Laporan Resmi

39
Laporan Resmi Praktikum Farmakologi Farmasi ANTIPIRETIK Nama : Hendry Harapenta Bukit NIM : 071501051 Program : Farmasi S-1 Reguler Kelompok/ Hari : IV / Senin Asisten : Muammar Alfarouq Tanggal Percobaan : 4 Mei 2009 Laboratorium Farmakologi Farmasi Departemen Farmakologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Transcript of Laporan Resmi

Page 1: Laporan Resmi

Laporan Resmi

Praktikum Farmakologi Farmasi

ANTIPIRETIK

Nama : Hendry Harapenta Bukit

NIM : 071501051

Program : Farmasi S-1 Reguler

Kelompok/ Hari : IV / Senin

Asisten : Muammar Alfarouq

Tanggal Percobaan : 4 Mei 2009

Laboratorium Farmakologi Farmasi

Departemen Farmakologi Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2009

Page 2: Laporan Resmi

Lembar Persetujuan dan Nilai Laporan Praktikum

Judul Percobaan : Antipiretik

Tanggal ACC : Medan, 11 Mei 2009

Asisten, Praktikan,

(Muammar Alfarouq ) (Hendry Harapenta Bukit)

Perbaikan :

1. Perbaikan I, Tanggal :

Telah Diperbaiki :

2. Perbaikan II, Tanggal :

Telah Diperbaiki :

3. Perbaikan III, Tanggal :

Telah Diperbaiki :

4. Pergantian Jurnal :

ANTIPIRETIK

Nilai :

Page 3: Laporan Resmi

I. Pendahuluan

Pada manusia nilai normal tradisional bagi suhu mulut 37°C, tatapi dalam

satu seri besar dewasa muda normal, suhu mulut pagi rata-rata 36,7°C dengan deviasi

standar 0,2°C. sehingga 95% dari semua dewasa muda akan diharapkan mempunyai

suhu mulut pagi hari 36,3-37,1°C. berbagai bagian badan pada suhu berbeda dan

besar perbedaan suhu antar bagian bervariasi sesuai suhu lingkungan. Selama gerak

badan, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot terkumpul di dalam badan serta

suhu rectum normalnya meningkat setinggi 40°C. peningkatan ini sebagian karena

ketakmampuan sebagian mekanisme enghilang panas menangani peningkatan besar

dalam jumlah panas yang dihasilkan, tetapi ada bukti bahwa di samping itu ada

peningkatan suhu tubuh saat mekanisme penghilang panas diaktivasi selama gerak

badan. Suhu badan juga meningkat sedikit selama perangsangan emosional,

mungkin karena ketegangan otot yang tak disadari. Secara menahun ia ditingkatkan

sebanyak 0,5°C bila laju metabolic tinggi, seperti dalam hipertiroidisme

(Ganong, W.F.,1995).

Di dalam badan, panas dihasilkan oleh gerak otot, asimilasi makanan dan

semua proses vital yang menyokong laju metabolisme basal. Ia hilang dari bahan

oleh radiasi, konduksi sertapenguapan air di dalam jalan pernapasan dan di atas kulit.

Sejumlah kecil panas juga di buang di dalam urina dan feses. Keseimbangan antar

produksi panas dan kehilangan panas menentukan suhu badan. Karena kecepatan

reaksi kimia bervariasi sesuai suhu dan kecepatan reakasi kimia bervariasi sesuai

suhu dan karena system enzyme tubuh mmpunyai rentang suhu yang sempit tempat

ia berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal tergantung atas suhu badan

yang relatif tetap.

Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan suhu lingkungan yang

ekstrem, karena melanisme pengaturan suhu tidak 100 persen tepat. Bila dibentuk

panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang melelahkan, suhu

rectal akan meningkat sampai setinggi 1010 sampai 1040 F. Sebaliknya, ketika suhu

tubuh terpapar dengan suhu yang dingin, suhu rectal sampai di bawah nilai 960 F.Bila

laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas,

timbul panas dalam tubuh dan temperature tubuh meningkat (Guyton, A.C.,1996).

Page 4: Laporan Resmi

II. Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui efek pemberian 2,4-dinitrofenol pada hewan percobaan

- Untuk mengetahui efek parasetamol sebagai penurun panas

- Untuk membandingkan khasiat parasetamol dan obat X dalam menurunkan

panas.

