Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

33
Laporan Praktikum Fisika Dasar 2 Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel Dosen Pengasuh : Jumingin, S. Si Disusun oleh : Kelompok 1 1. Endang kurniasi (14222043) 2. Enni Melawati (14222045) 3. Frika Yulia (14222051) 4. Hasbi Dzulhilmi (14222055) 5. Ita Murniati (14222071)

description

semoga bermanfaat

Transcript of Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2Rangkaian Hambatan Seri dan ParalelDosen Pengasuh : Jumingin, S. Si

Disusun oleh :Kelompok 1

1. Endang kurniasi(14222043)2. Enni Melawati (14222045)3. Frika Yulia(14222051)4. Hasbi Dzulhilmi(14222055)5. Ita Murniati (14222071)

Program Studi Tadris BiologiFakultas Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang2015BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangArus listrik sering diartikan sebagai muatan yang bergerak. Contoh-contoh tentang arus listrik sangat banyak dan melibatkan banyak profesi. Ahli meteorologi mengamati petir dan arus muatan yang lambat, yang melalui atmosfer. Ahli biologi, ahli fisiologi, ahli teknik (insinyur) bekerja dalam teknologi medis yang berkaitan dengan arus pada saraf yang mengontrol otot dan khususnya mempelajari bagian arus ini dapat dibangkit kan kembali setelah terjadinya cedera tulang belakang. Insinyur listrik memberikan perhatian pada sistem listrik yang tak bisa dihitung, seperti sistem daya, sistem penangkal petir, sistem penyimpanan informasi, dan sistem musik. Ahli luar angkasa mengawasi dan mengkaji aliran partikel bermuatan dari matahari karena aliran tersebut dapat menghilangkan sistem telekomunikasi. Dalam orbit dan bahkan sistem transmisi daya di tanah (Halliday, 2005).Kali ini kita akan membahas fifika dasar tentang arus listrik dan bagaimana arus ini dapat di bangkitkan dalam beberapa material namun tidak bisa pada material yang lain. Meskipun arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui suatu permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan itu (Halliday, 2005).Dalam bahan konduktor padat, sejumlah elektron dalam tiap atom tidak terikat pada atom, tetapi bebas bergerak dalam bahan. Dalam bahan isolator, tiap elektron terikat erat pada masing-masing atom, jadi bahan isolator tak mempunyai elektron bebas. Apabila ada medan listrik dalam bahan konduktor padat, elektron bebas akan bergerak di bawah pengaruh gaya medan. Bila medan listrik ini dihasilkan oleh batere atau sumber tegangan yang lain, dalam konduktor mengalir aliran listrik atau arus listrik (Sutrisno, 1979).Bahan konduktor tidaklah terbatas pada bahan padat, tetapi mungkin juga berupa bahan cair atau elektrolit. Dalam logam dan kebanyakan konduktor padat lainnya, arus listrik terdiri dari aliran elektron bebas yang bermuatan negatif. Dalam logam, ion positif tak mungkin mengalir karena terikat dalam jalinan atom bahan (Sutrisno, 1979).

B. Tujuan PraktikumAdapun tujuan yang akan dicapai setelah melakukan praktikum adalah:1. Mahasiswa memahami konsep hukum Ohm2. Mahasiswa dapat menentukan kuat arus listrik dan beda potensial listrik pada masing-masing hambatan yang disusun seri dan paralel3. Mahasiswa memahami pemasangan amperemeter dan voltmeter4. Mahasiswa memahami konsep hukum Kirchoff

