Laporan Pl Fix

26
7/21/2019 Laporan Pl Fix http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 1/26 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR LAMPIRAN iii KEADAAN UMUM BALAI BESAR INDUSTRI AGRO 1 Sejarah dan Perkembangan Balai 1 Visi dan Misi 2 Tugas Pokok dan Fungsi 2 Struktur Organisasi 3 Sumber Daya Manusia 3 Sarana dan Fasilitas 3 Pelayanan Jasa Teknis 3 PENDAHULUAN 6 Latar Belakang 6 Tujuan 7 Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE 8 Alat dan Bahan 8 Metode Percobaan 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Hasil Uji Linearitas 11 Hasil Penetapan Presisi 12 Hasil Penetapan Akurasi dan Perolehan Kembali 13 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 15 

description

laporan praktik lapangan di bbia

Transcript of Laporan Pl Fix

Page 1: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 1/26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

KEADAAN UMUM BALAI BESAR INDUSTRI AGRO 1

Sejarah dan Perkembangan Balai 1

Visi dan Misi 2

Tugas Pokok dan Fungsi 2

Struktur Organisasi 3

Sumber Daya Manusia 3Sarana dan Fasilitas 3

Pelayanan Jasa Teknis 3

PENDAHULUAN 6

Latar Belakang 6

Tujuan 7

Waktu dan Tempat 7

BAHAN DAN METODE 8

Alat dan Bahan 8

Metode Percobaan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil Uji Linearitas 11

Hasil Penetapan Presisi 12

Hasil Penetapan Akurasi dan Perolehan Kembali 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15 

Page 2: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 2/26

 

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur vitamin A 7

2 Instrumen UPLC 9

3 Kurva standar vitamin A asetat 12

DAFTAR LAMPIRAN 

1 Struktur organisasi Balai Besar Industri Agro 15

2 Diagram alir uji 16

3 Hasil uji Linearitas 16

4 Hasil penetapan keterulangan 17

5 Hasil penetapan ketertiruan 19

6 Hasil perbandingan uji T hasil presisi 21

7 Hasil penetapan akurasi dan perolehan kembali 22

Page 3: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 3/26

Page 4: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 4/26

KEADAAN UMUM BALAI BESAR INDUSTRI AGRO

Sejarah dan Perkembangan Balai

Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan institusi yang memberikan

 jasa pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil

 pertanian dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya saing

kompetitif baik secara nasional maupun internasional. BBIA didirikan pada tahun

1890 dengan nama  Agricultuur Chemisch Laboratorium  dalam lingkungan

 Departement van Landbouw,  Nijverheid en Handel   dengan tugas antara lain:

Melayani para ahli dan sarjana pertanian dalam meneliti tanaman-tanaman tropis

terutama yang ada di Kebun Raya serta arti ekonomi dari tanaman-tanaman

tersebut; Memeriksa atau menguji barang-barang dan bahan untuk intansi

 pemerintah terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan sebagainya.Tugas pengujian berkembang dengan pesat dengan mengikuti kemajuan

 bidang pertanian dan perdagangan terutama dengan barang-barang ekspor serta

 perdagangan dalam negeri sebagai hasil pembinaan dari bagian  Nijverheid dalam

 Departement Van Lanbouw, Nijverheid en Handel , sehingga pada tahun 1909

nama Laboratorium diganti menjadi  Bureau voor Landbouw en Handal-analyse 

 berdasarkan keputusan Gubernur Jendral Ned. Indie pada tanggal 29 Januari 1909

dan tercatat dalam  Javasche Couran  sebagai  Besluit van Directuur voor

 Landbouw No. 3952 Tanggal 27 Mei 1909. Tugas pengujian semakin berkembang

disamping tugas-tugas rutin penelitian, dan dengan perbaikan serta penambahan

fasilitas, tempat, dan peralatan

Semakin meningkatnya peranan laboratorium dalam menguji barang-barangekspor, impor, dan perdagangan dalam negeri serta dalam agrokimia yang

merintis pertumbuhan agro-industri dalam negeri, maka terjadi penggantian nama

laboratorium yaitu  Handels Laboratorium dari tahun 1911 dan pada tahun 1918

menjadi  Analytisch Laboratorium. Pada tahun 1934 Laboratorium Kimia

Tumbuh-tumbuhan ( Phytochemisch Laboratorium) dalam lingkungan Kebun

Raya dan balai penelitian yang tergabung dalam Balai Besar Penyelidikan

Pertanian ( Algemeen Proefstation voor de Landbouw) melebur diri menjadi satu

dengan  Analytisch Laboratorium  dan gabungan menamakan diri sebagai

 Laboratorium voor Scheikundig Onderzoek yang terdiri atas Laboratorium

Analitika, Laboratorium Kimia Tumbuh-Tumbuhan, Laboratorium Kimia

Pertanian, Laboratorium Harsa, dan Laboratorium Minyak Atsiri.Penelitian-penelitian di bidang agrokimia berjalan dengan seiring tugas

 pengujian yaitu pengujian hasil-hasil pertanian untuk kepentingan ekspor dan

memajukan industri pengolahan hasil pertanian dalam negeri. Penelitian fitokimia

dan minyak atsiri sudah dirintis sejak didirikannya laboratorium ini.

Diberlakukannya sistem pengawasan susu, ditunjuknya Laboratorium ini sebagai

 penguji kulit kina oleh pabrik kina Bandung, sistem pengujian air minum dan

 pengawasan minuman beralkohol membuat  Laboratorium voor Scheikundig  

Onderzoek   menjadi Laboratorium terkemuka di zaman Hindia-Belanda. Pada

waktu kependudukan Jepang (1942-1945). Balai Penyelidikan Kimia diberi nama

Gunsaikanbu Kagaku Kenkyusyu  dengan tugas utama yaitu melakukan applied

research. Tugas ini menjadi ciri Balai seterusnya. Pada zaman revolusi fisik, Balai

Page 5: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 5/26

2

dimasukkan ke dalam Kementrian Kemakmuran Republik Indonesia dan ikut

hijrah ke Klaten, Solo, dan Yogyakarta sejak kantor yang terletak di Bogor yang

telah dikuasai Belanda. Pada tahun 1950 pemerintah Republik Indonesia kembali

ke Jakarta dan Balai Penyelidikan Kimia kembali melakukan tugasnya seperti

 biasa. Lanjutan hijrah ke Klaten telah melahirkan Balai Penyelidikan KimiaSurabaya pada tahun 1951.

Pada tahun 1951 Balai Penyelidikan Kimia dimasukkan ke dalam

Kementrian Perdagangan dan Perindustrian yang kemudian berubah menjadi

Kementrian Perekonomian. Pada tahun 1957 Balai dimasukkan ke dalam

Kementrian Perindustrian. Sementara itu, pada tahun 1959 Balai dimasukkan ke

dalam Kementrian Perindustrian Rakyat. Pada tahun 1980 Balai Penyelidikan

Kimia atau Balai Penelitian Kimia berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBPPIHP) yang berada dibawah

Kementrian Perindustrian. Pada tahun 2002 Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Industri Hasil Pertanian berubah menjadi Balai Besar Industri

Agro (BBIA) sampai saat ini dan berada dalam lingkungan KementrianPerindustrian.

Visi dan Misi

Visi BBIA adalah menjadi unit kerja yang profesional, berkualitas, semakin

mandiri, dan terkemuka dalam memberikan jasa pelayanan teknis. Sementara itu,

misi BBIA antara lain meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia,

sistem manajemen mutu pendukung jasa pelayanan teknis meliputi kerja sama

litbang; pengujian; kalibrasi; sertifikasi; rancang bangun dan perekayasaan

 peralatan industri; konsultasi; dan inspeksi teknis.

Tugas Pokok dan Fungsi

BBIA memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan penelitian,

 pengembangan, kerja sama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi, dan

 pengembangan kompetensi industri agro yang sesuai dengan kebijakan teknis

yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu

Industri. BBIA menyelenggarakan fungsi yaitu penelitian dan pengembangan,

 pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu proses,

 produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis,

konsultasi atau penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan pelayananindustri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri; pelaksanaan

 pemasaran, kerja sama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi;

 pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk

industri agro, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan; pelaksanaan

 perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan prasarana kegiatan

 penelitian dan pengembangan dilingkungan BBIA, serta penyusunan dan

 penerapant standardisasi industri agro; dan pelayanan teknis administratif.

Page 6: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 6/26

  3 

Struktur Organisasi

BBIA dipimpin oleh Kepala Balai yang membawahi secara langsung bagian

tata usaha; bidang pengembangan jasa teknik; bidang sarana riset dan

standardisasi; bidang pengujian, sertifikasi dan kalibrasi; dan bidang pengembangan kompetensi dan alih teknologi. Selain itu, BBIA sebagai Badan

Layanan Umum (BLU) juga memiliki Dewan Pengawas BLU yang dibentuk

melalui Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor; 776/M-IND/Kep/12/2013

tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro

Kementrian Perindustrian yang diketuai oleh Bapak Arryanto Sagala dengan

anggota yang terdiri atas Bapak Hadrian Syah Rezad dan Bapak Djoko

Wihantoro. Struktur organisasi BBIA dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sumber Daya Manusia

Pegawai di Balai Besar Industri Agro sebagian besar adalah pegawainegeri sipil (PNS) dengan jenjang pendidikan yang berbeda-beda dimulai dari SD-

S3. Berbagai jenis pendidikan formal terutama di bidang teknologi pangan, kimia

analisis, konstruksi, kimia murni, biologi, statistik, farmasi, ekonomi, dan

teknologi informasi.

Sarana dan Fasilitas

Balai Besar Industri Agro berlokasi di Jl. Ir. H Juanda No 11, Kelurahan

Paledang, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. BBIA

dilengkapi dengan berbagai sarana seperti perkantoran, perpustakaan,laboratorium, aula, wisma, dan sarana riset. Fasilitas laboratorium yang dimilki

oleh BBIA meliputi laboratorium instrumen yang dilengkapi dengan: ICP OES

( Inductively Coupied Plasma Optical Emission Spectrometer ), GC (Gas

Chromatography), KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), AAS ( Atomic

 Absroption Spectrophotometer ), UPLC (Ultra Performance Liquid

Chromatography), dan spektrofotometer UV-Vis; Laboratorium Makanan dan

Olahan; Laboratorium Mikrobiologi; Laboratorium Air; Laboratorium Minuman;

Laboratorium Pakan dan Bahan Baku; Laboratorium Limbah; dan Labrotarium

Proses. 

Pelayanan Jasa Teknis

Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan institusi yang memberikan

 jasa dan pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil

 pertanian dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya saing

kompetitif baik secara nasional maupun internasional.

Berikut merupakan layanan jasa teknis yang ditawarkan dari BBIA antara

lain:

1.  Jasa PengujianLaboratorium Analisis Komoditi BBIA merupakan unit layanan pengujian

mutu bahan baku, produk makanan, minuman, dan produk agro-industri

Page 7: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 7/26

4

lainnya. Uji-uji yang dilakukan di LAK-BBIA telah diakreditasi oleh

 National Association of Testing Authorities  (NATA) Australia dan Komite

Akreditasi (KAN). LAK dikelola secara profesional sesuai dengan SNI 19-

17025-2000

Jenis analisis yang dapat dilakukan antara lain:- Analisis proksimat: air, protein, lemak, abu, serat kasar, dan karbohidrat

- Analisis mikrobiologi: jumlah bakteri (TPC), kapang, khamir, Coliform,

 Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholera, dan lain-lain. 

- Analisis lainnya seperti: mineral, logam berat, bahan tambahan makanan,

asam-asam lemak, serat makanan, vitamin A, B, D, E, gula asam amino,

dan lain-lain 

- Analisis label nutrisi 

2.  Jenis Pelayanan Kalibrasi

Laboratorium Kalibrasi BBIA merupakan unit layanan pengukuran atau

kalibrasi alat-alat laboratorium. Laboratorium Kalibrasi BBIA telah

mendapat akreditasi dari  National Association of Testing Authorities 

(NATA) Australia dan Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk massa,

volume, dan suhu. Laboratorium Kalibrasi BBIA dikelola secara profesional

yang sesuai dengan SNI 19-17025-2000

Jenis pelayanan kalibrasi yang dilakukan antara lain:

- Kalibrasi Massa: neraca analitik, single pan, top loading, dan elektronik

- Kalibrasi Volume: alat ukur gelas 

- Kalibrasi Suhu: oven, tanur, inkubator, waterbath,  termokopel, dan

termometer gelas 

Kalibrasi Optik: spektrofotometer, pH meter, refraktometer, dan polarimeter  

3.  Jasa RisetJenis pelayanan riset Litbang Balai Besar Industri Agro antara lain:

- Pengembangan produk dan proses

- Mengatasi permasalahan teknologi

- Rekayasa dan rancang bangun peralatan industri agro

- Studi kelayakan usaha

- Pendugaan umur simpan produk makanan dan minuman

Fasilitas Riset yang dimiliki yaitu Laboratorium Proses yang digunakan

sebagai sarana riset, pelatihan dan uji coba industri agro skala mini, yangdilengkapi alat proses yaitu aneka tipe pengering, pengolah roti dan kue,

 pengalengan, pengasapan, penggorengan vakum, pengolahan keripik, dan

 pengolahan serbuk buah

4.  Jasa Sertifikasi

Balai Besar Industri Agro memiliki 4 buah lembaga sertifikasi diantaranya:

- Lembaga Sertifikasi Produk yang bernama ABI-Pro ( Agro-Based Product

Certification) yang telah diakreditasi oleh KAN/BSN (LSPro-010-IDN)

sehingga dapat melayani masyarakat industri agro untuk memperoleh

SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI secara

 profesional.

Page 8: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 8/26

  5 

- Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bernama ABICS ( Agro-

 Based Industry Certification Services) yang telah di akreditasi oleh

KAN/BSN (LSSM-003-IDN) sejak tahun 1994, sehingga dapat melayani

masyarakat industri agro untuk memperoleh SERTIFIKASI ISO 9000

secara profesional- Lembaga Sertifikasi HACCP bernama ABICS ( Agro-Based Industry

Certification Services) yang telah di akreditasi oleh KAN/BSN

(LSSHACCP-006-IDN), sehingga dapat melayani masyarakat industri

agro untuk memperoleh SERTIFIKAT Sistem HACCP secara profesional.

- Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000

 bernama ABICS ( Agro-Based Industry Certification Services) yang telah

di akreditasi oleh KAN/BSN (LSSMKP-008-IDN) sehingga dapat

melayani masyarakat industri agro untuk memperoleh SERTIFIKAT ISO

22000 secara profesional.

5. 

Jasa KonsultasiBidang layanan konsultasi BBIA adalah teknis teknologis mengenai

agro-industri pemecahan masalah teknologi, penganekaragaman produk,

 perbaikan produksi, pengembangan produk, penggunaan bahan tambahan

makanan, pendirian usaha, studi kelayakan, dan lain-lain.

6.  Jasa Pelatihan

BBIA memberikan layanan pelatihan dalam bidang :

- Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (pangan dan non pangan

- Pemahaman GMP dan Sistem Keamanan Pangan

- Pemahaman Sistem Manajemen Mutu ISO 9000-2000

Pemahaman Sistem Manajemen Laboratorium SNI 17025

- Pemahaman Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000

- Analisis Kimia, Instrumentasi, dan Mikrobiologi

- Kalibrasi Peralatan Laboratorium

Dalam pelaksanaannya BBIA memberikan layanan pelatihan secara regular,

 paket maupun non regular baik kepada masyarakat industri maupun

 personal.

Pelatihan-pelatihan regular meliputi :

- Pelatihan Kalibrasi Suhu, Massa dan Volume

- Pelatihan GMP dan Sistem Keamanan Pangan

Pelatihan Manajemen Mutu ISO 9000-2000- Pelatihan Manajemen Laboratorium SNI 17025-2000

- Pelatihan Manajemen Lingkungan ISO 14000

Pelatihan-pelatihan berupa paket meliputi :

- Paket Pelatihan Teknologi Pengolahan Pangan

- Paket Pelatihan Teknologi Minyak Atsiri

- Paket Pelatihan Penanganan Limbah dan Lain-lain

- Paket Pelatihan Pembuatan Dokumen UKL/UPL

- Paket Pelatihan Teknologi Bersih

Pelatihan-pelatihan atas permintaan (non regular) diantaranya :

- Teknologi Pemurnian Minyak Makan

Page 9: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 9/26

6

- Teknologi Pengolahan Kelapa; Kacang Tanah, Tomat dan Cabe; Gula

Semut; Roti dan Makanan Ringan; Buah-buahan; Keripik Buah-buahan

menggunakan penggorengan vakum; Ikan; Nata de Coco dan Rumput

Laut; Kacang Kedelai; Jahe; Jagung; Coklat dan lain-lain.

PENDAHULUAN 

Latar Belakang

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai

sumber gizi bagi anaknya (Potter 1996). Sebagian besar susu yang dikonsumsi

oleh manusia berasal dari sapi yang diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi

kualitas yang memadai, bergizi, aman, dan memenuhi selera konsumen. Secara

kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garammineral dan protein dalam bentuk faktor koloidal. Susu memiliki kelebihan yang

tidak dimiliki oleh bahan makanan lainnya. Hal ini disebabkan oleh kelengkapan

dan keseimbangan zat gizi yang terkandung di dalam susu. Komposisi unsur-

unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, seperti faktor

keturunan, jenis hewan, makanan yang meliputi jumlah dan komposisi pakan yang

diberikan, iklim, waktu, lokasi, prosedur pemerahan, serta umur sapi. Susu

mengandung beberapa komposisi zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh salah

satunya adalah vitamin.

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh

tubuh untuk proses metabolisme dan memelihara kesehatan. Vitamin tidak dapat

dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus

diperoleh dari luar yaitu dari bahan pangan atau sediaan vitamin (Octaviani et al. 

