Laporan Resmi Epp

download Laporan Resmi Epp

of 32

Transcript of Laporan Resmi Epp

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EKONOMI PERUSAHAAN PETERNAKAN

Disusun oleh: Doni Afit A. 23010110120025 M. Rizko Fatra 23010110120063 Aryya Mulya D. 23010110120059 Wisnuwati 23010110120042 Gabriella Disty C. 23010110120056 Fitriana Sunaryo23010110120046

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN Ekonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran, dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa. Sedangkan ekonomi perusahaan peternakan adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk memproduksi serta mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakat di suatu negara. Industri peternakan memiliki peranan penting dalam pengadaan protein hewani bagi masyarakat. Seiring berkembangnya industri peternakan di bidang pengolahan makanan, pengelolaan dan kontrol penyakit, industri tersebut tumbuh hingga mencapai peternakan komersial yang modern, untuk itu perlu kerjasama antara industri peternakan dengan universitas dalam bidang peternakan. Tujuan dari praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah mengetahui keadaan atau kondisi ekonomi suatu perusahaan peternakan. Manfaat dari praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah mengetahui dan memahami konsep-konsep yang diterapkan dalam suatu perusahaan, serta mengetahui kinerja keuangan di suatu perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Pedaging

2.1.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging (ayam broiler) adalah jenis ayam yang efisien dalam menghasilkan daging atau dapat dikatakan sebagai ayam yang berpotensi besar untuk tumbuh secara cepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging (Siregar et al., 1982). Ayam broiler merupakan ternak ayam yang paling ekonomis bila dibandingkan ternak lain karena kecepatan produksi daging dari ayam broiler tersebut, dalam waktu relatif singkat daging ayam bisa segera diperoleh, dipasarkan atau di konsumsi dengan usia potong maksimal 12 minggu (Murtidjo, 1987). Ayam broiler dipelihara dengan tujuan untuk memproduksi daging dengan menunjukkan kemampuan pertumbuhan yang baik dan dapat mencapai bobot pasar dengan cepat. Kemampuan pertumbuhan yang baik tersebut dihasilkan dari pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tinggi jika dibandingkan dengan breed yang lebih ringan, kebutuhan tempat pakan, luasan per ekor dan ventilasi yang lebih banyak (Scott dan Neishem, 1982). Ciri-ciri ayam broiler adalah berkaki pendek dan tegap, dada lebar, temperamen tenang dan gerakannya lambat, badan besar dengan daging penuh lemak, biasanya lambat dewasa dan daya bertelur rendah serta berkulit halus dan bersih dengan pertumbuhan yang cepat. Anak ayam pedaging yang baik mempunyai ciri antara lain mata cerah, gerak lincah, bulu tidak kusut dan tidak cacat (Wahju, 1992).

Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Scott dan Neishem, 1982). Ayam broiler merupakan ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 8 minggu dengan bobot badan tertentu (1,8-2 kg) mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik atau banyak. Di Indonesia ayam broiler tersebut dijual dengan umur 6-7 minggu dengan bobot badan + 7 kg. Ayam broiler mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat berproduksi dengan cepat, relatif menghemat modal dan konversi pakannya lebih baik (Siregar et al., 1982).

2.1.2. Manajemen Pemeliharaan Pemeliharaan ayam broiler memerlukan suatu pemeliharaan khusus. Pemeliharaan dimulai sejak DOC tiba sampai dengan ayam itu dipasarkan dengan cepat (Siregar et al., 1982). Pemeliharaan ayam broiler dilakukan mulai fase hidup yaitu fase starter di mulai ketika ayam berumur 0-28 hari sedangkan fase finisher 29 hari sampai panen. Melakukan recording setiap hari untuk mengetahui jumlah konsumsi, efisiensi dan konversi pakan. Penimbangan bobot badan ayam dilakukan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari sabtu pagi. Membalik litter setiap 2 minggu sekali atau sesuai dengan keadaan bila diperlukan (Scott dan Neishem, 1982). Pemeliharaan meliputi persiapan kandang dengan membersihkan kandang, desinfeksi yaitu penyemprotan dengan desinfektan, pembuatan flok kandang,

pemasangan tirai, pembuatan brooder, pemasangan sekam dan alas koran, dan fumigasi dengan cara mencampurkan formalin kedalam wadah berisi KMnO4 dengan perbandingan 2 : 1. Kandang ditutup rapat selama beberapa hari. Menambahkan vitamin yaitu vitachick dan vitastress melalui air minum. Memasukkan DOC dengan menimbang bobot awal DOC, pemberian warna sesuai kode flok. Kemudian memberi air minum yang dicampur gula dengan kadar 2%. 2.1.2.1. Perkandangan. Kandang merupakan faktor yang penting dalam usaha pemeliharaan ayam broiler/pedaging. Berdasarkan umurnya ayam pedaging dibedakan menjadi 2 fase yaitu fase starter, umur 0-4 minggu dan fase finisher umur 5-8 minggu. Pemeliharaan pada masing-masing fase dilakukan pada kandang berbeda, tetapi bisa juga dipelihara pada satu kandang sejak awal sampai akhir, yang sering disebut dengan sistem all in all out (Rasyaf, 1999). Lokasi kandang apabila keadaan diatur secara alamiah (tidak dengan buatan), maka lokasi tersebut janganlah di tempat rendah yang lembab dan angin sangat terbatas atau tidak dapat berhembus, letak lantai kandang harus lebih tinggi dari daerah sekitarnya (Rasyaf, 1999). Kepadatan kandang untuk ayam broiler di Indonesia adalah sepuluh ekor permeter persegi. Kepadatan itu untuk ayam broiler yang dipelihara dengan sistem alas litter , kepadatan itu merupakan kepadatan ketika ayam masuk masa akhir (Whendarto dan Madyana, 1986). Kandang dengan lantai beralaskan litter merupakan campuran sekam padi, jerami, pasir, kapur dan batu kerikil. Ketebalan litter yang baik untuk DOC adalah 5-8 cm. Keuntungan kandang sistem ini antara

lain biaya murah, kelemahannya antara lain kontrol penyakit sulit, kebersihan dan tenaga pelaksana lebih banyak (Murtidjo, 1987). 2.1.2.2. Manajemen brooder. Dua puluh empat jam sebelum anak ayam datang, penghangat pada indukan sudah dihidupkan. Lampu pemanas harus digantung 15 cm dari lantai boks yang luasnya 2 m x 2 m yang berkekuatan 100-125 watt untuk 100 ekor DOC. Termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada sisi boks, usahakan pemanas secara konstan memberi temperatur 3500C atau 950F (Murtidjo, 1987). 2.1.2.3. Manajemen pemberian pakan. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian pakan terbatas dan pemberian pakan tidak terbatas ad libitum yaitu penyediaan pakan selama 24 jam. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 3 atau 4 kali sehari dengan jumlah ransum yang mencukupi kebutuhan (Wahju, 1992). Pemberian pakan tidak terbatas akan memberikan pertumbuhan yang baik pada ayam broiler dibandingkan pemberian pakan terbatas, hal ini disebabkan kelebihan dari zat-zat makanan disimpan dalam bentuk lemak tubuh, akibatnya ayam menjadi gemuk. Pakan mulai diberikan langsung pada hari pertama sewaktu anak ayam ditempatkan di indukan di dalam kandang. Ransum ini diberikan dengan cara disebark DOC yang baru tiba secepatnya diberi vitaminvitamin yang dilarutkan ke dalam minuman, cara ini untuk membantu ketenangan dan stress dari pengaruh perjalanan yang jauh dan panjang. Di samping itu resisten ayam masih dalam keadaan lemah dan belum memiliki kekebalan. DOC yang baru diletakkan di kandang jangan diberi minum dan makan lebih dulu, biarkan selama

25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru selanjutnya bisa diberi air minum yang diberi gula pasir, dengan perbandingan 20 gr gula pasir yang dicampur dengan 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC (Murtidjo, 1987). Hal penting yang harus diperhatikan pada periode finisher adalah pengaturan pemberian pakan, air minum serta pengaturan litter. Litter tidak boleh sampai menggumpal atau lembab, karena hal ini dapat mengakibatkan keracunan jamur, kandang berbau dan menyesakkan pernafasan. Pemberian air minum di tambah antibiotik untuk mengurangi tekanan lingkungan dan meningkatkan pertambahan berat badan (Wahju, 1992). Pemberian air minum harus tersedia cukup, bersih dan segar dan penempatannya sesuai dengan besar dan tingginya ayam (Siregar et al., 1982). Pakan yang diberikan pada periode finisher dapat berbentuk tepung, butiran kecil atau butiran besar pellet, dengan kandungan protein sebesar 18,1-21,1% dan kandungan energi 2900-3400 kkal/kg (Wahju, 1992). Pakan yang diberikan pada akhir pemeliharaan broiler (6-8 minggu) banyak di simpan dalam bentuk lemak. Pakan pada akhir pemeliharaan dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi (Murtidjo, 1987).

2.2

Analisa Keuangan Analisis keuangan menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang

dengan pernerimaan dari proyek. Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh mengenai baik tidaknya suatu proyek, dikembangkanlah berbagai macam indeks

atau analisa seperti ROI dan Payback Period, Analisis keuangan menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang dengan penerimaan dari proyek.

2.2.1

Investasi Investasi dalam arti ekonomi berarti pembelian alat-alat produksi termasuk

di dalamnya barang-barang untuk dijual dengan modal berupa uang. Investasi merupakan modal yang diperlukan untuk pembangunan suatu proyek ditambah dengan bunga selama pembanguan (Sutojo, 1991). Modal investasi adalah modal yang dipakai untuk membiayai pendirian suatu perusahaan, untuk memperluas volume perusahaan atau untuk mengganti peralatan seperti mesin, bangunan dan barang modal lainya. Modal adalah uang yang bersama-sama faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian (Kadarsan, 1995).

2.2.2

Biaya produksi

Biaya merupakan suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk suatu tujuan tertentu. Biaya produksi merupakan biaya yang menyebabkan produksi peternakan berjalan akibat setiap sumber daya yang digunakan. Biaya produksi dapat di klasifikasik`an menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel (Rasyaf, 1999). Biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah mengikuti kesibukan perusahaan, biaya akan menjadi nol jika tidak ada kesibukan atau produksi dan secara proporsional bila ada kesibukan

(produksi) perusahaan. Biaya tetap adalah biaya yang sampai batas waktu tertentu tidak berubah-ubah, tidak dipengaruhi besar kecilnya volume hasil produksi (Kadarsan, 1995).

2.2.3

Penerimaan dan pendapatan

Pendapatan bersih perusahaan merupakan pendapatan yang diterima pengusaha, tenaga kerja, balas jasa yang diterima pemilik perusahaan sebagai manajer perusahaan dan modal pribadi yang dimilikinya. Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen dari peternakan dan barang olahannya. Jumlah pendapatan dan hubungannya dengan investasi modal serta hubungannya dengan hasil penjualan bersih merupaka faktor-faktor penting dalam penetapan efisiensi manajemen dan tingkat daya laba (kemampuan memperoleh laba) dari perusahaan (Kadarsan, 1995). Penerimaaan berupa pengahasilan yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan dalam satu periode (Sutojo, 1991). Pendapatan bersih dari perusahaan guna keperluan analisis keuangan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu pendapatan bersih operasional, pendapatan bersih tunai dan pendapatan bersih perusahaan. Penerimaan usaha bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen dari peternakan dan barang produk olahannya. Pendapatan bersih perusahaan merupakan pendapatan yang

diterima perusahaan, tenaga kerja, balas jasa yang diterima pemilik perusahaan dan modal pribadi yang akan dimilikinya (Kadarsan, 1995).

