LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

62
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : FLORETTA ANGGA RINI N1111019 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG 2012

description

jiwa

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah Utama

Defisit Perawatan Diri

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).

Tanda dan Gejala :

Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,

kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor

Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien

laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.

Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan

makana tidak pada tempatnya

Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air

besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak

membersihakan diri dengan baik setelah BAB/BAK

b. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri

adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.

Tanda dan Gejala

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

Penampilan tidak rapi

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Cara makan tidak teratur

BAK dan BAB di sembarang tempat

3. Pohon masala

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,

Data obyektif

Defisit perawatan diri

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan

Isolasi sosial

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

a. Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau,

kulit kotor

b) Isolasi Sosial

Data subyektif

a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif

b. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi

sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat

tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

c) Defisit Perawatan Diri

Data subyektif

a. Pasien merasa lemah

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

Data obyektif

a. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

5. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b. Isolasi Sosial

c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk

memperhatikan kebersihan diri

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Intervensi

a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan

pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),

keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk

mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Intervensi

a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien

selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di

RS.

c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga

kebersihan diri klien.

e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan

diri.

g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi

Tujuan Khusus :

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan

dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,

tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi

A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan

orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan

orang lain

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Intervensi

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

Intervensi

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan

orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan

orang lain

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan

manfaat berhubungan dengan oranglain

Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,

BAB/BAK

Tujuan Umum :

Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

Tujuan Khusus :

Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

Pasien mampu melakukan makan dengan baik

Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Intervensi

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :

Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan

Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRI

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA

Resiko bunuh diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk

mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),

bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:

Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

Bunuh diri dilakukan dengan intensi

Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung

(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan

kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

Tanda dan gejala :

Sedih

Marah

Putus asa

Tidak berdaya

Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal

2. Penyebab

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.

Terbagi menjadi:

1. Faktor Genetik

2. Faktor Biologis lain

3. Faktor Psikososial & Lingkungan

Faktor genetik (berdasarkan penelitian):

1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang

menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan

mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.

Faktor Biologis lain:

Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:

Stroke

Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)

DiabetesPenyakit arteri koronaria

Kanker

HIV / AIDS

Faktor Psikososial & Lingkungan:

Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa

kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan

negatif thd diri, dan terakhir depresi.

Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang

berkembang, memandang rendah diri sendiri

Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,

kurangnya sistem pendukung sosial

3. Akibat

Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :

Keputusasaan

Menyalahkan diri sendiri

Perasaan gagal dan tidak berharga

Perasaan tertekan

Insomnia yang menetap

Penurunan berat badan

Berbicara lamban, keletihan

Menarik diri dari lingkungan social

Pikiran dan rencana bunuh diri

Percobaan atau ancaman verbal

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

C. POHON MASALAH

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri

Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria

Usia: lebih tua, masalah semakin banyak

Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri

merupakan masalah.

Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh

diri / penyalahgunaan zat.

Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,

pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.

Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.

Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko

mengalami perilaku bunuh diri.

2. Masalah keperawatan

Resiko Perilaku bunuh diri

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

Koping maladaptive

DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

Resiko bunuh diri

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri

2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

3. Tujuan khusus :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

Perkenalkan diri dengan klien

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

Bersifat hangat dan bersahabat.

Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan :

Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh

perawat.

Awasi klien secara ketat setiap saat.

Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

Dengarkan keluhan yang dirasakan.

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan

dan keputusasaan.

Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapannya.

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan

keinginan untuk hidup.

Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar

sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll.)

Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan

pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang

kegagalan dalam kesehatan.

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang

mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah

mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

1. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan

3. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan:

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan

keluarga

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Tindakan:

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang

dimiliki

Tindakan :

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan.

4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

2. Tujuan umum :

- Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Tujuan khusus :

- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

4. Tindakan :

- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif

o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

o Merencanakan yang dapat pasien lakukan

- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara

penyelesian masalah

o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih

baik

F. RENCANA TINDAKAN KPERAWATAN

a. Ancaman atau percobaan bunuh diri

1. Intervensi pada pasien

a) Tujuan keperawatan

Pasien tetap aman dan selamat.

b) Tindakan keperawatan

Melindubgi pasien dengan cara:

Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke

tempat yang aman

Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas,

dan tali pinggang)

Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien

mendapatkan obatnya.

Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi

pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Isolasi sosial : menarik diri

II. Proses Terjadinya Masalah

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Budi Ana Keliat, 1999).

Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya. Faktor

perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga terjadi tidak percaya

pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang

lain dan gangguan konsep diri, dimana klien merasa dirinya tidak berharga.

Menarik diri dapat juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran

keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko

dari perilaku menarik diri adalah terjadinya perubahan persepsi sensori (halusinasi).

Manifestasi klinik pada klien dengan menarik diri adalah apatis, ekspresi sedih, afek

tumpul, menyendiri, banyak diam diri di kamar, menunduk, menolak hubungan dengan

orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).

III. Pohon Masalah

Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi….

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi…..

b. Isolasi sosial : menarik diri

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Data yang perlu Dikaji

a. Data obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak

diam

Isolasi sosial : menarik diri

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

b. Data subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan

singkat ya atau tidak.

V. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi… berhubungan dengan menarik diri

2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

VI. Rencana Tindakan Keperwatan

a. Tujuan umum : tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, memperkenalkan

diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu

1.2. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab

1.3. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri

Tindakan :

2.1. Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain

2.2. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain

Tindakan :

3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain

3.2. Bantu mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki untuk bergaul

4. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-perawat, klien-

perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga

Tindakan :

4.1. Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin

perawat sama

4.2. Motivasi/temani klien untuk berkenalan dengan orang lain

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

4.3. Tingkatkan interaksi secara bertahap

4.4. Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi

4.5. Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi

4.6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik

5. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan :

5.1. Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

6. Klien mendapat dukungan keluarga

Tindakan :

6.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui

pertemuan keluarga

6.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

2. Keliat BA. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

3. Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo. 2003

4. Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :

RSJP Bandung. 2000

5. Boyd MA, Nihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia :

Lippincott-Raven Publisher. 1998

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)

Perilaku kekerasan/amuk

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

II. Proses Terjadinya Masalah

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah

yang tidak konstruktif (Towsend,1998)

Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi

atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum

dapat diselesaikan. Perilaku kekersan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan

akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.

Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan dapat disebabkan adanya

perubahan sensori persepsi berupa halusinasi baik dengar, visual maupun lainnya. Klien

merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang mengejeknya. Klien dengan

perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang

lain maupun lingkungan, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot,

membakar rumah dan lain-lain.

III. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi….

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

a. Masalah keperawatan

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Perilaku kekerasan/amuk

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi….

b. Data yang perlu dikaji

1. Data Subjektif

a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang

Perilaku kekerasan/amuk

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal atau marah

c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya

2. Data Objektif

a. Mata merah, wajah agak merah

b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai

c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam

d. Merusak dan melempar barang-barang

V. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/amuk

2. Perilaku kekerasan/amuk berhubungan dengan perubahan persepsi sensori :

halusinasi….

VI. Rencana Tindakan Keperwatan

a. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, perkenalan dan

jelaskan tujuan interaksi

Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang

2. Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan

Tindakan :

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal

Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan

tenang

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

Tindakan :

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel

atau kesal

Observasi tanda perilaku kekerasan

Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Tindakan :

Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

Tanyakan apakah dengan tindakan seperti itu dapat menyelesaikan

masalah

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Tindakan :

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan

Tanyakan apakah klien ingin mempelajari cara baru yang sehat

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan

Tindakan :

Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat

Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : tarik napas dalam jika

sedang kesal, berolahraga, memukul bantal/kasur

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung

Secara spiritual : berdoa, ibadah, memohon kepada Tuhan untuk diberi

kesabaran

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :

Bantu memilih cara yang paling tepat

Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih

Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi

Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan

keluarga

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)

Tindakan :

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan

efek samping)

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu)Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)

Perubahan sensori perseptual : halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi

pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).

Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau

penyebab halusinasi berasal dari lingkungan. Rangsangan primer dari halusinasi adalah

kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan

dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,

tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.

Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self

esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi.

Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala

dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur

persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri

menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak

efektif lagi. Hal ini mengakibatkan sulit untuk membedakan mana rangsangan yang

berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungan..

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk

terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara

sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan

seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang

dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)

III. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Isolasi sosial : menarik diri

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

a. Masalah keperawatan

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi

3. Isolasi sosial : menarik diri

b. Data yang perlu dikaji

1. Data Subjektif

a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan

stimulus nyata

b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

d. Klien merasa makan sesuatu

e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang

2. Data Objektif

a. Klien berbicar dan tertawa sendiri

b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

c. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi

V. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan

sensori perseptual : halusinasi

2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

VI. Rencana Tindakan Keperwatan

a. Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan

lingkungan yang tenag – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik)

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

Empati

Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

Kontak sering dan singkat

Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non

verbal)

Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara

yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan bahwa

perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak

mendengarnya. Katakan bahwa perawat akan membantu

Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi

terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi

Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi

Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk

mengontrol halusinasinya

Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan

orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada

suara tersebut “saya tidak mau dengar”

Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika

berhasil

Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi

4. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala,

cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau

kapan perlu mendapat bantuan

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping

minum obat

Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,

dosis, cara, waktu)

Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

II. Proses Terjadinya Masalah

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap

diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai

keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat

terjadi secara :

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,

dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat

dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :

pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan

(pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan

ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas

yang tidak menghargai.

2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama..

III. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Berduka disfungsional

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Isolasi sosial : menarik diri

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Berduka disfungsional

2. Data yang perlu dikaji

a. Data Subyektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

b. Data Obyektif

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

V. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka

disfungsional.

VI. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien

akan meningkat harga dirinya.

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik

pembicaraan)

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung

jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. digunakan

Tindakan :

3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke

rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki

Tindakan :

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan

4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-

Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :

RSJP Bandung. 2000

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HALUSINASI

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

MENARIK DIRI

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

WAHAM

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

Oleh :

FLORETTA ANGGA RINI

N1111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2012

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

WAHAM

1. MASALAH UTAMA : Perubahan proses pikir : waham

2. PROSES TERJADINYA MASALAH

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya

klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya

penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya.

Waham dapat dicetuskan oleh adanya tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai

perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya. Waham juga dapat menimbulkan

terjadinya kerusakan komunikasi verbal.

Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang

diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali

secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang

lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,

sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah

tersinggung.

3. A. POHON MASALAH

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Kerusakan komunikasi verbal

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

1). Masalah keperawatan :

a). Kerusakan komunikasi : verbal

b). Perubahan proses pikir : waham

c). Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2) Data yang perlu dikaji :

a). Data subyektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,

kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak

sesuai kenyataan.

b). Data obyektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,

orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat

menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

b. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham

c. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

5. RENCANA KEPERAWATAN

a. Tujuan umum : sesuai masalah (problem).

b. Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan

tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas

topik, waktu, tempat).

1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat

menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai

ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu

dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan

perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,

gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan

diri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

2.2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan

saat ini yang realistis.

2.3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk

melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan

diri).

2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan

waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah

maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan

memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

3.5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan

wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan :

4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan

waktu).

4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

4.3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan :

5.1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek

samping minum obat.

5.2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,

dosis, cara dan waktu).

5.3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

5.4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

6.1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala

waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

6.2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga