LAPORAN PENELITIAN MANDIRI - fatek. · PDF fileI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... nelayan...
Transcript of LAPORAN PENELITIAN MANDIRI - fatek. · PDF fileI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... nelayan...
LAPORAN PENELITIAN
MANDIRI
ANALISA KARAKTERISTIK STABILITAS DALAM PROSES PENANGKAPAN ( SETTING & HAULING ) KAPAL PUKAT CINCIN DIPERAIRAN PULAU AMBON
OLEH :
IR OBED METEKOHY, M.Si NIP. 1960 1027 1990 03 1 004
UNIVERSITAS PATTIMURA
Agustus 2017
Judul kegiatan
Peneliti/PelaksanaNama LengkapNIDNJabaran FungsionalProgram StudiNo. HPSitel ( e-mail )Institusi Miha ( Jika adaNama Institusi mitaAlamatPenaggung JawabWaktu PelaksaanBiaya TahrHr BerjalanBiaya Keseluruhan
HALAMAN PENGESAHAN
Analisa Karakteristik Stabilitas Dalam Proses Penangkapan(Setting & Hauling) Kapal Pukat Cincin Di Perairan Pulau Ambon.
h Obed Metekohy, MSi002706006LektorTeknik Perkapalan081343010324obed.metekohy@yahoo. com
:
3 bulanRp 5.000.000Rp 5.000.000
Ambon, l0 - 08 - 2017
Mengetahui,
Malle, M.Sc)1994 03 I 002
#Y4"P_=;51}LF
( k Obed Metekohy,NIP. 19601027199003
iii
RINGKASAN
Kapal ikan pukat cincin yang dioperasikan untuk menangkap ikan pelagis di perairan pulau Ambon termasuk sarana perikanan tangkap yang produktif. Namun mempunyai banyak kelemahan karena pembuatannya secara tradisional menyimpang dari syarat teknis rancang bangun kapal. Stabilitas kapal yang diharapkan dapat menjamin kontinyutas pengoperasian alat tangkap pada saat setting & hauling sering menjadi kendala sehingga operasional penangkapan harus dihentikan untuk menghindari terjadinya resiko kecelakan yang dialami kapal dan nelayan dilaut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kelayakkan karakteristik stabilitas kapal dalam mengoperasikan alat tangkap pada saat setting & hauling. Metode yang digunakan adalah metode diskriptip dengan mengumpulkan data primer dan sekunder dengan melakukan pengamatan dan pengukuran kapal pukat cincin dan alat tangkap, pengukuran parameter stabilitas pada saat operasi penangkapan yaitu sudut kemiringan kapal, kecepatan manover dan kemiringan kapal saat setting alat tangkap , kecepatan tarik alat tangkap, dan hasil tangkapan serta kemiringan kapal pada saat hauling. Analisa stabilitas statis dan dinamis dilakukan pada kapal pukat cincin nomor 2 berdasarkan kriteria IMO,2008. Analisa stabilitas saat setting menggunakan Metode Derret untuk nilai stabilitas GZ, GM dan θ. Analisa stabilitas pada saat hauling menggunakan kriteria Stabilitas US Navy. Hasil analisa karakteristik stabilitas dinamis kapal pukat cincin No 12, tonase 16 GT , pada saat operasi penangkapan dilakukan berdasarkan sudut kemiringan kapal dan waktu periode oleng kapal saat kapal menuju fishing ground adalah θ = 5° - 15°, TR = 5.4 detik saat setting alat tangkap kapal θ = 2° – 9° , TR = 7 detik. Pada saat hauling θ = 5° - 22°, TR = 8 detik dan saat kembali dari daerah penangkapan θ = 4° – 7° , TR = 5.7°, sedangkan analisa pada saat setting alat tangkap dari hasil perhitungan menurut Derret dengan kecepatan setting alat tangkap 2.76 m/det atau 5.37 knot mempunyai nilai stabilitas GZ = 0.0007729 dan GM = 0.001343 dan θ = 9° pada posisi tinggi garis air 0.74 meter. Stabilitas kapal pukat cincin saat hauling sudut kemiringannya bergantung pada hasil tangkapan, semakin besar hasil tangkapan maka kemiringan kapal menjadi lebih besar, dengan hasil tangkapan 0.93 ton ditambah berat alat tangkap 3237 ton membentuk sudut kemiringan kapal sebesar 12° dengan nilai GZ = 0,20 meter. kemudian setelah dianalisa dengan kriteria stabilitas US Navy menunjukkan stabilitas kapalnya stabil, positif karena kemiringan sudut kapal maksimal θ < 15° dan nilai GZ pada saat hauling ≤ 0.30 meter. Kata kunci : Stabilitas, karakteristik pukat cincin, setting dan hauling.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii RINGKASAN ....................................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 3 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Perikanan ............................................................................... 5 2.2 Ukuran Utama Kapal ..................................................................... 6 2.3 Alat Tangkap Pukat Cincin .............................................................. 7 2.4 Pengoperasian Pukat Cincin ............................................................ 8
2.4.1 Prosedur Setting .................................................................... 8 2.4.2 Prosedur Hauling .................................................................. 10
2.5 Stabilitas Kapal Perikanan ............................................................... 11 2.5.1 Stabilitas Statis ..................................................................... 11 2.5.2 Stabilitas Dinamis ................................................................ 15
2.5.2.1 Stabilitas Manover Kapal pada saat Setting ........... 15 2.5.2.2 Stabilitas Kapal pada saat Hauling ........................ 17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 19
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 19 3.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 20 3.4 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 21 3.5 Analisis Data .................................................................................... 22
3.5.1 Karakteristik Teknis Desain ................................................ 22 3.5.2 Stabilitas Stasis Kapal ......................................................... 22
3.5.3 Stabilitas Dinamis ............................................................... 24
v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 28
4.1.1 Ukuran Kapal Dan Alat Tangkap ………………...……….28 4.1.2 Stabilitas Statis ..................................................................... 30 4.1.3 Stabilitas Dinamis ……………………………………...…..34
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 40 4.1.4 Karakteristik Kapal Dan Alat Tangkap …………………….41 4.1.5 Karakteristik Stabilitas Statis Kapal Pukat Cincin ............... 42 4.1.6 Karakteristik Stabilitas Dinamis Kapal Pukat Cincin ......... 43
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 55 5.2 Saran ................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 57
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kapal perikanan menurut Undang Undang Republik Indonesia No 31
tahun 2004 tentang perikanan kapal adalah, perahu atau alat apung lainnya yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau
eksplorasi perikanan. Sedangkan kapal ikan menurut Nomura dan Yamazaki
(1977) adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup
penggunaan atau aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya
perairan, pengolahan usaha budidaya sumberdaya perairan serta penggunaan
dalam beberapa aktivitas seperti riset training dan inspeksi sumberdaya perairan.
Sesuai dengan fungsinya maka kapal harus dirancang dan dibangun sesuai
peraturan peraturan perkapalan yang telah ditetapkannya.
Kapal pukat cincin merupakan sarana penangkapan ikan yang sangat
mendukung operasi penangkapan ikan dilaut bagi nelayan-nelayan di pesisir
perairan pulau Ambon. Pengoperasian alat tangkap pukat cincin dilakukan dengan
cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan sehingga ikan yang terkepung
tidak dapat melarikan diri ke arah horizontal kemudian tali kolor ditarik sehingga
jaring membentuk kerucut agar ikan tidak dapat meloloskan diri ke arah vertikal
dan ikan tertangkap (Ayodhyoa,1981). Alat tangkap ini banyak digunakan di
perairan pantai dan pengoperasiannya menggunakan kapal.
Stabilitas kapal adalah salah satu aspek teknis yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan suatu kapal demi menunjang
operasional kapal dalam proses penangkapan (Fyson,1985). Selain itu
karakteristik daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang tidak menentu,
haruslah dikaji secara khusus. Penyimpangan persyaratan teknis dalam desain dan
pembuatan kapal akan menimbulkan dampak negatif bagi keselamatan kapal dan
nelayan dalam operasi penangkapan di laut.
Laporan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tahun 2007 –
2011 mencatat 59 % kecelakaan dilaut terjadi karena faktor teknis dan 41 %
karena faktor manusia (human error) (KNKT, 2011).
2
Kapal ikan pukat cincin yang dioperasikan nelayan tradisional terbuat dari
material kayu, fibreglass atau kayu dilapisi dengan fibreglass. Kapal penangkap
ikan pukat cincin yang beroperasi di perairan sekitar Pulau Ambon yang
berpangkalan di pelabuhan pendaratan ikan Eri/Latuhalat, Laha, Hitu dan Waai,
umumnya pembuatan kapal, tidak dibuat melalui proses rancang bangun desain
teknis perkapalan, hanya dilakukan melalui tradisi secara turun temurun. Hal ini
sangat berdampak pada pengoperasian kapal tersebut, demikian kondisi laut di
sekitar daerah penangkapan sangat mempengaruhi kinerja operasional kapal.
Dari aspek operasional yang selama ini menjadi masalah bagi nelayan
dilaut adalah proses manouver kapal, dalam membentuk lingkaran untuk
mengurung dan membatasi pergerakan ikan untuk ditangkap (setting) dan proses
penarikkan alat tangkap dan hasil tangkapan ( purssing & hauling ). Penempatan
hasil tangkapan dan peralatan tangkap di atas geladak kapal, dan ketinggian tiang
penarik jaring (hauling post) sangat berpengaruh terhadap stabilitas kapal.
Kondisi yang dialami nelayan di laut yakni sering terjadi kapal mengalami
kondisi stabilitas kritis yaitu kapal mengalami sudut kemiringan melintang
(oleng) yang besar, akibat pengaruh beban tarik alat tangkap dan hasil tangkapan
ikan, serta manouver dengan kecepatan dalam waktu yang singkat dalam lintasan
untuk membentuk lingkaran. Sebagai contoh kasus dimana ketika sudut
kemiringan kapal (oleng) yang makin besar maka operasi penangkapan
dihentikan.
Dari aspek desain kapal, terlihat bahwa ukuran (dimensi) kapal sangat
mempengaruhi karakteristik teknis. Jika ukuran lebar kapal kecil maka kapal
akan mengalami sudut keolengan yang besar ( Poehls, 1979). Dari hasil
pengamatan awal menunjukan adanya keragaman dimensi dari kapal dengan alat
tangkap pukat cincin yang digunakan. Selain itu berbagai masukan dari operator
kapal terkait dengan aspek stabilitas kapal. Sebab itu perlu adanya suatu kajian
tentang karakteristik stabilitas teknis kapal pukat cincin dalam operasi
penangkapan, sehingga dapat menjamin stabilitas dan keselamatan kapal dan
nelayan serta meningkatkan kontinuitas operasional penangkapan kapal pukat
cincin di perairan Pulau Ambon.
3
1.2. Perumusan Masalah
Kapal pukat cincin yang beroperasi di perairan Pulau Ambon diduga
mempunyai karakteristik desain ukuran dan bentuk lambung yang berbeda.
Rancang bangun kapal secara tradisionil dengan teknologi meniru dari yang
terdahulu secara turun temurun sangat mempengaruhi eksploitasi dan laik laut
kapal. Pembuatan kapal dengan desain ukuran konstruksi dan bentuk lambung
yang berbeda ini sangat berpengaruh pada stabilitas, kecepatan, ukuran utama dan
kekuatan kapal. Stabilitas kapal merupakan kemampuan kapal untuk kembali pada
posisi tegak setelah mengalami kemiringan karena pengaruh momen dari luar.
Momen dari luar akibat pengaruh tarikan beban alat tangkap dan hasil tangkapan
(hauling & purssing) serta manover kapal dalam membentuk lingkaran untuk
mengurung ikan (setting) merupakan kondisi kritis yang dapat membahayakan
kapal dan nelayan dalam proses penangkapan kapal pukat cincin di perairan Pulau
Ambon.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan, maka
permasalahan dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaiman karakteristik stabilitas statis kapal pukat cincin yang beroperasi di
perairan pulau Ambon?
2. Bagaimana karakteristik stabilitas panangkapan kapal pada saat setting
3. Bagaimana karakteristik stabilitas penangkapan kapal pada saat saat hauling
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahuii karakteristik stabilitas statis kapal pukat cincin
2. Mengetahui karakteristik stabilitas penangkapan dalam proses setting kapal
pukat cincin di perairan Pulau Ambon.
3. Mengetahui karakteristik satabilitas penangkapan dalam proses hauling kapal
pukat cincin di perairan pulau Ambon
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Menjadi bahan pertimbangan kepada Pemda Tingkat I Maluku dan pihak
terkait dalam menentukan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut
dengan menggunakan kapal pukat cincin.
2. Menjadi bahan informasi bagi nelayan dan pengusaha yang bergerak di
bidang perikanan tangkap untuk memahami pengaruh stabilitas kapal pada saat
setting dan hauling dalam proses penangkapan.
3. Menjadi bahan pertimbangan kepada BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dan
DKP ( Dinas Kelautan dan Perikanan ) untuk menjamin keselamatan kapal
dan nelayan dilaut dengan menerapkan krtiteria teknis desain perkapalan serta
meningkatkan pengawasan terhadap proses rancang bangun kapal pukat cincin.
4. Menjadi sumber informasi ilmiah bagi penelitian lanjutan dalam
pengembangan kapal perikanan tangkap pukat cincin.
5
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kapal Pukat Cincin
Pukat Cincin adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis
yang membentuk gerombolan (Ayodhyoa, 1985). Kapal ikan dengan type pukat
cincin mempunyai prinsip penangkapan ikan dengan cara melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring, kemudian jaring bagian bawah dikerucutkan
dengan menarik talinya untuk memperkecil ruang lingkup gerak ikan sehingga
ikan tidak dapat melarikan dirinya, tertangkap dan terkumpul di bagian
kantongnya.
Kapal pukat cincin mempunyai kemampuan untuk beroperasi di daerah
perairan pantai dengan berbagai kondisi cuaca dan iklim, sehingga kapal pukat
cincin termasuk dalam kapal perikanan pantai.. Kapal pukat cincin memerlukan
adanya tempat penyimpanan jarring dan perlengkapan tangkap, ruang akomodasi,
palka ikan, sehingga operasi penangkapan berjalan dengan cepat dan efisien.
Gambar 2.1 Pengoperasian kapal ikan pukat cincin
Kapal ikan dengan type pukat cincin merupakan salah satu faktor penting
di antara komponen unit penangkapan lainnya, yang umumnya menyerap modal
terbesar yang diinvestasikan pada usaha penangkapan ikan. Sehingga dalam
perencanaan, satabilitas, konstruksi, kecepatan kapal dan pemilihan material kapal
yang baik, merupakan langkah penting dalam mengawali usaha di bidang
perikanan khususnya penangkapan ikan ( Nomura dan Yamazaki, 1977).
