Laporan Resmi Nata de Pina
-
Upload
refa-putri-ramadhani -
Category
Documents
-
view
77 -
download
10
description
Transcript of Laporan Resmi Nata de Pina
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas (Ananas comosus) merupakan tanaman buah yang berasal dari
Brazil. Selain bisa dikonsumsi secara langsung, buah nanas juga memiliki khasiat
sebagai obat tradisional. Buah nanas bisa diawetkan dengan cara direbus dan
diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirup. Pemanfaatan buah nanas masih belum
optimal dan kebanyakan hanya dimakan langsung. Untuk itu, salah satu
pengolahan nanas yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi adalah
dengan dibuat menjadi nata.
Nata berasal dari bahasa Spanyol natare yang berarti terapung-apung.
Nata termasuk dalam produk fermentasi. Nata dibentuk oleh bakteri asam
asetatpada permukaan cairan (medium) yang mengandung gula / sari buah/
ekstrak tanaman lainnya. Bakteri yang ditumbuhkan dalam pembuatan nata yaitu
Acetobacter Xylinum. Salah satu buah yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
nata adalah nanas. Pengolahan nanas di Indonesia yang dibilang masih tradisional
dan memiliki nilai jual yang rendah menyebabkan diolah menjadi nata lebih
menguntungkan. Produk nata yang berasal dai nanas dikenal dengan Nata de Pina.
Kandungan nata terbesar adalah air (98%) sehingga nata merupakan
sumber makanan rendah kalori. Kenampakan nata adalah seperti jel, warna putih
hingga abu-abu, aroma sam, rasa tawar atau agak manis, tembus pandang dan
teksturnya kenyal dalam keadaan dingin, dan agak berserat serta rapuk dalam
keadaan panas.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat nata dari sari buah nanas sesuai nutrisi, jenis gula, pH, dan
faktor pendidihan dengan cara fermentasi
2. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan berbagai nutrisi, jenis gula,
pH, dan faktor pendidihan berubah.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 2
1.3 Manfaat Percobaan
1. Mengetaahui cara pembuatan nata dengan cara fermentasi.
2. Membandingkan kualitas nata dengan berbagai nutrisi, jenis gula, pH, dan
faktor pendidihan.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nata
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa
latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2005). Nata termasuk
produk fermentasi. Nata dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada
permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain
(Lapuz et al., 1967). Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat
membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A.
xylinum (Swissa et al., 1980). Bakteri Acetobacter xylinum, jika ditumbuhkan di
media cair yang mengandung gula, bakteri ini akan menghasilkan asam asetat dan
lapisan putih yang terapung-apung di permukaan media cair tersebut. Lapisan
putih itulah yang dikenal sebagai nata (Sumiyati, 2009). Keistimewaan produk ini
terutama karena nilai kalorinya rendah. Kandungan terbesar adalah air (98%),
maka produk ini dipakai sebagai sumber makanan rendah kalori. Kenampakan
nata adalah seperti sel, warna putih hingga abu-abu muda, aroma asam, rasa tawar
atau agak manis, tembus pandang dan teksturnya kenyal. Dalam keadaan dingin,
nata agak berserat dan agak rapuh pada saat panas.
2.2 Landasan Teori
1. Teori Acetobacter Xylinum Starter nata adalah Acetobacter xylinum. Penggunaan starter merupakan
syarat yang sangat penting, yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah
bakteri Acetobacter xylinum yang menghasilkan enzim pembentuk nata.
Bakteri Acetobacter xylinum tergolong family Pseudomonas dan genus
Acetobacter.Berbentuk bulat dengan panjang 2 mikron, biasanya terdapat
sebagai sel tunggal atau kadang kadang berikatan dengan sel lain membentuk
ikatan seperti rantai.Pembentukan nata memerlukan starter sebanyak 10-20%
dari volume media sebagai starter mikroba (Saragih, 2004).
a. Sifat fisiologi
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 4
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil dan propil
alkohol, tidak membentuk senyawa busuk yang beracun dari hasil
peruraian protein (indol) dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam
asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini
adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga
menjadi selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang
dikenal sebagai nata.
b. Fase pertumbuhan
Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu
fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian.Sel muda bakteri Acetobacter xylinum berwarna putih transparan,
sedangkan sel tua mengelompok membentuk rantai dan lapisan yang
menyerupaigelatin.
Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih dahulu jika
dipindahkan kedalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme
dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan.Fase
pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi.
Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan
kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Selanjutnya pada
fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.Pada fase ini bakteri mengeluarkan
enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer
glukosa menjadi selulosa.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat
metabolit yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan
umur sel sudah tua.Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel
yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati.
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh
dan yang mati.Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini.Fase menuju
kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis.Setelah
nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase
kematian, sel dengan cepat mengalami kematian tidak baik untuk dijadikan
strain nata.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 5
Bakteri Acetobacter Xylinum dapat diperoleh dari buah nenas , dengan
proses sebagai berikut :
1. Buah nenas matang, dikupas dan dicuci bersih. Kemudian dibelah dan
dipotong-potong kecil. Potongan- potongan ini dihancurkan dengan
alat penghancur.
2. Hancuran nenas diperas sampai sari buahnya habis. Ampasnya
dicampur dengan air dan gula pasir dengan perbandingan 6 : 3 : 1.
Campuran ini diaduk merata dan dimasukkan kedalam botol jar,
ditutup dengan kertas, dan diperam selama 2-3 minggu (sampai
terbentuk lapisan putih diatasnya).
3. Larutan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan
penginokulasi pembuatan nata de coco.
2. Teori Thiman Menurut Thiman(1962) pembentukan nata terjadi karena proses
pengambilan glukosa dari larutan gula dalam bahan dasar nata oleh sel-sel
Acetobacter xylinum. Kenudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk precursor (penciri nata) pada membrane sel. Prekursorini
selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk akskresi dan bersama enzim
mempolimerisasikan glukosa menjadi sellulosa material diluar sel. Komponen
ini akan membentuk sel mikrofibril yang panjang dalam cairan fermentasi.
2.3 Hal-Hal Yang Berpengaruh Dalam Fermentasi Nata
1. Pemilihan Bahan
Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan nata harus
memenuhi kualitas baik, hal ini bertujuan agar nata yang dihasilkan
kualitasnya baik. Apabila bahan-bahan yang digunakan kualitasnya
kurangbaik, maka akan mempengaruhi kualitas nata secara keseluruhan, baik
warna, rasa, aroma, dan tekstur yang kurang disukai .
2. Bahan Pembantu
Kandungan nutrisi sari dari bahan dasar yang akan dibuat nata masih
perlu diperkaya agar bakteri nata produktif dalam menghasilkan nata. pH
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 6
diatur sesuai dengan persyaratan tumbuh optimal bakteri tersebut. Bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatan nata adalah:
a. Gula sebagai sumber carbon
Nata pada dasarnya dapat dihasilkan dari cairan fermentasi yang
mengandung dekstrosa, galaktosa, sukrosa, laktosa maupun maltosa
sebagai sumber carbon.Pada cairan fermentasi maltosa, laktosa dan
galaktosa dihasilkan nata yang tipis dan lunak.Nata yang tebal dan kukuh
dihasilkan dari cairan fermentasi dekstrosa dan sukrosa dan konsentrasi
10% adalah konsentrasi yang optimum.Sumber carbon terbaik adalah
glukosa dan sukrosa dan dengan konsentrasi optimumnya adalah 5-10%.
b. Sumber Nitrogen
Dapat digunakan kalium nitrat, ammonium nitrat atau ammonium
fosfat atau Amonium sulfat (urea) yang berfungsi sebagai sumber
nitrogen untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum. Selain senyawa ini, bisa juga menggunakan yeast
ekstrak sebagai sumber nitrogen.
c. Asam asetat glasial
Asam asetat glasial atau cuka biang berfungsi untuk mengatur derajat
keasaman (pH) media fermentasi.
3. pH / Keasaman
Metabolisme Acetobakter xylinum selama fermentasi dipengaruhi oleh
keasaman media. Hal ini disebabkan membran sel bakteri bersifat permeabel
terhadap ion hidrogen maupun ion hidroksil, sehingga perubahan keasaman
media fermentasi akan mempengaruhi sitoplasma sel bakteri. pH optimum
pembuatan nata berkisar antara 4-5.
4. Suhu
Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah suhu kamar (28C -
31C). Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan menghasilkan
nata yang kurang berkualitas atau aktifitas Acetobacter xylinum terhambat.
5. Kebutuhan Oksigen
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 7
Bakteri nata Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Bila
kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan
dalam pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Wadah
yang digunakan untuk fermentasi nata tidak boleh ditutup rapat untuk
mencukupi kebutuhan oksigen. Tetapi udara yang secara langsung mengenai
produk nata, dapat menyebabkan terjadinya kegagalan proses pembuatan nata.
6. Penutup untuk pembuatan nata
Penutupan dilakukan menggunakan media yang bersih untuk menghindari
kontaminasi dan juga media yang mendapatkan pertukaran oksigen.
7. Sumber Cahaya
Pembuatan nata pada ruang gelap akan mempercepat pembentukan
struktur nata dan nata yang dihasilkan akan tebal. Ruang gelap yang dimaksud
adalah ruang gelap yang tidak mendapatkan cahaya matahari secara langsung
ataupun cahaya lampu. (Luwiyanti, 2001).
8. Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata terbentuk dipermukaan media akan
terlihat pada hari ketiga sampai keempat pemeraman. Secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu 8-14 hari lapisan tersebut semakin menebal. Pemanenan
nata dilakukan setelah lebih dari 8 hari pemeraman. Jika setelah 14 hari tidak
dilakukan pemanenan, maka akan terdapat lapisan tipis yang terpisah di
bawah lapisan nata yang akan menjadi kurang asam sehingga nata menjadi
busuk, akhirnya nata menjadi turun. Selama fermentasi berlangsung media
nata tidak boleh digoyang-goyangkan ataupun digerakkan karena akan
mengakibatkan pecahnya struktur lapisan nata yang terbentuk sehingga
didapat lapisan nata yang tipis dan terpisah satu sama lainnya.
9. Sanitasi
Bekerja dengan mikroorganisme dituntut adanya tingkat sanitasi yang
tinggi. Sanitasi meliputi : sanitasi perorangan, lingkungan dan peralatan, harus
dikontrol dan dijaga agar bakteri tidak terkontaminasi.Efek dari fermentasi
akan menghasilkan mikroorganisme pencemar seperti jamur karena sanitasi
yang kurang.
Nata yang berkualitas baik dapat dilihat dari dua aspek yaitu kualitas nata
dari sifat fisik dan sifat tersembunyi.Sifat fisik yang diukur meliputi indikator,
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 8
warna, rasa, tekstur, dan aroma.Sedangkan kualitas tersembuyi meliputi
nilaigizi, keamanan mikroba, cemaran logam.Berdasarkan sifat fisik ciri-ciri
nata yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a. Kualitas baik: Tekstur kenyal( tidak tembus jika ditekan dengan
jari)warna putih bersih, permukaan rata, tampak licin dan agak
mengkilap, aromanya segar khas nata.
b. Kualitas rendah: tekstur lembek, tipis dan berlubang-lubang, warna agak
kusam dan berjamur, aroma sangat asam.
2.4 Manfaat Produk
1. Produk nata de coco dapatdipakai sebagai sumber makanan rendah kalori
2. Sebagai bahan pembuat pulp.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan
1. Sati buah nanas 900 ml
2. MgSO4 @2gr
3. Yeast extract @2gr
4. Tropicana slim @8% w
5. Glukosa anhidris @8% w
6. Acetobacter xylinum
7. NaOH
8. CH3COOH
9. Penutup (daun pisang)
Alat
1. Kompor Listrik
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Pengaduk
5. Autoclave
3.2 Gambar Alat
1. 2. 3. 4.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 10
5.
Gambar 3.1 Gambar Alat yang Digunakan
3.3 Variabel Percobaan
Tabel 3.1 Variabel Percobaan
Basis 150 ml 1 2 3 4 5 6
Air sari nanas
Yeast extract @2gr -
MgSO4 @2gr -
Tropicana slim @8%w - - - -
Glukosa anhidris @8%w - -
pH 4,5 4,5 3 4,5 4,5 3
Starter @18 % V
Penutup daun
pisang
daun
pisang
daun
pisang
daun
pisang
daun
pisang
daun
pisang
Pendidihan -
3.4 Cara Kerja
1. Saring air perasan nanas
2. Didihkan, setelah dingin tambahkan nutrient sesuai variabel percobaan
3. Atur PH sesuai variabel percobaan
4. Masukkan ke dalam beaker glass
5. Tambahkan starter sesuai dengan variabel percobaan
6. Fermentasi pada 30o C selama 6 hari
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 11
7. Panen nata yang terbentuk
8. Cuci nata dan keringkan
9. Timbang nata yang sudah dioven
10. Analisa Glukosa
a) Pembuatan glukosa standar
Ambil 2.5 gram glukosa anhidrat
Encerkan hingga 1000 ml
b) Standarisasi kadar glukosa
Ambil 5 ml glukosa standar, encerkan hingga 100 ml, ambil
5ml, netralkan pHnya
Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B
Panaskan hingga 60o s.d. 700 C
Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60o s.d. 700
C sampai warna biru hampir hilang lalu tambahkan 2 tetes MB
Titrasi kembali dengan gluksa standar sambil dipanakan 60o
s.d. 700 C sampai warna biru menjadi merah bata
Catat kebutuhan titran (F)
c) Menghitung kadar glukosa bahan
Ambil 5ml sari nanas, encerkan hingga 100 ml, amil 5 ml
netralkan pHnya
Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B,
Panaskan hingga 60o s.d. 700 C
Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60o s.d. 700
C sampai warna biru hampir hilang lalu tambahkan 2 tetes MB
Titrasi kembali dengan gluksa standar sambil dipanakan 60o
s.d. 700 C sampai warna biru menjadi merah bata
Catat kebutuhan titran (M)
%S= (F-M) x Vtotal/Vtitrasi x V pengenceran/Vyang diambil x0.0025 x 100% V total x massa jenis medium fermentasi
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 12
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Tinggi Nata de Pina
Variabel Tinggi Nata de Pina massa Nata de
Pina (gr) hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6
1 1 1,5 1,5 - - 9 9,98
2 1 1 1 - - 6 6,17
3 1 1 1 - - - -
4 1 1 1 - - 5 8,44
5 1 1 1 - - 6 15,16
6 1 1 1 - - - -
Tabel 4.2 Analisa glukosa
Variabel
Analisa Glukosa
awal (gr/ml)
akhir (gr/ml)
%S awal %S
akhir
volume
titran awal
volume
titran akhir
1 0,9945 1,0587 9,351% 8,123% 10,4 ml 13,3 ml
2 0,9945 1,0648 16,088% 8,546% 3,7 ml 12,8 ml
3 0,9945 1,0487 10,356% 6,579% 9,4 ml 15 ml
4 0,9945 1,0645 12,267% 12,024% 7,5 ml 9,1 ml
5 0,9945 1,0554 10,960% 9,854% 8,8 ml 11,5 ml
6 0,9945 1,0681 11,865% 8,850% 7,9 ml 12,5 ml
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Glukosa Awal dan Akhir
Gambar 4.2.1 Grafik perbandingan glukosa awal dan akhir
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6
% S
variabel
awal
akhir
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 13
Berdasarkan Gambar 4.2.1 dapat dilihat bahwa kadar glukosa yang
ditemukan semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya proses
pengambilan glukosa dari sari nanas oleh sel-sel Acetobcter xylinum yang
kemudian digabung dengan asam lemak membentuk precursor (penciri nata)
pada membrane sel. Precursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk
ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa. Sesuai
dengan fungsi Acetobacter xylinum yaitu mengoksidasi glukosa menjadi
selulosa, maka seiring dengan terbentuknya selulosa yang membentuk matrik
(dikenal dengan nata), maka glukosa yang ditemukan akan semakin sedikit
disebabkan karena nata sudah mulai terbentuk (Anonim, 2013).
4.2.2 Perbandingan Densitas Awal dan Akhir
Gambar 4.2.2 Grafik perbandingan densitas awal dan akhir
Berdasarkan Gambar 4.2.2 dapat dilihat bahwa semua densitas pada hari
terakhir jika dibandingkan dengan hari awal yaitu 0,9945 mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan karena pada proses fermentasi, Acetobacter xylinum
merubah kandungan gula dalam bentuk asam dan mengoksidasi asam asetat
menjadi CO2 dan H2O. CO2 dalam media terlepas keatas sehingga
mengakibatkan volume berkurang dan massa media bertambah. Berdasarkan
rumus =
, densitas sebanding dengan massa. Jika massa bertambah, maka
0.94
0.96
0.98
1
1.02
1.04
1.06
1.08
1 2 3 4 5 6
den
sita
s (g
r/m
l)
variabel
awal
akhir
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 14
densitas bertambah dan volume berkurang Karena adanya produk asam asetat
dan H2O (Mayukazumi, 2012).