III. Prinsip Percobaan

Berdasarkan efek yang ditimbulkan setelah pemberian 2,4-dinitrofenol

sebagai pirogen eksogen dimana akan terjadi perangsangan pengeluaran

prostaglandin di hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi

panas untuk menyesuaikan dengan thermostat, serta efek yang dfditimbulkan setelah

pemberian parasetamol dimana suhu tubuh akan turun sampai batas normal dengan

jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2 di hipotalamus.

IV. Tinjauan Pustaka

Page 5: Laporan Resmi

Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol merupakan derivat para-amino fenol

yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik. Di dalam hati, sebagian besar

parasetamol (± 80%) terkonjugasi dengan asam glukuronat dan sulfat dan sebagian

kecil dioksidasi oleh sistem sitokrom P-450 MFO hati menjadi metabolit rektif

Nasetil-p-benzokuinonimina (NAPBKI) (Gibson dan Skett, 1991; Dollery,

1991;Vandenberghe, 1996) Pada pemberian parasetamol dosis toksik, metabolit

reaktif ini dipercaya sebagai senyawa yang menimbulkan kerusakan pada hati.

Mekanisme toksisitasnya sampai saat ini masih kontroversial. Untuk memudahkan,

hipotesis mekanismenya dibagi menjadi dua yaitu melalui antaraksi kovalen dan

antaraksi nirkovalen.Antaraksi kovalen, terjadi karena pemberian parasetamol dosis

toksik akan menguras kandungan GSH-sitosol sehingga NAPBKI akan berikatan

secara kovalen dengan makromolekul protein sel hati, yang mengakibatkan

terjadinya kerusakan sel(Gillette, 1981; Tirmenstein dan Nelson, 1990). Sedangkan

antaraksi nirkovalen,melibatkan pembentukan radikal bebas N-asetil-p-

semikuinonimina (NAPSKI),198pembangkitan oksigen reaktif, anion superoksida

serta gangguan homeostasis Ca2+,yang semuanya akan menyebabkan terjadinya

kerusakan sel hati. (Wijoyo,yosef,2003 )

Sewaktu pusat temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh

terlalu panas, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatan

temperature yang sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme

penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi:

1. Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi

dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada

hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi. Vasodilatasi penuh

akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas kekulit sebanyak delapan

kali lipat.

2. Berkeringat.

3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan

panas berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat

dengan kuat.

Page 6: Laporan Resmi

Demam, yang berarti temperatur tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan

oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan temperature (Guyton, A.C., dan Hall, J.T.,1996).

Antipiretik adalah golongan obat yang dipergunakan untuk menurunkan suhu

tubuh bila demam. Cara kerja antipiretik antara lain dengan melebarkan pembuluh

darah di kulit, sehingga terjadi pendinginan darah oleh udara luar. Sebagian obat

antipiretik juga merangsang berkeringat.

Penguapan keringat turut menurunkan suhu badan. Diduga kerja obat

antipiretik adalah mempengaruhi bagian otak yang mengatur suhu badan. Bagian ini

terletak di dasar otak. Obat antipiretik juga bersifat analgesik dan oleh karena itu

biasa disebut golongan obat analgesik-antipiretik.

Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti

nyeri kepala, nyeri gigi, nyeri sendi, dan lain-lain. Contoh obat analgesik misalnya

aspirin, parasetamol, antalgin, dan lain-lain. Ada juga analgesik potent yang biasanya

termasuk golongan opium seperti morfin, pethidin, fentanil, dan lain-lain.

Demam adalah keadaan di mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga melewati

batas normal. Batas kenaikan suhu tersebut ialah 37,80 C bila diukur di mulut, atau

38,40 C pada pengukuran di dubur. Normalnya, suhu tubuh manusia antara 36,0 C

dan 37,80 C. Bila suhu tubuh lebih dari 40 C, disebut demam tinggi (hiperpireksia).

Untuk mengetahui suhu tubuh ini sebaiknya yang diukur adalah suhu dari

bagian dalam tubuh, yaitu yang di dubur, ketiak, atau mulut. Selain itu, untuk

memastikan anak demam atau tidak, perlu diperhatikan pula kapan dan di mana

mengukur suhunya. Sebab, kalau pengukuran dilakukan di ketiak, angka normalnya

37,30 C, sedangkan di dubur, suhu normalnya 380 C, dan bila di mulut, 37,50 C.

Selain juga perlu diperhatikan variasi diurnal (variasi suhu normal dalam siklus satu

hari). Suhu paling rendah dicapai pada pagi hari, antara jam 02.0006.00 dan suhu

paling tinggi dicapai sore hari pada jam 17.00-19.00.

Yang perlu diketahui, demam bukanlah suatu penyakit tersendiri, melainkan

sekadar gejala. Kebanyakan orang selalu mengidentikkan demam dengan terjadi

infeksi. Padahal sesungguhnya penyebab demam tidak hanya infeksi. Demam yang

berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 3050%, sedangkan sisanya bisa

Page 7: Laporan Resmi

karena penyakit kolagen (seperti penyakit Lupus Eritematosus), keganasan, atau

penyakit metabolik (seperti penyakit hipertiroid) ( Lubis, Y., 1993).

Nyeri pinggang non spesifik merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Natrium diklofenak atau parasetamol dapat menghambat proshambat prostaglandin

di tempat nyeri pinggang non spesifik (NPNS) akut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan tingkat nyeri dan tingkat fleksibilitas otot setelah pengobatan

parasetamol dan diasepam dibandingkan natrium diklofenak pada NPNS akut,

selama pemberian 6 hari.Studi randominasi di Poliklinik Saraf RSDK Semarang

dengan sampel sebanyak46 orang mulai bulan Januari sampai Juni 2006. Masing-

masing kelompok setelah dinilai tingkat nyerinya dengan VAS (Visual analoque

Scale) dan dinilai tingkat fleksibilitas otot pinggang dengan menilai MST (Modified

Schober Test) di random alokasikan ke terapi kombinasi parasetamol 500 mg dan

diasepam 2 mg ataunatrium diklofenak 50 mg, 3 kali sehari dalam kapsul selama 6

hari. Kemudian pada hari 1,3,6 setelah perlakuan diukur kembali nilai VAS

danMST.Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok parasetamol dan

diasepam (PD) dan kelompok natrium diklofenak (ND) dalam penurunan nilai VAS

dan peningkatan nilai MST. Nilai VAS hari 1 (p=0,508), 3 (p=0,545),6(p=0,509),dan

nilai MST hari 1 (p=0,782), 3 (p=891), 6 (p=0,722). Walaupun kelompok PD terjadi

penurunan nilai VAS secara bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilaVAS

bermakna (p=0,001) dan peningkatan nilai MST secara bermakna

(p=0,001).Kesimpulan perbedaan penurunan tingkat nyeri dan peningkatan

fleksibilitas otot penderita nyeri pinggang non spesifik akut, pemberian kombinasi

parasetamol dan diasepam maupun natrium diklofenak tidak menunjukkan perbedaan

yang bermakna.( Husni,amin, 2006 )

Dari penyakit infeksi, yang terbanyak sebagai penyebab demam adalah

infeksi saluran napas akut (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam tifoid.

Demam yang terjadi tiba-tiba dan sangat tinggi biasanya disebabkan oleh virus.

Walaupun hanya suatu gejala, namun dengan terjadi demam, akan terjadi

berbagai perubahan pada tubuh. Di antaranya, terjadi peningkatan denyut jantung,

merasa tak enak, kurang nafsu makan, tak bisa tidur nyenyak, dan gelisah.

Pernapasan juga jadi cepat dan akan banyak berkeringat, yang kalau parah bisa

mengakibatkan dehidrasi. Bila suhu tinggi, misal, lebih dari 410 C, kerusakan

Page 8: Laporan Resmi

jaringan pun bisa terjadi. Yang paling mudah terkena ialah susunan saraf pusat (otak)

dan otot. Sebenarnya, kenaikan suhu yang terjadi pada infeksi ini menguntungkan,

karena aliran darah jadi makin cepat hingga transpor makanan dan oksigen jadi lebih

lancar. Bahkan seringkali dikatakan, demam berperan sebagai pertahanan tubuh

melawan kuman yang masuk. Jadi, saat demam, proses tubuh melawan kuman pun

jadi lebih baik.