2.2.4

Return on investmen (ROI) Return on investment atau ROI merupakan suatu metode untuk mengetahui

besarnya tingkat laba yang diperoleh dari penanaman investasi, tanpa memperhatikan nilai waktu uang. ROI dihitung dengan membandingkan antara rata-rata keuntungan bersih dengan investasi (Rahardja, 1988). ROI membandingkan antara keuntungan setelah pajak (Earning After Tax) dengan investasi yang ditanamkan, tidak memasukkan penyusutan sebagai penghasilan, karena yang dituju bukan laba tunai atau proceed. ROI = Keuntungan Setelah Pajak x 100% Investasi

Kriteria : - ROI < tingkat bunga bank = usaha tidak layak dilakukan karena tidak mampu menghasilkan keuntungan. - ROI > tingkat bunga bank = usaha layak untuk dilakukan karena mampu menghasilkan keuntungan. 2.2.5 Payback period Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceed atau aliran kas netto. Sehingga payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu

yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya apabila proceed setiap tahunnya sama jumlahnya, maka

payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceed tahunan (Sutojo, 1991). Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputarannya modalnya (Kadarsan, 1995). Metode ini menghitung lama waktu yang diperlukan untuk pengembalian pengeluaran (outlay) melalui proceed setiap tahun. Proceed atau laba tunai : laba setelah pajak + penyusutan PP =

Pr oceed Setiap Tahun

Outlay

x 1 Tahun

Kriteria : - PP > jangka waktu yang ditetapkan = usaha tidak layak beroperasi karena pengembalian investasi lebih lama dari jangka waktu yang ditetapkan. - PP < jangka waktu yang ditetapkan = usaha layak beroperasi karena pengembalian investasi lebih cepat dari jangka waktu yang ditetapkan. Jangka waktu yang ditetapkan bisa berupa PP maksimum atau jangka waktu pengembalian kredit.

2.3.

Neraca Neraca merupakan ikhtisiar dari semua hak milik dan hutang usaha serta

penanaman modal yang telah dilakukan oleh pemilik dalam bisnis (Sutojo, 1991). Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan

sisanya pada akhir tahun fiscal atau tahun kalender sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet. Yang termasuk kedalam bagian dari neraca adalah:

2.3.1. Aktiva Aktiva lancar disebut juga current assets, atau work capital assets. Yang termasuk kedalam aktiva lancar ialah uang tunai dan aktiva-aktiva lainnya yang dalam normal business operation dalam jangka waktu kurang dari satu tahun pada umumnya dapat berubah bentuk menjadi uang tunai (Sutojo, 1991). Dengan demikian aktiva-aktiva yang termasuk dalam aktiva lancar ialah uang tunai, investasi sementara, piutang niaga, wesel tagih, persediaan barang dagangan, dan uang muka. Aktiva tak lancar disebut juga non current assets. Aspek termasuk dalam aktiva tak lancar ialah semua aktiva yang tidak tergolong kedalam aktiva lancar. Aktiva yang tidak tergolong dalam aktiva tak lancar adalah tanah, bangunan kandang, dana yang disisihkan, dan saldo bank luar negeri. Komponen yang terkandung dalam aktiva lancar adalah kas, bank, suratsurat berharga, piutang, sediaan, dan lainnya. Kemudian aktiva tetap dibagi menjadi dua, yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Komponen dalam aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, mesin, kendaraan, peralatan, dan lainnya, sedangkan dalam aktiva tidak berwujud seperti paten, goodwill, opsi dan lainnya (Rahardja, 1988). 2.3.2. Pasiva Pasiva lancar disebut juga kewajiban jangka pendek atau current liabilities terdiri dari hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban yang dalam tahun buku

berikutnya harus sudah dilunasi (Kadarsan, 1995). Yang tergolong dalam pasiva lancar adalah kewajiban moneter dan pendapatan yang ditangguhkan. Pasiva lancar atau kewajiban jangka pendek terdiri dari utang dagang, utang wesel, utang bank, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan utang sewa guna usaha. Pasiva tak lancar disebut juga hutang jangka panjang. Ini meliputi semua hutang perusahaan yang dalam tahun buku berikutnya belum harus dilunasi. Pinjaman-pinjaman hipotek dan hutang obligasi dalam berbagai bentuknya yang dalam tahun nuku berikutnya belum jatuh tempo tergolong hutang jangka panjang. Utang jangka panjang terdiri dari utang hipotek, utang obligasi, utang bank jangka panjang, dan utang jangka panjang lainnya. Ekuitas (modal) terdiri dari modal saham, agio saham, laba ditahan, cadangan laba, dan modal sumbangan.

2.3.3. Likuiditas Rasio Likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo (Rahardja, 1988). Likuiditas perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya saat ditagih. Likuid adalah suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Illikuid adalah suatu perusahaan yang tidak mempunyai

kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi (Kadarsan, 1995). Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas berhubungan erat dengan kepercayaan kreditor jangka pendek, yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin besar kepercayaan dari kreditor jangka pendek. Likuiditas = aktiva lancar .........................................................(2) pasiva lancar

Apabila ditemukan likuiditas perusahaan sebesar 2,3 artinya setiap satu rupiah hutang lancar akan dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 2,3. Semakin besar likuiditas, semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Tetapi bila likuiditasnya terlalu tinggi menunjukan adanya ketidak efisiensinan penggunaan dana, karena menunjukan banyaknya dana yang harus ditanggung, sehingga diharapkan likuiditasnya tidak terlalu besar. 2.3.4. Solvabilitas Rasio solvabilitas (leverage ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Sutojo, 1991). Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat dilikuidasi. Solvabel

adalah perusahaan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Insolvabel adalah jika dalam suatu perusahaan jumlah aktiva tidak mencukupi untuk membayar utang atau nilainya lebih kecil dari semua hutang yag harus dibayar Perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvabel (tidak solvabel) tidak dengan sendirinya berarti bahwa perusahaan tersebut juga likuid.

Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada 4 kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan, yaitu: 1. perusahaan yang likuid tetapi insolvabel 2. perusahaan yang likuid dan solvabel 3. perusahaan yang solvabel tetapi illikuid 4. perusahaan yang insolvabel dan illikuid Solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (ditutup). Biasanya

permasalahan yang muncul apabila perusahaan dilikuidasi menyakut apakah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutup semua hutang-hutangnya. Apabila perusahaan mampu menutup semua hutang-hutangnya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel, sebaliknya apabila tidak mampu menutup hutang-

hutangnya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel. Untuk menutup semua hutangnya maka perusahaan menjamin dengan semua kekayaannya (aktiva). Solvabilitas = total aktiva .........................................................(3) total hutang

Kondisi insolvabel disebabkan karena akumulasi kerugiannya lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri. Pada dasarnya untuk menghitung solvabilitas kita tidak salah bila menggunakan neraca likuiditas karena nilai solvabilitas didasarka pada nilai penjualan aaktiva pada saat perusahaan tutup. Nilai solvabilitas juga dapat diukur untuk perusahaan yang berjalan dengan menggunakan nilai aktiva yang sedang berjalan. 2.3.5. Rentabilitas Rentabilitas ekonomi merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing maupun modal sendiri, yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pendapatan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung tingkat rentabilitas ekonomi adalah pendapatan sebelum dikurangi pajak pendapatan dan bunga modal pinjaman (Rahardja, 1988). Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan bahwa perusahaan atau usaha itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain yaitu menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih

penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada umumnya usaha lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal (Kadarsan, 1995).

BAB III METODOLOGI Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan dengan materi Analisis Keuangan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2011 di peternakan ayam pedaging Ibu Mariyati di Desa Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. 3.1. Kerangka Pemikiran Pengelolaan peternakan ayam pedaging adalah suatu usaha yang bergerak dalam bidang peternakan unggas dengan memperhatikan aspek teknis dan ekonomis. Untuk dapat memperoleh hasil yang memuaskan sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging, namun sesuai dengan harapan usaha yang diinginkan oleh perusahaan maka sebuah usaha peternakan memerlukan sebuah penilaian hasil kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari aspek keuangan. 3.3. Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode praktikum yang digunakan adalah metode survey. Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diantaranya adalah sejarah peternakan, lokasi peternakan, jumlah modal, jumlah investasi, biaya produksi, penerimaan per periode serta segala sesuatu yang menggambarkan kondisi dari perusahaan. Data primer diperoleh dengan wawancara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan ini milik Ibu Mariyati dengan luas lahan 1.500 m2, didirikan pada tahun 1998. Awal usaha ini adalah ternak ayam pedaging sampai sekarang. Lokasi peternakan ini ada di Desa Jepon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora. Jumlah awal ternak yang dimiliki pada awal berdirinya adalah 2500 ekor dalam 1 kandang. 4.2. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang dipelihara dalam perusahaan ini sebanyak 5000 ekor dengan kapasitas 2500 ekor/kandang (2 kandang). Pemeliharaan ayam ini dilakukan selama 35 hari, kemudian dijual. Ayam yang dipelihara bertujuan untuk diambil dagingnya dan dijual dalam jumlah besar Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar et al., (1982) yang menyatakan bahwa ayam broiler adalah jenis ayam yang efisien dalam menghasilkan daging atau dapat dikatakan sebagai ayam yang berpotensi besar untuk tumbuh secara cepat dan efisien dalam mengubah pakan menjadi daging.

