Laporan Penelitian 1 B1.1314.K.18

58
TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I Semester II2013/2014 Judul PENGEMBANGAN SLURRY BUBBLE REACTOR PADA SINTESIS FISCHER-TROPSCH Kelompok B1.1314.K.18 Zuhroni Ali Fikri (13011029) Chairil Anshari (13011056) Pembimbing Dr. IGBN Makertihartha Dr. Subagjo PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Mei 2014

description

Proposal penelitian Slurry bubble column Reactor

Transcript of Laporan Penelitian 1 B1.1314.K.18

  • TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I Semester II2013/2014

    Judul PENGEMBANGAN SLURRY BUBBLE REACTOR

    PADA SINTESIS FISCHER-TROPSCH

    Kelompok B1.1314.K.18

    Zuhroni Ali Fikri (13011029)

    Chairil Anshari (13011056)

    Pembimbing

    Dr. IGBN Makertihartha

    Dr. Subagjo

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    Mei 2014

  • B1.1314.K.18 i

    LEMBAR PENGESAHAN TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I

    Semester II 2013/2014

    PENGEMBANGAN SLURRY BUBBLE REACTOR

    PADA SINTESIS FISCHER-TROPSCH

    Kelompok B1.1314.K.18

    Zuhroni Ali Fikri (13011029)

    Chairil Anshari (13011056)

    Bandung, Mei 2014

    Disetujui Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. IGBN Makertihartha Dr. Subagjo

    Catatan Pembimbing

  • B1.1314.K.18 ii

    SURAT PERNYATAAN TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I

    Semester II Tahun 2013/2014

    Kami yang bertandatangan dibawah ini:

    Kelompok : B1.1314.K.18

    Nama (NIM) : Zuhroni Ali Fikri (13011029)

    Nama (NIM) : Chairil Anshari (13011056)

    dengan ini menyatakan bahwa laporan dengan judul:

    PENGEMBANGAN SLURRY BUBBLE REACTOR

    PADA SINTESIS FISCHER-TROPSCH

    adalah hasil penelitian kami sendiri di mana seluruh pendapat dan materi dari sumber

    lain telah dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai.

    Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan dalam lembar

    pernyataan ini di kemudian hari diketahui keliru, kami bersedia menerima sangsi sesuai

    peraturan yang berlaku.

    Bandung, 19 Mei 2014

    Tanda tangan

    Zuhroni Ali Fikri

    Tanda tangan

    Chairil Anshari

  • B1.1314.K.18 iii

    TK4092 PENELITIAN TEKNIK KIMIA I

    Pengembangan slurry bubble reactor pada sintesis fischer-tropsch

    Kelompok B1.1314.K.18

    Zuhroni Ali Fikri (13011029) dan Chairil Anshari (13011056)

    Pembimbing

    Dr. IGBN Makertihartha dan Dr. Subagjo

    ABSTRAK

    Saat ini minyak bumi masih menjadi sumber energi utama di Indonesia. Kebutuhan

    bahan bakar minyak dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi

    minyak membuat negara harus mengimpor minyak mentah sekitar 350.000 sampai

    400.000 barel per hari. Jika hal ini terus berlanjut Indonesia akan mengalami defisit

    neraca perdagangan di masa mendatang. Oleh karena itu Indonesia membutuhkan

    sumber bahan bakar alternatif yang berasal dari beberapa sumber daya potensial seperti

    batubara, gas alam, dan biomassa.

    Proses Fischer Tropsch merupakan proses tengah yang mampu mengkonversi batubara,

    gas alam, dan biomassa dalam bentuk gas sintesis (H2/CO), menjadi produk bahan

    bakar minyak sintetik. Beberapa hal yang mempengaruhi proses ini diantaranya jenis

    reaktor, kondisi operasi, katalis, dan komposisi gas sintesis. Saat ini reaktor yang umum

    digunakan di industri adalah slurry bubble reactor. Hal ini disebabkan karena beberapa

    keunggulannya dari yang lain. Pada reaktor ini pengetahuan tentang hidrodinamika,

    mekanisme perpindahan massa, serta kinetika yang terjadi menjadi aspek yang sangat

    penting untuk mendapatkan unjuk kerja reaktor yang baik.

    Penelitian ini bertujuan untuk melakukan simulasi terhadap beberapa persamaan yang

    berkaitan dengan hidrodinamika, mekanisme perpindahan massa, serta kinetika pada

    slurry bubble reactor dari berbagai literatur. Dari hasil simulasi tersebut, dicari

    parameter desain yang dapat digunakan untuk rancang bangun reaktor skala

    laboratorium (seperti diameter, tinggi reaktor, kondisi operasi, serta laju superfisial gas

    terhadap kinerja reaktor). Simulasi dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat

    lunak yaitu ANSYS Fluent atau MATLAB. Setelah itu, dilakukan konstruksi reaktor

    hasil rancangan. Unjuk kerja reaktor diuji secara aktual dengan menggunakan katalis

    berbasis besi atau kobalt. Unjuk kerja diukur dari konversi gas sintesis yang

    diumpankan.

    Kata kunci: Fischer Tropsch, Slurry bubble reactor, Hidrodinamika, Simulasi, Konversi

  • B1.1314.K.18 iv

    TK4092 CHEMICAL ENGINEERING RESEARCH I

    Development of slurry bubble reactor on fischer-tropsch synthesis

    Group B1.1314.K.18

    Zuhroni Ali Fikri (13011029) and Chairil Anshari (13011056)

    Advisor

    Dr. IGBN Makertihartha and Dr. Subagjo

    ABSTRACT

    Nowadays, petroleum is still the main source of energy in Indonesia. Needs of domestic

    fuel oil which is much higher than the amount of oil production, making the country has

    to import crude oil around 350,000 to 400,000 barrels per day. If this situation

    continues, Indonesia will experience a trade deficit in the future. Therefore, Indonesia

    need an alternative fuel source that comes from some of the potential resources such as

    coal, natural gas, and biomass.

    Fischer Tropsch process is a central process that is capable of converting coal, natural

    gas, and biomass in the form of synthesis gas (H2/CO), into a synthetic fuel products.

    Some things that affect this process is the type of reactor, operating conditions, catalyst

    and synthesis gas composition. Currently, reactors are commonly used in the industry is

    the slurry bubble reactor. This is because some of its advantages than others. In this

    reactor, the knowledge of hydrodynamics, mass transfer mechanism, and kinetics which

    happens to be a very important aspect to get a good performance of the reactor.

    This reasearch aims to perform simulations on some equations related to

    hydrodynamics, mass transfer mechanism, and kinetics in slurry bubble reactor from the

    literature. From the simulation results, the design parameters which can be used to

    design a laboratory-scale reactor will be sought (such as diameter, height reactor,

    operating conditions, as well as the superficial gas rate on the performance of the

    reactor). Simulations will be done by using some software such as ANSYS Fluent or

    MATLAB. After that, the reactor's design will be constructed. Reactor performance will

    be tested using iron or cobalt-based catalysts. Performance is measured by the

    conversion of synthesis gas.

    Keywords: Fischer Tropsch, Slurry bubble reactor, Hydrodynamic, Simulation,

    Conversion

  • B1.1314.K.18 v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-

    Nya laporan rencana penelitian teknologi kimia yang berjudul Pengembangan Slurry

    Bubble Reactor Pada Sintesis Fischer-Tropsch ini dapat diselesaikan dengan lancar

    dan baik.

    Laporan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah TK4092

    Penelitian Teknik Kimia I dan sebagai prasyarat untuk melaksanakan penelitian yang

    akan dilakukan pada mata kuliah TK4093. Laporan ini disusun guna memberikan

    pengetahuan serta wawasan dasar bagi penulis maupun pembaca mengenai topik

    penelitian yang akan penulis lakukan.

    Penulisan laporan rencana penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dari beberapa pihak.

    Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan,

    saran, dukungan, serta kerja sama yang diberikan, khususnya kepada:

    1. Orangtua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan semangat, dukungan,

    dan doa selama proses penulisan laporan.

    2. Dr. IGBN Makertihartha dan Dr. Subagjo selaku dosen pembimbing serta Dr.

    Melia Laniwati yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan, serta arahan

    terkait materi topik penelitian.

    3. Dr. Yogi Wibisono Budhi selaku dosen mata kuliah TK4092 yang telah

    memberikan arahan dalam tata cara dan aturan dalam penulisan laporan yang baik

    dan benar.

    4. Zaky Al Fatony, S.T., M.T. selaku mahasiswa S3 Teknik Kimia ITB angkatan

    2013 yang telah membantu dalam penulisan laporan.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

    sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya

    laporan ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis

    khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  • B1.1314.K.18 vi

  • B1.1314.K.18 vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Lembar Pengesahan i

    Surat Pernyataan ii

    Abstrak iii

    Abstract iv

    Kata Pengantar v

    Daftar Isi vii

    Daftar Tabel ix

    Daftar Gambar xi

    I Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Rumusan Masalah

    1.3 Tujuan

    1.4 Ruang Lingkup

    1

    1

    2

    3

    4

    II Tinjauan Pustaka

    2.1 Sejarah Perkembangan Sintesis Fischer-Tropsch

    2.2 Reaksi Fischer Tropsch

    2.3 Katalis Fischer Tropsch

    2.3.1 Jenis Katalis Fischer Tropsch

    2.3.2 Komponen Katalis Fischer Tropsch

    2.4 Reaktor Fischer Tropsh

    2.4.1 Fixed Bed Reactor

    2.4.2 Fluidized Bed Reactor (FBR)

    2.4.2.1 Circulating Fluidized Bed Reactor (CFBR)

    2.4.2.2 Fixed Fluidized Bed Reactor (FFBR)

    2.4.3 Slurry Bubble Reactor

    2.5 Tinjauan Karakteristik Hidrodinamika Slurry Bubble Reactor

    2.5.1 Rejim Aliran

    5

    5

    6

    7

    7

    9

    10

    10

    11

    11

    12

    14

    15

    16

  • B1.1314.K.18 viii

    2.5.2 Gas Holdup

    2.6 Tinjauan Faktor yang Mempengaruhi Hidrodinamika dan Perpindahan

    Massa

    2.6.1 Pengaruh Sistem Gas-Padat-Cair

    2.6.2 Pengaruh Geometri Reaktor

    2.7 Studi Tentang Hidrodinamika dan Perpindahan Massa pada SBCR

    17

    17

    17

    18

    19

    III Rencana Penelitian

    3.1 Metodologi

    3.2 Percobaan

    3.2.1 Bahan

    3.2.2 Alat

    3.2.3 Prosedur

    3.2.4 Variasi

    3.3 Interpretasi Data

    3.4 Jadwal

    23

    23

    24

    24

    25

    26

    29

    29

    32

    Daftar Pustaka 33

    Daftar Simbol 35

    Lampiran A Prosedur Operasi Alat dan MSDS 37

    Lampiran B Instruksi Kerja (Work Instruction) 39

    Lampiran C Job Safety Analysis 43

  • B1.1314.K.18 ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Pabrik sintesis Fischer Tropsch 6

    Tabel 2.2 Perbandingan harga berbagai katalis dengan basis harga Fe 8

    Tabel 2.3 Berbagai kondisi operasi pada eksperimen SBCR 19

    Tabel 2.4 Berbagai kinetika reaksi pada eksperimen SBCR 21

    Tabel 3.1 Peralatan pendukung tahap uji coba 24

    Tabel 3.2 Rancangan variasi percobaan 28

    Tabel 3.3 Rencana jadwal penelitian pengembangan Slurry Bubble Reactor

    pada sintesis Fischer-Tropsch

    31

  • B1.1314.K.18 x

  • B1.1314.K.18 xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Multitubular ARGE reactor 10

    Gambar 2.2 Circulating fixed bed reactor 12

    Gambar 2.3 Synthol fixed fluidized bed reactor 13

    Gambar 2.4 Slurry bubble column reactor 14

    Gambar 3.1 Diagram alir tahapan utama percobaan 23

    Gambar 3.2 Skema alat tahap uji coba reaktor 25

    Gambar 3.3 Diagram alir tahap pemodelan dan simulasi 26

    Gambar 3.4 Pengaruh laju alir superfisial gas dengan fraksi gas holdup 29

    Gambar 3.5 Pengaruh laju alir superfisial gas dengan fraksi gas holdup 29

    Gambar 3.6 Pengaruh dimensi reaktor terhadap konversi gas CO 30

    Gambar 3.7 Pengaruh tekanan terhadap konversi syngas 30

    Gambar 3.8 Pengaruh temperatur terhadap konversi syngas 32

  • B1.1314.K.18 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di dunia saat ini. Peran

    minyak bumi dalam berbagai kegiatan ekonomi akan terus mendominasi bauran energi

    primer dunia hingga 2050 (ESDM, 2012). Sejak tahun 2004 Indonesia sudah mulai

    menempatkan diri ke dalam posisi sebagai negara importir minyak bumi dan bahan

    bakar minyak (ESDM, 2008). Kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri mencapai

    1,4 juta barel per hari, sedangkan produksi minyak dalam negeri hanya sekitar 825.000

    barel per hari. Oleh karena itu, negara mengimpor minyak mentah sekitar 350.000-

    400.000 barel per hari atau sekitar USD 35-40 juta (ESDM, 2014). Jika hal ini terus

    berlanjut, maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami defisit dan berpotensi

    semakin parah di masa mendatang.

    Indonesia memiliki sumber daya, batu bara, gas alam, serta biomassa yang berpotensi

    untuk dijadikan sebagai alternatif sumber energi komplemen/pengganti minyak bumi.

    Sumber daya batubara Indonesia mencapai 104,94 milyar ton dan cadangan sebesar

    21,13 milyar ton. Dari total produksi batubara nasional, pasar domestik saat ini hanya

    mampu menyerap 24% karena keterbatasan pemanfaatannya. Sedang untuk sisanya

    76% di ekspor (ESDM, 2011). Potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia berdasarkan

    status tahun 2008 mencapai 170 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87 TSCF,

    dengan komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to production mencapai 59 tahun

    (ESDM, 2010). Oleh karena itu, pengembangan teknologi konversi batubara, gas alam

    dan biomassa menjadi bahan bakar minyak (BBM) menjadi perhatian utama bagi

    program ketahanan energi.

    Proses Fischer Tropsch merupakan proses tengah dari skema XTL (everything/anything

    to liquid) yang mampu mengkonversi batubara, gas alam, dan biomassa dalam bentuk

  • B1.1314.K.18 2

    syngas (H2/CO), menjadi produk BBM sintetik. Produk hidrokarbon yang dihasilkan

    sebagian besar berupa fasa cair dan sebagian kecil berupa gas atau padatan (Steynberg

    dan Dry, 2004). Proses FischerTropsch menjadi sangat penting untuk memproduksi

    bahan bakar bersih (Tiefeng dkk., 2007). Produk hasil dari sintesis Fischer-Tropsch

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis reaktor, kondisi operasi

    reaktor, katalis yang digunakan (fasa aktif, promotor, penyangga), serta komposisi

    syngas (CO/H2) yang diumpankan.

    Dalam proses Fischer-Tropsch, reaktor yang umum dipakai adalah multitubular fixed

    bed, gas-solid fluidized bed, dan slurry bubble column reactor (SBCR). Dalam studi

    yang telah dilakukan, SBCR memiliki beberapa keunggulan, di antaranya adalah

    konstruksi yang mudah, biaya yang dibutuhkan jauh lebih rendah daripada Fixed Bed

    Reactor, turun tekannya rendah, katalis yang dibutuhkan lebih sedikit disebabkan

    tingginya efisiensi dari katalis, dan cocok untuk produksi skala besar. Keunggulan ini

    yang membuatnya banyak dilirik oleh perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan

    proses Fischer Tropsch (Tiefang dkk., 2007). Meskipun masih ada beberapa kekurangan

    karena masih minimnya studi yang detail, namun reaktor ini telah disepakati oleh

    kalangan luas sebagai reaktor yang cocok diterapkan untuk pabrik skala besar

    (Steynberg dan Dry, 2004).

    Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis - Institut Teknologi Bandung telah

    melakukan pengembangan katalis Fischer Tropsch berbasis Fe dan teknologi prosesnya

    yang berupa fixed bed reactor. Hasil yang di dapat sudah menunjukkan konversi yang

    baik dan cukup memuaskan. Untuk mengejar kemajuan teknologi dan melengkapi

    penelitian yang sudah dilakukan, maka pada penelitian kali ini akan dilakukan

    pengembangan teknologi slurry bubble column reactor.

    1.2. Rumusan Masalah

    Slurry bubble column reactor merupakan salah satu teknologi reaktor multifasa yang

    telah digunakan secara komersial dalam industri untuk produksi BBM sintetik melalui

  • B1.1314.K.18 3

    proses Fischer Tropsch. Pada SBCR, syngas diumpankan dari dasar reaktor melalui gas

    sparger/distributor gas dalam bentuk gelembung gas yang akan bereaksi dengan katalis

    padat yang telah tersuspensi dalam pelarut hidrokarbon dalam fasa cair (Sehabiague,

    2012).

    Agar proses Fischer Tropsch menggunakan teknologi SBCR dapat berjalan secara

    ekonomis, maka terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Beberapa kriteria

    tersebut adalah adanya aktivitas katalis yang tinggi, adanya pemuatan katalis (loading)

    dalam suspensi lumpur (slurry) yang sempurna, serta konversi reaktan syngas yang

    tinggi (Guillen dkk., 2007).

    Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka SBCR harus bisa dioperasikan pada kondisi

    laju alir volumetrik yang tinggi dalam rejim aliran churn-turbulent. Pada kondisi ini

    dinamika antarmuka dua fase (gas dan cairan) mendominasi hidrodinamika reaktor

    (Guillen dkk., 2007). Oleh karena itulah sangat penting untuk bisa memahami proses

    hidrodinamika serta pengaruh dari desain dan parameter proses pada SBCR.

    Pada penelitian ini, pola aliran hidrodinamika SBCR akan disimulasikan menggunakan

    perangkat lunak ANSYS Fluent. Beberapa parameter yang menjadi subjek simulasi

    adalah: kecepatan gas superfisial, pemuatan katalis (loading) katalis dalam suspensi

    lumpur (slurry), rasio tinggi/diameter (Hc/Dc) kolom, serta diameter katalis. Hasil

    penelitian yang di dapat ini akan digunakan sebagai dasar dalam rancang bangun SBCR

    skala lab dan akan diuji kinerjanya menggunakan katalis yang telah dibuat di

    Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis.

    1.3. Tujuan

    Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mempelajari pola aliran hidrodinamika

    SCBR, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja reaktor serta cara

    mengoptimalkan kinerja reaktor tersebut. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk

    melakukan simulasi terhadap beberapa persamaan yang berkaitan dengan

  • B1.1314.K.18 4

    hidrodinamika, mekanisme perpindahan massa, serta kinetika pada slurry bubble

    reactor dari berbagai literatur. Dari hasil simulasi tersebut, dicari parameter desain yang

    dapat digunakan untuk rancang bangun reaktor skala laboratorium (seperti diameter,

    tinggi reaktor, kondisi operasi, serta laju superfisial gas terhadap kinerja reaktor

    1.4. Ruang Lingkup

    Batasan-batasan yang diambil pada penelitian ini adalah:

    1. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak yaitu ANSYS Fluent atau MATLAB

    2. Komposisi umpan yang digunakan adalah % CO, 45% H2, dan 10% N2

    3. Katalis yang digunakan merupakan katalis berbasis Fe atau Co

    4. Promotor yang digunakan adalah Cu/Zn/K

    5. Penyangga katalis adalah -alumina (-Al2O3) sebanyak 20%-berat

    6. Temperatur yang digunakan pada penelitian ini berada pada kisaran 230oC sampai

    250oC dan tekanan yang digunakan sebesar 15 sampai 20 bar

  • B1.1314.K.18 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah Perkembangan Sintesis Fischer-Tropsch

    Proses sintesis produksi hidrokarbon dari syngas telah dikenal pada tahun 1902, metana

    bisa dibentuk dari hydrogen (H2) dan karbonmonoksida (CO) dengan adanya katalis

    nikel atau cobalt (Dry, 1989). Proses sintesis ini mulai berkembang pada sekitar tahun

    1920. Penelitian yang dilakukan oleh Franz Fischer dan Hans Tropsch yang merupakan

    dua orang ahli kimia yang bekerja di Kaiser Wilhelm Institute for Coal Research di

    MiJlheim, telah berhasil memproduksi Hidrokarbon (synthol) dari syngas dengan

    katalis besi pada tekanan 100-150 bar, dan temperatur 400-450oC. Kemudian, Fischer

    dan Tropsch berhasil memproduksi hidrokarbon dengan menggunakan katalis kobalt

    dan besi dengan kondisi tekanan dan temperatur yang lebih rendah (1 bar, 250oC)

    sehingga memiliki kelayakan ekonomi untuk diproduksi dengan skala besar (Modley,

    2008).

    Pada tahun 1938, sintesis Fischer Tropsch (FT) mulai diaplikasikan pada skala industri

    di Jerman. Terdapat 9 pabrik yang beroperasi dengan kapasitas produksi gabungan

    sekitar 660.000 ton/tahun (Anderson, 1984). Pada sekitar tahun 1950, berdasarkan

    tingginya produksi syngas dari metan, suatu pabrik FT dengan kapasitas 360.000 ton

    per tahun didirikan di Brownsville, TX. Pada periode yang sama, berdasarkan prediksi

    kenaikan harga minyak mentah dunia sebuah pabrik FT berbasis batubara dibangun di

    Sasolburg, Afrika Selatan. Krisis minyak pada pertengahan 1970 membuat Sasol

    membangun dua pabrik FT kompleks berbasis batubara yang lebih besar. Kapasitas

    produksi gabungan ketiga pabrik Sasol pada saat itu sekitar 6.000.000 ton per tahun.

    Pada tahun 1992 dan 1993 pabrik FT berbasis metana dibangun yaitu Mossgas plant di

    Afrika Selatan dengan kapasitas sekitar 1.000.000 ton per tahun dan Shell plant di

    Bintuli, Malaysia, dengan kapasitas 500.000 ton per tahun (Dry, 2002).

  • B1.1314.K.18 6

    Perkembangan dari sintesis Fischer-Tropsch sangat dipengaruhi oleh harga minyak

    mentah dunia. Semakin menipisnya jumlah produksi minyak mentah dari hasil

    pertambangan membuat harga minyak mentah mengalami kenikan yang tajam kembali

    pada tahun 1998 hingga saat ini. Hal ini membuat konstruksi pabrik FT menjadi sangat

    dipertimbangkan oleh banyak negara untuk menutupi kebutuhan akan minyak bumi.

    Beberapa pabrik sintesis Fischer Tropsch yang ada di dunia disajikan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Pabrik sintesis Fischer Tropsch (Guettel dkk., 2008).

    Perusahaan Tempat Kapasitas

    (barrel per hari) Bahan dasar Tahun

    Sasol Sasolburg 2500 batu bara 1955

    Sasol Secunda 85000 batu bara 1980

    Sasol Secunda 85000 batu bara 1982

    MossGas Mossel Bay 30000 gas alam 1992

    Shell Bintulu 12500 gas alam 1993

    Qatar Petroleum Qatar 34000 gas alam 2006

    Sasol Chevron Escravos 34000 gas alam 2007

    2.2. Reaksi Fischer Tropsch

    Secara umum reaksi Fischer Tropsch merupakan kombinasi dari reaksi oligomerasi

    (Sehabiague, 2012). Reaksi ini penting untuk diketahui agar dapat menentukan

    stoikiometri yang terjadi sehingga dapat pula ditentukan rasio konsumsi umpan CO/H2

    maupun produk yang diperoleh. Menurut van der Laan (1999), berbagai reaksi yang

    terjadi pada reaksi Fischer Tropsch diklasifikasikan sebagai berikut,

    1. Reaksi utama

    n-Parafin nCO + (2n+1)H2 CnH2n+2 + nH2O

    1-Olefin nCO + 2nH2 CnH2n + nH2O

    Water Gas Shift Reaction (WGSR) CO + H2O CO2 + H2

    2. Reaksi samping

    Sintesis Alkohol nCO + 2nH2 CnH2n+1OH + (n1)H2O

    Reaksi Boudouard 2CO C + CO2

  • B1.1314.K.18 7

    3. Modifikasi katalis

    Reduksi/Oksidasi Katalis a. MxOy + yH2 xM + yH2O

    b. MxOy+ yCO xM + yCO2

    Pembentukan Karbida xM + yC MxCy

    2.3. Katalis Fischer Tropsch

    Katalis memainkan peranan penting dalam sintesis Fischer Tropsch. Fungsinya sebagai

    pengarah reaksi dan menentukan mekanisme reaksi yang terjadi, membuat suatu hal

    yang harus dipertimbangkan dalam pemilihannya. Setiap jenis katalis akan memberikan

    mekanisme dan kinetika reaksi yang berbeda. Bahkan untuk satu jenis katalis pada

    kondisi operasi, komposisi umpan, dan jenis reaktor yang berbeda akan memberikan

    hasil sintesis yang berbeda pula.

    2.3.1 Jenis Katalis Fischer Tropsch

    Bahan dasar pembuatan katalis untuk sintesis Ficher Tropsch adalah logam. Menurut

    van der Laan (1999), logam yang umum digunakan dalam sintesis Fischer Tropsch dan

    memberikan aktivitas yang sesuai untuk kebutuhan skala industri adalah logam dari

    golongan VIII B dalam tabel periodik yaitu besi (Fe), nikel (Ni), cobalt (Co), dan

    ruthenium (Ru). Pada kondisi operasi yang umum untuk sintesis Fischer Tropsch,

    katalis Ni memproduksi terlalu banyak CH4 dan memiliki performa yang rendah pada

    tekanan tinggi dan cenderung memproduksi gugus karbonil volatile. Katalis berbasi Ru,

    walupun memiliki aktivitas yang tinggi dan cenderung memproduksi senyawa dengan

    berat molekul yang tinggi pada temperatur rendah dan tekanan tinggi, tetapi harga yang

    terlalu mahal serta jumlahnya yang terbatas untuk aplikasi skala besar membuat katalis

    ini tidak layak untuk sintesis Fischer Tropsch. Perbandingan harga berbagai jenis katalis

    disajikan pada Tabel 2.2. Hal ini hanya menyisakan pilihan terhadap katalis berbasi Fe

    dan Co yang dapat digunakan (Dry, 2002).

  • B1.1314.K.18 8

    Tabel 2.2. Perbandingan harga berbagai katalis dengan basis harga Fe (Dry, 2002).

    Jenis Katalis Indeks Harga

    Fe 1

    Ni 250

    Co 1000

    Ru 50000

    Katalis berbasis besi digunakan untuk produksi wax pada Low Temperature Fischer

    Tropsch Process. Katalis berbasis besi memiliki aktivitas yang tinggi pada Water Gas

    Shift Reaction (WGSR) dan oleh karena itu sangat cocok untuk digunakan pada rasio

    umpan yang rendah. Namun, adanya produksi air pada reaksi utama Fischer Tropsch

    membuat katalis ini mudah untuk terdegradasi kerana proses inbibisi sehingga aktivitas

    katalis ini menurun cepat (Sehabiague, 2012). Teknik yang umum digunakan untuk

    membuat katalis ini adalah dengan presipitasi, dengan promotor Cu atau K2O dan

    dengan penyangga SiO2 atau Al2O3. Aplikasi katalis besi pada temperatur tinggi

    biasanya dibuat dengan mencampurkan bijih magnetit dengan senyawa kimia yang

    diperlukan (biasanya K2O) dan struktural promotor.

    Katalis berbasi Co sangat aktif pada Low Temperature Fischer Tropsch Process.

    Temperatur yang tinggi akan menghasilkan kelebihan CH4. Katalis ini memiliki umur

    yang relatif lebih lama dibandingkan Fe karena ketahanannya lebih besar dari inhibisi

    air. Katalis berbasis cobalt memiliki aktivitas yang rendah pada WGSR sehingga sangat

    cocok pada konsentrasi umpan yang tinggi . Untuk memaksimalkan luas permukaan

    area dapat dilakukan dengan mendispersikan Co pada penyangga yang stabil, biasanya

    Al2O3 atau TiO2. Penggunaan promotor dengan sedikit penambahan logam mulia dapat

    meningkatkan proses reduksi dan menjaga permukaan logam Co tetap bersih.

    Untuk memaksimalkan umur dari reaktor yang digunakan dan meminimalkan konsumsi

    katalis, sangat vital untuk menjaga katalis tetap dalam keadaaan aktivitas tertinggi.

    Katalis Co ataupun Fe akan teracuni oleh senyawa sulfur. Oleh karena itu, kandungan

    sulfur dalam umpan syngas harus dijaga dibawah 0.02 mg/m3.

  • B1.1314.K.18 9

    2.3.2 Komponen Katalis Fischer Tropsch

    Terdapat 3 komponen utama yang dibutuhkan dalam membuat katalis yang baik yaitu

    fasa aktif, penyangga, dan promotor. Fasa aktif adalah unsur dasar dari padatan yang

    memiliki bentuk serbuk dan berfungsi untuk mempercepat dan mengarahkan reaksi.

    Menurut Lohitharn dkk. (2008), untuk katalis dengan unsur dasar Fe pada sintesis

    Fischer Tropsch, fasa aktif muncul setelah adanya proses aktivasi dengan syngas

    melalui proses karburisasi yaitu penambahan karbon pada permukaan logam sehingga

    terbentuk lapisan besi karbida (Fe5C2). Pada katalis Co, kristalit kobalt dianggap sebagai

    fasa aktif katalis. Semakin kecil ukuran kristal kobalt akan meningkatkan luas

    permukaan katalis sehingga aktivitas katalis semakin meningkat akibat peningkatan

    adsorpsi CO.

    Penyangga adalah komponen untuk menempatkan unsur dasar katalis. Fungsi dari

    penyangga adalah untuk memberikan luas permukaan yang besar, meningkatkan

    ketahanan tekanan katalis, dan meningkatkan keaktifan katalis. Penyangga yang paling

    banyak digunakan dalam industri berdasarkan aktivitas dan selektivitasnya adalah SiO2,

    Al2O3, dan TiO2. Penambahan jumlah SiO2 pada katalis Fe akan meningkatkan luas,

    volume pori, selektivitas wax meningkat, dan selektivitas CH4 menurun. Penambahan

    Al2O3 dapat meningkatkan selektivitas terhadap produk C5 C11, tetapi luas permukaan

    lebih kecil dibandingkan SiO2. Penambahan penyangga Al2O3 dan SiO2 akan

    membentuk Co3O4-kristalit yang dapat meningkatkan luas permukaan katalis.

    Promotor adalah suatu zat yang ditambahkan ke bersama dengan bahan dasar katalis

    dan berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik katalis, meningkatkan aktivitas katalis, atau

    mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan. Promotor K, Cu, dan

    Zn adalah jenis yang biasa digunakan untuk meningkatkan performa katalis Fe.

    Penambahan K akan berpengaruh pada aktivitas katalis pada sintesis Fischer Tropsch

    dan WGSR, serta selektivitas katalis. Penambahan Cu dan Zn berfungsi untuk

    meningkatkan aktivitas melalui peningkatan pembentukan besi karbida pada permukaan

    (Iglesia, 1999).

  • B1.1314.K.18 10

    2.4. Reaktor Fischer Tropsch

    Reaktor merupakan jantung dari suatu pabrik kimia. Dalam proses FT, reaktor

    memainkan peran sangat penting di samping katalis. Reaktor yang umumnya dipakai

    dalam reaksi FT adalah Fixed Bed Reactor, Fluidized Bed Reactor, dan Slurry Phase

    Reactor. Perincian dari masing-masing reaktor akan dijabarkan sebagai berikut.

    2.4.1 Fixed Bed Reactor

    Reaktor komersial pertama untuk reaksi FT dikembangkan oleh Sasol pada tahun 1955.

    Reaktor yang dipakai adalah multitubular ARGE Reactor yang terdiri lebih dari 2000

    tube dan berdiameter 0,05 m serta memiliki tinggi 12 m dengan katalis besi dan

    dikelilingi oleh air (Sehabiague, 2012). Reaktor ini dioperasikan pada tekanan sebesar

    20 bar pada awal pengembangannya dan 45 bar ketika dikembangkan di tahun 1987

    (Dry, 1990; Espinoz dkk., 1999). Pada reaktor ini syngas masuk dan melewati pipa-

    pipa kecil yang terisi katalis, kemudian gas akan keluar melalui gas outlet dan hasil dari

    reaksi ini berbentuk wax yang keluar melalui wax outlet. Gambar 2.1 menunjukkan

    jenis reaktor fixed bed yang dikembangkan oleh Sasol.

    Gambar 2.1. Multitubular ARGE reactor (Spath dan David, 2003).

  • B1.1314.K.18 11

    Reaktor ini memiliki beberapa kelemahan dan juga kelebihan. Kelebihannya, produk

    dari reaktor ini mudah dipisahkan dengan katalisnya. Selain itu, scale-up untuk reaktor

    ini relatif mudah karena performanya bisa diprediksi dengan tingkat keyakinan yang

    tinggi berdasarkan performa pada skala pilotnya (Sehabiague, 2012; Steynberg, 2004).

    Adapun kelemahan reaktor ini adalah mahalnya biaya produksi, kemudian penggantian

    katalis yang harus diganti secara periodic sehingga reaktor harus di-shutdown terlebih

    dahulu dan ini tentunya mengganggu proses yang berjalan, dan meskipun reaktor ini

    berhasil digunakan untuk proses Low temperature Fischer Tropsch (LTFT), namun

    reaktor ini tidak bisa digunakan dalam proses High Temperature Fischer Tropsch

    (HTFT) karena temperatur yang tinggi bisa menyebabkan karbon menumpuk pada

    permukaan katalis dan bisa mereduksi aktivitasnya. (Espinoza dkk., 1999; Sehabiague,

    2012).

    2.4.2 Fluidized Bed Reactor (FBR)

    Kendala yang dihadapi oleh fixed bed reactor yang tidak bisa digunakan dalam operasi

    HTFT diatasi oleh adanya reaktor terfluidisasi (FBR, Fluidized Bed Reactor) (sumber).

    Reaktor FBR yang biasa dipakai secara umum adalah Circular Fluidized Bed Reactor

    (CFBR) dan Fixed Fluidized Bed Reactor (FFBR).

    2.4.2.1 Circulating Fluidized Bed Reactor (CFBR)

    CFBR merupakan desain reaktor yang dipilih oleh Sasol pada tahun 1950 untuk

    menjalankan proses dalam kondisi operasi HTFT. Reaktor ini dijalankan pada tekanan 2

    MPa dan temperatur 340oC. CFBR yang dipakai di Sasol dirancang oleh Kellogg

    dengan mengujinya pada skala pilot dengan diameter dalam 10 cm. Reaktor ini

    kemudian diperbesar di pabrik Sasolburg dengan diameter dalam 2.3 m dan tinggi 46 m.

    Gambar 2.2 menunjukkan reaktor CFBR, katalis yang berada di standpipe akan

    didorong oleh syngas menuju ke tempat reaksi terjadi. Setelah itu, gas keluaran akan

  • B1.1314.K.18 12

    keluar melalui gas outlet sedangkan katalis akan kembali lagi menuju standpipe. Katalis

    yang terbawa oleh gas produk akan dikembalikan ke standpipe oleh cyclone. Pada

    reaktor beda tekan di standpipe harus lebih tinggi dari beda tekan pada reaktor. Jika

    beda tekan di reaktor lebih tinggi daripada beda tekan di standpipe akibatnya katalis

    akan melewati standpipe dan malah terbawa ke gas outlet, akibatnya cyclone akan

    tersumbat dan akan merusak katalis itu.

    Meskipun reaktor ini dapat dipakai selama sekitar 30 tahun, namun reaktor ini memiliki

    banyak kelemahan. Antara lain katalis reaktor ini memiliki batas maksimum

    penambahan karena jika terlalu banyak beda tekannya akan tinggi dan mengakibatkan

    fenomena yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Kemudian karena desainnya

    yang kompleks, reaktor ini membutuhkan biaya produksi yang besar.

    Gambar 2.2. Circulating fixed bed reactor (Spath dan David, 2003).

    2.4.2.2 Fixed Fluidized Bed Reactor (FFBR)

    Pada tahun 1940-1950 pabrik yang memanfaatkan proses FT di Brownsville, Texas,

    memanfaatkan reaktor FFBR. Meskipun pada akhirnya berhenti karena kenaikan harga

    natural gas dan masalah lainnya, FFBR kembali dipakai 35 tahun setelahnya oleh

  • B1.1314.K.18 13

    Sasol. Alasannya adalah banyaknya kelemahan yang ada pada CFBR. Hal ini memicu

    para peneliti di Sasol mencari solusi dan mulai mempertimbangkan kembali reaktor

    fluidized bed yang konvensional yaitu FFBR. Setelah dilakukan penelitian dan

    pengujian di skala lab, akhirnya pada tahun 1989 reaktor ini mulai dipakai dengan

    diameter 5 m dan tinggi 22 m dan hasilnya memuaskan (Steynberg, 2004; Jager dkk.,

    1990).

    Gambar 2.3 menunjukkan FFBR, umpan masuk melalui Total Feed dan gas akan

    didistribusikan dengan gas distributor dan gas akan mengalir dengan bentuk gelembung

    melalui katalis yang ada pada reaktor. Katalis yang berada pada reaktor ini tidaklah

    bersirkulasi sebagaimana halnya CFBR, namun katalis akan terbawa dan terfluidisasi

    akibat aliran gas dan akan tertahan oleh cyclone. Panas dari reaktor ini akan dihilangkan

    melalui air umpan boiler yang mengalir pada reaktor (Dry, 1990).

    Gambar 2.3. Synthol fixed fluidized bed reactor (Spath dan David, 2003).

    Keunggulan reaktor ini dibandingkan dengan CFBR antara lain (Dry, 1990; Jager dkk.,

    1990; Steynberg, 2004): biaya konstruksi yang dibutuhkan sekitar 40% lebih rendah,

    biaya konsumsi katalis lebih rendah sekitar 30%, selektivitas metana lebih rendah,

    efisiensi energi lebih tinggi, memiliki diameter yang lebih besar sehingga koil

  • B1.1314.K.18 14

    pendingin bisa dipasang lebih banyak dan perpindahan panasnya akan lebih optimal dan

    konsekuensinya laju alir volumetrik gas yang dialirkan bisa lebih besar.

    2.4.3 Slurry Bubble Reactor

    Reaktor SBCR pertama kali diujicobakan pada tahun 1950-1960 di Jerman, Inggris, dan

    USA (Steynberg, 2004). Namun teknologi ini belum terlalu dikembangkan saat iu

    karena reaktor fixed bed masih cukup menjanjikan dan harga minyak bumi cenderung

    terjangkau. Di pertengahan tahun 1980, ketika harga minyak bumi mulai melonjak,

    teknologi Fischer Tropsch mulai banyak dilirik kembali dan banyak penelitian

    dilakukan untuk mengoptimalkan proses ini. Akhirnya pada bulan juni tahun 1991 sasol

    memutuskan untuk memakai SBCR dengan diameter dalam 5 m dan tinggi 22 m, dan

    mulai beroperasi pada bulan Mei 1993. Sekarang reaktor ini telah dipakai di Sasol,

    Exxon Mobile, synthroleum, CHOREN, dan lain lain (Sehabiague, 2012)

    Reaktor SBCR merupakan reaktor yang cocok diterapkan pada kondisi operasi LTFT.

    Reaktor ini terdiri dari 3 fasa, yaitu fasa cair (wax), fasa padatan (katalis), dan fasa gas

    (syn gas). Pertama-tama syn gas akan melewati gas sparger yang kemudian gas sparger

    itu akan memecah gas menjadi gelembung-gelembung sebelum masuk ke reaktor. Di

    reaktor, gelembung tadi akan melewati katalis yang berbentuk slurry (karena bercampur

    dengan wax) dan akan terjadi interaksi 3 fasa yaitu antara gelembung (gas) katalis

    (padat) dan wax (cair). Setelah itu produk yang berbentuk wax akan keluar dan

    dipisahkan dengan katalisnya. Gambar alat disajikan pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Slurry bubble column reactor (Spath dan David, 2003).

  • B1.1314.K.18 15

    Menurut Wang (2007), reaktor ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan fixed

    bed reactor, yaitu: konstruksinya mudah dan biaya yang dibutuhkan relative kecil,

    kontrol temperatur muda, potensi scale up sangat besar dengan potensi produksi dari

    SBCR bisa mencapai 2500 ton (Sie dan Khrisna, 1999), pressure drop relatif rendah

    sehingga mengurangi biaya kompresi udara, penambahan dan pengurangan katalis bisa

    dilakukan secara online, katalis yang dibutuhkan lebih rendah karena efisiensi katalis

    yang tinggi.

    Meskipun keunggulan-keunggulan yang tersebut sangat banyak namun reaktor SBCR

    tidak terlepas dari kekurangan. Reaktor harus dioperasikan dengan laju alir superfisial

    yang sangat tinggi, artinya rejim yang tercipta akan cenderung heterogen. Dan dalam

    rejim yang heterogen perhitungan neraca massa/energinya lebih sulit daripada rejim

    homogen. Proses perpindahan yang terjadi adalah perpindahan antar 3 fasa yang

    menyebabkan banyak limitasi yang bisa berakibat pada tidak maksimalnya konversi

    yang didapatkan. Gas sparger sangat berpengaruh terhadap performa gelembung yang

    dihasilkan, sehingga desain gas sparger harus dibuat sedemikian agar performa yang

    dperoleh bisa efisien. Proses pemisahan/recovery katalis tidak mudah. Proses scale up

    tidak mudah karena belum ada data yang komprehensif mengenai hidrodinamika dari

    reaktor di skala industri.

    2.5 Tinjauan Karekteristik Hidrodinamika Slurry Bubble Reactor

    Slurry Bubble Reactor adalah tipe reaktor yang bekerja dalam 3 fasa yang berbeda yaitu

    terdapat gas, cairan, dan padatan. Interaksi antar fasa tersebut juga sangat menentukan

    hasil produk yang didapat. Karakteristik dari interaksi tersebut dapat dijelaskan melalui

    fenomena hidrodinamika yang terjadi. Karakteristik hidrodinamika yang terjadi pada

    Dalam reaktor SBR, fasa gas biasanya didistribusikan di dalam slurry dari bawah

    reaktor melalui distributor khusus yang menyebabkan suatu regim aliran tertentu dan

    perilaku hidrodinamika yang rumit seperti perpindahan massa/panas. Berikut adalah

    beberapa tinjauan karakteristik hidrodinamika pada Slurry Bubble Reactor menurut

    Sehabiague (2012):

  • B1.1314.K.18 16

    2.5.1 Rejim Aliran

    Tidak ada peta rejim aliran yang tersedia dalam literatur untuk SBR. Namun, beberapa

    peta rezim aliran diusulkan untuk menggambarkan rezim aliran hidrodinamika dalam

    gelembung berdasarkan arah aliran keatas, diameter reaktor, dan kecepatan gas di dalam

    reaktor. Menurut Sehabiague (2012), berdasarkan dari data-data penelitian, ada

    beberapa tipe rejim aliran utama yang terjadi berdasarkan kondisi operasi dan geometri

    dari reaktor/distributor yaitu rejim homogen, slug, heterogen atau Churn-Turbulent,

    serta transisi.

    Rejim homogen adalah suatu rejim yang ditandai dengan adanya gelembung yang

    terdistribusi merata serta memiliki ukuran dan bentuk yang homogen, waktu tinggal

    gelembung hampir konstan, interaksi yang terjadi antar gelembung lemah. Rejim ini

    biasanya terjadi pada daerah operasi dengan kecepatan gas superficial 0,05 m / s,

    Rejim slug biasanya terjadi pada reaktor dengan diameter internal 0,15 m. Rejim ini

    merupakan suatu aliran gelembung yang besar akibat peningkatan kecepatan gas

    superficial. Dalam rezim ini, efek dinding sangat penting dan memiliki dampak yang

    kuat pada parameter perpindahan massa dan hidrodinamika. Properti dari fluida cair,

    seperti viskositas yang tinggi juga memfasilitasi pembentukan slug bahkan pada

    kecepatan rendah. Rezim aliran slug menyebabkan buruknya proses dispersi molekul

    gas dan perpindahan massa yang kecil. Namun, sebagian besar rejim ini terjadi pada

    skala laboratorium dan tidak akan terjadi dalam reaktor industri skala besar.

    Dalam reaktor skala besar, meningkatkan kecepatan gas superfisial di atas titik tertentu

    (>0,05-0,1 m/s) meningkatkan interaksi antara gelembung gas, dan meningkatkan

    terjadinya peleburan dan break-up dari gelembung sehingga menciptakan gelembung

    dengan distribusi ukuran yang lebih lebar. Dalam rezim ini, gelembung gas yang besar

    dan cepat-naik menginduksi sirkulasi yang kuat dan menciptakan pencampuran balik

    atau zona re-sirkulasi dimana gelembung gas kecil tertahan. Oleh karena itu rezim ini

    ditandai dengan pencampuran gas-cair yang kuat dan perpindahan massa / panas yang

    optimal.

  • B1.1314.K.18 17

    Transisi dari aliran homogen ke heterogen aliran ditandai dengan pembentukan pola

    resirkulasi cairan lokal dalam reaktor yang diciptakan oleh peningkatan populasi

    gelembung gas yang besar. Pengetahuan tentang aliran transisi ini penting untuk desain

    dan scaleup reaktor industri karena pada rejim ini sifat hidrodinamika dan sifat

    perpindahan massa berubah secara drastis.

    2.5.2 Gas Holdup

    Gas holdup didefinisikan sebagai fraksi dari volume yang ditempati oleh fase gas

    merupakan parameter hidrodinamika penting dibanding dengan volume total reaktor.

    Gas holdup merupakan salah satu kriteria desain yang penting karena perpindahan

    panas dan massa tergantung pada melalui daerah antarmuka cair gas. Besarnya gas

    holdup bergantung pada kondisi operasi, sifat fisik gas-cair-padat sistem yang

    digunakan, dan geometri reaktor.

    2.6 Tinjauan Faktor yang Mempengaruhi Hidrodinamika dan Perpindahan Massa

    Hidrodinamika dan karakteristik perpindahan massa di SBR dipengaruhi oleh banyak

    parameter mulai dari sifat fisika-kimia dari sistem gas-cair-padat hingga variabel

    operasi dan geometri reaktor. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi

    hidrodinamika dan parameter perpindahan massa maka diperlukan pemahaman

    beberapa faktor utama tersebut. Berikut adalah beberapa faktor-faktor yang

    memepengaruhi hidrodinamika pada Slurry Bubble Reactor menurut Sehabiague

    (2012):

    2.6.1 Pengaruh Sistem Gas-Cair-Padat

    Densitas gas telah banyak dilaporkan memiliki efek positif pada holdup, semakin besar

    densitas dari gas maka menyebabkan holdup yang lebih tinggi. Selain itu, banyak

  • B1.1314.K.18 18

    penelitian yang melaporkan bahwa peningkatan densitas gas mengakibatkan penyusutan

    gelembung gas. Dari beberapa penelitian, meningkatkan viskositas dari cairan akan

    menurunkan nilai holdup, dan memperbesar ukuran gelembung, serta menurunkan

    koefisien perpendahan massa yang terjadi. Tegangan permukaan cairan juga

    menunjukkan pengaruh yang sama seperti viskositas cairan, dimana peningkatan

    tegangan permukaan cairan menyebabkan ukuran gelembung menjadi besar dan

    menurunkan nilai koefisien perpindahan massa.

    2.6.2 Pengaruh Kondisi Operasi

    Peningkatan suhu telah banyak dilaporkan berdampak pada meningkatnya gas holdup

    karena peningkatan suhu menyebabkan terjadinya penurunan tegangan permukaan dan

    viskositas cairan. Peningkatan suhu juga dilaporka meningkatkan koefisien perpindahan

    massa karena adanya peningkatan difusivitas gas. Tekanan berpengaruh pada densitas

    gas, semakin tinggi tekanan maka densitas gas akan semakin tinggi pula yang

    menyebabkan terjadinya peningkatan gas holdup. Selain itu, banyak penelitian yang

    membuktikan bahwa peningkatan gas holdup dapat dilakukan dengan meningkatkan

    kecepatan superfisial gas.

    2.6.3 Pengaruh Geometri Reaktor

    Pengaruh diameter kolom terhadap holdup hanya signifikan jika diameter reaktor yang

    digunakan sangat kecil yaitu 0.15 m. Pada rasio panjang per diameter (L/D) bernilai

    lebih dari 6, nilai gas holdup cenderung tidak terpengaruh dari dimensi reaktor.

    Desain dari distributor gas, jumlah bukaan, ukuran dan orientasi mereka memainkan

    peran penting dalam mempengaruhi hidrodinamika dari SBR, tidak hanya di wilayah

    bawah di sekitar distributor gas, tetapi juga di seluruh bagian reaktor. Ukuran

    gelembung awal dan distribusi di orifice dapat dikendalikan dari bentuk sparger yang

    digunakan. Meningkatkan ukuran bukaan akan mengurangi gas holdup akibat

  • B1.1314.K.18 19

    pembentukan gelembung gas lebih besar. Namun, beberapa peneliti melaporkan bahwa

    sparger gas memiliki efek minimal terhadap ukuran gelembung dan gas holdup jika

    diameter lubang adalah > 0,001-0,002 m.

    Adanya cooling tube di dalam reaktor SBR sebagai media penyerap panas yang

    dihasilkan oleh reaksi eksotermal dalam reaktor juga dapat mempengaruhi kinerja

    reaktor dan hidrodinamika yang terjadi. Efek adanya cooling tube pada hidrodinamika

    masih sangat kecil jika konfigurasi cooling tube sebesar 1 14 % dari luas penampang

    reaktor. Pengaruh jarak pemisah antar tube pada cooling tube adalah gas holdup

    menurun ketika jarak pemisah kecil (0.006 m) dan meningkat ketika jarak pemisah lebih

    besar dari 0.008 m.

    2.7 Studi Tentang Hidrodinamika dan Perpindahan Massa pada SBCR

    Meskipun ada banyak penelitian eksperimental dalam literatur mengenai hidrodinamika

    dan parameter perpindahan massa pada SBCR, tetapi hanya sedikit yang mencakup

    kondisi operasi yang mirip dengan kondisi yang dilaksanakan di industri (T > 450K, P >

    25 bar, Ug > 0,15 m/s dan Cs > 10%-vol, campuran hdrokarbon sebagai fasa cair,

    ukuran katalis yang digunakan skala mikro). Tabel 2.3 dan 2.4 menunjukkan daftar dari

    studi yang telah dilakukan oleh para peneliti untuk mempelajari hidrodinamika dan

    proses perpindahan massa yang terjadi pada SBCR.

    Tabel 2.3. Berbagai kondisi operasi pada eksperimen SBCR (Sehabiague, 2008).

    ReferensiSistem

    gas-cair-padat

    Geometri reaktor

    (m)Sparger

    Kondisi Operasi

    (UG [m/s]; UL

    [m/s]; P [bar]; T

    [K])

    Paramet

    er

    terukur

    korela

    si

    Neme dkk.

    N2, NaOH,

    alumina, silikon

    karbida

    Dc = 0,05

    Hc = 0,75S-ON UG : 0,007 - 0,09 kL kL

    Luo dkk.N2, Paratherm

    NF, Alumina

    Dc = 0,102

    Hc = 1,37PfP

    P : 1-56,2

    UG 0,4

    Cs : 8,1; 19,1%-

    Vol

    T : 301; 350

    g ds g

    Khrisna

    dan Sie

    Udara, minyak

    parafin, minyak

    tellus, silika

    Dc = 0,1 ; 0,19;

    0,38; 0,63N/A

    P : 1

    UG: 0,5

    Cs : 0,36%-Vol

    g g

  • B1.1314.K.18 20

    Tabel 2.3. Berbagai kondisi operasi pada eksperimen SBCR (lanjutan).

    ReferensiSistem

    gas-cair-padat

    Geometri reaktor

    (m)Sparger

    Kondisi Operasi

    (UG [m/s]; UL

    [m/s]; P [bar]; T

    [K])

    Paramet

    er

    terukur

    korela

    si

    Yang dkk.N2, Paratherm

    NF, kaca

    Dc = 0,1016

    Hc = 1,37PfP

    P : 42

    UG 0,2

    Cs : 35%-Vol

    T : 354

    kLa , g

    Chen dan

    Luudara, air, nikel

    Dc = 0,05

    Hc = 0,5PfP

    P : 1

    UG : 0,04 kLa , g

    kLa ,

    g

    Bechkish

    dkk.

    H2, CO, N2,

    CH4, heksana,

    kaca, besi oksida

    Dc = 0,316 Hc =

    2,8S

    P : 1,7 - 7,9

    UG: 0,05-0,25

    Cs : 0,36%-Vol

    kLa kLa

    Deckwer

    dkk.

    N2, NaOH,

    alumina, silikon

    karbida

    Dc = 0,04 ; 0,1 SP

    P : 11

    T: 416; 543

    UG: 0,04

    Cs : 16%-Vol

    kLa , g

    Kara dkk.

    udara, air,

    batubara, abu

    mineral kering

    N/A PfP

    P : 1

    UG : 0,03-0,3

    UL : 0,01

    Cs : 0,4 kg/m3

    g g

    Koide dkk.

    H2O, N2, CH4,

    griserol, glikol,

    kaca, perunggu

    Dc = 0,1; 0,14;

    0,218; 0,3

    Hc = 2,0

    S-ON,

    PfP, PG

    P : 1

    UG : 0,03-0,15

    Cs : 0,2 kg/m3

    kLa , gkLa ,

    g

    Reilly dkk.H2O, udara, TCE,

    kacaDc = 0,3 Hc = 0,5

    S-ON,

    PfP, M-

    ON

    P : 1

    UG : 0,02-0,2

    Cs : 10%-Vol

    g g

    Fukuma

    dkk.

    H2O, udara,

    griserol, kaca

    Dc = 0,15

    Hc = 1,2; 1,7; 3,2M-ON UG up to 0,1 dB dB

    Sauer dan

    Hempel

    H2O, udara,

    plastik, pasir

    Dc = 0,14

    Hc = 2,6PfP, SP

    P : 1

    UG : 0,01-0,8

    Cs : 0,2%-Vol

    gkLa ,

    g

    Schumpe

    dkk.

    H2, H2O, N2,

    CH4, Natrium

    Sulfat, aluminium

    oksida

    Dc = 0,095

    Hc = 0,85S-ON

    P : 1

    UG : 0,07

    Cs : 300 kg/m3

    kLa , gkLa ,

    g

    SehabiagueHe, N2; Sasol

    wax; Al2O3, FeO3 Dc = 0,3 Hc = 3 N/A

    T : 450

    P : 17,237

    Cs : 10%-Vol

    UG : 0,2

    g, kLa.

    d32

    Rados N/ADc = 0,05; 0,5

    Hc = 5N/A

    US : 0,02

    UG : 0,1

    XCO

    XH2

    Maretto

    dan

    Krishna

    -; C10H34; Fe with

    Silica SupportDc = 7 Hc = 30

    T : 513

    P : 30

    UG : 0,12-0,4

    kLa , g

  • B1.1314.K.18 21

    Tabel 2.4. Berbagai kinetika reaksi pada eksperimen SBCR (Sehabiague, 2008).

    T

    (Celcius)

    P

    (MPa)

    rasio

    H2/CO

    Withers dkk. Co/Zr/SiO2 220-280 2.1 0,5-2 rFT = kFT PH22 PCO / (PCO PH2 + a PH2O)

    Yates dan

    SatterfieldCo/MgO/SiO2 220-240 1,5-3,5 1,5-3,5 rFT = kFT PH2 PCO / (1+ a PCO)

    2

    van Steen

    dan Schulz

    Co/MgO/ThO2/SiO2

    Co/SiO2190-210 rFT = kFT (PH2

    1,5 PCO / PH2O) / {1 + a (PH2 PCO / PH2O)}

    2

    Anfray dkk. Co/Al2O3 220 2 1,6-3,35 rFT = kFT (PH21,5

    PCO) / (PH2O + a PH2 PCO)2

    Referensi Katalis

    Kondisi Operasi

    Persamaan

    PH2 = 0,01-1,93

    PCO = 0,05-2,54

  • B1.1314.K.18 22

  • B1.1314.K.18 23

    BAB III

    RENCANA PENELITIAN

    3.1. Metodologi

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengembangan teknologi

    slurry bubble column reactor (SBCR) sebagai reaktor dalam proses sintesis Fischer-

    Tropsch yang menitikberatkan pada pembuatan rancang bangun SBCR skala lab.

    Pelaksanaan penelitian melibatkan 4 tahap pengerjaan utama yaitu pengumpulan data,

    proses perancangan dan pemodelan SBCR menggunakan simulator berupa perangkat

    lunak komputer, proses konstruksi SCBR hasil rancangan, serta pengujian terhadap

    reaktor yang telah dibuat tersebut menggunakan katalis Fischer-Tropsch yang telah

    dikembangkan di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis.

    Proses perancangan dan pemodelan dilakukan menggunakan perangkat lunak ANSYS

    Fluent dengan variabel percobaan berupa kecepatan gas superfisial, loading katalis

    dalam slurry, diameter partikel katalis, serta rasio tinggi/diametar kolom. Pengamatan

    hasil pemodelan dilakukan melalui plotting gas holdup terhadap berbagai variabel

    percobaan diatas dengan target respon berupa rejim aliran churn-turbulent. Respon

    konversi dan selektivitas didapatkan dengan memasukkan ekspresi kinetika ke dalam

    simulator sebagai parameter perhitungan. Proses verifikasi data dilakukan secara

    eksperimental melalui konstruksi SBCR skala lab menggunakan input hasil yang

    didapatkan pada proses pemodelan serta pengujian proses Fischer-Tropsch pada SBCR

    skala lab hasil konstruksi. Diagram alir tahap-tahap utama dalam percobaan dapt dilihat

    pada Gambar 3.1.

    Pengujian reaktor dilakukan dengan mengalirkan gas sintesis (CO/H2) ke dalam reaktor

    yang telah diisi dengan katalis. Katalis yang dimasukkan terlebih dahulu dilakukan

    proses aktivasi serta perubahan wujud menjadi slurry. Data yang dianalisis berupa

    besarnya konversi gas CO menggunakan kromatografi gas.

  • B1.1314.K.18 24

    Gambar 3.1. Diagram alir tahapan utama percobaan.

    3.2. Percobaan

    3.2.1. Bahan

    Bahan-bahan kimia yang diperlukan pada penelitian ini adalah gas sintesis (CO/H2),

    katalis berbasis Fe dengan promotor Zn/Cu/K dan Al2O3 sebagai penyangga, parafin

    (campuran hidrokarbon C15-C20) sebagai solvent, air pendingin, serta gas N2 99%-v/v

    dan He 99%-v/v untuk menghasilkan tekanan dalam reaktor. Bahan-bahan tersebut

    digunakan untuk proses pengujian terhadap reaktor yang telah dibangun dari hasil

    rancangan. Material dasar yang diperlukan pada tahap kostruksi reaktor dapat berupa

    stainless steel ataupun gelas.

    Melakukan validasi secara eksperimen terhadap variabel parameter-parameter yang diinginkan

    Membangun rancang bangun reaktor SCBR

    Melakukan run simulasi

    Memasukkan parameter tambahan informasi mengenai permasalahan proses Fischer-Tropsch

    Pendefinisian persamaan-persamaan hidrodinamika, pendefinisian geometri reaktor, pendefinisian model turbulensi, geometri gelembung

    Memasukkan parameter boundary condition

    Membuat model reaktor secara 3-Dimensi

    Menggunakan perangkat lunak ANSYS Fluent

    Pengumpulan data

    Dimensi reaktor, persamaan neraca massa/energi/momentum, sifat fisik-kimia bahan, sifat transport, dan hidrodinamaika

  • B1.1314.K.18 25

    3.2.2. Alat

    Pada tahap pemodelan dan simulasi, alat yang digunakan adalah satu set perangkat

    komputer yang telah berisi perangkat lunak SolidWorks dan ANSYS Fluent. Perangkat

    lunak SolidWorks digunakan untuk membuat geometri model dari reaktor dengan

    dimensi-dimensi yang telah ditentukan, sedangkan ANSYS Fluent digunakan untuk

    melakukan simulasi terhadap pola aliran yang terjadi serta distribusi dari temperatur

    reaktor hasil pemodelan.

    Pada tahap uji coba reaktor, selain reaktor yang telah dibuat dari hasil rancangan

    terdapat beberapa peralatan pendukung yang digunakan untuk melakukan percobaan.

    Peralatan tersebut disajikan pada Tabel 3.1. Skema alat yang digunakan pada tahap uji

    coba reaktor disajikan dalam Gambar 3.2.

    Tabel 3.1. Peralatan pendukung tahap uji coba.

    No. Alat Fungsi

    1 Tabung Nitrogen Tabung penyimpan Nitrogen

    2 Tabung Helium Tabung penyimpan gas Helium

    3 Selang/pipa Untuk mengalirkan produk/reaktan/gas

    4 Heater/Furnace Pengatur temperatur reaktor

    5 Thermodisplay Instrumen untuk memantau nilai temperatur

    reaktor

    6 Wet-test meter Pengukur laju alir gas umpan

    7 Pompa Mengalirkan gas umpan menuju reaktor

    8 Valve Alat untuk membuka dan menutup aliran

    9 Kondensor Pendingin produk yang terbentuk

    10 Sparger Mendistribusikan gas umpan dalam reaktor

    11 Bak penampung Menampung produk yang terbentuk atau air

    pendingin yang digunakan

    12 Kromatografi Gas Instrumen untuk melakukan karakterisasi

    komposisi produk yang terbentuk

  • B1.1314.K.18 26

    Gas H2

    Gas N2

    Gas CO

    Gas sintesisCO:H2

    Tempat pengambilanumpan

    Reaktor

    Katalis

    PenampunganProduk

    Kondesor

    Pompa

    Tempat pengambilanproduk

    Gas produk sisa

    Kolom laju alir

    Furnace

    T

    Thermolyne

    P

    P

    P

    P

    Pressure Gauge

    Pressure Gauge

    Pressure Gauge

    Pressure Gauge

    Air pendingin

    Gambar 3.2. Skema alat tahap uji coba reaktor (Putranto dan Naufal, 2013).

    3.2.3. Prosedur

    Tahap pertama dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Data-data kinetika,

    termodinamika, sifat fisika-kimia, serta sifat transport dari gas umpan maupun katalis

    yang digunakan pada berbagai kondisi operasi dicari dari berbagai literatur.

    Setelah seluruh data dicari, tahap selanjutnya adalah melakukan pemodelan terhadap

    berbagai jenis dan bentuk reaktor yang mengacu pada model-model yang telah ada dari

    berbagai referensi. Pembuatan geometri model tersebut dilakukan dengan menggunakan

    perangkat lunak SolidWorks. Pembuatan geometri model menggunakan perintah

    geometry yang terdapat di bagian paling atas jendela perintah. Perintah geometry

    terbagi-bagi menjadi beberapa jenis, antara lain titik, garis, bidang, dan volume. Tiap

    jenis geometri memiliki fungsi masing-masing. Meshing bertujuan agar dapat dilakukan

    proses perhitungan secara iterasi pada tahap simulasi. Proses meshing dilakukan

    menggunakan perintah mesh yang terdapat di samping kanan perintah geometry.

  • B1.1314.K.18 27

    Geometri yang telah dibuat disimulasikan dengan perangkat lunak Fluent. Simulasi

    bertujuan untuk mendapatkan pola aliran, profil temperatur, serta distribusi pertikel di

    dalam reaktor yang dirancang tersebut. Diagram alir tahap pemodelan dan simulasi

    disajikan dalam Gambar 3.3.

    Gambar 3.3. Diagram alir tahap pemodelan dan simulasi.

    mulai

    Dimensi

    50 oC dan

    pH 7

    Pembuatan geometri model

    meshing

    koreksi

    Penentuan kondisi batas simulasi

    Persamaan neraca massa, energi,

    dan momentum dalam reaktor

    simulasi

    Data simulasi

    Apakah variasi

    sudah cukup?

    Apakah terdapat

    model reaktor lain?

    selesai

  • B1.1314.K.18 28

    Setelah itu, hasil rancangan yang didapat dari tahap pemodelan dan simulasi kemudian

    dikonstruksi. Konstruksi dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dimensi yang telah

    didapat. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba terhadap unjuk kerja dari reaktor

    yang telah dikonstruksi tersebut. Pada tahap ini ada beberapa tahapan yang dilakukan

    yaitu pembuatan slurry, sintesis Fischer-Tropsch dalam reaktor, pengujian komposisi

    gas umpan dan produk, serta penentuan konversi gas CO dan H2.

