Laporan Resmi Praktikum Steril p5

20
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERIL PRAKTIKUM V PEMBUATAN TETES MATA KLORAMFENIKOL DAN UJI STERILITAS Oleh: Nama : Desi Riza Pratiwi NIM : 10/304988/FA/08652 Kelas : A 2010 Golongan/Kelompok : IV/4 Hari,Tanggal Praktikum : Jumat, 5 April 2013 Dosen jaga : Drs. Mufrod, M.Sc., Apt. Asisten jaga : Asisten koreksi : LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

Transcript of Laporan Resmi Praktikum Steril p5

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERIL

PRAKTIKUM V

PEMBUATAN TETES MATA KLORAMFENIKOL DAN UJI

STERILITAS

Oleh:

Nama : Desi Riza Pratiwi

NIM : 10/304988/FA/08652

Kelas : A 2010

Golongan/Kelompok : IV/4

Hari,Tanggal Praktikum : Jumat, 5 April 2013

Dosen jaga : Drs. Mufrod, M.Sc., Apt.

Asisten jaga :

Asisten koreksi :

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Pembuatan Tetes Mata Kloramfenikol Dan Uji Sterilitas

I. Tujuan

Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat tetes mata

kloramfenikol.

II. Dasar teori

Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang

ditujukan untuk dimasukkan dalam saccus conjungtival. Tetes mata dapat

mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi

seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fiostigmin sulfat atau obat midriatik

seperti atropin sulfat (Ansel, 1989). Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas

partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa

sehingga sesuai digunakan pada mata (Farmakope Indonesia IV, 1995).

Pada pembuatan obat mata perlu diperhatikan hal khusus sebagai berikut:

Toksisitas bahan obat

Tonisitas

Kebutuhan akan dapar

Sterilitas

Kemasan yang tepat

Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyai kapasitas

dapar tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaran air mata dan

penetralan cepat setiap perubahan pH tertentu. Secara ideal larutan obat

mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air mata. Hal ini tidak selalu

dapat dilakukan, karena pada pH>7,4 banyak obat yang tidak cukup larut dalam

air. Selain itu banyak obat yang secara khemis tidak stabil pada pH mendekati

7,4. ketidakstabilan ini lebih nyata pada suhu tinggi yaitu pada saat sterilisasi

dengan pemanasan. Oleh karena itu pada system dapar harus dipilih sedekat

mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan

obat ataupun mempercepat kerusakan obat.

Nilai isotonisitas cairan mata isotonic dan darah mempunyai nilai

isotonisitas sesuai dengan larutan NaCl p 0,9%. Secara ideal larutan obat mata

harus mempunyai nilai isotonisitas tersebut, tetapi mata tahan terhadap

isotonisitas rendah setara dengan larutan NaCl p 0,6% dan tertinggi setara dengan

larutan NaCl p 0,2% tanpa gangguan yang nyata.

Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut

air, basa lemah atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat- sifat

fisikokimia yang harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formulasi

larutan optalmik yaitu :

1. Kelarutan

2. Stabilitas

3. pH stabilitas dan kapasitas dapar

4. kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula

Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroksida, sulfat dan

nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan

garam natrium (Lund, 1994).

Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila

digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada

permukaan mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk

menjamin sterilitas pada pemakaina pertama. Sedangkan untuk penggunaan

pembedahan, disamping steril, larutan obat mata tidak boleh mengandung

antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata (Farmakope Indonesia IV,

1995).

III. Alat dan bahan

Alat :

Timbangan

Vial

Gelas pengaduk

Gelas beaker

pH meter

Gelas ukur

Penutup botol

Penangas air

Glassware

Bahan :

Asam borat

Natrium tetra borat

CMC - Na

Kloramfenikol

Aqua p.i.

Phenilhydrargyrinitas

IV. Prosedur kerja

a. Formula

R/ tiap ml mengandung :

- Kloramfenikol 50 mg

- Asam borat 150 mg

- Natrii tetra borat 30 mg

- Phenilhydrargyrinitas 100 µg

- Aqua Pi ad 10 ml

b. Cara kerja

Asam borat dan natrii tetra borat dilarutkan dalam aqua p.i (larutan 1)

Kloramfenikol ditambahkan pada larutan 1

larutan distir sampai larut sempurna

Larutan kloramfenikol dimasukkan ke dalam vial sebanyak 10 ml, ditutup

kedap

Larutan kloramfenikol disterilisasi dengan cara B

Tetes mata yang dihasilkan diamati

Diberi etiket biru

V. Pemerian

a. Kloramfenikol

C11H12Cl2N2O5 BM : 323,13

Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari

103,0% C11H12Cl2N2O5.

Pemerian : hablur halus berbentk jarum atau lempeng memanjang, putih

hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap

lakmus p, stabil dalam larutan netral atau agak asam.

Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam glikol,

dalam aseton dan dalam etil asetat. (Farmakope Indonesia IV, 1995).

b. Natrii tetra borat

Na2B4O7.10H2O BM : 381,37

(Farmakope Indonesia IV, 1995).

c. Asam borat

H3BO3 BM : 61,83

(Farmakope Indonesia IV, 1995).

d. Phenylhidrargirinitas

C12H11Hg2NO4 BM : 634,45

Fenilraksa (II) nitrat adalah campuran fenilraksa (II) nitrat dan fenilraksa (II)

hidroksida. Mengandung tidak kurang dari 87,0% dan tidak lebih dari 87,9%

ion fenilraksa (II) (C6H5Hg*) dan tidak kurang dari 62,75% dan tidak lebih

dari 63,50 % raksa (II) (Hg).

Pemerian : serbuk hablur putih, diperngaruhi oleh cahaya. Larutan jenuh

memberikan reaksi asam terhadap lakmus.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol dan

dalam gliserin, lebih mudah larut dengan adanya asam nitrat atau alkali

hidroksida. (Farmakope Indonesia IV, 1995).

e. Aqua pro injectione

Air untuk injeksi

Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali,disterilkan

dengan cara sterilisasi A atau C.

Pemerian : keasaman-kebasaan, ammonium, besi, tembaga, timbal, kalsium,

klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada aqua

destilata. ( Farmakope indonesia III,1979)

VI. Data percobaan dan hasil

Penimbangan untuk 60 ml larutan suspensi :

- Kloramfenikol 300 mg

- Asam borat 900 mg

- Natrii tetra borat 180 mg

- Phenilhydrargyrinitas 100 µg

- Aqua Pi ad 60 ml

Volume vial = 10 ml

Jumlah vial = 6 buah

Etiket = biru

Pengamatan sediaan suspensi :

- Tetes mata yang dihasilkan jernih

- Tidak ada partikel asing

- Tidak ada vial yang bocor

- pH : 7

Perhitungan tonisitas (untuk 1 L sediaan)

h=Mhfh

x (0,28−{( faMa

xa)+( fbMb

xb)+( fcMc

xc)}) h=3,2 x (0,28−{( 1,5

323,12x 5)+( 1,5

283,7x 15)+( 1,8

381,37x 3)})

h=4,2295gL

253, 77 gL

untuk 60 ml batch

Keterangan :

fa : faktor disosiasi dari senyawa a

fb : faktor disosiasi dari senyawa b

fc : faktor disosiasi dari senyawa c

fh : faktor disosiasi NaCl

Ma: bobot molekul dari senyawa a

Mb: bobot molekul dari senyawa b

Mc: bobot molekul dari senyawa c

Mh: bobot molekul NaCl

a : berat senyawa a (dalam 1000 ml)

b : berat senyawa b (dalam 1000 ml)

c : berat senyawa c (dalam 1000ml)

h : banyaknya zat pembantu yang diperlukan untuk mencapai isotonis.

VII. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk membuat tetes mata kloramfenikol.

Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan

pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan

menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang

merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol

efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus pneumoniae,

dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus influenzae,

Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps.

cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan

Shigella.

