Klpk 1-Respon Imun Humoral

28
RESPON IMUN HUMORAL Definisi Sistem limfoid (imun) Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat menimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun tersusun dari berbagai komponen; baik seluler, molekuler dan humoral, yang bertugas mengatur keadaan keseimbangan tubuh dengan menggunakan komponennya yang beredar seluruh tubuh agar mencapai sasaran yang jauh dari pusatnya. Mempertahankan tbh dr agen penginvasi melalui pemanfaatan dua respon imunitas humoral dan seluler Organ limfoid primer adl sumsum tlg tempat perkembangan sel B dituntaskan dan timus tempat perkembangan sel T dituntaskan Jaringan limfoid skunder; kel. Getah bening, tonsil, limpa, jar mukosa di kulit, sal nafas, sal cerna dan saluran perkemihan Fgs sistem imun adl membedakan “diri sendiri” dari “asing” Setiap individu /organisme harus mampu melindungi diri dari ancaman baik dr luar (virus dan bakteri yang terhirup dan tertelan) dan dari dalam (neoplasma, tumor). Untuk melindungi diri tubuh manusia mengembangkan reaksi pertahanan seluler yang disebut respon imun. Dalam definisi Imun yang pertama menentukan ada tidaknya tindakan oleh

description

Imun Humoral

Transcript of Klpk 1-Respon Imun Humoral

Page 1: Klpk 1-Respon Imun Humoral

RESPON IMUN HUMORAL

Definisi Sistem limfoid (imun)

Sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk

mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat menimbulkan berbagai

bahan dalam lingkungan hidup.

Sistem imun tersusun dari berbagai komponen; baik seluler, molekuler dan

humoral, yang bertugas mengatur keadaan keseimbangan tubuh dengan menggunakan

komponennya yang beredar seluruh tubuh agar mencapai sasaran yang jauh dari

pusatnya.

Mempertahankan tbh dr agen penginvasi melalui pemanfaatan dua respon

imunitas humoral dan seluler

Organ limfoid primer adl sumsum tlg tempat perkembangan sel B dituntaskan

dan timus tempat perkembangan sel T dituntaskan

Jaringan limfoid skunder; kel. Getah bening, tonsil, limpa, jar mukosa di kulit,

sal nafas, sal cerna dan saluran perkemihan

Fgs sistem imun adl membedakan “diri sendiri” dari “asing” Setiap individu

/organisme harus mampu melindungi diri dari ancaman baik dr luar (virus dan bakteri

yang terhirup dan tertelan) dan dari dalam (neoplasma, tumor). Untuk melindungi diri

tubuh manusia mengembangkan reaksi pertahanan seluler yang disebut respon imun.

Dalam definisi Imun yang pertama menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh

disebut respons imun; yaitu kemampuan pengenalan apakah bahan itu asing ataukah

tidak1.

Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang

kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.

1 Artinya, walaupun bahan itu berasal dari tubuhnya sendiri, namun apabila dikenal asing maka tubuh akan mengambil tindakan, tetapi sebaliknya walaupun bahan tersebut berasal dari luar dapat dikenal sebagai hal yang tidak asing.

Page 2: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel

makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara

kompleks. Imunitas mempunyai tiga fungsi utama :

a. Pertahanan2 : resistensi thd agen penginvasi

b. Surveilans3 : mengidentifikasi & menghancurkan sel tbh sendiri yg bermutasi

dan berpotensi mjd neoplasma

c. Homeostasis4 : membersihkan sisa sel dan zat buangan shg tipe sel tetap

seragam dan tidak berubah

Untuk melindungi dirinya, tubuh memerlukan mekanisme yang dapat membedakan sel-

sel itu sendiri (Self) dari agen-agen penginvasi (nonself). Pertahanan imun terdiri atas

sistim imun alamiah atau nonspesifik (natural/innate) dan didapat atau spesifik

(adaptive/acquired).

Respon tubuh terhadap bahan asing, tidak selalu bersifat melindungi / menguntungkan

karena adakalanya merugikan.

Semua vertebrata mampu memberikan tanggapan dan menolak benda dan konfigurasi

asing karena memiliki sel-sel khusus yang bertugas untuk mengenali dan membedakan

apakah konfigurasi itu asing ataukah milik sendiri. Sel tersebut adalah limfosit yang

merupakan imunokompeten dalam sistem imune. Konfigurasi asing tadi dinamakan

antigen atau imunogen, sedang proses menyertainya dinamakan respons imun .

Dalam artikel ini penulis akan terlebih dahulu membahas mengenai dasar dari sistem

imun, adapun penulis akan lebih membatasi tulisan hanya untuk bagian respon imun

humoral.

2 Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme.3 Perannya dalam surveilans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi menjadi neoplasma.4 Perannya dalam homeostasis adalah membersihkan sisa-sisa sel dan zat-zat buangan sehingga tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.

Page 3: Klpk 1-Respon Imun Humoral

1. 1.      Sistem Imun Non Spesifik

Sistem imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi

serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respons langsung.

Page 4: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Disebut sistem non spesifik karena tidak ditujukan terhadap satu mikroorganisme

tertentu, telah ada pada tubuh kita dan siap berfungsi sejak lahir. Dilihat dari caranya

diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah.

Imunitas non spesifik dibedakan menjadi 3 yaitu fisik, larut, dan seluler. Sedang

imunitas non spesifik larut terdiri dari biokimia dan Humoral.

a)   Pertahanan Fisik

Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas,

batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Permukaan

tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme. Bila

penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan

berjumpa dengan berbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah. Produk kelenjar

menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada mukosa.

b)      Pertahanan Biokimia

Pertahanan biokimia terdiri dari lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam lambung,

laktoferin, dan asam neuraminik. Enzim seperti lisozim dapat merusak dinding sel

mikroorganisme.

c)      Pertahanan Humoral

Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan dalam pertahanan humoral. Bahan-bahan

tersebut antara lain antibodi, komplemen, interferon dan C-Reactive Protein (CRP).

1) Komplemen memiliki 3 fungsi, antara lain dalam proses lisis, kemotaktik dan

opsonisasi bakteri. Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam

bakteri secara langsung sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis

oleh makrofag atau leukosit yang distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena

sel-sel ini mempunyai reseptor untuk komponen komplemen (C3b) dan reseptor

kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke

tempat mikroorganisme dan memfagositnya.

Page 5: Klpk 1-Respon Imun Humoral

2) Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh

yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus. Interferon

dapat menginduksi sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap

virus. Di samping itu, interferon juga dapat mengaktifkan Natural Killer Cell (sel NK).

3) Protein Fase Akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya

kerusakan jaringan. C-Reactive Protein (CRP) merupakan salah satu contoh dari Protein

Fase Akut. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. Dinamakan CRP

oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat

protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur

alternatif yang akan melisis antigen

d)  Pertahanan Seluler

Fagosit, makrofag, sel NK berperan dalam sistem imun non spesifik seluler. Meskipun

berbagai  sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, tetapi sel utama yang berperan

dalam dalam pertahana non spesifik adalah sel mononukliear (monosit dan makrofag)

serta sel polimorfonuklier atau granulosit. Morfologi sel NK merupakan limfosit dengan

granula besar.

 Imunitas Humoral

Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi yang disekresikan oleh sel

limfosit B. Antibodi ini berada dalam plasma darah dan cairan limfa (dahulu disebut

cairan humor) dalam bentuk protein.

Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik akan

bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan berekasi dengan dengan

antibodi A, tidak dengan antibodi B.

Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.

Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi

dalam kekebalan tubuh.

Page 6: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antigen, yaitu netralisasi,

penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein

komplemen).

SEL LlMFOSIT B

Progenitor sel limfosit B adalah sel stem hematopoietik pluripoten. Dinamakan

pluripoten karena sel ini juga merupakan progenitor sel hematopoietik lainnya,

seperti sel polimorfonuklear, sel monosit dan sel makrofag.

Pada masa embrio sel ini ditemukan pada yolk sac, yang kemudian bermigrasi

ke hati, limpa dan sumsum tulang. Setelah bayi lahir, sel asal (stem cell) hanya

ditemukan pada sumsum tulang. Dinamakan limfosit B karena tempat

perkembangan utamanya pada burung adalah bursa fabricius, sedangkan pada

manusia tempat perkembangan utamanya adalah sumsum tulang.

Sel pertama yang dapat dikenal sebagai prekursor (pendahulu) sel limfosit B

adalah sel yang sitoplasmanya mengandung rantai berat µ, terdiri atas bagian

variabel V dan bagian konstan C tanpa rantai ringan L, dan tanpa imunoglobulin

pada permukaannya. Sel ini dinamakan sel pro-limfosit B. Selain rantai µ, sel

pro-limfosit B juga memperlihatkan molekul lain pada permukaannya, antara

lain antigen HLA-DR, reseptor komplemen C3b dan reseptor virus Epstein-Barr

(EBV). Pada manusia sel pro-limfosit B sudah dapat ditemukan di hati fetus

pada masa gestasi minggu ke-7 dan ke-8.

Page 7: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Sel pro-limfosit B ini berkembang menjadi sel limfosit B imatur. Pada tahap ini sel

limfosit B imatur telah dapat membentuk rantai ringan L imunoglobulin sehingga

mempunyai petanda imunoglobulin pada permukaan membran sel yang berfungsi

sebagai reseptor antigen. Bila sel limfosit B sudah memperlihatkan petanda rantai berat

H dan rantai ringan L yang lengkap, maka sel ini tidak akan dapat memproduksi rantai

berat H dan rantai ringan L lain yang mengandung bagian variabel (bagian yang

berikatan dengan antigen) yang berbeda. Jadi setiap sel limfosit B hanya memproduksi

satu macam bagian variabel dari imunoglobulin. lni berarti imunoglobulin yang

dibentuk hanya ditujukan terhadap satu determinan antigenik saja. Sel B imatur

mempunyai sifat yang unik. Jika sel ini terpajan dengan ligannya (pasangan kontra

imunoglobulin yang ada pada permukaan membran sel), sel ini tidak akan terstimulasi,

bahkan mengalami proses yang dinamakan apoptosis sehingga sel menjadi mati

(programmed cell death). Jika ligannya itu adalah antigen diri (self antigen), maka sel

yang bereaksi terhadap antigen diri akan mengalami apoptosis sehingga tubuh menjadi

toleran terhadap antigen diri. Hal ini terjadi pada masa perkembangan di sumsum

Page 8: Klpk 1-Respon Imun Humoral

tulang. Oleh karena itu, sel limfosit B yang keluar dari sumsum tulang merupakan sel

limfosit B yang hanya bereaksi terhadap antigen asing. Kemudian sel limfosit B imatur

yang telah memperlihatkan imunoglobulin lengkap pada permukaannya akan keluar dari

sumsum tulang dan masuk ke dalam sirkulasi perifer serta bermigrasi ke jaringan

limfoid untuk terus berkembang menjadi sel matur (lihat Gambar 9-1). Sel B ini

memperlihatkan petanda imunoglobulin IgM dan IgD dengan bagian variabel yang

sama pada permukaan membran sel dan dinamakan sel B matur.

Perkembangan dari sel asal (stem cell) sampai menjadi sel B matur tidak

memerlukan stimulasi antigen, tetapi terjadi di bawah pengaruh lingkungan

mikro dan genetik. Tahap perkembangan ini dinamakan tahapan generasi

keragaman klon (clone diversity), yaitu klon yang mempunyai imunoglobulin

permukaan dengan daya ikat terhadap determinan antigen tertentu.

Tahap selanjutnya memerlukan stimulasi antigen, yang dinamakan tahapan respons

imun. Setelah distimulasi oleh antigen, maka sel B matur akan menjadi aktif dan

dinamakan sel B aktif. Sel B aktif kemudian akan berubah menjadi sel blast dan

berproliferasi serta berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi

imunoglobulin.

Beberapa progeni sel B aktif tersebut akan mulai mensekresi imunoglobulin

kelas lain seperti IgG, IgA, dan IgE dengan bagian variabel yang sama yang

dinamakan alih isotip atau alih kelas rantai berat (isotype switching).

Beberapa progeni sel B aktif lainnya ada yang tidak mensekresi imunoglobulin

melainkan tetap sebagai sel B yang memperlihatkan petanda imunoglobulin

pada permukaannya dan dinamakan sel B memori. Μ

Sel B memori ini mengandung imunoglobulin yang afinitasnya lebih tinggi.

Maturasi afinitas ini diperoleh melalui mutasi somatik. Sel B matur yang tidak

distimulasi, jadi yang tidak menemukan ligannya, akan mati dengan waktu paruh 3-

4 hari. Sedangkan sel B memori akan bertahan hidup lebih lama berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan tanpa stimulasi antigen. Sel B memori ini akan beresirkulasi

secara aktif melalui pembuluh darah, pembuluh limfe, dan kelenjar limfe. Bila

antigen dapat lama disimpan oleh sel dendrit di kelenjar limfe, maka sel dendrit ini

Page 9: Klpk 1-Respon Imun Humoral

pada suatu waktu akan mengekspresikan antigen tersebut pada permukaannya.

Antigen yang diekspresikan oleh sel dendrit ini akan merangsang sel B memori

menjadi aktif kembali, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang

memproduksi antibodi. Dalam hal ini, kadar antibodi terhadap suatu antigen tertentu

dapat bertahan lama pada kadar protektif, sehingga kekebalan yang timbul dapat

bertahan lama.

Sistem Imun Spesifik Humoral

Sel B memproduksi antibodi yang bersirkulasi dalam saluran darah dan limfe

dan antibodi tersebut akan menempel pada antigen asing yang memberi tanda

(mengkodenya) supaya dapat dihancurkan oleh sel imun. Sel B adalah bagian dari jenis

sel yang disebut “antibody-mediated” atau imunitas humoral, disebut demikian karena

antibodi tersebut bersirkulasi dalam darah dan limfe.

Sel B merupakan asal dari sel plasma yang membentuk imunoglobulin (Ig) yang terdiri

atas IgG,IgM,IgA,IgE dan IgD. IgD berfungsi sebagai opsonin, dapat

mengaglutinasikan kuman/virus, menetralisir toksin dan virus, mengaktifkan

komplemen (jalur klasik) dan berperanan pada Antibody Dependent Cellular

Cytotoxicity (ADCC). ADCC tidak hanya merusak sel tunggal tetapi juga

mikroorganisme multiselular seperti telur skistosoma, kanker, penolakan transplan,

sedang ADCC melalui neutrofil dan eosinofil berperan pada imunitas parasit. IgM

dibentuk terdahulu pada respons imun primer sehingga kadar IgM yang tinggi

menunjukkan adanya infeksi dini. IgM merupakan aglutinator antigen serta aktivator

komplemen (jalur klasik) yang poten. IgA ditemukan sedikit dalam sekresi saluran

napas, cerna dan kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu ibu dalam bentuk IgA

sekretori (sIgA). IgA dan sIgA dapat menetralisir toksin, virus, mengagglutinasikan

kuman dan mengaktifkan komplemen (jalur alternatif). IgE berperanan pada alergi,

infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis. Peranan IgD belum banyak

diketahui dan diduga mempunyai efek antibodi pada alergi makanan dan autoantigen.

Page 10: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Gambar. sel B yang memproduksi antibodi yang akan bersirkulasi dalam darah dan

limfe

Aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi

Sel B digunakan sebagai salah satu reseptor untuk mengikat antigen dengan

jalan memfagositosis dan memprosesnya. Kemudian sel B meperlihatkan fragmen

antigen tersebut yang terikat oleh protein klas II MHC pada permukaannya. Bentuk

ikatan tersebut kemudian mengikat sel T helper yang aktif. Proses pengikatan tersebut

menstimuli terjadinya transformasi dari sel B menjadi sel plasma yang akan

mengekskresi antibodi.

Gambar . Proses pembentukakn sel plasma untuk memproduksi antibodi

Page 11: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Aktivasi dan fungsi sel B

Bila sel limfosit B matur distimulasi antigen ligannya, maka sel B akan

berdiferensiasi menjadi aktif dan berproliferasi. Ikatan antara antigen dan

imunoglobulin pada permukaan sel B, akan mengakibatkan terjadinya ikatan

silang antara imunoglobulin permukaan sel B. Ikatan silang ini mengakibatkan

aktivasi enzim kinase dan peningkatan ion Ca++ dalam sitoplasma. Terjadilah

fosforilase protein yang meregulasi transkripsi gen antara lain protoonkogen

(proto oncogene) yang produknya meregulasi pertumbuhan dan diferensiasi sel.

Aktivasi mitosis ini dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan sel T, tergantung

pada sifat antigen yang merangsangnya. Proliferasi akan mengakibatkan

ekspansi klon diferensiasi dan selanjutnya sekresi antibodi. Fungsi fisiologis

antibodi adalah untuk menetralkan dan mengeliminasi antigen yang

menginduksi pembentukannya.

