LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

22
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SADEWA, RS. GRHASIA YOGYAKARTA PUTRI RIZKA DEWI LINDA 2412020 PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA DIRI RENDAH

DI RUANG SADEWA, RS. GRHASIA

YOGYAKARTA

PUTRI RIZKA DEWI LINDA

2412020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL AHMAD YANI

YOGYAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

(.....................................................) (..................................................)

Nama & Tanda Tangan

Mahasiswa

( Putri Rizka Dewi Linda )

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

A. DEFINISI

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, Gail, W, 1998)

Konsep diri rendah adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam hubungan dengan orang lain (Suliswati, 2005).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat seara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Town, send, Maryc, 1998).

Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan diri (Carpenito, 2000)

Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negative yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama (Lynda wall, edisi 8, 2001).

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentng nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri ( Keliat, Budi, Anna, 2005)

B. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Gangguan citra tubuh

Mekanisme : Gangguan citra tubuh merupakan perubahan persepsi tentang

tubuh yang diakibatkan oleh  perubahan, ukuran, bentuk, struktur, fungsi,

keterbatasan makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh, pasien

biasanya tidak dapat menerima , merasa kurang sempurna, kemudian menjadi

harga diri rendah

Tanda :     

· Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh

· Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh(akibat tumbuh kembang

/penyakit)

· Prosedur patologik penyakit dan dampaknya terhadap strutur maupun fungsi

tubuh.

· Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi

2. Koping individu tidak efektif:

Mekanisme:Kelaianan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan

permasalahan seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan peran /

kegagalan yang dialami dan fantasi yang terlalu tinggi yang tidak dapat

dicapai membuat frustasi dengan timbulnya harga diri rendah.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

3.Gangguan harga diri :

Pendekatan diri dengan orang lain

Kurang penghargaan

Pola asuh yang salah, terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituntut, selalu

dituntut, dan tidak konsisten

Persaingan antara saudara

Kesalahan dan kegagalan yang berulang

Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan

4.Gangguan peran diri :

Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan

situasi, dan keadaan sehat-sakit

Ketegangan peran, ketika individu menghadapi 2 harapan yang bertentangan

secara terus menerus yang tidak terpenuhi

Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan

peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku  peran yang sesuai

5. Gangguan identitas diri :

Ketidak percayaan orangtua pada anak

Tekanan dari teman sebaya

Perubahan struktur social

C. FAKTOR PRESIPITASI

1) TraumaMasalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu

sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

2) Ketegangan peranKetegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu

melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran, dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

D. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi                 Defisit perawatan diri

Isolasi sosial                                Motivasi kurang

          HarGa diri rendah

 

  Tidak efektivnya koping individu

E. TANDA DAN GEJALA

Menurut L. J Carpenito (1998 :352), A.B Keliat (1994:120), perilaku yang

berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

DS :

·         Mengkritik diri sendiri atau orang lain

·         Perasaan tidak mampu

·         Pandangan hidup yang pesimis

·         Perasaan lemah dan takut

·         Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

·         Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

·         Hidup yang berpolarisasi

·         Ketidakmampuan menentukan tujuan

·         Mengungkapkan kegagalan pribadi

·         Merasionalisasi penolakan

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

DO :

·         Produktivitas menurun

·         Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain

·         Penyalahgunaan zat

·         Menarik diri dari hubungan social

·         Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

·         Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

·         Tampak mudah tersinggung /mudah maraH

F. AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Perubahan penampilan peran

Mekanisme : berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang

disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari harga diri rendah

Keputusasaan

Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuan karena

menganggap dirinya tidak mampu

Menarik diri

Mekanisme : perilaku  menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain karena menganggap dirinya tidak pantas di

lingkungan yang merupakan akibat dari harga diri rendah

          

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Anna Issacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara medis yaitu terapi somatic antara lain:1) Psikofarmakologi

a) Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di dalam otak, mengubah emosi dan mempengaruhi perilaku.

b) Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang membawa penghambat atau penstimulasi dari satu neuron ke neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara mereka.

c) Terapi elektrokonvulsif (ECT)

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

2) Antipsikotik (neuroleptik)Secara teori pelaksanaan medis khusus klien Tn. K dengan harga diri

rendah tidak ada, namun secara medis klien Tn. K yang didiagnosa medis skizofrenia paranoid diberi terapi sebagai berikut:a) Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan, dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan dalam buang air kecil, hidung tersumbat, gangguan irama jantung), metabolic (jaundice).

b) Haloperidol (HR/ Resperidone)Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi

kehidupan sehari-hari.Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,

febris, dan ketergantungan obat.Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada

reseptor pasca sinaptik neuron di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut kering, kesulitan buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat, mata kabur)

c) T rihexyphenidyl (THP)Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ansefalitis dan

idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna.

Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.

Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, retensi urine.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Budi Anna, Keliat, (2005) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu mamvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk kelaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta ynag diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan beserta respon klien.

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memnuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:a. Independen

Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter atau tenaga ksehatan lainnya. Tipe dari aktifitas yang dilaksanakan perawat secar independen didefinisikan berdasarkan diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Tipe tindakan independen dikategorikan menjadi 4 yaitu tindakan diagnostic, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan merujuk.

b. InterdependenTindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn memerlukan

suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli fisioterapi, ahli laboratorium, dan dokter.

c. DependenTindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk klien dengan harga diri rendah yaitu:a. SP I pasein:

1) Membina hubungan saling percaya2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan

pasien.5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. SP II pasien :1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2) Melatih kemampuan kedua3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

c. SP I keluarga:1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2) Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami

pasien berserta proses terjadinya.3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.

d. SP II keluarga:1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri

rendah.2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri

rendah.e. SP III keluarga:

1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat(dischargc planning)

2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Koping individu tidak efektif

3. Isolasi sosial 

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

No Diagnosa TUM TUK

1 Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Klien mempunyai konsep diri yang positif.

TUK I : Klien dapat membina

hubungan saling percaya dengan

perawat.

Kriteria evaluasi

            Setelah ….x interaksi, klien

menunjukkan ekspresi wajah

bersahabat, menunjukkan rasa

senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan

nama, mau menjawab salam, klien

mau duduk berdampingan dangan

perwat, mau mengutarakan masalah

yang di hadapi.

Intervensi:

Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik :

Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non

verbal

Perkenalkan diri dengan

sopan

Tanyakan nama lengkap

dan: nama panggilan yang

disukai klien

laskan tujuan pertemuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya

Beri perhatian dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

TUK 2 : Klien dapat

mengidentifkasi aspek kognitif dan

kemempuan yang dimiliki

Kriteria evaluasi:

Setelah …x interaksi klien

menyebutkan :.

         Aspek kognitif dan kemampuan

yang dimiliki

         Aspek positif keluarga

         Aspek positif lingkungan klien

Intervensi :

            2.1 Diskusikan dengan klien

tentang :

         Aspek positif yang dimiliki klien,

keluarga, lingkungan

         Kemampuan yang dimilki klien

2.2 Bersama klien buat daftar

tentang :

         Aspek posirtif klien, keluarga,

lingkungan

         Kemampuan yang dimiliki klien.

2.3 Beri pujian yang realistis,

hindarkan memberi penilaian

negative

2.4 Anjurkan klien mengikuti TAK

peningkatan harga diri sesi 1 :

identifikasi hal positif klien.

TUK 3 : Klien dapat menilai

kemampuan yang dimiliki untuk

diolaksanakan

Kriteria evaluasi :

            Setelah …x interaksi klien

menyebutkan  kemampuan yang

dapat dilaksanakan.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

Intervensi :

            3.1Diskusikan engan klien

kemampuan yang dapat

dilaksanakan

            3.2 Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

pelaksanaannya.

TUK 4 : Klien dapat merencanakan

kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki.

Kriteria evaluasi :

            Setelah …x interaksi klien

membuat rencana kegiatan harian.

Intervensi :

4.1 Rencana bersama klien aktivitas

yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan klien :

          Kegiatan mandiri

         Kegiatan dengan bantuan

4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai

kemampuan klien

4.3 Beri contoh cara pelaksanaan

kegiatan yang dapat klien lakukan

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan

sesuai rencana yang dibuat dan

terlibat dalam TAK stimulasi

persepsi peningkatan harga diri.

Kriteria evaluasi :

     Setelah …x interaksivklien

melakukan kegiatan sesuai jadwal

yang dibuat dan terlibat dalam TAK

stimulasi persepsi peningkatan

harga diri.