2014). Salah satu bentuk vitamin adalah vitamin A, yaitu vitamin yang larut

dalam lemak. Vitamin A terdiri dari tiga bentuk yaitu retinol, retinal, dan asam

retinoat (Gambar 1). Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam, dan

alkali namun sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan

 pada suhu tinggi bersama udara dan sinar. Vitamin A berperan pada fungsi

fisiologis tubuh manusia, seperti fungsi penglihatan, diferensiasi sel, imunitas

tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, dan reproduksi. Defisiensi vitamin A

dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisiologis seperti rabun senja, kulit

kering, keratinisasi, meningkatnya resiko infeksi akibat penurunan fungsikekebalan tubuh, dan kegagalan pertumbuhan (Almatsier 2009). Angka

kecukupan gizi vitamin A menurut Permenkes No.75 tahun 2003 tentang Angka

Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia adalah 550 mcg atau

353 IU/mL.

Page 10: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 10/26

  7 

Gambar 1 Struktur vitamin A (Sumardjo 2006)

Kandungan vitamin A dalam susu cair perlu dianalisis untuk mengevaluasi

kandungan vitamin A yang terdapat dalam susu cair. Metode analisis kandungan

vitamin A yang sering digunakan adalah metode Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) dengan alasan metode tersebut mampu memberikan data yang

lebih baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan tepat dan teliti

dibandingkan metode analisis lainnya (Sukarno 2011). Salah satu bentuk

modifikasi dari KCKT adalah metode UPLC (Ultra Performance Liquid

Chromatography). Keunggulan yang dimiliki oleh UPLC dibandingkan dengan

KCKT adalah kolom yang digunakan berukuran lebih kecil, sehingga volume

injeksi yang digunakan relatif kecil dan waktu analisis yang digunakan relatif

lebih singkat dibandingkan dengan metode KCKT. Metode yang digunakan harusmemiliki hasil yang valid. Oleh sebab itu, perlu dilakukan verifikasi yaitu

konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa

 persyaratan tertentu untuk suatu tujuan khusus dapat terpenuhi (ISO/IEC 2005).

Parameter-parameter yang diujikan dalam verifikasi diantaranya linearitas,

ketelitian ( precision), ketepatan (accuracy),  dan perolehan kembali (recovery).

Parameter yang diujikan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ada.

Apabila persyaratan parameter tersebut terpenuhi maka akan menghasilkan nilai

yang valid (Harmita 2004).

Tujuan

Praktik lapangan ini bertujuan memverifikasi kandungan vitamin A dalam

susu cair dengan metode UPLC.

Waktu dan Tempat

Praktik lapangan dilaksanakan selama dua bulan dengan sistem lima hari

kerja dalam satu minggu dan dimulai pada tanggal 1 Juli-30 Agustus 2015 di

Laboratorium Instrumen Balai Besar Industri Agro, Bogor.

Page 11: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 11/26

8

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Erlenmeyer bertutup asah 100 mL, labu takar10 mL, 25 mL, dan 50 mL, neraca analitik  Precisa XTR, mikro pipet, water bath,

vial 1.5 mL, seperangkat alat gelas, dan seperangkat instrumen UPLC Acquity

Waters H  series dengan detektor UV Vis.

Pereaksi dan bahan yang digunakan meliputi sampel susu cair yang

mengandung vitamin A, standar vitamin A asetat, etanol p.a 96%, campuran

etanol:THF (1:1), aseton, KOH 50%, asam asetat glasial 95%, kertas saring

 Milipore® 0.45 μm, campuran metanol:akuabides (84:16) sebagai fase gerak, dan

akuabides.

Metode Percobaan

Penyiapan PereaksiPereaksi yang digunakan pada percobaan adalah campuran etanol:THF

(1:1) dan KOH 50%. Pembuatan etanol:THF (1:1) dilakukan dengan cara

memasukkan 1 L etanol dan 1 L THF ke dalam botol kaca yang telah disediakan,

kemudian dihomogenkan. Sementara itu, pembuatan KOH 50% dilakukan dengan

cara melarutkan 500 g serbuk KOH dengan 1 L akuabides dan dimasukkan ke

dalam botol plastik yang telah disediakan. Selanjutnya, dihomogenkan dan

didinginkan pada suhu ruang.

Penyiapan Fase GerakFase gerak yang digunakan yaitu metanol 84% dalam akuabides. Fase

gerak dihomogenkan lalu disaring menggunakan kertas saring Milipore® 0.45 μm.

Kemudian disonikasi selama 10 menit pada suhu 34⁰C. Selanjutnya fase gerak

siap digunakan.

Pengaturan alat UPLCInstrumen analisis yang digunakan adalah UPLC yang terintegrasi dengan

 perangkat komputer. Kolom yang digunakan adalah kolom jenis  Aquity Waters®

UPLC BEH C18 1.7 μm 2.0 x 50 mm yang dilengkapi  pre-column Van Guard ® 

C18 1.7 μm 2.0 x 50 mm. Instrumen tersebut dikondisikan dengan pengatur an laju

alir fase gerak 0.1 mL/menit. Suhu kolom diatur pada 30⁰C. Injektor yangdigunakan adalah autosampling injector   dengan volume yang diinjeksikan

masing-masing 1 μL. Panjang gelombang  detektor diatur pada 325 nm. Waktu

analisis diatur selama 6 menit setiap injeksi.

Page 12: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 12/26

  9 

Gambar 2 Instrumen UPLC

Penyiapan Larutan Standar StokPenyiapan larutan standar stok diawali dengan memasukkan 0.01 g standar

vitamin A asetat (1 g     ̴ 500000 IU)  ke dalam labu takar 50 mL kemudian

ditambahkan 5 mL akuabides. Selanjutnya, didiamkan selama ± 5 menit dan

digoyangkan selama ± 1 menit. Setelah itu, ditambahkan 10 mL etanol dan 3 mLaseton. Kemudian dihomogenkan dengan cara digoyangkan. Larutan tersebut

kemudian ditambahkan etanol hingga tanda tera.

Penyiapan Standar KerjaPenyiapan standar kerja diawali dengan memasukkan 0.5 mL larutan standar

stok ke dalam Erlenmeyer 100 mL yang bertutup asah, kemudian ditambahkan 10

mL etanol. Selanjutnya, ditambahkan 2.5 mL KOH 50% lalu dipanaskan pada

suhu 80⁰C menggunakan water bath  selama 2 jam. Setelah itu, didinginkan

hingga mencapai suhu ruang dan ditambahkan 2.5 mL asam asetat glasial 95%.

Lalu didinginkan hingga mencapai suhu ruang dan dimasukkan ke dalam labu

takar 25 mL. Selanjutnya, ditambahkan dengan larutan etanol:THF (1:1) hingga

tanda tera dan didiamkan semalam pada suhu ruang.

Uji LinearitasPenyiapan deret standar dilakukan dengan memasukkan larutan standar

masing-masing 0.1, 0.2, 0.5, 1.0, dan 2.0 mL ke dalam labu ukur 10 mL kemudian

ditambahkan larutan etanol:THF (1:1) hingga tanda tera. Larutan deret standar

tersebut dipindahkan ke dalam vial 1.5 mL. Deret standar diinjeksikan ke alat

UPLC masing-masing 1 μL. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dibuat

kurva kalibrasi hubungan antara luas area dan konsentrasi standar. Nilai intersept,

kemiringan, dan koefisien korelasi dapat diperoleh dari persamaan kurva kalibrasi.Linearitas kurva kalibrasi dilihat dari nilai koefisien regresi (R 2).

Penetapan Presisi

Sebanyak 5 g contoh susu cair ditimbang dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer 100 mL yang bertutup asah dengan 8 kali ulangan menggunakan

neraca analitik. Erlenmeyer yang mengandung susu cair tersebut kemudian

ditambahkan 10 mL etanol dan 2.5 mL KOH 50% lalu dihomogenkan. Kemudian

contoh dipanaskan pada suhu 80 ⁰C menggunakan water bath  selama 2 jam.

Setelah itu, didinginkan hingga mencapai suhu ruang dan ditambahkan 2.5 mL

asam asetat glasial 95%. Setelah itu, didinginkan kembali hingga mencapai suhu

ruang. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL dan ditambahkan

Page 13: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 13/26

10

dengan larutan etanol:THF (1:1) hingga tanda tera. Larutan tersebut didiamkan

semalam pada suhu ruang. Sebelum diukur, larutan tersebut dimasukkan ke dalam

vial 1.5 mL. Larutan tersebut kemudian diinjeksikan ke alat UPLC masing-masing

1 μL. Kadar setiap contoh dihitung berdasarkan luas area yang diperoleh. Lalu

dicari nilai RSD dengan membandingkan simpangan baku dan rerata kadarcontoh.

Penetapan Akurasi dan Perolehan Kembali

Sebanyak 5 g contoh susu cair ditimbang dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer 100 mL yang bertutup asah dengan 8 kali ulangan menggunakan

neraca analitik. Erlenmeyer yang mengandung susu cair tersebut kemudian

ditambahkan 0.05 mL larutan standar. Selanjutnya, ditambahkan 10 mL etanol

dan 2.5 mL KOH 50% mL lalu dihomogenkan. Kemudian contoh dipanaskan

 pada suhu 80 ⁰C menggunakan water bath selama 2 jam. Setelah itu, didinginkan

 pada suhu ruang dan ditambahkan 2.5 mL asam asetat glasial 95%. Larutan

tersebut didinginkan kembali hingga mencapai suhu ruang. Selanjutnya,dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL dan ditambahkan dengan larutan

etanol:THF (1:1) hingga tanda tera. Setelah itu, didiamkan semalam pada suhu

ruang. Sebelum diukur, larutan tersebut dimasukkan ke dalam vial 1.5 mL.

Larutan tersebut kemudian diinjeksikan ke alat UPLC masing-masing 1 μL. Kadar

setiap contoh dihitung berdasarkan luas area yang diperoleh. Selanjutnya nilai

 persentase recovery  yang terdapat pada larutan tersebut dihitung.

Penetapan KetertiruanProses penetapan ketertiruan tidak jauh berbeda dengan proses penetapan

vitamin A presisi. Penetapan ketertiruan bertujuan mengetahui nilai standardeviasi yang dilakukan oleh seorang analis dalam melakukan sebuah penelitian.

Waktu yang dibutuhkan oleh seorang analis dalam melakukan ketertiruan adalah

± 1 minggu setelah seorang analis menganalisis presisi pada suatu larutan contoh.

Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan menggunakan uji T .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suatu metode analisis harus menghasilkan hasil analisis yang valid dengan

nilai ketelitian dan ketepatan yang dapat diterima. Verifikasi merupakan salah satucara yang digunakan untuk mengetahui metode tersebut dapat diakui atau tidak.

Verifikasi dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter. Hasil dari

 parameter yang diujikan tersebut harus sesuai dengan kriteria kelayakan. Metode

analisis kandungan vitamin A dalam susu cair perlu diverifikasi agar

menghasilkan nilai analisis yang baik. Analisis kandungan vitamin A dalam susu

cair dilakukan dengan menggunakan UPLC.

Ultra Performance Liquid Chromatography merupakan salah satu bentuk

modifikasi dari metode KCKT. Prinsip yang digunakan pada metode UPLC tidak

 jauh berbeda dengan prinsip yang digunakan pada metode KCKT yaitu

memisahkan suatu komponen analit berdasarkan tingkat kepolaran yang kemudian

dideteksi oleh detektor pada λ  tertentu. Selain itu, komponen yang dimiliki pada

Page 14: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 14/26

  11 

metode UPLC tidak jauh berbeda dengan metode KCKT yaitu kolom pemisah

yang berfungsi mengalirkan eluen dan memisahkan komponen; detektor yang

 berfungsi mendeteksi adanya komponen analit di dalam kolom; pompa yang

 berfungsi mendorong eluen dan memudahkan sampel masuk ke dalam kolom

dengan kecepatan alir yang dapat diatur; dan injektor yang berfungsi sebagaitempat untuk memasukkan sampel. Perbedaan yang dimiliki oleh metode KCKT

dan metode UPLC adalah tekanan yang dimiliki pada sistem kromatografi dan

ukuran kolom yang digunakan. Tekanan pompa yang dapat digunakan pada

metode UPLC adalah > 4000 Psi, sedangkan pada metode KCKT hanya mampu

menggunakan tekanan < 4000 Psi. Sementara itu, ukuran kolom yang digunakan

 pada metode UPLC lebih kecil dibandingkan metode KCKT, sehingga volume

injeksi yang digunakan relatif kecil (Fuad 2012). Metode UPLC dapat

memberikan sensitivitas dan limit deteksi yang lebih tinggi dibandingkan metode

KCKT. Sensitivitas UPLC maupun KCKT dipengaruhi oleh ukuran kolom yang

digunakan. 

Penyiapan sampel diawali dengan melarutkan sampel dengan menggunakanetanol dan KOH 50% pada Elenmeyer 100 mL yang bertutup asah dan

dihomogenkan. Selanjutnya, sampel dipanaskan menggunakan water bath selama

2 jam pada suhu 80⁰ C. Proses ini bertujuan menyabunkan sampel menggunakan

KOH-etanol dengan bantuan temperatur tinggi. Kemudian larutan tersebut

ditambahkan asam asetat glasial 95% dan didiamkan pada suhu ruang. Fungsi

 penambahan asam asetat glasial 95% adalah menetralkan kelebihan KOH dan

mengikat air yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Pada saat penambahan asam

asetat glasial, campuran sampel akan mengalami kenaikan temperatur. Hal ini

dikarenakan reaksi antara asam asetat glasial dengan KOH bersifat eksotermis

yang dibuktikan dengan meningkatnya temperatur pada campuran tersebut.

Selanjutnya, larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan

ditambahkan campuran etanol:THF (1:1) hingga tanda tera dan dibiarkan semalam

(Lampiran 2).

Hasil Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan mengukur deret standar vitamin A asetat

yang telah disediakan. Luas area yang dihasilkan kemudian dihubungkan dengan

konsentrasi deret standar vitamin A asetat dalam bentuk kurva standar untuk

mendapatkan persamaan regresi. Evaluasi kalibrasi deret standar vitamin A asetat

menghasilkan persamaan regresi linear, yaitu y = 27010 x - 45.2 dengan nilai R 2

=0.99983 (Gambar 1). Koefisien regresi (R 2) menunjukkan tingkat linearitas

hubungan antara kadar analit dengan luas area puncak. Apabila nilai R 2 mendekati

1, maka dapat dikatakan persamaan kurva bakunya linear. (Sugihartini et al.

2014). Koefisien regresi (R 2) yang diperoleh menunjukan hasil yang cukup baik,

yaitu R 2 = 0.99983, sehingga kurva baku yang dihasilkan linear.

Page 15: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 15/26

12

Gambar 3 Kurva standar vitamin A asetat

Hasil Penetapan Presisi

Presisi suatu prosedur analisis merupakan kedekatan nilai dari sederet

 pengukuran yang diperoleh dari sejumlah contoh yang diukur pada kondisi yang

sama. Presisi ditentukan untuk mengetahui sebaran hasil dari pengukuran

kandungan vitamin A dalam susu cair yang dilakukan secara berulang.

Pengukuran contoh secara berulang dapat menghasilkan hasil yang tidak seragam,

oleh sebab itu dilakukan uji presisi. Presisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

keterulangan (repeatability)  dan ketertiruan (reproducibility). Keterulangan

merupakan presisi yang dihitung dari hasil penetapan ulangan dengan

menggunakan metode, operator, peralatan, laboratorium, dan waktu yang sama

(Safitri 2007). Uji keterulangan dilakukan dengan mengukur contoh susu cairsebanyak 8 kali ulangan. Berdasarkan pengukuran, kandungan vitamin A rata-rata

yang terdapat dalam susu cair sebesar 0.628 IU/g dengan nilai standar deviasi

sebesar 0.046 dan %RSD sebesar 7.36 yang dibandingkan dengan %RSD Horwitz

sebesar 12.70 (Lampiran 4). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai %

RSD untuk repeatability  yang dihasilkan tidak melebihi 2/3 dari nilai %RSD

 berdasarkan rumus Horwizt. Hal ini menunjukkan bahwa sistem operasional

analis memiliki nilai presisi yang baik terhadap metode dengan respon yang relatif

konstan, sehingga hasil pengukuran memiliki nilai presisi yang memenuhi

 persyaratan.

Ketertiruan adalah ketelitian yang dihitung dari hasil penetapan ulangan

dengan menggunakan metode yang sama, namun dengan operator, peralatan,laboratorium, dan waktu yang berbeda (Safitri 2007). Kondisi ketertiruan yang

dilakukan oleh analis dalam menganalisis kandungan vitamin A dalam susu cair

adalah waktu. Waktu analisis yang dilakukan adalah ± 1 minggu setelah seorang

analis menganalisis kandungan vitamin A dalam susu cair. Uji ketertiruan

dilakukan dengan mengukur contoh susu cair sebanyak 8 kali ulangan kemudian

hasil yang diperoleh dibandingkan dengan menggunakan uji T. Berdasarkan hasil

 pengukuran diperoleh kandungan vitamin A sebesar 0.612 IU/g (Lampiran 5).

Sementara itu, berdasarkan hasil perbandingan menggunakan uji T , tidak ada

 perbedaan yang signifikan antara hasil analisis pertama dengan hasil analisis ke

dua. Hal ini ditunjukkan dari nilai T  hitung sebesar 0.384 yang lebih kecil dari T  

tabel (α = 95%, 16) sebesar 2.15 (Lampiran 6).

y = 27010x - 45.2

R² = 0.999983

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000

   L   u   a   s   A

   r   e   a

Konsentrasi (IU/g)

Page 16: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 16/26

  13 

Hasil Penetapan Akurasi dan Perolehan Kembali

Akurasi merupakan susatu metode pengukuran yang menunjukkan

kedekatan nilai yang telah diperoleh dengan hasil yang diharapkan (Safitri 2007).

Akurasi dilaporkan sebagai persen perolehan kembali (recovery). Uji akurasidapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi ( spiked-placebo

recovery)  dan metode penambahan analat (Harmita 2004). Metode yang

digunakan dalam uji akurasi kandungan vitamin A dalam susu cair adalah metode

 penambahan analat. Standar yang ditambahkan ke dalam contoh berkisar 0 hingga

120% dari konsentrasi vitamin A dalam susu cair. Pengujian hasil perolehan

kembali dilakukan dengan 8 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengukuran, persen

 perolehan kembali yang dihasilkan sebesar 99.998%. (Lampiran 7). Persen

 perolehan kembali yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria kelayakan, sehingga

metode analisis mampu menghasilkan analisis yang valid. Hal ini dikarenakan

nilai persen perolehan kembali yang dapat memberikan hasil analisis yang valid

adalah 80-120% (AOAC 2005).

SIMPULAN DAN SARAN 

Simpulan

Kandungan vitamin A dalam susu cair perlu diverifikasi untuk

mengevaluasi validitas hasil analisis yang diperoleh. Berdasarkan pengujian 4

 parameter, hasil verifikasi sesuai dengan kriteria kelayakan, sehingga analisiskandungan vitamin A dalam susu cair menggunakan UPLC layak digunakan

untuk pengujian di BBIA, Bogor.

Saran

Sebaiknya pengujian kandungan vitamin A dalam susu cair dilakukan

secara berkala agar diperoleh hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC International] Association of Official Analytical Chemist International.

2005. Official Methods of Analysis of AOAC International . Ed ke-18.

Gaithersburg.

[ISO/IEC] International Organization for Standardization. 2005. ISO 17025:2005.

Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium

Kalibrasi (versi Bahasa Indonesia). Komite Akreditasi Nasional,

 penerjemah. Jakarta (ID): KAN, Terjemahan dari: General Requirements for

the Competence Testing and Calibration Laboratories.

Page 17: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 17/26

14

[MENKES] Menteri Kesehatan. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75

tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Jakarta (ID): Menkes

Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Fuad MF. 2012. Pengembangan metode analisis dextromethorphan  HBr dandiphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair secara UPLC [skripsi].

Bogor (ID): Universitas Pakuan.

Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya.

 Majalah Ilmu Kefarmasian (1):117-135.

Octaviani T, Any G, Hari S. 2014. Peneta pan kadar β-karoten pada beberapa jenis

cabe dengan metode spektrofotometri tampak. Pharmaciana. 4(2): 101-109.

Potter NN, JH Hotchkiss. 1996. Food Science 5th  ED.  New Delhi (IN): CBS

Publishers and Distribution.

Safitri M. 2007. Metode cepat penentuan simultan kadar kafein vitamin B2 dan B6 

dalam minuman berenergi dengan teknik  zero-crossing   [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.Sugihartini N, Achmad F, Suwidjiyo P, Sismindari. 2014. Validasi metode analisa

 penetapan kadar epigalokatekin galat dengan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi. Pharmaciana. 4(2): 111-115.

Sukarno S. 2011. Pengembangan dan validasi metode analisis penetapan kadar

vitamin A dalam minyak goreng sawit secara Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia Kedokteran. Jakarta (ID): Kedokteran EGC.

Page 18: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 18/26

  15 

LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur organisasi Balai Besar Industri Agro

BALAI BESAR INDUSTRI AGRO

Bidang PelayananJasa Teknik

SeksiPemasaran

SeksiKerjasama

SeksiInformasi

Bidang Riset danStandardisasi

Seksi Sarana RisetIndustri Pangan

Seksi Sarana RisetIndustri Non Pangan

SeksiStandardisasi

KelompokJabatan

Fungsional

Bidang PengujianSertifikasi dan

Kalibrasi

SeksiPengujian

SeksiSertifikasi

SeksiKalibrasi

BidangPengembangan

Kompetisi dan AhliTeknologi

SeksiKonsultasi

Seksi PelatihanTeknis

Seksi AlihTeknologi dan

Inkubasi

Bagian Tata Usaha

SubbagianProgram dan

Pelaporan

SubbagianKeuangan

SubbagianKepegawaian

SubbagianUmum

Page 19: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 19/26

16

Lampiran 2 Diagram alir uji

Lampiran 3 Hasil uji Linearitas

Contoh PerhitunganBobot larutan standar stok: 0.0105 g

1 g = 500000 IU

Kandungan vitamin A yang terdapat pada standar stok

0.0105 g = 500000 IU × 0.0105 g = 5250 IU

Karena satuan kandungan vitamin adalah IU/mL maka:

Kandungan vitamin A standar stok = IUVume mL 

= IU mL  

= 105 IU/mL

contoh susuditimbang

sebanyak 5 g

dimasukkan dalamErlenmeyer 100

mL bertutup asah

ditambahkan 10mL etanol

dihomogenkan ditambahkan 2.5mL KOH 50 %

dihomogenkan

dipanaskanselama 2 jam

dengan water bath

dinginkan pada

suhu ruang

ditambahkan 2.5

mL asam asetatglasial 95%

dihomogenkandan dinginkan

 pada suhu ruang

ditambahkanetanol: THF

(1:1)

dihomogenkandibiarkansemalam

dimasukkan kedalam vial 1.5 mL

diinjeksikan ke alatUPLC masing-masing 1 μL

dianalisis

kromatogramnya

 No Larutan

Standar

Volume

Standar

(mL)

Konsentrasi

standar

vitamin A

(IU/g)

Volume

Injeksi (μL) 

Waktu

Retensi

(Menit)

Luas Area

(μV*sec) 

12

3

4

5

Standar Kerja

0.100.20

0.50

1.00

2.00

0.50

0.02100.0420

0.1050

0.2100

0.4200

2.1000

11

1

1

1

1

3.1453.126

3.132

3.132

3.119

3.146

576.0051136.005

2862.874

5625.224

11158.365

56871.838

Slope 2 .71 x 10  

Intersept -4.52 x 10  

R    0.99983

Page 20: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 20/26

  17 

Lanjutan Lampiran 3

Standar baku vitamin A diencerkan ke dalam labu ukur 25 mL maka:

Kandungan vitamin a pada standar kerja:

V1 × N1 = V2 × N2

0.50 mL ×105 IU/mL = 25 mL × N2

 N2 =  × . mL

mL  

= 2.10 IU/mL

Standar kerja diencerkan ke dalam labu ukur 10 mL maka:

Kandungan vitamin a pada standar 1:

V1 × N1 = V2 × N2

0.10 mL

× 2.1000 IU/mL = 10 mL

× N2

 N2 = .   . mL mL  

= 0.021 IU/mL

Lampiran 4 Hasil penetapan keterulangan

 No Larutan

Susu Cair

Bobot

Contoh

(g)

Volume

Akhir

(mL)

Volume

injeksi

(μL) 

Waktu

retensi

(menit)

Luas

Area

(μV*sec) 

Kandungan

Vitamin A

(IU/g)

1

2

3

4

5

6

7

8

5.0223

5.0005

5.0371

5.0559

5.0164

5.0038

5.0225

5.0437

25

25

25

25

25

25

25

25

1

1

1

1

1

1

1

1

3.120

3.125

3.119

3.119

3.125

3.122

3.116

3.111

3300

2944

3588

3212

3651

3598

3500

3189

0.615

0.552

0.666

0.595

0.680

0.672

0.651

0.592

Rata-Rata 0.628

SD 0.046% RSD Horwitz 12.70

% RSD 7.36

% Ketelitian 92.68

Contoh Perhitungan

Kandungan Vitamin A =ℎ−  x V Contoh × ℎ 

Bobot Contoh

Kandungan Vitamin A dalam susu cair 1

Kandungan Vitamin A =+4.  × 25 mL × 

 

5.0223

= 0.615 IU/g

Page 21: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 21/26

18

Lanjutan Lampiran 4

Rata-Rata kandungan vitamin a pada larutan contoh

 ̅ = ∑  

=  .8  

= 0.628 IU/g

Standar Deviasi:

√ ∑   ̅= 1  

= 0.046

Ketelitian:

Ketelitian 1 ̅ ×100% 1 .4.8 ×100%  92.68 %

% RSD:

% RSD =SD

X× 100 %

= .4.8 × 100%

= 7.36 %

Menghitung % RSD Horwitz:

Kadar vitamin A rata-rata = 0.628 IU/g

1 IU setara dengan 0.500 μg

Maka kadar vitamin A dalam susu:

0.628 x 0.500= 0.314 μg/g 

3.454 x 10-7 g/g (fraksi konsentrasi = C)

% RSD Horwitz  × 2−.  

=  × 2−. .4  

12.70%

Page 22: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 22/26

  19 

Lampiran 5 Hasil penetapan ketertiruan

Contoh Perhitungan

Kandungan Vitamin A =ℎ−

 

× V Contoh

×

ℎ 

Bobot ContohKandungan Vitamin A dalam susu cair 1

Kandungan Vitamin A =8−.8  × 25 mL × 

 

5.0463

= 0.614 IU/g

Rata-Rata kandungan vitamin A pada larutan contoh

 ̅  =  ∑  

=

 4.898

= 0.612 IU/g

Konsentrasi

(IU/g)

Luas Area

(μV*sec) 

0.023 679.2070.047 1387.792

0.117 3351.285

0.234 6709.326

0.468 13467.392

2.340 67003.262

Slope 28600

intersept 27.1

R    0.999999

 No Larutan

Susu Cair

Bobot

Contoh (g)

Waktu retensi

(menit)

Luas

Area

(μV*sec) 

Kandungan

Vitamin A

(IU/g)

1

2

3

4

5

6

78

5.0463

5.0051

5.0092

5.0069

5.0220

5.0102

5.00305.0298

4.219

4.223

4.164

4.232

4.189

4.200

4.1974.151

3578

3320

3649

3515

3590

3527

35673611

0.614

0.575

0.631

0.608

0.620

0.610

0.6180.622

Rata-Rata 0.612

SD 0.017

% RSD 2.78

% RSD Horwitz 12.75

% Ketelitian 97.22

y = 28624x + 27.1

R² = 0.99999

0.000

10000.000

20000.000

30000.000

40000.00050000.000

60000.000

70000.000

80000.000

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000

   L   u   a   s   A   r   e

   a

Konsentrasi (IU/g)

Kurva Standar

Page 23: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 23/26

20

Lanjutan Lampiran 5

Standar Deviasi:

√ ∑   ̅= 1  

  0.017

Ketelitian:

1  ̅ ×100% 1 .. ×100% 97.22 %

% RSD:

% RSD = SDX  × 100 %

=..   × 100%

= 2.78%

Menghitung % RSD Horwitz:

Kadar vitamin A rata-rata = 0.612 IU/g

1 IU setara dengan 0.500 μg

Maka kadar vitamin A dalam susu:

0.612 x 0.500 = 0.306 μg/g 3.306 x 10-7 g/g (fraksi konsentrasi = C)

% RSD Horwitz = × 2−.

 

=   × 210.5log3.06 x 107

 

= 12.75%

Page 24: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 24/26

  21 

Lampiran 6 Hasil perbandingan uji T  hasil presisi

Keterulangan Kandungan Vitamin A

Analisis 1 (IU/g)

Kandungan Vitamin A

Analisis 2 (IU/g)

1 0.615 0.6142 0.552 0.575

3 0.666 0.631

4 0.595 0.608

5 0.680 0.620

6 0.672 0.610

7 0.651 0.618

8 0.592 0.622

Rata- Rata 0.628 0.612

SD 0.046 0.017

Hipotesis

t hitung  0.384

t tabel 2.15

Simpulan thitung< ttabel, maka hasil analisis ke-1 dengan hasil analisis ke-

2 tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Contoh Perhitungan

Texp =Rataan−Rataanb

√  + b

(b)(b)

b

 

= 0.384

Page 25: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 25/26

22

Lampiran 7 Hasil penetapan akurasi dan perolehan kembali

Contoh Perhitungan

Kandungan vitamin a pada larutan contoh secara teoretis

 Nilai teoretis =Vs × Cs  

Keterangan:

Vs : Volume adisi standar yang ditambahkan ke dalam larutan contoh

Cs : Kandungan vitamin a pada larutan standar stok (IU/mL)

g : Bobot larutan contoh yang digunakan (g)

Kandungan vitamin A pada larutan contoh 1 secara teoretis

 Nilai teoretis = Vs × Cs  

=. mL IU/mL.44  

= 1.0346 IU/g

% Recovery =Cs−CC

S ×100 %

Keterangan:

Cs : Kandungan vitamin A dalam spike pada larutan contoh (IU/g)

Cc : Kandungan vitamin A rata-rata pada larutan contoh (IU/g)

S : Kandungan vitamin A secara teoretis yang terdapat pada larutan contoh

(IU/g)

Kandungan vitamin A pada larutan contoh susu cair 1

% Recovery =

. −.8.4 x 100%

= 99.75%

 No Larutan

Susu Cair

Bobot

Contoh

(g)

Waktu

retensi

(menit)

Luas

Area

(μV*sec) 

Kandungan

Vitamin A

(IU/g)

Kandungan

Teoretis

(IU/g)

%

Recovery

1

2

3

4

5

6

7

8

5.0774

5.0318

5.0677

5.0496

5.0736

5.0686

5.0780

5.0590

3.119

3.122

3.115

3.131

3.128

3.128

3.112

3.097

9081

9127

9067

9076

9078

9095

9173

9019

1.660

1.682

1.660

1.667

1.659

1.664

1.675

1.654

1.0346

1.0434

1.0359

1.0397

1.0348

1.0358

1.0339

1.0378

99.75

101.05

99.63

99.93

99.63

100.02

101.27

98.86

Rata-rata 99.998

Page 26: Laporan Pl Fix

7/21/2019 Laporan Pl Fix

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pl-fix-56da0207291d3 26/26

  23