Laporan Rasa Nyeri

17
1.1 Latar Belakang Rasa nyeri merupakan reaksi akibat terjadinya kerusakan atau potensi terjadinya kerusakan pada jaringan. Rasa nyeri merupakan sensasi yang bersifat subyektif, walaupun demikian intensitas rasa nyeri dapat diukur. Tingkat rasa nyeri dapat dikelompokkan atas nyeri yang noxius (mengganggu, ringan), nyeri distracting (sedang), nyeri disabling (berat), dan nyeri worst (berat sekali). Rasa nyeri merupakan stressor yang diteruskan ke cortex cerebri, merangsang sistem saraf simpatis dan kelenjar hipofise anterior. Rangsan simpatis akan merangsang kelenjar adrenal menghasilkan norepineprin dan epinephrine, hipofise anterior akan merangsang kelenjar korteks adrenal menghasilkan hormon glukokortikoid. Rangsang nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, panas. Reseptor untuk rasa nyeri adalah Free Nerve Ending yang merupakan ujung saraf nosiseptor afferen. Reseptor rasa nyeri ini bersama- sama dengan reseptor rasa suhu baik panas maupun dingin yang berlebihan. Berdasarkan macamnya rasa nyeri dibagi menjadi 3 yaitu : Pricking pain, dimana rasa nyeri ini merupakan rasa nyeri tajam atau tertusuk, mendapat impuls yang cepat disalurkan.Burning pain, merupakan rasa nyeri terbakar. Dull pain, merupakan rasa nyeri yang lemah seperti nyeri gagal. 1

description

Biologi oral

Transcript of Laporan Rasa Nyeri

1.1 Latar Belakang Rasa nyeri merupakan reaksi akibat terjadinya kerusakan atau potensi terjadinya kerusakan pada jaringan. Rasa nyeri merupakan sensasi yang bersifat subyektif, walaupun demikian intensitas rasa nyeri dapat diukur. Tingkat rasa nyeri dapat dikelompokkan atas nyeri yang noxius (mengganggu, ringan), nyeri distracting (sedang), nyeri disabling (berat), dan nyeri worst (berat sekali). Rasa nyeri merupakan stressor yang diteruskan ke cortex cerebri, merangsang sistem saraf simpatis dan kelenjar hipofise anterior. Rangsan simpatis akan merangsang kelenjar adrenal menghasilkan norepineprin dan epinephrine, hipofise anterior akan merangsang kelenjar korteks adrenal menghasilkan hormon glukokortikoid. Rangsang nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, panas. Reseptor untuk rasa nyeri adalah Free Nerve Ending yang merupakan ujung saraf nosiseptor afferen. Reseptor rasa nyeri ini bersama-sama dengan reseptor rasa suhu baik panas maupun dingin yang berlebihan. Berdasarkan macamnya rasa nyeri dibagi menjadi 3 yaitu : Pricking pain, dimana rasa nyeri ini merupakan rasa nyeri tajam atau tertusuk, mendapat impuls yang cepat disalurkan.Burning pain, merupakan rasa nyeri terbakar. Dull pain, merupakan rasa nyeri yang lemah seperti nyeri gagal. 1.2 Tujuan praktikumTujuan praktikum adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan respons tikus akibat pemberian rangsangan listrik2. Membandingkan besar rangsangan listrik pada regio tidak teranastesi dengan regio teranastesi1.3 Manfaat praktikumManfaat praktikum ini adalah 1. Dapat menjelaskan respons tikus akibat pemberian rangsangan listrik2. Dapat membandingkan besar rangsangan listrik pada regio tidak teranastesi dengan regio teranastesi

1.4 Cara Kerja1. Tahap Injeksi :Untuk melaksanakannya dibutuhkan 2 mahasiswa.Mahasiswa 1 : 1. Memegang tikus menggunakan tangan kiri, kepala terletak antara telunjuk dan jari tengah. Posisi mulut menghadap kea rah mahasiswa 1.2. Memegang badan tikus bagian bawah menggunakan tangan kanan.Mahasiswa 2 :1. Mengambil posisi di depan mahasiswa 1.2. Meletakkan tangan kiri pada regio 3 kiri atas tikus.3. Memegang bibir tikus dengan jari telunuk kiri pada bibir atas, dan jari tengah kiri pada bibir bawah.4. Menggerakkan jari telunjuk kea rah caudal sehingga buccal fold terlihat.5. Menyuntikkan pehacain sebanyak 0,2 cc pada region 3 kiri atas.

2.Tahap stimulasi rasa nyeri :1.Membuka bibir tikus region 3 kanan atas, kemudian dirangsang dengan electrode perangsang dengan rangsangan tunggal Voltase terkecil, sampai terjadi gerakan pada daerah yang di rangsang.2. Sebagai pembanding, lakukan hal yang sma pada region sisi yang berlawanan.3.Setelah 1 menit, rangsang lagi dengan menaikkan voltase secara bertahap dan setiap kali buatlah rangsang tunggal sehingga diperoleh kontraksi otot dengan amplitude maksimal.

1.5 Hasil Praktikum Besar rangsangan (volt) Reaksi gerakan 10x0,2510x0,510x0,7510x110x1,5100x0,25100x0,5100x0,75100x1100x1,25

Mukosa satu sisi---------+-+++++++++

Mukosa dua sisi------------++++++++

Mukosa dan bibir satu sisi---------+-+++++++++

Mukosa dan bibir dua sisi------------++++++++

Otot fasial ipsilateral---------+-+++++++++

Otot fasial bilateral---------+-+++++++++

Otot tangan dan punggung ipsilateral---------------+++++

Otot tangan dan punggung bilateral---------------+++++

Otot kaki ipsilateral-------------+++++++

Otot kaki bilateral-------------+++++++

Menjerit ---------------+---+

1.6 Analisis HasilPada praktikum rasa nyeri, kelompok kami melakukan percobaan terhadap tikus putih untuk melihat respon tikus akibat pemberian rangsangan listrik dan membandingkan besar rangsangan pada region yang diberi anastesi dan yang tidak. Rangsangan listrik diberikan bertingkat mulai 2,5 volt sampai 125 volt pada mukosa rongga mulut tikus bergantian pada region yang diberi anastesi dan yang tidak. Percobaan menggunakan pehacain sebanyak 0,2 cc sebagai anastesi lokal dan selanjutnya tikus diberi rangsangan dengan elektroda untuk melihat respon tikus pada besar rangsangan yang berbeda dan regio yang diberi anastesi dan yang tidak.Menurut hasil praktikum kelompok kami, didapatkan bahwa pada rangsangan sebesar 2,5 volt bertingkat sampai 12,5 volt tikus tidak bereaksi (bergerak) terhadap semua rangsangan. Rangsangan sebesar 15 volt, tikus bereaksi pada mukosa dan bibir satu sisi pada bagian yang tidak diberi anastesi sedangkan yang tidak diberi anastesi tidak bereaksi. Rangsangan sebesar 25 volt, otot fasial ipsilateral dan bilateral tikus bereaksi, pada bagian yang diberi anastesi sedangkan mukosa satu sisi, mukosa dua sisi, mukosa dan bibir satu sisi, otot fasial ipsilateral, otot fasial bilateral, otot kaki ipsilateral, otot kaki bilateral tikus bereaksi. Mulai rangsangan 50 volt hingga 75 volt, regio yang diberi anastesi bereaksi terhadap rasa nyeri, kecuali pada gerakan otot tangan dan punggung ipsilateral dan bilateral tikus tidak bereaksi dan tikus juga tidak menjerit. Namun pada saat pemberian rangsangan dari 75 volt regio yang tanpa diberi anastesi hingga 125 volt regio yang diberi anastesi, tikus mulai beraksi pada semua regio tubuhnya, tetapi tikus tetap tidak menjerit. Pada uji 125 volt dan diberikan pada regio yang tidak diberi anastesi, tikus bereaksi pada semua regio tubuhnya dan menjerit.Menurut kelompok kami pada saat mencapai 75 volt, anastesi sudah mulai hilang pengaruhnya sampai 125 volt sehingga hewan coba tampak kesakitan. Anestesi yang menurut pendapat kelompok kami sudah habis merupakan salah satu faktor kesalahan yang mempengaruhi hasil akhir. Beberapa faktor kesalahanlain yang dapat terjadi selama praktikum diantaranya:Kesalahan saat memberikan anastesi yang tidak tepat 1. Kesalahan pemberian anastesi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit2. Kesalahan tidak berjalannya elektroda sebagaimana mestinya (kondisi mesin kurang sempurna)3. Kesalahan memberikan rangsangan pada rongga mulut tikus4. Kesalahan melihat reaksi gerakan tubuh tikus, sulit untuk membedakan reaksi dari regio yang berdekatan seperti mukosa bibir dan otot fasial.1.7 PembahasanPengertian Rasa Nyeri Nyeri bukan hanya merupakan sensasi yang tidak mengenakkan, tetapi merupakan modalitas kompleks sensorik yang sangat penting untuk bertahan hidup. (Patel, 2010)Rasa nyeri merupakan reaksi akibat terjadinya kerusakan atau potensi terjadinya kerusakan pada jaringan. Rasa nyeri merupakan sensasi yang bersifat subyektif, walaupun demikian intensitas rasa nyeri dapat diukur. Tingkat rasa nyeri dapat dikelompokkan atas nyeri yang noxious (mengganggu, ringan), nyeri distracting (sedang), nyeri disabling (berat) dan nyeri worst (berat sekali). (Patel, 2010)Rasa nyeri merupakan stressor yang diteruskan ke cortex cerebri, merangsang sistem saraf simpatis dan kelenjar hipofisis anterior. Rangsang simpatis akan merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan norepineprin dan epinephrine. Sedangkan hipofisis anterior akan merangsang kelenjar korteks adrenal untuk menghasilkan hormon glukokortikoid. (Patel, 2010)Rangsang nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanik, kimiawi dan panas. Reseptor untuk rasa nyeri adalah Free Nerve Ending yang merupakan ujung saraf nosiseptor afferent. Reseptor rasa nyeri ini bersama-sama dengan reseptor rasa, suhu, baik panas (ruffini end organ) maupun dingin yang berlebihan (diluar -40C dan 420C), meneruskan rasa nyeri. (Patel, 2010)Reseptor Rasa NyeriImpuls rasa nyeri dihantarkan ke sistem saraf pusat (SSP) oleh dua macam serat saraf (Patel, 2010):1. Serat A. diameter kecil 2-5 m, kecepatan hantaran 12-30 m/detik, menghantarkan impuls reseptor dingin, nyeri (nosiseptor) dan impuls mekanoreseptor.Serat A. adalah serabut saraf bermielin sehingga merupakan konduktor nosiseptik yang cepat. Serat ini menjadi mediator awal sensasi nyeri, berupa nyeri tajam atau nyeri yang jelas. Serat A. akan diaktifkan oleh zat kimia seperti prostaglandin, kontraksi otot, garam hipertonik, bradikinin dan ion kalium.2. Serat C, diameter kecil sekali 0,4-1,2 m, kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik, menghantarkan nyeri lambat, suhu, dan impuls mekanoreseptor. Serat C adalah serat saraf yang tidak bermielin, merupakan konduktor lambat. Serat C dapat dipengaruhi oleh bradikinin, ion kalium, asetilkolin, lekotrien, dan prostaglandin. Serat C diperkirakan berfungs pada nyeri sekunder yaitu nyeri tumpul, aching pain dan rasa terbakar. Ujung saraf (free nerve ending) mengandung vesikel granular yang dapat melepaskan neropeptidase yaitu substansi P atau calcitonin gene related peptidase (CGRP).

Neurotransmitter pada Rasa NyeriNeurotransmitter yang sampai sekaran diketahui bekerja pada transmisi rasa nyeri, adalah: yang berfungsi excitatory (memacu) glutamate dan yang bersifat inhibitory (menghambat) GABA, norepinephrine, serotonin, neuropeptide oploid. Glutamat dan GABA adalah neurotransmitter yang bekerja cepat, sisanya bekerja lambat. (Patel, 2010)Apabila neurotransmitter telah mencapai sasarannya, maka sinaps dipulihkan kembali sehingga siap untuk menerima impuls berikutnya. Hal ini dicapai dengan cara sebagai berikut (Patel, 2010):1. Kadar ion Ca yang meningkat pada ujung presinaptik diturunkan kembali dengan cara menutup kembali saluran ion Ca setelah terjadi repolarisasi. Kelebihan ion Ca diikat oleh protein-protein khusus pengikat ion Ca (misalnya : Kalmodulin) atau dipompa keluar oleh pompa ion Ca.2. Neurotransmitter yang sudah terlanjur dilepas ditangkap kembali (reuptake) oleh neuron presinaptik (misal: norepineprine), hilang berdifusi (norepinephrine, serotonin) atau dipecah oleh enzim khusus (enzim asetilkolin esterase) akan memecah asetilkolin menjadi asam asetat dan kolin.Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri disebut juganosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermyelin dan ada juga yang tidak bermyelin dari syaraf perifer (Goodman,2006)Berdasarkan letaknya,nosireseptordapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit(Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda (Goodman,2006)1. Nosireceptor kutaneusberasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptorjaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu : Reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. Serabut C, merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanyabersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.2. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapatpada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeriyang tumpul dan sulit dilokalisasi.3. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

Respon Terhadap Stimulus Nyeri Secara klinis nyeri dapat diberi label nosiseptif jika melibatkan nyeri yang berdasarkan aktivasi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan. Meskipun perubahan neuroplastik (seperti hal-hal yang mempengaruhi sensistisasi jaringan) dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptif terjadi sebagai hasil dari aktivasi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah proses yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Hartwig, Wilson, 2005).Nyeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh jaringan yang rusak dan sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi P, leukotrien; dimana zat-zat tadi akan ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A delta dan C ke neuroaksis (Harsono, Soeharso, 2007).Transmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang mempengaruhi di medula spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior dan anterolateral dorsal horn untuk memulai respon refleks segmental. Impuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui tract spinotalamik dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon suprasegmental dan kortikal. Respon refeks segmental diasosiasikan dengan operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan spasme yang diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam laktat. Stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard. Tonus otot menurun di saluran cerna dan kemih. Respon refleks suprasegmental menghasilkan peningkatan tonus simpatis dan stimulasi hipotalamus. Konsumsi dan metabolisme oksigen selanjutnya akan meningkat. (Harsono, Soeharso, 2007).

(Ropper AH, Brown RH, 2005)Penjalaran NyeriAda empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. 1. Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dan dapat terjadi di seluruh jalur nyeri. 2. Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul molekul di celah sinaptik mentransmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya 3. Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan). 4. Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa tanggapan terhadap nyeri tlersebut (Hartwig, Wilson, 2005).

(Hartwig, Wilson, 2005).

Reffered PainReffered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan dari daerah asal nyeri. Misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung. Contohnya adalah nyeri dari organ viseral yang dialihkan ke permukaan tubuh lainya. Cabang-cabang dari serabut nyeri visceral bersinaps di dalam medulla spinalis dengan beberapa neuron urutan kedua serupa yang menerima rangsang dari kulit. Bila serabut visceral tersebut dirangsang kuat, sensasi nyeri visceral menyebar ke dalam beberapa neuron yang biasanya menghantarkan sensasi nyeri hanya dari kulit, dan orang tersebut mempunyai perasaan bahwa sensasi itu benar-benar berasal dari kulit. Pada referred pain, nyeri yang berpindah biasanya ke daerah yang satu jalur saraf atau saraf yang menjalarkan impuls mengalami sinaps pada saat proses transmisi ke otak, sehingga impuls yang berasal dari afferen lain, bisa masuk ke dalam jalur saraf lain yang sejalur atau karena pengaruh terjadinya sinaps tadi. Biasanya kondisi ini saat otak menerima terlalu banyak impuls dari berbagai saraf afferen yang mengakibatkan kekacauan pada saar proses pengembalian impuls ke efektor.

DAFTAR PUSTAKACraig,R.2007. Modern Pharmacology With Clinical Application ed. Virginia. Lippncott Wiliam & WilkinGoodman and Gilman,2006. The Pharmacologic Basic of Therapeutic ed. New York.Me Graw-Hill CompanionHartwig MS., Wilson LM., 2005, Nyeri, In: Huriawati Hartanto, Natalia Susi, Pita Wulansari, et al, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit volume II, edisi VI, EGC, Jakarta, pp. 1063-1104.Harsono, Soeharso, 2007, Nyeri Punggung Bawah, In: Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Edisi II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 265-285.Morgan,GE.,dkk.2006. Clinical Anasthesiology, 4 ed. New York. LangePatel, Nilesh B. Physiology of Pain. Internasional Association for the Study of Pain 10.3 (2010). IASP. Web. 17 Mar 2015.Ropper AH., Brown RH., 2005, Adams and Victors Principles of Neurology, 8th edn, McGraw-Hill, USA.1