Namun demikian, demam yang tinggi, yang mencapai 390 C, biasanya justru

menyebabkan anak jadi gelisah, tak bisa tidur, dan kehilangan nafsu makan-minum.

Hingga, bila kondisi ini berlanjut, daya tahan tubuh justru makin melorot dan makin

sulit mengatasi serangan kuman. Malahan pada anak tertentu dapat berakibat terjadi

kejang demam. Karenanya, penanganan terhadap demam harus segera dilakukan.

. Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti

nyeri kepala, gigi, dan sendi. Obat golongan analgesik umumnya juga mempunyai

efek antipiretik, yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obat

golongan analgesik-antiperitik, seperti aspirin, parasetamol, dan antalgin.

Analgesik-antiperitik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengan

gejala demam (suhu tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan salesma.

Karena mempunyai efek samping yang ringan, obat golongan analgesik-antiperitik

dijual bebas di pasaran.

Obat golongan ini mampu menurunkan panas (antiperitik) karena

menormalkan pusat pengatur suhu yang terletak di batang otak. Selain itu mampu

melebarkan pembuluh darah kulit dan memperbanyak keringat sehingga semakin

banyak panas yang dibuang. Selain bekerja di susunan syaraf pusat, analgesik-

antiperitik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkan

rasa nyeri dan panas.

Analgesik-antiperitik terdiri dari empat golongan, yakni salisilat,

asetaminofen, piralozon, dan golongan asam (asam-mefenamat). Salisilat di pasaran

dikenal sebagai aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin mempunyai khasiat antiradang

sehingga sering digunakan untuk mengobati radang sendi (rematik).

Obat ini juga bersifat mengurangi daya ikat sel-sel pembeku darah sehingga

penting untuk segera diberikan pada penderita angina (serangan jantung), untuk

mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung karena penggumpalan/pembekuan

Page 9: Laporan Resmi

darah. Aspirin dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan lambung, karena itu

sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan

telinga berdenging, tuli, penglihatan kabur, bahkan kematian.

Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini mempunyai

khasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga tidak bisa digunaka

untuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak merangsang lambung sehingga dapat

digunakan oleh penderita sakit lambung.

Sementara piralozon, antara lain antalgin, neuralgin, dan novalgin, amat

manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Piralozon dapat

menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangya darah putih),

karena itu dilarang dijual bebas di Indonesia.

Pada umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan

penyakit tersendiri.Kini, para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksi

tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit dan

makrofag menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi

kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh

(Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja, 2002).

Acetaminophen, (Amerika Serikat) atau paracetamol (United Kingdom),

adalah analgesik and antipiretik yang popular dan digunakan untuk melegakan sakit

kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Ia digunakan dalam kebanyakan

obat preskripsi analgesik selsema dan flu. Ia sangat aman dalam dos piawaian, tetapi

kerana mudah di dapati, terlebih dadah (drug overdose) sama ada sengaja atau tidak

sengaja sering berlaku.

Asetaminofen atau Parasetamol ialah analgesik dan antipiretik yang popular

dalam mengurangkan sakit kepala, dan demam. Parasetamol digunakan dalam

mengurangkan simptom selsema dan flu, dan merupakan ramuan utama dalam

kebanyakan analgesik berpreskripsi. Parasetamol adalah selamat pada dos standard,

dan disebabkan boleh didapati secara meluas, dos berlebihan jarang berlaku.

Berbeda dengan dadah analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,

parasetamol tiada sifat anti-keradangan. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam

dadah jenis NSAID. Dalam dos normal, asetaminofen tidak menyakitkan permukaan

dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus fetus.

Page 10: Laporan Resmi

Etimologi

Perkataan asetaminofen dan parasetamol berasal daripada singkatan nama

kimia bahan tersebut:

Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol asetominofen

Versi Inggeris para-asetil-amino-fenol parasetamol

Sebelum penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai agen

antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan drug antimalaria, kuinin.

Apabila pokok sinkona semakin berkurangan pada 1880an, sumber alternatif

mula dicari. Terdapat dua agen antipiretik dibangunkan pada 1880an; asetanilida

pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, asetaminofen telah disintesis oleh

Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam

asid asetik glasier. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, asetaminofen

tidak digunakan dalam bidang perubatan sehinggalah dua dekad selepasnya. Pada

1893, asetaminofen telah ditemui di dalam air kencing seorang individu yang

mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan

berperisa pahit. Pada tahun 1899, asetaminofen dijumpai sebagai metabolit

asetanilida. Namun penemuan ini tidak diambil peduli pada ketika itu.

(Wilmana, P.Freddy, 1995)

Asetosal atau asam asetil salisilat merupakan senyawa anti inflmasi

nonsteroid yang juga menunjukkan aktivitas anti trombosis, analgesik, dan

antipiretik. Asetosal secara tradisional merupakan analgesik antiinflamasi pilahan

pertama, tapi banyak dokter sekarang lebih suka memilih AINS (anti inflamasi

nonsteroid ) lain mungkin lebih dapat diterima dan lebih menyenangkan bagi pasien.

Dalam dosis tinggi yang umum, efek antiinflamsi asetosal sama dengan efek AINS

lain. Dosis yang dibutuhkan untuk radang aktif di persendian sekurang-kurangnya

3,6 g/hari. ( BPOM, 2003)

Pada buletin Current Problems in Pharmacovigilance yang dikeluarkan di

bulan oktober 2002. medicine control agency dancomitte on safety of medicine di

inggris mengeluarkan suatu larangan mengenai aspirin yang mereka sebut sebagai

“New advice on aspirin in under 16s”. disitu disebutkan bahwa dilarang memberikan

aspirin pada anak di bawah usia 16 tahun (kecuali pada kondisi medis yang khusus ).

Page 11: Laporan Resmi

Alasan pelarangan ini karena berhubungan dengan penyakit Reye’s syndrome,

penyakit ini sendiri tidak diketahui secara pasti. Namun resiko terkena penyakit ini

sangat berhubungan dengan penggunaan asetosal pada anak-anak yang sedang

mengalami demam( seperti pada infeksi virus varisela atau influenza). ( BPOM,

2003 )

Suhu badan diatur oleh keseimbangangan antara produksi dan hilangnya

panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demam

keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip

aspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali

penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yang

memacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain itu

PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau

disuntikkan ke daerah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen

endogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapi demam yang timbul akibat

pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain

seperti latihan fisik.

Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-

inflamasi.Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya :

parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan analgesik tetapi sifat anti-

inflamasinya lemah sekali.

Sebagai Antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya

pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini memiliki efek antipiretik in

vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila

digunakan secara rutin atau terlalu lama.Fenilbutazon dan antireumatik lainnya

toidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik. Selain menimbulkan efek terapi

yang sama obat mirip aspirin juga memiliki efek samping serupa, karena didasari

oleh hambatan pada sistem biosintesis PG.Selain itu kebanyakan obat bersifat asam

sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung,

ginjal dan jaringan inflamasi.Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akan

lebih nyata di tempat dengan kadar tinggi.

Toksin dari bakteri seperti endotoksin bekerja atas manosit, makrofag dan sel

kupffer untuk menghasilkan interleukin-1, suatu polipeptida yang juga dikenal

Page 12: Laporan Resmi

sebagai pirogen endogen (EP). IL-1 mempnyai efek luas dalam badan. Ia memasuki

otak dan menimbulkan demam oleh kerja langsung atas area preoptika

hypothalamus. Ia juga bekerja atas limfosit untuk mengaktiasi system kekebalan,

merangsang pelepasan neutrofil dari sumsum tulang dan menyebabkab proteolisis

pada otot rangka. Bermacam-macam zat lain yang mencakup steroid etiokolanolon

juga menyebabkan produksi IL-1 (Ganong, W.F.,1995).

Efek antipiretik dari Aspirin

Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus

anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang

bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel

darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi.

Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangin

sintesa dan penglepasan PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali ke

normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan

pengeluaran panas sebgai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak

mempunyai efek pada suhu tubuh normal.

Penggunaan klinik:

Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam

formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik

dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnya

mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala,

artralgia, dan mialgia (Mycek,M.J., 2001).

Secara garis besar, demam bisa diakibatkan oleh infeksi, bisa juga bukan

infeksi. Pada bayi dan anak penyebab utama demam umumnya infeksi, terutama

infeksi virus. Ketika terserang infeksi, tubuh berusaha membasmi infeksi itu dengan

mengerahkan sistem imun.

Sel darah putih dan semua perangkatnya bekerja keras menghancurkan

penyebab infeksi, membentuk antibodi untuk menetralkan musuh, serta membentuk

demam. Kehadiran sang demam akan membantu membunuh virus, karena virus tidak

tahan suhu tinggi. Sebaliknya, virus akan tumbuh subur di suhu rendah.

Dunia kedokteran membuktikan, pada umumnya demam bukan kondisi yang

membahayakan serta mengancam keselamatan jiwa. Beberapa kepustakaan

Page 13: Laporan Resmi

kedokteran menulis, demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh

untuk memerangi infeksi. Ia ibarat alarm yang memberitahukan bahwa sesuatu

tengah terjadi di dalam tubuh.

Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk

pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat),

terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu

tubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point.

Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan,

berkisar pada suhu 370C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di

padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut

sebagai makhluk homotermal.

Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu

darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program

agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu

tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, sehingga badan menggigil dan

tampak pucat.

Demam

Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuh diatas suhu normal. Hal ini tentu

pernah dialami setiap orang di dalam hidupnya, entah itu saat masih kanak-kanak

atau setelah dewasa.

Suhu tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang dinamakan hipothalamus.

Hipothalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan produksi panas dari otot

dan hati dengan melepaskan panas dari kulit dan paru. Walapun hipothalamus

mampu mempertahankan perbedaan suhu dalam nilai relatif sempit, suhu tubuh

bervariasi dalam sehari. Saat suhu tubuh berada diatas normal, maka terjadilah

demam yang ditandai oleh kenaikan set-point hipothalamus.

Suhu tubuh mengikuti irama sirkardian, suhu pada dini hari rendah dan suhu

tertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00. Tidak ada nilai tunggal suhu tubuh untuk

penetapan demam karena perbedaan suhu di berbagai tempat di tubuh. Kisaran suhu

tubuh yang diterima di seluruh dunia untuk demam adalah sebagai berikut :

Suhu rektal atau anus diatas 38º

Suhu oral atau mulut diatas 37,5ºC

Page 14: Laporan Resmi

Suhu ketiak diatas 37,2ºC

Suhu telinga diatas 38ºC

Apa penyebab demam?

Demam dapat disebabkan oleh bahan-bahan toksik yang biasa disebut

pirogen atau karena kelainan otak itu sendiri yang mempengaruhi pusat pengaturan

suhu.

Penyebab paling sering demam adalah adanya infeksi virus dan atau bakteri.

Bakteri dapat melepaskan protein atau hasil pemecahan protein dan zat lain terutama

toksin lipopolisakarida yang dapat meningkatkan set-point suhu hipothalamus. Bila

bakeri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau dalam darah,

keduanya akan dimakan oleh sel imun tubuh, kemudian dicerna dan menghasilkan

pirogen yang dinamakan interleukin – I(IL-I). Segera setelah mencapai

hipothalamus, IL-I menyebabkan peningkatan set- point temperatur tubuh yang bisa

menimbulkan demam dalam waktu 8 – 10 menit. Ketika set- point pusat

hipothalamus lebih tinggi dari tingkat normal, semua mekanisme untuk

meningkatkan temperatur tubuh terjadi, diantaranya adalah pengubahan panas dan

peningkatan pembentukan panas.

Page 15: Laporan Resmi

V. Metode Percobaan

5.1 Alat dan Bahan

5.1.1 Alat

- Timbangan elektrik

- Spuit 1 ml

- Selang Oral

- Termometer Rektal

- Spidol permanen

- Stopwatch

5.1.2 Bahan

- Merpati 3 ekor

- Suspensi kosong

- Paraffin Liquidum

- Larutan 2,4-dinitrofenol

- Suspensi Parasetamol

- Suspensi Obat X

5.2. Prosedur Percobaan

- Ditimbang merpati dan ditandai

- Diukur suhu rata-rata dengan termometer melalui rektal selang waktu 5

menit sebanyak tiga kali dan ditentukan temperature rata-ratanya

- Merpati disuntik dengan larutan 2,4 dinitrofenol [ ] 0,5% secara

intramuscular (i.m) pada daerah dada dengan dosis 5 mg/kg BB, diukur

temperatur tiap 5 menit selama 20 menit

- Setelah 20 menit diberikan :

Merpati I : Suspensi kosong dengan dosis 1 % BB (oral)

Merpati II : Suspensi paracetamol [ ] 10% dosis 400 mg/kgBB (oral)

Merpati III : Suspensi obat X [ ]10 % dosis 400 mg/kgBB (oral)

- Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama 50 menit

- Dibuat grafik suhu vs waktu

Page 16: Laporan Resmi

Hasil

Merpati 1

5.3. Flowsheet

Ditandai dan ditimbang

Diukur temperatur sebanyak 3 kali selang

waktu 3 menit dan ditentukan temperatur rat-

ratanya

Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4

dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB

Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara

intramuskular pada daerah dada

Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit

Disuntikkan suspensi kosong degan dosis 1 %

BB secara oral

Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama

50 menit

Dibuat grafik temeperatur vs waktu

50 mg 1000 g

Page 17: Laporan Resmi

Hasil

Merpati 2

Hasil

Merpati 3

Ditandai dan ditimbang

Diukur temperatur

Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4

dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB

Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara

intramuskular pada daerah dada

Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit

Disuntikkan suspensi parasetamol [ ] 10 %

dosis 400 mg/kg BB secara oral

Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama

50 menit

Dibuat grafik temeperatur vs waktu

Ditandai dan ditimbang

Diukur temperatur sebanyak 3 kali selang

waktu 3 menit dan ditentukan temperature rat-

ratanya

Dihitung dosis pada pemberian larutan 2,4

dinitrofenol [ ] 0,5 % dengan dosis 5 mg/kg BB

Disuntikkan larutan 2,4 dinitrofenol secara

intramuskular pada daerah dada

Diukur temperatur tiap 5 menit selama 20menit

Disuntikkan suspensi obat Xl [ ] 10 % dosis

400 mg/kg BB secara oral

Diukur temperatur selang waktu 5 menit selama

50 menit

Dibuat grafik temeperatur vs waktu

50 mg 1000 g 50 mg 1000 g

Page 18: Laporan Resmi

VI. Perhitungan, Data, Grafik, dan Pembahasan

6.1 Perhitungan Dosis

Merpati I

berat badan = 224,3g

Dosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)

Konsentrasi = 0,5%

dosis Parasetamol = 400 mg/kgBB (Oral)

konsentrasi = 10%

Page 19: Laporan Resmi

Merpati II

berat badan = 207,8 g

Dosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)

Konsentrasi = 0,5%

dosis Obat X = 400 mg/kgBB (Oral)

konsentrasi = 10%

Merpati III

berat badan = 225,1 g

Dosis 2,4-dinitrofenol = 5 mg/kg BB (intramuscular)

Konsentrasi = 0,5%

Page 20: Laporan Resmi

dosis Suspensi Kosong = 1% BB (Oral)

Page 21: Laporan Resmi

6.2 Data Percobaan

Terlampir

Page 22: Laporan Resmi

6.3 Grafik Percobaan

Page 23: Laporan Resmi

6.4. Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pada pemberian

larutan 2,4 dinitrofenol [ ] 0,5% dosis 5 mg/kg BB pada merpati menimbulkan

kenaikan suhu atau demam pada merpati tersebut. Dan terjadinya demam tersebut

dapat dilihat setelah pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer rectal. Hal

ini disebabkan karena larutan 2,4-dinitrofenol merupakan pirogen eksogen yang

dapat meningkatkan set point thermostat hipotalamus sehingga memicu timbulnya

kenaikan suhu tubuh (demam). Demam terjadi karena terganggunya

keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas di hipotalamus.

Dari percobaan juga diperoleh bahwa setelah penyuntikan 2,4-dinitrifenol

yang menyebabkan kenaikan suhu, pada merpati II yang diberikan suspensi obat X

[ ] 10 % dosis 400 mg/kg BB ternyata memberika efek antipiretik yang lebih lambat

bila dibandingkan dengan merpati I yang diberikan suspensi parasetamol [ ] 10 %

dosis 400 mg/kg BB secara oral. Hal ini disebabkan karena parasetamol lebih cepat

menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan bekerja secara sentral

menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat enzim

siklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin (PGE 2) yang merupakan

mediator penting untuk menginduksi demam. Penurunan pusat pengaturan suhu akan

diikuti respon fisiologis berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah

ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit secara radiasi, konveksi dan

penguapan (evaporasi). Selain itu, parasetamol juga dapat mengembalikan thermostat

kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh dengan meningkatkan

pengeluaran panas sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Dan hal ini

terlihat pada rectum dari merpati pada saat pengukuran suhu (Mycek, M.J., 2001).

Dan juga bila dibandingkan dengan Merpati III yang diberikan suspensi kosong,

parasetamol lebih cepat menurunkan suhu tubuh dari merpati II dan efek yang

diberikan oleh suspensi kosong tersebut tidak terlalu berpengaruh. Hal ini disebabkan

Page 24: Laporan Resmi

pada suspensi kosong tersebut tidak mengandung obat antipiretik yang dapat

menurunkan suhu tubuh.

Pada percobaan, Parasetamol memberikan efek terhadap suhu tidak stabil

dikarenakan waktu paruh dari parasetamol adalah sekitar 1-3 jam. Selain itu

pengamatan suhu juga dilakukan oleh beberapa orang sehingga hasilnya tidak tetap.

VII. Kesimpulan dan Saran

7.1. Kesimpulan

- Efek dari pemberian 2,4- dinitrofenol adalah menyebabkan demam karena 2,4

dinitrofenol merupakan suatu pirogen eksogen yang dapat meningkatkan set

point di hipotalamus sehingga timbul demam

- Efek parasetamol sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yang

mempengaruhi hipotalamus dengan menghambat COX-2 sehingga tidak

terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuh

akan turun

- Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh Obat X lebih besar daripada

Parasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan

7.2. Saran

- Sebaiknya dalam percobaan diberikan juga obat-obat lain yang mempunyai

efek antipiretik, misalnya : asetosal(aspirin) atau dipiron(antalgin) untuk

membandingkan efek antipiretik yang dihasilkan.

- Sebaiknya pengukuran suhu pada rectum hewan percobaan tersebut harus

lebih hati-hati sehingga suhu yang diperoleh lebih tepat

Page 25: Laporan Resmi

DAFTAR PUSTAKA

InfoPom, (2003), ASETOSAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN REYE’S

SINDROME, BPOM. www. pdf-search-engine.com.

Ganong, W.F., (1995), FISIOLOGI KEDOKTERAN, Edisi 14, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, halaman 232-237

Guyton,A.C., and Hall, J.T., (1996), TEXBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY,

Nineth Edition, W.B. Saundes Company, Mississippi, pages 1146-1148

Husni, Amin dan Amaludin., (2006 ), PERBANDINGAN EFEK PENGOBATAN

PARASETAMOL DAN DIAZEPAM DENGAN NATRIUM

DILKOFENAK TERHADAP DERAJAT NYERI DAN FLEKSIBILITAS

OTOT PADA NYERI PINGGANG NON SPESIFIK AKUT, www.pdf-

search-engine.com

Lubis, Y., (1993), PENGANTAR FARMAKOLOGI, PT. Pustaka Widyasarana,

Medan, Hal. 133-135.

Mycek, J. M., Harvey, R. A., dan Champe, P.C., (2001), FARMAKOLOGI

ULASAN BERGAMBAR, Edisi II, Widya Medika, Jakarta, Hal. 221-223.

Tjay, T.H., (2002), OBAT-OBAT PENTING, Edisi V, Cetakan II, PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, halaman 295 dan 297-298.

Wijoyo, yosef., (2003), ANTARAKSI SARI WORTEL DENGAN

PARASETAMOL, Fakultas farmasi universitas sanata dharma,www. pdf-

search-engine.com

Wilmana, P.F., (1995), ANALGESIK-ANTIPIRETIK ANALGESIK ANTI-

INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI, dalam FARMAKOLOGI

DAN TERAPI, Editor Sulistia G. Ganiswara, Edisi IV, Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, halaman 209-210.

Page 26: Laporan Resmi

LAMPIRAN GAMBAR

Merpati Timbangan Digital

Vial Parrafin Liquidum

Spuit Spuit/ Selang Oral

Page 27: Laporan Resmi

Stopwatch Termometer Rektal