Dalam mendesain dan membangun kapal ikan, kelaiklautan dan kenyamanan
nelayan merupakan hal utama yang harus diperhatikan yaitu dengan
meningkatkan kemampuan stabilitas kapalnya. Di Indonesia sebagai standar
6
19
peraturan desain, pembuatan dan pengawasan kapal ditentukan oleh Biro
Klasifikasi kapal Indonesia. BKI adalah badan teknik yang melakukan kegiatan
dalam bidang pengawasan terhadap kapal-kapal baik yang sedang dibangun
maupun kapal-kapal yang sedang atau masih beroperasi (Sukarsono, 1991 ).
2.2 Ukuran Utama Kapal
Panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan tinggi geladak (D) merupakan
ukuran utama dalam penentuan kemampuan suatu kapal. Ukuran kapal
menurut Soejana (1983)
1) Panjang Kapal
• Panjang seluruh (LOA) adalah jarak horizontal, diukur dari titik
terdepan linggi haluan sampai dengan titik terbelakang dari buritan.
• Panjang garis air ( Lwl ) adalah panjang garis air yang diukur antara
titik perpotongan Lwl bagian haluan dan bagian buritan kapal.
Gambar 2.2 Panjang Kapal
• Jarak panjang garis tegak ( LBP ) adalah panjang kapal antara garis
tegak haluan (FP) dengan garis tegak buritan (AP
2) Lebar kapal
• Lebar ( B ) adalah jarak horizontal pada lebar kapal terbesar diukur
pada bagian tengah kapal, dihitung dari salah satu sisi terluar yang satu
ke sisi lainya yang berhadapan.
.
Gambar 2.3 Lebar Kapal (Breadth)
7
21
3) Tinggi Geladak / Dalam Kapal
• Dalam depth (D) adalah jarak vertikal yang diukur dari tinggi geladak
terendah kapal sampai lunas kapal.
• Sarat kapal atau d (draft) adalah jarak vertikal yang diukur dari garis
air (water line) tertinggi sampai lunas kapal.
Gambar 2.4 Tinggi Geladak Dan Sarat Kapal
2.3. Alat Tangkap Pukat Cincin
Pukat cincin adalah alat tangkap ikan yang didesain untuk mampu
menangkap ikan dalam jumlah besar yang membentuk kelompok/gerombolan.
Untuk itu pukat cincin harus dapat:
1) Melingkari secara horisontal, sehingga panjang jaring dan kecepatan
melingkarnya harus dipertimbangkan secara baik.
2) Memagari secara vertikal dari permukaan laut hingga kedalaman tertentu,
dimana ikan sulit keluar dari lingkaran jaring, sehingga lebar jaring dan
kecepatan tenggelam tali pemberat harus cukup.
3) Mengurung dengan menutupi bagian bawah jaring melalui penarikan tali
kolor. Untuk itu bagian bawah jaring harus berada lebih dalam dari pada
kedalaman menyelam ikan.
Alat tangkap pukat cincin (purse seine) terdiri dari :
Pelampung, tali pelampung, tali ris atas, tali penggantung badan jaring
atas, papeta atas, mata jaring, papeta bawah, tali penggantung, tali ris
bawah, tali pemberat, pemberat, jaring, cincin, tali kolor,dan lainnya
8
2.4. Pengoperasian Pukat Cincin
Pengoperasian pukat cincin atau jaring lingkar dapat dilakukan dengan 2
metode pengoperasian yaitu mengejar gerombolan ikan dan mengumpulkan ikan.
( Pusat pengembangan tenaga kependidikkan pertanian.2010).
a) Metode operasi penangkapan dengan mengejar gerombolan ikan
umumnya dilakukan pada pagi atau sore hari.
b) Operasi penangkapan dengan metode mengumpulkan ikan, membutuhkan
alat bantu penangkapan untuk menarik perhatian ikan, sehingga ikan
berkumpul di sekitar tempat tersebut. Jenis alat bantu yang digunakan
pada kapal kapal pukat cincin di perairan Pulau Ambon adalah rumpon
yang dilengkapai dengan penerangan dari lampu listrik atau lampu
petromaks. Umumnya pengoperasian alat tangkap dengan metode ini
dilakukan pada dini hari sebelum matahari terbit atau sore hari .
2.4.1 Prosedur Setting.
Terdapat dua jenis metode operasi penangkapan dengan jaring lingkar,
umumnya keduanya memiliki prosedur penurunan (setting) alat tangkap yang
hampir sama, perbedaannya hanya pada beberapa kegiatan sebelum penurunan
alat tangkap. Pada metode pengumpulan ikan dilakukan dengan menggunakan
rumpon dan cahaya lampu sedangkan pada metode pengejaran gerombolan ikan
tidak menggunakan ke dua alat bantu tersebut.
Berikut proses penurunan jaring lingkar yang dilakukan dengan pelingkaran
gerombolan ikan berdasarkan metode mengumpulkan ikan pada saat penelitian.
Metode mengumpulkan ikan
1. Kapal menuju daerah penangkapan, yang diperkirakan banyak terdapat
ikan, dan dilakukan pemeriksaan terhadap rumpon-rumpon yang telah
ditaruh secara permanen.
2. Setelah mendapat lokasi penangkapan (fishing ground) disekitar rumpon
kapal kemudian diikat pada rakit rumpon.
9
3. Kapal segera berlabuh dan lampu lampu-lampu pada rakit rumpon
sebelumnya sudah dinyalakan untuk menarik ikan-ikan berkumpul
disekitar rumpon sampai dini hari.
4. Sebelum pagi matahari terbit, proses persiapan setting mulai dilakukan.
5. Lampu pompa minyak tanah mulai ditutupi dengan kap lampu.
7. Rumpon besar ditarik dan diganti rumpon kecil dan disisakan kurang
lebih 15 – 20 meter untuk kemudian ditenggelamkan kembali.
8. Rakit dijaga oleh 2 – 3 orang juru arus, dengan tali rumpon kecil diikatkan
pada rakit.
9. Tali jangkar rakit disambung dan diikatkan pada pelampung dari rakit
rumpon. Lampu besar yang cahayanya menyebar untuk menarik ikan dari
luar dipadamkan .
10. Mesin utama kapal dihidupkan. Kapal dilepaskan dari rakit dan bergerak
melingkar rakit rumpon dalam proses setting jaring.
11. Semua awak kapal yang bertugas pada penurunan jaring lingkar bersiap
pada posisinya masing-masing.
12. Kapal segera bergerak melingkar
Gambar 2.5 Posisi nelayan pada saat operasi setting alat tangkap
Keterangan: 1. Juru arus
3. Nakhoda
2. Juru tanda
4. Petugas pengontrol tali Rumpon.
5. ABK dalam posisi melepaskan alat tangkap
5.Arealsettingnelayan
4ArealSetingJaring
1
Anjungan
3
2
10
13. Pelampung pada ujung jaring mulai dilepaskan ke laut berdekatan dengan
pelampung dari rakit, kapal perlahan bergerak menjauhi rakit rumpon
dengan mengambil posisi melingkar mulai dari titik awal pelampung
jaring dan bergerak melingkar berlawanan arah arus sampai menemukan
ujung jaring yang ada pelampungnya.
14. Kecepatan kapal maksimal tergantung dari kemampuan mesin.
15. Jaring dan perlengkapannya mulai diturunkan ke laut saat kapal jalan.
16. Dengan panduan lampu rakit nakhoda memperkirakan sudut haluan kapal.
17. Beberapa meter sebelum titik akhir, kecepatan kapal di kurangi dan stop
ketika kapal mencapai pelampung pada ujung jarring.
2.4.2. Prosedur Hauling
Proses menarik jarring (hauling) dibahas sebagai berikut :
1. Petugas 4 yang telah memegang pelampung awal, segera melepas tali ris
atas dan tali kerut depan. Tali kerut depan dan belakang dilewatkan dan
diserahkan ke nelayan yang lain
2. Kedua petugas katrol menerima tali kerut dan memasukan ke katrol
nelayan mulai melakukan penarikan tali kerut secara bersama-sama untuk
menutup arah renang vertikal ikan. Penarikan tali kerut depan dan belakang
dilakukan dengan gerakan yang cepat.
Posisi para petugas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.6 Posisi Alat bantu Tarik Jaring
3. Ketika cincin-cincin hampir mencapai permukaan, petugas 4 memberikan
tanda agar penarikan dihentikan.
4. Tali kerut dikaitkan agar tidak kembali tenggelam.
ArealhaulingkatrolRumgel
Arealhaulingnelayan
4
11
32
5. Pengangkatan cincin-cincin ke atas kapal dilakukan oleh beberapa awak
kapal secara bersama-sama.
6. Setelah cincin diangkat maka bagian bawah jaring telah tertutup dan
berbentuk kerucut.
7. Pada metode mengumpulkan gerombolan ikan, rakit pompa minyak tanah,
rumpon dan para juru arus segera naik ke kapal.
8. Penarikan badan jaring dimulai dari tali ris atas, dan pelampung secara
bersamaan dengan perlahan-lahan oleh seluruh awak kapal.
Penarikkan badan jaring ditarik hingga hanya tersisa ruang yang cukup pada
bagian kantong jaring untuk menampung ikan hasil tangkapan.
9. Ikan hasil tangkapan mulai dinaikan kekapal dengan menggunakan serokan
10. Setelah semua ikan dan jaring diangkat kemudian disusun pada bagian
tengah ke arah belakang buritan kapal dan siap untuk digunakan kembali.
2.5 Stabilitas Kapal Pukat Cincin
2.5.1. Stabilitas Statis
Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula
(tegak) setelah menjadi miring akibat bekerjanya gaya dari dalam atau pun dari
luar, yang terjadi pada kapal (Hind, 1982). Stabilitas kapal terbagi dalam
stabilitas statis dan stabilitas dinamis. Stabilitas statis (initial stability) adalah
stabilitas kapal yang diukur pada kondisi air tenang dengan beberapa sudut
keolengan pada nilai ton displacement yang berbeda. Stabilitas Dinamis adalah
stabilitas kapal yang diukur dengan jalan memberikan suatu usaha pada kapal
sehingga memberikan sudut keolengan tertentu. Stabilitas kapal merupakan
salah satu syarat utama yang menjamin keselamatan kapal dan kenyamanan
kerja di atas kapal. Stabilitas sebuah kapal dipengaruhi oleh letak ketiga titik
konsentrasi gaya yang bekerja pada kapal tersebut.
Ketiga titik stabilitas kapal tersebut adalah titik B (center of buonyancy), titik
G (center of gravity), dan titik M (metacenter).
12
1). Titik-titik berat (G)
Titik berat (center of gravity) disingkat dengan titik G, merupakan titik
pusat dari gaya-gaya berat yang menekan tegak lurus ke bawah. Letak titik berat
kapal (G) selalu berada pada tempatnya, yaitu pada sebuah bidang datar
yang dibentuk oleh lunas (keel) dan haluan kapal, dimana letak kapal
simetris terhadap bidang ini. Bidang di atas, disebut juga bidang simetris
(center line) disingkat CL. Letak titik berat kapal (G) akan berubah bila mana
dalam kapal tersebut terjadi penambahan,pengurangan,dan pergeseran muatan.
Dalam stabilitas awal apabila titik G keluar dari bidang simetris, tetapi tetap
tidak mempengaruhi kapal.
2) Titik apung (B)
Titik apung (center of bouyancy) atau disingkat dengan titik B,
merupakan titik tangkap dari semua gaya yang menekan tegak lurus ke atas,
dimana gaya - gaya tersebut berasal dari tekanan air. Keadaan titik B tergantung
dari bentuk bagian kapal dibawah garis air (WL), dan tidak tetap selama
adanya perubahan tinggi sarat kapal.
3) Titik Metasenter (M)
Titik metasenter adalah titik yang terjadi dari perpotongan gaya yang
melalui titik B pada waktu kapal tegak dan pada waktu kapal miring atau sebuah
titik batas dimana titik G tidak melewatinya, supaya kapal selalu mendapat
stabilitas yang positif.( gambar 2.7 )
Gambar 2.7 Titik Gaya-gaya yang bekerja pada kapal
Keterangan :
M = Titik metasenter kapal
G. = Titik berat B = Titik pusat gaya apung kapal K = Luna
13
Pada saat kapal bergerak dengan posisi tegak maka titik tekan kapal (B) dan titik
berat kapal (G) berada pada satu garis vertikal. Pada Saat kapal mendapat gaya
luar maka titik tekan akan berpindah dari titik B ke B’ mengakibatkan gaya berat
dan gaya apung membentuk kopel sebesar sudut θ. Kopel ini menghasilkan
momen oleng (Heeling Moment) dan momen bendung (Righting Moment).
Heeling moment adalah momen yang bekerja untuk memiringkan kapal,
sedangkan Righting momen adalah momen yang bekerja untuk mengembalikan
kapal ke posisi atau kedudukan semula. Bentuk lambung di bawah air mengikuti
pergerakan kemiringan kapal dan menentukan posisi perpindahan center of
buoyancy B. Posisi B dan G berkaitan satu sama lainnya, dan menentukan tingkat
stabilitas kapal. Kapal dapat dikatakan stabil pada kondisi titik G dibawah titik M
atau GM positif. Berdasarkan kriteria stabilitas, jika titik berat G berada di bawah
titik metasenter M, maka GM > 0, Itu berarti KM – KG > 0.
Dalam kondisi ini, kapal berada dalam keadaan stabilitas yang baik ( stabilitas
positif ). ( Gambar 2.8 )
Gambar 2.8 Titik G di bawah titik M ( Stabilitas Baik )
Jika titik berat G di atas titik metasenter M, maka GM < 0. Itu berarti KM– KG
<0. Dalam kondisi ini, kapal dalam keadaan stabilitas yang kurang baik (stabilitas
negatif ). (Gambar 2.9)
Gambar 2.9. Titik G di atas titik M ( Stabilitas labil )
14
Jika titik berat G berimpit dengan titik metasenter, maka GM = 0. Itu berarti KM -
KG = 0. Dalam kondisi ini, kapal berada dalam keadaan stabilitas yang kurang
baik /stabilitas netral . (Gambar 2.10 ).
Gambar 2.10. Titik G berhimpit dengan titik M ( Stabilitas netral )
Apabila kita membicarakan stabilitas kapal maka kita akan berhubungan
dengan besar kecilnya nilai stabilitas yakni momen penegak (Righting Moment)
dan besarnya nilai dari lengan penegaknya (GZ). Untuk mengetahui bagaimana
kapal oleng dan apakah dapat kembali ke posisi semula, yaitu dengan jalan
mengetahui letak tinggi metasenter kapal (GM). Apabila kapal miring pada sudut
yang kecil titik B bergerak sepanjang busur M yang merupakan titik pusatnya.
Jarak dari B ke M disebut radius metasenter (disingkat BM), sedangkan jarak dari
lunas kapal ke titik apung (B) dinamakan KB dan jarak antara titik berat di atas
lunas disebut KG. Selisih antara nilai KG, KB dan BM menghasilkan tinggi
metasenter (GM) yang merupakan ukuran stabilitas statis kapal atau keadaan
stabiltas kapal selama pelayaran.
2.5.2 Stabilitas Dinamis
Stabilitas dinamis adalah stabilitas yang diukur pada kondisi kapal sedang
bergerak akibat pengaruh gaya gaya luar. Gaya luar yang mempengaruhi stabiliats
dinamis kapal perikanan/pukat cincin yaitu angin, arus, gelombang, dan beban
tarikkan alat tangkap dan hasil tangkapan. Stabilitas dinamis yang dialami oleh
kapal pukat cicin selain karena kondisi alam pada fishing ground terutama terjadi
karena proses penangkapan yaitu pada saat setting dan hauling.
15
1. Stabilitas Manover Kapal Pada Saat Setting
Kapal dalam melakukan manover atau gerakan melingkar, sambil
melepaskan jaring untuk mengurung dan membatasi pergerakan ikan pada saat
setting, terdapat gaya gaya aerodinamika dan hidrodinamika yang bekerja pada
lambung kapal. Dalam mempelajari proses manover dari kapal maka gaya
aerodinamika yang bekerja pada lambung kapal dapat diabaikan. Kondisi ini
digambarkan pada gambar 2.11
Gambar 2.11 Gaya-gaya yang bekerja dalam proses setting pada saat manover
Ketika kapal melakukan putaran misalnya berbelok ke kanan, maka gaya
yang bekerja pada kemudi cenderung mendorong badan kapal ke arah kiri dari
lintasannya semula. Maka gaya yang bekerja pada kemudi, mengakibatkan
haluan kapal berubah dan gaya yang terbentuk pada haluan kapal bekerja
berlawanan arah dengan gaya yang bekerja pada kemudi, sehingga kapal mulai
berbelok ( Rawson and Tupper, 2001 )
Gambar 2.12 Gaya-gaya yang bekerja untuk menstabilkan kemiringan kapal pada saat manover dalam proses setting
16
Derret (2006) menyatakan bahwa pada kondisi dimana kapal belok dalam
lintasan yang melingkar, gaya sentripetal dihasilkan oleh arus pada sisi kapal
menjauhi titik pusat belok. Titik ini berpusat pada titik apung (B). Untuk
terciptanya keseimbangan maka ada gaya lain yang bekerja pada kapal yaitu gaya
sentrifugal dimana gaya ini bekerja pada titik berat (G).
Pada gambar 2.12 terlihat bahwa gaya tersebut menghasilkan lengan yang
cenderung menyebabkan kapal miring menjauhi titik pusat belok (centre of turn ).
Lengan kemiringan = ! ! !!! x B!Z ……………1
Keseimbangan dihasilkan oleh lengan dari kedua gaya yang sebanding dengan
∆ x GZ, dimana : ∆ = deplasement berat dari kapal, ∆ = M x g
M x g x GZ = ! ! !!! x B!Z ……………………2
GZ = !!
! . ! x !!Z …………………… 3
Dari persamaan sudut yang kecil ( kurang dari 15° ) diketahui :
GZ = GM . sin θ ………………….….4
B1Z = BG . cos θ
Sehingga didapat : GZ = GM . sin θ= !!
! . ! BG . cos θ ……………...5
2. Stabilitas Kapal Pada Saat Hauling
Penangkapan ikan pelagis dengan pukat cincin memerlukan ketrampilan
khusus, untuk mengoperasikan kapal dengan perlengkapan tangkapnya. Hal yang
sering terjadi adalah kehilangan stabilitas apabila ada kombinasi arah angin,
gelombang dan hasil tangkapan ikan. Kapal pukat cincin umumnya mempunyai 2
konsentrasi titik tangkap yaitu pada Titik P1 dan P2 untuk melakukan hauling dan
purssing ( Gambar 2.13 )
17
Gambar 2.13 Gaya gaya yang bekerja pada alat tangkap pukat cincin
Pukat cincin yang beroperasi di perairan Pulau Ambon umumnya mempunyai dua
titik tangkap gaya dalam menarik beban alat tangkap dan hasil tangkapan yaitu
tiang penarik jaring ( hauling post ) yang dipasang pada bagian tengah kapal
dengan tali kolor yang dipasang pada katrol, kemudian ditarik oleh nelayan untuk
mengkerutkan jaring, akan menghasilkan beban pada katrol diatas tiang gawang
dan nelayan yang menarik tali ris atas, pelampung, isi jaring dan hasil tangkapan
ikan akan menghasilkan beban yang ditarik nelayan pada sisi kanan lambung
kapal.
Stabilitas kapal pada saat hauling dinyatakan dalam skenario sederhana
tentang kemiringan kapal akibat pengaruh tarikan beban alat tangkap dan hasil
tangkapan yang bekerja pada titik P1 dan titik P2 serta berat nelayan yang
bertumpu pada sisi kapal dalam menarik jaring diperlihatkan pada gambar 2.13.
Persamaan 7 sampai 10 merupakan prosedur untuk menghitung sudut kemiringan
kapal akibat nelayan bertumpu pada sisi kapal dalam menarikkan alat tangkap
jaring dan hasil tangkapan ikan menurut metode Macchi ( Mantari, 2010 ).
Untuk mendapatkan sudut stabilitas statis dari kapal pukat cincin yang
merupakan kisaran dari stabilitas awal dimana θ adalah sudut kemiringan kapal
akibat gaya tarik alat tangkap dan hasil tangkapan dan titik M adalah tinggi
metesenter diketahui dengan cara menghitung stabilitas antara momen kemiringan
kapal dan stabilitas statis dengan persaman berikut:
F cos α . l . cos ( ϕ − θ ) = (Δ + F cos α ) GZ ……………6
18
Setelah dilakukan penyederhanaan maka diperoleh rumus sebagai berikut :
�! = !"# !" (!!! !"#! ) !! !"#!. ! ! !"#!.! ……….…….…..…..7
Dimana:
F = Beban tarik
P1 = Titik Hauling
P2 = Titik Purssing
α = Sudut kemiringan P2
β = Sudut kemiringan P1
Sudut dinamis dari kemiringan kapal berdasarkan stabilitas dari kerja momen
kemiringan dan stabilitas dinamis ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut:
Kemudian rumus diatas disederhanakan sebagai berikut :
….8
Selanjutnya dengan menggambungkan persamaan 8 dan 9 maka diperoleh
persamaan 10 yang menyatakan kondisi kritis operasional penangkapan.
….…... 9
19
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Ambon pada kapal-kapal pukat cincin yang
berpangkalan di PPI Eri, Laha, Hitu dan Waai (gambar 3.1), dan dilaksanakan
selama 3 bulan yaitu Mei sampai Agustus 2017.
Gambar 3.1. Lokasi penelitian.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam melaksanakan penelitian ini dibutuhkan sejumlah alat dan bahan
penelitian. Alat dan bahan yang digunakan selama melakukan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Meter rol 25 meter yang digunakan untuk mengukur kapal dan alat tangkap.
2. Timbangan kapasitas 1000 kg.
3. Tali PE 2 mm sebagai alat bantu pengukuran (25 m).
4. Kamera digital untuk mendokumentasi selama pengamatan.
5. Stop watch Yasaka, Y- 009 untuk mengukur waktu setting & hauling
6. Clinometer On Protactor untuk mengukur kemiringan kapal.
7. GPS untuk menentukan posisi kapal saat beroperasi.
8. Peralatan gambar.
9. Kertas gambar. 10 Alat tulis menulis.
127.95° 128.05° 128.15° 128.25° 128.35°
-3.8°
-3.7°
-3.6°
-3.5°
P. S E R A M
Laut Banda
Laut Seram
P. BURU
P. Ambon
Lokasi
P.Nusa Laut
P.SaparuaP.Haruku
Selat Manipa
U
P.Boa
no
Tlk. Piru
PETA LOKASI PENELITIANSkala 1 : 50.000
Jarak:
0 5 25 Km10
LEGENDA:
U
Jalan RayaPelabuhan Kapal Pureseine
P. A M B O N
L e i h i t u
L e i t i m
u r
HituWaai
Laha
Eri
S e la t
S e r a m
Sela
t Har
uku
Tlk. Baguala
Teluk A
mbon
Laut Banda
P. S E R A M
Tg. Sial
P. H
aruk
u
AMBON
Passo
Tulehu
Hutumuri
Allang
Suli
20
3.3. Metode Pegumpulan Data
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan survei terhadap kapal pukat cincin yang
berpangkalan di PPI Eri, Laha, Hitu dan Waai. Data primer dikumpulkan melalui
wawancara dan pengukuran terhadap karakteristik teknis desain kapal dan alat
penangkapan. Pengukuran terhadap karakteristik teknis desain kapal meliputi:
LOA, LBP, LWL, B, D dan tinggi tiang penarik jaring. Data alat penangkapan
yang diukur adalah panjang dan tinggi jaring, dan jumlah anak buah kapal (ABK)
setiap operasi penangkapan. Selain itu dilakukan pengukuran terhadap berat
komponen jaring di Workshop Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Unpatti.
Pengukuran untuk membuat rencana garis, stabilitas dinamis, berat jaring,
dan stabilitas statis dilakukan terhadap kapal dengan nomor sampel 21
mempunyai ukuran tonase 16 GT, berpangkalan pada pelabuhan pendaratan ikan
di desa Eri Latuhalat dengan melakukan operasi penangkapan ikan di periaran
Pulau Ambon. Untuk melengkapi data primer diperlukan juga data sekunder yang
diperoleh dari berbagai informasi ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pengukuran kapal untuk mendapatkan ukuran utama dan bentuk lambung kapal
dibuat dalam tabel ordinat dengan program Exel Microsoft Office 2007 untuk
membuat gambar rencana garis kapal ( lines plan ), selanjutnya digambar dengan
program Auto Cad Versi Classic 2007. Pengukuran kemiringan kapal
menggunakan Clinometer On Protactor digital yang dipasang dirumah geladak
pada bagian tengah kapal ( midship ) pada saat posisi kapal dalam kondisi
berlabuh, menuju fishing ground, dalam proses setting dan hauling dan kembali
dari fishing ground. Untuk mengetahui posisi kapal penelitian didaerah fishing
ground dalam proses penangkapan pada saat setting, pursing dan hauling
ditentukan melalui GPS ( Global Positioning System ).
21
3.4 Diagram alir penelitian
Gambar3.2DiagramAlirPenelitian
PENGUKURANKAPALPENGUKURANSTABILITASOPERASIPENANGKAPAN
DATA(INPUT)
START
IDENTIFIKASI MASALAH
STABILITASKAPALMEMPENGARUHIPROSESPENANGKAPANKAPALPUKATCINCIN
Ukuran utama kapal, tonasse kapal, tiang hauling,, alat tangkap
PENGOLAHANDATA
KAPALPUKaTCINCINDOMINAN16GTDIPULAUAMBON
P
STABILITASKAPALPUKATCINCIN
1.STABSTATIS2.STABDINAMIS
3.STABSETTING&HAULING
2.STABILITASDINAMIS
3.SabilitasawalKRITERIASTABILITASKAPAL
PUKATCINCIN
ANALISA KARAKTERISTIKSTABILITASSTATISDANSTABILITASDINAMIS
STOP
KESIMPULAN DAN SARAN
22
3.5 Analisis Data
3.5.1 Karakteristik Ukuran kapal Dan Alat Tangkap
a, Ukuran tonase kapal digunakan sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 10 pasal 16 ayat 3a.
Gross Tonage (GT) = !.!.!.!"!.!" (Ton ) .............................…….…(10)
b. Kecepatan kapal dihitung dengan persamaan menurut Nomura (1977). V = 1.811 √L ( Knot) ...............................……………….….... . ……(11)
c. Ukuran alat tangkap , panjang dan dalam jarring dihitung melalui FAO
dalam Fridman, 1985.
Panjang jarring = 15 x panjang kapal seluruh (LOA ) ….…………..(12)
Dalam / Lebar jarring = 10 % x panjng jarring …………..…………..(13)
3.5.2 . Stabilitas Statis Kapal
a. Radius Metasenter
Analisis radius metasenter melintang didahului dengan membuat gambar
korpus Chebycheef (i) yang dibuat berdasarkan gambar rencana garis kapal.
Korpus Chebycheef adalah gambar dari beberapa gading yang diambil dari
proyeksi kapal. Dengan jarak masing masing gading terhadap midship dengan
menggunakan koefisien Chebycheef pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Koefisien perhitungan kurva Chebycheef. Jumlah Ordinat Koefisien Tchebycheff (i) terhadap sumbu absis
2 ± 0,5773 3 0; ± 0,7071 4 ± 0,1876 ± 0,7947 5 0; ± 0,3745; ± 0,8325 6 ± 0,2666 ± 0,4225; ± 0,8662 7 0; ± 0,3239 ± 0,5297 ± 0,8839 8 ± 0,1026 ± 0,4062 ± 0,5938 ± 0,8974 9 0; ± 0,1679 ± 0,5288 ± 0,6010 ± 0,9116
10 ± 0,0838 ± 0,3127 ± 0,5000 ± 0,6873 0,9162 12 ± 0,0662 ± 0,2887 ± 0,3667 ± 0,6333 ± 0,7113 ± 0,9331
Berdasarkan gambar Korpus chebycheef dibuat perubahan titik berat bidang
garis air (Yf), dan menghitung radius metasenter melintang (BM) pada masing
masing sudut kemiringan: Yf, ε , Ix,Iyf, Ixo, dan r.
23
b. Lengan GZ dan luas dibawah S - GZ
Diagram stabilitas dibuat untuk menggambarkan lengan stabilitas statis
dan dinamis yang merupakan fungsi dari sudut kemiringan. Analisa lengan
stabilitas statis (GZ) dan lengan stabilitas dinamis (d) diketahui dengan
melakukan perhitungan menurut Semyonov (1980).
Luas di bawah kurva lengan stabilitas statis (S-GZ) adalah untuk
memenuhi kriteria pengecekkan kemampuan stabilitas kapal menurut IMO 2008.
Perhitungannya dilakukan pada luasan dibawah kurva GZ untuk sudut kemiringan
0 - 30° ; 0 - 40° dan 30 - 40° dihitung dengan menggunakan perhitungan luas
bidang menurut metode Simpson Multiplier (Fyson,1985)
c. Lengan stabilitas statis
GZ = lc – ( a . sin θ ) …………………………… (14)
Dimana : lc = Yθ . cos θ + ( Zθ - Zc )
a = ( Zg – Zc )
Y! = !"! (!" . cos!)
Z! − !" = !"! (!" . sin!), !" = 0.1745 rad
d. Lengan stabilitas dinamis
d = !"! GZ ……………………………….. ( 15 )
Dimana : GZ = lengan stabilitas statis
!" = 0.1745 rad
e. Luas dibawah lengan stabilitas statis
S - GZ = 1/3 x h x ! ... ……………………( 16 )
Dimana :
S- GZ = luas dibawah kurva GZ ( !! )
h = interval kemiringan sudut ( derajad )
! ∗ !" = total luas ( !!)
24
f. Kriteria Stabilitas IMO 2008
Stabilitas statis dan dinamis kapal akan dianalisa kemampuan stabilitasnya
berdasarkan International Maritime Organisation (IMO) dalam IMO regulation
A.749 (18) (IMO, 2008).
Kriteria ini berlaku untuk jenis kapal ikan, barang. dan kapal konteiner :
1. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.1 : a.) Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 0º– 30º tidak
boleh kurang atau sama dengan 0.55 m.rad.
b.) Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 0º – 40º
tidak boleh kurang atau sama dengan 0.099 m.rad.
c.) Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 30º– 40º
tidak boleh kurang atau sama dengan 0.03 m.rad.
2. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.2 :
Nilai GZ yang terjadi pada sudut 30º– 180º tidak boleh kurang atau sama
dengan 0,20 m
3. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.3 :
Sudut pada nilai GZ maksimum tidak boleh kurang atau sama dengan 30º
4. Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.4 :
Nilai GM awal pada sudut 0º tidak boleh kurang atau = 0,35 m.
3.5.3 Stabilitas Dinamis
a. Pengukuran Dengan Clinometer
Clinometer On Protection adalah alat untuk mengukur sudut kemiringan
kapal yang dipasang diatas geladak utama pada tengah kapal, setiap perobahan
sudut kemiringan pada kondisi statis atau dinamis kapal pada saat berlabuh,
menuju dan kembali dari fishing ground serta saat kapal melakukan operasi
penangkapan (setting dan hauling) akan terbaca pada Clinometer On Protection.
Hasil pengukuran dianalisa berdasarkan hubungan antara waktu periode oleng
kapal, sudut kemiringan dan kecepatan kapal.
25
b. Analisa Saat Setting
Untuk menghitung Stabilitas pukat cincin pada saat manover dalam proses
setting digunakan persaman menurut Derret (2006 ).
Kapal pukat cincin pada saat proses setting untuk melemparkan alat tangkap
jaring semua nelayan, kecuali nakoda kapal berada pada sisi kapal, kemudian
kapal mulai bergerak melingkar dengan kecepatan yang optimal. Posisi kapal
dengan tumpuan beban pada samping kapal ditambah kecepatan kapal
maksimum pada saat bergerak melingkar akan menambah besar sudut kemiringan
kapal, merupakan kondisi kritis kapal dalam operasi pengkapan nelayan di laut
( House.D.J, 2005)
Untuk itu akan dianalisa bagaimana satabilitas kapal akibat pengaruh
kecepatan pada saat melingkar tersebut yang akan dihitung sesuai parameter –
parameter karakteristik stabilitas tinggi metasenter dan tinggi lengan balik berikut:
• Tinggi Metasenter GM = ! . !"!.!.!"#! ( meter)……(17)
• Tinggi Lengan Balik GZ = !!!.! BG cos! ( meter ).…..(18)
c. Analisa Saat Hauling
Untuk menganalisa kemiringan kapal akibat pengaruh tarikkan alat
tangkap dan hasil tangkapan digunakan metode Macchi, 1989. Metode ini
dinyatakan dalam skenario tentang distribusi beban tarik pada kedua titik
konsentrasi tegangan yaitu pada tiang tarik jaring yang bertumpu pada katrol
dalam menarik tali kolor untuk mengkerucutkan jaring dan konsentrasi tegangan
tarik yang dilakukan nelayan dalam menarik tali ris atas ,pelampung dan isi jaring
serta hasil tangkapan. Kondisi kritis yang dialami dalam operasi penangkapan
adalah pada saat alat tangkap jaring dikencangkan pada dasar laut,
(Mantari,2009). Stabilitas dinamis kapal dianalisa sesuai dengan berapa besar
beban tarik yang dialami sehingga dapat mempengaruhi kemiringan kapal pada
kondisi normal dan kritis yang dihitung dengan persamaan 17 dan 18 berikut.
26
• Kondisi Normal.
�! = !"# !" (!!! !"#! ) !"!! !"#!. ! ! !"#!.! . ( derajat )……….. ( 19
)
• Kondisi Kritis.
�! = 2 !"# !" (!!! !"#! ) !"!! !"#!. ! ! !"#!.! . ( derajat )………… ( 20)
Dimana :
�! = Sudut kemiringan stabilitas statis (derajat)
�! = Sudut kemiringan stabilitas dinamis (derajat)
F = P1 = P2 (kg)
P1 = Proses hauling (kg)
P2 = Proses purssing (kg)
α = Sudut purssing (derajat )
d. Analisa Lengan GZb dan luas dibawah GZ (S diarsir)
Analisa lengan balik kapal pukat cincin pada saat menarik alat tangkap
dan hasil tangkapan (hauling) digunakan untuk mengetahui berapa besar lengan
balik kapal yang mampu mengembalikan posisi kapal pada kondisi tegak akibat
pengaruh beban tarik pada saat hauling. Karakteristik lengan balik pada saat
hauling digambarkan dalam diagram stabilitas dan dianalisa sesuai hasil
perhitungan menurut (Rawson dan Tupper, 2001)
Luas di bawah kurva lengan balik stabilitas dinamis saat hauling (S-arsir)
adalah untuk memenuhi kriteria pengecekkan kemampuan stabilitas kapal
menurut standard US.Navy. Perhitungannya dilakukan pada luasan dibawah kurva
GZ untuk sudut kemiringan 0 - 90° dan luas kurva GZb pada sudut 14 - 90°
dihitung menurut perhitungan luas bidang menurut metode Simpson Multiplier
• Lengan balik dinamis saat hauling (GZb)
27
GZb = ! .! CosΦ ………….………... ( 21)
• Luas dibawah kurva GZ dan GZb ( S-arsir )
S-arsir = 1/3 x h x ! ….……….…………… (22)
Dimana : F = Beban yang bekerja pada P1 dan P2 (kg)
l = lengan dari tengah kapal ke titik berat nelayan saat hauling (m)
∆ = deplasemen berat kapal ( kg )
Φ = Kemiringan sudut stabilitas 0° - 90°
S-arsir = luas dibawah kurva GZ ( !! )
h = interval kemiringan sudut ( derajad )
! ∗ !" = total luas ( !!)
e. Kriteria Stabilitas US.Navy
Stabilitas dinamis kapal saat hauling dianalisa kemampuan stabilitasnya
berdasarkan standard US.Navy.
Gambar 3.3 Diagram standar stabilitas US Navy
Kriteria US Navy :
Ø GZb ≤ 0.6 * GZmax
Ø θs pada titik C ≤ 15°
Ø S (diarsir ) ≥ 40 % * SGZ total
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Kapal dan Alat Tangkap
Pukat cincin di perairan Pulau Ambon mempunyai karakertistik ukuran
kapal yang beragam (Tabel 4.1). Klasifikasi menurut panjang kapal sesuai
Peraturan Kapal Ikan Standard (DJPT, 2004) yaitu panjang kapal lebih kecil dari
20 meter sebanyak 28 kapal dan panjang kapal lebih besar dari 20 meter
sebanyak 2 kapal.
Tabel.4.1. Karakteristik ukuran kapal,pukat cincin di perairan pulau Ambon.
NO
NAMA KAPAL
UKURAN UTAMA KAPAL ( m )
LOA LBP LWL B D d
2 3 4 5 6 7 8 9 1 ALFI 17 15 15 2.7 1.5 1 2 ULUPUTIH 01 17 15.6 15.6 2.25 1.25 0.75 3 FAJAR ANGADA 17 15.5 15.5 2.6 1.2 0.7 4 GARUDA 05 17 16.6 16.6 3.3 1.25 0.75 5 GARUDA 02 17 15.4 15.4 3.25 1.25 0.75 6 DEWARUCI 02 19 17.5 17.5 3.6 1.5 1 7 MANUSELA 19 17 17 3 2 1.5 8 DEWARUCI 03 19.5 18 18 3.2 2 1.5 9 WAINDUA 19.5 17.6 17.6 3.25 2.25 1.75
10 PANDO 17 16.2 16.2 3.1 1.27 0.8 11 LAHA 005 19.5 17 17 3 1.5 19.5 12 PKS 19 18.2 8.2 5 1.75 1.25 13 LAHA 07 19 17.5 17.5 3 2.5 2 14 AJAN MIMI 15 14 14 3 1.8 1.3 15 KM BERKAT 17.5 16.2 16.2 2.8 1.25 0.75 16 GPI 05 14 12.5 12.5 3 1.5 1 17 BARISTA 17 15.5 15.5 3.2 1.2 0.7 18 FAJAR 01 19 17.5 17.5 3 1.3 0.8 19 SAM SAN 01 19.5 18 18 3 1.2 0.7 20 KM 007 17.5 16 16 3 1.4 0.9 21 ADE YENNY 17.5 16 16 3 1.5 1 22 TRIUMP 17.5 16 16 3.2 1.3 0.8 23 MIO 02 17 15 15 3 1.5 1 24 RISNA 07 17 16.5 16.5 3.0 1.8 1.3 25 KM FINA 17 15.5 15.5 2.8 1.75 1.25 26 RISNA 007 17 15.8 15.8 3.2 1.5 1 27 KM FIBER 05 17 15.5 15.5 3.2 1.4 0.9 28 WILSON 17.5 16.4 16.4 3.85 1.8 1.3 29 DWIFIN 21 19.5 19.5 3.1 1.75 1.25 30 MANUWAI 02 22.5 21 21 3.85 1.6 1.1
Sumber: Data Primer,2017
29
Dari tabel 4.1 terlihat konsentrasi ukuran kapal pukat cincin di perairan
Pulau Ambon dengan panjang < 20 meter, terbesar berada pada lokasi perairan
Latuhalat, dengan jumlah 14 kapal atau 46 %, sedangkan jumlah terkecil terdapat
di Laha dengan jumlah 5 kapal atau 16,5 % .Di Hitu 9 kapal atau 30 %, Pukat
cincin dengan panjang > 20 meter terdapat di Waai dengan jumlah 2 kapal.
Dalam penelitian ini diambil kapal nomor 12 sebagai sampel dengan ukuran
tonase 16 GT, untuk melakukan pengukuran stabilitas dinamis pada saat kapal
menuju ke fishing ground, melakukan pengoperasian penangkapan dalam proses
setting, purssing & hauling dan pada saat kapal kembali dari fishing ground
• Ukuran Tonase Kapal
Tonase kapal dihitung menurut Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 10 pasal 16 ayat 3a dengan persamaan 10 dan hasil perhitungannya
adalah 16 GT
• Kecepatan Kapal
Kecepatan kapal dihitung menurut Nomura Yamazaki (1977)
dengan persamaan 11 dan hasil perhitungan adalah 8 knot.
• Karakteristik Ukuran Dan Berat Alat Tangkap
Hasil pengukuran berat alat tangkap jaring dan perlengkapan kapal No 21
yaitu dengan panajang 345 meter dan lebar 114 meter mempunyai berat 2232 kg
kondisi kering dan 3237 kg dalam kondisi basah hasilnya dilihat pada tabel 4.2 .
Tabel 4.2 Berat jaring dan perlengkapannya.Hasilperhitungan menurut FAO
panjang jarring 265 meter dan dalam/lebar jarring adalah 34,5 meter.
Tabel 4.2 Karakteristik ukuran berat alat tangkap dan perlengkapnnya.
No
NamaJaringdan
Perlengkapan
SpesifikasiJaring
BeratJaringKering
BeratJaringBasah
UkuranMataJaring
TypeBenang
UkuranBall
Berat/ball
(Kg)
JmlBerat
(Kg
Berat/ball
(Kg)
JmlBerat(Kg)
1
IsiJaring
1!!“
380D/24 3 40 120 60 180
1“ 210D/9 9 35 315 55 495
1!!“
210D/9 20 35 700 55 1100
1!!“
210D/9 16 35 560 55 880
A. BERATTOTALJARING 1695
2655
30
2 Pelampung SpesifikasiPelampung
Berat/buah(kg)
JmlBerat(Kg)
Berat/buah(kg)
JmlBerat(Kg)
Panjang Diameter JmlPelampungPelampungAbuabu 15mm 12mm 188buah 0.125kg 24 0.125kg 24PelampungPutih 13mm 9mm 600buah 0.1kg 60 0.1kg 60PelampungCoklat 15mm 9mm 640buah 0.1kg 64 0.1kg 64
B. BERATTOTALPELAMPUNG
148
148
3
Pemberat(Tima)
SpesifikasiPemberat
Berat/buah
(Kg)
JmlBerat
(Kg
Berat/buah
(Kg)
JmlBerat
(Kg) Panjang Diameter JmlPemberat
PemberatCincin 20mm 100mm 66buah 1.5 99 1.5 99PemberatElips 60mm 30mm 1000buah 0.15 150 0.15 150
C.BERATTOTALPEMBERAT
249
249
4 Tali SpesifikasiTali BeratSatuan(Kg)
JmlBerat(Kg)
BeratSatuan(Kg)
JmlBerat(Kg) Bahan Panjang Diameter
TaliRisAtas,Pelampung Nilon 3Ball 10mm 10 30 15 45TaliRisBawah,Pemberat Nilon 3Ball 10mm 10 30 15 45TaliKolor Nilon 2.5Ball 19mm 32 80 38 95
D.BERATTOTALTALI
140
185
TOTALBERATJARINGDANPERLENGKAPANNYA
2232Kg
3237Kg
Sumber:DataPrimer,2017
4.1.2 Stabilitas Statis
Stabilitas kapal yang diperhitungkan adalah stabilitas statis dan stabilitas
dinamis. Stabilitas statis (initial stability) adalah stabilitas kapal yang diukur pada
kondisi air tenang pada beberapa sudut keolengan dengan nilai ton displacement
yang berbeda. Perhitungan stabilitas statis dilakukan untuk mengetahui nilai
radius metesenter (BM), lengan stabilitas bentuk (lc), tinggi metesenter (GM),
lengan stabilitas statis (GZ) dan lengan stabilitas dinamis (d). Pengukuran
stabilitas dinamis kapal pukat cincin No 21 dengan ukuran tonase 16 GT pada
saat operasi penangkapan dilakukan untuk mengetahui berapa besar sudut
kemiringan kapal yang terjadi pada posisi kapal saat berlabuh, menuju fishing
ground, melakukan operasi penangkapan dalam proses setting, purssing, hauling
dan posisi kapal setelah kembali dari fishing ground.
31
a. Radius Metasenter Melintag
Perhitungan radius metasenter melintang (BM) dilakukan dengan membuat
gambar korpus Chebycheef. Korpus Chebycheef merupakan gambar dari beberapa
gading yang diambil dari proyeksi gambar rencana garis. Jarak tiap gading
terhadap midship ditentukan dengan koefisien Chebycheef (Tabel 3.1).
Korpus chebycheef digunakan untuk menggambarkan perubahan titik berat
bidang garis air (Yf) apabila kapal mengalami kemiringan serta menghitung
radius metasenter melintang (BM) pada masing masing sudut kemiringan 0 – 90°,
dengan parameter-parameter perhitungan yaitu perpindahan titik berat bidang garis
air ( Yf ), kedudukan garis air dan volume ( ! ), momen Inersi ( Ix,Iyf, Ixo ) dan
radius metasenter ( r ). Berdasarkan hasil pengkuran dan perhitungan pada gambar
korpus chebycheff (gambar 4.1) maka dihitung radius metasenter melintang,
hasilnya diperlihatkan pada lampiran 1 (tabel 1-16). Kemudian dihitung titik
pusat daya apung, lengan stabilitas bentuk dan koordinat metasenter sesuai
persaman 14-16 hasilny terlihat pada tabel 4.3.
Gambar 4.1. Korpus Chebycheff
32
Tabel 4.3. Perhitungan titik pusat daya apung, lengan stabilitas bentuk dan tinggi metasenter.
θ BM cosθ sinθBMcosθ=
[II]*[III]
Jmlintegral[V]
BMsinθ=[II]*[IV]
Jumlahintegral[VII]
KoordinatC.B
Yθcosθ=
[IX]*[III]
[Zθ-Zc]*sinθ=[X]*[IV]
lc=[XI]+[XII]
Koordinatmetasenter
Yθ=[δθ/2]*[VI]
Zθ-Zc=[δθ/2]*[VIII]
Ym=[IX]-[VII]
Zm-Zc=[X]+[V]
[I] [II] [III] [IV] [V] [VI] [VII] [VIII] [IX] [X] [XI] [XII] [XIII] [XIV] [XV]
0 1.011.00 0.00
1.01
0.00
0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.01
10 0.95 0.98 0.17 0.94 1.95 0.17 0.17 0.17 0.01 0.17 0.00 0.17 0.00 0.95
20 0.92 0.94 0.34 0.86 3.75 0.31 0.65 0.33 0.06 0.31 0.02 0.33 0.01 0.92
30 0.82 0.87 0.50 0.71 5.33 0.41 1.37 0.46 0.12 0.40 0.06 0.46 0.05 0.83
400.78
0.77 0.640.60 6.64 0.50 2.28 0.58 0.20 0.44 0.13 0.57 0.08 0.80
50 0.58 0.64 0.77 0.37 7.61 0.45 3.23 0.66 0.28 0.43 0.22 0.64 0.22 0.66
60 0.53 0.50 0.87 0.27 8.25 0.46 4.14 0.72 0.36 0.36 0.31 0.67 0.26 0.63
70 0.47 0.34 0.94 0.16 8.68 0.44 5.05 0.76 0.44 0.26 0.41 0.67 0.31 0.60
80 0.36 0.17 0.98 0.06 8.90 0.35 5.84 0.78 0.51 0.13 0.50 0.64 0.42 0.57
900.22
0.00 1.000.00 8.97 0.22 6.42 0.78 0.56 0.00 0.56 0.56 0.56 0.56
Hasil perhitungan titik pusat daya apung, lengan stabilitas bentuk dan koordinat
metasenter pada tabel 4.3 adalah untuk menentukan nilai lengan stabilitas bentuk
yang akan digambarkan pada diagram stabilitas untuk memperlihatkan
karakteristik lengan stabilitas bentuk kapal pada masing masing posisi sudut
kemiringan dari 0° - 90° dengan kisaran nilai 0.0 – 0.56 meter
2. Lengan Stabilitas Statis
Diagram stabilitas dibuat untuk menggambarkan lengan stabilitas statis dan
dinamis yang merupakan fungsi dari sudut kemiringan. Hasil perhitungan lengan
stabilitas statis (GZ) dan lengan stabilitas dinamis (d) diperlihatkan pada tabel 4.4
33
Tabel 4.4. Hasil perhitungan lengan stabilitas statis.
a= 0.2m
Θ Sinθ
lengan
stabilitas
bentuk, lc
aSinθlengan stabilitas
statis, GZ ∑[V]pairwise ∑[VI]fromleft
lengan stabilitas
dinamis, d
GZpd
saatHaul
[I] [II] [III] [IV] [V] [VI] [VII] [VIII] [IX]
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.200
10 0.17 0.17 0.03 0.14 0.62 0.62 0.05 0.190
20 0.34 0.33 0.07 0.26 0.39 1.01 0.09 0.180
30 0.50 0.46 0.10 0.36 0.62 1.63 0.14 0.170
40 0.64 0.57 0.13 0.44 0.81 2.44 0.21 0.150
50 0.77 0.64 0.15 0.49 0.93 3.37 0.29 0.128
60 0.87 0.67 0.17 0.50 0.99 4.36 0.38 0.100
70 0.94 0.67 0.19 0.48 0.98 5.35 0.47 0.068
80 0.98 0.64 0.20 0.44 0.92 6.27 0.55 0.034
90 1.00 0.56 0.20 0.36 0.80 7.07 0.62 0.000
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.4 digambarkan diagram stabilitas
kapal. Diagram stabilitas merupakan karakteristik stabilitas kapal yang
menggambarkan kondisi stabilitas kapal pada beberapa variasi sudut kemiringan.
Karakteristik lengan stabilitas statis GZ berada pada kisaran 0 - 0.36 meter
dengan nilai standar maksimum adalah 0.50 meter pada sudut kemiringan 60°,
sedangkan kedudukan lengan stabilitas statis pada saat hauling (GZb ) pada
sudut 0° adalah 0.20 meter, kedudukan pada kemiringan sudut 90° adalah 0 meter.
Untuk posisi lengan stabilitas dinamis ( d ) berada pada kisaran 0 – 0.62 meter
dengan sudut kemiringan dari 0° - 90° hasilnya diperlihatkan dalam diagram
stabilitas Statis ( gambar 4.6 )
3. Luas Dibawah Kurva Lengan Sabilitas Statis.
Perhitungan luas di bawah kurva lengan stabilitas statis adalah untuk
memenuhi kriteria pengecekkan kemampuan stabilitas kapal menurut
International Maritim Organisation (2008). Hasil perhitungan luas dibawah
kurva GZ ditunjukkan pada tabel 4.5.
Hasil perhitungan pada luasan dibawah kurva lengan stabilitas statis (GZ) untuk
sudut 0° - 30° = 2.551 m.rad, untuk sudut 0° - 40° = 3.97 m.rad
34
Tabel 4.5 Hasil perhitungan luas bidang dibawah kurva GZ.
θ
FaktorSimpson
GZ(m)
f1*GZ
f2*GZf1 f2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)0 0.5 1 0.00 0.0 0.005 2 - 0.09 0.3 -10 1.5 4 0.14 0.388 1.0320 4 2 0.26 1.449 0.7230 1 4 0.36 0.443 1.7740 - 1 0.44 - 0.44 Σ 2.551 3.97
4.1.3 Stabilitas Dinamis
4.1.3.1 Pengukuran dengan Clinometer On Protection
Pengukuran stabilitas dinamis kapal pukat yang dominan pada saat operasi
penangkapan dilakukan untuk mengetahui berapa besar sudut kemiringan kapal
yang terjadi pada posisi kapal pada saat berlabuh, menuju fishing ground,
melakukan operasi penangkapan dalam proses setting dan hauling dan posisi
kapal setelah kembali dari fishing ground. Pengukuran sudut kemiringan kapal
dilakukan dengan menggunakan peralatan Clinometer On Protection yang
dipasang pada bagian tengah kapal kemudian setiap posisi sudut kemiringan kapal
ditunjukkan pada clinometer tersebut. Hasil pengukuran menunjukkan kemiringan
kapal pada saat menuju fishing ground dan kembali ke fishing port banyak
dipengaruhi oleh kondisi fishing ground (angin arus dan tinggi gelombang),
sedangkan saat operasi penangkapan (setting dan hauling) banyak dipengaruhi
oleh posisi jarring. Hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.6Pengukuran kemiringan kapal pada saat berlabuh,menuju dan kembali dari fishing ground
POSISIKAPAL
KEMIRINGAN
KAPAL(DERAJAT)
TINGGISARAT(METER)
KECEPATAN
KAPAL(KNOT)
WAKTUOPERASI(JAM)
TINGGI
GELOMBANG(METER)
BELABUH 1°-2° 0,7 0 0 0,1
MENUJUFISHINGGROUND 2°–15° 0,8 7 1,5 0.5
KEMBALIDARIFISHINGGROUND 2°–9° 0,90 6 1,7 0,3
35
Tabel 4.7 Pengukuran kemiringan kapal pada saat setting, pursing & hauling
OPERASI
PENANG
KAPAN
SUDUTKEMIRINGANKAPAL
TINGGI
SARAT
(METR)
KECEPATAN
KAPAL
(M/DET)
WAKTU
OPERASI
(MENIT)
TINGGI
GELOM
(METR)
POSISI
KAPAL
SETTING
POSISIJARING
0,80
s/d
0.68
2.76
2.16
0,1
S/D
0,3
LAUTBANDA
3°47´36”S
128°6´8”T
128°16’LS
3°83’BT
100% 75% 50% 25% 0%
2°-3°
3°-5°
5°-9°
9°-8°
8°-5°
POSISIJARING0.68
s/d
0.90
1,1–3,5 20
PURSSING
HAULING
1% 25% 50% 75% 100%
5°–7°
7°–11°
11°–16°
16°–19°
19°–22°
4.1.3.2 Stabilitas Kapal Dalam Proses Penangkapan Setting Dan Hauling
Perhitungan stabilitas kapal pukat cincin dalam mengoperasikan alat
tangkap adalah untuk mengetahui kemampuan stabilitas kapal pada saat manover
sambil melingkarkan alat tangkap jaring untuk mengurung ikan yang akan
ditangkap dan penarikkan alat tangkap dan hasil tangkapan dari dalam laut keatas
geladak kapal.
A. Stabilitas Pada Saat Setting
Perhitungan stabilitas kapal pukat cincin No 12 pada saat setting alat
tangkap dalam opersai penangkapan ikan yaitu kapal melakukan gerakan
melingkar (manover) dengan kecepatan optimal sambil melepaskan alat tangkap/
jaring pada samping kanan kapal untuk mengurung pergerakan ikan yang akan
ditangkap. Kemiringan kapal maksimal dapat dicapai dengan melakukan
perhitungan pada berbagai variasi kecepatan kapal dari 1 knot sampai 10 knot
dengan pertimbangan kemungkinan presentase ikan yang lolos dalam setiap
gerombolan ikan yang terkumpul dari 0 % - 100 % ( Muntaha, 2012 ).
36
• Perhitungan Tinggi Metasenter Pada Saat Setting ( GM )
Perhitungan GM pada saat setting menggunakan persamaan 16 dan hasil
perhitungannya diperlihatkan pada tabel 4.8 yang menunjukkan variasi kecepatan
kapal dari 1 – 8 knot dengan sudut kemiringan θ dari 0° - 90° mempunyai
karakteristik stabilitas GM nya semakin kecil mendekati 0 dan terus bertambah
seiring dengan bertambahnya kecepatan kapal.
Tabel4.8:Hasilperhitungantinggimetasenter(GM)padagarisair0.8-0.74meterdenganberbagaikecepatandalamprosessetting
v=1Knot v=2Knot v=3Knot v=4Knot v=5Knot v=6Knot v=7Knot v=8Knot
(0.514m/det) (1.028m/det) (1.542m/det) (2.570m/det) (2.570m/det) (3.084m/det) (3.598m/det) (3.598m/det)
θ GM θ GM θ GM θ GM θ GM θ GM θ GM θ GM
0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00 0 0.0000E+00
5 1.1989E-03 5 1.1989E-03 5 1.7984E-03 5 4.9302E-03 5 7.7035E-03 5 1.1093E-02 5 1.5100E-02 5 1.0000E-02
10 5.9490E-04 10 5.9490E-04 10 8.9235E-04 10 2.4462E-03 10 3.8222E-03 10 5.5040E-03 10 7.4916E-03 10 9.7000E-03
15 3.9148E-04 15 3.9148E-04 15 5.8722E-04 15 1.6097E-03 15 2.5152E-03 15 3.6220E-03 15 4.9299E-03 15 6.4000E-03
20 2.8820E-04 20 2.8820E-04 20 4.3230E-04 20 1.8509E-03 20 1.8517E-03 20 2.6664E-03 20 3.6293E-03 20 4.7000E-03
25 2.2495E-04 25 2.2495E-04 25 3.3743E-04 25 9.2501E-04 25 1.4453E-03 25 2.0812E-03 25 2.8328E-03 25 3.7000E-03
30 1.8168E-04 30 1.8168E-04 30 2.7253E-04 30 7.4710E-04 30 1.1673E-03 30 1.6809E-03 30 2.2880E-03 30 2.9000E-03
35 1.4989E-04 35 1.4981E-04 35 2.2471E-04 35 6.1601E-04 35 9.6252E-04 35 1.3860E-03 35 1.8865E-03 35 2.4000E-03
40 1.2501E-04 40 1.2501E-04 40 1.8751E-04 40 5.1405E-04 40 8.0320E-04 40 1.1566E-03 40 1.5743E-03 40 2.0000E-03
45 1.0989E-04 45 1.0489E-04 45 1.5734E-04 45 4.3034E-04 45 6.7396E-04 45 9.7051E-04 45 1.3209E-03 45 1.7000E-03
50 8.8019E-05 50 8.8019E-05 50 1.3202E-04 50 3.6193E-04 50 5.6552E-04 50 8.1435E-04 50 1.1084E-03 50 1.4000E-03
55 7.3450E-05 55 7.3450E-05 55 1.1017E-04 55 3.0202E-04 55 4.7191E-04 55 6.7956E-04 55 9.2496E-04 55 1.2000E-03
60 6.0562E-05 60 6.0562E-05 60 9.0844E-05 60 2.4903E-04 60 3.8911E-04 60 5.6032E-04 60 7.6266E-04 60 9.6000E-04
65 4.8914E-05 65 4.8914E-05 65 7.3372E-05 65 2.0113E-04 65 3.1427E-04 65 4.5255E-04 65 6.1598E-04 65 8.0000E-04
70 3.8179E-05 70 3.8179E-05 70 5.7269E-05 70 1.5699E-04 70 2.4530E-04 70 3.5323E-04 70 8.0790E-04 70 6.2000E-04
75 2.8179E-05 75 2.8107E-05 75 4.2160E-05 75 1.1557E-04 75 1.8058E-04 75 2.6005E-04 75 9.8375E-05 75 4.6000E-04
80 1.8496E-05 80 1.8496E-05 80 2.7744E-05 80 7.6056E-05 80 1.1883E-04 80 1.7113E-04 80 6.4737E-05 80 3.0000E-04
85 9.1773E-06 85 9.1773E-05 85 1.3766E-06 85 3.7737E-05 85 5.8964E-05 85 8.4909E-05 85 3.2120E-05 85 1.5000E-04
90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00
• Perhitungan Lengan Balik Pada Saat Setting ( GZ
Hasil perhitungan karakteristik stabilitas parameter lengan balik pada saat
manover dalam melingkarkan jaring untuk mengurung ikan yang akan ditangkap
diperlihatkan pada tabel 4.9.
37
Hasil perhitungan menunjukkan variasi kecepatan kapal dari 1- 8 knot dengan
sudut kemiringan tg θ dari 0 - 90° mempunyai karakteristik stabilitas nilai
lengan balik GZ makin kecil dan mendekati 0.
Posisi ini menjadi titik kritis lengan balik,karena kemampuan untuk membalikan
kapal pada posisi tekak kecil sekali, tetapi posisi ini akan terus mengalami
perobahan seiring dengan bertambahnya kecepatan kapal.
Tabel4.9Hasilperhitunganlenganpembalik(GZ)padagarisair0.8-0.74meterdenganberbagaikecepatankapaldalamprosessetting
v=1Knot v=2Knot v=3Knot v=4Knot v=5Knot v=6Knot v=7Knot v=8Knot
(0.514m/det) (1.028m/det) (1.542m/det) (2.056m/det) (2.570m/det) (3.084m/det) (3.598m/det) (3.598m/det)θ GZ θ GZ θ GZ θ GZ θ GZ θ GZ θ GZ θ GZ
0 2.6958E-05 0 1.0783E-04 0 2.4262E-04 0 4.3134E-04 0 6.7396E-04 0 9.7051E-04 0 1.3209E-03 0 1.7253E-03
5 2.6856E-05 5 1.0742E-04 5 2.4170E-04 5 4.2966E-04 5 6.7140E-04 5 7.6682E-04 5 1.3159E-03 5 1.7187E-03
10 2.6549E-05 10 1.0619E-04 10 2.3894E-04 10 4.2478E-04 10 6.6373E-04 10 9.5577E-04 10 1.3009E-03 10 1.6991E-03
15 2.6040E-05 15 1.0416E-04 15 2.3436E-04 15 4.1664E-04 15 6.5100E-04 15 9.3744E-04 15 1.2759E-03 15 1.6665E-03
20 2.5333E-05 20 1.0133E-04 20 2.2799E-04 20 4.0532E-04 20 6.3332E-04 20 9.1198E-04 20 1.2413E-03 20 1.6213E-03
25 2.4433E-05 25 9.7732E-05 25 2.1989E-04 25 3.9092E-04 25 6.1082E-04 25 8.7958E-04 25 1.1972E-03 25 1.5637E-03
30 2.3397E-05 30 9.3388E-05 30 2.1012E-04 30 3.7355E-04 30 5.8367E-04 30 8.4049E-04 30 1.1440E-03 30 1.4992E-03
35 2.2083E-05 35 8.8333E-05 35 1.9875E-04 35 3.5333E-04 35 5.5208E-04 35 7.9500E-04 35 1.0820E-03 35 1.4133E-03
40 2.0651E-05 40 8.2606E-05 40 1.9875E-04 40 3.3042E-04 40 5.1629E-04 40 7.4345E-04 40 1.0119E-03 40 1.3217E-03
45 1.9062E-05 45 7.6251E-05 45 1.7156E-04 45 3.0500E-04 45 4.7656E-05 45 6.8625E-04 45 9.3407E-04 45 1.2200E-03
50 1.7328E-05 50 6.9315E-05 50 1.5595E-04 50 2.7726E-04 50 4.3321E-04 50 6.2383E-04 50 8.4910E-04 50 1.1090E-03
55 1.5462E-05 55 6.1851E-05 55 1.3916E-04 55 2.4740E-04 55 3.8657E-04 55 5.5666E-03 55 7.5768E-04 55 9.8962E-04
60 1.3479E-05 60 4.5573E-05 60 1.2131E-04 60 2.1567E-04 60 3.3698E-04 60 4.8525E-04 60 6.6049E-04 60 8.6268E-04
65 1.1393E-05 65 4.5573E-05 65 1.0253E-04 65 1.8229E-04 65 2.8483E-04 65 4.1015E-04 65 5.5827E-04 65 7.2916E-04
70 9.2204E-06 70 3.6881E-05 70 8.2983E-05 70 1.4725E-04 70 2.3051E-04 70 3.3193E-04 70 4.5180E-04 70 5.9010E-04
75 6.9774E-06 75 2.7909E-05 75 6.2797E-05 75 1.1163E-04 75 1.7443E-04 75 2.5118E-04 75 3.4189E-04 75 4.4655E-04
80 4.6813E-06 80 1.8725E-05 80 4.2132E-05 80 7.4901E-05 80 1.1703E-04 80 1.6852E-04 80 2.2938E-04 80 2.9960E-04
85 2.3946E-06 85 9.3984E-06 85 2.1146E-05 85 3.7593E-05 85 5.8740E-05 85 8.4586E-05 85 1.1513E-04 85 1.5037E-04
90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00 90 0.0000E+00
38
B. Stabilitas Pada Saat Hauling
Perhitungan stabilitas kapal pukat cincin pada saat hauling sesuai hasil
pengukuran dilapangan untuk mengetahui berapa besar sudut kemiringan yang
terjadi pada kapal akibat beban tarik alat tangkap dan hasil tangkapan yang
bekerja pada gaya gaya yang terkonsentrasi pada nelayan yaitu gaya P1 dan P2.
• Sudut stabilitas Statis dan dinamis ( θs ,θd, θABK )
Perhitungan sudut kemiringan kapal akibat pengaruh beban tarik alat
tangkap dan hasil tangkapan minimum 10 loyang sampai dengan hasil tangkapan
maksimum 150 loyang pada kondisi statis (θs) dan dinamis (θd). Tabel 4.10
menunjukkan saat mengoperasikan alat tangkap dengan hasil tangkapan 300 -
4500 kg, kondisi normal kapal mengalami sudut purssing 10 – 17.5°, hauling 9°
ABK 4°, untu kondisi kritis sudut purssing 20 – 35,° hauling 18°, ABK 8°.
TABEL4.10HASILPERHITUNGANSUDUTSTABILITASSTATISDANDINAMIS(θs),(θd),(θABK)
HASILTANGKAPAN BEBANTARIK
SUDUTKEMIRINGANKAPAL(θ)
HAULING(P2)
PURSSING(P2)
ABK
P1 P2 θs θd θs θd θs θd LOYANG (kg) (kg) (kg) (derajat) (derajat) (derajat) (derajat) (derajat) (derajat)
10 300 3237 3151 10. 20 9 18 4 8
20 600 3237 3453 11 229 18 4 8
30 900 3237 3753 12 249 18 4 8
31 930 3237 3783 12 24 9 18 4 8
40 1200 3237 4053 12.3 24.69 18 4 8
50 1500 3237 4353 13 269 18 4 8
60 1800 3237 4653 13.4 26.89 18 4 8
70 2100 3237 4953 14 289 18 4 8
80 2400 3237 5253 14.4 28.89 18 4 8
90 2700 3237 5553 15 309 18 4 8
100 3000 3237 5853 15.3 30.69 18 4 8
110 3300 3237 6153 16 329 18 4 8
120 3600 3237 6453 16.2 32.49 18 4 8
130 3900 3237 6753 16.4 3289 18 4 8
140 4200 3237 7053 17 349 18 4 8
150 4500 3237 7353 17.5 35 9 18 4 8
39
• Stabilitas lengan balik saat hauling ( GZb )
Perhitungan kurva lengan kemiringan kapal pukat cincin No 21 saat
tarikan alat tangkap dan hasil tangkapan (purssing,hauling) dalam operasi
penangkapan ikan di perairan Pulau Ambon yaitu di laut Banda diperlihatkan pada
tabel 4.11 dengan nilai GZb pada sudut 0° adalah 0.20 meter dan terus mengalami
penurunan sampai nilainya 0 pada sudut 90°
Tabel. 4.11 Hasil perhitungan lengan balik pada saat hauling (GZb)
Kemiringansudutφ
(derajad)
LenganbalikGZb
(meter)
0 0.20
10 0.190
20 0.180
30 0.170
40 0.150
50 0.128
60 0.100
70 0.068
80 0.034
90 0
• Luas Kurva Dibawah GZ Dan GZb
Perhitungan luas di bawah kurva GZ dan GZb dengan persaman 20 adalah
untuk memenuhi kriteria pengecekkan kemampuan stabilitas kapal menurut
Standar Stabilitas kapal Angkatan Laut Amerika pada saat kapal mengalami
kemiringan akibat beban tarik pada samping kapal (US Navy ) Rawson dan
Tupper, 2001.
Tabel 4.12. Menunjukkan luas kurva dibawah GZ dari titik C - 90° adalah
0.55 m-rad, luas kurva GZb dari titik C - 90° adalah 0.15 m-rad. Luas kurva yang
diarsir menurut US Navy adalah 0.40 m-rad, sedangkan luas lengan balik total
(GZtotal) = 0.58 m-rad. Hasil perhitungan 0.4 dikalikan luas kurva yang diarsir
dengan luas kurva GZ total adalah > 0.23 m-rad menunjukan kapal stabil.
40
Tabel4.12.Hasilperhitunganluasdibawahkurva GZ danGZb
ΘFaktorSimpson GZ(m) GZb(m) f1*GZ f2*GZ θ GZ(m)
FaktorSimpson f1*G
Zf1 f1
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [1] [2] [3] [4]14 0.4 0.19 0.193 0.076 0.077 0 0.00 0.5 0.0016 1.6 0.20 0.19 0.32 0.304 5 0.09 2 0.1820 0.9 0.26 0.18 0.23 0.162 10 0.14 1.5 0.2125 2 0.30 0.175 0.60 0.350 20 0.26 4 1.0430 1.5 0.36 0.170 0.54 0.255 30 0.36 2 0.7240 4 0.44 0.150 1.76 0.600 40 0.44 4 1.7650 2 0.49 0.128 0.98 0.256 50 0.49 2 0.9860 4 0.50 0.10 2.00 0.400 60 0.50 4 2.0070 2 0.48 0.068 0.96 0.136 70 0.48 2 0.9680 4 0.44 0.034 1.76 0.136 80 0.44 4 1.7690 1 0.36 0. 0.36 0.000 90 0.36 1 0.36
Σ 9.58 2.676 Σ 9.97
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan stabilitas kapal pukat cincin adalah sarana
perikanan tangkap nelayan yang beroperasi di periaran Pulau Ambon belum
sepenuhnya memenuhi standar teknologi perkapalan. Disebabkan kapal kapal
pukat cincin usaha perikanan rakyat ini dibuat oleh pengrajin atau tukang secara
tradisional. Rancangan bangun kapal-kapal ini didasarkan pada pengalaman yang
diperoleh secara turun temurun, sehingga banyak menyimpang dari aspek standar
atau kriteria teknis rancang bangun teknologi perkapalan yang telah ditentukan.
4.2.1 Karakteristik Teknis Kapal dan Alat Tangkap
• Tonase Kapal
Tonase kapal atau Groos Tonnage adalah suatu besaran yang
menunjukkan kapasitas volume ruangan-ruangan yang tertutup dan dianggap
kedap air yang berada didalam kapal. Tonase kapal adalah suatu harga volume
yang pengukurannya menggunakan “Satuan Register Tonnage “ dimana 1 register
tonnge menunjukkan volume suatu ruangan sebesar 100 f!! hasil pengukuran
menunjukkan tonase kapal pukat cincin dengan kapal sampel nomor 21 adalah 16
GT. Ukuran tonase kapal ini memiliki ruangan yang cukup terutama untuk
menampung alat tangkap dan hasil tangkapan ikan yang diperoleh oleh nelayan.
41
• Kecepatan Kapal
Kecepatan kapal ikan merupakan salah satu persyaratan sebagai kapal
perikanan sesuai fungsinya untuk mengejar ikan yang akan ditangkap, demikian
untuk kapal ikan dengan tipe pukat cincin yang harus memenuhi kebutuhan
kecepatan dalam proses setting jarring guna mengurung ikan yang akan ditangkap.
Kapal nomor 21 yang digunakan sebagai sampel penelitian ini mempunyai 2
mesin dengan merek Yamaha mempunyai kapasitas mesin 80 PK dapat mencapai
kecepatan sampai 8 knot kecepatan kapal ini termasuk baik dalam melakukan
operasi penangkapan karena dari simulasi kecepatan pada saat setting kecepatan
lebih besar dari 9 knot stabilitas kemiringan kapal berada pada titik kritis yaitu
lebih besar dari 14° karena jurumudi mengalami kesulitan dalam melakukan
manover untuk membentuk lingkaran dalam mengurung ikan.
• Alat Tangkap Dan Perlengkapan
Alat tangkap dan perlengkapan pukat cincin mempunya pengaruh yang
besar terhadap beban yang diterima oleh kapal, semakin panjang dan lebar alat
tangkap jarring dan perlengkapannya, makin semakin besaa beban sehingga
tinggi sarat kapal bertambah. Nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang
banyak sering tidak memperhitungkan ukuran kapal dan alat tangkap yang
digunakan sehingga menambah besar tegangan tarik pada saat jarring
dikencangkan untuk ditarik dari dalam laut, ini merupakan kondisi kritis kapal dan
nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap dalam proses purssing & hauling
Dari hasil perhitungan ukuran lebar dan panjang jarring sesuai standar menurut
FAO, (Frdiman, 1985) adalah 265 meter, dan lebar 34,5 meter, sedangkan ukuran
jaring pada kapal ini adalah panjang 345 meter dan lebar 114 meter. Ukuran jaring
kapal No 12 lebih panjang 82 meter atau 31,20 % dari panjang jaring standar, dan
ukuran lebar jaring lebih besar 2,3 kali lebar jaring standar atau lebih lebar 79,5
meter. Demikian hasil pengukuran berat alat tangkap dan perlengkapan pada
kondisi kering dan basah mempunyai perbedaan berat sampai 50 %, ( tabel 4.2 )
yaitu untuk kondisi kering beratnya 2232 kg dan kondisi basah 3237 kg.
42
4.2.2 Karakteristik Stabilitas Statis Kapal Pukat Cincin 16 GT
Analisa karakteristik teknis stabilitas statis atau stabilitas yang dihitung
pada kondisi air tenang tanpa dipengaruhi gaya gaya internal maupun gaya gaya
eksternal pada kapal dengan sudut kemiringan yang kecil yaitu 0 – 15°
( Hardiyanto, 2010 ).
Posisi atau kedudukan titik stabilitas kapal yang dihitung pada kondisi air tenang
akan menentukan kemampuan kestabilan kapal apakah kapal tersebut mampu atau
tidak mampu dalam mengatasi kondisi operasional alat tangkap dan kondisi
fishing ground sehingga dapat menjamin kenyamanan dan keselamatan nelayan
dilaut. Stabilitas statis kapal pukat cincin ukuran tonase 16 GT dengan nomor
sampel 21 setelah dan dianalisa berdasarkan krtiteria stabilitas menurut Kriteria
IMO International Maritim Organisation (2008) (Tabel 13). Dari hasil analisa
pada tabel 4.13 menunjukkan semua kriteria stabilitas statis dapat dipenuhi,
sehingga nilai stabilitas statis kapal ini minimal dapat menjamin kelayakkan
operasional kapal, dengan nilai GZmax = 0.50 meter pada sudut θ = 60 ° setelah
dianalisa menurut kriteria a,b,c dan d dari IMO,2008 hasilnya telah memenuhi
kriteria untuk :
a). Nilai luas dibawah kurva GZ untuk GZ 0 – 30° > 0.055 m.rad hasilnya 0.148
m.rad; GZ 0 – 40° > 0.099 m.rad hasilnya 0.231 m.rad; GZ 30 - 40° > 0.03
m.rad hasilnya 0.083 m.rad
b). GZ pada sudut ≥ 30° adalah ≥ 0.2 meter hasilnya = 0.36 meter.
c). GZ max pada sudut θ > 30° = 60°
d). Tinggi GMo untuk kapal ikan GMo > 0.35 meter hasilnya = 0.77 meter.
Kapal ini dianggap layak dan dapat beropersai dengan kondisi satabilitas
statis yang aman dan akan mengalami kondisi kritis apabila sudut kemiringannya
lebih besar dari sudut kemiringan kapal pada titik kritis yaitu pada sudut 60°
dengan tinggi (GZ max) yaitu 0.50 meter.
43
Tabel 4.13. Hasil analisis stabilitas kapal pukat cincin 16 GT (IMO, 2008).
Kriteria UraianHasil
Perhitungan Kesimpulan
a. LuasdibawahkurvaGZ0-30 > 0.055 m-rad. 0.148 m-rad. Memenuhi
LuasdibawahkurvaGZ0-40 > 0.099 m-rad. 0.231 m-rad. Memenuhi
LuasdibawahkurvaGZ30-40 > 0.03 m-rad. 0.083 m-rad. Memenuhi
b. GZpadasudut≥30derajat ≥ 0.20 M 0.36 m Memenuhi
c. GZmaximumpadasudutθ > 30 derajat 60.00 derajat Memenuhi
d. Tinggimetasenterawal(GMo):
*Cargoship > 0.15 M m Tidakmemenuhi
*Fishingboat > 0.35 M 0.77 m Memenuhi
*Containership m Tidakmemenuhi
-L<100m > 0.30 M 0 m Tidakmemenuhi
-L>100m > 0.40 M 0 m Tidakmemenuhi
4.2.3 Karakteristik Stabilitas Dinamis Kapal Pukat Cincin 16 GT
• Karakteristik Stabilitas kapal Menuju Fishing Ground
Stabilitas dinamis adalah stabilitas kapal yang diukur pada sudut
kemiringan kapal yang lebih besar karena pengaruh external dan internal
akibat kondisi daerah fishing ground dan nelayan dalam mengoperasikan
alat tangkap.
Gambar 4.2 Grafik Stabilitas dinamis kapal menuju fishing ground
-20-16-12-8-4048
121620
0 1 2 3 4 5 6 7 8
SUDU
TOLENGKAP
AL(D
ETIK)
KECEPATANKAPAL(KNOT)
OLENGANKAPALPADASAATMENUJUFISHINGGROUND
sudut
44
Gambar 4.2 Menunjukkan kemiringan kapal pukat cincin No 21
ketika menuju daerah penangkapan berada pada posisi 3° - 15° karena
dipengaruhi arus, angin dan tinggi gelombang maksimum mencapai 0,5 m.
Kecepatan kapal pada saat menuju fishing ground adalah 7 knot atau 3.598
m/det dengan kecepatan pembalik atau waktu periode oleng kapal 4,5
detik waktu ini memenuhi standar waktu periode oleng untuk kapal- kapal
ikan yaitu 4,5 -7 detik.
• Karakteristik Stabilitas Kapal Pada Saat Setting
Pukat cincin merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
melingkari gerombolan ikan. Karaktristik satabilitas pada saat setting banyak
dipengaruhi oleh kondisi fishing ground dan proses setting yaitu kapal melakukan
manover dalam membentuk lingkaran untuk mengurung ikan dengan kecepatan
optimal sambil melepaskan jarring dan perlengkapannya serta posisi nelayan yang
terpusat pada samping kanan kapal.
Gambar 4.3 Grafik stabilitas dinamis kapal pada saat setting alat tangkap
Gambar 4.3 menunjukkan kapal pukat cincin No 21 memiliki kecepatan
kapal pada saat manover sambil melepaskan jaring (setting) dengan radius
lingkaran sebesar 350 meter untuk membatasi pergerakan ikan dalam waktu 2.16
menit dengan kecepatan kapal sebesar 2.76 m/detik dan mempunyai kecepatan
pembalik 7 detik dan terus mengalami kemiringan sampai pada sudut kemiringan
maksimum sebesar 9° karena pengaruh beban alat tangkap dan nelayan yang
bekerja pada sisi kanan kapal dalam proses setting.
45
Stabilitas kapal pada saat setting dengan kecepatan manover dalam membuat
lingkaran dengan diameter 112 meter mempunyai kecepatan setting 2,76 m/det,
kapal masih dalam posisi stabil/aman, karena turut bekerjanya gaya sentripetal
dan sentrifugal pada lambung kapal. Posisi sudut kemiringan pada saat setting
masih lebih kecil dibawah tinggi titik GMo maksimum dari diagram stabilitas
statis kapal (gambara 4.6 ) yaitu 0.77 meter dan titik GZ maksimum 0.50 meter
pada sudut 60°.
• Karakteristik Stabilitas Nilai GM dan GZ Pada Saat Setting
Dalam melakukan manover untuk membentuk lingkaran pada saat setting,
kapal mengalami gaya sentripetal dan gaya sentrifugal karena pengaruh kecepatan
manover kapal pada saat bergerak melingkar kedua gaya ini bekerja berlawanan
arah dengan memberikan nilai yang sama. Ketika kapal oleng atau miring bentuk
lambung kapal yang terendam air berubah sesuai dengan sudut kemiringan yang
terjadi sehingga titik apung (B) akan berpindah dari posisinya. Perpindahan posisi
titik apung akan berpengaruh terhadap tinggi metasenter (GM), gaya gaya ini akan
berdampak terhadap stabilitas kapal pukat cincin pada saat bergerak melingkar.
Kurva GM memperlihatkan bagaimana stabilitas kapal pada saat setting
berdasarkan tinggi metasenter (GM) kapal pada berbagai sudut kemiringan
dengan kecepatan 3 sampai 8 knot. Tabel 4.8 Menunjukkan hasil perhitungan
GM dengan berbagai sudut kemiringan ketika kapal melakukan setting.
Gambar 4.6. Kurva GM pada berbagai kecepatan saat manover
0.00E+00
2.00E-03
4.00E-03
6.00E-03
8.00E-03
1.00E-02
1.20E-02
1.40E-02
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
TINGGIM
ETASENTER-G
M(M
ETER
)
SUDUTKEMIRINGAN(DERAJAT)
HUBUNGANGMDENGANSUDUTKEMIRINGANKAPALPADAKECEPATAN3-10KNOTSAATMANOVER
3Knot
4Knot
5Knot
6Knot
7Knot
8Knot
46
Gambar 4.6 Memperlihatkan nilai tinggi metasenter (GM) pada saat
setting kecil sekali dan mendekati nol. Nilai GM menurun seiring bertambahnya
sudut kemiringan kapal. Nilai GM pada berbagai variasi kecepatan kapal dari 3
knot sampai 8 knot dihitung pada tinggi garis air 0.74 meter merupakan tinggi
garis air rata rata dari 0.68 – 0.8 meter, dimana pada tinggi garis air 0.8 meter,
kapal mulai bergerak melingkar dengan posisi jaring 100 % kemudian terus
berkurang sampai 0 % dan berada pada tinggi sarat air 0.68 meter. Posisi kapal
dengan sudut kemiringan ini, berada pada titik kritis dan berbahaya, karena nilai
tinggi metasenter (GM) yang sangat kecil menyebabkan usaha yang dimiliki kapal
untuk mempertahankan kestabiliannya kecil sekali dan terus mengalami
penurunan yang dratis sehingga kapal dapat terbalik. Pengaruh kecepatan kapal
yang terus bergerak tersebut disertai dengan turut bekerjanya gaya gaya
sentripetal dan sentruifugal pada lambung kapal maka kapal tetap dapat menjaga
kestabilan kemiringannya pada saat setting. Bertambahnya nilai GM yang terus
meningkat seiring dengan bertambahnya kecepatan kapal pada saat setting, turut
mempengaruhi nilai GM. Kapal pada kecepatan 3 knot mempunyai nilai GM
yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan kecepatan kapal 4 knot dan lebih
kecil lagi dari kapal dengan kecepatan 5 knot dan seterusnya. Seiring
bertambahnya kecepatan kapal pada saat setting maka gaya gaya sentripetal dan
sentrifugal juga turut bekerja pada lambung kapal dan terus mengalami
peningkatan dengan jarak tinggi titik GM.
GZ merupakan jarak melintang yang terbentuk pada saat kapal mengalami
oleng akibat pengaruh dari perpindahan muatan diatas kapal atau pengaruh gaya
gaya dari luar, merupakan lengan balik dari kapal sehingga kapal dapat kembali
pada posisi tegak semula. Pada kurva ini ditunjukkan nilai lengan balik GZ pada
berbagai sudut kemiringan kapal dari 0° - 90°. Nilai GZ pada berbagai variasi
kecepatan kapal dari 3 knot sampai 8 knot dihitung pada tinggi garis air 0.74
meter merupakan tinggi garis air rata rata dari 0.68 – 0.8 meter, dimana pada
tinggi garis air 0.8 meter, kapal mulai bergerak melingkar dengan posisi jarring
100 % terus berkurang sampai 0 % dan berada pada tinggi sarat air 0.68 meter.
47
Gambar 4.7. Kurva GZ pada berbagai kecepatan saat manover
Gambar 4.7 memperlihatkan nilai tinggi lengan balik (GZ) pada saat
setting kecil sekali dan mendekati nol. Nilai GZ yang kecil menunjukkan usaha
yang dimiliki kapal untuk mempertahankan posisinya sangat kecil dan akan terus
mengalami penurunan. Kondisi ini sangat kritis dan membahayakan kapal
sehingga dapat terbalik. Tetapi dengan adanya reaksi kecepatan kapal pada saat
manover dan dengan turut bekerjanya gaya sentripetal dan sentrifugal pada
lambung kapal maka dapat membantu posisi kapal tersebut dalam keadaan yang
stabil pada posisinya dengan tetap bergerak melingkar. Besarnya nilai lengan
balik (GZ) terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya kecepatan
kapal. Nilai lengan balik (GZ) pada kecepatan kapal 3 knot atau 1.543 m/det lebih
kecil apabila dibandingkan dengan nilai GZ pada kecepatan kapal 4 knot, serta
menjadi lebih kecil lagi apabila dibandingkan dengan kecepatan kapal 5 knot atau
2.57 m/det dan seterusnya. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar
kecepatan kapal maka semakin besar pula nilai lengan balik (GZ). Kondisi ini
dapat menjadi titik kritis stabilitas kapal dan berbahaya apabila pada saat kapal
melakukan manover dalam proses setting atau bergerak melingkar dengan
kecepatan yang lebih besar , tidak diimbangi dengan penempatan posisi kapal
pada kemiringan sudut yang tepat, maka dapat menyebabkan kapal terbalik.
0.00E+00
2.00E-04
4.00E-04
6.00E-04
8.00E-04
1.00E-03
1.20E-03
1.40E-03
1.60E-03
1.80E-03
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
HUBUNGANGZDENGANSUDUTKEMIRINGANKAPALPADAKECEPATAN3-10KNOTSAATMANOVER
3Knot 4Knot 5Knot 6Knot 7Knot 8Knot
48
• Karakteristik Stabilitas Pada Saat Purssing & Hauling
Karakteristik stabilitas saat purssing & hauling sangat bergantung pada
kondisi fishing ground, alat tangkap dan hasil tangkapan. Apabila ukuran alat
tangkap semakin besar dan hasil tangkapan yang lebih banyak maka tegangan
tarik semakin besar dalam menarik alat tangkap dan hasil tangkapan dari dalam
air, hal ini sangat mempengaruhi stabilitas kapal pada saat purssing & hauling.
Gambar 4.4 Grafik stabilitas dinamis kapal pada saat hauling.
Gambar 4.4 menunjukkan kapal pukat cincin No 21 memiliki kecepatan
pembalik sebesar 8 detik dan semakin besar sehingga kapal terus mengalami
kemiringan sampai pada sudut kemiringan maksimum sebesar 22°, karena
pengaruh gaya gaya yang bekerja pada sisi kanan kapal karena tarikkan jaring dan
hasil tangkapan oleh nelayan pada ( P1) dan tali ris bawah,tali kerut yang
dipasang pada kedua titik pusat tiang jaring power blok/katrol (P2) yang ditarik
oleh nelayan dalam menarik cincin dan mengkerucutkan serta menutup bagian
bawah jaring untuk mengurung ikan yang akan di tangkap pada saat hauling.
Dari hasil pengukuran diketahui pada saat hauling dengan kecepatan 0.35
m/det dengan selang waktu 20 menit mempunyai sudut hauling maksimum adalah
sebesar 22°, menunjukkan kapal pada saat hauling masih stabil, karena masih jauh
berada pada kedudukan titik GMo = 0.77 meter, dan tinggi lengan balik
maksimum statis sebesar 0.50 meter. Posisi GZ maksimum pada saat hauling
adalah sebesar 0.20 meter dengan sudut kemiringannya !" = 12° dari hasil
perhitungan dan sudut kemiringan pada titik C merupakan titik perpotongan
49
antara grafik lengan balik pada saat hauling (GZb) dengan lengan balik stabilitas
statis (GZ) dalam gambar diagram stabilitas ( gambar 4.6 ) adalah 14° nilai
kemiringan sudut hauling ini telah memenuhi standar nilai satabilitas pada saat
hauling yaitu !" < 15° dan mempunyai cadangan stabilitas dinamis kapal > 40
% dari luas GZ total yaitu 0.40 m.rad menurut Standar Stabilitas Kapal Angkatan
Laut Amerika (US.Navy ).
• Karakteristik Stabilitas Beban Tarik Saat Purssing & Hauling
Beban tarik alat tangkap dan hasil tangkapan pada kondisi normal dan
kritis sangat berpengaruh terhadap kemiringan kapal pada saat purssing. Hasil
analisa pada kondisi stabilitas normal dan kritis pada saat hauling dari nilai !! =
0.990 menunjukkan pengaruh beban tarik hasil tangkapan terhadap kemiringan
kapal pada kedua kondisi stabilitas saat purssing adalah 99 % mempunyai
hubungan sangat erat, karena nilai !! semakin mendekati 1. Menurut Junaidi
,2008 dalam perhitungan pada tabel model Summary didapat nilai R square
0.990. R Square (!!) sering disebut dengan koefisien determinasi adalah untuk
mengukur kebaikan suai ( goodness of fit ) dari persamaan regresi, yaitu
memberikan presentase variasi total dalam variable terikat yang dijelaskan oleh
variabel bebas. Nilai !! terletak antara 0 – 1 dan kecocokkan model dikatakan
lebih baik apabila !! semakin mendekati 1.
Gambar 4.9. Grafik hubungan hasil tangkapan dengan sudut oleng pada kondisi stabilitas normal dan kritis saat purssing.
y=0.0493x+10.325R²=0.99037
y=0.0986x+20.649R²=0.99037
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 20 40 60 80 100 120 140 160
SUDU
TOLENGKAP
ALθs,θd
(DRA
JAT)
HASILTANGKAPAN(LOYANG)
HUBUNGANHASILTANGKAPANDENGANSUDUTOLENGPADAKONDISINORMALDANKRITISSAATPURSSING
qs qd
50
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pengaruh beban tarik alat tangkap dan
hasil tangkapan pada saat purssing terhadap sudut kemiringan kapal pukat cincin
No 12 pada kondisi stabilitas statis atau normal dan stabilitas dinamis atau kritis
berbentuk kurva dengan persamaan regresi y = 0.049 x + 10.32 dan
y = 0.098 x + 20.64 dimana kemiringan kapal pada kondisi normal berada pada
sudut kemiringan θs = 10° - 17.5° dan kondisi dinamis/kritis kapal pada sudut
oleng θd = 20 – 35° dengan posisi hasil tangkapan sebesar 10 – 150 loyang atau
0.3 – 4.5 ton, dan beban tarikkan alat tangkap dan hasil tangkapan sebesar 3.153 –
7.353 ton. Pada saat hauling dengan beban tarik alat tangkap jarring 100 %
yaitu 3237 kg sudut olengnya θs = 5 - 9° dan θd = 10 - 18 °.
Hasil pengukuran sudut kemiringan kapal pada saat operasi penangkapan ikan
kapal pukat cincin nomor 12 diperairan pulau Ambon diketahui jumlah hasil
tangkapan maksimum pada saat penelitian adalah 31 loyang atau 930 kg = 0.930
ton. Dengan berat hasil tangkapan tersebut ditambah berat alat tangkap sebesar
2853 kg atau 2.853 ton maka diperoleh beban tarik alat tangkap dan hasil
tangkapan adalah 3783 kg atau 3.783 ton.
Hasil pengukuran kemiringan kapal dengan menggunakan Clinometer On
Protection digital diketahui besarnya sudut kemiringan kapal pada saat operasi
penangkap dalam proses hauling dan purssing adalah 5 - 22°.
Dari hasil perhitungan sudut kemiringan stabilitas statis kapal dengan berat beban
alat tangkap dan hasil tangkapan 3.783 ton diperoleh sudut kemiringan kapal
sebesar 12°, kemiringan kapal pada posisi ini masih berada dalam kondisi aman
dengan kisaran nilai rata rata sudut kemiringan kapal pada saat pengukuran telah
memenuhi kriteria ke dua stabilitas kapal menurut US.Navy yaitu sudut θs < 15°.
Kondisi kritis kapal dalam operasional penangkapan terjadi apabila sudut
kemiringan kapalnya lebih besar dari sudut kemiringan stabilitas dinamis atau
stabilitas kritis yaitu θd > 24°.
51
• Karakteristik Stabilitas kapal Kembali Dari Fishing Ground
Stabilitas dinamis kapal setelah kembali dari fishing ground tidak
mempengaruhi kondisi stabilatas kapal karena pengaruh tinggi gelombang hanya
0.3 m , lebih kecil 0,2 meter dibandingkan pada saat menuju ke fishing ground.
Gambar 4.5. Grafik stabilitas dinamis kapal saat kembali dari fishing ground
Gambar 4.5 Menunjukkan kapal pukat cincin nomor 12 mempunyai sudut
kemiringan 2°-8° posisi masih dalam kondisi aman.Kecepatan kapal pada saat
kembali dari fishing ground adalah 6 knot atau 3.084 m/det dengan kecepatan
pembalik 5.7 detik, waktu ini memenuhi periode oleng untuk kapal ikan yaitu 4,5
-7 detik. Kecepatan kapal pada saat kembali dari fishing ground dengan membawa
tambahan hasil tangkapan sebanyak 31 loyang atau 930 kg mempunyai kecepatan
kapal lebih kecil 1 knot dan waktu periode olengnya lebih lambat 0.2 detik
dibandingkan dengan kondisi kapal pada saat menuju ke daerah fishing ground.
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
SUDU
TOLENGKAP
AL(DE
TIK)
KECEPATANKAPAL(KNOT)
OLENGANKAPALPADASAATKEMBALIDARIFISHINGGROUND
sudutoleng
BAB. V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik stabilitas kapal 16 GT yang diperuntukan untuk analisis stabilitas
menunujukakan stabilitas statis kapal pukat cincin ini mempunyai stabilitas aw
stabilitas statis kapal yang baik setelah melalui pengujian stabilitas kapal
berdasarkan kriteria stabilitas kapal ikan menurut (IMO,2008) dimana luas
dibawah kurva : GZ 0 - 30° = 0.148 m.rad,GZ 0 - 40° = 0.231 m.rad, GZ 30-
40° = 0.08 m.rad, GZ > 30° = 0.36 m, GZmax pada sudut 30° = 33° dan
GMo = 0.77 m.
2. Stabilitas dinamis kapal pukat cincin pada saat operasi penangkapan ikan
diperairan pulau Ambon banyak dipengaruhi oleh kondisi fishing ground
(angin,arus, gelombang, dan operasional alat tangkap saat setting, hauling
dan purssing) dengan sudut oleng dan waktu periode oleng kapal pada saat :
menuju fishing ground TR = 4,5 detik dan ! = 10° -15°, demikian pada saat
kembali dari fishing ground TR = 5.7 detik dan ! = 4° - 9° pada saat setting
TR = 7 detik dan ! = 2° - 9° saat hauling dan purssing TR = 8 detik dan ! =
5 – 22°.
3. Stabilitas saat setting dalam melakukan manover untuk melingkarkan alat
tangkap dengan kecepatan 5.37 knot atau 2.76 m/det, mempunyai nilai
stabilitas GM = 1.34390398 x 10!! dan GZ = 7.729655428 x 10!! serta
kemiringan sudut ! = 9°. Nilai stabilitas pada saat setting, kecil dan
mendekati nol. Nilai ini terus mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya sudut oleng kapal.
4. Stabilitas saat hauling dan purssing sangat bergantung pada hasil tangkapan,
dimana semakin besar hasil tangkapan menunjukkan beban tarik alat tangkap
dan hasil tangkapan semakin besar dan memberikan dampak pada besarnya
sudut kemiringan kapal. Hasil tangkapan saat penelitian adalah 31 loyang atau
930 kg, saat purssing dengan berat alat tangkap dan hasil tangkapan 3783 kg,
posisi kemiringan kapal adalah 12°.
56
Pada saat hauling & Purssing dengan beban alat tangkap 100 % kemiringan
kapal 9,° posisi kemiringan kapal pada posisi ini masih berada dalam kondisi
aman sesuai kriteria stabilitas US.Navy dan masih dibawah standar lengan
balik GZ < 0.30 meter. Posisi kapal akan berada pada titik kritis stabilitas
pada saat hauling & purssing apabila sudut oleng kapal lebih besar dari sudut !
= 24° d engan nilai GZ > 0.40 meter.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan operasional kapal dengan menerapkan kriteria
standar teknis desain kapal- kapal perikanan.
2. Menerapkan regulasi untuk memperketat pengawasan dan pembangunan serta
pengoperasian kapal perikanan oleh BKI, dan DKP
3. Melakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan kemampuan stabilitas
kapal guna menjamin keselamatan kapal dan nelayan dalam mengoperasikan
alat tangkap pukat cincin.
4. Dalam operasi penangkapan kapal pukat cincin saat setting diperlukan
jurumudi yang berpengalaman dalam menempatkan posisi kapal yang aman
untuk dapat mengimbangi kecepatan kapal pada sudut oleng lebih besar .
5. Membatasi kecepatan kapal sampai dengan 9 knot pada saat setting karena
kapal mengalami peningkatan kemiringan pada titik kritis diatas 14 °.
57
D A F T A R P U S T A K A
Ayodhyoa, 1985. Suatu Pengenalan Fishing Gear. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor. Ayodhyoa, 1972. Fishing Boat Correspondece Cource Center. Fakultas Perikanan. IPB.
Bogor. Bhattacharya.R.1978. Dynamic of Marine Vichcles. John Wiley and Son, inc. New Biro Klasifikasi Indonesia, 2004. Rules for the Classification and Construction of
Seagoing Steel Shi , PT. Bina Cakrawala Utama . Jakarta. Departemen Kelautan Dan Perikanan RI, 2009. Undang Unadang Nomor 31 Tahun
2009 Tentang Jenis Kapal Perikanan .Jakarta. Derret.D.R. 2006 Ship Stability for Master And Mates. Sixth Edition, Revised. Barras
Ltd. London. Dohri, M dan Soejana. S.A. 1983. Kecakapan Bahari, I. Departemen Pendidikan &
Kebudayaan. Jakarta. Fridman. A.L. 2010. Calculation Fishing Gear Design. FAO.United Nations. Fishing
New Books Ltd Englands Fyson, J.1985. Design of Small Fishing Vessels. FAO United Nations. Fishing New book
Ltd. Englands Hardjanto.2010. Pengaruh Kelebihan Dan Pergeseran Muatan Di Atas Kapal Terhadap
Stabilitas Kapal. Jurnal Pelayaran Dan Kepelabuhanan, Volume 1 No 1 Jakarta Herry.R. 2004. Kajian Teoritis Stabilitas Kapal Payang Ketika Bergerak Melingkar
(Kasus Pada Salah Satu Kapal Payang Di Pelabuhanratu Jawa Barat) Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan IPB.
Hind.A.1982. Stability And Trim Of Fishing Vessels. Second Edition Fishing News
books Ltd. London. House.D.J. 2005. Cargo Work For Marine Operation. Elsevier Butterworth Heinemann.
London IMO, International Maritime Organization.2008. Code On Intact Stability For All
Type Ship Covered By IMO Instrument Resolution A.649 ( 18 ). Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikkan
Pertanian, 2010, Identifikasi Kapal Dan Alat Penangkap Ikan. Jakarta. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi, 2011. Kajian Analisa Trend Kecelakaan
Tranportasi Laut Tahun 2003 – 2008. KNKT Jakarta. Smith-Munro.R.1980. Merchant Ship Design. The University.Of Liverpool Hutchinson. London
58
Muntaha.A. 2012. Kajian Kecepatan Kapal Pure Seiner Dengan Permodelan Operasional Terhadap Hasil Tangkapan Yang Optimal. Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Nomura,M and Yamazaki,T. 1977. Fishing Techniques. Japan International Agency
Tokyo. Poelsh.H. 1979. Ship Design And Ship Theory. Lecture Partly And Repated At Makasar
And Ambon Semyonov-Tyan-Sansky. 1980.Static And Dynamics Of Ship. Peace Publisher Moscow. Rawson,K.J. and E.C. Tupper, 2001. Basic Ship Theory Edition 3 volume 1 & 2 .
logman Scientific and Technical London. Sarohchman Kusdi, 1981. Perencanaan Dan Pengolahan Kapal Ikan. Fakultas
Perikanan. IPB. Bogor Sismadi, 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Pure Seine Di Kota
Pekalongan.Tesis Universitas Diponogoro. Semarang Subroto,M.A. 2000. Teknik Kapal Penangkap Ikan. Depertemen P & K Jakarta. Soekarsono, N.A.1991. Konstruksi Bangunan Kapal . Fakultas Teknologi Kelautan
Universitas Dharma Persada. Jakarta.. Traung.J.O. 1975. Fishing Boat of the Word, 2. Published by Fishing News Britain –
London. Van.Lammeren.W.P.A. 1948. Resistance, Propulsion And Steering Of Ship. The
Technical Publishing Company H.Stam Harlen Holland.
59