    Slurry dibuat dengan terlebih dahulu menghaluskan katalis menjadi serbuk, setelah itu

    sejumlah tertentu serbuk katalis diaktivasi. Sebelum aktivasi katalis dilakukan,

    dilakukan uji kebocoran serta penyingkiran (purging) O2 dari reaktor menggunakan gas

    N2 pada tekanan atmosferik dan temperatur ruang. Sampel keluaran dicek setiap 30

    menit menggunakan alat kromatografi dengan volume sampel sebesar 0,5 mL. Purging

    dilakukan hingga luas area puncak oksigen pada hasil analisis kromatografi

    menunjukkan angka kurang dari 1000.

    Setelah purging reaktor dilakukan, proses aktivasi dilakukan dengan menggunakan gas

    CO pada tekanan 20 bar, laju 24 mL/menit dan temperatur yang dinaikkan secara

    bertahap mulai dari 200oC hingga 260oC. Temperatur dinaikkan sebesar 20 oC hingga

    mencapai temperatur 240oC. Setelah mencapai 240oC temperature dinaikkan sebesar

    10oC hingga 260oC. Aktivasi dilakukan selama 5 jam. Katalis yang telah teraktivasi

    dicampurkan dengan solvent hingga berbentuk slurry dan dimasukkan ke dalam reaktor.

    Setelah itu proses sintesis Fischer-Tropsch dilakukan dengan terlebih dahulu mengatur

    laju alir gas umpan, menyalakan pemanas, mengatur tekanan serta menyalakan

    kondensor, tunggu hingga suhu reaktor konstan dan laju alir air pendingin berjalan

    konstan. Kemudian gas umpan (CO/H2) dialirkan ke dalam reaktor dengan kondisi

    operasi yang divariasikan. Komposisi produk yang terbentuk dianalisis menggunakan

    kromatografi.

  • B1.1314.K.18 29

    3.2.4. Variasi

    Terdapat beberapa variabel percobaan yang akan digunakan pada tahapan simulasi

    penelitian ini diantaranya: kecepatan gas superfisial, loading katalis dalam slurry,

    diameter partikel katalis, serta rasio tinggi/diamater (Hc/Dc) kolom. Variasi percobaan

    ini ditujukan untuk mendapatkan rejim aliran churn-turbulent. Rancangan variasi

    variabel percobaan simulasi disajikan pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2. Rancangan variasi percobaan.

    Variabel Percobaan Range nilai variabel percobaan

    Ug (m/s) 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; 0,9

    Loading/ pemuatan katalis dalam slurry/

    suspensi lumpur (%) 10, 15, 20, 25, 30

    Diameter partikel katalis dp (mesh) 60-80; 80-100; 100-120

    Hc (m)

    Dc (m)

    Rasio Hc/Dc

    0,6; 0,5; 0,4

    0,05; 0,1

    4, 5, 6, 8, 10, 12

    3.3. Interpretasi Data

    Simulasi bertujuan untuk mendapatkan beberapa korelasi yang dihasilkan dari

    persamaan neraca massa, energi, dan momentum yang terdapat pada Tabel 2.5. Setelah

    pemodelan dilakukan hasilnya dibandingkan dengan referensi. Korelasi yang dicari

    antara lain : laju alir superfisial dan gas holdup, laju alir superfisial dan konversi

    syngas, dimensi tinggi dan diameter reaktor terhadap konversi CO, tekanan operasi

    terhadap konversi syngas, temperatur operasi terhadap konversi CO (Sehabiague, 2012).

    Laju alir superfisial dari gas CO/H2 akan dilihat pengaruhnya terhadap gas holdup pada

    simulasi yang akan dilakukan dengan menggunakan model yang terdapat pada Tabel

    2.5. Kemudian hasil simulasi akan dibandingkan dengan Gambar 3.4. Pada tersebut,

  • B1.1314.K.18 30

    terlihat ketika aliran memasuki rejim Churn-turbulent laju alir superfisialnya memiliki

    hubungan linier dengan gas holdup-nya.

    Gambar 3.4. Pengaruh laju alir superfisial gas dengan fraksi gas holdup (Chilekar,

    2007).

    Pengaruh dari laju superfisial gas terhadap konversi syngas akan disimulasikan dan

    kemudian dibandingkan dengan data pada Gambar 3.5.

    Gambar 3.5. Pengaruh laju alir superfisial gas dengan fraksi gas holdup (Krishna,

    1999).

    Persamaan neraca massa akan diselesaikan dengan memanfaatkan bantuan perangkat

    lunak ANSYS Fluent sehingga nantinya akan didapatkan korelasi antara diameter,

    panjang reaktor dan konversi CO. Hasil simulasi akan dibandingkan trennya dengan

    model pada Gambar 3.6.

  • B1.1314.K.18 31

    Gambar 3.6. Pengaruh dimensi reaktor terhadap konversi gas CO (Sehabiague dkk.,

    2008).

    Pengaruh tekanan terhadap konversi syngas akan disimulasikan dengan menggunakan

    model kinetik pada Tabel 2.5. Hasil dari simulasi ini kemudian dibandingkan dengan

    model pada Gambar 3.7.

    Gambar 3.7. Pengaruh tekanan terhadap konversi syngas (Sehabiague, 2012).

    Pengaruh temperatur terhadap konversi syngas akan disimulasikan dengan

    menggunakan persamaan neraca energi pada Tabel 2.5. Hasil dari simulasi ini kemudian

    dibandingkan dengan model pada Gambar 3.8.

  • B1.1314.K.18 32

    Gambar 3.8. Pengaruh temperatur terhadap konversi syngas (Sehabiague, 2012).

    3.4. Jadwal

    Rencana jadwal peneltian pengembangan Slurry Bubble Reactor pada sintesis Fischer-

    Tropsch ini ditunjukkan pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.3 Rencana jadwal penelitian pengembangan Slurry Bubble Reactor pada

    sintesis Fischer-Tropsch.

    Laporan kemajuan 3

    Pengumpulan data

    Belajar perangkat lunak

    Pemodelan dan simulasi

    Penulisan laporan

    Konstruksi reaktor

    Uji coba reaktor

    Analisis hasil percobaan

    Revisi laporan

    KegiatanOkt Nov Des Jan Feb

    bulan

    April Mei Jun Jul Ags Sep

  • B1.1314.K.18 33

    DAFTAR PUSTAKA

    Anderson, R.B., Catalysts for the Fischer-Tropsch synthesis in Catalysis (Ed: P. H. Emmett), Vol. 4, Van Nostrand-Rheinhold, New York, 1956.

    Anderson, R.B., The Fischer-Tropsch Synthesis, Academic Press, New York, 1984. Chilekar, Vinit Prakash., Hydrodynamics and mass transfer in slurry bubble columns:

    scale and pressure effects, Disertasi Doktoral, Technische Universiteit Eindhoven, 2007.

    Dry, M. E., Commercial conversion of carbon monoxide to fuels and chemicals, Journal of Organometallic Chemistry 372(1) (1989), 117127.

    Dry, M. E., The Fischer-Tropsch process-commercial aspects, Catalysis Today 9570 (1990), 183-206.

    Dry, M. E., The FischerTropsch process: 19502000, Catalysis Today 71(3-4) (2002), 227241

    ESDM., Berita-kemigasan : Indonesia Rogoh US$ 100 Juta Untuk Impor Minyak dan BBM, www.migas.esdm.go.id, 2014.

    ESDM., Minyak Bumi Mendominasi Bauran Energi Primer Dunia Hingga 2050, www.esdm.go.id, 2012.

    ESDM., Pemanfaatan Batubara Untuk Kebutuhan Domestik Akan Ditingkatkan, www.esdm.go.id, 2011.

    Espinoza, R. L.; Steynberg, A. P.; Jager, B., & Vosloo, A. C., Low temperature Fischer Tropsch synthesis from a Sasol perspective, Applied Catalysis A: General 186 (1999), 1326.

    Guettel, R.; Kunz, U.; Turek, T., Reactor for Fischer Tropsch Synthesis, Journal of Institute of Chemical Process Engineering, Clausthal University of Technology

    31(5) (2008), 746-754.

    Guillen, Donna Post, Wendt, Daniel S., Antal, Steven P., Podowski, Michael Z.,

    Review of Experimental Capabilities and Hydrodynamic Data for Validation of CFD-Based Prediction for SBCR, AIChE Annual Meeting (2007), Amerika Serikat.

    Jager, B.; Dry, M. E.; Shingles, T.; & Steynberg, A., "Experience with a new type of

    reactor for fischer-tropsch synthesis", Catalysis Letters 7 (1990), 293-302.

    Maretto, C.; Krishna, R., Modelling of a bubble column slurry reactor for Fischer Tropsch synthesis, Catalysys Today 52 (1999), 279289.

    Modley, D.J., On the deactivation of cobalt-based Fischer-Tropsch synthesis catalysts, Tesis Magister, Eindhoven University of Technology, 2008.

    Putranto, F.X.,; Naufal, Muhammad Afif, Pengembangan katalis dan proses Fischer Tropsch, Laporan penelitian S1 Teknik Kimia ITB, 2013.

    Sehabiague, L.; Lemoine, R.; Behkish, A.; Heintz, Y. J.; Sanoja, M.; Oukaci, R.; &

    Morsi, B. I., "Modeling and optimization of a large-scale slurry bubble column

    reactor for producing 10,000bbl/day of FischerTropsch liquid hydrocarbons", Journal of the Chinese Institute of Chemical Engineers 39(2) (2008), 169179.

    Sehabiague, L., Modeling, scaleup and optimization of slurry bubble column reactors for fischer-tropsch synthesis, Disertasi Doktoral, University of Pittsburg, 2012.

  • B1.1314.K.18 34

    Sie, S. T.; & Krishna, R., "Fundamentals and selection of advanced FischerTropsch reactors", Applied Catalysis A: General, 186(1-2) (1999), 5570.

    Spath, Pamela L., and David C. Dayton., Preliminary screening-technical and economic assessment of synthesis gas to fuels and chemicals with emphasis on the

    potential for biomass-derived syngas, No. NREL/TP-510-34929. National Renewable Energy Lab Golden co, 2003.

    Steynberg, A. P., "Fischer-Tropsch Technology", Elsevier Science & Technology

    Books, 2004.

    Van der Laan, Gerard P., Kinetics, selectivity and scale ip of the Fischer-Tropsch synthesis, Tesis Magister, University of Groningen, (1999)

    Wang, T.; Wang, J.; & Jin, Y., "Slurry Reactors for Gas-to-Liquid Processes: A

    Review". Industrial & Engineering Chemistry Research 46(18) (2007), 58245847.

  • B1.1314.K.18 35

    DAFTAR SIMBOL

    Cs : konsentrasi katalis [kg/m3]

    Dc : diameter reaktor [m]

    d32 : diameter rata-rata Sauter [m]

    dB : diameter gelembung [m]

    Hc : ketinggian reaktor [m]

    kLa : koofisien perpindahan massa [1/detik]

    kFT : konstanta laju reaksi proses Fischer Tropsch [bergantung pada pilihan laju

    reaksi]

    P : tekanan [Pa]

    rFT : laju reaksi proses Fischer Tropsch [mol/(literdetik)]

    T : temperatur [K]

    U : kecepatan superfisial [m/s]

    X : konversi [%]

    Greek

    : gas holdup [-]

    Subskrip

    l : komponen fasa liquid

    g : komponen fasa gas

    CO : merujuk ke senyawa CO

    H2 : merujuk ke senyawa H2

    H2O : merujuk ke senyawa H2O

  • B1.1314.K.18 36

  • B1.1314.K.18 37

    LAMPIRAN A

    PROSEDUR OPERASI ALAT PERCOBAAN DAN MSDS

    Judul Penelitian Pengembangan Slurry Bubble Reactor pada Sintesis Fischer-

    Tropsch

    Nama Mahasiswa Zuhroni Ali Fikri

    Chairil Anshari

    NIM : 13011029

    NIM : 13011056

    Dosen Pembimbing Dr. Ir. I.G.B.N. Makertihartha

    Dr. Ir. Subagjo

    No Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan

    1 Gas Hidrogen

    (H2)

    Tidak berwarna, tidak berbau

    Tidak korosif

    Tidak beracun, dalam konsentrasi tinggi dapat

    mengurangi suplai O2 ke

    dalam paru-paru

    Berbahaya pada tekanan tinggi

    Selalu menggunakan google.

    Kontak dengan kulit dihindari, jas laboratorium

    dan sarung tangan selalu

    digunakan

    Kontak dengan sistem pernafasan dihindari, selalu

    menggunakan masker

    Selalu dipastikan tabung gas tertutup/tidak bocor

    Dipastikan keran pipa terbuka saat gas dialirkan

    2 Gas Karbon

    Monoksida (CO)

    Tidak berwarna, tidak berbau

    Mudah terbakar

    Oksidator kuat

    Dapat menyebabkan gangguan

    pernafasan

    Kontak dengan kulit dihindari, masker selalu

    digunakan

    Disimpan dalam tempat tertutup, kering, dan jauh dari

    sumber panas

    Selalu dipastikan tabung gas tertutup/tidak bocor

    Dipastikan keran pipa terbuka saat gas dialirkan

    3 Gas Argon (Ar) Tidak berwarna, tidak berbau

    Dapat menyebabkan gangguan

    pernafasan

    Kontak dengan kulit dihindari, masker selalu

    digunakan

    Disimpan dalam tempat tertutup, kering

    Selalu dipastikan tabung gas tertutup/tidak bocor

    Dipastikan keran pipa terbuka saat gas dialirkan

  • B1.1314.K.18 38

    No Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan

    4 Gas Nitrogen

    (N2)

    Tidak berwarna, tidak berbau

    Dapat menyebabkan gangguan pernafasan dalam konsentrasi

    tinggi akibat pengusiran O2

    Selalu menggunakan google.

    Kontak dengan kulit dihindari, jas laboratorium

    dan sarung tangan selalu

    digunakan

    Kontak dengan sistem pernafasan dihindari, selalu

    menggunakan masker

    Selalu dipastikan tabung gas tertutup/tidak bocor

    Dipastikan keran pipa terbuka saat gas dialirkan

    Bandung, Mei 2014

    Ketua Satuan Tugas Keselamatan Kerja, Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

    Dr. Hary Devianto Dr. IGBN Makertihartha Dr. Subagjo

  • B1.1314.K.18 39

    LAMPIRAN B

    INSTRUKSI KERJA

    (WORK INSTRUCTION)

    Judul Penelitian Pengembangan Slurry Bubble Reactor Pada Sintesis Fischer

    Tropsch

    Nama Mahasiswa Zuhroni Ali Fikri NIM 13011029

    Chairil Anshari NIM 13011056

    Dosen Pembimbing Dr. Ir. I.G.B.N. Makertihartha

    Dr. Ir. Subagjo

    Tahap uji unjuk kerja reaktor

    1. Siapkan reaktor yang akan diuji unjuk kerjanya.

    2. Siapkan serbuk katalis dan campuran parafin (sebagai pelarut).

    3. Lakukan aktivasi katalis dengan memasukkan katalis ke dalam reaktor,

    kemudian masukkan reaktor ke dalam furnace.

    4. Pasang sambungan pipa gas tabung nitrogen dan tabung hidrogen dan karbon

    monoksida dengan reaktor.

    5. Setelah memastikan semua alat terpasang dengan rapat, pastikan keran aliran

    keluaran reaktor sudah tertutup. Lakukan uji kebocoran dengan mengalirkan gas

    hidrogen hingga tekanan 20 bar secara bertahap (tekanan dinaikkan per 5 bar).

    Setiap kenaikan tekanan, uji kebocoran setiap sambungan pipa dengan air sabun.

    6. Apabila sudah tidak ada kebocoran, turunkan tekanan gas hidrogen dengan

    membuka keran aliran keluaran reaktor dan menurunkan tekanan pada pressure

    regulator tabung gas hidrogen hingga tekanan di dalam reaktor bernilai 1 bar.

    7. Lakukan purging dengan mengalirkan gas nitrogen hingga luas area puncak

    oksigen pada hasil analisis kromatografi gas menunjukkan angka kurang dari

    1000. Aliran gas nitrogen diatur menjadi 60 mL/menit.

    8. Tutup keran aliran keluaran reaktor, kemudian naikkan tekanan reaktor hingga

    15 bar dengan mengalirkan gas nitrogen. Setelah dinaikkan, keran aliran

    keluaran reaktor dibuka kembali dengan tetap menjaga tekanan reaktor bernilai

    15 bar.

  • B1.1314.K.18 40

    9. Hubungkan kabel listrik temperature controller dan pompa ke stop kontak 220

    V, serta memasang detektor gas CO pada daerah kerja.

    10. Lakukan tes kebocoran dengan menggunakan gas CO hingga tekanan 20 bar dan

    menguji pada setiap sambungan pipa dengan air sabun.

    11. Masukkan termokopel ke dalam termowell, kemudian nyalakan display

    termokopel.

    12. Nyalakan temperature controller.

    13. Panaskan reaktor (dengan tetap mengalirkan gas nitrogen pada tekanan 1 bar)

    hingga temperatur 250oC. Pemanasan reaktor dilakukan dengan menaikkan

    temperatur setiap 20oC pada temperature controller. Tunggu hingga temperatur

    di dalam reaktor tunak pada angka 250oC.

    14. Matikan aliran gas CO dari sumbernya, dan turunkan tekanan reaktor dengan

    membuka aliran gas CO keluar reaktor hingga reaktor mencapai tekanan

    atmosferik, lalu tutup keran aliran keluaran reaktor.

    15. Masukkan sejumlah campuran parafin sebagai pelarut ke dalam reaktor melalui

    liquid valve. Pastikan tidak ada cairan yang terperangkap di dalam pipa

    resirkulasi cairan pada reaktor.

    16. Panaskan reaktor hingga temperatur reaksi yang diinginkan.

    17. Alirkan syngas dengan membuka keran regulator tabung syngas hingga tekanan

    reaktor mencapai 20 bar dan atur laju alir gas dengan menggunakan inlet valve

    dan bypass valve.

    18. Lakukan reaksi sintesis Fischer Tropsch selama 12 jam. Ambil sampel gas

    masukan dan keluran reaktor setiap 1 jam. Catat penurunan tekanan dalam

    reaktor selama reaksi.

    19. Alirkan gas nitrogen dengan membuka keran regulator hingga tekanan reaktor

    mencapai 20 bar, kemudian tutup regulator tabung syngas.

    20. Dinginkan temperatur reaktor hingga temperatur 40oC.

    21. Keluarkan slurry dari reaktor dengan membuka liquid valve pada reaktor.

    22. Turunkan tekanan reaktor hingga 1 bar dengan tetap mengalirkan gas nitrogen.

    23. Alirkan gas nitrogen hingga kandungan CO maksimum 35 ppm (paparan

    maksimum oleh OSHA selama 8 jam). Pengecekan kandungan CO dilakukan

    dengan penyuntikan sampel gas pada detektor gas CO.

  • B1.1314.K.18 41

    24. Matikan keran regulator gas nitrogen dan turunkan tekanan reaktor hingga 0 bar.

    25. Matikan seluruh saklar peralatan listrik. Cabut kabel listrik yang terhubung ke

    stop kontak.

    26. Ambil cairan (apabila terbentuk) dari keluaran kondensor.

    27. Lepas rangkaian reaktor untuk pengambilan sampel cairan dan wax (jika ada).

    CATATAN KESELAMATAN

    Selalu pastikan detektor gas CO berfungsi sebelum digunakan.

    Selalu pastikan bahwa tidak ada kebocoran gas dalam area kerja.

    Selalu pastikan tidak terjadi arus singkat yang menyebabkan korsleting.

  • B1.1314.K.18 42

  • B1.1314.K.18 43

    LAMPIRAN C

    JOB SAFETY ANALYSIS

    Judul Penelitian Pengembangan Slurry Bubble Reactor Pada Sintesis Fischer-

    Tropsch

    Nama Mahasiswa Zuhroni Ali Fikri NIM 13011029

    Chairil Anshari NIM 13011056

    Dosen

    Pembimbing

    Dr. IGBN Makertihartha

    Dr. Subagjo

    Identifikasi Bahaya Mitigasi Resiko

    Adanya korsleting listrik saat simulasi

    dengan komputer dapat merusak

    komputer atau menimbulkan kebakaran

    Pastikan sambungan kabel listrik

    terpasang dengan baik dan tidak

    meletakkan air di area sekitar komputer

    Kebocoran syngas Selalu gunakan masker gas saat

    percobaan, pastikan gas detektor CO

    berfungsi, nyalakan exhaust vent

    Reaksi tidak stabil akibat purging dengan

    gas nitrogen tidak sempurna

    Lakukan analisis sampel gas dengan GC

    sebelum memulai reaksi sintesis

    Adanya penyumbatan dalam reaktor

    akibat slurry yang digunakan atau

    pemadatan wax dapat menyebabkan

    reaktor rusak dan berpotensi ledakan

    Lakukan pengecekan penyumbatan

    reaktor secara berkala dan produk yang

    terbentuk harus langsung dipisahkan dari

    slurry

    Reaksi sangat eksotermik dan temperatur

    terlalu tinggi dapat berpotensi terjadi

    ledakan

    Naikkan temperatur secara bertahap,

    lakukan pengecekan temperatur secara

    berkala

    Tekanan sangat tinggi dapat berpotensi

    terjadi kebocoran gas

    Naikkan tekanan secara bertahap, lakukan

    pengecekan tekanan secara berkala

    Terpapar kondensat Gunakan sarung tangan dan masker

    Wet gas dapat mengakibatkan GC tidak

    berfungsi

    Pastikan dessicant kering dan siap

    digunakan

    Bandung, Mei 2014

    Ketua Satuan Tugas Keselamatan Kerja, Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

    Dr. Hary Devianto Dr. IGBN Makertihartha Dr. Subagjo

  • B1.1314.K.18 44