Intervensi :

            5.1 Anjurkan klien untuk

melaksanaksan kegiatan yang telah

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

dilaksanakan

            5.2 Pantau kegiatan yang

dilaksanakan klien

            5.3 Libatkan klien dalam

TAK stimulasi persepsi peningkatan

harga diri

            5.4 Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien

            5.5 Diskusikan kemungkinan

pelaksanakan kegiatan setelah

pulang.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan

system pendukung yang ada

Kriteria evaluasi:

            Setelah …x interaksi klien

memanfaatkan system pendukung

yang ada dikeluarga.

            6.1 Beri pendidikan

kesehatan pada keluarga tentang

cara merawat klien dengan

                  harga diri rendah.

            6.2 Bantu keluarga

memberikan dukungan selama klien

dirawat

            6.3 Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan rumah

2 Koping individu tidak efektif

Pasien mempunyai koping yang efektit

TUK I : Pasien dapat

mengidentifikasi perasaannya secara

jelas:

Kriteria evaluasi :

            Pasien mengekspresikan

perasaanya secara bebas

Intervensi :

1.      Izinkan pasien untuk menangis

2.      Sediakan kertas, alat tulis jika

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

klien belum mau bicara

3.      Nyatakan kepada pasien bahwa

perawat dapat mengerti apabila dia

belum siap membicarakan

masalahnya

TUK 2 : Pasien dapat

mengidentifikasi koping dan

perilaku yang berkenaan dengan

kejadian yang dihadapinya.

Kriteria evaluasi :

            Klien dapat mengidentifikasi

koping dan perilaku yang berkenaan

dengan kejadian yang dihadapinya.

Intervensi :

1.      Tanyakan kepada klien apa pernah

mengalami hal yang sama

2.      Tanyakan cara yang dapat

dilakukan dalam mengatasi perasaan

dan masalah.

3.      Identifikasi koping yang pernah

dipakai

4.      Diskusikan dengan pasien

alternative koping yang tepat

TUK 3 : Pasien dapat

mengidentifikasi pola kognitif yang

negative

Kriteria evaluasi :

            Pasien dapat memodifikasi

pola kognitif yang negatife

Intervensi :

            1. Diskusikan tentang

masalah yang dihadapi pasien

            2. Identifikasi pemikiran

negative

            3. Bantu pasien

meningkatkan pemikiran yang

negative

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

            4. Kurangi penilaian

negative terhadap dirinya

            5. Evaluasi ketetapan

persepsi, logika kesimpulan yang

dibuat pasien

            6. Bantu pasien untuk

menyadari nilai yang dimiliki

TUK 4 : Pasien dapat berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan yang

berkenaan

              dengan perawatan dirinya,

Kriteria evaluasi :

Pasien berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan yang

berkenaan dengan perawatan

dirinya.

Intervensi :

1.      Libatkan pasien dalam

menetapkan tujuan perawatannya

yang ingin dicapai.

2.      Motivasi pasien untuk membuat

jadwal aktivitas perawatan diri

3.      Berikan pasien privasi sesuai

kebutuhan yang ditentukan

4.      Berikan reinforcement positif

untuk keputusan yang dibuat

5.      Berikan pujian jika pasien berhasil

melakukan kegiatan penampilan

yang bagus

6.      Motivasi pasien untuk

mempertahankan kegiatan tsb.

TUK 5 : Pasien diapat memotivasi

untuk aktif mencapai tujuan yang

realistic

Kriteria evaluasi :

Pasien memotivasi untuk aktif 

mencapai tujuan yang realistic

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

Intervensi :

1.      Bantu klien untuk menetapkan

tujuan yang realistic, fokuskan

kegiatan pada saat ini dan bukan

kegiatan masa lalu

2.      Bantu klien mengidentifikasi

situasi kehidupan yang dapat

dikontrolnya.

3.      Identifikasi cita-cita yang ingin

dicapai oleh klien

4.      Dorong untuk berpartisipasi dalam

aktivitas tersebut dan berikan

penguatan positif untuk

berpartisipasi dan pencapaiannya.

5.      Motivasi keluarga untuk berperan

aktif dalam menurunkan perasaan

tidak bersalah klien.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN JIWA HDR.docx

I. DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku saku diagnosa keperawatan (terjemahan). Edisi 8.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Depkes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan

Skizofrenia. Direktorat Kesehatan Jiwa. Jakarta

Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Stuart. G.W & Sundeen. S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).

Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri (terjemahan),

Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta