatihan

Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi SDM rumah sakit baik untuk

tenaga medis, paramedic dan non medis serta melaksanakan pelatihan bagi tenaga

kesehatan di kawasan Indonesia timur.

12. Pelayanan laundry

Untuk mendukung pelayanan medis di rumah sakit, pelayanan laundry

menyiapkan berbagai keperluan linier dan laundry pada unit pelayanan dan satuan

pelayanan baik untuk kebutuhan rawat jalan, rawat inap, ICU maupun COT.

Page 16: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

16

D. Struktur Manajemen

1. Definisi Tenaga Keperawatan

Pengelolaan tenaga keperawatan adalah pengaturan, mobilisasi

potensi, proses motivasi, dan pengenbangan sumber daya manusia dalam

memenuhi kepuasan dalam karyanya. Keputusan yang diambil tentang

ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut oleh

pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja, misalnya,

pandangan tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga

keperawatan. Dari pandangan dasar Tersebut akan terbentuk pola tenaga

kerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.

2. Tahap-Tahap Pengelolaan Tenaga Kerja Keperawatan

a. Perekrutan Dan Seleksi Tenaga Kerja

Perekrutan dan seleksi tenaga kerja menerima pegawai adalah

tugas yang sulit dan dapat menyebabkan kecemasan. Akan tetapi disatu

sisi hal ini merupakan kesempatan penting untuk mengadakkan

perubahan dan pengembangan staf. Langkah pertama pada perekrutan

adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini

tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis kualifikasi, melainkan

juga kualitas individu harus sesuai dengan pekerjaaan dan susunan.

Tujuan organisasi dalam usaha perekrutan jangan tergesa-gesa karena

dapat mengakibatkan hasil seleksi yang tidak memuaskan. Selain itu,

tempat penempatan tenaga kerja harus sesuai dengan kondisi kerja yang

efisien.

Dalam perekrutan, ada lima kriteria yang perlu diperhatikan,

kriteria yang dimaksud yaitu :

a. Profil keperawatan saat ini

b. Program perekrutan

c. Metode perekrutan

d. Program pengembangan tenaga baru

Prosedur penerimaan, yang melalui tahap seleksi, penentuan

kualifikasi dasar seleksi, proses seleksi dan prosedur lamaran. Selain

Page 17: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

17

kriteria perekrutan diatas, hal-hal lain yang harus diperhatikan aadalah

sebaagai berikut:

1) Data biografi, berisikan riwayat personal calon, latar belakang

pendidikan, riwayat dan pengalaman kerja serta data lain yang

dapat menunjang.

2) Surat rekomendasi atau referensi dari perusahaan atau instasi

dimana calon bekerja sebelumnya.

3) Wawancara, untuk mencari informasi, memberi informasi, dan

menentukan apakah calon memenuhi persyaratan untuk posisi

tertentu.

4) Psikotes untuk mengetahui tingkat pengertahuan, ketrampilan,

bakat dan sikap umum calon.

b. Orientasi Tenaga Keperawatan

Orientasi dan pengembangan dalam kaitannya dengan perekrutan,

yaitu:

a) Orientasi institusi, yang melibatkan penjelasan tentang:

1) Misi tentang rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik rumah

sakit atau organisasi

2) Struktur dan kepemimpinan

3) Kebijakan personalia,evaluasi kerja, promosi,cuti dan lain

sebagainya

4) Prilaku yang diharapkan,pengembangan staf daan prograam

pembinaan yang ada

5) Hubungan antar karyawan daan hubungan dengan pimpinan

b) Orientasi pekerjaan yang melibatkaan tindakan untuk :

1) Memahami tujuan bagi keperawatan dan bagimana tujuan

diterjemahkan kedalam deskripsi pekerjaaan

2) Memahami tujuan keperawatan dalam hubungannya dengan

tujuan individu

3) Menciptakan hubungan interpersonal

4) Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan pekerjan yang ada

Page 18: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

18

5) Melakukan orientasi tempat,fasilitas dan perlengkapan yang

ada.

Pengembangan Staff

Pengembangan staf, yang berlaku sesudah orientasi. Hal ini

dilakukan untuk melanjutkan edukasi secara bebas dan

mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang dengan

estetiks,teknis dan pendidikan profesional.

c. Penghargaan

Penghargaan yang bisa diberikan pada pegawai/karyawan, berupa :

1. Promosi kenaikan pangkat

a) Merupakaan reward untuk individu yaang berprestasi atau

kesempatan pengembangan.

b) Mempertimbangkan senioritas

Manfaat dari promosi yaitu :

a) Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi

b) Menciptakan keseimbangan

c) Memotivasi.

2. Mutasi, yaitu pemindahan dari suatu pekerjaan atau jabatan lain

Tujuan dari mutasi yaitu :

1) Pengembangan

2) Mengurangi kejenuhan

3) Reorganisaasi

4) Memperbaiki penempatan tenagaa kerja yaang kurang cocok

5) Memberi kepuasn kerja danMemperbaiki kondisi kesehatan.

3. Hambatan Dalam Ketenagakerjaan

Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasanya muncul adalah:

1. Absensi (Kariawan Tidak Masuk Kerja)

Hal ini merupakan kehilangan waktu yang mengakibaatkan kerugian

secara kualitas dan ekonomi bagi instasi:

a. Persentase absensi

b. Jumlah hari kerja yang hilang

Page 19: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

19

c. Jumlah hari kerja efektif

Rata-rata frekuensi absensi per tahun :

1) Total hari absen

2) Rata-rata jumlah karyawan

Faktor absensi (tidak masuk kerja) biasanya karena tempat tinggal

jauh, kelompok karyawan yang banyak dan sakit.

a. Pola absensi

b. Sering-pendek-pendek

c. Jarang- panjang

d. Hari-haari tertentu.

Cara mengurangi absensi:

a. Menerapkan sistem pencatatan

b. Melakukan kunjungan rumah

c. Memperhatikan kesejahteran karyawan

d. Meningkatkan kondisi tempat kerja

e. Memperbaiki suasana kerja

f. Menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yng tidak

pernah atau sedikit absensinya.

2. Keluar Masuknya Tenaga Kerja (Turn - Over)

Penghitungan dalam mengurangi turn-over dapat dilakukan pada

waktu :

a. Proses penerimaan karyawan

b. Peningkatan penugasan

c. Perubaahan job-description

d. Pengembangan

e. Jumlah tenaga kerja yang keluar

f. Jumlah tenaga kerja dalam unit

3. Kejenuhan ( Burn - Out)

Merupakan keadaaan dimana karyawaan merasa kemampuan dirinya

semaakin kurang dan kerja keras menjadi kurang produktif. Hal itu

biasanya disebabkan oleh:

Page 20: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

20

a. Peran dan fungsi yang kurang jelas

b. Perasaan terisolasi

c. Beban kerja berlebihan

d. Terlalu lama disuaatu bagian.

4. Pengembangan Staf

Tujuannya adalah membantu individu untuk meningkatkan diri dalam

pengetahuan, keterampilan serta pengalaman dibidangnya melalui kegiatan

pendidikan berkelanjutan, prograam pelatihan dan lain sebagainya. Berbagai

macaam pengembangan penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan baik

pelatihan maupun pendidikan yang bermaanfaat untuk pekerjaaan, pengetahuan,

ketrampilan, serta sikap perawat.

Kegiaatan ini meliputi:

1. Pelatihan awal (introduction training) untuk karyawan baru

2. Orientasi pendidikan dalam pengerjaan (education on-the job)

3. Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun non formal.

Pengaturannya :

a. Di RS yang besar terdapat pada bagian tersendiri yang ada

kaitaannya pada bagian personalia

b. Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat.

5. Perencanaan Ketenagakerjaan Keperawatan

Merupakan salah satu fungsi utamaa seorang pemimpin organisasi,

termaksud organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi saalah satunya

ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan erat

dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan ketenagaan diunit kerjanya.

Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies

(1994) meliputi hal-haal sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan

diberikan.

b. Menentukan kategori perawat yang akaan ditugskaan untuk

melaksanakan pelayaanaan keperawatan.

Page 21: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

21

c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawaat yaang

dibutuhkan.

d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

e. Melakukan selekssi calon-calon yng ada.

f. Menentukaan tebaga perawt sesuai dengan unit atu shif.

g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

keperawatan.

6. Sistem Penugasan

1) Metode Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan pertama pada saat perang dunia ke-2 . pada

saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka

setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi, misalnya merawat

luka kepada semua pasien di bangsal.

Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

Kelebihan:

a. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,

pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.

Page 22: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

22

b. Perawatan senior menyibukkan diri dengan tugas manejerial

sedangkan perwaatan pasien diserahkan kepadaperawaat junior dan

atau perawat yang belum berpengalaman.

c. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

Kelemahan:

a. Tidak memberikan kepuasab pada pasen maupun perawat.

b. Pelayanan keperaawaatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan

proses keperaawatan.

c. Persepsi perawat cenderung terhadap tindakan yang berkaitan dengan

ketrampilan saja.

2) Keperawatan Tim

Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat

professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan

berdasarkan konsep kooperatif dan kolaboratif. Model ini

menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda.

Sistem ini mempunyai kelebihan daan kekurangan sebagai berikut

Kelebihan:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

c. Memungkinkan komunikasi aantar tim,sehingga konflik mudah

diataasi dan memberi kepuasaan kepada anggotaa tim.

Kelemahaan:

Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk anggota

konferensi tim,yang biasaanya membutuhkanwaktu karna sulit untuk

melaksanakan nya pada waktu – waktu sibuk.

Page 23: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

23

a. Konsep Keperawatan Tim

Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa

poin yang harus dilaksanakan yaitu:

1. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.

2. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4. Peran Kepala ruangan dalam metode ini snagat penting. Artinya,

metode tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh

kepala ruangan.

b. Tanggung jawab anggota tim

Tanggung jawab anggota tim yaitu:

1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada di

bawah tanggung jawabnya.

2. Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim.

3. Memberikan laporan.

c. Tanggung jawab ketua tim

Tanggung jawab ketua tim, yaitu:

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai

tingkat kebutuhan pasien.

4. Mengembangkan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konferensi.

d. Tanggung jawab kepala ruangan

Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi

empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan.

1. Perencanaan

Page 24: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

24

Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan

pada tahap perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah :

- Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing.

- Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.

- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, seperti pasien

gawat, pasien transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama

ketua tim.

- Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, serta

mengatur penugasan/penjadwalan.

- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,

patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program

pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal

ini yang dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan

asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses

keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan

diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi

kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.

- Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan

dan pelatihan diri.

- Membantu membimbing peserta didik keperawatan

- Menjaga terwujudnya visi dam misi keperawatan dan rumah

sakit.

2. Pengorganisasian

Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi :

- Merumuskan metode penugasan yang digunakan

- Merumuskan tujuan metode penugasan

Page 25: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

25

- Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi

dua ketua tim dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat.

- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

- Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.

- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

- Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua

tim.

- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien.

- Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya.

- Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan

3. Pengarahan

Tahap pengarahan meliputi:

- Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

- Member pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas

dengan baik.

- Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.

- Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.

- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

- Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melakukan tugasnya.

- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

4. Pengawasan

a. Pengawasan langsung terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

- Melalui komunikasi

Page 26: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

26

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim

maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien.

- Melalui supervise

Supervisi dapat dilakukan dengan cara:

Pengawasan langsung melalui inspeksi , mengamati sendiri,

atau melalui laporan secara lisan dan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada

saat itu juga.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu, mendengar

laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.

5. Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun

bersama ketua tim.

3) Keperawatan Primer

Adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung

jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawaatan pasien.

Secara garis besar sisstem keperawatan primer memilikiu kelebihan

dan kekurangan sebaagai berikut:

Page 27: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

27

Kelebihan :

a. Bersifat kontinu dan kompeherensif

b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah

sakit (Gillies,1989).

Kelemahan:

Hanya dapat dilaakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang memadai dan kriteria asertif, self

direction,memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yangf

tepat, menguasai keperawatan klinik,akuntabel,serta mampu

berkolaborasidengan berbagai disiplin.

4) Manajemen Kasus

Dalam model ini perawat ditugaskaan untuk melayani seluruh

kebutuhn pasien saat berdinas. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk

perawatan privat atau untuk perawataan khusus seperti ruang isolasi

dan intensive care. Manajemen kasus secara umum mempunyai

kelebihaan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah

Page 28: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

28

Kekurangan:

a. Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar

yang sama.

7. Penjadwalan

Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal atau

unit tertentu. Pertimbangan pimpinan dalam penjadualan:

a. Berapa lama jadwal disiapkan

b. Hari apa kalender penjadwalan mulai

c. Hari libur atau mingguan dapaat dipecah / beruntun

d. Waktu kerja maksimum dan minimum

e. Berapa lama waktu untuk mengajukan libur mingguan /cuti

Prinsip Penjadwalan

a. Keseimbangan kebutuhan tenagaa dan pekerjan serta rekreasi

b. Siklus penjadualan serta jam kerja adil antar staf

c. Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus

d. Bila jadwal sudah dibuat penyimpangan dilakukan melalui surat

permohonan

Page 29: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

29

e. Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit atau shif

f. Jadwal harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan

dan pengembangan kerja tim.

Hal Yang Perlu Diperhatikan pada Penjadwalan

Jadwal dikembangkan bersifat relatif permanen didasarkan kebutuhan.

a. Perawat dapat mengantisipasi waktu libur mereka karna jadwal

dikembangkan untuk kurung waktu 6-12 bulan

b. Perencanaan personeldibuat sesuai dengan alasan daan kenyataan

c. Dapat dimodifikasi untuk antisipasi periode kelebihan beban kerja atau

bersifat sementara untuk memenuhi keadaan emergensi

d. Jadwal dibangun berdasarkanpersetujuan staf dan manejer

e. Pola siklus jadwal dapat merefleksikan kebijakan,kelebihan beban/

menurunnya beban kerja dan pilihan staf.

f. Pola siklus dievaluasisecara periodik untuk memenuhi filosofi,tujuan

dan sasaaran organisasi divisi keperawatan.

8. Permasalahan Staf

Berbagai permasalahn staf yang sering terjadi adalah:

a. Absensi

1) Demografi ; kodrat sebagai wanita (melahirkan,menyusui)

2) Kehidupan pribadi (pengalaman traumatik atau masaalah

keluarga)

3) Kebutuhan seseorang

4) Kebijakaan organisasi

5) Perencanaan dan penjaadwalaan tidak sesuai dengan

keinginannya.

b. Upaya mengatasinya

1) ada daftar hadir

2) pola absen individu

3) pengembangan ketrampilan

4) sistem penghargaan dan

5) sediakan pengobataan.

Page 30: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

30

“Turn – over” (keluar masuk)

Terjadi karna tidak ada kesesuaiaan kebutuhan organisasi terhadap tenaga dengan

kebutuhan tenaga terhadap harga diri, aktualisasi diri, pengembaangan dan lain-

lain.

Faktor-faktor yang berhubungan:

a. Kondisi ekonomi secara umum

b. Kondisi pasaran pegawai setempat

c. Keamanan dan keselamatan kerja

d. Kebijakaan sistem pelayann yang berlaku

Cara mengatasi:

a. Perbaikan uraian kerja

b. Perubahansistem rekruitmen

c. Penempatan yang tepat

d. Program orientasi dan

e. Penjadwalan

“Burn – out” (kejenuhan)

Terjadi karna individu merasa tidak mampu mengatasi maslah aataau tidak

produktif:

a. Tidak yakin terhadaap peran dan tanggung jawabnya

b. Merasa kurang diperhatikan

c. Tidak tahu berbuat apa setelah berupaya semaksimal mungkin

Mengatasi burn-out:

a. Mobilisasi karier

b. Cross training

c. Mobilisasi dinas

9. Sistem Klasifikasi Dan Menentukan Kebutuhan Staf Perawat

Menurut hubert (1996) adalah Pengelompokan pasien sesuai dengan standar

pengkajian pelayanan keperawatan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Gillies

(1994) adalah pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas

pelayanan yang dibutuhkan.

Page 31: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

31

Tujuan klasifikasi pasien :

a. Menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan

b. Menentukan sistem penugasan yang efektif

c. Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawaytan yang sebenarnya

d. Memberi kemampuan pada manajer keperawatan untuk

mengendalikan dan menguasai pelayanan

e. Keberimbangan produkrifitas output dan input.

10. Menentukan Jam Keperawatan

Data klasifikasi pasien, beban kerja dianalisa setiap hari selama seminggu (kritikal

care) untuk menentukan kebutuhan staf. Jumlah jam keperawatan dibutuhkan

pasien sehari adalah jumlah total kebutuhan keperawatan dalam unit dibagi

dengan jumlah pasien. Misalnya: 26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5

jam sehingga rata-rata jumlah jam keperawatan 5,3 jam.

11. Menentukan Kebutuhan Staf Perawat

Berbagai metode perhitungan tenaga perawat dapat digunakan namun

prinsip dasar nya dapat mencakup beberapa hal dibawah ini :

Perhitungan tenaga keperawatan dasar pada :

a. Derajat ketergantungan pasien

b. Kualifikasi pasien (SC, PC, TC, IC)

c. Jumlah jam keperawatan (2,5 jam ; 4,5 jam ; 6-6,5 jam ; 9-10 jam )

d. Efektifitas kerja perawat

e. Dinas pagi 6 jam

f. Dinas sore 7 jam

g. Dinasmalam 9 jam

Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan

beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya sebagai berikut:

a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien

c. Rata-rata hari perawatan klien

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan

Page 32: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

32

f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung

g. Pemberian cuti.

12. Klasifikasi Klien berdasarkan Tingkat Ketergantungan

Menurut Doglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi

klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan

standar sebagai berikut:

a. Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2

jam/hari

1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

2) Makanan dan minum dilakukan sendiri

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift

5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil

6) Perawatan luka swederhana

b. Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan 3-4

jam/hari

1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

3) Ambulasi dibantu

4) Pengobatan dengan injeksi

5) Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat

6) Klien dengan infuse dank lien dengan pleura pungsi

c. Kategori III: Total care/Intensif care, memerlukan 5-6 jam/hari

1) Semua kebutuhan klien dibantu

2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan

3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

4) Makan dan minum melalui selang lambung

5) Pengobatan intravena “perdrip”

6) Dilakukan suction

7) Gelisah/disorientasi

8) Perawatan luka kompleks

Page 33: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

33

Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan

a. Metode Douglas

Douglas (1983, dalam swansburg & swansburg, 1999) menetapkan

jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan

berdasarkan klasifikasi pasien, dimaan masing-masing kategori nilai

standar shiftnya, yaitu sebagai berikut:

Jml

klien

Klasifikasi Pasien

Minimal Parsial Total

Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Dst

Contoh:

Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan

ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan parsial dan 6

orang dengan ketergantungan total.

Maka jumlah perawat yang dibutuhkan:

Minimal Parsial Total Jumlah

Pagi 0,17 x 3 =

0,51

0,27 x 8 =

2,16

0,36 x 6 =

2,16

4,83 (5) orang

Sore 0,14 x 3 =

0,42

0,15 x 8 =

1,2

0,3 x 6 =

1,8

3,42 (4) orang

Malam 0,07 x 3 =

0,21

0,10 x 8 =

0,8

0,2 x 6 =

1,2

2,21 (2) orang

Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang

b. Metode Sistem Akuitas

Kelas I : 2 jam/hari

Kelas II : 3 jam/hari

Kelas III : 4,5 jam/hari

Kelas IV : 6 jam/hari

Page 34: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

34

Untuk tiga kali pergantian shift → pagi : sore : malam = 35% : 35% :

30%

Contoh:

Rata-rata jumlah klien:

1. Kelas I : 3 orang 2 jam/hari = 6 jam

2. Kelas II : 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam

3. Kelas III : 4 orang x 4,5 jam/hari = 18 jam

4. Kelas IV : 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam

Jumlah jam: 60 jam

- Pagi/sore = 60 jam x 35% = 2,625 orang (3 orang)

8 jam

- Malam = 60 jam x 30% = 2,25% orang (2 orang)

8 jam

Jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.

c. Metode Gillies

Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di

suatu unit perawatan adalah sebagai berikut:

Jumlah jam perawatan rata-rata jumlah

Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari

hari/tahun

Jumlah hari/tahun - hari libur jumlah

jam kerja

Masing-masing tiap perawat

Perawat

Jumlah keperawatan yang dibutuhkan/tahun

= jumlah jam keperawatan yang diberikan perawat/tahun

= jumlah perawat di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies:

Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah:

Page 35: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

35

1) Waktu keperawatan langsung (rata-rata 45 jam/klien/hari) dengan

spesifikasi pembagian adalah: keperawatan mandiri (self care) = ¼

x 4 = 1 jam, keperawatan partial (partial care) = ¼ x 4 = 3 jam,

keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 = 4-6 jam dan

keperawatan intensif (intensif care) = 2 x 4 = 8 jam.

2) Waktu keperawatan tidak langusng

- Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari

- Menurut Wolfe & Young (Gillie, 1994) = 60 menit/klien/hari =

1 jam/klien/hari

3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/klien/hari =

0,25 jam/klien/hari

4) Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat disuatu

unit berdasarkan rata-rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate

(BOR) dengan rumus:

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%

Jumlah tempat tidur x 365 hari

- Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari

- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu: 73 hari

(hari minggu/libur = 52 hari) untuk hari sabtu tergantung

kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari

libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya,

hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari.

- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam perminggu

(kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam per

hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per

hari)

- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit

harus ditambah 20% (untuk antisipasi

kekurangan/cadangan)

Page 36: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

36

- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =

55% : 45%

Contoh:

Rata-rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari

Rata-rata = 17 klien/hari (3 orang dengan ketergantungan

minimal, 8 0rang ketergantungan parsial, dan 6 orang

ketergantungan total)

Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6 hari/minggu)

jadi jumlah jam kerja perhari 40 dibagi 6 = 7 7 jam/hari

Jumlah hari libur: 73 hari (52 + 8 (cuti) + 13 libur nasional)

Jumlah jam keperawatan langsung

- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam

- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam

- Katergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam

Jumlah jam = 63 jam

Jumlah keperawatan tidak langsung

17 orang klien x 1 jam = 17 jam

Pendidikan kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari:

63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 jam/klien/hari

Jumlah tenaga yang dibutuhkan:

4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang (15 orang)

(365 – 73) x 7 2044

Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15+3

= 18 orang/hari

Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =

55% : 45% = 10 : 8 orang

d. Metode Swansburg

Contoh:

Page 37: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

37

Pada satu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata-rata perhari

Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam/klien/hari

1) Total jam perawat/hari: 17 x 5 jam = 85 jam

2) Total jam kerja / minggu = 40 jam

Jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu

Jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang.

(jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang)

Menurut Wartsler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),

merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu

hari → pagi : siang : malam = 47% : 36% : 17%

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan / hari = 14 orang

- Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang

- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang

- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang

Page 38: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

38

13. Standar Perlengkapan Ruang Rawat Inap Menurut Depkes 2007

No.

Nama Ruangan Fungsi Besaran Ruang /

Luas

Kebutuhan Fasilitas

1. Ruang Perawatan Ruang untuk pasien yang

memerlukan asuhan dan

pelayanan keperawatan dan

pengobatan secara

berkesinambungan lebih

dari 24 jam.

Tergantung Kelas

& keinginan

desain, kebutuhan

ruang 1 tt min. 7.2

m2

Tempat tidur pasien,

lemari, nurse call, meja,

kursi, televisi, tirai

pemisah bila ada, (sofa

untuk ruang perawatan

VIP).

2. Ruang Stasi Perawat

(;Nurse Station)

Ruang utk melakukan

perencanaan,

pengorganisasian asuhan

dan pelayanan keperawatan

(pre dan post-confrence,

pengaturan jadwal),

dokumentasi sampai

dengan evaluasi pasien

Min. 8 m2

(Ket : perhitungan

1 stasi perawat

untuk melayani

maksimum 25

tempat tidur)

Meja, Kursi, lemari arsip,

lemari obat,

telepon/intercom

Tersedia peralatan

keperawatan sesuai

dengan kemampuan

pelayanan yang ada, alat

monitoring untuk

pemantauan terus

menerus fungsi2 vital

pasien.

3. Ruang Konsultasi Ruang untuk melakukan

konsultasi oleh profesi

kesehatan kepada pasien

dan keluarganya.

9-16 m2 Meja, Kursi, lemari arsip,

telepon/intercom,

peralatan kantor lainnya

4. Ruang Tindakan Ruangan untuk melakukan

tindakan pada pasien baik

berupa tindakan invasive

ringan maupun non-

invasive

12-25 m2 Lemari alat periksa &

obat, tempat tidur periksa,

tangga roolstool,

wastafel, lampu periksa,

tiang infus dan

kelengkapan lainnya.

5. R. Administrasi/

Kantor

Ruang untuk

menyelenggarakan kegiatan

administrasi khususnya

pelayanan pasien di Ruang

Rawat Inap, yaitu berupa

registrasi & pendataan

pasien, penandatangan-an

surat pernyataan keluarga

pasien apabila diperlukan

tindakan operas

3~5 m2/ petugas

(min.9 m2)

Meja, Kursi, lemari arsip,

telepon/

intercom, komputer,

printer dan peralatan

kantor lainnya

6. R. Dokter Ruang Dokter terdiri dari 2

bagian :

1. Ruang kerja,

2. uang istirahat/kamar

jaga

9-16 m2 Tempat tidur, sofa,

lemari, meja/kursi,

wastafel.

7. Ruang Perawat Ruang istirahat perawat 9-16 m2 Sofa, lemari, meja/kursi,

wastafel

8. Ruang kepala

instalasi rawat inap

Ruang tempat kepala

ruangan melakukan

8-16 m2 Lemari, meja/kursi, sofa,

komputer, printer dan

Page 39: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

39

manajemen asuhan dan

pelayanan keperawatan

diantaranya pembuatan

program kerja dan

pembinaan.

peralatan kantor lainnya

9. Ruang Linen Bersih Tempat penyimpanan

bahan-bahan linen steril/

bersih.

Min. 4 m2 Lemari

10. Ruang Linen Kotor Ruangan untuk menyimpan

bahan-bahan linen kotor

yang telah digunakan di r.

perawatan sebelum dibawa

ke r. cuci (;Laundry).

Min. 4 m2 Bak penampungan linen

kotor

11. Gudang Kotor

(Spoolhoek/Dirty

Utility

Fasilitas untuk membuang

kotoran bekas pelayanan

pasien khususnya yang

berupa cairan. Spoolhoek

berupa bak/ kloset yang

dilengkapi dengan leher

angsa (water seal).

4-6 m2 Kloset leher angsa, keran

air bersih (Sink)

Ket : tinggi bibir kloset +

80-100 m dari permukaan

lantai

12. KM/WC (pasien,

petugas, pengunjung

KM/WC KM/WC

pria/wanita luas 2

m2

– 3 m2

Kloset, wastafel, bak air

13. Dapur Kecil

(;Pantry)

Sebagai tempat untuk

menyiapkan makanan dan

minuman bagi petugas di

Ruang Rawat Inap RS.

Min. 6 m2 Kursi+meja untuk makan,

sink, dan perlengkapan

dapur lainnya.

14. Gudang Bersih Ruangan tempat

penyimpanan alat-alat

medis dan bahan-bahan

habis pakai yang

diperlukan.

Min. 6 m2 Lemari

15.. Janitor/ Ruang

Petugas Kebersihan

Ruang untuk menyimpan

alat-alat

kebersihan/cleaning

service. Pada ruang ini

terdapat area basah.

Min. 4-6 m2 Lemari/rak

16. Ruang Evakuasi

Pasien

Ruangan untuk evakuasi

pasien bila terjadi bencana

internal pada ruang

perawatan (khususnya pada

bangunan bertingkat.

Sesuai kebutuhan Instalasi telepon, kamera

CCTV

Page 40: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

40

BAB III

Pendekatan Pengkajian Terhadap Aspek Manajemen RS (Pelayanan/Asuhan

Keperawatan)

A. Pengumpulan Data

Kuesioner Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Tingkat Ruang

Perawat Berdasarkan Pengelolaan SPSS 16

Tabel 4.1 Disrtibusi Frekuensi Berdasarkan Struktur Managemen Pelayanan

Keperawatan di Lontara I Atas Depan (n = 18)

Aspek Yang Dinilai

Kategori penilaian

Kurang Baik

F % F %

Ketenagaan (M1) 18 100 0 0

Sarana dan Prasarana (M2) 4 22.2 14 77.8

Mod

el P

rak

tek

Pel

ayan

an

Pro

fesi

on

al

(MP

KP

) (M

3-1

)

Model Asuhan Keperawatan yang

digunakan

0 0 18 100

Efektifitas dan Efisiensi Model

Keperawatan

6 33.3 12 66.7

Pelaksanaan Model Asuhan

Keperawatan

5 27.8 13 72.2

Tanggung Jawab dan Pembagian

Tugas

1 5.6 17 94.4

Timbang Terima (M3-2) 0 0 18 100

Ronde Keperawatan (M3-3) 3 16.7 15 83.3

Sen

trali

sasi

Ob

at

(M3

-4) Pengadaan Sentralisasi Obat 3 16.7 15 83.3

Alur Penerimaan Obat 12 66.7 6 33.3

Cara Penyimpanan Obat 0 0 18 100

Cara Penyiapan Obat 2 11.1 16 88.9

Penerimaan Pasien Baru (PPB) (M3-5) 2 11.1 16 88.9

Discharge Planning (M3-6) 8 44.4 10 55.6

Dokumentasi Keperawatan (M3-7) 5 27.8 13 72.2

Supervisi (M3-8) 12 66.7 6 33.3

Page 41: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

41

KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Kejadian Dekubitus

Formula Jumlah kejadian dekubitus Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus

1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 total

1 Jumlah kejadian dekubitus

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34

2 Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitis

9 9 9 10 10 10 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 155 34/155x100% 21%

Kejadian flebitis

Formula Jumlah kejadian flebitis Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis

X 100 %

X 100 %

Page 42: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

42

1-30 Juni 2012

tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah kejadian flebitis a. Mechanical b. Bacterial c. chemical

1 1

1 1 1

1

0

0 1

0 1 1

0 0 0 1

0 0 1 1

0 0 12

2 Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis

5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 6 6 6 8 7 7 5 91

Angka kejadian felbitis = 12 x 10%

91

= 13%

Kejadian Pasien Jatuh

Formula Jumlah pasien jatuh Jumlah pasien yang beresiko jatuh

1-30 Juni 2012

tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah pasien jatuh

0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2 Jumlah pasien yang 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 9 9 9 6 6 6 6 141

X 100 %

Page 43: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

43

beresiko jatuh

Angka kejadian pasien jatuh = 1 x 10% = 0,7 %

141

Medication Error Formula Angka KTD/Sentinel dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat

Jumlah pasien pada hari tersebut Angka KNC dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian nyaris cedera dalam pemberian obat

Jumlah pasien pada hari tersebut

KTD 1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

X 100 %

X 100 %

Page 44: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

44

diharapkan dalam pemberian obat a. tidak

tepat pasien

b. tidak tepat obat

c. tidak tepat waktu pemberian

d. Tidak tepat dosis obat

e. Tidak tepat cara pemberian

f. Tidak tepat dokumentasi

2 Jumlah 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563

Page 45: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

45

pasien pada hari tersebut

Angka kejadian KTD = 0%

KNC 1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat g. tidak

tepat pasien

h. tidak tepat obat

i. tidak tepat waktu pemberian

j. Tidak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

Page 46: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

46

tepat dosis obat

k. Tidak tepat cara pemberian

l. Tidak tepat dokumentasi

2 Jumlah pasien pada hari tersebut

33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563

Angka kejadian KNC = 0,1%

Page 47: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

47

KEPUASAN PASIEN

Formula Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan jumlah pasien yang dilakuukan survey pada periode tertentu

Sebelum dikelola-setelah dilakukan kelolaan

No Elemen Indikator Waktu

Pre Post

1 Kelengkapan dan ketetapan informasi 10 10

2 Penurunan Kecemasan 0 2

3 Perawat terampil profesional 5 8

4 Pasien merasa nyaman 0 3

5 Terhindar dari bahaya 0 0

6 Perawat ramah dan empati 1 2

Total 16 25

Jumlah pasien 34 34

X 100 %

Angka kepuasan

Pre = 16 x100 % = 47% 34 Post = 25 x 100% = 73 % 34

Page 48: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

48

KENYAMANAN

Angka tata laksana pasien nyeri

Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep=

Formula Jumlah total pasien yang terdokumentasi x 100%

Jumlah total pasien perperiode waktu tertentu

Persentase tatalaksana pasien nyeri

Formula Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100 %

Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala 2-4 per periode waktu tertentu

1-30 Juni 2012

tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah pasien nyeri yang terdukomentasi

10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174

2 Total pasien 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563

Page 49: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

49

Persentase pasien dengan nyeri terdokumentasi = 174 x 100 % = 30 %

563

1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah tindakan perawat sebagai respon nyeri

10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174

2 Total pasien nyeri skala ≥ 4

10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174

Persentase tatalaksana pasien nyeri = 174 x 100 % = 100 %

174

Angka kenyamanan Pasien

Formula Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol Jumlah pasien yang terdokumtasi nyeri per periode waktu tertentu

1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total

1 Jumlah pasien

4 4 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5 6 6 6 6 92

X 100 %

Page 50: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

50

dengan nyeri terkontrol

2 Total pasien yang nyeri

10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174

Persentase pasien dengan nyeri terkontrol = 92 x 100 % = 53 %

174

KECEMASAN: IDENTIFIKASI KECEMASAN PASIEN

Formula Jumlah pasien yang cemas Jumlah pasien yang dirawat

1-30 Juni 2012

No Variabel tanggal

Pre Post

1 Jumlah pasien Cemas ringan Cemas sedang

6 4

6

2 Jumlah pasien yang dirawat 34 34

Angka kecemasan:

Pre : 10 X 100 % = 30% Post : 6 x 100 % = 18%

34 34

X 100 %

Page 51: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

51

PERAWATAN DIRI

FORMULA Jumlah Pasien yang tidak terpenuhi perawatan diri/minggu

x 100%

Jumlah pasien yang dirawat dengan ketergantungan total dan partial care

No Variabel Tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total

1 Makan Porsi diet 15

15 15 14 14 14 14 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

2 Mandi Bersih pada

Gigi dan Mulut Mata Rambut Kulit Kuku Telinga Tidak bau badan Perineal

17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18

3 Berpakaian dan berpenampilan

Baju bersih dan kering

17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18

Page 52: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

52

Wajah segar

4 Eliminasi Berkemih Defekasi

17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18

Perawatan diri tidak terpenuhi

17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 16 16 16 16 16 16 16 287

Jumlah pasien dirawat dengan ketergantungan total dan partial care

22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 374 287/374x100% 76%

PENGETAHUAN

Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya

FORMULA Jumlah Pasien yang kurang penegtahuan

x 100%

Jumlah pasien yang dirawat pada priode tertentu

Sebelum dikelola – Setelah di kelola

No Variabel Tanggal

Pre Post

1 Jumlah Pasien yang kurang pengetahuan 20 11

2 Total Pasien 34 34

Page 53: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

53

Angka Pengetahuan

Pre : 20 x 100% = 58%

34

Post : 11 x 100% = 32%

34

Page 54: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

54

B. Analisa SWOT

ANALISIS SWOT

Strenght Weakness Opportunity Threatened

Rumah Sakit

Wahidin

Sudirohusodo

1) RSWS memiliki

kelengkapan perangkat

manajemen seperti struktur

organisasi, tugas pokok

dan fungsi.

2) RSWS menerima

mahasiswa praktik dari

berbagai institusi

3) RSWS memiliki tenaga

medis dan paramedis yang

sangat mencukupi untuk

memberikan pelayanan

kepada masyarakat sesuai

dengan kapasitas pasien

yang datang berobat.

1) RSWS memiliki lift di

IGD dan di bangsal yang

sudah tidak memadai

sehingga menghambat

dalam ambulasi pasien.

2) RSWS memiliki

peralatan medis yang

tidak diperbaharui dan

menghambat dalam

pemeriksaan penunjang.

3) RSWS memiliki

peralatan seperti kursi

roda, brangkar yang

masih kurang di semua

ruangan.

1) RSWS terletak di wilayah yang

strategis, yaitu: berdekatan

dengan RSUH, PCC, RS Gigi

dan Mulut Halimah Dg. Sikati,

jalan poros propinsi, Fakultas

Kedokteran (Prodi Keperawatan,

Fisioterapi, Psikologi, dan

Kedokteran Hewan), Fakultas

Kedokteran Gigi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Farmasi, Dinas Kesehatan

Provinsi, Balai Laboratorium

Kesehatan, dan Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan.

2) RSWS merupakan rumah sakit

1) RSWS merupakan rumah sakit

yang semakin berkembang

sehingga persaingan antar

Rumah Sakit yang semakin

kuat.

2) RSWS merupakan RS yang

telah terakreditasi oleh JCI

sehingga tingkat kewaspadaan

kerja yang harus di

minimalkan.

3) Tuntutan masyarakat akan

pemberian pelayanan

profesional yang semakin

tinggi dengan status rumah

sakit yang bertaraf

Page 55: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

55

4) RSWS memiliki lahan

yang luas dan telah

membagun gedung-gedung

baru (Cardiac Centre) yang

dapat menunjang kekuatan

RSWS di mata publik.

5) RSWS yang merupakan

pusat rujukan wilayah

Indonesia Timur pada

semua penyakit.

6) RSWS memiliki sistem

informasi kesehatan yang

sudah berjalan dengan

baik, dapat dilihat dari cara

memperoleh informasi

yang cepat dan akurat.

Selain itu dapat dilihat dari

validitas data di unit

Rekam Medik dan Sistem

Informasi Manajemen

4) RSWS memiliki jumlah

medis dan para medis

yang masih kurang

terutama di ruang

perawatan

5) RSWS memiliki

pegawai di ruangan yang

bertugas di administrasi

masih kurang sehingga

semua data pasien

perawat yang

mengimputnya dalam

komputer.

yang dapat dijadikan sebagai

sarana pendidikan dan penelitian.

3) Adanya Program pelatihan untuk

tenaga-tenaga kesehatan.

4) RSWS memiliki kerjasama yang

baik dengan Fakultas kesehatan

yang berada di UNHAS Fakultas

Kedokteran yang menaungi

Keperawatan UNHAS

internasional.

Page 56: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

56

Rumah Sakit (SIMRS)

yang yang cukup tinggi.

7) RSWS dalam absensi

pegai menggunakan finjer

prin.

Ruang Lontara 1

atas depan

1) Terdapat banyak tenaga

medis profesional dengan

masing-masing disiplin

ilmu .

2) Terdapat tenaga

keperawatan yang

kualifikasi pendidikan S1

berjumlah 5 orang,

pendidikan DIII berjumlah

14 orang.

3) Dukungan dari kepala

bidang pelayanan

keperawatan untuk

menerapkan metode TIM

dalam ruangan.

1) Tenaga perawat masih

kurang dalam setiap

siftnya sesuai dengan

teori douglas

ketergantungan pasien

2) Fasilitas perawatan yang

belum memadai dalam

melakukan tindakan

keperawatan.

3) Jadwal pengembalian

linen tidak tepat waktu.

1) Terjalin kerjasama yang baik

antar RWS Unhas dengan pihak

rumah sakit.

2) Terbukanya kesempatan untuk

melanjutkan

pendidikan/mengikuti pelatihan

khusus bagi staff perawat.

3) Adanya mahasiswa S1

keperawatan yang berpraktek di

ruang perawatan tersebut

1) Tuntutan masyarakat akan

pemberian pelayanan

profesional yang semakin

tinggi dengan status RS yang

terakreditasi oleh JCI.

Page 57: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

57

4) Hubungan kepala ruangan

dengan anggota baik

5) Hubungan antar perawat

terjalin dengan baik

6) Hubungan antar perawat

dan tim kesehatan lain

(kemampuan kolaborasi)

baik.

Sarana dan

Prasarana serta

Ketenagaan

1) Tersedianya nurse station.

2) Jumlah tenaga dengan

klasifikasi S1 berjumlah 6

orang, pendidikan DIII 14

orang.

3) Format penunjang

pelaksanaan asuhan

keperawatan yang

profesional sudah ada

(pengkajian, dll).

1) Fasilitas perawatan

belum memadai dalam

melakukan tindakan

keperawatan.

2) Perawat hanya memilik

3-4 orang dalam setiap

siftnya dimana perawat

menangani 7 kamar

dengan HCU 1 orang

dengan ketergantungan

yang berbeda-beda.

3) Tingkat pendidikan DIII

1) Ada hubungan kerja sama

dengan lembaga atau

institusi/perusahan

2) Kebijakan ruangan dalam

pengadaan alat secara berkala.

3) Adanya mahasiswa yang

melakukan praktik profesi

Manajemen Keperawatan.

4) Sebagai sarana pendidikan,

pelatihan dan penelitian

1) Masih adanya keterbatasan

fasilitas berupa sarana dan

prasarana yang tersedia di

ruang HCU memungkinkan

keterbatasan pelaksanaan

prosedur yang tersedia

menyebabkan berkurangnya

bentuk pelayanan yang

diberikan.

2) Tarif RS yang masih terasa

tinggi (berlaku umum)

dibanding tarif RS lainnya

Page 58: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

58

lebih dominan dari pada

S1 Ners.

yang statusnya sama dengan

RS. Wahidin Sudirohusodo

3) Birokrasi ruangan yang masih

terasa rumit baik dalam

kepengurusan administrasi,

obat-obatan dan lain

sebagainya.

Dokumentasi

Keperawatan

1) Tersedia sarana dan

prasarana untuk pasien

dan tenaga kesehatan

(Format Pengkajian,

Implementasi, evaluasi,

Kuesioner tingkat

kepuasan pasien, dll).

1) Pendokumentasian

proses

keperawatan/ASKEP

belum optimal

dikarenakan format

yang digunakan masih

sementara dan masih

perlu refisi guna

mencakup seluruh

aspek

kebutuhan/keluhan

pasien.

2) Penggunaan lembar

Adanya mahasiswa S1

Keperawatan yang praktek di

ruangan tersebut.

1) Adanya tuntutan yang lebih

tinggi dari masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan yang

lebih professional.

Page 59: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

59

flowsheet pada setiap

pasien di ruang HCU

belum ada

Timbang

Terima

(Operan)

1) Timbang terima (Operan)

sudah dilaksanakan pada

perawat ke perawat dan

operan di depan pasien

setiap pergantian shift.

2) Tenaga/staf keperawatan

telah mengikuti pelatihan

MPKP

3) Operan dilaksanakan

sesuai dengan jadwal.

Isi materi timbang terima

terfokus pada masalah

medis

1) Adanya dukungan dari bagian

pelayanan perawatan RSWS

dan rumah sakit dalam

peningkatan mutu pelayanan

keperawatan

1) Adanya tuntutan yang lebih

tinggi dari masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan yang

lebih professional dengan

status rumah sakit yang

berstandar internasional.

Page 60: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

60

Page 61: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

61

C. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang didapatkan adalah:

1. Masih terdapat beberapa peralatan pasien yang kurang tersedia, misalnya

tiang infus, rostur

2. Fasilitas untuk pasien masih kurang memuaskan, mis. tempat tidur yang

sudah rusak masih tetap digunakan.

3. Timbang terima antar perawat ke pasien masih kurang

4. Isi laporan timbang terima hanya mengenai implementasi yang telah

dilakukan dan rencana tindak lanjut.

5. Perawat kurang memberi informasi ke pasien tentang indikasi obat yang

diberikan

6. Tidak tersedianya buku penerimaan obat

7. Tidak tersedianya buku cek alat/obat

8. Obat diberikan tanpa label, hanya ditulis di spoit.

9. Pembagian tugas dalam PPB belum ada dalam TIM

10. Perawat masih kurang memberi informasi kesehatan kepada pasien dan

keluarga.

11. Tersedia leaflet tetapi kurang dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.

12. Masih ada beberapa perawat yang menggunakan model yang sudah lama

dalam pengisian status.

13. Masih banyak perawat DIII yang belum melakukan pelatihan

14. Supervisi jarang dilakukan secara langsung, sehingga perawat banyak

yang kurang mengetahui tentang supervise.

Page 62: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

62

D. Perencanaan (Plan of Action)

PLAN OF ACTION (POA)

Kegiatan Tujuan MINGGU I MINGGU II MINGGU III

Sasaran Lokasi Indikator

Keberhasilan Umum Khusus 26 27 28 29 30 31 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14

Survey

struktur

manajemen

pelayanan

keperawatan

- Untuk

memperoleh

hasil

pengelolaan

mengenai

struktur

manajemen

pelayanan

keperawatan

- Untuk

memperoleh

hasil pengelolaan

mengenai:

1. Ketenagakerjaan

2. sarana dan

prasarana

3. MPKP

4. Timbang terima

5. Ronde

Keperawatan

6. Sentralisasi obat

7. Penerimaan

pasien baru,

8. Discharge

planning,

9. Dokumentasi

keperawatan

10. Supervisi

Perawat

18 org

Pasien 34

orang

L. 1

AD

- 75% perawat

mengetahui

pengelolaan

struktur

manajemen

pelayanan

keperawatan

- 85% pasien

menyampaikan

pendapatnya

mengenai

pelayanan

keperawatan

yang diberikan

oleh petugas

kesehatan

Analisis

Mutu

Pelayanan

- Untuk

mengetahui

mutu

pelayanan

keperawatan

- Untuk

mengidentifikas

i mutu

pelayanan

“patient safety”

mengenai:

34 Pasien L.1

AD

- 85% Pasien

Safety dapat

terpenuhi.

Page 63: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

63

1. Dekubitus

2. Flebitis

3. Pasien jatuh

4. Kenyamanan

5. Kepuasan

pasien

Seminar

Awal

- Mempresenta

sikan hasil

survey dan

analisa data

yang telah

didapatkan

- Menguraikann

kekurangan dan

kelebihan yang

ditemukan

dengan tujuan

untuk

pengambangan

ruang perawatan

CI

lahan/Inst

itusi

Katim

PP

Kabid RS

R.

Perte

muan

RSP

L.2

- Masalah yang

dipaparkan

dalam presentasi

dapat

diselesaikan dan

didiskusikan

bersama.

- Sasaran dalam

kegiatan ini dapat

hadir.

Role Play

berdasarkan

shift

- Untuk

memantau

pasien selama

24 jam

- Untuk

membentuk

sebuah tim

dalam

memberikan

pelayanan

keperawatan

- Untuk memantau

tingkat

ketergantungan

pasien sesuai

kebutuhannya

- Untuk

memberikan

pelayanan

keperawatan

sesuai dengan

tingkat

ketergantungan

pasien.

Mahasisw

Pasien

L.1

AD

- 75% pasien

mengemukakan

kepuasannya

terhadap

pelayanan

keperawatan

yang diberikan

oleh petugas

kesehatan

Pembuatan

buku

laporan

linen dan

pengecekan

- Mengetahui

kelengkapan

alat yang

disediakan

oleh RS

- Mengetahui

kelengkapan alat

yang disediakan

oleh RS

Mahasisw

Perawat

L.1

AD

- 80% kebutuhan

linen terpenuhi

untuk pasien.

Page 64: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

64

linen

Ronde dan

Supervisi

- Melaksanakan

proses ronde

dan supervisi

- Melaksanakan

proses ronde dan

supervisi

Mahasisw

a, Karu,

dosen

L.1

AD

- 80% mahasiswa

mampu

melakukan ronde

dan supervise.

Penyuluhan

Kesehatan

“Gagal

Ginjal, HD,

dan Nutrisi”

- Menyampaika

n informasi

kesehatan

kepada pasien

dan keluarga

- Pasien dan

keluarga

mengetahui

tentang gagal

ginjal,

hemodialisa, dan

nutrisi

- Pasien dan

keluarga

melaksanakan

program

hemodialisa

keluarga

pasien

L.1

AD

- 80% pasien dan

keluarga

mengetahui dan

melaksanakan

program

hemodialisa

Analisa

Data dan

penyajian

mutu

pelayanan

- Untuk

menguraikan

hasil survey

mutu

pelayanan

kesehatan

- Menguraikan

hasil survey

mutu pelayanan

keperawatan

selama 3 minggu

baik individu

maupun populasi

selama 3 minggu

Perawat

dan

pasien

L.1

AD

- 80% perawat

mampu

melaksanaakan

implementasi

dalam mencapai

suatu perbaikan

yang lebih baik

Seminar

Akhir

- Mempresentasi

kan hasil

survey dan

analisa data

yang telah

didapatkan

- Menguraikan

kelebihan dan

kekurangan

pelayanan

keperawatan

yang didapat di

ruang perawatan

(administrasi,

askep, sarana dan

CI

lahan/Inst

itusi

Katim

PP

Kabid RS

Diklat

RSWS

L.3

- 80% perawat

mampu

melaksanaakan

implementasi

dalam mencapai

suatu perbaikan

yang lebih baik

Page 65: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

65

prasarana,

ketenagaan,

MPKP, timbang

terima, dll)

Ket.

Jadwal pelaksanaan

Lanjutan pelaksanaan

Page 66: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

66

BAB IV

Pelaksanaan Kegiatan dan Evaluasi

A. Tahap Implementasi

1. Hasil Survey

Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa ketenagaan

perawat yang ada di Lontara 1 Atas Depan masih kurang yaitu sekitar 100% hal

ini sesuai dengan jumlah ketenagaan perawat yang masih kurang dibandingkan

dengan pasien yang ada. Dari hasil perhitungan Douglas (dalam Swansburg &

Swansburg, 1999) didapatkan bahwa jumlah perawat yang sesuai setiap hari

adalah sekitar 16 orang perawat/hari sedangkan dari hasil survey didapatkan

bahwa jumlah perawat yang bertugas setiap hari hanya 11 orang baik dari TIM A,

B, maupun HCU.

Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa sarana dan

prasarana yang ada di Lontara 1 Atas Depan dalam memenuhi kebutuhan perawat

dan pasien berada dalam kategori baik (77.8%) dengan kelengkapan alat/ATK

yang tersedia baik dari lemari obat maupun jumlah tempat tidur setiap kamar,

tetapi sekitar 22.2% masih dalam kategori kurang baik dari segi perlengkapan

pasien seperti tiang infus yang masih kurang dan beberapa tempat tidur yang

sudah tidak layak pakai karena dapat menimbulkan resiko cedera pada pasien

misalnya penghalang tempat tidur yang tidak ada dengan kategori pasien parsial.

Model asuhan keperawatan yang digunakan berdasarkan MPKP berada

dalam kategori baik (100%) yang sesuai dengan standarisasi rumah sakit yang

bertaraf international dan efektifitas serta efisiensi model keperawatan dalam

menjalankan pelayanan keperawatan kategori baik (66.7%).

Distribusi frekuensi menunjukkan bahwa model asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat dalam pelayanan rumah sakit sebagian besar dalam

kategori baik (72.2%) dan tanggung jawab dan pembagian tugas yang dirasakan

oleh perawat menunjukkan kategori baik (94.4%).

System timbang terima antara perawat dengan perawat dan perawat ke

pasien seluruhnya baik (100%) dimana setiap melakukan operan jaga dicatat di

buku laporan dan diserahkan ke shift selanjutnya kemudian operan dilakukan ke

Page 67: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

67

pasien setiap ruangan dan ronde keperawatan dapat dijalankan dengan baik

(83.3%) tetapi perawat masih kurang memahami jalannya ronde keperawatan

(16.7%).

Sentralisasi obat dalam hal alur penerimaan obat masih kurang yaitu

sekitar 66.7% dimana dari hasil survey bahwa kebanyakan obat pasien tidak

tersedia atau keterlambatan dalam penerimaan obat dari farmasi ke ruang

perawatan sehingga kebutuhan obat pasien mengalami keterlambatan. Hal ini

dikarenakan jumlah ketenagaan farmasi dalam menyampaikan obat masih rendah

sehingga terkadang pasien yang harus mengambil obatnya sendiri ke depo farmasi

ataukah perawat yang mengambilkannya sedangkan menurut Depkes RI (2007)

menyatakan bahwa alur penerimaan obat harus dilakukan antara farmasi ke

perawat.

Penerimaan pasien baru yang datang ke ruang inap Lontara 1 Atas Depan

sebagian kecil menunjukkan kategori baik (88.9%) tetapi berdasarkan hasil

kuetioner kebanyakan perawat (11.1%) menyatakan bahwa belum ada pembagian

tugas dalam penerimaan pasien baru. Discharge planning sebagian berada dalam

kategori baik (55.6%) dimana berdasarkan hasil survey bahwa discharge planning

dilakukan diawal saat pasien baru masuk sehingga semua data mengenai pasien

sudah terakumulasi dengan baik.

Pendokumentasian semua pasien sebagian besar kategori baik (72.2%)

dimana dalam pengisian format dokumentasi pasien dapat dilakukan tanpa

membebani pekerjaan perawat. Namun, supervise dalam ruangan masih kurang

(66.7%) karena dalam pelaksanaannya masih dilakukan perorang dimana Karu

sebagai supervisor hanya dapat memantau kinerja perawat dan melakukan

supervise apabila kinerja perawat tidak sesuai dengan standar ruangan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur manajemen yang

dijalankan Lontara 1 Atas Depan sebagian besar sudah baik, namun terdapat

beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan, alur penerimaan obat, dan

supervise yang perlu untuk diperhatikan dimana diketahui bahwa Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf international.

Page 68: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

68

Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1 Atas Depan

Berdasarkan Observasi

Tabel 4.2 Hasil Observasi Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1

Atas Depan

Aspek Yang Dinilai Standarisasi Yang didapatkan di ruangan

Ket

enagaan

(M

1)

Tingkat

Ketergantungan

Pasien

Douglas (1984, dalam Swansburg

& Swansburg, 1999)

Kategori I : self care/perawatan

mandiri, memerlukan waktu 1-2

jam/hari

1. Kebersihan diri, mandi, ganti

pakaian dilakukan sendiri

2. Makanan dan minum dilakukan

sendiri

3. Ambulasi dengan pengawasan

4. Observasi tanda-tanda vital

setiap pergantian shift

5. Pengobatan minimal dengan

status psikologi stabil

6. Perawatan luka sederhana.

Kategori II : Intermediate

care/perawatan partial, memerlukan

waktu 3-4 jam/hari

1. Kebersihan diri dibantu, makan

minum dibantu

2. Observasi tanda-tanda vital

setiap 4 jam

3. Ambulasi dibantu

4. Pengobatan dengan injeksi

5. Klien dengan kateter urin,

pemasukan dan pengeluaran

dicatat

6. Klien dengan infus, dan klien

dengan pleura pungsi.

Kategori III : Total care/Intensif

care, memerlukan waktu 5-6

jam/hari

1. Semua kebutuhan klien dibantu

2. Perubahan posisi setiap 2 jam

Jumlah Pasien Kamar 1-6: 24

Jumlah Pasien HCU: 6

Tingkat Ketergantungan:

- Kategori I: 8 pasien

- Kategori II: 16 pasien

- Kategori III: 6 pasien

Permasalahan:

Terdapat 1 pasien dengan

kategori III tidak berada dalam

ruang HCU (Health Care Unit)

dimana terpasang monitor,

infus, oksigen, perawatan diri

dibantu, observasi TTV tiap 2

jam, pengobatan intravena.

Sedangkan terdapat satu pasien

dengan kategori I dirawat di

ruang HCU.

Page 69: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

69

dengan bantuan

3. Observasi tanda-tanda vital

setiap 2 jam

4. Makan dan minum melalui

selang lambung

5. Pengobatan intravena “perdrip”

6. Dilakukan suction

7. Gelisah / disorientasi

8. Perawatan luka kompleks.

Metode

Penugasan

Metode TIM

Sistem pemberian asuhan

keperawatan “ Team Nursing “

(Marquis dan Huston, 1998) yang

disampaikan pada Pelatihan

Manajemen Unit-Bandung, 25 Maret

2008

Metode yang digunakan

Lontara 1 Atas Depan ialah

Metode TIM, yang terdiri dari

KARU: 1 orang dinas Pagi

Katim PJ A, B, HCU: 3 org

dinas Pagi

Shift Pagi

Katim Shift A (1org)

PP B (1org)

PP HCU (1org)

Shift Sore

Katim Shift B (1org)

PP A (1org)

PP HCU (1org)

Shift Malam

Katim Shift HCU (1org)

PP A (1org)

PP B (1org)

Permasalahan:

Metode ini adalah metode baru

yang dikeluarkan oleh peraturan

dari RS Wahidin sendiri,

dengan tujuan agar semua tim

Page 70: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

70

baik Katim maupun PP mampu

mengkoordinir setiap operan

jaga dinas dan pemberian

pelayanan asuhan keperawatan

dapat berkesinambungan.

Jumlah dan

Kategori

Tenaga

Keperawatan

Douglas (1984, dalam Swansburg

& Swansburg, 1999)

- KARU: Kemampuan min DIII

Keperawatan dengan

pengalaman, MPKP 1 Karu

dengan kemampuan S1 Ners

dengan pengalaman

- Katim: MPKP Pemula, DIII

Keperawatan dgn pengalaman,

MPKP 1: S1 Ners

- PP: Kemampuan DIII

Keperawatan atau SPK yg

berpengalaman.

- Jumlah perawat/hari: 16 orang

Jumlah perawat: 19 orang

SI Ners: 5 org

DIII: 14 org

Pelatihan: 8 org

- KARU: S1 Ners

- Katim: S1 Ners (3 org)

- PP: S1 Ners (2org), D3 (14

org)

- Jumlah perawat/hari: 11

org

- 1 KARU, 1 Katim PJ, 1

Katim Shift+2 PP

- Jumlah perawat/shift: 3 org

Permasalahan:

- Jumlah perawat perhari

tidak cukup dalam

menangani 30 pasien

dengan jumlah perawat

/hari hanya 11 orang

sedangkan yang dibutuhkan

menurut Douglas yaitu 16

orang perawat.

Shift Minimal Partial Total Jumlah

Pagi 0.17x8 = 1.36 0.27x16 = 4.32 0.36x6 = 2.16 8 org

Page 71: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

71

Sore 0.14x8 = 1.12 0.15x16 = 2.4 0.3x6 = 1.8 5 org

Malam 0.07x8 = 0.56 0.10x16 = 1.6 0.2x6 = 1.2 3 org

Jumlah keseluruhan perawat perhari 16 org

Sara

na d

an

Pra

sara

na

Ruang Perawatan Tempat tidur pasien, lemari, nurse call,

meja, kursi, televisi, tirai pemisah bila

ada, (sofa untuk ruang perawatan VIP).

Tempat tidur 34 bed, penyangga

lepas 12 bed, lemari/pasien ada,

kursi 1/pasien, tirai ada, tiang

infus yang tersedia 27 dari 34

bed, alcohol swab/kamar

tersedia

Ruang Stasi

Perawat (;Nurse

Station)

Meja, Kursi, lemari arsip, lemari obat,

telepon/intercom

Tersedia peralatan keperawatan sesuai

dengan kemampuan pelayanan yang

ada, alat monitoring untuk pemantauan

terus menerus fungsi2 vital pasien.

Meja tersedia, lemari arsip,

lemari obat, computer, televise,

telepon, tersedia alat

keperawatan lain yang

mendukung mis. Buku laporan,

status, alat ATK.

Ruang Konsultasi Meja, Kursi, lemari arsip,

telepon/intercom, peralatan kantor

lainnya

Meja, kursi, lemari arsip,

telepon, peralatan lain mis.

Status, komputer

Ruang Tindakan Lemari alat periksa & obat, tempat tidur

periksa, tangga roolstool, wastafel,

lampu periksa, tiang infus dan

kelengkapan lainnya.

Tidak Tersedia

R. Administrasi/

Kantor

Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/

intercom, komputer, printer dan

peralatan kantor lainnya

Bersama dengan Nurse Station,

perawat yang bertindak sebagai

administrator.

R. Dokter Tempat tidur, sofa, lemari, meja/kursi,

wastafel.

Tempat tidur, sofa, lemari,

meja/kursi, wastafel.

Ruang Perawat Sofa, lemari, meja/kursi, wastafel Sofa, lemari, meja/kursi,

wastafel, tempat tidur

Ruang kepala

instalasi rawat

inap

Lemari, meja/kursi, sofa, komputer,

printer dan peralatan kantor lainnya

Lemari, meja/kursi, sofa,

komputer, printer dan peralatan

kantor lainnya

Ruang Linen

Bersih

Lemari Lemari linen, buku control linen

tidak dijalankan, linen bersih

jarang tersedia.

Ruang Linen

Kotor

Bak penampungan linen kotor Bak penampung linen kotor ada

2 macam, non infesi dan

infeksius

Page 72: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

72

Gudang Kotor

(Spoolhoek/Dirty

Utility

Kloset leher angsa, keran air bersih

(Sink)

Ket : tinggi bibir kloset + 80-100 m dari

permukaan lantai

Berdekatan dengan WC umum

KM/WC (pasien,

petugas,

pengunjung

Kloset, wastafel, bak air Kloset, bak air, sabun tidak ada

Dapur Kecil

(;Pantry)

Kursi+meja untuk makan, sink, dan

perlengkapan dapur lainnya.

Kursi, meja, kulkas, wastafel

Gudang Bersih Lemari Tidak tersedia

Janitor/ Ruang

Petugas

Kebersihan

Lemari/rak Lemari/rak

Ruang Evakuasi

Pasien

Instalasi telepon, kamera CCTV Instalasi telepon

Page 73: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

73

2. Penerapan MPKP

a. Role Play

ROLE PLAY MAHASISWA PROFESI NERS A UNHAS

BAGIAN MANAGEMEN KEPERAWATAN

LONTARA 1 ATAS DEPAN RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

No. Nama Mahasiswa

JADWAL DINAS

Ket. Senin

2/02/2015

Selasa

3/02/2015

Rabu

4/02/2015

Kamis

5/02/2015

Jumat

06/02/2015

Sabtu

07/02/2015

1 Ahmad Dahlan Syam KARU PA PP siang PP malam PP siang PP siang

LA

NJU

T M

ING

GU

III

2 Sutriani PP siang KARU PA PP siang PP malam PP siang

3 Helma Pelu PP siang PP siang KARU PA PP pagi PP malam

4 Elly Hastuti PP malam PP siang PP pagi KARU PA PP pagi

5 Wahyuni Tahir PP pagi PP malam PP siang PP pagi KARU PA

6 ST. Musdalifah Ahmad PA PP pagi PP malam PP siang PP siang KARU

Makassar, 2 Februari 2015,

Koordinator Lahan Lontara 1 Atas Depan.

Page 74: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

74

b. Kasus Kelolaan

FORMAT PENGKAJIAN

PASIEN Tn. AL DENGAN SINDROM NEFROTIK

LONTARA I ATAS DEPAN (INTERNA)

RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

A. Identitas Pasien

Nama Pasien : A. Lasmana Usia : 22 tahun

Tanggal Lahir : 01/05/1993 Tanggal masuk : 27/12/2014

No. RM : 694465 Dari : IGD RSWS

Suku Bangsa : Kendari Tanggal Pengkajian : 26/01/2015

Jenis Kelamin : Laki-laki Waktu : 09.00 WITA

B. Keluhan Utama: Sesak dan lemas

C. Riwayat Keluhan Utama:

Dirasakan sejak 1 bulan yang lalu saat masuk di rumah sakit dimana

pasien merasa badannya sulit untuk digerakkan karena terasa kaku pada

tangan maupun pada kaki, rasa tidak nyaman pada mulut sehingga muntah

apabila makan, sulit menelan dan nafsu makan berkurang. Rasa sesak

dirasakan terutama pada malam hari tetapi akan menghilang di pagi hari.

Otot kaki dan tangan mengecil disertai nyeri pada sendi dan wajah nampak

bengkak sehingga klien sulit untuk bangun ataupun berjalan terutama ke

kamar mandi dimana kebutuhan ADL pasien harus dibantu. Terdapat

luka/ulkus pada scrotum dan terasa nyeri jika bergerak dimana hal ini

dirasakan sejak sebelum masuk rumah sakit.

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam thypoid

tahun 2014.

E. Diagnosa Utama: Sindrom Nefrotik

F. Diagnosa Sekunder:

- Dispepsia organic

- Efusi pleura sinistra

Page 75: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

75

- Ulkus scotum terinfeksi

- Sepsis

G. Aktifitas Istirahat

Gejala (Subjektif)

Pekerjaan : SMA/Pelajar

Aktifitas saat sakit : Hanya terbaring di tempat tidur

Waktu luang: Istirahat

Perasaan bosan atau tidak puas : Pasien merasa bosan di rumah sakit

Keterbatasan karena kondisi : Pasien dalam kondisi lemah dan sulit untuk

bergerak karena kekakuan sendi.

Tidur jam : Tidak menentu

Tidur siang : 13.00 atau 14.00

Kebiasaan Tidur : Gelisah

Insomnia : Dirasakan saat demam tinggi

Perasaan segar saat bangun : Pasien selalu gelisah dan tidak merasa nyaman

Tanda (objektif)

Respon terhadap aktifitas yang teramati : Pasien hanya terbaring di tempat

tidur

Kardiovaskuler : S1, S2 reguler, tidak ada bunyi tambahan

Pernapasan : Bunyi napas vesikuler, irama teratur, ronkhi (+), sesak (+),

dyspnea (+)

Status mental (mis menarik diri/letargi) : Menarik diri dimana pasien jarang

berbicara

Pengkajian Neuromuskular : Terlampir

H. SIRKULASI

Gejala (subjektif)

Riwayat tentang Hipertensi : Tidak ada

Masalah Jantung : Tidak ada

Demam Rematik : Tidak, hanya nyeri sendi Edema Mata Kaki : Tidak

Phlebitis : Sudah 3 kali

Page 76: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

76

Penyembuhan Lambat : Luka lama sembuh dan muncul hematoma saat

selesai ditusuk oleh jarum, mis. pengambilan darah

Klaudikasi : Tidak ada

Ekstremitas : Nampak mengecil Kesemutan : Tidak ada

Kebas : Tidak ada

Batuk Hemoptisi : Tidak ada

Perubahan frekuensi/ jumlah urine : Tidak ada, BAK lancar

Tanda (objektif)

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 112x/mnt

Gap Auskultasi : Tidak ada

Jantung (palpasi) : denyutan lemah

Getaran : Ada namun lemah

Dorongan : Lemah

Bunyi Jantung : S1&S2 reguler Frekuensi : Teratur

Irama : Teratur

Kualitas : Lemah

Friksi Gesek : Tidak ada Murmur : Tidak ada

Bunyi Nafas : Vesikuler Desiran vaskuler : Tidak ada

Distensi vena : normal 2 cm

Ekstremitas : Lengkap Suhu : Hangat Warna : Pucat

Pengisian Kapiler : < 2 detik

Tanda Hoffman’s : Tidak ada Varises: Tidak ada

Abnormalitas kuku : Tidak

Penyebaran/ kualitas rambut : Rambut sering rontok

Warna : Hitam Membran Mukosa : Kering

Bibir : Warna Cokelat

Punggung kuku : Merah muda Konjungtiva : Putih (anemis)

Sklera : Putih, tidak ada ikterus

I. INTEGRITAS EGO

Gejala (subjektif)

Page 77: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

77

Faktor Stres : Berada di rumah sakit

Cara menangani stres : Istirahat dan terkadang pasien menangis

Masalah Finansial : Tidak dapat bersekolah

Agama : Islam

Kegiatan Keagamaan : Rajin ibadah terutama ke mesjid

Gaya Hidup : Malas makan

Perubahan Terakhir : Pasien nampak kurang bersemangat

Perasaan-perasaan : Ingin cepat pulang

Ketidakberdayaan : Kaki dan badan tampak lemas dan sulit bergerak

Keputusasaan : Tidak ada

Tanda (objektif)

Status Emosional (beri tanda cek yang sesuai)

Tenang : Cemas :

Marah : √

Menarik Diri : √ Takut :

Mudah Tersinggung : Tidak Sabar :

Euforik :

J. Eliminasi

Gejala (subjektif)

Pola BAB : Lancar 4x seminggu

Penggunaan Laksatif : Tidak

Karakter Fese : Lunak

BAB terakhir : Tadi pagi

Riwayat Perdarahan : Tidak

Haemoroid : Tidak

Konstipasi : Tidak Diare : Tidak

Pola BAK : Lancar Inkontinensia/ kapan : Tidak

Karakter Urine : Terpasang kateter 300 cc

Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak

Riwayat Penyakit Ginjal / Kandung Kemih : Sindrom nefrotik

Penggunaan diuretic : Tidak

Page 78: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

78

Tanda (objektif)

Abdomen

nyeri tekan : Tidak Lunak/ Keras : Lunak

Massa : Tidak Ukuran/ lingkar abdomen : 50 cm

Bissing Usus : Ada kesan normal

Perubahan Kandung Kemih : Tidak

BAK terlalu sering : Via kateter

K. MAKANAN/ CAIRAN

Gejala (subjektif)

Diit biasa (tipe) : Via oral berupa:

- Makanan biasa+lauk+sayur

- Susu peptisol 3x240 kkal

- Madu 3x120 kkal

- Buah

- Putih telur 3 butir/hari

Jumlah makanan/ hari : 3x/hari

Makanan terakhir/ masukan : Makanan biasa+lauk+sayur

Kehilangan selera makan : Anoreksi, jika makan terasa mual

Mual/ Muntah : Mual saat makan

Nyeri ulu hati/ salah cerna : Tidak ada

Alergi/ Intoleransi makanan : Tidak ada

Masalah mengunyah menelan : Tidak ada masalah mengunyah

Gigi : Lengkap

Status gizi : Gizi buruk

Lingkar lengan atas/LILA : 12 cm/29.3 cm x 100% = 40% (Gizi

kurang)

Tanda (objektif)

Berat Badan : 40 kg Tinggi Badan : 165 cm

Bentuk Badan : simetris

Turgor Kulit : kurang elastis

Kelembaban/ kering membrane mukosa : kering, mudah hematoma

Page 79: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

79

Edema

Umum : Scrotum dan wajah

Periorbital : Tidak Asites : Tidak

Distensi vena jugularis : 2 cm

Pembesaran tiroid : Tidak Hernia/ massa : Tidak

Kondisi gigi/ gusi : Candidiasis

Penampilan lidah : Putih kering

Membrane mukosa : Kering

Bising Usus : Ada, kesan normal

Bunyi Nafas : Vesikuler

Urine S/ A atau kemstiks : Via kateter

L. HIGIENE

Gejala (subjektif)

Aktifitas sehari-hari : Dibantu Tergantung/mandiri : Tergantung

Mobilitas : Dibantu Makanan : Disuap

Higiene : Dibantu Berpakaian : Dibantu

Toileting : Ditempat tidur

Waktu mandi yang diinginkan : Pagi hari

Bantuan diberikan oleh : Keluarga

Tanda (objektif)

Penampilan umum : Bersih

Cara berpakaian : Baik, lengkap memakai baju dan celana

Kebiasaan pribadi : Tirah baring

Bau Badan : Tidak

Kondisi kulit kepala : Bersih

Adanya kutu : Tidak ada

M. NEUROSENSORI

Gejala (subjektif)

Rasa ingin pingsan : Tidak ada

pusing : Tidak ada

Sakit kepala :Tidak ada

Page 80: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

80

Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi): Tidak ada, kelemahan ekstremitas

ada

Stroke (gejala sisa)

Kejang : Tidak ada

Mata : Normal

Kehilangan penghilatan : Tidak

Pemeriksaan terakhir : Visus normal

Galukoma : Tidak

Katarak : Tidak

Telinga : Tidak ada serumen yang keluar

Kehilangan pendengaran : Tidak

Tanda (objektif)

Status Mental : Terorientasi dengan baik

Terorientasi/ disorientasi

Waktu : Terorientasi

Tempat : Terorientasi

Orang : Terorientasi

Kesadaran : Composmentis

Mengantuk : Sering, terutama setelah minum obat

Letargi : Tidak

Memori : Baik

Memori yang lalu : Dapat mengingat dengan baik

Kaca mata : Tidak Kontak lensa : Tidak

Alat bantu dengar : Tidak

Ukuran/ reaksi pupil :Ka/ki : 3mm/3mm

Facial drop : Tidak Menelan : Sulit menelan

Genggaman tangan/ lepas :Ka/Ki : Kaku ↓/↓

Postur : Tubuh nampak kurus

Refleks tendon dalam : Ada, tapi lemah Paralisis :Tidak

N. NYERI/KETIDAKNYAMANAN

Gejala (Subjektif)

Page 81: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

81

Lokasi : Daerah scrotum dan sendi

Frekuensi : Hilang timbul

Kualitas : Tertusuk-tusuk

Durasi : Lama

Penjalaran : Sampai ke punggung, skala 4 VAS

Faktor-faktor pencetus : Saat bergerak

Luka scrotum, Lebar luka: 5 cm, panjang luka: 7 cm

Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : Diberi salep,

kompres hangat

Tanda (objektif)

Mengerutkan muka : √

Menjaga area yang sakit : √

Respon emosional : Tidak

Penyempitan focus : Tidak

O. PERNAFASAN

Gejala (Subjektif)

Dispnue yang berhubungan dengan batuk/sputum : Ya, pasien sesak dan

terkadang batuk dengan hasil Foto menunjukkan efusi pleura bilateral

terutama kiri

Riwayat bronchitis : Tidak ada Asma : Tidak ada

Tuberkulosis : Tidak ada Emfisema : Tidak ada

Pneumoni kambuhan : Tidak ada

Penggunaan alat bantu pernafasan : Memakai oksigen kanul nasal 5lpm

Tanda (Objektif)

Pernapasan : Spontan, dibantu oksigen kanul nasal 5lpm (jika sesak)

Frekuensi : 26x/mnt

Kedalaman : Dalam

Pengembangan dada : Ada saat inspirasi

Penggunaan otot-otot asesorius : Jika sesak atau dalam keadaan dispnea

Napas cuping hidung : Tidak

Fremitus : Tidak

Page 82: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

82

Bunyi napas : Vesikuler

Sianosis : Tidak

Fungsi mental/gelisah : Ya, pasien sering gelisah jika sesaknya mulai

muncul.

P. KEAMANAN

Gejala (subjektif)

Alergi/sensitivitas : sinar matahari Reaksi : Kulit menjadi merah

Perubahan sistem imun lainnya : Sistemik lupus eritematous

Transfusi darah/jumlah : Tidak pernah

Tanda (Objektif)

Suhu tubuh : 38,80C Diaforesis : √

Integritas kulit : Jelek banyak terdapat hematoma bekas suntikan jarum dan

kulit kering

Jaringan parut : Banyak di daerah lengan

Kemerahan : Banyak di daerah ekstremitas dan dada

Ulserasi : Didaerah scrotum

Kekuatan umum : Tonus otot :

Cara berjalan : Tidak bisa diukur ROM :

Parestesia/paralisis : Tidak

Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : Ulkus serotalis terinfeksi, sistemik

lupus eritematous.

Q. INTERAKSI SOSIAL

Gejala (Subjektif)

status perkawinan : Belum kawin

Hidup dengan : Orangtua

Masalah-masalah stress : Penyakit yang dihadapi

Orang pendukung lain : Orangtua

Peran dalam struktur keluarga : Sebagai anak kandung

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi : Sindrom

nefrotik dengan komplikasi dimana kondisi pasien saat ini sangat lemah dan

seringnya pasien hipertermi akibat infeksi dari penyakit yang dihadapi.

Page 83: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

83

Perubahan bicara : Pasien jarang berbicara kepada orang lain dimana

pasien nampak menarik diri dengan orang.

Penggunaan alat bantu komunikasi : Tidak ada

Adanya laringektomi : Tidak

Tanda (Objektif)

Bicara : Pelo

Tak jelas: Jelas tapi nada yang kecil

Tidak dapat dimengerti : Tidak

Pola bicara tidak biasa/ kerusakan : Rasa nyaman pada mulut akibat

candidiasis oral yang diderita pasien sehingga berbicara juga sangat susah

Penggunaan alat bantu bicara : Tidak ada

Komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat lain :

Komunikasi verbal saat berbicara dengan keluarga maupun orang lain

Pola interaksi keluarga (perilaku) : Interaksi dengan keluarga baik

tetapi tetap jarang berkomunikasi selain dengan orangtuanya.

R. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala (Subjektif)

Bahasa dominan (khusus) : Indonesia dapat dimengerti

Melek huruf : Tidak ada

Tingkat pendidikan : SMA/Pelajar

Ketidakmampuan belajar (khusus) : Pasien mampu belajar dengan baik

Keterbatasan kognitif : Tidak

Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : Pasien nampak pasrah dengan

penyakitnya.

Faktor risiko keluarga (tandai hubungan) :

Diabetes :

Tuberkulosis :

Penyakit jantung : Stroke :

TD Tinggi : √ Epilepsi :

Penyakit Ginjal : √ Kanker :

Penyakit jiwa : Lain-lain :

Page 84: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

84

Obat yang diresepkan:

Obat Tujuan Pemberian

Meropenem 1 gr/12 jam/iv Sebagai antibakteri dan antibiotik untuk mencegah

terjadinya infeksi pada kulit maupun infeksi

lainnya.

Methylprednisolon 12 mg/24

jam/oral

Menekan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi

gejala peradangan seperti pembengkakan, nyeri,

dan ruam. Obat ini dapat digunakan untuk

menangani peradangan atau inflamasi dalam

berbagai penyakit.

Cellcept 500 mg/12 jam/oral Profilaksi dalam mengobati penyakit lupus dan

pengobatan reaksi penolakan organ pada pasien

transplantasi ginjal alogenik.

Cavit D3/12 jam/oral Pemberian kalsium untuk mencegah terjadinya

osteoporosis

Nystatin drop 10 tetes/8

jam/oral

Antijamur (antifungi) dalam mengobati candidiasis

atau anti infeksi jamur pada mulut.

Plasbumin 25%/24 jam/iv Penambah albumin bagi pasien dengan

hipoalbuminemia dan mengurangi edema akibat

penyakit ginjal.

Zinc 20 mg/24 jam/oral Untuk pencegahan atau pengobatan dehidrasi

(menggunakan oralit) dan pencegahan gangguan

nutrisi (menggunakan mineral Zinc).

Neurodex 1 tab/12 jam/oral Digunakan pada gejala-gejala kekurangan vitamin

neurotropik, kelainan saraf, anemia, penambah

tenaga untuk masa penyembuhan, lelah, dan usia

lanjut.

Vit C 250 mg/8 jam/oral Suplemen penambah system imun dan

meningkatkan kondisi fisik tubuh.

Curcuma 200 mg/8

jam/syrup

Membantu memelihara kesehatan fungsi hati,

memperbaiki nafsu makan dan melancarkan buang

air besar.

Obat –obat tanpa resep : Paracetamol saat pasien demam

Diagnosa saat masuk per dokter : Sindrom nefrotik

Alasan dirawat: Masuk RS dengan muntah dan badan lemas

Page 85: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

85

Riwayat keluhan terakhir : Sesak dan lemas

Harapan pasien terhadap perawatan/pembedahan sebelumnya: Kondisi

tubuh bisa kembali seperti semula

Bukti kegagalan untuk perbaikan : Otot atropi

Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : Integritas kulit jelek, membrane

mukosa kering, konjungtiva warna putih, nampak anemis, kondisi umum

lemah, otot atropi/mengecil, dan sendi terasa nyeri.

Pertimbangan Rencana Pulang

Lama perawatan : 2 bulan

Tanggal informasi yang didapatkan : 27 Desember 2014

1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 25 Februari 2015

2. Sumber-sumber yang tersedia : Obat oral

3. Keuangan : JKN

4. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan

setelah pulang: Pasien sesak dan demam tinggi

5. Area yang mungkin membutuhkan perubahan /bantuan: Nutrisi perlu

ditingkatkan

Penyiapan makanan : Keluarga dapat menyiapkan makanan sesuai

kebutuhan

Transportasi : Pasien akan dijemput dengan mobil pribadi

keluarga

Ambulansi : Tidak perlu

Obat/Terapi IV : Obat oral

Perawatan Luka : Terdapat luka pada scrotum dimana keluarga telah

diajarkan atau diberi edukasi tentang merawat luka saat di rumah.

Peralatan : Kursi roda

Bantuan perawatan diri (Khusus) : Tidak ada

Gambaran fisik rumah (Khusus) : Tidak ada

Page 86: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

86

S. GENOGRAM

T.

Keterangan:

Perempuan

Laki-laki

Pasien

Meninggal

Tinggal serumah

Page 87: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

87

U. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis

Pemeriksaan

Komponen

Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

10/01/15 13/01/15 15/01/15 22/01/15 27/01/15 30/01/15 03/02/15 06/02/15

Hematologi RBC 4.7 106/mm3 4.03 106/mm3 3.43 106/mm3 1.5 106/mm3 3.43 106/mm3 3.51 106/mm3 3.60 106/mm3 3.66 106/mm3 4.50-6.50

HGB 11.2 g/dL 11.2 g/dL 9.6 g/dL 11.3 g/dL 9.6 g/dL 9.0 g/dL 9.2 g/dL 9.6 g/dL 14.0-18.0

HCT 27.8 % 33 % 27.8 % 36 % 27.8 % 28 % 27.8 % 27.8 % 40.0-54.0

WBC 10.0 103/mm3 11.6 103/mm3 15.2 103/mm3 7.5 103/mm3 15.2 103/mm3 6.6 103/mm3 11.7 103/mm3 12.0 103/mm3 4.0-10.0

PLT 380 103/mm3 149 103/mm3 147 103/mm3 223 103/mm3 147 103/mm3 367 103/mm3 304 103/mm3 305 103/mm3 150-400

Kimia Darah Protein Total 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 6.6-8.7

Albumin 1.4 gr/dl 1.2 gr/dl 1.8 gr/dl 1.5 gr/dl 1.9 gr/dl 2.0 gr/dl 1.7 gr/dl 1.8 gr/dl 3.5-5.0

Globulin 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.5-5

Kolesterol Total 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 200

Trigliserida 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 200

Elektrolit Natrium 140 mmol/l 141 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 136-145

Kalium 3.5 mmol/l 2.8 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.9 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5-5.1

Klorida 117 mmol/l 113 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 118 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 97-111

Fungsi Ginjal Ureum 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 66 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 10-50

Kreatinin 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.78 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl L<3, P<1.1

Urinalisa Protein Esbach 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl Negatif

Kesan:

- Anemia normositik normokrom

- Leukositosis

Page 88: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

88

- Hipoalbuminemia

- Hypokalemia

- Trombositopenia

- Proteinuria

Pemeriksan

Hasil/Hari ke-

Nilai Rujukan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D

BP 100 60 110 70 100 60 90 70 90 70 100 70 100 50 90 70 100 60 100 70 90 60 90 60 100 60 100 60 120/80 mmHg

HR 112 110 110 100 90 100 110 99 80 111 100 105 100 101 60-100x/mnt

RR 26 26 28 30 24 30 23 24 26 28 28 26 28 28 18-23x/mnt

T 38,8 37,8 38,9 36,8 37,7 39,8 37,8 37,7 37,8 37,8 37,7 39,8 36,7 37,7 36,5-37,50C

Page 89: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

89

4.7 4.03

3.43

1.5

3.43 3.51 3.6 3.66

0

1

2

3

4

5

RBC

RBC

11.2 11.2 9.6

11.3 9.6 9 9.2 9.6

0

2

4

6

8

10

12

HGB

HGB

28% 33%

28%

36%

28% 28% 28% 28%

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%

HCT

HCT

GRAFIK PERKEMBANGAN LABORATORIUM PASIEN KELOLAAN

Page 90: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

90

10 11.6

15.2

7.5

15.2

6.6

11.7 12

02468

10121416

WBC

WBC

380

149 147

223

147

367

304 305

050

100150200250300350400

PLT

PLT

1.4 1.2

1.8

1.5

1.9 2

1.7 1.8

0

0.5

1

1.5

2

2.5

ALBUMIN

ALBUMIN

Page 91: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

91

GRAFIK PEMERIKSAAN FISIK TTV

100 110

100 90 90

100 100 90

100 100 90 90

100 100

60 70

60 70 70 70

50

70 60

70 60 60 60 60

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tekanan Darah

Sistolik

Diastolik

112 110 110 100

90 100

110

99

80

111

100 105

100 101

26 26 28 30 24

30 23 24 26 28 28 26 28 28

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Nadi & Respirasi

Nadi

Pernapasan

Page 92: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

92

Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

pH 7.430 7.35-7.45

pCO2 18.0 mmHg

SO2 97.8%

PO2 80.2 mmHg 80-100

HCO3 12.1 mmol/l 22-26

Kesan/Hasil: Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sempurna

Update: 06/02/2015

Hasil Radiologi

1. Foto Thorax PA/AP (06/02/15)

- Bronchopneumonia bilateral susp. Spesifik

- Efusi pleura sinistra

2. USG Abdomen Atas+Bawah/Whole Abdomen (19/01/15)

- Pembesaran ginjal bilateral

- Ascites dan efusi pleura sinistra

38.8

37.8

38.9

36.8

37.7

39.8

37.8 37.7 37.8 37.8 37.7

39.8

36.7

37.7

35

36

37

38

39

40

41

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Temperatur

Suhu

Page 93: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

93

PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Status Vital

TD : 100/60 mmHg RR : 26x/mnt

HR : 112x/mnt T : 38,8oC

Status Neurologis

GCS : E4 M6 V5

Derajat Kesadaran : Composmentis

Kualitas Kesadaran : Terorientasi

Pemeriksaan Nervus Cranialis

Nervus Cranialis Hasil Pemeriksaan Keterangan

N.I Masih bias mencium bau Normal

N.II Ketajaman (-)

Lapang pandang Ki/Ka (-)

Normal

N.III Pupil isohor 0,25 mm

Gerakan bola mata (+)

Normal

N.IV Gerakan bola mata: A/B (+) Normal

N.V Motorik: Gerakan mengunyah (-)

Sensorik: (+) Ada reaksi

Normal

N.VI Ada lirikan bola mata Normal

N.VII Klien tdk mampu melakukan,

menelan (-), pergerakan rahang (-)

Normal

N.VIII Pendengaran Ka/Ki (+) Normal

N.IX Tdk dapat dilakukan Normal

N.X Refleks Menelan (-) Normal

NXI Mengangkat bahu (+) Normal

N.XII Pergerakan lidah (-) Normal

Pemeriksaan Motorik

P: K: T:

5

5

5

5

5

5

5

5

5

↓ 5

5

Page 94: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

94

Refleks Fisiologis (Muscle Strech)

Jenis Refleks Hasil Pemeriksaan

Refleks Superficial

Refleks Cahaya Pupil Isohor 0,25 mm

Refleks Cornea Ada reaksi berkedip Ka/Ki (-)

Refleks Abdominalis Gerakan menarik otot (+)

Refleks Tendo

Refleks Biseps Ka: Fleksi / Ki: Fleksi

Refleks Triseps Ka: Menyentak / Ki: Menyentak

Refleks periost radialis dan ulnaris Ka: Menyentak / Ki: Menyentak

KPR Ka: Menyentak, ekstensi, Ki:

Menyentak, ekstensi

APR Ka: Menyentak / Ki: Menyentak

WR Ka/Ki: Menjauhi rangsangan

Refleks Patologis

Jenis Refleks Hasil Pemeriksaan

Babinski Normal

Hoffman Tromner Kekakuan jari tangan

Chaddock Normal

Oppenheim Normal

Gordon Normal

Page 95: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

95

ANALISA DATA

No Data Masalah

1. DS:

- Klien mengatakan merasa sesak

napas.

DO:

- Dyspnea

- Menggunakan otot bantu napas

- Diaphoresis

- Gelisah

- Nampak anemis

- RR: 26x/mnt

- Hasil AGD: alkalosis respiratorik

terkompensasi sempurna

- Hasil foto thorax: efusi pleura sinistra

Ketidakefektifan pola napas

2. DS:

- Keluarga mengatakan klien malas

makan dan jika makan akan

dimuntahkan

DO:

- Anoreksia

- Mual, muntah

- Menolak untuk makan

- Membran mukosa kering dan

pecah—pecah

- Tonus otot buruk/menurun

- Rambut rontok

Gizi buruk, hasil LILA: 12 cm/29.3

cm x 100% = 40% (Gizi kurang)

- Sulit menelan

- Candidiasis oral

- Hasil Lab: Hipoalbuminemia, anemia

normositik normokrom, Hb: 9.2gr/dl

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

3. DS:

- Keluarga mengatakan klien sering

haus

DO:

- Turgor kulit jelek, tonus otot

menurun

- Lidah nampak putih

- Candidiasis oral

- Membrane mukosa kering dan pecah-

Kekurangan volume cairan

Page 96: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

96

5

5 5

pecah

- Kulit kering nampak banyak

hematoma

- Mual, muntah

- Hipertermi, S: 38.80C

- HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt, BP:

100/60 mmHg

- Diaforesis

- Kelemahan

- Nampak anemis

- Hasil Lab: Hipoalbuminemia

4. DS:

- Klien mengeluh demam

DO:

- Kulit nampak merah

- Suhu: 38.80C

- RR: 26x/mnt

- Dyspnea

- Kulit teraba hangat

- Kelemahan

Hipertermia

5. DS:

- Klien mengatakan sulit

menggerakkan badan sehingga perlu

dibantu oleh keluarga

DO:

- Keterbatasan Tingkat 3

- Kesulitan untuk berdiri atau bangun

- Dyspnea saat beraktivitas

- Tonus otot buruk/menurun

- Otot atropi

- Melambatnya pergerakan

- Tirah baring

- Kelemahan

- Kekuatan:

- Tonus:

Hambatan mobilitas fisik

6. DS:

- Klien mengeluh nyeri pada sendi dan

srotum

DO:

- Skala nyeri 4 VAS

- Meringis saat nyeri

- Tonus otot menurun

- Memegang daerah yang sakit

Nyeri akut

5

↓ ↓

↓ ↓

Page 97: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

97

- HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt

- Dyspnea saat nyeri

7. DS:

- Klien mengeluh luka pada scrotum

dan tangan lebam lebam bekas

suntikan

DO:

- Terdapat luka/ulkus pada scrotum

yang didapatkan sebelum masuk RS

- Hambatan mobilitas fisik

- Tirah baring

- Ukuran luka pxl= 7x5 cm

Kerusakan integritas kulit

8. Faktor Resiko:

- Hasil lab: Leukositosis WBC:

11,7.103/ul

- Trombositopenia, PLT: 147.103/ul

- Hb: 9.2gr/dl anemia

- Sistemik lupus eritematous

- Gizi buruk

- Hambatan mobilitas fisik

- Kulit dan membrane mukosa kering

Resiko Cedera

9. Faktor Resiko:

- Terdapat luka decubitus

- Hasil lab: Leukositosis WBC:

11,7.103/ul

- Trombositopenia, PLT: 147.103/ul

- Hb: 9.2gr/dl anemia

- Sistemik lupus eritematous

- Gizi buruk

Resiko Infeksi

10. DS:

- Klien mengatakan merasa malu

dengan kondisinya

DO:

- Menunjukkan ekspresi tidak berguna

dan pasrah dengan kondisinya saat ini

- Pasien terkadang menangis

- Gelisah

- Selalu menutup diri

- Jarang berbicara dengan orang lain.

Harga diri rendah situasional

Page 98: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

98

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Prioritas Diagnosa Keperawatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan

energy dan kelelahan.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, asupan

cairan tidak adekuat.

Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gizi buruk,

penurunan kekuatan atau massa otot.

Nyeri akut berhubungan dengan kekakuan sendi, luka scrotum.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan

nutrisi, hambatan mobilitas fisik.

Resiko cedera berhubungan dengan penurunan hemoglobin.

Resiko infeksi berhubungan dengan invasi organisme pathogen,

luka scrotum.

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan

citra tubuh.

Page 99: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

99

B. Tahap Evaluasi

a. Hasil Survey

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa struktur manajemen yang dijalankan Lontara 1 Atas

Depan sebagian besar sudah baik (88.9%) yang berdasarkan atas

standarisasi rumah sakit international baik dari ketersediaan akomodasi,

administrasi, dan asuhan keperawatan dimana hal ini harus dipertahankan

namun masih terdapat beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan

(100%), alur penerimaan obat (66.7%), dan supervise (66.7%) yang perlu

untuk ditingkatkan demi kelangsungan pemberian pelayanan asuhan

keperawatan kepada pasien dan mengurangi beban kerja perawat dimana

diketahui bahwa Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf

international.

b. Penerapan MPKP

1. Role Play

Dijalankan sesuai dengan peran masing-masing selama 2 minggu.

2. Kasus Kelolaan

Masalah yang belum teratasi

- Hambatan Mobilitas Fisik

Mengajarkan ROM aktif setiap hari untuk meningkatkan mobilitas

fisik pasien.

- Nutrisi kurang

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam meningkatkan kebutuhan nutrisi

pasien dan diit makanan yang dapat dikonsumsi oleh pasien.

- Kerusakan integritas kulit

Menyarankan untuk setiap habis mandi tubuh pasien diberi lotion

dan mencukupkan nutrisi pasien.

- HDR

Meningkatkan dan memberi semangat kepada pasien.

Page 100: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

100

C. Refleksi Individu

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Selama praktek gerbong manajemen saya lewati sekitar 3 minggu

saya mendapatkan cukup banyak pelajaran tentang bagaimana

membangun kerjasama dengan tenaga kesehatan. Pembelajaran yang

sangat berkesan saat saya praktek manajemen adalah saat minggu ke-3

ketika satu kelompok bermain peran menjadi KARU, PP, dan PA dimana

saat pertama kali bermain peran cukup bingung tapi setelah hari ke dua

saya mulai tahu tentang tugas masing-masing peran, dimana gerbong-

gerbong sebelumnya hanya berperan sebagai PA.

Selama minggu pertama sampai minggu ke-3 saya cukup belajar

tentang bagaimana memperhatikan perkembangan kondisi pasien dengan

adanya survey mutu yang dijalankan selama 3 minggu.

B. Tantangan yang didapatka?

Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang

saya dapatkan adalah harus memperhatikan bagaimana perkembangan

mutu pasien dan harus mengetahui kondisi pasien serta tindakan yang

dilakukan saat role model dilakukan sedangkan tantangan kelompok kami

harus berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan tepat secepat mungkin

dengan diberi batas waktu oleh pembimbing lahan kami dan saya berusaha

untuk membangun kerjasama saat menjalani praktek manajemen dimana

sebelumnya hanya berdasarkan individu saja.

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas

depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang

sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana

manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong

manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).

Page 101: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

101

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih

1 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda di tengah tengah hirup

pikuk profesi selama ini. Dalam praktek ini semua aspek telah di

gabungkan, mulai dari pengetahuan dalam hal KMB, juga dalam hal

manajemen keperawatan. Berperan sebagai KARU, PP, dan PA sangat

memberikan pengalaman dalam menjalani profesi manajemen ini. Intinya

sebagai seorang perawat manajemen harus mampu menjadi seorang

leadership. Menjadi manusia yang bijak sana dan bijak sini.

B. Tantangan yang didapatkan?

Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah

tantangan untuk mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam

ruang perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi.

Itulah yang harus terus di pantau oleh seorang perawat. Sehingga sangat

butuh kerjaan yang ekstra untuk mengatahui segalanya, apalagi sebagai

seorang pemula, jadi butuh waktu yang panjang sebenarnya untuk

mengetahui segalanya

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Rekomendasi untuk profesi manajemen kedepan, waktunya bisa di

perpanjang dan sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan

untuk tetap di jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.

Page 102: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

102

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih

3 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda dengan gerbong-

gerbong sebelumnya, kita dapat menambah wawasan serta mengetahui

mengenai manajemen dari tiap ruangan yang berbeda dan rumah sakit

yang berbeda, kita menjadi manusia yang berkompeten khususnya dalam

bidang manajemen rumah sakit

B. Tantangan yang didapatkan?

Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah

tantangan untuk menjadi perawat pelaksana,kepala ruangan,ketua tim

untuk mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam ruang

perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi. Itulah

tantangan yang dirasakan pada awal praktik dan harus dapat menyesuaikan

dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Rekomendasi untuk manajemen berikutnya penyeluhan

diperbanyak untuk keluarga pasien agar keluarga pasien dapat menambah

wawasan dan berguna untuk dirinya sendiri dan keluarga yang sakit

,sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan untuk tetap di

jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.

Page 103: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

103

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama 3 minggu,

banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada saya yang

tidak saya dapatkan di praktik profesi yang sebelumnya. Dimana di

profesi manajemen diberikan kesempatan mengelola pasien kelolaan

secara tim (karu, katim, dan PP). saya dapat merasakan menjadi

seorang karu, katim, dan PP, walaupun belum maksimal. Dan juga kita

dapat mnegetahui bagaiamana itu manajemen dalam keperawatan.

Lebih khususnya mengenai mutu pelayanan (patient safety)

B. Tantangan yang didapatkan?

Tantangan yang didapat yaitu saat menjadi karu dan katim,

dimana kita harus membuat perencanaaan dalam hal ini asuhan

keperawatan kepada pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan

pasien. Serta pelaksaan penyuluhan yang mellibatkan keluarga pasien,

dimana kita dituntut harus menampilkan yang terbaik dalam

memberikan informasi kepada kelurga pasien agar mereka dapat

menjadi paham.

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Rekomendasi untuk manajemen berikutnya yaitu sangat tepat

jika profesi manajemen keperawatan dilaksanakan di tempat ini

(Lontara 1 AD Interna) dimana sangat memberikan banyak

pengetahuan dan pengalaman selama praktik,. Serta karu yang

senantiasa memberikan waktu di sela-sela kesibukan untuk

membimbing mahasiswa.

Page 104: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

104

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya

mendapatkan banyak pengalaman, pembelajaran, dan proses manajemen

itu sendiri. Memanage waktu dan pemikiran itu sangat susah tetapi dengan

prakterk ini saya bisa belajar tahu dan melaksanakan aktivitas yang positif

dengan berbagai pengalaman dari pembimbing kami. Saya bisa belajar

menjadi kepala ruangan, ketua TIM, dan perawat pelaksana serta dapat

melihat secara langsung bagaimana proses keperawatan itu sendiri.

B. Tantangan yang didapatka?

Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang

saya dapatkan adalah kami harus dituntut untuk melakukan diskusi setiap

hari dalam mengerjakan tugas kelompok dan harus menyelesaikan tugas

secepatnya. Terutama saat melaksanakan penyuluhan yang harus diadakan

secara formal sehingga penyuluhan itu harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya.

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas

depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang

sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana

manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong

manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).

Page 105: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

105

REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Apa yang anda dapat ?

Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya

mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, dimana kita belajar menjadi

KARU, PP, dan PA secara professional meskipun belum secara maksimal

saya lakukan. Di gerbong managemen saya juga belajar banyak tentang

kekompakan dalam menjalankan role play serta kompak dalam

mengerjakan tugas kelompok.

B. Tantangan yang didapatka?

Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang

saya dapatkan adalah kami diharuskan menyelesaikan laporan dalam

waktu singkat sehingga kami sangat lelah karena menguras banyak tenaga

setiap hari, namun hal itu menjadi pembelajaran dan motivasi untuk lebih

semangat.

C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya

Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas

depan (interna) kami mendapatkan banyak ilmu dari kepala ruangan

sehingga direkomedasikan untuk gerbong managemen selanjutnya di

Lontara 1 atas depan interna.

Page 106: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Praktek manajemen yang telah dilakukan selama 3 minggu di ruang

Lontara I Atas Depan (Interna) merupakan proses pembelajaran dan

pelaksanaan manajemen keperawatan dimana dari segi struktur maupun

pelayanannya telah berkembang sesuai dengan akreditasi yang telah diperoleh

sehingga ruangan ini sangat baik untuk dijadikan sebagai pengemban dalam

praktek manajemen selanjutnya.

B. Saran

1. Manajemen Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Sebaiknya rumah sakit lebih memperhatikan atau mengkoordinir struktur

serta ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta

kekurangan yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan sehingga hal ini dapat mengurangi beban kerja kepala ruangan

dalam menutupi masalah-masalah yang terjadi.

2. Manajemen Lontara 1 Atas Depan

Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam

setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan

keperawatan. Ruangan ini dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan

praktek manajemen selanjutnya.

Page 107: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

107

DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2007), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.

Ed,. Mosby-year book, Inc.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.

Philadelphia : WB Saunders.

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making

for Nurses (3rd ed). Philadelphia: Lippincot-Raven Publisher

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and

Management Functions in

Nursalam, M.N. (2014). Manajemen Keperawatan. Salemba Mdika: Jakarta.

Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula.

Depok : FKM-UI.

Page 108: Laporan Seminar Akhir KLPK 5

108

LAMPIRAN