LAPORAN PRAKTIKUM 1
-
Upload
resti-susilawati-tapatab -
Category
Documents
-
view
169 -
download
1
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 1
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
Disusun oleh :
Afifah Aulia Rahmawati
P 17335112001
POLITEKNIK KESEHATAN FARMASI
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena berkat kasih
sayang dan kesehatan yang diberikan olehNya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum
ini. Shalawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW,
semoga kita termasuk kedalam umatnya yang diberi syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin.
Tujuan dari praktikum sterilisasi ini adalah agar praktikan dapat mengetahui teknik-
teknik sterilisasi, dapat membedakan peralatan yang harus disterilkan dengan berbagai teknik
sterilisasi berdasarkan sifat alatnya, dan dapat melakukan proses sterilisasi secara baik dan
benar.
Dalam pelaksanaan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Angreni Ayuhastuti, M.Si., Apt selaku dosen teknologi sediaan steril yang telah
memberikan banyak ilmu yang bermanfaat.
2. Orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan dan motivasi untuk anaknya.
3. Teman-teman yang selalu semangat dan solid.
Seperti kata pepatah yang menyatakan “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka
dalam penyusunan laporan praktikum ini pun masih banyak terdapat kesalahan, baik dalam
segi bentuk dan isinya. Maka, saya memohon maaf dan meminta saran yang dapat
membangun saya agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membacanya. Wassalam.
Bandung, 24 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………...........
II. TUJUAN PRAKTIKUM ………………………………………………………..
III. LANDASAN TEORI ……………………………………………………………
IV. PERALATAN DAN BAHAN ………………......................................................
IV.1 ALAT ……………………………………………………………………
IV.2 BAHAN …………………………………………………………………...
V. PROSEDUR KERJA ……………………………………………………………
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………….
VII. PENDALAMAN MATERI ……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Daftar Alat ……………………………………………………………...
Table 6.1 Alat dan Jenis Sterilisasi ………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Oven …………………………………………………………
Gambar 4.2 Autoclave…………………………………………………….
Gambar 4.3 Autoclave manual (presto)…………………………………
Gambar 4.4 Panci …………………………………………………………
Gambar 4.5 Labu Erlenmeyer …………………………………………….
Gambar 4.6 Spatel ………………………………………………………...
Gambar 4.7 Pipet tetes ……………………………………………………
Gambar 4.8 Kertas saring ………………………………………………...
Gambar 4.9 Tutup vial ……………………………………………………
Gambar 4.10 Karet pipet …………………………………………………...
Gambar 4.11 Vial …………………………………………………………..
Gambar 4.12 Ampul ……………………………………………………….
Gambar 4.13 Wadah OTM ………………………………………………...
Gambar 4.14 Tutup wadah OTM …………………………………………..
I. PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk
patogen, non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material.
Hal tersebut dapat dicapai melalui cara penghilangan secara fisika semua organisme
hidup, misalnya penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia,
atau cara lainnya. Penting diperhatikan bahwa cara apapun yang digunakan, tidak
boleh ada organisme hidup yang tertinggal (Goeswin, 2009).
Sterilisasi sangat penting terutama dalam penyiapan sediaan parenteral. Tidak
hanya sediaan parenteral, sterilisasi dilakukan juga pada sediaan ophtalmik (mata),
nasal (hidung), sediaan auric (telinga), irigasi, dan alat kesehatan. Terdapat banyak
metode sterilisasi diantaranya metode sterilisasi panas kering, sterilisasi panas basah,
sterilisasi kimia/gas, penyaringan, dan radiasi. Pemilihan metode sterilisasi tersebut
didasarkan pada sifat alat dan bahan yang akan disterilkan. Alat dan bahan yang tahan
pemanasan, berbahan gelas, dan tidak digunakan sebagai alat ukur disterilkan dengan
metode panas kering. Alat dan bahan yang tahan pemanasan, berbahan gelas, namun
digunakan sebagai alat ukur disterilkan dengan metode panas basah. Sedangkan alat
dan bahan yang tidak tahan panas disterilkan dengan metode lain selain metode panas
basah dan panas kering, yaitu penyaringan, radiasi, dan sterilisasi kimia/gas.
Dalam praktikum ini dilakukan sterilisasi dengan metode panas basah, panas
kering, dan sterilisasi kimia. Langkah awal yang dilakukan adalah memisahkan alat
dan bahan yang akan disterilkan berdasarkan sifat alatnya, setelah itu alat dicuci
bersih dan dibungkus, lalu alat disterilkan dengan metode yang cocok dalam kondisi
sterilisasi yang sesuai dengan pustaka dan ketentuan yang berlaku.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan yang dicapai praktikan setelah melakukan praktikum sterilisasi adalah
sebagai berikut :
a. Praktikan mengetahui berbagai metode sterilisasi.
b. Praktikan dapat membedakan dan mengelompokkan alat dan bahan sesuai
sifatnya, serta dapat menentukan metode sterilisasi yang sesuai dengan sifat alat
dan bahan yang akan disterilkan.
c. Praktikan mengetahui prinsip kerja dari setiap alat sterilisasi yang digunakan.
d. Praktikan dapat melakukan proses sterilisasi dengan baik dan benar.
III. LANDASAN TEORI
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen (tidak menimbulkan penyakit),
baik dalam bentuk vegetative (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk
spora (dalam keadaan statis tidak dapa berkembang biak, tetapi melindungi diri
dengan lapisan pelindung yang kuat). Sterilisasi adalah proses untuk membuat ruang
atau benda mejadi steril (Syamsuni, 2012 : 181).
Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan farmasi berarti penghancuran
secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-spora atau penghilangan secara
lengkap mikroba dari sediaan (Ansel, 2008 : 410)
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi :
1. Untuk mencegah transmisi penyakit.
2. Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme.
3. Untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga
memungkinkan kultur organism spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti
produk ragi) atau alat metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman dan
antibiotika) (Goeswin, 2009 : 21).
Metode sterilisasi yang umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi
adalah :
1. Sterilisasi uap (lembap panas)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi dengan radiasi ion
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilitas pada sediaan farmasi
sangat ditentukan oleh sifat bahan sediaan dan zat aktif yang dikandungnya. Walau
demikian, apapun cara yang digunakan, produk yang dihasilkan harus memenuhi tes
sterilitas sebagai bukti dari keefektifan cara, peralatan, dan petugas (Ansel, 2008 :
411).
1. Sterilisasi Uap (Lembap Panas)
Sterilisasi uap dilakukan dalam autoclave dan menggunakan uap air dalam
tekanan. Cara ini diakui sebagai cara yang terpilih pada hampir semua keadaan
dimana produk mampu diperlakukan seperti itu. Mekanisme penghancuran bakteri
oleh uap air adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi protein esensial
organism tersebut. Adanya uap air panas dalam sel mikroba menimbulkan
kerusakan pada temperatur yang relatif rendah. Ditemukan bahwa bukan tekanan
yang menghancurkan mikroba, tetapi temperatur, tekanan digunakan untuk
meningkatkan temperatur. Waktu juga merupakan faktor penting dalam
penghancuran mikroba oleh panas (Ansel, 2008 : 412).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sterilisasi uap (lembap panas) ini
menggunakan suatu siklus autoclave yang di tetapkan dalam farmakope untuk
media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali dinyatakan
lain (Syamsuni, 2012 : 188)
Karena proses sterilisasi ini tergantung pada adanya kelembapan dan temperatur
yang ditingkatkan, maka udara dikeluarkan dari ruang autoclave ketika proses
sterilisasi mulai. Karena campuran udara dan uap air akan menghasilkan
temperatur yang lebih rendah daripada uap air saja pada tekanan yang sama. Pada
umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan
yang dapat tahan terhadap temperature yang dipergunakan dan penembusan uap
air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut. Metode
ini juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar, alat-alat gelas, pembalut
operasi dan instrument. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak,
lemak-lemak, sediaan berminyak, dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat
ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh
uap air jenuh (Ansel, 2008 : 413).
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril yang dirancang
khusus untuk tujuan ini. Oven dapat dipanaskan dengan gas atau listrik dan
umumnya temperatur diatur secara otomatis.karena panas dan kering kurang
efektif dalam membunuh mikroba daripada uap air panas, maka diperlukan
temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang. Sterilisasi panas
kering, biasanya ditetapkan pada temperatur 1600- 1700C dengan waktu tidak
kurang dari 2 jam. Temperatur yang lebih tinggi memungkinkan waktu sterilisasi
yang lebih pendek dari waktu yang ditentukan dalam peraturan, sebaliknya
temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak
efektif disterilkan dengan uap air panas. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
minyak lemak, gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum,
petrolatum cair (minyak mineral), paraffin, dan berbagai serbuk yang stabil oleh
pemanasan seperti ZnO. Juga efektif untuk sterilisasi alat-alat gelas, dan alat-alat
bedah. Dan merupakan metode pilihanbila dibutuhkan peralatan yang kering atau
wadah yang kering seperti pada pengemasan zat-zat kimia atau larutan bukan air
(Ansel, 2008 : 413-414).
Sterilisasi panas kering dapat membunuh mikroorganisme berdasarkan oksidasi
oksigen (O2) udara (Ilmu Resep Untuk SMF/SMKF kelas XII : 13).
Selain sterilisasi menggunakan metode panas kering dan panas basah,
sterilisasi juga dapat dilakukan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang
digunakan untuk sterilisasi bisa berupa cairan dan gas. Bahan kimia gas yang dapat
digunakan untuk sterilisasi adalah Etilen Oksida (EtO), formaldehyde, dan chlorine
dioxide. Sedangkan bahan kimia cairan yang biasa digunakan untuk sterilisasi adalah
alcohol 70%, phenol, kresol, dan lain-lain. Alkohol 70% dapat mematikan
mikroorganisme berdasarkan denaturasi protein dan koagulasi (Gupte, 1990).
IV. PERALATAN DAN BAHAN
IV.1 ALAT
No. Nama Alat Gambar
1. Oven
Gambar 4.1 Oven
2. Autoclave
Gambar 4.2 Autoclave
Gambar 4.3 Autoclave Manual (Presto)
3. Panci
Gambar 4.4 Panci
4. Labu Erlenmeyer
Gambar 4.5 Labu Erlenmeyer
5. Spatel
Gambar 4.6 Spatel
6. Pipet Tetes
Gambar 4.7 Pipet Tetes
7. Kertas saring
Gambar 4.8 Kertas Saring
8. Tutup vial
Gambar 4.9 Tutup Vial
9. Karet pipet
Gambar 4.10 Karet Pipet
10. Vial
Gambar 4.11 Vial
11. Ampul
Gambar 4.12 Ampul
12. Wadah OTM
Gambar 4.13 Wadah OTM
13. Tutup wadah OTM
Gambar 4.14 Tutup Wadah OTM
Tabel 4.1 Daftar Alat
IV.2 BAHAN
1. Alkohol 70%
2. Air Suling
3. Kertas Perkamen
4. Kapas
5. Tali Kasur
V. PROSEDUR KERJA
V.1 STERILISASI PANAS KERING
Alat :
a. Labu Erlenmeyer
b. Pipet tetes
c. Spatel
d. Vial
e. Ampul
Suhu : 1600C
Lama sterilisasi : 120 menit
Prosedur sterilisasi :
a. Alat-alat meliputi labu erlenmeyer, pipet tetes, spatel, vial, dan ampul
dicuci bersih lalu dikeringkan.
b. Bungkus alat-alat yang akan disterilkan tersebut dengan kertas perkamen
dan ikat dengan tali kasur.
c. Alat yang telah dibungkus dimasukkan kedalam oven dan ditata rapi untuk
menjaga sirkulasi udara dalam oven.
d. Nyalakan oven.
e. Atur suhu oven menjadi 1600C dan atur waktunya selama 2 jam.
f. Setelah proses sterilisasi selesai, tunggu oven hingga dingin sebelum
dibuka.
g. Alat yang telah disterilkan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke
dalam box isolator steril.
h. Masukkan semua alat ke dalam lemari penyimpanan steril.
V.2 STERILISASI PANAS BASAH
Alat :
a. Kertas saring
b. Wadah OTM
c. Tutup wadah OTM
Suhu : 1210C
Lama sterilisasi : 15 menit
Prosedur sterilisasi :
a. Alat-alat meliputi wadah OTM dan tutup wadah OTM dicuci bersih dan
dikeringkan.
b. Bungkus wadah OTM dan tutup wadah OTM dengan kertas perkamen lalu
ikat dengan tali kasur.
c. Masukkan kertas saring kedalam plastik tahan panas.
d. Tuangkan air suling secukupnya kedalam autoclave.
e. Masukkan alat-alat yang akan disterilkan kedalam keranjang autoclave
(alat yang akan disterilkan jangan sampai terkena air yang ada didalam
autoclave).
f. Tutup autoclave, kencangkan baud yang terdapat di tutup autoclave secara
kuat. Katup autoclave tidak dikencangkan terlebiuh dahulu.
g. Nyalakan pemanas (kompor) atau sambungkan listrik ke stop kontak.
h. Tunggu sampai air mendidih dan uap kering memenuhi kompartemen
autoclave dan terdesak keluar dari katup pengaman.
i. Tutup katup autoclave.
j. Perhatikan indikator tekanan yang terdapat pada autoclave. Jaga tekanan
autoclave pada tekanan 1,02 atm atau 15 PSI dengan membuka-tutup
autoclave.
k. Hitung waktu selama 15 menit. Dihitung saat suhu 1210C dan tekanan 15
PSI.
l. Setelah proses sterilisasi selesai, matikan pemanas atau lepaskan listrik
dari stop kontak.
m. Buka katup autoclave dan biarkan hingga uap air keluar melalui katup
tersebut hingga tekanan dan suhu turun.
n. Longgarkan baud autoclave dan buka tutupnya.
o. Keluarkan alat-alat yang telah disterilkan dan masukkan kedalam box
isolator steril.
p. Masukkan semua alat ke dalamlemari penyimpanan steril.
V.3 STERILISASI KIMIA
Alat :
a. Tutup vial
b. Karet pipet
Lama sterilisasi : 1 jam
Prosedur sterilisasi :
a. Alat-alat meliputi tutup vial dan karet pipet dicuci bersih dan dikeringkan.
b. Masukkan alkohol 70% ke dalam panci.
c. Masukkan tutup vial dan karet pipet kedalam panic berisi alkohol 70%,
tutup panci.
d. Biarkan selama 1 jam.
e. Setelah proses sterilisasi selesai, keluarkan tutup vial dan karet pipet yang
telah disterilisasi dan masukkan ke dalam box isolator steril.
f. Masukkan semua alat ke dalam lemari penyimpanan steril.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data alat-alat yang disterilkan dan jenis serta alat untuk
mensterilkannya, sebagai berikut :
No
.
Alat Jenis Teknik Sterilisasi Alat Sterilisasi
1. Kaca arloji Sterilisasi panas kering Oven
2. Gelas kimia Sterilisasi panas kering Oven
3. Labu erlenmeyer Sterilisasi panas basah Autoclave
4. Batang pengaduk Sterilisasi panas kering Oven
5. Spatel Sterilisasi panas kering Oven
6. Pipet tetes Sterilisasi panas kering Oven
7. Corong gelas Sterilisasi panas kering Oven
8. Pinset Sterilisasi panas kering Oven
9. Gelas ukur Sterilisasi panas basah Autoclave
10. Kertas saring Sterilisasi panas basah Autoclave
11. Membrane filtrasi Sterilisasi panas basah Autoclave
12. Tissue Sterilisasi panas basah Autoclave
13. Tutup vial Sterilisasi kimiawi Wadah berisi
alkohol 70%
14. Karet pipet Sterilisasi kimiawi Wadah berisi
alkohol 70%
15. Syringe dan holder Sterilisasi panas basah Autoclave
16. Buret Sterilisasi panas basah Autoclave
17. Vial Sterilisasi panas kering Oven
18. Wadah OTM Sterilisasi panas basah Autoclave
19. Tutup wadah OTM Sterilisasi panas basah Autoclave
20. Ampul Sterilisasi panas kering Oven
Tabel 6.1 Alat dan Jenis Sterilisasi
Dalam praktikum kali ini tidak semua alat disterilkan. Beberapa alat yang
disterilkan adalah labu erlenmeyer, spatel, pipet tetes, kertas saring, tutup vial, karet
pipet, vial, wadah OTM, tutup wadah OTM, dan ampul.