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Arus ListrikArus listrik adalah aliran muatan yang bergerak, tidak semua muatan yang bergerak mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui suatu permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan itu. Elektron bebas dalam suatu kawat tembaga terisolasi berada dalam gerak acak pada kecepatan yang merupakan kelipatan dari106 m/s. Jika membentuk suatu bidang hipotesis melalui kawat, elektron konduksi akan lewat dari kawat tersebut dalam kedua arah pada laju beberapa miliar persekon tetapi tidak ada transpor neto muatan dan dengan demikian tidak ada arus yang melalui kawat. Namun, jika dihubungkan dengan kawat-kawat baterai, akan sedikit mencondong arus dalam satu arah, dengan akibat sekarang terdapat transpor neto muatan dengan demikian ada arus listrik yang melalui kawat (Halliday, 2005).Dalam keadaan tunak, arus-arus akan sama untuk bidang aa, bb, dan cc dan demikian pula untuk semua bidang yang lewat sepenuhnya melalui konduktor , tanpa memperhatikan lokasi dan orientasinya Satuan SI untuk arus adalah coulomb per sekon atau ampere (A), yang dalam satu pokok SI (Halliday, 2005).1 Ampere = 1A = 1 coulomb per sekon = 1C/s.Arus merupakan suatu skalar karena baik muatan dan waktu dalam persamaan ini adalah skalar. Karena muatan terkonservasi, magnitudo arus di cabang-cabang harus ditambahkan untuk menghasilkan magnitudo arus dalam konduktor asli, sehingga i0 = i1 + i2. pembelokan atau riorientasi kawat di ruangan tidak mengubah validitas (Halliday, 2005).Untuk mendeskripsikan aliran, kita dapat menggunakan densitas arus . , di mana adalah vektor luas dari elektron tersebut, yang tegak lurus terhadap elemen. Arus total yang melalui permukaan kemudian menjadi :i = J . Dajika arus adalah seragam di seluruh permuakan dan paralel dengan dA, maka juga seragam dan paralel dengan . Kemudiaan persamaan menjadi :i = J. dA = J dA = JA, sehinggaJ = Di mana A adalah luas total permukaan. Satuan SI untuk densitas arus adalah ampere per meter persegi (A/m2) (Halliday, 2005).

B. Gaya Gerak Listrik Dalam sumber gaya gerak listrik terjadi perubahan atau konversi energi dari suatu bentuk menjadi energi listrik. Dalam batere, energi listrik berasal dari energi kimia. Dalam pusat listrik tenaga air (PLTA) energi listrik berasal dari energi potensial gravitasi air. Dalam PLTD (tenaga diesel) energi listrik berasal dari kalor pembakaran bahan bakar, yaitu minyak solar. Gaya gerak listrik , atau disingkat ggl, ialah beda potensial antar kedua kutub sumber ggl bila tak ada harus mengalir, dan kita nyatakan sebagai . Sumber ggl juga sering disebut sumber tegangan, karena orang sering menggunakan kata tegangan sebagai pengganti potensial listrik (Sutrisno, 1979).Menurut Sutrisno (1979), Gaya gerak listrik (ggl) sebetulnya kurang tepat, sebab yang dimaksud adalah potensial, jadi bukan gaya. Mungkin istilah yang lebih tepat adalah potensial penggerak listrik (ppl). Akan tetapi istilah yang sudah popular adalah GGL, sehingga kita gunakan istilah ini, guna mempermudah komunikasi bila tak ada GGL, kerja untuk memindahkan muatan q dalam suatu lintasan atau rangkaian tertutup oleh medan listrik haruslah sama dengan nol. Secara matematika dapat kita tuliskan :tanpa gglMenurut Sutrisno (1979), Bila dalam rangkaian tertutup ada sumber tegangan dengan ggl sebesar , muatan q mendapat tambahan energi , sehingga kerja yang dilakukan oleh medan listrik untuk menggerakkan muatan q dalam lintasan tertutup haruslah

Atau ggl Bila kuat medan selalu sejajar , seperti dalam kawat logam, persamaan diatas dapat ditulis

Yaitu tanpa vector

C. Resistansi SeriMakna dari secara seri di sini adalah resistansi-resistansi ini dihubungkan satu per satu secara berurutan dan kemudian suatu potensial V diberikan antara kedua ujung dari seri ini. Ketiga resitansi dihubungkan satu per satu antara a dan b, dan kemudian antara a dan b di berikan suatu beda potensial oleh sebuah baterai. Maka beda-beda potensial yang ada pada ketiga resistansi ini menghasilkan arus-arus i yang identik dalam ketiganya. Secara umum, ketika suatu beda potensial V diberikan pada resistansi-resistansi yang terhubung secara seri, semua resistansi tersebut memiliki arus i yang identik. Jumlah dari beda-beda potensial pada resistansi-resistansi ini sama dengan beda potensial yang di berikan.Resistansi-resistansi yang terhubung seri dapat digantikan oleh sebuah resistansi ekuivalen Rek yang memiliki arus yang sama i dan beda potensial total yang sama V sebagai resistansi-resistansi sebenarnya. Untuk mendapatkan persamaan untuk Rek kita gunakan aturan loop pada kedua rangkaian dengan titik awal di a dan bergerak secara jarum jam mengelilingi rangkaian, kta peroleh: - iR1 iR2 iR3 = 0i = dengan ketiga resistansi diganti oleh resistansi ekuivalen tunggal Rek kita peroleh: - Rek = 0i = dengan menyamakan persamaan diatas maka:Rek = R1 R2 R3Kita bisa memperluas ini untuk n resistansi dengan mudah, dan hasilnya adalahRek = (n resistansi terhubung seri)D. Resistansi ParalelIstilah secara paralel berarti bahwa ketiga resistansi terhubung langsung pada sisi yang satu dan terhubung langsung juga pada sisi yang satunya lagi, dan bahwa diberikan beda potensial V antara pasangan sisi-sisi yang terhubung ini. Jadi, ketiga resistansi ini semuanya memiliki beda potensial yang sama V pada ketiganya, menghasilkan arus yang melewati mereka. Ketika suatu beda potensial V diberikan pada resistansi-resistansi yang terhubung paralel, semua resistansi tersebut memiliki beda potensial yang sama V. Resistansi-resistansi yang terhubung paralel dapat diganti dengan sebuah resistansi ekuivalen Rek yang memiliki potensial yang sama V dana rus total yang sama i sebagai resistansi-resistansi sebenarnya (Halliday, 2005).Menurut Halliday (2005), persamaan untuk Rek dapat kita peroleh dengan terlebih dahulu menulis arus pada setiap resistansi aktual

Dimana V adalah beda potensial antara a dan b jika kita menerapkan aturan titik cabang pada titik a dan kemudian menstubsititusikan nilai-nilai ini kita peroleh Seandainya kita mengganti kombinasi yang paralel dengan resistensi ekuivalen Rek kita akan peroleh

Menyamakan persamaan diaats akan menghasilkan

Jika hasil ini diperluas untuk kasus n resistansi, kita peroleh

E. Hukum OhmHukum Ohm pada mulanya terdiri dari dua bagian. Bagiannya pertamanya hanya merumuskan persamaan hambatan, V =IR. Hukum ohm juga menyatakan bahwa R adalah sebuah konstanta yang independen terhadap V dan I. bagian terakhir dari hukum ini tidak sepenuhnya benar. Hubungan V = IR dapat diterapkan pada resistor apapun, dimana V adalah beda potensial antara kedua ujung resisitor tersebut, I adalah arus yang melewati resistor tersebut, dan R adalah hambatan resistor pada kondisi-kondisi tersebut (Bueche, 2006) Hukum ohm merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada peranti tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistansi peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang diterapkan. Sebuah materi konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistivitas material tersebut tidak bergantung pada magnitude dan arah medan listrik yang diterapkan (Halliday, 2005). Menurut Sutrisno (1979), Hukum ohm, yaitu menyatakan bahwa rapat arus

Sehingga arus

Bila tetapan kita tuliskan persamaan menjadi Menurut kimia klasik, elektron harus memiliki sedikit distribusi kecepatan Maxwell seperti molekul-molekul dalam gas dan dengan demikian kecepatan rata-rata elektron harus bergantung pada tempeatur. Namun, gerakan elektron tidak diatur oleh hukm-hukum fisika klasik, tetapi oleh hukum-hukum fisika kuantum. Ternyata, asumsi yang lebih jauh lebih dekat ke realitas kuantum adalah bahwa elektron konduksi dalam suatu logam bergerak dengan kecepatan efektif unggal veef dan kecepatan ini pada dasarnya tidak bergantung pada temperatur untuk tembaga, veef = 1,6 106 m/s (Halliday, 2005). F. Rangkaian SederhanaDalam banyak pemakaian, kita jumpai sumber tegangan, dan beberapa buah resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seperti ini dikatakan membentuk suatu jaringan. Marilah kita bahas jaringan paling sederhana, yaitu suatu sumber tegangan dan sebuah resistor yang dihubungkan berurutan. Kita ingin menggunakan hubungan antara daya listrik di dalam rangkaian untuk mendapatkan hubungan antara arus yang mengalir dalam rangkaian dengan GGL yang ada dalam rangkaian. Jika dalam sumber tegangan muatan positif bergerak dalam arah panah, muatan akan menerima energi sebesar q. Jika kita punya arus listrik i dalam arah , di dalam sumber tegangan arus listrik ini memperoleh daya sebesar p = i. Jika arus listrik bertemu resistor R akan hilanglah daya listrik dalam bentuk kalor joule sebesar p = i2 R. Di dalam sumber tegangan arus mendapat hambatan r, yang disebut hambatan dalam sumber. Daya listrik yang hilang dalam sumber tegangan sendiri ialah sebesar i2 r. Karena energi merupakan besaran yang kekal, maka dalam satu rangkaian tertutup, atau suatu loop, daya yang diberikan pada arus haruslah i = i2 r + i2 R atau = i (r + R), sehingga i = (Sutrisno, 1979).1. Beda Potensial dalam RangkaianJika di antara dua titik dalam rangkaian ada beberapa sumber tegangan beserta hambatan dalam dan beberapa resistor, bagaimanakah hubungan antara beda potensial antara kedua ujung rangkaian dengan GGL, arus dan hambatannya? Misalkan arus berjalan sesuai arah panas. Waktu arus sampai di a, daya yang dimiliki adalah i Va, selanjutnya kehilangan daya sebesar i2 (R + r1+ r2) sebagai kalor joule dalam resistor R dan hambatan dalam dari sumber tegangan antara a dan b, diperoleh daya dalam sumber epl pertama sebesar i1, dan terjadi kehilangan energi untuk mengisi sumber epl kedua sebesar i2. Sampai di b daya yang tinggal adalah i vb. Jika daya yang diperoleh kita tuliskan positif dan daya hilang negatif, kita punya persamaan berikut:i Va i2 (R + r1 + r2) + i1 - i2 = i VbSecara umum dapat kita simpulkan bahwa dalam hubungan seriVa-Vb = Vab = - Dalam menggunakan persamaan di atas harus kita ingat bahwa arah positif adalah dari a ke b. GGL atau arus i yang searah dengan arah di atas diberi tanda positif, dan yang berlawanan dengan arus di atas diberi tanda negatif (Sutrisno, 1979).2. Resistor dalam Hubungan Seri dan ParalelKebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Dalam praktek, hubungan antara beberapa komponen listrik seringkali kompleks. Ketiga hambatan dikatakan membentuk rangkaian seri jika tiap muatan yang sampai di R1 akan melalui R2 dan R3 juga, hingga arus yang melalui R1, R2, R3 haruslah sama. Ketiga resistor dihubungkanparalel jika beda potensial antara ujung ketiga resistor adalah sama. Ada dua hal penting berhubung dengan penggunaan resistor, yaitu harga hambatan dan daya maksimum yang dapat diterima oleh resistor bersangkutan. Jika daya maksimum dilampaui, maka resistor akan terbakar (Sutrisno, 1979).Resistor dengan daya maksimum watt lebih kecil ukuran fisisnya dibanding dengan resistor 5 watt untuk harga hambatan sama. Jika kita ingin mengganti rangkaian seri dengan satu resistor tanpa mengubah keadaan, yaitu dengan arus dan tegangan yang sama maka hambatannya adalah hambatan ekivalen atau hambatan pengganti. Hambatan ekivalen R harus memenuhi i R = Vab, sehingga hambatan ekivalen untuk rangakaian seri ialah R = R1 + R2 + R3. Jika resistor dihubungkan paralel, arus yang melalui tiap resistor berlainan, tetapi beda potensial pada ujung resistor haruslah sama. i1 = , i2 = , i3 = . Ketiga arus di atas berasal dari arus yang datang pada titik a, maka i = i1 + i2 + i3 atau . i = , i2 = , i3 = . Harga hambatan ekivalen memenuhi hubungan: = =+ + G. Hukum KirchoffJaringan yang kompleks dapat dianalisa menggunakan hukum kirchoff, untuk ini didefinisikan dua istilah. Suatu titik cabang dalam suatu jaringan adalah tempat bertemunya beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah suatu jalan konduksi yang tertutup. Hukum Kirchoof dapat ditulis sebagai berikut:1. Hukum titik cabang: jumlah aljabar arus yang masuk ke dalam suatu titik cabang suatu jaringan adalah nol, = 0.2. Hukum loop: jumlah aljabar GGL dalam tiap loop rangkaian sama dengan jumlah aljabar hasil kali R i dalam loop yang sama, = .Nyata bahwa hukum titik cabang ini tak lain adalah hukum kekekalan muatan, sedangkan hukum loop diturunkan dari hukum energi tiap loop (Sutrisno, 1979).Kita dapat menyatukan kedua hukum Kirchoff, yaitu hukum titik cabang dan hukum loop, dengan menggunakan cara analisa loop. Dalam menggunakan hukum Kirchoff, arah loop ditentukan secara sembarang lebih dahulu. Arus dalam suatu loop dapat berbeda-beda pada satu bagian loop dengan bagian loop yang lain. Arus pada bagian loop antara kedua titik cabang diberi nama, dan digunakan secara variabel. Tanda GGL positif, jika arah GGL sama dengan arah loop, dan negatif jika berlawanan dengan arah loop. Dalam metode analisa loop ini kita ambil arus dalam suatu loop mempunyai harga sama. loop yang lain mempunyai arus yang berlainan pula (Sutrisno, 1979).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan TempatPraktikum Fisika Dasar II tentang Rangkaian Hambatan Seri dan Rangkaian Hambatan Paralel dilaksanakan pada Sabtu, 25 April 2015 pada pukul 10:30-13:00 WIB di Laboratorium Fisika UIN Raden Fatah Palembang.

B. Alat 1. Papan rangkaian Papan rangkaian berfungsi untuk merangkai hamabatan listrik dan sebagai tempat dalam menyalurkan aliran listrik.2. Basicmeter Basicmeter berfungsi untuk mengukur tegangan listrik dan kuat arus Listrik3. Catu dayaCatu daya berfungsi sebagai on/off aliran listrik yang mengalir ke papan rangkai4. ResistorResistor berfungsi untuk menentukan berapa kuat arus listrik. 5. Kabel penghubungKabel penghubung berfungsi untuk menyalurkan aliran listrik dari papan rangkai ke catu daya dan basicmeter6. SakelarSakelar berfungsi untuk menghentikan atau menonaktifkan aliran listrik yang menaglir dalam papan rangkai.7. Jembatan penghubungJembatan penghubung berfungsi sebagai menyalurkan aliran listrik dalam papan rangkai

C. Cara kerjaa. Rangkaian Hambatan Seri1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan 2. Susun rangkaian seperti pada gambar didalam buku praktikum3. Berikan tegangan masukan 3 volt DC pada catu daya 4. Hidupkan sakelar (S)5. Ukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian (I) dan pada masing-masing hambatan (I1, I2, dan I3)6. Ukur beda potensial pada masing-masing hambatan (V1, V2, dan V3)7. Ulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk tegangan masukkan 6 volt, 9 volt dan 12 volt DC

b. Rangkaian Hambatan Seri1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan 2. Susun rangkaian seperti pada gambar didalam buku praktikum3. Berikan tegangan masukan 3 volt DC pada catu daya 4. Hidupkan sakelar (S)5. Ukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian (I) dan pada masing-masing hambatan (I1, I2, dan I3)6. Ukur beda potensial pada rangkaian (V)7. Ulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk tegangan masukkan 6 volt, 9 volt dan 12 volt DC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilDiketahui :R1 = 100 R2 = 56 R3 = 47

1. Tabel 1. Rangkaiaan Hambatan SeriNoVs(volt)I(mA)V1(volt)V2(volt)V3(volt)

130,561,40,80,8

260,231,61,4

390,44,62,62,2

4120,66,23,63

= 100 + 56 +47= 203 V1 = 0,014 x 100 = 1,4V2 = 0,014 x 56 = 0,784V3 = 0,014 x 47 = 0,65

V1 = 0,029 x 100 = 2,9V2 = 0,029 x 56 = 1,62V3 = 0,029 x 47 = 1,36

V1 = 0,044 x 100 = 4,4V2 = 0,044 x 56 = 2,4V3 = 0,044 x 47 = 2,0

V1 = 0,059 x 100 = 5,9V2 = 0,059 x 56 = 3,3V3 = 0,059 x 47 = 2,7

2. Tabel 2. Rangkaian Hambatan ParalelNoVs(volt)VA(volt)I1(mA)I2(mA)I3(mA)I(mA)

132,80,040,040,060,14

265,80,060,10,120,28

398,60,080,140,180,4

412100,10,180,220,5

B. PembahasanDari tabel di atas, yaitu percobaan rangkaian hambatan seri dan dan paralel, antara rangkaian yang disusun secara seri dan rangkaian yang disusun secara paralel memiliki perbedaan dalam nilai hambatan dalam rangkaian tersebut. Perbedaan tersebut cukup signifikan, meskipun tegangan kedua rangkaian sama, tetapi kuat arus yang dihasilkan berbeda. Hal ini dapat dilihat salah satunya pada percobaan pertama, yaitu dengan Vs yang sama yaitu 3 volt. Setelah diuji coba, kuat arus yang dihasilkan berbeda, yaitu pada rangkaian seri I=0,56, sedangkan pada rangkaian paralel I=0,14. Jadi, rangkaian paralel mempunyai hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan rangkaian seri.Hubungan antara kuat arus (I) dan tegangan (V) selalu berbanding lurus. Seperti yang terlihat pada percobaan yang telah dilakukan, jika tegangan bertambah, maka kuat arus juga bertambah, baik pada rangkaian seri maupun paralel. Walaupun pertambahan tersebut sangat sedikit sekali. Hal ini bisa kita lihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2, pada percobaan pertama dan kedua yang mengalami pertambahan. Yang semula tegangannya yaitu 2,8 menjadi 5,8 dan kuat arusnya 0,14 menjadi 0,28.Hal ini sesuai pendapat Halliday (2005) bahwasanya hukum ohm merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada peranti tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistansi peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang diterapkan. Sebuah materi konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistivitas material tersebut tidak bergantung pada magnitude dan arah medan listrik yang diterapkan.Pada rangkaian paralel kuat arus yang memasuki cabang adalah sama dengan kuat arus yang meninggalkan cabang. Seperti yang terlihat pada tabel 1.2, pada tiga cabang hambatan yaitu pada R1, R2, dan R3, kuat arus yang masuk adalah 0,14 dan yang keluar juga sama yaitu 0,14. Kuat arus ini bisa diketahui dengan menjumlahkan kuat arus pada setiap titik cabang. Sehingga akan mengahasilkan nilai kuat arus yang sama dengan nilai kuat arus yang masuk. Pada dasarnya ini adalah hukum Kirchoff yang berdasarkan pada kekekalan muatan. Dari hasil-hasil perhitungan di atas, terjadi perbedaan dengan perhitungan secara teori meskipun tidak keseluruhan. Seperti pada hasil percobaan kedua yang menghasilkan V1=3 sedangkan pada perhitungan secara teori V1=2,9. Hal ini bisa terjadi karena faktor alat yang sedikit terkendala, ataupun karena faktor individunya yang salah dalam melakukan prosedur praktikum.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanDari percobaan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1. Nilai hambatan pada rangkaian paralel lebih besar daripada rangkaian seri.2. Pada dasarnya, baik secara teori maupun praktiknya hubungan antara tegangan (V) dengan kuat arus (I) selalu berbanding lurus. Jika tegangan bertambah, maka kuat arus juga bertambah.3. Pada rangkaian paralel, sesuai dengan hukum Kirchoff bahwasanya arus masuk sama dengan arus keluar.4. Seringkali perhitungan praktik tidak sama dengan perhitungan secara teori. Karena pada praktiknya, banyak faktor yang bisa menjadi kendala pada saat uji coba. Seperti faktor alat, individu, ataupun listriknya.

B. Saran 1. Perhatikanlah ketika assiten dosen menjelaskan langkah kerja yang akan dilakukan pada praktikum ini.2. Gunakanlah alat-alat praktikum dengan baik dan priksalah terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum3. Dalam melakukan praktikum ini lakukan dengan hati-hati agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan karena berkaitan dengan listrik.

DAFTAR PUSATAKA

Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta : ErlanggaHalliday.dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi Ketujuh jilid 2. Jakarta : Erlangga Sutrisno, dan Tan Ik Gie. 1979.Fisika Dasar. Bandung : ITB

SOAL EVALUASI

Soal 1. Bagaimana cara pembacaan hasil pada voltmeter dan amperemeter?2. Buatkan grafik hubungan antar kuat arus listrik dengan beda potensial listrik pada suatu penghantar!3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari praktikum dengan hasil perhitungan secara teritik apakah berbeda atau tidak? Jika berbeda, mengapa?4. Tiga buah hambatan masing-masing 100 ohm, 50 ohm, dan 40 ohm disusun paralel, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan 22 volt. Tentukan kuat arus listrik terbesar dan terkecil yang mengalir pada masing-masing hambatan!

Jawab1. Pada dasarnya cara pembacaan voltmeter dan amperemeter itu sama. Rumus yang digunakan dalam pembacaan tersebut adalah. X batas Ukur

2. V

R

I Grafik. V terhadap I

3. Dari data perhitungan yang diperoleh dari hasil praktikum dengan hasil perhitungan secara teori, hasilnya berbeda. Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya beberapa kendala baik dari faktor alat maupun individunya sehingga menyebabkan perbedaan tersebut.

4. Diket : R1 = 100 ohmR2 = 50 ohmR3 = 40 ohmVs = 22 voltDitanya: Imax =...?Imin =...?Jawab: I = = = 0,22 A I = = = 0,44 A I = = = 0,55 AJadi, Imax = 0,55 A dan Imin = 0,22 A

LAMPIRANGambar alat-alat Praktikum Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel

Gambar 1. Catu Daya Gambar 2. Basicmeter

Gambar 3. Jembatan penghubung Gambar 4. Sakelar

Gambar 5. Resistor Gambar 6. Rangakaian Paralel

Gambar 7. Rangkaian Seri