4.3.

Analisa Keuangan

4.3.1. Investasi Investasi merupakan modal yang diperlukan untuk pembangunan suatu proyek ditambah dengan bunga selama pembanguan. Investasi pada peternakan ini sebesar Rp 491.418.500,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa modal investasi adalah modal yang dipakai untuk membiayai pendirian suatu perusahaan, untuk memperluas volume perusahaan atau untuk mengganti peralatan seperti mesin, bangunan dan barang modal lainya. 4.3.2. Biaya produksi Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan oleh peternakan Ibu Mariyati adalah sebesar Rp. 104.409.287,90 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 4.036.475,40 dan biaya tidak tetap sebesar Rp. 100.372.812,50. Biaya tersebut didapat dari penjumlahan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1999) yang menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang menyebabkan produksi peternakan berjalan akibat setiap sumber daya yang digunakan. Biaya produksi dapat di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. 4.3.3. Penerimaan dan pendapatan

Penerimaan rata-rata pada peternakan ini adalah Rp. 188.125.000,00. Pendapatan tersebut di peroleh dari hasil penjualan di kurangi jumlah total biaya yang di keluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa jumlah pendapatan dan hubungannya dengan investasi modal serta hubungannya dengan hasil penjualan bersih merupaka faktor-faktor penting dalam penetapan efisiensi manajemen dan tingkat daya laba (kemampuan memperoleh laba) dari perusahaan. 4.3.4. Return on investmen (ROI) Menurut Rahardja (1988), return on investment atau ROI merupakan suatu metode untuk mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh dari penanaman investasi, tanpa memperhatikan nilai waktu uang. ROI dihitung dengan membandingkan antara rata-rata keuntungan bersih dengan investasi. ROI pada peternakan Ibu Mariyati adalah sebesar 37,8 %, yang artinya usaha tersebut layak untuk dilakukan karena sudah mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal. 4.3.5 Likuiditas

Menurut Kadarsan (1995), likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Likuiditas berhubungan erat dengan kepercayaan kreditor jangka pendek, yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin besar kepercayaan dari kreditor jangka pendek. Likuiditas = = aktiva lancar pasiva lancar

= 1,91 Nilai likuiditas adalah sebesar 1,91 artinya setiap satu rupiah hutang lancar akan dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 1,91. Dilihat dari nilai likuiditasnya perusahaan diketahui mampu menutup semua hutang lancarnya dengan harta lancarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa semakin besar likuiditas, semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Tetapi bila likuiditasnya terlalu tinggi menunjukkan banyaknya dana yang harus ditanggung, sehingga diharapkan likuiditasnya tidak terlalu besar. Nilai likuiditas sebesar 1,91 yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya dengan menggunakan kekayaankekayaan yang dimilikinya dan perusahaan ini berada dalam keadaan likuid. 4.3.6. Solvabilitas Solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (ditutup). Solvabilitas = = = 16,50 total aktiva total aktiva atau total pasiva total hutang

Nilai solvabilitas sebesar 16,50 artinya setiap satu rupiah total hutang akan dijamin oleh total aktiva sebesar Rp. 16,50. Nilai solvabilitas sebesar 16,50 yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menutup hutang-hutangnya dengan jaminan semua aktivanya (kekayaannya) dan berarti perusahaan ini dalam

keadaan solvable. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutojo (1991) yang menyatakan bahwa suatu perusahaan yang solvabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya. 4.3.7. Rentabilitas Berdasarkan analisis mengenai rentabilitas perusahaan ayam petelur selama selama satu periode adalah dan rentabilitas ekonomis sebesar 39,03%. Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Selanjutnya dijelaskan oleh Rahardja (1988), rentabilitas lebih penting daripada masalah keuntungan, karena laba besar belum tentu perusahaan itu dapat bekerja dengan efisien.

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh pada praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan melalui wawancara dengan Ibu Mariyati, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya serta mampu menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya, sehingga perusahaan tersebut dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya dengan menggunakan kekayaan-kekayaan yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA Siregar, A. P., N. Sabrani dan S. Pramu. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group. Jakarta. Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Keempat Belas. Penebar Swadaya. Jakarta. Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M. L. Scott and Associate. Ithaca. New York. Murtidjo, BA. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Whendarto,dan I.Madyana 1986. Beternak Ayam Secara Populer. Penerbit Eka. Offset. Semarang. Sutojo, S. 1997. Analisa Kredit Bank Umum, PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Kadarsan, H.W., 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Agribisnis.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rahardja, Pratama. 1988. Manajemen Perbankan. Rineka Cipta. Jakarta.

1.1.Biaya Tetap Jenis Biaya Nilai Nominal (Rp) PBB 300.000,00 Tenaga Kerja 800.000,00 Penyusutan Peralatan kandang 625.000,00 Penyusutan Instalasi Listrik 500.000,00 Penyusutan Perkandangan 1.575.071,40 Total 3.800.071,40 Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2011. 1.2. Biaya Tidak Tetap Jumlah Harga(Rp) No Komponen Nilai Nominal (Rp) 2500 kg 5.000,00 1 Pakan 12.500.000,00 20 botol 10.000,00 2 Obat dan Vaksin 200.000,00 Total 12.700.000,00 Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2011. 1.3. Biaya Produksi Deskripsi Jumlah (Rp) Biaya Tetap 3.800.071,40 Biaya Tidak Tetap 12.700.000,00 Total biaya 16.500.071,40 Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2011. No 1 2 3 4 5

Lampiran 2. Laporan Laba Rugi Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Laba per Periode = 980 ekor = Penerimaan biaya produksi = Rp. 158.948.000,00 Rp. 114.383.608,23 = Rp. 44.564.391,8 Menurut ketentuan umum perpajakan yang terdapat dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Pasal 17 tahun 2000 adalah sebagai berikut : 0 25 jt 25 50 jt 50 100 jt 100 200 jt Lebih dari 200 jt = 5% = 10% = 15% = 25% = 35% 1.250.000,00 1.956.439,18

Perhitungan Pajak Penghasilan : 5 % x Rp 25.000.000,00 = Rp. 10 % x Rp 19.564.391,80 = Rp.

Total pajak yang dikenai 1 tahun = Rp 3.206.439,18 Total pajak yang dikenai 1 periode (2 bulan) = Rp 534.406,53

EBIT = Laba kotor Penyusutan = 158.948.000,00 - 1.454.329,55 = 157.493.670,5 EBT = EBIT Bunga Bank = 157.493.670,5 416.666,66 = 157.077.003,80 EAIT = EBT Tax = 157.077.003,80 - 534.406,53 = 156.542.297,30

Perincian Investasi No Macam Jumlah Harga Per Satuan (Rp) 150.000.000,00 500.000,00 2.500.000,00 1.000.000,00 5.000.000,00 15.000,00 55.000,00 25.000,00 10.000,00 450.000,00 30.000,00 75.000,00 65.000,00 3.000,00 15.000,00 Investasi Presentase

(Rp) (%) 1 Kandang 3 450.000.000,00 51,93 2 Tanah (m2) 800 400.000.000,00 46,16 3 Instalasi Air 1 2.500.000,00 0,28 4 Instalasi Listrik 1 1.000.000,00 0,11 5 Gudang Pakan 1 5.000.000,00 0,57 6 Tempat Pakan 120 1.800.000,00 0,20 7 Tempat Minum 60 3.300.000,00 0,38 8 Tempat Pemanas 12 300.000,00 0,03 9 Ember 4 40.000,00 0,004 10 Drum 4 1.800.000,00 0,20 11 Sabit 2 60.000,00 0,006 12 Sekop 1 75.000,00 0,008 13 Cangkul 1 65.000,00 0,007 14 Sapu 4 12.000,00 0,001 15 Selang Air (m) 30 450.000,00 0,05 TOTAL INVESTASI 866.402.000,00 100 Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2010.

Lampiran 3. Daftar Penyusutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Macam Nilai Awal Umur Ekon Thn 25 15 15 20 12 12 12 6 6 6 8 10 5 7 Nilai Akhir Penyusutan Per Tahun (Rp) 16.200.000,00 150.000,00 60.000,00 225.000,00 135.000,00 247.500,00 22.500,00 6.000,00 270.000,00 9.000,00 8.437,50 5.850,00 2.160,00 57.857,14 17.399.304,64 Penyusutan Per Bulan 1.350.000 12.500,00 5.000,00 18.750,00 11.250,00 20.625,00 1.875,00 500,00 22.500,00 750,00 703,08 4875,00 180 4.821,47 1.454.329,55

(Rp) (Rp) Kandang 450.000.000,00 45.000.000,00 Instalasi Air 2.500.000,00 250.000,00 Instalasi Listrik 1.000.000,00 100.000,00 Gudang Pakan 5.000.000,00 500.000,00 Tempat Pakan 1.800.000,00 180.000,00 Tempat Minum 3.300.000,00 330.000,00 Tempat Pemanas 300.000,00 30.000,00 Ember 40.000,00 4.000,00 Drum 1.800.000,00 180.000,00 Sabit 60.000,00 6.000,00 Sekop 75.000,00 7.500,00 Cangkul 65.000,00 6.500,00 Sapu 12.000,00 1.200,00 Selang Air (m) 450.000,00 45.000,00 Total Penyusutan Per Tahun Total Akumulasi Penyusutan Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2010.

Lampiran 4. Neraca Aktiva Aktiva Lancar Kas Piutang Niaga Total Aktiva Lancar Pasiva Pasiva Lancar Rp. 35.000.000,00 Hutang Niaga Rp. 17.000.000 Total Pasiva Lancar Rp. 52.000.000,00 Hutang Jangka Panjang Total Pasiva Lancar + Hutang Jangka Panjang

Rp. 5.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 20.000.000,00 Rp. 25.000.000,00

Aktiva Tetap Kandang 152.000.000,00 Modal Usaha Rp. 572.839.670,50 Instalasi Air 1.200.000,00 Instalasi Listrik 480.000,00 Laba Ditahan Rp 11.450.000,00 Gudang Pakan 1.800.000,00 Tempat Pakan 1.080.000,00 Tempat Minum 1.980.000,00 Tempat Pemanas 180.000,00 Ember 24.000,00 Tanah Rp. 400.000.000,00 Penyusutan/Bulan Rp 1.454.329,55 Total Aktiva TetapRp. 557.289.670,50 Penyusutan/bulan Total Aktiva Rp. 609.289.670,50 Total Pasiva Rp. 609.289.670,50 Sumber : Data Primer Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan , 2010.

Lampiran 5. Perhitungan Likuiditas = aktiva lancar pasiva lancar

=

52.000.000 25.000.000

= 2,08 total aktiva total aktiva atau total pasiva total hutang

Solvabilitas =

=

609.289.67 0,50 25.000.000

= 24,37 EBIT 100% MS + MA

Rentabilitas ekonomi =

Rp. 157.493.67 0,5 100% = 25.000.000 + . 572.839.67 0,50

Rp. 157.493.67 0,50 100% = Rp. 597.839.67 0,50

= 26,34% Investasi x 1 Tahun Pr oceed Setiap Tahun

PP =

= 866.402.00 0,00 x 1 tahun 173.941.60 1,9

= 4,9

ROI =

keuntungan setelah pajak x 100% Investasi156.542.29 7,30 x 100% 866.402.00 0

=

= 1,806 % biaya tetap BEP = 1 - biaya tidak tet ap/unit harga jual/unit 4.195.120, 63 = 1 - 5.066,84 26.491,33 = Rp. 5.187.256,52