Labu Erlenmeyer, spatel, pipet tetes, vial, ampul merupakan alat yang tahan
panas, terbuat dari bahan gelas, dan bukan merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur. Oleh sebab itu alat-alat tersebut disterilkan menggunakan metode
sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 1600C selama 2 jam. Alat-alat
tersebut harus dicuci bersih dan ibungkus dengan kertas perkamen terlebih dahulu
sebelum disterilkan. Untuk labu erlenmeyer, pipet tetes, vial, dan ampul harus
disumbat dahulu bagian mulutnya dengan kapas.
Oven yang digunakan dalam praktikum ini merupakan oven digital dimana
suhu dan waktunya dapat diatur. Alat-alat yang disterilkan dengan oven harus ditata
dengan rapi. Hal tersebut dimaksudkan agar sirkulasi udara panas dalam oven berjalan
lancar sehingga seluruh permukaan alat dapat disterilkan. Setelah seluruh alat ditata
rapi di dalam oven, langkah selanjutnya adalah mengukur suhu dan waktu yaitu 1600C
selama 2 jam. Dalam pelaksanaan sterilisasi ini tidak ditemukan banyak kendala.
Kendala yang ditemukan hanya waktu sterilisasi yang panjang sehingga waktu
tunggunya pun lama. Selain proses sterilisasi yang relatif lama, setelah selesai proses
sterilisasi, oven harus dibiarkan hingga dingin sebelum oven dibuka dan alat-alat
dikeluarkan. Waktu menunggu oven dingin pun memerlukan waktu yang relatif lama.
Berbeda dengan alat-alat sebelumnya. wadah OTM, tutup wadah OTM, dan
kertas saring disterilkan menggunakan metode sterilisasi panas basah menggunakan
autoclave pada suhu 1210C tekanan 1,02 atm atau 15 PSI selama 15 menit. Alat
tersebut disterilkan dengan metode ini dengan alasan karena alat tersebut tidak tahan
pemanasan tinggi dan ditakutkan bahan tersebut rusak apabila terkena suhu tinggi.
Wadah OTM dan tutup wadah OTM harus dicuci bersih terlebih dahulu dan
dibungkus dengan kertas perkamen sebelum disterilkan. Sedangkan kertas saring
harus dimasukkan kedalam plastik tahan panas untuk menghindari terjadinya
kebasahan pada kertas saring akibat terkena uap panas.
Autoclave yang digunakan selama praktikum ini ada dua macam yaitu
autoclave manual yang mirip dengan panci presto dan autoclave digital. Pada
prinsipnya, kerja autoclave manual dan digital sama yaitu mensterilkan alat
menggunakan uap lembap dan tekanan. Yang membedakannya adalah autoclave
manual atau panci presto tidak memiliki indikator tekanan sehingga kita tidak
mengetahui tekanan autoclave secara pasti. Sehingga dalam pelaksanaan sterilisasi
dengan autoclave manual ditemukan kendala yaitu tidak diketahuinya tekanan pasti
sehingga kita hanya bisa memperkirakan tekanan dari adanya uap yang keluar dari
katup autoclave. Saat ada uap yang keluar dari katup dan katup mulai ditutup maka
diperkirakan tekanan dalam autoclave sudah mencapai tekanan 15 PSI, dan waktu
langsung dihitung selama 15 menit.
Sedangkan jika menggunakan autoclave digital, tekanan dalam autoclave dapat
diatur dan dijaga karena dalam autoclave digital terdapat indikator tekanannya.
Barulah setelah tekanan pada indicator autoclave sudah menunjukan tekanan 15 PSI
dan suhu 1210C waktu mulai dihuitung selama 15 menit.
Setelah proses sterilisasi selesai, katup autoclave harus dibuka untuk
menurunkan tekanan dan suhu yang ada di dalam kompartemen autoclave. Barulah
ketika suhu dan tekanan sudah turun hingga posisi normal, autoclave dapat dibuka dan
alat yang disterilkan didalamnya dapat dikeluarkan. Tekanan dan suhu dalam
autoclave harus diturunkan dahulu sebelum dibuka dikarenakan tekanan dalam
kompartemen autoclave lebih tinggi disbanding tekanan udara dan dikhawatirkan
akan berbahaya bagi sterilisator.
Selain itu, ada beberapa kendala yang ditemukan dalam metode sterilisasi ini
yaitu melelehnya wadah OTM sehingga wadah OTM rusak dan tidak dapat terpakai
lagi. Hal ini dapat disebabkan karena plastik wadah OTM tidak dapat menahan panas
autoclave, dan dapat disebabkan juga karena sifat bahan pembuat wadah OTM adalah
bahan plastik yang sangat tipis.
Sedangkan alat-alat yang terbuat dari karet seperti tutup vial dan karet pipet
disterilkan menggunakan larutan alkohol 70%. Proses sterilisasi menggunakan
alkohol 70% ini harus dilakukan selama 24 jam dengan cara direndam. Namun dalam
proses pelaksanaan praktikum kali ini tutup vial dan karet pipet hanya direndam
dalam waktu 1 jam. Dengan waktu 1 jam sebenarnya belum mencapai proses
sterilisasi dan hanya mencapai proses desinfeksi saja. Desinfeksi adalah proses untuk
menghilangkan mikroorganisme berbahaya dalam suatu alat.
VII. PENDALAMAN MATERI
Penentuan metode sterilisasi didasarkan pada sifat dari alat yang disterilkan.
Alat-alat seperti labu erlenmeyer, spatel, vial, ampul, dan pipet tetes memiliki sifat
tahan pemanasan tinggi, terbuat dari gelas atau logam, dan merupakan alat yang tidak
digunakan untuk mengukur volume sehingga untuk mensterilkannya digunakan
metode sterilisasi kering. Alat-alat seperti wadah OTM, tutup wadah OTM, dan kertas
saring memiliki sifat tahan pemanasan namun tidak terbuat dari bahan gelas atau
logam yang dikhawatirkan akan rusak jika terkena panas tinggi sehingga untuk
mensterilkannya digunakan metode sterilisasi panas basah karena metode panas basah
ini hanya menggunakan suhu 1210C untuk mensterilkannya. Selain itu metode
sterilisasi panas basah dapat juga digunakan untuk alat yang terbuat dari gelas tetapi
digunakan untuk mengukur volume. Sedangkan alat-alat seperti tutup vial dan karet
pipet yang memiliki sifat terbuat dari karet dan dapat meleleh atau rusak dengan suhu
tinggi digunakan metode sterilisasi kimiawi menggunakan ethanol 70% untuk
mensterilkannya.
Alat-alat yang akan disterilkan harus dibungkus dahulu menggunakan kertas
perkamen atau aluminium foil atau bahan lain dengan tujuan untuk menjaga
penghilangan udara dan penetrasi uap dan mencegah rekontaminasi setelah sterilisasi.
Botol atau alat yang memiliki mulut harus disumbal dahulu dengan kapas
ditujukan agar selama proses sterilisasi uap air ataupun uap panas tidak masuk
memenuhi isi botol. Karena jika terdapat uap air atau uap panas yang masuk kedalam
botol akan membentuk uap di dinding botol. Uap tersebut dapat berubah menjadi air
dan botol menjadi basah dan dapat meningkatkan terjadinya kontaminasi pada alat
setelah proses sterilisasi.
Kertas dan filter perlu dilakukan pembungkusan terlebih dahulu menggunakan
plastik ditujukan agar selama proses sterilisasi dengan autoclave, kertas dan filter
tidak basah terkena uap air dalam autoclave. Karena jika uap air mengenai kertas atau
filter yang disterilisasi dan kertas atau filter tersebut basah maka tidak akan bisa lagi
digunakan.
Alat-alat steril yang dibungkus dapat disimpan 1 minggu asalkan kondisinya
tetap kering dan pembungkusnya utuh (Perkins, 1983). Namun setelah 1 minggu alat-
alat steril belum digunakan maka perlu dilakukan sterilisasi ulang untuk menjamin
alat-alat tersebut benar-benar steril sebelum digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuni. 2012. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Moh. Anief. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB : Bandung