4.2.3 Perbandingan pH awal dan akhir
Gambar 4.2.3 Grafik perbandingan pH awal dan akhir
Berdasarkan Gambar 4.2.3 dapat dilihat bahwa pH pada veriabel 1,2,4,5
mengalami penurunan sedangkan pada variabel 3 dan 6 pH-nya tetap. Pada
variabel 1,2,4,5 pH-nya turun karena Acetobacter xylinum yang dimasukkan
mampu mendegradasi substrat yang terdapat pada sari nanas secara optimal
sebagai nutrisi pertumbuhannya hingga menghasilkan asam asetat. Reaksinya :
C6H12O6 2 CH3CH2OH + CO2 (anaerob)
Pada tahap ini terjadi perombakan glukosa pada sari nanas menjadi alkohol dan
gas CO2. Selanjutnya :
CH3CH2OH + O2 CH3COOH + H2O
Pada tahap ini terjadi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air dengan
memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum (Ossins, 2013).
Karena terbentuk asam asetat menyebabkan pH-nya turun. Sedangkan
pada variabel 3 dan 6 pH-nya tetap, hal ini disebabkan karena pada fermentasi
ada 2 tahap pembentukan asam asetat yaitu pembenukan alkohol terlebih
dahulu baru kemudian asam asetat. Asam asetat dibentuk oleh Acetobacter
xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum hanya dapat hidup pada kondisi pH yang
berkisar antara 3,5 5. Sedangkan pH awal variabel 3 dan 6 adalah 3. Hal
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6
pH
variabel
awal
akhir
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 15
inilah yang menyebabkan bakteri Acetobacter xylinum mati dan tidak terbentuk
asam asetat yang mengakibatkan pH-nya tetap (Sri Mulyani, 2010).
4.2.4 Pengaruh penambahan nutrisi
Pada percobaan yang dilakukan, nutrisi yang ditambahkan adalah MgSO4
dan yeast extract. Berdasarkan variabel 1 (tidak ada penambahan nutrisi) dan
variabel 2 (adanya penambahan nutrisi) ada perbedaanberat nata maupun tebal
dan warna nata yang terbentuk. Variabel 1 lebih tebal dan lebih berat daripada
variabel 2. Hal ini disebabkan karena fungsi nutrisi adalah untuk penambah
bahan makanan bagi Acetobacter xylinum. Extrack yeast berfungsi sebagai
sumber bahan makanan yang dapat larut dalam air misalnya karbohidrat,
senyawa nitrogen organic, vitamin dan garam-garam, sedangkan MgSO4 untuk
media jenis mikroba autotroph. Penambahan nutrisi pada percobaan
menyebabkan nata yang dihasilkan lebih tipis dibandingkan yang tidak
ditambahkan sedangkan kadar glukosanya hanya berkurang sedikit untuk yang
tidak ditambahkan nutrisi (Wahyudi, 2003).
4.2.5 Pengaruh glukosa yang ditambahkan
Pada percobaan kami, variabel 4 dan 5 menggunakan jenis gula yang
berbeda yaitu glukosa anhidris dan Tropicana slim. Nata yang terbentuk
menggunakan Tropicana slim lebih berat daripada menggunakan glukosa
anhidris yaitu 15,16 gram dan 8,44 gram. Kandungan karbon yang banyak bisa
membentuk nata lebih tebal karena adanya proses polimerisasi Acetobacter
xylinum yang mengubah gula menjadi selulosa. Kandungan glukosa dan
selulosa memiliki perbedaan gugus C. Glukosa anhidris memiliki 6 gugus C
(C6H12O6) sedangkan Tropicana slim (sukrosa) memiliki gugus C12 (C12H22O11)
sehingga nata yang terbentuk pada variabel 5 lebih berat daripada variabel 4
(Rino, 2010)
4.2.6 Manfaat pendidihan pada pembuatan nata
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 16
Faktor pendidihan erat kaitannya dengan proses sterilisasi bahan yang
akan diproses. Bahan nata yang dididihkam terlebih dahulu menyebabkan
kontaminan dari bakteri yang merugikan lebih kecil. Untuk variabel 3 (tidak
dididihkan) menyebabkan nata tidak terbentuk. Hal ini karena pada variabel 3
masih ada bakteri lain yang mengkontaminan medium sehingga Acetobacter
xylinum tidak bisa berkembang. Efek temperature secara garis besar
mempengaruhi perkembangan spora, fungi, jamur, dan bakteri dalam media.
Fungi dan jamur mati pada suhu 60o dengan kisaran waktu 15-20 menit.
Sedangkan spora mati pada suhu 121o pada waktu 15-20 menit. Maka dari itu
penting dilakukan pendidihan untuk membunuh bakteri maupun sterilisasi
bahan dan alat untuk menghindari kontaminan (Lana, 2010).
4.2.7 Reaksi pembentukan nata
sari nanas + Acetobacter xylinum Nata de Pina
Nata de Pina merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktivitas
bakteri Acetobacter xylinum terhadap sari nanas. Selulosa ini merupakan
produk bakteri untuk membentuk slime (kapsul) yang pada akhirnya bakteri
tersebut terperangkap didalam masa fibrilar selulosa tersebut.
Acetobacter xylinum merupakan suatu model system untuk mempelajari enzim
dan gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut
membentuk matriks yang dikenal sebagai nata. Ketebalan jalinan selulosa
sebagai hasil dar proses fermentasi meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah nutrisi yang ditambahkan pada medium fermentasi.
Reaksi hidrolisis sukrosa :
Sukrosa + H2O enzim sukrosa -D-fruktosa + -D-glukosa
Reaksi perubahan -D-glukosa menjadi -D-glukosa :
-D-glukosa enzim isomerisasi -D-glukosa
Reaksi pembentukan ikatan 1,4- -glikosida :
-D-glukosa + -D-glukosa ikatan 1,4 -glikosida
Reaksi pembentukan selulosa bakteri nata :
Ikatan 1,4- -glikosida polimerisasi selulosa (unit ulang selobiosa)
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar glukosa yang ditemukan semakin berkurang seiring proses
fermentasi.
2. Densitas larutan semakin naik seiring proses fermentasi.
3. pH larutan semakin turun karena terbentuknya asam asetat.
4. Semakin banyak gugus karbon pada gula, semakin tebal nata yang
dihasilkan.
5. Media yang dididihkan memiliki pertumbuhan nata lebih optimum
dibanding tanpa pendidihan.
5.2 Saran
1. Tutupi media dengan rapat sehingga tidak terkontaminasi udara luar.
2. Media yang difermentasikan tidak boleh terkena cahaya langsung,
goyangan, maupun gangguan lain.
3. Sterilisasi bahan dan alat sebelum digunakan.
4. Angin-anginkan dulu nata sebelum ditimbang.
5. pH larutan antara 3,5-5.
-
NATA DE PINA
Laboratorium Mikrobiologi Industri 18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Karbohidrat. http://jejaringkimia.web.id/2010/03/karbohidrat.html.
Tanggal akses : 10 November 2014.
Anonim. 2013. Pembuatan Cuka Nanas . http://lordbroken.wordpress.com/
2013/04/28/pembuatan-cuka-nanas.html. Tanggal akses : 17 Oktober
2014.
Dreecold and Cumn. Industrial Mikrobiology 2nd ed Mc. Graw Hill book Inc,
New York. Wiharvo,F.G. Srikandi Pardos Dedirardeas. Pengantar
Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.1986.
Fanaazim. 2009. Praktikum. http://lazaanim.wordpress.com/category/praktikum.
Tanggal akses : 10 November 2014.
Intan dkk. 2011. Pembuatan Nata de Coco. Universitas VeteranBangun Nusantara
Sukoharjo. Sukoharjo.
Iqbal dkk. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nanas Local (Ananas
Comosus L.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta
Lapuz, M. M., Gollardo E.G., & Palo M.A. 1967.The Organism and
CultureRequirements, Characteristics and Identity.The Philippine J.
Science.98:191 109.
Majesty dkk. 2014. Pengaruh penambahan sukrosa dan lama fermentasi terhadap
kadar serat nata. jurnal keteknikan pertanian tropis dan biosistem. 1 :
80-85.
Nheno Ikranegara. 2013. Nata de Soya. http://natadesoya.blogspot.com. Tanggal
akses : 10 November 2014.
Sri Mulyani dkk. 2010. Jurnal rekayasa kimia dan lingkungan. 7 : 102-111.
Swissa, M., Aloni, Y., Weinhouse, H. &Benziman, M. 1980. Intermediary step in
Acetobacterxylinum Cellulose Synthesis Studies whit whole Cells and
Cell Free Preparation of the Wild Type and A Celluloses Mutant.
J.Bacteriol. 143: 1142 1150.
Wiharvo,F.G. Srikandi Pardos Dedirardeas. Pengantar Teknologi Pangan. PT.
Gramedia. Jakarta.1986.