Dikenal 2 macam antigen yang dapat menstimulasi sel B, yaitu antigen yang

tidak tergantung pada sel T (TI = T cell independent) dan antigen yang

tergantung pada sel T (TD = T cell dependent). Antigen TI dapat merangsang sel

B untuk berproliferasi dan mensekresi imunoglobulin tanpa bantuan sel T

penolong (Th = T helper). Contohnya adalah antigen dengan susunan molekul

karbohidrat, atau antigen yang mengekspresikan determinan antigen (epitop)

identik yang multipel, sehingga dapat mengadakan ikatan silang antara

imunoglobulin yang ada pada permukaan sel B. Ikatan silang ini mengakibatkan

terjadinya aktivasi sel B, proliferasi, dan diferensiasi. Polisakarida pneumokok,

polimer D-asam amino dan polivinil pirolidin mempunyai epitop identik yang

multipel, sehingga dapat mengaktifkan sel B tanpa bantuan sel T. Demikian pula

lipopolisakarida (LPS), yaitu komponen dinding sel beberapa bakteri Gram

negatif dapat pula mengaktifkan sel B. Tetapi LPS pada konsentrasi tinggi dapat

merupakan aktivator sel B yang bersifat poliklonal. Hal ini diperkirakan karena

LPS tidak mengaktifkan sel B melalui reseptor antigen, tetapi melalui reseptor

mitogen.

Page 12: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Antigen TD merupakan antigen protein yang membutuhkan bantuan sel Th

melalui limfokin yang dihasilkannya, agar dapat merangsang sel B untuk

berproliferasi dan berdiferensiasi.

Terdapat dua macam respons antibodi, yaitu respons antibodi primer dan

sekunder. Respons antibodi primer adalah respons sel B terhadap pajanan

antigen ligannya yang pertama kali, sedangkan respons antibodi sekunder adalah

respons sel B pada pajanan berikutnya, jadi merupakan respons sel B memori.

Kedua macam respons antibodi ini berbeda baik secara kualitatif maupun secara

kuantitatif. Perbedaan tersebut adalah pada respons antibodi sekunder

terbentuknya antibodi lebih cepat dan jumlahnya pun lebih banyak.

Pada respons antibodi primer, kelas imunoglobulin yang disekresi terutama

adalah IgM, karena sel B istirahat hanya memperlihatkan IgM dan IgD pada

permukaannya (IgD jarang disekresi). Sedangkan pada respons antibodi

sekunder, antibodi yang disekresi terutama adalah isotip lainnya seperti IgG,

IgA, dan IgE sebagai hasil alih isotip. Afinitas antibodi yang dibentuk pada

respons antibodi sekunder lebih tinggi dibanding dengan respons antibodi

primer, dan dinamakan maturasi afinitas.

Respons sel B memori adalah khusus oleh stimulasi antigen TD, sedangkan

stimulasi oleh antigen TI pada umumnya tidak memperlihatkan respons sel B

memori dan imunoglobulin yang dibentuk umumnya adalah IgM. Hal ini

menandakan bahwa respons antibodi sekunder memerlukan pengaruh sel Th

atau limfokin yang disekresikannya.

Page 13: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Imunoglobulin dan imunitas humoral

Komponen glikoprotein dari imunoglobulin G (IgG), adalah molekul efektor

yang terbesar dalam respon sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75%

dari total imunoglobulin dalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat

imunoglobulin lainnya yaitu IgM, IgA, IgD dan IgE hanya mengandung sekitar 25%

glikoprotein (Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG menunjukkan aktifitas yang

dominan selama terjadi respon antibodi sekunder. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgG

adalah merupakan respon antibodi yang telah matang yang merupakan kontak antibodi

yang kedua dengan antigen.

Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel B adalah IgM, sekali diproduksi

konsentrasi IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM

diproduksi, sel B mulai memproduksi IgG, yang kemudian konsentrasi IgG meningkat

cepat melebihi konsentrasi IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman

patogen karena ukurannya yang kecil, sehingga ia dapat berpenetrasi kedalam jaringan

pada tempat yang penting. Sedangkan aktifitas IgM terbatas pada saluran darah, tetapi

IgM merupakan respon antibodi pertama (antibodi primer) dalam mempertahankan

tubuh terhadap antigen sampai cukup terbentuknya IgG (antibodi sekunder).

Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus menerus diproduksi selama ada

antigen dalam tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel B tersebut akan melekat pada

antigen dan dikeluarkan dari tubuh, dimana antibodi lainnya yang tidak digunakan di

katabolisme dan hancur sendiri. Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang

berbeda yaitu: Waktu paroh biologi (biological half life) dari antibodi: IgG1, IgG2 dan

IgG4 adalah 20 hari, IgM selama 10 hari, IgA 6 hari dan IgD, IgE selama 2 hari.

STRUKTUR IMUNOGLOBULIN

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat

dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin

termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri

dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida

Page 14: Klpk 1-Respon Imun Humoral

membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi

mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai

reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.

Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan

sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan

aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam

rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal

sebagai rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai

ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu

unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu

ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang simetris.

Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah

simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu

bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang

diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai

dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu

kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ),

rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai mempunyai

jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai

G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5

domain.

Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim

papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari

bagian H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang

bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat

pengikatan antigen (antigen binding site) yang menentukan spesifisitas

imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai

H saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat

mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan menentukan aktivitas

imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya kemampuan fiksasi dengan

komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan yang menempel pada sel

Page 15: Klpk 1-Respon Imun Humoral

mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan basofil, dan

kemampuan menembus plasenta.

Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan

karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan

akibat kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat

antigenik determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik.

Fragmen Fab yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai

F(ab2) yang mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.

Page 16: Klpk 1-Respon Imun Humoral

KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN

Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat

molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub

kelas IgG yang mempunyai rantai berat γl, γ2, γ3, dan γ4. Perbedaan antar subkelas

lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.

RESPON IMUN HUMORAL

Bersifat tdk lgs dan dilaksanakan oleh imunoglobulin spesifik (antibodi) yang

dihasilkan sel B aktif (sel plasma) & dibantu o/sistem komplemen

–      IgG (gama) plg banyak di tubuh, mampu menembus plasenta melindungi tbh dr

bakteri

–      IgM plg besar bertanggung jawab dalam respon imun primer

–      IgA tdpt dlm sekresi tbh; kolostrum, air mata, air liur, sekresi sal nafas, GIT, sal

kemih. Fgs utama mempertahankan permukaan  mukosa thd virus dan bakteri

–      IgE melekat ke sel mast dan basofil, terlibat dalam reaksi hipersensitifitas tipe I

–      IgD tdpt dlm jml kcl di serum, kemungkinan mempengaruhi defisiensi limfosit B

kendati peranannya blm jelas

 

Imunoglobulin G

IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2

rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat

molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah

imunoglobulin.

Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang

tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-

20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas

IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen

setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan

Page 17: Klpk 1-Respon Imun Humoral

IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur

alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.

Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan

antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit antigen

yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan

IgG3 pada lokasi domain CH3.

Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks

imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari

ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik

(antibody dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi

yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc

pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc

memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.

Imunoglobulin M

Page 18: Klpk 1-Respon Imun Humoral

o Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan

koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini

mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah

antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan

antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen

dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.

o IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul

monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada

domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan

lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai

kunci.

Imunoglobulin A

o IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam

serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari

molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa

polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan

satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J (lihat Gambar

9-6). Polimer tersebut mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S.

o Sekretori IgA

o Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak

terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan

Page 19: Klpk 1-Respon Imun Humoral

urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial,

amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum.

o SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer,

dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori

diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A

oleh rantai J dimer yang memungkinkan melewati sel epitel mukosa (lihat

Gambar 4-6). SIgA merupakan pertahanan pertama pada daerah mukosa

dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan

dapat menghambat virus menembus mukosa.

o

o Imunoglobulin D

o Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap

pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000.

Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari

karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan

imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan

dalam diferensiasi sel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Klpk 1-Respon Imun Humoral

Abbas AK. Maturation of B lymphocytes and expression of immunoglobulin genes.

Dalam: Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS, penyunting. Cellular and molecular

immunology. Philadelphia: Saunders, 1991; 70-96.

Roitt IM. The basic of immunology. Specific acquired immunity. Dalam: Roitt IM,

penyunting. Essential immunology; edisi ke-6. London: Blackwell. 1988; 15-30.

htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/

Baratawidjaja, Karnen Garna. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universit as Indonesia

Dinejad, Ahmad. 2005. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Cv.Swasada

Yahya, Harun. 2002. Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban didalamnya. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.