Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
-
Upload
yudia-fian-pratama -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 1/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tablet merupakan sediaan obat yang sangat penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan sediaan
tablet, oleh karena itu sediaan tablet harus tersedia pada saat diperlukan dalam jenis
dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik.
Saat ini beredar berbagai macam jenis tablet, baik produk generik maupun
produk dengan nama dagang. Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkankebenaran khasiat dan keamanan sediaan tablet.
Mutu suatu sediaan tablet dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain
aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik seperti keseragaman bobot, ukuran,
kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan bahan kimia dimana sediaan tablet harus
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh Farmakope. Sediaan tablet yang
memiliki mutu fisik dan profil disolusi yang baik akan memberikan bioavailabilitas
yang baik karena ketersediaan farmasetik dari obat tersebut tinggi. Sebaliknya bila
sediaan tablet memiliki mutu fisik dan profil disolusi yang buruk maka akan
memberikan bioavailabilitas yang buruk pula.
Hal itulah yang menyebabkan kontrol kualitas terhadap suatu sediaan tablet
sangat penting dalam proses produksi yang meliputi kontrol kualitas pembuatan,
penanganan, peralatan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuannya adalah untuk
memastikan produk yang dikeluarkan benar-benar sesuai dengan yang
dipersyaratkan sehingga efek terapi yang dihasilkan bisa maksimal.
1.2 Tujuan
Percobaan ini digunakan untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan tablet dengan
menguji sediaan tablet Aminofilin dengan uji mutu fisik yang meliputi keseragaman
bobot, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, desolusi dan keseragaman
kandungan.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 2/27
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obat
Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun
sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif
(profilaksis), rehabilitasi, terapi, diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada
manusia maupun hewan. Namun zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan begitu
saja sebagai obat, terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk sediaan pil, tablet,
kapsul, sirup, suspensi, supositoria, salep, dan lain-lain (Jas, 2007).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tapi banyak kejadian yang
mengakibatkan seseorang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai
racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat
salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan (Anief, 2007).
2.2 Pengertian Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan
massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat berbagai ukuran, bentuk dan
penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di
dalamnya, sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet
yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan
bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 3/27
3
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda-beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek
lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral (Ansel, 1989).
2. 3 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
b. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
c. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
d.
Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
e. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
g. Bebas dari kerusakan fisik;
h. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
i. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
j. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
2.4 Keuntungan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
a. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
b.
Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
c. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanan;
d. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,
antara lain :
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 4/27
4
a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan
oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan,
penyimpanan, dan pengangkutan;
b.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan
oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
c. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
d. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
f. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
g.
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi;
i. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali);
j. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang
tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
k. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya
lebih rendah;
l. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
m. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding
Seminar Validasi, Hal 26)
2.4 Kerugian Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa
kerugian, antara lain :
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 5/27
5
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
a.
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
b. Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup
besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau
kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
c. Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)
2.5 Masalah Yang Dapat Terjadi Pada Tablet
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan
tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang
digunakan untuk granulasi.
b.
Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan
dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah
memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk
dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti
Aerosol < 3%.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 6/27
6
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan metode
pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau granulasi kering
e. Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat dengan
CL
f. Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat dengan
GK.
3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok untuk penentuan eksipien perlu
diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang
digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada
pencetakan tidak meleleh.
4.
Jumlah fines total merupakan jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak
maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada
pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya
jumlah fine sesedikit mungkin).
2.6 Pengujian Mutu (Quality Control) terhadap Tablet
Beberapa macam pengujian yang telah dikembangkan untuk mengevaluasi
mutu sediaaan tercantum secara resmi dalam farmakope, tetapi ada pula yang tidak
tercantum meskipun hal tersebut sangat penting dalam mengevaluasi sediaan jadi.
Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi III adalah :
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji keseragaman ukuran
3. Uji waktu hancur/didintegran
4. Uji kadar obat
Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV adalah :
1. Uji keseragaman sediaan
2. Uji waktu hancur/didintegran
3. Uji presentase terlarut/desolusi
4. Uji kadar obat
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 7/27
7
Sedangkan pengujian yang tidak tercantum dalam farmakope adalah :
1. Uji kekerasan tablet (hardness)
2. Pemeriksaan porositas
3.
Uji kerapuhan tablet (friability)
1. Uji keseragaman ukuran
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama pencetakan,
perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau
pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran
adalah jangka sorong. Persyaratan uji keseragaman bobot, diameter tablet tidak lebihdari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian
terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot
bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif
merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu,
umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet mengandung zat aktif
50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap
tablet (Syamsuni, 2007).
3. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali tablet
yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing - masing monografi. Uji
waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat
penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 8/27
8
keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari
60 menit untuk tablet bersalut (Syamsuni,2007).
4. Uji kekerasan
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya
kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat
sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan
kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap
sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang
digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur
berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. (Lachman, 1994).
5. Uji kerapuhan
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
kerapuhannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur.
Untuk menguji kerapuhan tablet digunakan alat Roche friabilator tester. Sebelum
tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100
kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula - mula.
Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih
kecil dari 1% (Ansel, 1989).
6. Uji disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam
larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang
terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat
tergantung pada pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan
frekuensi pemberian obat (Syamsuni, 2007).
7. Penetapan Kadar
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 9/27
9
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif
yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan
memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing - masing monografi. Bila zat aktif
obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi
dan juga tidak layak untuk dikonsumsi (Syamsuni, 2007).
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 10/27
10
BAB III
CARA KERJA
1.
Uji Keseragaman Bobot
Menurut FI III :
Alat : Timbangan Analitik
Cara Kerja :
1. Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
2. Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
3. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A,
dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-
rata yang ditetapkan kolom B.
BOBOT RATA-RATA
PENYIMPANGAN BOBOT RATA-RATA
DALAM %
A B
25 mg atau kurang
26 mg – 150 mg
151 mg – 300 mg
Lebih dari 300 mg
15 %
10 %
7,5 %
5 %
30 %
20 %
15 %
10 %
2. Uji Keseragaman Ukuran
Menurut FI III :
Alat : Jangka Sorong
Cara Kerja :
Cara membaca jangka sorong :
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 11/27
11
a. Perhatikan skala cm dan skala mm
b. Perhatikan posisi angka 0 skala mm pada skala cm
c. Ketetapan ukuran dilihat pada skala mm yang berada tepat segaris dalam skala cm
d.
Penulisan hasil tiga angka di belakang koma dengan satuan cm (centimeter)
Syarat : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
3. Uji Kekerasan
Menurut FI III :
Alat : Hardness tester.
Cara Kerja :
a. Ambil 20 tablet.
b. letakkan tablet uji pada tempat diantara dua baja yang bergerak.
c. Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat.
d. Apabila tablet telah pecah, maka angka pada alat akan berhenti. Angka yang tertera
dalam satuan Newton.
Persyaratan kekerasan untuk tablet konvensional adalah 4 – 8 kg, sedangkan untuk
tablet hisap > 10 kg.
4. Uji Kerapuhan
Menurut FI III :
Alat : friabilator
Cara Kerja :
a. Ambil 20 tablet, bagi menjadi 2 kelompok tablet.
b. Masing-masing tablet dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan hati-hati
menggunakan kuas, kemudian ditimbang setiap kelompok.
c. Masukkan tablet kelompok A ke dalam satu sisi alat penguji kerapuhan, dan
kelompok B pada sisi yang lain.
d. Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran per menit selama 4 menit.
e. Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan menggunakan kuas dengan hati-hati.
f.
Timbang lagi tablet tersebut.g. Hitung prosentase kehilangan bobotnya.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 12/27
12
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratannya untuk tablet
konvensional adalah kurang dari 0,5-1%.
5.
Uji Waktu Hancur
Menurut FI III :
Alat : disintegrator
Cara Kerja :
a. Masukkan tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang, disusul satu
cakram penuntun pada tiap tabung.
b. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 (satu) liter yang berisikan
air suling dengan suhu 37 ºC + 2 ºC sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan
cairan lain dalam masing-masing monografi.
c. Jalankan alat, pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur sempurna.
d. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Syarat : waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut.
6. Uji Desolusi
Menurut Farmakope Indonesia IV
Alat : wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert,
suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang
berbentuk silinder.
Cara Kerja :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diisi bejana dan alat disolusi dengan 900ml air suling
c. Diatur termostat pada tempertaur 37o
dan dimasukkan 1gr bahan obat lalu
dijalankan motor penggerak dengan kecepatan 100rpm
d. Diambil sebanyak 20ml air dalam bejana setiap selang waktu 5, 10, 15, 20, 30 menit
setelah pengocokan. Setiap selesai pengambilan sampel segera diganti dengan 20ml
air.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 13/27
13
e. Ditentukan kadar obat yang larut pada masing-masing sampel dengan metode titrasi
asam basa menggunakan NaOH 0.01N dan fenolfatelein.
f. Semua hasil yang diperoleh ditulis dalam bentuk tabel.
Syarat : tablet yang diuji harus memenuhi kriteria hasil uji disolusi, yaitu tidak
satupun kadar yang diperoleh kurang dari ketentuan (Q + 5% )yakni (75% + 5% =
80%)
7. Uji Keseragaman Kandungan
Cara Kerja :
1. Ditetapkan kadar Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperti tertera pada
penetapan kadar dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji
keseragaman kandungan.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 14/27
14
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
1.
Uji Keseragaman Bobot
Tablet Ukuran
1 0.34g
2 0.35g
3 0.32g
4 0.32g
5 0.31g
6 0.33g
7 0.32g
8 0.33g
9 0.31g
10 0.33g
Tablet Ukuran
11 0.32g
12 0.33g
13 0.32g
14 0.33g
15 0.34g
16 0.33g
17 0.34g
18 0.32g
19 0.33g
20 0.31g
Jumlah = 6.53g
Rata-rata =
= 0.3265g = 0.33g
A = 5% → 0.33g - 5% = 0.31g
→0.33g + 5% = 0.35g
Rentang = 0.31 – 0.35g
B= 10% →0.33g - 10% = 0.30g
→0.33g + 10% = 0.36g
Rentang = 0.31 – 0.35g
Kesimpulan :
Jadi tablet tersebut memenuhi syarat uji keseragaman bobot karena tidak
satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 15/27
15
2. Uji Keseragaman Ukuran
TabletUkuran
Garis Tengah Tebal
1. 1,030cm 0,410cm
2. 1,030cm 0,400cm
3. 1,050cm 0,430cm
4. 1,030cm 0, 410cm
5. 1,030cm 0,405cm
6. 1,030cm 0,420cm
7. 1,030cm 0,410cm
8. 1,030cm 0,410cm
9. 1,030cm 0,420cm
10. 1,035cm 0,410cm
11. 1,020cm 0,420cm
12. 1,030cm 0,410cm
13. 1,020cm 0,420cm
14. 1,030cm 0,430cm
15. 1,030cm 0,410cm
16. 1,030cm 0,410cm
17. 1,030cm 0,410cm
18. 1,030cm 0,405cm
19. 1,030cm 0,410cm
20. 1,030cm 0,410cm
Jumlah ukuran garis tengah = 20,635cm
Rata-rata =
= 1,03175cm
Jumlah ukuran tebal = 8,26cm
Rata-rata =
= 0,413cm
Rentang diamater = 1,239cm-0,5506cm = 0,6884cm
Kesimpulan :
Jadi tablet tersebut memenuhi syarat uji keseragaman ukuran karena 3 x 0,413cm =
1,239cm 1,03175 dan 1 1/3 x 0,413cm = 0,5506cm 1,03175cm
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 16/27
16
3. Uji Kekerasan
TabletAngka yang
Tertera
1 85
2 793 89
4 76
5 59
6 53
7 78
8 95
9 91
10 70
TabletAngka yang
Tertera
11 91
12 8813 84
14 62
15 86
16 69
17 80
18 73
19 85
20 80
Jumlah = 1573
Rata-rata =
= 78,63
F = m.g
m =
=
= 8,025
kesimpulan :
Jadi tablet tersebut tidak memenuhi syarat uji kekerasan karena untuk tablet
konvesional persyaratannya dalah 4-8kg, tpi pada uji ini didapatkan 8,025kg.
4. Uji Kerapuhan
Wo 6,38g
Wt 6,36g
Presentase kehilangan botot =
x 100%
=
x 100%
= 0,3134%
Kesimpulan :
Jadi tablet aminofillin tersebut memenuhi syarat uji kerapuhan karena hasil uji
kerapuhannya adalah 0,3134%, persyaratan untuk hasil kerapuhan tablet
konvesional adalah tidak kurang dari 0,5 – 1%.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 17/27
17
5. Uji Waktu Hancur
Suhu mula-mula = 38oC
Suhu akhir = 41,4
o
C
Waktu hancur = 3 menit 3 detik
Kesimpulan :
Jadi tablet aminofillin ini memenuhi syarat uji waktu hancur karena waktu hancurnya
tidak lebih dari 15menit.
6. Uji Desolusi
Hasil = -
7. Uji Keseragaman Kandungan
Hasil = -
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 18/27
18
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini kami melakukan uji mutu fisik terhadap suatu sediaan solid. Uji
mutu fisik ini meliputi uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan,
kerapuhan, waktu hancur, desolusi, dan keseragaman kandungan. Sediaan yang kami
uji dalam praktikum ini adalah tablet, yaitu tablet Aminofillin.
Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
keseragaman sediaan dan memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah
obat atau bahan aktif dengan takaran yang tepat dan merata. Penyimpangan bobot
yang terjadi dapat mempengaruhi dosis bahan obat tiap tablet, jika bobot lebih besar
berarti jumlah kandungan obatnya juga besar, dan dosisnya semakin besar,
sebaliknya jika bobot obat kecil maka kandungan obatnya kecil, dan dosisnya pun
juga kecil. Tentunya ini sangat berbahaya jika obat sampai beredar di masyarakat
karena dapat mengurangi efek terapi, bahkan dapan menimbulkan kematian. Untuk
itu sangat penting dilakukan uji keseragaman bobot ini dalam produksi, ini digunakanuntuk menghilangkan atau meminimalkan kemungkinan buruk yang terjadi pada
proses produksi, sehingga obat ketika diedarkan dan digunakan dapat mencapai efek
terapi.
Pengujian keseragaman bobot pada Aminofillin ini menunjukkan bahwa
tablet ini memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia III, di
dalam Farmakope disebutkan bahwa uji keseragaman bobot pada tablet tidak
bersalut adalah tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
Berdasarkan pengujian di atas didapatkan data bahwa tablet Aminofillin
memiliki rata-rata 0,33g dengan rentang kolom A 0,31 – 0,35g dan rentang kolom B
adalah 0,30 – 0,36g. Tidak ada data hasil pengamatan yang menunjukkan bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata tersebut, ini membuktikan bahwa
tablet Aminofillin telah memenuhi standar dan syarat dari Farmakope.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 19/27
19
Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran ini sama dengan uji keseragaman bobot, uji ini juga
digunakan untuk mengetahui keseragaman sediaan dan memastikan bahwa setiap
tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan takaran yang tepat dan
merata. Penyimpangan ukuran yang terjadi juga dapat mempengaruhi terhadap
dosis sediaan. Semakin besar penyimpangan ukuran tablet semakin besar pula
presentase perubahan dosis yang dihasilkan sehingga mempengaruhi efek terapi dan
bisa berbahaya bila dikonsumsi.
Dalam pengukuran keseragaman tablet ini digunakan jangka sorong sebagai
alat. Cara menggunakan jangka sorong ini adalah dengan memperhatikan skala cm,
skala mm, dan ketepatan ukurannya dapat dilihat pada skala mm yang berada tepat
segaris dengan skala cm.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa rata-rata ukuran garis tengah
Aminofillin adalah 1,03175cm dan rata-rata ukuran tebalnya adalah 0,413cm.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa tablet Aminofillin ini
telah memenuhi syarat dan standar.
Menurut Farmakope Indonesia III syarat keseragaman ukuran pada tablet
adalah kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet. Pada pengujian ini dapat diketahui
a. Garis tengah tablet < 3x tebal tablet → 1, 03175cm < 3 x 0,413cm
→ 1,03175cm < 1,239cm (Benar)
b. Garis tengah tablet > 1 1/3 tebal tablet → 1,03175cm > 1 1/3 x 0,413cm
→1,03175cm > 0,5506cm (Benar)
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa tablet Aminofillin memang benar-benar
telah memenuhi syarat terhadap uji keseragaman ukuran, sehingga sediaan aman
untuk diedarkan dan dikonsumsi.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan adalah uji yang digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik, tekanan saat pengangkutan
dan penyimpanan. Kekerasan tablet ini berhubungan erat dengan bobot tablet, daya
hancur, serta kecepatan melarut obat. Bobot tablet yang besar memerlukan tenaga
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 20/27
20
yang lebih banyak untuk hancur atau terdisintegrasi. Disintegrasi menentukan
kecepatan melarut bahan obat.
Menurut Farmakope Indonesia III syarat kekerasan untuk tablet konvensional
adalah 4-8 kg, sedangkan untuk tablet hisap >10kg. Pada pengujian kekerasan
dengan menggunakan hardness tester ini telah kita ketahui bahwa tablet Aminofillin
tidak memenuhi standar, karena hasilnya menujukkan 8,0255kg, ini tidak sesuai
dengan syarat tersebut yang menyatakan syarat kekerasan tablet konvensional
adalah 4-8 kg.
Ketidaktepatan dalam uji ini mungkin terjadi karena beberapa faktor, seperti
faktor pelaksanaan pada saat uji maupun karena faktor peralatan. Faktor
pelaksanaan yang mungkin terjadi adalah kesalahan dalam proses uji misalnya
kesalahan prosedur, atau kesalahan pada pembacaan angka yang tertera pada alat
uji.
Uji Kerapuhan
Uji kerapuhan adalah uji yang digunakan untuk menentukan ketahanan suatu
tablet terhadap goncangan selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Bila
tablet mudah rapuh, maka kualitas tablet berkurang, tablet tidak bisa
mempertahankan bentuknya, kehilangan berat, atau bahkan mudah pecah.
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratannya untuk tablet
konvensional adalah kurang dari 0,5-1%. Kekebalan terhadap kehilangan suatu berat
menunjukkan tablet tersebut tahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam
penanganan dan pengemasan.
Alat yang digunakan dalam uji kerapuhan ini adalah friabilator, caranya
adalah dengan membagi 20 tablet menjadi 2, ditimbang, kemudian dimasukkan
kealat uji. Uji kerapuhan ini dijalankan dengan kecepatan 25rpm selama 4 menit,
dikeluarkan, ditimbang, dan dihitung prosentasenya. Karena di dalam laboratorium
alat yang digunakan sedikit bermasalah dan tidak bisa diatur menit, maka kita
menggunakannya dengan rumus :
25rpm x 4menit = 100 putaran, Jadi kita melakukan uji terhadap 100 putaran.
Hasil yang kami peroleh dalam uji tersebut adalah tablet Aminofillin memiliki
prosentase kehilangan bobot 0,3134%. Berdasarkan data tersebut dapat kamiketahui bahwa tablet Aminofillin telah memenuhi syarat dan standar, karena syarat
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 21/27
21
uji kerapuhan untuk tablet konvensional adalah kurang adari 0,5 – 1%. Karena telah
memenuhi syarat tablet Aminofillin tersebut pun bisa diedarkan dan aman untuk
digunakan.
Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur adalah uji yang digunakan untuk mengetahui gambaran
mudah tidaknya tablet terdisintegrasi. Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia
untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan
melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh. Daya hancur tablet memungkinkan
partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh. Selain itu
waktu hancur dapat digunakan sebagai petunjuk dalam formulasi tablet, serta
sebagai uji kontrol dalam proses untuk menjamin keseragaman antar batch.
Dalam pengujiannya waktu hancur ini menggunakan disinkarator sebagai
alat. Caranya adalah dengan tablet dimasukkan dalam keranjang, diisi dengan air,
diseting sushunya, ditunggu hingga hancur sempurna, dan dicatat waktunya.
Menurut Farmakope Indonesia III syarat uji waktu hancur tablet tidak
bersalut adalah kurang dari 15 menit. Berdasarkan uji tersebut dapat kami ketahui
bahwa tablet Aminofillin memenuhi syarat waktu hancur karena waktu hancur yang
dihasilkan pada uji ini adalah 3 menit 3 detik.
Uji Desolusi
Uji desolusi adalah uji yang digunakan untuk mengetahui jumlah zat aktif
yang terlarut pada media tertentu selama waktu tertentu. ( Dep. Kes. RI 1995 : 1083
).
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan
memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada
pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian
obat
Uji disolusi dilakukan dengan pengaturan temperatur dan kecepatan putar
pengaduk yang dipertahankan selalu pada kondisi konstan, yaitu temperatur
dikendalikan pada suhu 37°C+0,5°C dan kecepatan putar pada 50 rotasi permenit.
Hal ini dimaksudkan bila terjadi kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien
konsentrasi (Cs) juga meningkatkan energi kinetika molekul obat yang besar
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 22/27
22
kaitannya dengan tetapan difusi (D), sehingga berpengaruh pada peningkatan
kecepatan peralatan obat. Selain itu juga intensitas pengadukan harus dijaga supaya
tetap, karena perubahan kecepatan pengadukan akan berpengaruh pada nilai h yaitu
tebalnya lapisan difusi atau stagnant layer juga akan mempengaruhi penyebaran
partikel. Pengadukan yang semakin cepat akan mempertipis stagnant layers yang
terbentuk serta akan memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut
sehingga berdampak pada peningkatan kecepatan palarutan obat.
Namun pada praktikum ini tidak dilakukan uji desolusi tersebut, ini
dikarenakan kurangnya alat dan bahan pada saat praktikum.
Uji Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan adalah uji yang dilakukan untuk menjamin
bahwa setiap tablet mengandung jumlah zat aktif yang sama, dan sesuai dengan
spesifikasi variasi yang kecil dalam batch. Cara pengujian keseragaman kandungan ini
adalah dengan menetapkan kadar tablet satu persatu sesuai dengan cara yang
tertera pada penetapan kadar monografi.
Namun dalam praktikum keragaman kandungan ini juga tidak dilakukan, ini
dikarenakan tidak adanya alat dan bahan yang tersedia pada saat praktikum.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 23/27
23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan praktikum di atas dapat kami simpulkan bahwa :
1. Tablet Aminofillin tersebut memenuhi syarat uji mutu fisik sediaan meliputi
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, kerapuhan, dan waktu hancur.
2. Sedangkan pada uji kekerasan tablet, tablet aminofillin ini tidak memenuhi syarat,
hal ini terjadi mungkin karena kesalahan dalam proses uji misalnya kesalahan
prosedur, atau kesalahan pada pembacaan angka yang tertera pada alat uji.
3. Untuk uji desolusi dan keseragaman kandungan tidak kami lakukan karena
kurangnya alat dan bahan pada saat praktikum.
Berdasarkan praktikum tersebut saran yang dapat kami berikan adalah :
Seharusnya kita melakukan uji mutu fisik pada sediaan itu tidak hanya pada uji
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, kerapuhan, kekerasan, dan waktu
hancur saja, tapi juga pada desolusi dan keseragaman kandungan. Dengan kita
melakukan semua praktikum itu kita akan lebih mengetahui dan memahami
bagaimana suatu sediaan yang baik dan memenuhi syarat.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 24/27
24
BAB VII
PERMASALAHAN DAN JAWABAN
Pemalahan : Bagaimana cara mengambil 20 tablet sampel untuk mewakili semua
tablet yang diproduksi?
Jawaban :
Bila 100 tablet diperiksa kekurangannya, maka akan menyulitkan dalam segi
biaya maupun waktu. Ada banyak alasan mengapa totalitas data tidak dapat selalu
diamati atau diuji. Sebagai contoh, pengambilan sampel 100% mungkin dihindari
karena pertimbangan biaya dan waktu praktek. Situasi dimana pengambilan sampel
100% tidak dapat dibantu secara praktis adalah: 1. Pengujian yang merusak yang
mungkin terjadi dalam prosedur-prosedur analitis, dan 2. Hal-hal dimana definisi
populasi menghindari pengambilan sampel 100% seperti terjadi dalam pengkajian
klinis dimana populasi dapat meliputi semua pasien dengan suatu penyakit tertentu (
khusus).
Pemilihan sampel yang tepat merupakan bagian penting dari suatu
eksperimen yang baik, dan merupakan konsekuensi dari desain eksperimen. Suatu
sampel acak adalah sampel dimana masing-masing dari semua satuan eksperimen
yang mungkin, mempunyai kesempatan sama untuk dimasukkan dalam eksperimen
atau sampel. Data yang diturunkan dari sampel acak menghasilkan estimasi tolok
ukur populasi yang fair, perkiraaan yang tidak bias dari tolok ukur populasi seperti
mean. Untuk mengambil sampel tablet secara acak dari suatu batch untuk
pemeriksaan visual atau pengujian, masing-masing tablet harus mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih. Metode pengambilan sampel secara acak jelas
harus dimodifikasi untuk penerapan keadaan eksperimen di alam nyata. Sebagai
contoh, jika eksperimen memerlukan statifikasi, pengambilan sampel secara acak
dilakukan dalam masing-masing stratum. Untuk memperoleh suatu sampel acak,
dapat digunakan suatu angka untuk masing-masing kandidat potensial, dan
kemudian suatu tabel angka random dapat digunakan untuk memilih satuan atau
individu itu untuk dimasukkan dalam eksperimen atau diberikan kesuatu kelomok
perlakuan tertentu. Cara lain, semua satuan eksperimen yang mungkin dapat secara
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 25/27
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 26/27
26
Sebagai contoh, suatu metode pengambilan sampel bahan –bahan mentah bulk
dari drum-drum adalah menyampel wadah-wadah √ ( tambahkan satu wadah jika
ada sisa nya), dimana “N” jumlah wadah. Bahan tersebut kemudian dapat diambil
dari bagian –bagian lain dari wadah tersebut dengan menggunakan suatu thief, yaitu
alat pengambilan sampel yang pada dasarnya berupa tube (pipa) panjang yang
kosong ditengahnya, dan disisipkan ke dalam bahan yang diserbuk sesudah
pengumpulan, berbagai sampel sering kali dicampur secara menyeluruh dan sampel-
sampel untuk pengujian diambil dari campuran homogen ini. Jika berhati –hati
dilaksanakan, prosedur untuk bentuk sediaan akhir atau bahan baku yang diserbuk
dan perantara harus menghasilkan sampel-sampel yang mewakili untuk analisis.
8/10/2019 Laporan Resmi Tablet Yudia Risya
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-resmi-tablet-yudia-risya 27/27
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Keesehatan Republik
Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Keesehatan Republik
Indonesia
Ansel HC. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi keempat. Jakarta : UI-press.
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga Jakarta: UI Press
Majalah Farmasi dan Farmakologi, vol. 16, N0. 1–
Maret 2012, hlm. 21–
30