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yamg secara kimiawi diketahui

paling stabil dalam segala pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas yang

angat baik pada suhu kamar dan kisaran pH sampai 7, stabilitas maksimumnya

dicapai pada pH 6.

Air mata mempunyai pH normal 7,4 dan memiliki suatu kemampuan dapar.

Pemakaian suatu larutan yang mengandung obat mata merangsang aliran air mata

yang mencoba menetralkan setiap kelebihan ion hidrogen atau hidroksil yamg

dikenakan bersama larutan (Ansel, 1989). Daerah toleransi pH yang tidak

merusak mata ternyata tidak sama pada beberapa literatur. Pada pemakaian

tetesan biasa yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7.

Daerah pH 5,5 – 11,4 masih dapat diterima (Voight, 1994). Penyeimbangan pH

pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis pada praktikum kali ini

digunakan dapar borat.

Tetes mata yang dibuat pada percobaan ini berbentuk larutan. Bentuk

larutan pada sediaan tetes mata mempunyai keuntungan antara lain mudah

dipakai karena tinggal diteteskan pada mata dan media yang digunakan tidak

menghalangi penglihatan mata karena jernih. Sedangkan kekurangan

pengggunaan larutan tetes mata antara lain kontak dengan mata sebentar sehingga

pemakaiannya berulang ataupun perlu penambahan viscosity agent.

Pertama-tama natrii tetra borat dan asam borat dilarutkan dalm aqua p.i

sampai telarut sempurna. Campuran tersebut membentuk system dapar pada

trayek pH 7 – 9 dan cenderung basa.

gb. 1 penambahan natrii tetra borat

dan asam borat ke dalam aquadest gb. 2 pengadukan natrii tetra borat dan

asam borat

Kemudiaan kloramfenikol dimasukkan dalam larutan natrii tetra borat dan

asam borat.

gb. 3 penambahan kloramfenikol gb. 4 pengadukan kloramfenikol

Kelarutan kloramfenikol dalam air adalah sukar larut (1:400), sehingga

dalam proses pelarutannya perlu perhatian khusus dan dipastikan bahwa

kloramfenikol telah larut semua karena untuk menhindari adanya partikel yang

tidak terlarut.

Untuk mengatasi masalah kelarutan kloramfenikol yang susah larut, maka

digunakan kloramfenikol basa yaitu kloramfenikol yang mudah larut dalam

suasana basa. Tidak digunakan kloramfenikol palmitat maupun kloramfenikol

stearat karena keduanya tidak larut dalam air.

Kelarutan kloramfenikol lebih mudah larut dalam larutan alkali, tetapi perlu

diingat bahwa dalam keadaan alkali kloramfenikol mudah mengalami hidrolisis

menghasilkan senyawa yang tidak aktif sehingga dapat mengurangi kadar zat

aktifnya. Hidrolisis terjadi terutama pada gugus Cl kloramfenikol yang

merupakan gugus penting dalam aktivitasnya sebagai bakteriostatik.

Oleh karena itu, campuran natrii tetra borat dan asam borat dapat digunakan

untuk meningkatkan kelarutan kloramfenikol. Peningkatan kelarutan

kloramfenikol tersebut diduga karena adanya pembentukan kompleks antara

kloramfenikol dengan boraks dengan rasio 2:1. Pembentukan kompleks ini

memungkinkan terjadinya solvasi oleh medium air sehingga kloramfenikol

mudah larut. Campuran boraks dan asam borat lebih berfungsi meningkatkan

kelarutan kloramfenikol daripada sebagai buffer.

Dalam literature disebutkan bahwa pembentukan kompleks antara

kloramfenikol dan boraks diperlukan suhu dan pengadukan yang cukup baik.

Oleh karena itu dalam proses melarutkan kloramfenikol dibantu dengan

pemanasan di atas penangas air. Pemanasan tidak akan merusak struktur karena

kloramfenikol tahan terhadap pengaruh suhu.

Setelah kloramfenikol larut dalam aqua p.i, sebanyak 10 ml larutan

dimasukkan ke dalam vial kemudian ditutup dan dilakukan sterilisasi.

gb. 5 pengambilan 10 ml larutan

kloramfenikol

gb. 6 pemasukan larutan kloramfenikol

ke dalam vial

gb. 7 penutupan vial gb. 8 proses sterilisasi B

Proses sterilisasi sangat diperlukan pada pembuatan tetes mata untuk

menghilangkan mikroorganisme, karena larutan yang terkontaminasi dapat

menyebabkan infeksi yang serius pada mata sehingga makin memperburuk luka

dan akibat serius lainnya dapat menimbulkan kebutaan. Bila mata luka, infeksi

dapat masuk ke dalam daerah non vaskuler di bawah kornea mata yang

merupakan daerah pertumbuhan yang sangat baik sehingga organisme dapat

memperbanyak diri sehingga kornea mata menjadi rusak atau luka yang dapat

menghilangkan penglihatan. Pembuatan tetes mata kloramfenikol perlu

memperhatikan proses sterilisasinya. Proses sterilisasi panas yang berlebihan

dapat merusak kimiawi zat aktifnya.

Sterilisasi yang dilakukan untuk tetes mata kloramfenikol adalah sterilisasi

cara B (Farmakope Indonesia, 1975), yaitu dengan memanaskan larutan dalam

wadah pada suhu 98°-100°C selama 30 menit jika volume tidak lebih dari 30 ml.

Tetapi jika volume lebih dari 30 ml, maka waktu diperanjang hingga dipastikan

tiap wadah suhunya 98°-100°C selama 30 menit. Kloramfenikol stabil terhadap

pengaruh suhu baik dalam bentuk kristal maupun larutan. Pendidihan dalam air

selama 5 jam tidak merusak aktivitas mikrobanya.

Salah satu syarat tetes mata yaitu harus punya pH yang sesuai baik dari segi

terapi kenyamanan pasien maupun sifat fisika-kimia bahan obatnya. Dari segi

terapi pH harus disesuaikan dengan pH tubuh karena larutan yang pH dan

tonisitasnya sangat berbeda dari normal tubuh akan menyebabkan keluarnya air

mata yang akan mencuci obatnya dari daerah kornea dan mengakibatkan obatnya

tumpah keluar mata sehingga efektivitasnya berkurang. Dari segi sifat fisika-

kimia obatnya pengaturan pH harus memperhatikan juga kelarutan dan stabilitas

obatnya. Pasien merasa sakit karena iritasi apabila pH terlalu jauh dari pH normal

(lebih kurang 7,4). Oleh karena hal tersebut maka pH tetes mata kloramfenikol

dibuat pada pH 7.

Pengawet yang digunakan adalah phenylhydragyrinitas (fenil raksa (II)

nitrat) yaitu campuran fenil raksa (II) nitrat dan fenil raksa (II) hidroksida. Fenil

raksa (II) nitrat sangat sukar larut dalam air sehingga untuk melarutkannya perlu

ditambahkan pada larutan buffer basa (asam borat dan boraks). Tetapi pada

praktikum kali ini tidak diberi pengawet phenylhydragyrinitas.

Karena tetas mata tidak melalui sirkulasi/peredaran darah mata tidak

diperlukan adanya bebas pirogen. Karena pirogen yang ada tidak akan

menimbulkan suatu respon piretik spesifik. Terjadinya respon piretik jika pirogen

masuk kedalam sirkulasi sistemik, sedangkan pada penggunaan tetes mata tidak

sampai masuk kedalam sirkulasi sistemik.

Setelah proses sterilisasi selesai kemudian vial diberi etiket biru karena

penggunaan sediaan tetes mata kloramfenikol tidak melewati saluran pencernaan

melainkan diteteskan pada mata.

Dari hasil percobaan didapatkan pH tetes mata yang dihasilkan sebesar 7.

Larutan jernih, tidak terdapat partikel asing. Dari tes kebocoran tidak ada satupun

wadah yang bocor. Secara keseluruhan tetes mata yang dihasilkan sudah

memenuhi syarat sediaan tetes mata.

VIII. Kesimpulan

1. Formula sediaan tetes mata yang dibuat pada praktikum ini adalah :

- Kloramfenikol 300 mg

- Asam borat 900 mg

- Natrii tetra borat 180 mg

- Phenilhydrargyrinitas 100 µg

- Aqua Pi ad 60 ml

2. Pada praktikum kali ini tidak diberi pengawet phenilhydrargyrinitas.

3. Tetes mata yang dihasilkan sebanya 6 vial @ 10 ml.

4. Tetes mata yang dihasilkan beretiket biru.

5. Pengamatan sediaan suspensi :

- Tetes mata yang dihasilkan jernih

- Tidak ada partikel asing

- Tidak ada vial yang bocor

IX. Daftar pustaka

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi ketiga, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi keempat, Depkes RI, Jakarta.

Ansel, C., Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat, UI

Press, Jakarta

Lund, W., 1994, The Pharmaceutical Codex, 20th edition, PhP, London.

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

X. JAWABAN PERTANYAAN

1. Sebutkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk tetes mata?

a. Steril

Tetes mata harus steril bebas mikroba karena digunakan pada selaput lender

mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Jika terdapat mikroba memungkinkan

terjadinya iritasi, sehingga tetes mata harus steril.

b. Bebas partikel asing

Partikel asing merupakan bahan bergerak yang tidak larut dan secara tidak

sengaja terdapat dalam sediaan. Adanya partikel asing pada tetes mata

menyebabkan penggunaan yang tidak nyaman.

c. Bebas dari pengaruh iritasi

Tetes mata harus dapat mencegah iritasi pada mata supaya tidak semakin

memperburuk luka.

d. Media preservative yang sesuai (untuk multiple dose)

Tetes mata yang digunakan berulang kali harus dapat menjaga kestabilannya

dari pengaruh mikroorganisme, agar tetap terjaga efektivitasnya.

e. Isotonik dan isohidris dengan cairan lacrimal

Tetes mata harus punya pH yang baik karena larutan yang pH dan tonisitasnya

sangat berbeda dari normal akan menyebabkan keluarnya air mata yang akan

mencuci obatnya dari daerah kornea dan mengakibatkan obatnya tumpah keluar

mata.

g. Stabil

Tetes mata harus stabil terutama dalam hal kestabilan kimia dalam rangka

tetap menjaga efektivitas/khasiat obat. Jika obat telah rusak maka akan tidak

berefek lagi.

2. Apakah tetes mata harus bebas pirogen? Jelaskan!

Karena tetas mata tidak melalui sirkulasi/peredaran darah mata tidak diperlukan

adanya bebas pirogen. Karena pirogen yang ada tidak akan menimbulkan suatu

respon piretik spesifik. Terjadinya respon piretik jika pirogen masuk kedalam

sirkulasi sistemik, sedangkan pada penggunaan tetes mata tidak sampai masuk

kedalam sirkulasi sistemik.

3. Sebutkan macam-macam bentuk sediaan untuk penggunaan pada mata

1. Tetes mata

- larutan/ suspensi steril, mengandung satu atau lebih bahan obat, dalam

media air/minyak, penggunaan pada conjungtiva sackus

2. Salep mata

- semisolid steril, homogen, mengandung satu atau lebih bahan obat, pada

conjungtiva margin

3. Larutan pencuci mata

- larutan steril (air), washing or bathing

4. Sediaan untuk lensa kontak

- larutan (air) steril, cleaning, desinfectan, storage n wetting of contact

lenses

5. Injeksi mata

rute yang digunakan yaitu:

- subconjungtival injections

- intracameral injections

- intravitreous injections

4. Sebutkan pemeriksaan yang dilakukan pada tetes mata?

1. Isohidris (pH) larutan

2. Kejernihan

3. Partikel asing

4. Kebocoran

5. Sebutkan keuntungan penggunaan bentuk tetes mata larutan dan bentuk lain

(salep) pada penggunaan mata?

Keuntungan bentuk larutan:

1. mudah dipakai/diteteskan

2. medium tidak mempengaruhi penglihatan