Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

download Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

of 24

Transcript of Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Kebidanan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK R USIA 19 BULAN DENGAN FEBRIS CONVULSION DI RUANG BLAMBANGAN BRSD. PROF. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI MOJOKERTO DISUSUN OLEH : IMROATUN NASUKHA NIM. 200606040 PRODI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO MOJOKERTO 2008

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS CONVULSION I. DEFINISI Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985. Jilid 2. Hal : 827) Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. (Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 434) Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. (Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229) II. ETIOLOGI Hingga kini belum diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. (Mansjoer, Arif. 2kk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 434) III. PATOFISIOLOGI Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi di mana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi, sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dalam permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luas adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (cl-) akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATP ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya : 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstravaskuler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20% pada seorang anak berumur 3 tahun. Sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran. Jadi, dengan akibat terjadinya lepas maupun listri, lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotrasmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang

baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlawanan lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kbutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkania, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan oleh meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas merupakan faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran daerah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229 230)

IV. MANIFESTASI KLINIS Umumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan vokal. Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 80C berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiporesis sementara (hemiparesis todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan cairan serebropinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama untuk pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensefalografi (EEG) ternyaa kurang mempunyai nilai pragnostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang di kemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak diajurkan untuk pasien kejang

demam sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. VI. DIAGNOSA BANDING Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu dipertimbangkan pungsi lumbal. VII. PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Fase Aktif Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntah. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antiporetik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarectal. Dosis diazepam intravena 0,3 0,5 mg / kg BB / kali dengan kecepatan 1 2 mg / menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan. Tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi cabut jarum. Bila diazepam intrarectal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB > 10 kg). bila kejang tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10 20 mg / kg BB secara intravena perlahan-lahan 1 mg / kg BB / menit. Setelah pemberian fenitoin harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa an menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam. Lanjutnya dengan fenobarbotal diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 tahun 50 mg dan 1

tahun ke atas 75 mg. secara intramuskular empat jam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8 10 mg / kg BB / hari. Dibagi dalam 2 dosis untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4 5 mg / kg BB . hari dibagi 2 dosis selama keadaan belum membaik. Obat diberikan secara sintukan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200 mg / hari. Efek sampingnya adalah hipotensi penurunan kesadaran dan depresi pernafasan. Mencari dan Mengobati Penyebab Pemeriksaan serebrosponal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian, kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya apabila ada gejala meningitis / bila kejang demam berlangsung lama. 3. Pengobatan Profilaksis Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3 0,5 mg / kg BB / hari dalam 3 dosis. Saat pasien demam diazepam dapat juga diberikan intrarectal, tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB < 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 380 C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, hipotonia Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4 5 mg / kg BB / hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproaf dengan dosis 15 40 mg / kg BB / hari. Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria yaitu : 1.

Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis. Misal : serebral palsi atau mikrosefali 2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit 3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua / Saudara kandung 4. Bila kejang terjadi bayi berumur kurang dari 12 bulan. Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang, maka diberikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam orang / rectal tiap 8 jam disamping antipiretik. VIII. PROGNOSIS Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebakan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25 50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan

epilepsi rendah. (Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 435 437) DAFTAR PUSTAKA Ilmu Kesehatan Anak. 2000. FKUI Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK R USIA 19 BULAN DENGAN FEBRIS CONVULSION DI RUANG BLAMBANGAN BRSD. PROF. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI MOJOKERTO I. PENGKAJIAN DATA Tanggal MRS : 9 Juli 2008 Jam : 16.50 WIB Tanggal Pengkajian : 9 Juli 2008 Jam : 19.00 WIB Tempat : Blambangan Kelas II4 No. Register : 117297 Oleh : Imroatun Nasukha A. Data Subyektif 1. Identitas Anak N am a : An R Tanggal Lahir / Umur : 4 November 2006 / 19 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Anak ke : 2 Diagnosa : Febris Convulsion Identitas Orang Tua Nama Ibu : Ny. K Nama Ayah : Tn. D Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Pendidikan : S1 Pendidikan : S1 Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS Alamat : Prambon Alamat : Prambon Wonokerto Wonokerto 2. Keluhan Utama Saat MRS Ibu klien mengatakan anaknya panas sejak tadi pagi (9-07-08) sekitar jam 08.00 WIB. Kejang 1x + 5 menit pada bagian kaki dan tangan terasa kaku, lidah tidak tergigit, gigi menggeget. Setelah klien kejang klien lemas dan diam sebentar dalam keadaan sadar, muntah cair 1x, tidak mencret dan tidak pilek

Saat Pengkajian Ibu klien mengatakan saat ini anaknya tidak kejang lagi, panasnya mulai turun, anaknya sedang rewel dansum er -s um er. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu klien mengatakan anaknya panas sejak tadi pagi (9-07-08) sekitar jam 08.00 WIB kejang 1x + 5 menit pada bagian kaki dan tangan terasa kaki, lidah tidak tergigit, gigi menggeget, setelah klien kejang klien lemas dan diam sebentar dalam keadaan sadar, muntah cair 1x, tidak menfret dan tidak batuk pilek, makan dan minum baik, orang tua memberi obat paracetamol 1 tablet untuk menurunkan panas, tetapi panasnya tidak turunturun kemudian orang tua membawa anaknya ke UGD BRSD Prof. Dr. Soekandar sekitar jam 16.50 WIB oleh dokter disarankan rawat inap di ruang Blambangan (anak) agar

mendapatkan pelayanan yang sesuai klien dipindahkan ke ruang Blambangan (anak) sekitar jam 17.30 WIB. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu klien mengatakan anaknya pernah menderita penyakit batuk pilek biasa dan tidak sampai di rawat di RS. Pada usia 5 bulan, anaknya sempat mencret dan step. Pada usia 9 dan 14 bulan, klien juga pernah di rawat inap di BRSD. Prof. Dr. Soekandar dengan penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu klien mengatakan bahwa dirinya pernah menderita penyakit kejang demam seperti yang diderita anaknya saat ini. Ibu klien juga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) menahun (jantung, hipertensi) menurun (asma, DM) 6. Riwayat Antenatal Ibu klien mengatakan selama hamil ia tidak pernah sakit tetapi hanya mual muntal pada awal kehamilan. Ibu memeriksakan kehamilannya 4x di bidan dan ibu hanya minum obat yang diberikan oleh bidan. 7. Riwayat Natal Tenaga Penolong : Bidan BB : 3700 gr Tempat : RS PB : 50 cm Jenis Persalinan : Spontan Kondisi : Bayi sehat Jenis Kelamin : Laki-laki Aktivitas : Bayi menangis

Riwayat Neonatal Ibu klien mengatakan anaknya lahir dengan spontan di tolong oleh bidan RS dengan jenis kelamin laki-laki, BB : 3700 gr. TB : 50 cm. anaknya langsung menangis dan tidak ada masalah 9. Riwayat Postnatal Ibu klien mengatakan setelah anaknya lahir diberi ASI colostrum, ibu menyusui anaknya selam 6 bulan kemudian diberi PASI 10. Riwayat Sosial Ibu klien mengatakan anaknya diasuh sendiri bersama suaminya. Hubungan dengan keluarga baik serta hubungan dengan teman sebayanya juga baik. 11. Riwayat Tumbuh Kembang Aspek Personal Sosial

Anak Dapat : Main bola dengan pemeriksa, melambaikan tangan, menggunakan sendok gampu, menirukan kegiatan, melambaikan tangan, tepuk tangan, memasukkan biskuit ke mulut, menyatakan keinginan tanpa menangis. - Anak Gagal : Gosok gigi dengan bantuan, cuci dan mengeringkan tangan - Kesimpulan : Anak normal dalam aspek personal sosial Aspek Motorik Halus

Anak Dapat : Memegang dengan ibu jari dan jari, membenturkan 2 kubus, menaruh kubus di cangkir, mencoret-coret, ambil manik-manik diturunkan, menara 2 kubus - Anak Gagal : Menara 4 kubus - Kesimpulan : Anak normal dalam aspek motorik halus Aspek Bahasa - Anak Dapat : Mengucap 3 kata, 1 kata, 2 kata, 6 kata - Anak Gagal : Menunjuk 1 gambar, menyebut 1 gambar - Kesimpulan : Anak normal dalam aspek bahasa

Aspek Motorik Kasar - Anak Dapat : Berdiri sendiri, berjalan mundur, berjalan dengan baik, membungkuk kemudian berdiri, berjalan naik tangga, lari - Anak Gagal : Menendang bola ke depan, melempar bola tangan ke atas Kesimpulan : Anak normal dalam aspek motorik kasar 12. Riwayat Imunisasi Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap, tetapi ibu klien lupa menyebutkan tanggal dan usia pemberian imunisasi 13. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Pola Nutrisi

belum Sakit : Makan : 3x / hari porsi sedang dihabiskan dengan menu nasi, lauk, sayur. Minum : 5 gelas / hari (air putih, susu) Selama MRS : Makan 2x / hari (nasi dari RS dengan diit TKTP) klien makan hanya habis 3 5 sendok makan, karena klien lagi rewel Minum : + 5 gelas / hari (air putih, susu) b. Pola Eliminasi Sebelum Sakit : BAB : 1x / hari (konsisten lembe, warna kuning, bau khas, tidak sakit) BAK : 5 7x / hari (warna kuning jernih, bau khas) Selama MRS : BAB : 1x / hari (konsisten lembek, berlendir, warna kuning, bau khas, tidak sakit) BAK : 4 5x / hari (warna kuning jernih, bau khas) c.

Pola Aktivitas Sebelum Sakit : Klien aktif bermain dengan teman sebayanya Selama MRS : Klien digendong orang tuanya jalan-jalan di sekitar ruangan Blambangan d. Pola Istirahat Sebelum Sakit : Tidur siang jam 11.00 14.00 WIB nyenyak Tidur malam jam 18.30 04.00 WIB nyenyak Selama MRS : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa tidur nyenyak karena badannya panas. Ia hanya tidur jam dari jam 17.10 17.40 WIB e. Pola Kebersihan Diri Sebelum Sakit : Mandi 2x / hari padi dan sore. Ganti baju 2x / hari. Gosok gigi 2x / hari, keramas 3x seminggu, ganti celana dalam tiap ngompol dan setelah mandi.

Selama MRS : Klien hanya diseka 2x sehari ganti baju 1x, belum gosok gigi, tidak keramas, ganti celama dalam setiap BAB / BAK II. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Fisik Umum a. Keadaan Umum : Cukup b. Kesadaran : Composmentis c. TTV N : 104x / menit S : 376 0 C RR : 22x / mnt BB

: 11 kg TB : : 2. Pemeriksaan Fisik Khusus Inspeksi - Kepala : Bersih, tebal, hitam, bergelombang, tidak ada ketombe, tidak ada kutu - Muka : Menyeringai, tidak odem, tidak pucat - Mata : Simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda, bersih, tidak ada kotoran, reflek pupil baik - Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada polip - Mulut : Simetris, lembab, tidak ada etomatitis, bersih, lidah bersih, gigi tumbuh di depan bawah 4 buah depan atas 2 buah, samping kiri bawah dan atas masing-masing 2 buah. Samping kanan atas bawah 2 buah. Jadi jumlahnya 16 buah, tidak terdapat caries. - Telinga : Pendengaran baik terbukti saat klien di panggil merespon, simetrtis, tidak ada serumen, bersih - Leher : Bersih, tidak ada bendungan vena jugularis - Dada : Simetris, bersih, tidak terdapat penarikan otot intercoster. - Axila : Simetis, bersih - Abdomen : Simetris, bersih - Genetalia : Bersih, terdapat skrotum, terdapat testil (2) terdapat lubang penis Anus : Terdapat lubang anus, bersih

- Ekstremitas : Atas : Jumlah jari tangan lengkap, tidak ada gangguan pergerakan pada tangan kiri terpasang infus Ds. N, 40 TPM, simetris, bersih, akral hangat.

Bawah : Jumlah jari kaki lengkap, simetris, tidak aa gangguan pergerakan, akral hangat, bersih Palpasi - Kepala : Tidak terdapat benjolan - Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe - Axila : Tidak terdapat pembesaran limfe - Abdomen : Tidak terdapat nyeri tekan - Ekstremitas : Akral hangat Auskultasi - Dada : Tidak terdapat rnchi maupun wheezing - Abdomen : Terdapat suara bising usus Perkusi - Abdomen : Tidak hipertimpani - Reflek Patela : +/+ PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal : 1. A. Urine - SG : 1.020 - Ph : 5 - Leucolyt : Negatif - Nitrit : Negatif - Protein : Negatif - Glucose : Negatif - Keton : Negatif - Urobilinogen : Negatif - Bilirubin : Negatif - Eritrocyt : Negatif Sedimen

- Leucocyt : 01 L/P - Erytrocyt : L /P - Epithel Cel : 12 L/P

Cylinder : L /P - Lan-lain : L /P Hasil Pemeriksaan Tanggal Hematologi Angka Normal 1. Haemoglobin : 11.7 9 /dl L : 13.4 17 P : 11.4 15 2. Leucocyt : 23.700 / mm3 4800 10.700 3. Erythrocyt : 4.37 at / mm3 L : 4.5 6.5 JT P : 3.8 5.8 JT 4. Trombocyt : 233.000 / mm3 150.000 350.000 5. LED : L : < 15 P : < 20

6. Hitung Jenis : EOS : 75,2% 1 3 BASO : 75,2% 0 1 STAB : 75,2% 3 5 Segment : 75,2% 30 70 Lympo : 21,6% 25 30 Mono : 3,2% 3 7 7. Hematrocrit (PCV) : 34,9% L : 40 50 8. Retikulosit : P : 35 45 0,8 15% 9. Bleeding Time : 1 7 10. Clotting Time : 5 15

11. PPT : 12. APTT : 13. Gol. Darah ABO / RH : 14. Malaria : Hasil Pemeriksaan Faeces Tanggal : 1. Maeros : Coklat lembek 2. Micros : - Amuba : Negatif - Cysto : Negatif Telur Cacing : Negatif - Leucocyt : Negatif - Erytrocyt : Negatif - Lemak : Negatif - Karbohidrat : Negatif III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN Dx : An R usia 19 bulan dengan febris confulsi Ds : Ibu klien mengatakan anaknya masih panas tetapi panasnya lumayan turun daripada kemarin Do : K / U : Cukup Leucocyt : 23.700 / mm3 Kesadaran : Composmentis 4800 10.700 (N) TTV N : 104x / mnt Akral hangat S : 376 0 C

RR : 22x / mnt Kejang (-) Wajah Menyeringai Bibir lembab Masalah : Peningkatan suhu tubuh Kebutuhan : - Kompres dingin - Kolaborasi dengan tim medis (pemberian antipiretik) - Beri gizi yang cukup - Banyak minum air putih / susu + 6 gelas / hari IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Resti kejang berulang Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Kolaborasi dengan tim medis Kompres dingin Beri gizi yang cukup Sarankan banyak minum air putih / susu + 6 gelas / hari VI. INTERVENSI

Dx : An R usia 19 bulan dengan febris convulsi Tujuan : Jangka Panjang : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi kejang lagi Jangka Pendek : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan panasnya turun Kriteria Hasil : - K / U : Baik Leucocyt : 23.700 / mm3 - Tidak terjadi kejang berulang 4800 10.700 (N) - Tidak panas Akral hangat - TTV normal S : 365 375 0 C N : 90 140 x / mnt R : 25 32 x / mnt - Nafsu makan meningkat terbukti klien menghabiskan makanannya Implementasi : 1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarga R/ Menjalin kerjasama dan hubungan saling percaya antara klien dan tenaga kesehatan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/ Mencegah infeksi 3. Lakukan observasi TTV R/ Deteksi dini adanya komplikasi 4. Berikan kompres dingin R/ Menurunkan suhu tubuh 5. Ganti pakaian yang tebal dengan yang tipis dan bebaskan dari pakaian R/ Mengurangi panas dan bebaskan jalan nafas 6. Ajarkan kepada keluarga tentang personal hygiene R/ Mencegah infeksi 7. Anjurkan untuk banyak minum R/ Mencegah dehidrasi 8. Kolaborasi dengan tim medis R/ Menjalankan fungsi independe

IMPLEMENTASI Tanggal : 9 Juli 2008 Jam : 20.00 WIB 1. Melakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarga dengan cara

menyapa, menanyakan dengan ramah dan sopan 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3. Melakukan observasi TTV : TD : N : 104x / menit S : 376 0 C RR : 22c / menit 4. Memberikan kompres dingin di dahi dan lipatan-lipatan misalnya : leher, ketiak, lipatan paha 5. Mengganti pakaian yang tebal dengan pakaian tipis dan membebaskan jalan nafas dengan cara kepala lebih ditinggikan 6. Mengajarkan kepada keluarga tentang personal hygiene dengan cara menganjurkan segera menceboki anaknya mulai dari lubang penis kemudian membuka gland penis setelah BAB / BAK kemudian dikeringkan 7. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk memberi minum air putih atau susu + 6 7 gelas / hari agar klien tidak dehidrasi 8. Melakukan kolaborasi dengan tim medis Tx : Inf. Ds. NS 20 tpm Inf. Cefotaxim 3x 333 mg Antrain 3x amp Obat oral paracetamol 3 x 2 cth EVALUASI Tanggal : 10 Juli 2008 Jam : 08.00 WIB S : Ibu klien mengatakan panas anaknya sudah turun O : K/U : Cukup Kesadaran : Composmentris TTV TD : N : 96 x / menit S

: 370 C RR : 24x / menit Kejang (-)

Akral hangat A : An R usia 19 bulan dengan febris convulsi masalah teratasi sebagian P : - Intervensi dilanjutkan - Ovservasi TTV Inf Ds Ns 20 tm Inj cefotaxim 3 x 333 mg Anstrain 3 x amp - Kolaborasi dengan tim medis - Paracetamol 3 x 2 - Menjaga personal hygiene - Menganjurkan banyak minum Tanggal : 12 Juli 2008 Jam : 08.00 WIB S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas dan nafsu makan meningkat O : K/U : Baik Kesadaran : Composmentris TTV TD : N : 100 x / menit S : 365 0 C RR : 25x / menit - Kejang (-) - Akral hangat - Nasfu makan meningkat terbukti klien menghabiskan makanannya dengan lahap

- Wajah anaknya sudah tidak menyeringai A : An R usia 19 bulan dengan febris convulsi masalah teratasi P : - Intervensi dihentikan klien pulang HE 1. Menganjurkan kepada keluarga untuk segera mengompres / memberi obat penurun panas apabila anaknya panas 2. Mengajurkan kepada keluarga agar menjaga personal hygiene 3. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan makanan yang bergizi