Lap Tablet

57
BAB I PENDAHULUAN Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia dan hewan, salah satu kualitas obat yang paling mengherankan adalah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh. Obat–obatan dalam bentuk tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih lama dari manusianya sendiri. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup akibat dari penyakit yang menjangkiti mereka, membawa pada penemuan–penemuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Baik dalam bentuk sederhana, sudah berlangsung sejak sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada pada luka dengan merendamnya dalam air dingin untuk menempelkan daun segar pada luka tersebut, atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka ilmu pengobatan juga mengalami perkembangan yang signifikan. Diawali

description

n. .b

Transcript of Lap Tablet

BAB I

PENDAHULUAN

Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk

dipakai dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah

penyakit pada manusia dan hewan, salah satu kualitas obat yang paling

mengherankan adalah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh.

Obat–obatan dalam bentuk tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih

lama dari manusianya sendiri. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup

akibat dari penyakit yang menjangkiti mereka, membawa pada penemuan–

penemuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Baik dalam bentuk sederhana,

sudah berlangsung sejak sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang

primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada pada luka dengan merendamnya

dalam air dingin untuk menempelkan daun segar pada luka tersebut, atau

menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Orang primitif

belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif

dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi maka ilmu pengobatan juga mengalami perkembangan yang signifikan.

Diawali dengan penemuan obat-obatan tertentu, ditemukan tulisan–tulisan dari

batu dengan tulisan yang ditulis 3000 tahun sebelum masehi, telah ditemukan dan

diartikan oleh arkeologi sebagai tablet kuno. Tablet tanah Sumerian dari

millennium ketiga sebelum masehi, diakui merupakan resep berbentuk tulisan

yang paling tua di dunia.

Setiap produk farmasi disamping mengandung zat aktif juga mengandung

zat tambahan farmasetik, bahan pembantu seperti pengisi, pengental, pembawa,

surfaktan, penghancur pada tablet zat penstabil, zat pemberi rasa, zat pewarna, dan

zat pemanis.

Formula harus sedemikian rupa sehingga komponen secara fisik dan kimia

terpadu termasuk pula unsur terapeutik yang aktif, bahan penolong dalam farmasi,

dan bahan kemasannya. Zat khasiat harus dilepaskan dalam bentuk sediaannya

dan dalam jumlah sebenarnya dan kadar dalam tubuh sesuai dengan yang

direncanakan. Dalam merancang bentuk sediaan farmasi disamping efek

farmasetik, keadaan pasien juga diperhatikan, untuk pasien yang biasa

menggunakan obat sendiri disediakan berbagai jenis sediaan. Untuk pemakaian

oral digunakan seperti tablet, kapsul dan sediaan cair. Pada kenyataannya sediaan

yang padat dan kering lebih disukai karena memberikan kenyamanan dalam

penanganan serta pemakaian oleh pasien.

Dewasa ini sekitar 40% dari sediaan yang ada dipasaran diolah menjadi

tablet. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tablet adalah sediaan padat,

kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,

kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan.

Tablet paling banyak dibuat dan digunakan karena memiliki banyak

kelebihan dibandingkan yang lainnya, yaitu:

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan penyimpanan

4. Bebas dari air sehingga kehilangan potensi karena hidrolisis dapat dicegah

atau diperkecil

5. Mudah pemberiannya

6. Pelepasan zat aktif dapat diatur sesuai efek terapi yang diinginkan

7. Bau dan rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penyalutan

8. Tablet merupakan bentuk ideal untuk pengobatan secara oral terutama untuk

orang dewasa

9. Sifat fisika dan kimia cukup stabil.

Sediaan tablet juga memiliki kelemahan, yaitu:

1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan.

2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat.

3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-anak

memakannya semaunya saja.

Sediaan tablet dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan jenis sesuai

kebutuhan. Adapun jenis-jenisnya yaitu tablet biasa, tablet salut, tablet sublingual

atau bukal, tablet kunyah, tablet effervessent, dan tablet lapis. Namun yang akan

dibahas dalam laporan ini hanyalah jenis tablet biasa yang dibuat dengan beberapa

formula.

BAB II

TEORI

2.1 PEMBUATAN GRANUL

Granulasi adalah suatu proses dimana partikel-partikel serbuk dibuat

mempunyai daya lekat untuk membentuk partikel-partikel besar yang disebut

dengan granul-granul. Sebagian besar kasus ini akan dilaksanakan dalam produksi

tablet atau kapsul, bila granul-granul akan dibuat sebagai produk perantara

(intermediate product), tetapi granul dapat juga digunakan sebagai suatu sediaan

obat. Metode granulasi digunakan untuk bahan-bahan atau zat aktif yang tidak

memenuhi syarat untuk cetak langsung.

Granulasi dimulai dengan pencampuran bahan aktif yang diperlukan

dengan bahan pengisi dan bahan penghancur sehingga dicapai suatu distribusi satu

bentuk (uniform) masing-masing bahan melalui pencampuran. Setelah granulasi,

granul-granul akan dibungkus jika digunakan sebagai sediaan obat atau dapat

dicampur dengan bahan penambah lainnya sebelum pencetakan tablet atau

dimasukkan ke dalam kapsul.

Bahan pengisi yang sering digunakan yaitu laktosa, kaolin, manitol,

amilum, gula bubuk, dan kalsium sulfat. Perlu perhatian dalam memilih bahan

pengisi misalnya garam-garam kalsium tidak dapat digunakan pada pembuatan

kapsul atau tablet antibiotik tetrasiklin, karena ini akan mengganggu absorbsi obat

dalam saluran pencernaan. Hasil dari percobaan daya serap air menunjukkan

bahwa bahan penghancur dengan kemampuan mengambil air paling tinggi

umumnya paling efektif dalam kebanyakan sistem tablet. Natrium amylum

glikolat dan resin penukar kation efektif terhadap penarikan uap air.

Keuntungan granulasi:

1. Serbuk dalam bentuk granul akan memperbaiki tampilan obat.

2. Granul akan membentuk campuran serbuk yang mempunyai distribusi bahan

aktif dan eksipien yang homogen.

3. Dapat menurunkan bahaya lingkungan waktu operator bekerja.

4. Akan menurunkan volume ruang sehingga memudahkan proses penyimpanan

dan pengeringan.

Granul yang baik adalah partikel-partikel berbentuk bundar,

sferis/mendekati bundar serta mempunyai distribusi ukuran partikel yang

mendekati kurva distribusi normal dengan persentase ukuran yang kecil dengan

ukuran yang besar atau kecil.

Proses granulasi dipengaruhi oleh:

1. Pemilihan bahan aktif dan eksipien.

2. Sifat bahan aktif dan eksipien.

3. Peralatan yang digunakan.

4. Proses yang dilakukan.

5. Ukuran batch yang dipakai.

2.2 PENENTUAN KECEPATAN ALIRAN SERBUK SUDUT LONGSOR

DAN KADAR AIR SERBUK

A. SIFAT ALIR SERBUK

Suatu bulk ada analoginya dengan cairan non-Newton yang

memperlihatkan aliran plastik dan kadang-kadang aliran dilatan, partikel-

partikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai derajat bermacam-

macam. Oleh karena itu, serbuk dapat mengalir bebas dan mampat. Newmann

telah mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir dari serbuk.

Terutama yang jelas adalah ukuran partikel, bentuk porositas, dan kerapatan dan

pola permukaan.

Dengan partikel-partikel yang lebih kecil (kurang dari 10 mikron), aliran

partikel-partikel yang melalui suatu lubang dihambat, karena gaya kohesi diantara

partikel-partikel tersebut kurang lebih sama dengan gaya-gaya gravitasi. Karena

gaya gravitasi itu merupakan fungsi dari diameter pangkat tiga, maka pengaruh

dari gravitasi akan menjadi jelas jika ukuran partikel bertambah sehingga

terjadinya aliran. Kecepatan aliran maksimum dapat tercapai, kemudian berkurang

jika ukuran partikel mendekati ukuran lubang. Jika serbuk mengandung partikel-

partikel kecil yang jumlahya cukup banyak. Sifat aliran serbuk itu dapat

diperbaiki dengan menghilangkan fines atau mengadsorbsinya pada partikel-

partikel kecil yang jumlahnya lebih besar. Biasanya, aliran lemah terjadi dengan

adanya lembab dalam hal itu pengeringan partikel akan mengurangi sifat

kohesifnya.

Partikel-partikel yang memanjang atau mendatar condong untuk

memberikan serbuk dengan porositas tinggi. Partikel-partikel dengan kecepatan

tinggi dan porositas internal rendah condong untuk mempunyai sifat-sifat

mengalir bebas.

Serbuk-serbuk yang mengalir bebas dikarakteristik dengan “distibility”,

kebalikan dari “stickness” lycopodium menunjukkan derajat dustibility yang

terbesar, dinyatakan dengan distibilitasnya 100%, tidak mempunyai nilai 37%,

amylum solani 27%, arang halus 23% dan calomel yang diserbuk halus yang

mempunyai dustibility relative 0,7%. Nilai-nilai ini hubungannya dengan

keseragaman penyebaran dari serbuk-serbuk halus (dusting powder) jika

digunakan untuk kulit dan stickness, suatu ukuran kohesi partikel dari suatu

serbuk yang kompak, merupakan sifat yang perlu diperhatikan dalam aliran

serbuk yang melalui mesin pengisi kapsul otomatis.

Serbuk atau granulat yang mengalir lemah menimbulkan banyak

kesukaran pada industri farmasi. Unit-unit pertabletan seperti diketahui diketahui

tergantung dari beberapa sifat granul. Jika ukuran granulat mengecil, maka variasi

bobot dalam tablet menurun. Variasi bobot minimum diperoleh dengan granulat

menyusut terus, maka mereka akan mengalir kurang bebas dan variasi bobot tablet

bertambah. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran internal dan segregasi

dari granulasi.

Raff dan kawan-kawan telah mempelajari aliran granulat tablet. Mereka

mendapatkan bahwa aliran internal dan pemisahan granul (yaitu kecenderungan

serbuk untuk memisah menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran yang berbeda).

Selama mengalir melalui Happer ikut mengambil bagian dalam menghasilkan

tablet yang bobotnya berkurang selama periode-periode persi terakhir.

Hammerness dan Thompson mengamati bahwa kecepatan alir granulat tablet

bertambah dengan kenaikan jumlah fines yang ditambahkan. Kenaikan jumlah

lubrikan juga menaikkan kecepatan alir dan kombinasi lubrikan dan fines

mempunyai aksi yang sinergis.

Gaya fiksi di dalam serbuk lepas dapat diukur dengan sudut diam (Ø) ini

merupakan sudut maksimum yang mungkin terjadi antara permukaan suatu

tumpukan itu, ia akan meluncur ke bawah melewati sisi-sisinya. Akan terjadi

saling bergeseran di antara partikel serbuk, sehingga menghasilkan suatu

permukaan pada suatu sudut Ø, yang berada dalam keseimbangan dengan gaya

gravitasi. Tangen dari sudut diam ini sama dengan koefisien fiksi µ antara

partikel-partikel : tan Ø = µ

Jadi, semakin kasar dan makin tidak teratur permukaan partikelnya, makin

tinggi sudut diamnya. Situasi ini telah diamati oleh Fonner, Banker dan Swarbick

yang mempelajari granulat yang dibuat dengan 5 metoda berbeda, mendapatkan

sudut diam pertama-tama merupakan fungsi dari kekasaran permukaan. Selain itu,

didapatkan bahwa sudut diam tidak dipengaruhi oleh muatan elektrostatis partikel

dan bentuk partikel.

Untuk memperbaiki sifat alir, bahan yang diberi istilah glidants sering

ditambahkan pada granulat serbuk. Contoh glidants yang umum dipakai adalah

magnesium stearat kanji dan talk. Dengan menggunakan recording powder

flowmetri yang mengukur bobot serbuk yang mengalir persatuan waktu melalui

lobang Hopper, Gold dan kawan-kawannya mendapatkannya bahwa konsentrasi

ini merupakan suatu penurunan kecepatan alir biasanya terjadi. Tidak didapatkan

adanya korelasi antara kecepatan alir dan sudut diam.

Kemampuan suatu serbuk mengalir adalah salah satu faktor yang terlibat

dalam pencampuran bahan-bahan yang berbeda untuk membuat suatu campuran

serbuk. Pencampuran dan pencegahan ketidakcampuran merupakan operasi

farmasi yang penting yang terlibat di dalam penyediaan banyak bentuk sediaan

obat termasuk tablet dan kapsul. Lain-lain faktor yang mempengaruhi proses

pencampuran adalah agregasi partikel, ukuran, bentuk bermacam-macam

kerapatan dan adanya muatan elektrostatik.

B. PENENTUAN SIFAT ALIRAN

Untuk menentukan sifat aliran serbuk, dapat digunakan parameter seperti

berikut:

1. Sudut istirahat

(sudut miring = Agle of repose = Boschung swinkie)

Cara kerja:

Dari suatu corong dengan diameter yang cukup besar, diisi dengan

material (sebelumnya corong ditutup dengan jari). Kemudian jari dilepaskan

dari mulut corong dan material dibiarkan mengalir bebas ke atas kertas grafik.

Dari tinggi kerucut material h dan diameter dasar r, dapat dihitung sudut

istirahat serbuk.

Tangen α dinamakan juga koefisien gesekan . Jadi, prinsip pengukuran

ini adalah dari material yang bergerak menjadi suatu sistem pulva, pada

keadan diam.

2. Sudut gerak (sudut angkat = Abrutswinkel)

Prinsipnya adalah dari material yang berada dalam keadaan diam menjadi

sistem pulva yang bergerak. Ada 3 metoda yang dapat digunakan untuk mengukur

sudut ini :

1. Material terdapat dalam suatu wadah yang berbentuk silinder, dengan

mengangkat dinding silinder akan terbentuk sudut gerak.

2. Material terletak pada wadah datar dan terisi kemudian secara hati-hati

wadah diangkat sampai pada saat material mulai tumpah.

3. Material terdapat dalam wadah silinder yang tertutup, mula-mula dengan

permukaan datar, kemudian silinder secara hati-hati diputar sampai pada

saat material bergerak keluar (tumpah).

Secara teoritis, bertambah kecil sudut ini bertambah baik sifat aliran

material, tetapi di dalam hal ini antara sudut istirahat dan sudut gerak tidak dapat

diperbandingkan.

Pada sudut istirahat, tinggi mulut corong, kecepatan aliran, dan besar

mulut akan mempengaruhi hasil pengukuran. Sedangkan pada sudut gerak, tingkat

pemadatan material pada posisi awal juga akan mempengaruhi hasil pengukuran.

Boleh dikatakan bahwa kedua metoda ini mempunyai prinsip yang sama.

Dikatakan bahwa bila :

- Sudut yang didapat besar dari 30 derajat, material mempunyai sifat aliran

yang jelek.

- Sudut yang lebih kecil dari 30 derajat, sifat aliran material baik.

Tentu saja di dalam praktek tidak akan dijumpai bentuk-bentuk sudut ideal

dan kadang-kadang hasil yang diperoleh tidak menunjukkan pengulangan.

2.3 UKURAN PARTIKEL DAN BULK DENSITY

2.3.1 UKURAN PARTIKEL

Pengukuran besar partikel adalah penentuan dari besar dan distribusi besar

partikel dalam suatu media pembawa. Dalam hal ini, baik fase terdispersi maupun

fase pendispersi dapat dibagi atas 3 sistem yaitu padat, gas dan bentuk cair.

Pengukuran besar partikel yang dimaksud disini bukanlah pengukuran dari suatu

sistem dispersa molekul atau campuran larutan atau dari gas. Tetapi pengukuran

yang dilakukan terhadap zat padat sebagai fase terdispersi dan cairan atau gas

sebagai fase pendispersi.

Persoalan statistik akan menggambarkan pengaruh dari jumlah dan besar

sampel, sedangkan dengan cara dan alat apa sampel itu diambil dari sistem itu

merupakan persoalan teknis.

Beberapa metoda pengukuran yang digunakan :

1. Garis tengah martin (dM)

Adalah panjang jarak yang membelah partikel menjadi dua bidang yang

sama luasnya.

2. Garis tengah Ferret (d fer)

Adalah panjang jarak maksimal dari tangen-tangen pada bidang proyeksi

yang tegak lurus pada arah pengukuran.

3. Garis tengah partikel dengan volume yang equivalent dengan suatu bola,

artinya partikel dianggap mempunyai volume sama dengan suatu bola (dF)

Untuk analisa besar dan distribusi besar partikel ada dua metode yang

dapat digunakan:

1. Analisa Perhitungan (Zaehlverfahren)

Pada metode ini diukur parameter fisika dari masing-masing patikel

(dispersitaetgrosse). Dispersitaetgrosse adalah parameter fisika tertentu yang

dapat diukur melalui satuan pengukuran :

Contoh :

- Pada proses pengayakan maka dispersitaetgrosse dari partikel adalah besar

lobang ayakan.

- Pada pengendapan (sedimentasi), maka tercapainya pengendapan adalah

dispersi taetgrosse.

Dispersitaetgrosse ini dibagi 2 menjadi 2 jenis :

Dispersitaetgrosse geometri (panjang, luas, dan volume).

Dispersitaetgrosse fisika (massa, kecepatan pengendapan, daya tahanan listrik,

massa jenis, intensitas cahaya dan lain sebagainya).

Untuk memperkecil kesalahan digunakan jumlah partikel (sampel) yang besar.

a. Analisa perhitungan langsung

Pada metoda ini pertikel disuspensikan/didispersikan dalam suatu cairan

atau gas dan dengan alat pengukur tertentu partikel ini ditransportasikan, dimana

pada proses pemindahan ini akan menimbulkan sinyal-sinyal yang tergantung

pada parameter partikel (besar partikel) Bila sinyal ini tidak berupa sinyal listrik,

diubah menjadi sinyal listrik, kemudian didiskriminasi dan dihitung atau bisa juga

berdasarkan ekstinksi dan pembiasan sinar. Pengukuran ini menggunakan alat

Coulter Counter.

b. Analisa perhitungan tidak langsung

Prinsip metoda ini adalah dengan mengukur besar partikel dengan suatu

mikroskop dimana terlebih dahulu partikel-partikel disuspensikan dalam suatu

cairan. Dalam hal ini, harus diperhatikan bahwa setiap partikel tidak boleh

bersentuhan satu sama lain. Alat pembantu yang paling sederhana untuk

pengukuran adalah okulomikrometer, dimana gambar partikel dapat dibandingkan

(diukur) berdasarkan ukuran panjang. Selain itu dapat juga digunakan okularnetz,

dimana disini partikel diukur berdasarkan pengukuran garis tengah yang

equivalent dengan suatu lingkaran.

Beberapa alat yang dapat digunakan, dan terdapat diperdagangkan adalah alat

penganalisa besar partikel dari Zeiss TGZ 3.

2. Analisa jumlah (Mangenverfahren)

Pada analisa ini yang ditentukan adalah berat total dari fraksi-fraksi besar

partikel, dan bukan jumlah partikel dari masing-masing fraksi.

a. Analisa ayakan

Metoda yang sering digunakan dan paling sederhana dari penentuan besar

partikel adalah analisa ayakan. Seperti yang telah dibahas, disini digunakan

ayakan yang tersusun sedemikian rupa dimana ayakan dengan lobang terbesar

terletak paling atas, dan makin bawah dengan lobang ayakan makin kecil. Setelah

diayak beberapa lama (waktu tertentu), akan diperoleh material yang berada di

atas ayakan (yang tidak dapat melewati ayakan), yang dinamakan Ruecstand (SR),

sedang kumpulan partikel yang dapat melewati ayakan yang dinamakan

“Durchgang” (D). Untuk material yang cenderung beraglomerasi dapat dilakukan

pengayakan dengan metoda pengayakan basah.

Data yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk grafik-grafik sebagai

berikut:

Diagram bertingkat (Histogram)

Yaitu kurva hubungan antara S (jumlah berat partikel dari masing-masing

ayakan) dengan d min – d max, dimana disini tinggi kurva adalah proporsional

dengan jumlah berat partikel, bila titik-titik tengah bidang histogram dihubungkan

akan diperoleh kurva apa yang dinamakan kurva distribusi kerapatan

(Dichteverteilungskurva) = Frequency distribution curve), artinya kurva hubungan

antara S dengan besar partikel rata-rata (besar rata-rata pori ayakan).

Pada proses penggerusan suatu material kadang-kadang akan diperoleh

kurvi distribusi normal, yaitu bila dari suatu material dengan besar yang sama

digerus akan diperoleh 2 bagian yang sama, dan deviasi adalah random dan

perlakuan ini sangat sering berulang atau dari suatu kristal yang terbentuk secara

lambat, atau partikel-partikel yang terjadi karena proses biologis. Kurva distribusi

normal ditandai dari kurva yang berbentuk lonceng dan simetris terhadap garis

tengah.

Kurva distribusi jumlah

Bila dibuat grafik hubungan antara % R (frekuensi kumulatif) dengan

besar pori ayakan d didapatkan “ Summenverteilungskurve” (cumulative

frequensi curve). Dari kurva ini dapat dibaca berapa % partikel yang ada yang

lebih kecil dari besar pori ayakan rata-rata yang sesuai.

Distribusi normal menurut RRSB

(Rosin – Ramler – Sperling – Bennet)

Dengan penggerusan yang lama dan intensif akan dicapai produk akhir

yang halus dan biasanya distribusi partikel ini tidak merupakan distribusi normal,

ataupun memenuhi logaritma distribusi normal. Tetapi dengan dua kali logaritma

terhadap harga R sebagai ordinat dan log d pada absis akan diperoleh kurva garis

lurus.

Dengan kurva ini akan diperoleh 2 parameter yang cukup untuk

menggambarkan distribusi besar partikel suatu pulva. Parameter tersebut adalah :

1. Parameter d yang diberikan oleh titik potong kurva garis lurus RRSB

dengan garis horizontal pada R = 36,8%.

2. Harga n yang merupakan kemiringan kurva, didapat dengan menarik garis

sejajar dengan kurva RRSB, sampai memotong POL P, perpanjangan garis

ini akan memotong pinggir pengukur pertama. Titik potong ini adalah

sama dengan harga n.

b. Analisa sedimentasi

Dengan metoda ini dapat ditentukan distribusi pulva dengan besar partikel

sampai di bawah 0,040 μm. Kecepatan pengendapan dari partikel dari media gas

atau cairan tergantung pada besar partikel. Jatuhnya partikel dalam media yang

tenang (tidak bergerak), dinamakan pengendapan.

Kecepatan jatuh (kecepatan pengendapan) dari partikel yang berbentuk

bola dalam sutau cairan pendispersi akan memenuhi persamaan Stoke’s:

V =

BULK DENSITY

Sebenarnya densiti pulva dinyatakan dengan bulk density, sedangkan

densiti murni dan densiti granul dapat diartikan sebagai bobot jenis partikel. Bulk

density dapat dibedakan antara:

a. Bulk density untapped (bobot jenis tanpa hentakan)

b. Bulk density tapped (bobot jenis setelah hentakan)

Digunakan alat tap volumeter yang terdiri dari gelas ukur, penahan gelas

ukur, silinder penahan, landasan dan poros (sumbu) penggerak, alat dapat

digerakkan secara mekanis sedemikian rupa dengan hentakan yang dapat dihitung,

alat ini dilengkapi denagn sistem penghitung hentakan, yaitu 25 hentakan dalam

satu menit.

a. Bulk density untapped

Dari sejumlah material yang diketahui beratnya biasanya ditimbang 100

gr, dimasukkan hati-hati ke dalam gelas ukur 200 ml, permukaan serbuk diratakan

dengan pinsel (brush), sehingga volume dapat langsung di baca. Dari berat dan

volume dapat dicari bulk density untapped.

Sebelum pengukuran pulva dikeringkan sampai berat konstan. Di sini

partikel-partikel pulva berada dalam posisi yang teratur dari partiekl-partikel

pulva dapat tercapai pada partikel-partikel isometri. Schutditche ini dapat

memberikan gambaran samapai berapa jauh partikel-partikel yang isometri.

Schuditche ini dapat memberikan gambaran sampai berapa jauh partikel-partikel

pulva masih dapat mengalir dan berorientasi sesamanya.

b. Bulk density tapped

Melalui mekanis penggoyangan atau penghentakan dari material dalam

gelas ukur pada keadaan Schuttvolum adalah mungkin untuk memberikan energi

kepada masing-masing partikel-partikel, dimana energi ini digunakan untuk

mengatasi gaya gesekan antar partikel sehingga dengan demikian terjadilah

keadaan orientasi partikel yang cukup tinggi. Alat yang dapat digunakan adalah

tap volumeter (Stampvolumeter).

Perbandingan antara Stampfdichte dan Schuttdichte dinamakan :

Hausner faktor :

Hf =

Dalam teknologi farmasi faktor ini sebaiknya mendekati harga 1. Makin

besar HF dari 1 maka sifat pulva makin jelak untuk pencetakan tablet, dan untuk

proses pengisian kapsul. Bila perbedaan antara Schuttdichte dan Stampfdichte

besar, maka akan terjadi variasi terhadap masa tablet yang akan dicetak, ataupun

variasi masa granul.

PENCETAKAN TABLET

Dewasa ini banyak dijumpai adanya mesin-mesin cetak tablet dengan model

yang beraneka ragam mulai dari mesin cetak tablet yang mempergunakan tenaga

mesin cetak secara otomatis untuk menbuat tablet bersalut ganda ataupun tablet

berlapis ganda dengan secara otomatis untuk membuat tablet berlapis ganda

dengan segala jenis bentuk punch dan diesnya. Masing-masing mesin ini berbeda

kapasitas produksinya, tapi dasar kerjanya sama.

Mesin cetak yang menggunakan tangan

Merupakan mesin cetak tablet yang paling kecil dan sederhana yang

didesain sedemikian rupa sehingga operasionalnya dapat dengan mempergunakan

tangan. Prinsip kerja yang dimilikinya sama seperti mesin single punch yang lebih

besar. Mesin cetak tangan ini mampu memberikan hasil yang seragam dengan

penampilan yang baik seperti halnya tablet yang dihasilkan dengan mesin cetak

lainnya. Mesin cetak yang mempergunakan tangan cocok untuk maksud

pembuatan tablet dalam jumlah kecil dan juga untuk tujuan penelitian di pabrik-

pabrik maupun di laboratorium perguruan tinggi. Mesin cetak ini mempunyai

kemampuan menghasilkan tablet, 50 tablet per menit, diameter maksimum punch

dan dies yang bisa digunakan pada mesin cetak ini adalah 12,7 mm.

Mesin cetak single punch

Prinsip kerja mesin cetak single punch ini sama dengan mesin cetak yang

mempergunakan tangan. Kemampuan mesin ini untuk mencetak tablet dengan

diameter 12,7 mm adalah 60-90 tablet per menit, makin besar diameter tablet yang

akan dicetak semakin berkurang jumlah tablet yang akan dihasilkannya. Hal ini

disebabkan untuk mencetak tablet dengan diameter yang besar yang

membutuhkan tenaga/tekanan lebih besar lagi. Tekanan ini dapat dipenuhi apabila

daya kerja mesin maksimal pada kecepatan rendah.

Mesin cetak rotari

Desain mesin cetak rotari maupun cara operasionalnya sangat berbeda

sekali dengan mesin cetak single punch apalagi dengan mesin cetak yang

menggunakan tangan. Mesin cetak rotari ini dilengkapi dengan meja die yang

bundar yang memiliki beberapa dies di dalamnya disertai satu set punch yang

jumlahnya sesuai dengan dies yang ada pada meja tersebut.

Perbedaan prinsip kerja mesin cetak tablet :

Single punch :

a. Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah punch

atas.

b. Pengaturan tekanan maupun bobot tablet baru dapat dilakukan pada saat mesin

tidak berjalan.

c. Mampu memproduksi 5100/jam diameter 22,23 dan tebal 17,8 mm.

Rotary :

a. Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah punch

bawah.

b. Pengaturan tekanan maupun bobot tablet dapat dilakukan saat mesin

sedang berjalan.

c. Mampu memproduksi 800/menit, diameter 12,7 dengan tebal 17,8-50,8

mm.

Mesin cetak rotary ganda

Disainnya hampir sama dengan mesin cetak rotary yang berganda

sehingga maupun menghasilkan 2 sampai 3 lapisan tablet. Disainnya sedemikian

rupa, dilengkapi banyak hopper tergantung dari jumlah lapisan yang akan dibuat,

misalnya untuk tablet dengan dua lapisan dimana hopper juga dua, hopper

pertama untuk lapisan pertama, hopper kedua berisi granul untuk lapisan kedua.

Pengisian ruang cetak dies dilakukan dua kali. Pertama akan diisi granul dan

hopper pertama kemudian diatasnya diisi oleh granul dari hopper kedua.

Pencetakan hanya satu kali, maka hasilnya akan didapat tablet denagn dua lapis

yang berbeda.

Cara ini dapat digunakan untuk bahan obat yang tidak dicampurkan, dapat

diproses dalam bentuk granul yang berbeda. Mesin cetak ganda ini mempunyai

model, model pertama dengan 39 station untuk ukuran diameter maksimum 15,8

mm, model kedua 47 station dengan diameter maksimum 11,1 mm dengan

kapasitas 1250 dan 500 tablet/menit.

UKURAN TABLET

Farmakope menetapkan ukuran diameter tablet dengan berat yang sesuai

farmakope Indonesia menetapkan bentuk tablet kecuali dinyatakan lain, diameter

tablet tidak boleh melebihi tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga tebal

tablet. Perbandingan ini ada kaitannya denagn penampilan yang menarik sebagai

hasil perkiraan bobot per tablet sesuai dengan jumlah zat berkhasiat yang

dikandungnya.

Pemeriksaan dilakukan terhadap tablet dengan menggunakan alat

mikrometer atau jangka sorong yang bersifat manual. Lakukan pengukuran

terhadap 20 tablet tersebut catatkan dan ambil rata-ratanya, maka rata-rata tersebut

merupakan ukuran diameter tablet yang dimaksud keseragaman bobot.

Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung pada

volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis tengah

cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompresi).

KESERAGAMAN BOBOT

Tablet yang tidak dilapisi (seperti dengan gula atau salut enterik) harus

memenuhi peraturan berikut ini :

Berat rata-rata ditentukan dengan menimbang dua puluh tablet. Apalagi

tablet tersebut ditimbang satu per satu. Farmakope Indonesia menyatakan bahwa

tidak lebih dari dua tablet mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom A

dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan lebih dari

kolom B yang tertera di dalam Farmakope Indonesia.

USP mempunyai variasi berat standar, dimana tablet resmi harus

disesuaikan. Pengawasan mutu diperlukan selama produksi dan secara periodik

dilakukan pemeriksaan berat tablet, karena akan melibatkan biaya produksi yang

sangat besar apabila pada akhir produksi ternyata menghasilkan tablet yang tidak

memenuhi persyaratan.

KERAPUHAN TABLET

Tidak jarang tablet kompresi menggunakan tekanan kecil dari 3000 dan

lebih besar dari 40.000 pound dalam produksinya. Umumnya semakin besar

tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga

menentukan kekerasan tablet. Ketahanan tablet terhadap daya getaran dan geseran

juga perlu ditentukan. Sebagai kerapuhan tablet ditandai sebagai massa

keseluruhan partikel, yang berjatuhan dari tablet melalui bahan pengujian

mekanik. Kerapuhan diberikan dalam persen yang ditentukan dari massa tablet

sebelum pengujian.

Sejumlah tester pengukur kekerasan tablet dipakai pada waktu sekarang

ini, untuk mengukur tingkat kekuatan (dalam kg, pound, atau dalam unit yang

berubah-ubah), yang dibutuhkan dalam memecahkan tablet. Dalam bidang

industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg.

Penetapan kekerasan tablet ditetapkan waktu berproduksi supaya penyesuaian

tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya.

Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ialah dengan memakai

friabilator. Alat ini menetapkan friabilitas tablet (tendensi untuk pecah) dengan

cara melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam alat penggulir berputar. Tablet

ditimbang sebelum dan sesudah sejumlah sekian kali putaran maka berat yang

hilang pun dihitung. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet

tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dalam penanganan,

pengemasan dan pendistribusian.

DESINTEGRASI

Desintegrasi atau dikenal juga dengan waktu hancur tablet, pemeriksaan

dilakukan terhadap 6 tablet (Farmakope Indonesia Edisi II 5 tablet), dengan

menggunakan alat penentu waktu hancur dengan memakai medium air dan suhu

36 sampai 38oC .

Uji hancurnya tablet menentukan apakah tablet dapat hancur dalam waktu

tertentu apabila diletakkan di dalam medium cair pada keadaan percobaan

tertentu. Desintegrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana tidak ada sisa-sisa

tablet kecuali pecahan-pecahan bahan penyalut tablet yang tidak larut tertinggal di

atas dawai kasa alat uji.

Peralatan yang digunakan suatu tabung kaca atau plastik panjangnya 80

mm hingga 100 mm, diameter sebelah dalam lebih kurang 28 mm, dan sebelah

luarnya 30-31 mm, bagian bawah dilengkapi dengan kepingan dawai tahan karat

yang memenuhi syarat ayakan lobang 2 mm. Dawai ini dipasangkan sedemikian

rupa sehingga tidak mengubah ukuran diameter tabung.

Tabung ini kemudian dimasukkan ke dalam silinder kaca, yang

berdiameter dalam lebih kurang 45 mm, yang mengandung air bersuhu seperti

disebut di atas, sedalam tidak kurang daripada 15 cm. Tabung ini digantung

sebagian rupa hingga dapat digerakkan ke atas dan ke bawah dengan kedudukan

paling tinggi bagian bawahnya (kawat kasa) tepat di atas permukaan air dan

paling rendah mulut tabung tepat tidak masuk ke dalam air.

Mekanisme hancurnya suatu tablet sudah banyak diteliti orang dan para

peneliti ini telah mencoba untuk menerangkan apa sebenarnya yang

menyebabkan tablet dapat pecah. Ada beberapa teori yang dikembangkan yaitu:

a. Tablet pecah disebabkan daya pengembangan dari zat penghancur

b. Tekanan pengembangan

c. Daya kapilaritas

d. Panas pembasahan

e. Daya tolak menolak antar partikel

f. Karena terbentuknya gas dan lain sebagainya.

Sampai sekarang tidak ada konstitusi umum yang dapat diberikan, apa

sebab sebenarnya suatu tablet dapat hancur. Tetapi suatu hal yang tidak diragukan

lagi adalah bahwa penyerapan air oleh massa tablet adalah langkah awal dari

setiap proses desintegrasi. Proses penyerapan air ini juga penting pada proses

pembuatan pasta atau sediaan-sediaan setengah padat lainnya.

Karena penyerapan cairan adalah suatu hal/parameter yang penting adalah

dalam teknologi farmasi :

Ada beberapa definisi tentang penyerapan cairan :

a. Daya penyerapan cairan suatu substan adalah banyaknya cairan (air) dalam

gram/cm3 yang dapat diperoleh 1 gram substan.

b. Daya penyerapan cairan (bilangan Enslin) adalah banyaknya (air) dalam gram

yang dapat diserap secara maksimum oleh 1 gram substan setelah waktu

maksimum 15 menit. Contoh : ω = bilangan Enslin substan 4/1,3, ini berarti

baha 1 gram substan setelah waktu 4 menit dapat menyerap air sebanyak 1,3

gram.

PENGUKURAN KEKERASAN TABLET

Pengukuran dilakukan terhadap 10 tablet, petunjuk resmi tentang jumlah

tablet ini masih berbagi ragam, tetapi dengan makin banyak diukur jumlahnya

makin kecil kesalahan yang ditemui. Petunjuk resmi tentang beberapa kekerasan

suatu tablet secara jelas belum ada. Bagaimanapun tbalet yang begitu rapuh akan

rendah mutunya. Kekerasan tablet perlu dinilai untuk menjamin keutuhan

bentuknya selama waktu penyimpanan dan proses pemgemasan dan

pengangkutannya serta ada kaitannya dengan waktu hancur.

Alat-alat yang digunakan dengan penunjuk angka kekerasan banyak

diperoleh. Antaranya adalah lat uji kekerasan ‘Strong Cobb’, ‘Stokes – Monsato’

dan alat uji kekerasan ‘Erweka’. Di dalam praktikum ini digunakan salah satunya

yaitu ‘ Stokes - Monsanto’ yang merupakan kategori alat yang manual.

DISOLUSI TABLET

Disolusi adalah suatu proses dimana bahan padat melarut ke dalam

medium disolusi dan laju disolusinya senyawa padat ditentukan oleh laju difusi

suatu lapisan yang sangat tipis dari larutan jenuh yang terbentuk di sekeliling

bahan padat. Penentuan disolusi dapat dilakukan secara invitro dimana kecepatan

disolusi menurut persamaan Noyes san Whitney, hubungan sbb :

dQ = D – A ( Cs – C )dt h

dQ = kecepatan disolusi dt

D = koefisien difusi bahan terlarut dalam medium disolusi.

A = luas permukaan efektif

h = tebal lapisan difusi

Cs = kelarutan bahan aktif dari medium

C = Konsentrasi bahan terlarut dalam medium disolusi.

Tujuan dan prinsip disolusi secara invitro :

1. Untuk meramalkan kecepatan disolusi suatu obat dalam saluran cerna.

2. Merupakan suatu pegangan dalam pengembangan suatu produk sediaan obat.

3. Untuk mengawasi keseragaman suatu produk sediaan obat dari batch ke batch.

Disolusi merupakan salah satu pendekatan untuk meramalkan ketersediaan

biologis obat dalam tubuh. Prinsip penentuan disolusi bahan aktif sediaan yaitu

dengan menentukan jumlah bahan aktif terlarut pada setiap selang waktu tertentu.

Alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul atau

tablet terdiri dari:

1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah.

2. Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke

ujung batang pengaduk.

3. Bejana dari gelas atau bahan inert lainnya dan transparan dengan volume 1000

ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk

menempelkan pengaduk dan ada lubang pada tempat masuk pada 3 tempat.

4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi

(temperatur dipertahankan 37oC 0,5oC).

Satu tablet yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam

keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam

monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis

kimia adri bagian obat yang larut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi secara invitro :

1. Kecepatan pengadukan

Jika pengadukan cepat maka disolusi cepat. Pengadukan juga mempengaruhi

tebal lapisan difusi. Bila pengadukan cepat maka lapisan difusi kecil sehingga

kecepatan disolusi bertambah.

2. Suhu medium

Jika suhu tinggi, viskositas akan turun sehingga koefisien difusi akan naik.

3. pH medium

Kecepatan disolusi asam lemah akan naik dengan naiknya pH dan kcepatan

disolusi basa lemah akan menurun denagn naiknya pH.

4. Viskositas medium

Viskositas yang besar yang akan memberikan koefisien difusi yang kecil,

sehingga kecepatan disolusi menjadi berkurang.

5. Sifat fisika dan kimia bahan aktif

Sifat hidrofil – hidrofob, jika bahan hidrofob terdispersi dalam media disolusi

maka luas permukaan partikel yang kontak dengan medium disolusi menjadi

berkurang.

Ukuran partikel: makin kecil ukuran partikel, luas permukaan besar sehingga

kecepatan disolusi menjadi besar.

Kelarutan: Menurut Noyes dan Whitney, kelarutan bahan aktif berbanding

lurus dengan kecepatan disolusi.

6. Tegangan permukaan

Tegangan permukaan antara bahan obat dengan obat dengan medium disolusi

obat, dengan penambahan surfaktan pada senyawa hidrofob akan menaikkan

kecepatan disolusi. Hal ini karena surfaktan akan menurunkan tegangan

permukaan antara senyawa tersebut dengan medium disolusi menjadi naik,

akibatnya kecepatan disolusi menjadi besar.

7. Faktor formulasi

Bahan pengisi: Granul yang dibuat dengan bahan pengisi yang hidrofil maka

kecepatan disolusi menjadi cepat karena permukaan granul lebih mudah

terbasahi oleh medium disolusi terutama untuk bahan aktif yang bersifat

hidrofob.

Bahan pengikat: Jika bahan pengikat bersifat hidrofob kecepatan disolusi akan

diperlambat sedangkan bahan pengikat yang hidrofil akan mempercepat

kecepatan disolusi tablet.

Bahan penghancur: Adanya bahan penghancur akan memecahkan granul

sehingga kontak bahan aktif dengan medium disolusi menjadi besar dan

kecepatan disolusi menjadi besar.

Ukuran granul: Makin kecil ukuran ganul, kecepatan disolusi semakin besar.

Bahan lubrikan: Umumnya bersifat hidrofob sehingga akan memperlambat

kecepatan disolusi tetapi lubrikan yang mempunyai sifat menurunkan

tegangan permukaan akan mempercepat disolusi.

Bahan pembasah: Surfaktan ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dari

senyawa hidrofob sehingga dapat mempercepat disolusi.

8. Faktor teknik pembuatan

Yaitu prosedur pembuatan dan gaya kompressi tablet. Denagn penambahan

daya kompresi ikat antar partikel maka kecepatan disolusi akan berkurang,

tapi jika dengan bertambahnya daya kompresi menyebabkan berkurangnya

daya ikat antar partikel, maka kecepatan disolusi akan bertambah besar.

BAB III

MONOGRAFI

1. Paracetamol

Rumus bangun:

Nama kimia : N–asetil–4 –aminophenol

Sinonim : Paracetamol, Acetaminophen, paracetamolum, 4

hydroxyacetanillida, N-(4-hidroxyphenyl) acetanillida.

Rumus molekul : C8H9NO2

Bobot molekul : 151,16

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, tidak berbau dan rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol, dalam

13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol, dalam 9 bagian propilen glikol,

larut dalam larutan alkali hidroksida.

Suhu Lebur : 169 – 172oC

Wadah : Wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.

Khasiat : analgetika, antipiretikum.

2. Amilum

Pemerian : Serbuk sangat halus putih.

Kelarutan : Praktis tidak larut dengan air dingin dan etanol.

Wadah : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan .

Amilum merupakan bahan penghancur yang paling umum dipakai, dapat

digunakan sebagai bahan penghancur dalam intragranular dan sebagai

penghancur luar ekstragranular.

Amilum mempunyai aktivitas sebagai penghancur dengan membentuk

ikatan jembatan hidrogen waktu dikompresi dan segera lepas bila kelembaban

berlebihan.

3. Pasta Amyli

Pemerian : Warna putih sampai kuning pucat bubuk atau granul

(higroskopik) tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa mucillaginos

(seperti kertas).

Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan

larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik.

4. PEG

Pemerian : Serbuk migroskopik silica dengan ukuran partikel kira-

kira 15 nm, terang, putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, bentuk amorph.

Sinonim : Cab-O-sil; colloidal silica; sillicondioksida.

Khasiat : adsorben

PEG mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap air yaitu 50 %

dari beratnya tanpa kehilangan daya mengalirnya. Penggunaan PEG dalam

tablet mempunyai fungsi ganda, disamping sebagai absorben juga berfungsi

sebagai glidant dan dapat mencegah terjadinya picking.

BAB IV

FARMAKOLOGI

1. Farmakodinamika

Efek analgetik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan

atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah,

oleh karena itu tidak digunakan sebagai anti reumatik. Paracetamol merupakan

penghambat biosintesa prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan

pendarahan lambung tidak terlihat. Demikian juga gangguan pernafasan dan

gangguan kesetimabangan asam basa. Sebagai analgetik sebaiknya paracetamol

tidak digunakan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan neuropati

analgetik.

2. Farmakokinetika

Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui salauran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh

antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25%

paracetamol terikat pada protein plasma. Dimetabolisme oleh enzim mikrosom

hati, sebagian paracetamol (80%) dikonyugasi oleh glukoronat dan sebagian kecil

lainnya adalah dengan asam sulfat. Selain itu juga dapat mengalami hidroksilasi.

Metabolit hasil hiroksilasi ini dapat menimbulkan mathermoglobinemia dan

haemolisis eritrosit. Obat ini disekresi melalui ginjal, sebagian kecil paracetamol

(30%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.

3. Indikasi

Di Indonesia, penggunaan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik

telah menggantikan penggunaan salisilat sebagai analgetik. Paracetamol

sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan

neuropati analgetik. Jika dosis besar atau terapi tidak memberi manfaat, biasanya

dosis lebih besar tidak menolong.

4. Efek samping

Reaksi alergi terhadap derivat para amino fenol jarang terjadi.

Manifestasinya berupa eritem dan utikariadan gejala yang lebih berat berupa

demam dan lesi pada mukosa.

BAB V

PROSEDUR PERCOBAAN

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan :

a. Pembuatan granul

- Timbangan

- Bekerglass

- Gelas ukur

- lumpang dan stamper

- ayakan mesh 12

- lemari pengering

- paracetamol

- amylum

- amprotab

- pasta CMC

- air

b. Aliran serbuk, sudut longsor dan kadar air

- corong

- Stopwatch : untuk mengukur waktu aliran serbuk

- Kertas grafik untuk tempat jatuhnya serbuk

- Jangka sorong untuk mengukur diameter aliran serbuk dan tinggi

serbuk

- Infrared Moisture Balance unutk mengukur kadar air dan granul

c. Bulk density

- Untuk mengukur bulk density untapped dan bulk density tapped

digunakan tap volumeter yang teriri dari gelas ukur, silinder panah,

landasan dan proses penggerak.

- sistem penghitung hentakan

- Untuk mengukur bj benar digunakan piknometer dan parafin sebagai

pelarut yang bertekanan permukaan rendah dan tidak melarutkan

granul.

- Untuk mengukur ukuran serbuk digunakan ayakan vibrasi yang

memiliki pori ayakan dalam skala : 850, 600, 355, 250, 212, 150, 125,

90, alas.

- Granul

d. Mencetak tablet parasetamol

- Timbangan

- Alat penghomogen campuran

- Amylum

- aerosil

- Mesin pencetak tablet

- Mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter dan tebal

tablet.

- Granul

e. Desintegrasi tablet

- Alat yang digunakan untuk desintegrasi yang terdiri dari tabung kaca

atau plastik panjangnya 80 mm sampai 100 mm diameter sebelah

dalam 28 mm dan sebelah luar 30 – 31 mm. Bagian bawah dilengkapi

denagn kepingan dawai anti karat yang memenuhi syarat lobang

ayakan 2 mm.

- tablet

f. Disolusi tablet

- Alat disolusi menggunakan dayung

- Medium disolusi 1000 ml asam klorida 0,1 N

- Air untuk pengenceran, air yang digunakan adalah aquadest.

- Gelas ukur

- Labu ukur

- pipet gondok untuk pengambilan sampel dan pergantian medium

- Spektofotometer untuk mengukur absorbannya

- Alat untuk mengukur waktu

Cara Kerja

a. Pembuatan Granul

Formula yang direncanakan :

Tablet mengandung :

Paracetamol 200

Amprotab 5%

Amylum qs

Pengikat

Pasta Amyli 3%

Fase luar

PEG 1%

Amylum 5%

Bobot tablet 300 mg

Alasan pengambilan bahan:

1. Paracetamol

Merupakan zat yang bersifat analgetik dan antipiretik yang sempurna

diserap saluran cerna, pada formula ini tablet mengandung 300 mg dengan

pertimbangan dosis untuk anak-anak.

2. Amylum

Sebagai bahan penghancur tablet, amylum mempunyai sifat tidak larut

dalam air, sehingga mempunyai sifat pengembangan yang baik dalam air.

3. Amprotab

Sebagai penghancur karena sifat mengembangnya jika terkena air

sehingga tablet akan pecah.

4. Pasta Amyli

Sebagai bahan pengikat tablet yang diberikan pasta Amyli akan menjadi

cukup keras.

5. PEG

Digunakan sebagai pelincir memiliki permukaan spesifik yang tinggi dan

terbukti sebagai bahan pengatur aliran. Mengurangi gesekan antar partikel.

Penimbangan bahan

Penimbangan bahan ini untuk 100 tablet:

bobot total adalah 100 x 300 mg = 30.000 mg = 30 g.

1. Paracetamol = 200 mg x 100 = 20 g

2. Amprotab = 5% x 30 g = 1,5 g

3. PEG = 1% x 30 g = 0,3 g = 300 mg

4. Amylum = 5% x 30 g = 1,5 g

5. Pasta Amyli = 3% x 50 ml = 1,5 ml = 1,5 g

6. Amylum qs = 30 g – ( 20 g + 1,5 g + 0,3 g + 1,5 g + 1,5 g )

= 30 g – 24,8 g

= 5,2 g

Pembuatan Granul :

1. Siapkan alat dan timbang semua bahan yang diperlukan.

2. Bersihkan lumpang dan stamfer.

3. Lakukan penghalusan paracetamol dalam lumpang dengan cara

menggerusnya.

4. Buat pasta Na CMC

Timbang Na CMC 3 gram dan ditambahkan air 100 ml air panas, aduk

homogen, panaskan terus sampai terbentuk pasta.

5. Lakukan pembuatan granulasi absah

Ke dalam lumpang masukkan paracetamol, gerus. Tambahkan amprotab,

lalu amylum 5 % gerus hingga homogen setelah itu baru tambahkan Na

CMC sampai terbentuk adonan yang bisa dikepal.

6. Lewatkan pada ayakan mesh no 12 kemudian keringkan.

7. Setelah kering lewatkan lagi pada mesh no 26, timbang.

8. Terakhir tambahkan amylum

( pengeringan dilakukan pada suhu 50 – 60 0C selama 8 – 12 jam).

b. Aliran Serbuk, Sudut Longsor dan Kadar Air.

Aliran Serbuk:

1. Timbang serbuk (35 g), masukkan ke dalam corong yang bagian

bawahnya ditutup dengan jari.

2. Pada saat yang bersamaan buka tutup corong dan hidupkan stopwatch.

3. Pada saat serbuk tepat mengalir semuanya, matikan stopwatch.

4. Catat waktu yang dibutuhkan serbuk untuk mengalir

5. Ukur diameter dasar serbuk yang diletakkan di atas kertas grafik yang

ukuran tinggi kerucut dengan jangka sorong.

6. Sudut longsor diukur dengan tan φ = tinggi tumpukan serbuk Jari-jari tumpukan serbuk

Penentuan kadar air serbuk:

1. Menggunakan infrared moisture balance.

2. 5 gram serbuk diletakkan pada piring timbangan sebelah kanan dan

timbangan 5 g diletakkan pada piring sebelah kiri, posisi skala adalah nol,

posisi lampu di letakkan pada ketinggian 6 cm maka berarti suhu 105 oC.

3. Hidupkan lampunya dengan demikian perhitungan dimulai.

4. Perhatikan skala kadar air pada alat, kalau serbuk mulai mengering maka

skala kesetimbangn mulai berubah, dengan bantuan knop indikator dapat

digerakkan kembali.

5. Bila indikator kesetimbangan telah berhenti maka serbuk percobaan telah

betul-betul kering dan % air yang hilang dapat dicari.

6. Lakukan ulangan sebanyak tiga kali ulangan

7. Jika berat kering ditimbang kembali maka dapat dihitung kadar air dengan

persamaan :

Kadar air =

W1 = berat serbuk awal

W2 = berat serbuk kering

c. Ukuran Partikel dan Bulk Density

Ukuran Partikel:

1. Timbang masing-masing ayakan dalam keadaan kering catat.

2. Ayakan disusun sedemikian rupa dan dipasang pada alat vibrasi yang

tersedia. Ayakan disusun dari yang kecil di bawah dan yang besar di atas

dan ditutup.

3. Timbang serbuk 20 g dan diletakkan di atas ayakan yang paling atas atau

pori yang paling besar.

4. Letakkan ayakan pada alat vibrasi

5. Jalankan percobaan dengan vibrasi selama 10 menit.

6. Timbang kembali masing-masing ayakan sehingga di dapat berat serbuk

masing-masing ayakan yaitu dengan mengurangkan berat kosong dari

ayakan tadi, ini diberikan tanda dibagian simbol a atau siebruekstand.

7. Hitung berat kumulatif dalam % dari masing-masing berat a yang

diperoleh maka simbol b atau ruekstand R%.

8. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali sehingga akan diperoleh angka

rata-rata untuk memperhitungkan secara statistik.

Bulk Density:

1. Terlebih dahulu alat tap volumeter dikalibrasi untuk mengetahui berapa

waktu yang dibutuhkan untuk 1250 x hentakan, yaitu dengan cara :

Pasang alat dimana tap volumeter dalam keadaan kosong.

Hitung jumlah hentakan dalam 1 menit.

2. Timbang granul (34g), masukkan ke dalam gelas ukur dan permukaan atas

serbuk diratakan sehingga volumenya dapat dibaca (V1) dengan demikian

BJ murni dapat ditentukan (Do).

3. Gelas ukur dijalankan dan akan terjadi hentakan, buat hentakan sebanyak

1250 kali dan baca volume serbuk (A) kemudian dilakukan penghentakan

kedua kalinya sebanyak 1250 kali dan baca volume serbuk (B). Bila selisih

pembacaan A dan B tidak melebihi 2 cm2 maka adalah volume mampat

(Vt) maka dengan demikian BJ mampat dapat dihitung (Dt).

4. Bandingkan BJ murni dan BJ mampat, Fakto Hausner, kompresibilitas dan

porositasnya.

Dengan rumus :

d. Pembuatan Tablet

Mencetak tablet Paracetamol 300 mg:

1. Timbang jumlah granul kering.

2. Tambahkan bahan penghancur luar dan pelincir dengan jumlah yang

sesuai kemudian campur dan aduk dengan alat pencampur.

3. Timbang 300 mg granul dan masukkan ke dalam corong, jalankan maesi

dan pencetakan tablet dimulai, tablet yang jadi ditampung dalam wadah.

4. Buatlah tablet sebanyak yang telah diperhitungkan.

5. Kemudian lakukan evaluasi selanjutnya.

6. Besar ukuran tablet disesuaikan dengan bobot tablet yang diinginkan

sehingga diameter tablet tidak melebihi dari 3 kali dan tidak kurang dari 1

1/3 tebalnya.

Ukuran tablet:

1. Pemeriksaan dilakukan terhadap 10 tablet dengan menggunakan

mikrometer atau jangka sorong yang bersifat manual.

2. Lakukan pengukuran terhadap 10 tablet tersebut/ambil rata-ratanya maka

rata-rata tersebut merupakan ukuran tablet yang sebenarnya.

Keseragaman bobot

Berat rata-rata ditentukan dengan menimbang 20 tablet masing-masing,

dengan penimbangan dapat dihitung karena besarnya standar deviasi dengan

menggunakan cara berikut:

S = standar deviasi

X1 = berat tablet dalam gram

X2 = kuadrat deviasi

Kerapuhan Tablet:

1. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet, dimana tablet dibersihkan dari

debu kemudian ditimbang (W1).

2. Lakukan pemutaran alat friabiliator selama 4 menit, setelah itu bersihkan

dari debu, kemudian timbang W2.

3. Maka kerapuhan tablet dapat ditentukan, dimana kehilangan yang

dibolehkan adalah kurang dari 0,8 dari berat asal tablet.

Kekerasan tablet:

1. Percobaan dilakukan terhadap 6 tablet dengan menggunakan alat

hardnesstester

2. Letakkan tablet pada alat

3. Putar skrup pada alat sampel tablet pecah

4. baca skalanya.

e. Desintegrasi

1. Isi bejana dengan aquadest yang jumlahnya sedemikian rupa sehingga

pada saat keranjang turun permukaannya tidsk tenggelam dalam cairan dan

pada saat naik permukaan bawah tidak melebihi permukaan cairan.

2. Atur suhu larutan 370C ± 20C

3. Isi tablet 3 buah kedalm tabung.

4. Catat suhu saat tablet telah melewati saringan pada tabung.

5. Percobaan dilakukan lima kali dengan setiap kali pengulangan cairan yang

digunakan selalu diganti dengan yang baru sebanyak cairan yang

dikeluarkan.

f. Disolusi Tablet

1. Buat medium disolusi yaitu HCl 0,1N 1000 ml sebanyak dua buah. Satu

untuk medium disolusi dan satu lagi untuk menambah medium setelah

pengambilan waktu tertentu.

2. Medium dipanaskan dalam termostat hingga suhu larutan 370C

3. Tablet diletakkan di dasar medium disolusi dan diatasnya terdapat dayung

yang berbentuk pedal yang berputar

4. Pada waktu 5, 10 , 15, 30, 45, 90 menit ambil 5ml larutan masukkan

kelabu ukur 25ml tambahkan medium disolusi dengan jumlah yang sama

sehingga volume tetap.

5. Setiap pengambilan sampel lakukan pengeceran HCl 5ml larutan

diencerkan dengan HCl hingga 25 ml kemudian ambil 5 ml dan encerkan

dengan HCl hingga 25ml.

6. buat kurva kalibrasi dengan mengukur serapan HCl dengan konsentrasi

(dalam mg/ml) 2, 4, 6, 8, 10 pada perpanjangan gelombang 243 nm.

7. Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang 243 nm.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Komposisi tablet terdiri dari zat aktif, bahan

pengisi, bahan pengikat, pelincir, zat penahan lembab serta zat

pengabsorbsi dan anti bahan peledak.

2. Cara pembuatan tablet ada beberaap cara, antara lain dengan cara cetak

langsung , granulasi basah, granulasi kering, cara-cara khusus serta

granulasi dasar.

3. Evaluasi tablet meliputi : evaluasi bahan baku, evaluasi granul, evaluasi

dalam proses serta evaluasi tablet jadi.

4. Ketebalan dan diameter tablet menurut Farmakope Indonesia III adalah

tidak lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari satu sepertiga diameter

tablet.

5. Untuk desintegrasi tablet tak bersalut pada farmakope Indonesia III adalah

lima menit.

6. Friabilitas tablet yang diizinkan adalah : 0,5 – 1%.

7. Disolusi tablet menurut Farmakope Indonesia III adalah dalam waktu 90

menit harus larut dan tidak kurang dari 50% paracetamol dari jumlah yang

tertera pada etiket.

8. Sudut longsor untuk granul yang dibuat secara granulasi basah adalah

kurang dari 30o.

9. Kompresibilitas yang dibuat secara granulasi basah yang bagus adalah 5 –

15 % dan porositasnya adalah 2 – 10 %.

Saran

Untuk praktikan selanjutnya diharapkan praktikan agar :

1. Melakukan penimbangan dengan hati-hati sehingga di dapat hasil yang

akurat.

2. Pada saat pengeringan granul jangan terlalu lama diletakkan dalam lemari

pengering.

3. Pada penambahan bahan pengikat, agar teliti melihat kondisi granul,

sehingga bisa di dapat hasil yang diinginkan.

4. Lebih hati-hati dalam pembacaan skala pada alat misalnya pada penetapan

kadar air, pengamatan yang menggunakan jangka sorong.

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ................................................

....

2. TEORI ................................................

....

3. FARMAKOLOGI DAN MONOGRAFI

....................................................

4. ALAT DAN BAHAN

....................................................

5. CARA KERJA

....................................................

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

....................................................

7. KESIMPULAN DAN SARAN

....................................................