Laporan Pemicu III (Fixed)
Click here to load reader
description
Transcript of Laporan Pemicu III (Fixed)
LAPORAN PEMICU III
LARUTANDisusun oleh : KELOMPOK 8
1. Mutiara Kartini (1106000275)
2. Sirly Eka Nur Intan (1106005055)
3. Ria Kusuma Dewi (1106005396)
4. Olivia Cesarah (1106070754)
5. Sorindah Molina (1106070786)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2012
2 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
PEMICU 3. LARUTAN
A. Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif, menggantikan energi fosil yang
digunakan selama ini, dan termasuk energi yang ramah lingkungan. Sampai saat ini,
bioetanol terus dipelajari dan dikembangkn untuk mendapatkan proses produksi yang
paling efisien. Bioetanol banyak digunakan sebagai bahan campuran gasoline ataupun
sebagai bahan bakar murni. Konsentrasi etanol yang biasa digunakan sebagai standar
adalah 5% volume, sedangkan penggunaan murni hanya untuk mesin yang sudah
dimodifikasi. Bioetanol dihasilkan dari proses fermentasi bahan nabati. Untuk
mendaoatkan etanol absolut, dilakukan pemurnian melalui proses distilasi, dan diikuti
dengan dehidrasi. Pemurnian dengan distilasi saja tidak cukup karena etanol dan air
membentuk campuran azeotrop.
Pertanyaan:
1. Berdasarkan bacaan di atas, apakah campuran etanol dan air mengikuti hukum
Raoult? Berikan penjelasan untuk jawaban yang Anda berikan.
Jawab:
Sifat-sifat fisik suatu sistem dapat dipelajari dengan menentukan besaran
termodinamik sistem tersebut. Campuran dapat bersifat ideal bila mengikuti hukum
Raoult, sebaliknya bila tidak mengikuti hukum Raoult, campuran bersifat tidak ideal.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis dan
tidak sejenis sama. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik menarik antara molekul
yang sejenis maupun yang tidak sejenis berbeda.
Penyimpangan dari keidealan dapat dinyatakan dengan koefisien aktifitas.
Etanol dan air dapat bercampur dalam berbagai komposisi, oleh karenanya sangat
menarik apabila dikaji tentang sifat-sifat termodinamik sistem itu. Perubahan entalpi
penguapan, koefisien aktifitas, perubahan energi bebas Gibbs dan perubahan entropi
sistem biner etanol-air ditentukan berdasarkan data variasi titik didih pada berbagai
komposisi campuran. Perubahan entalpi penguapan dan koefisien aktifitas ditentukan
dengan menggunakan grafik, sedangkan perubahan energi bebas Gibbs dan perubahan
entropi ditentukan secara analitik.
Sifat-sifat termodinamik sistem biner etanol-air, seperti perubahan entalpi
penguapan, koefisien aktifitas, perubahan entropi dan perubahan energi bebas Gibbs
dapat ditentukan melalui pendekatan sifat koligatif dengan menentukan variasi titik
didih dan komposisi. Perubahan entalpi penguapan sistem biner etanol-air yang
berharga positif menunjukkan bahwa proses penguapan sistem biner etanol-air
bersifat endotermik, sedangkan berdasarkan harga perubahan energi bebas Gibbs yang
berharga negatif menunjukkan bahwa proses pencampuran etanol dan air pada
berbagai komposisi dapat terjadi secara spontan.
Hal ini didukung juga dengan harga perubahan entropi campuran yang
berharga positif. Harga koefisein aktifitas yang tidak jauh dari harga satu
menunjukkan bahwa penyimpangan sistem dari keidealan tidak begitu besar sehingga
masih dapat ditoleransi sebagai campuran yang ideal. Hal ini didukung juga oleh
diagram fasa sistem biner etanol-air yang menunjukkan deviasi positif dan negatif
pada berbagai komposisi yang tidak begitu besar.
Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing penyusun
larutan tidak sama karena ”volatilitas” ( mudahnya menguap ) dari masing-masing
penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak zat yang lebih volatile
dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram kesetimbangan uap dan cairan
pada tekanan tetap dan suhu tetap.
Pada percobaan kesetimbangan fase dipelajari diagram komposisi suhu pada
tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap ( yi ) dan cair ( xi ) pada berbagai
suhu ditentukan dengan pengukuran densitas. Komposisi ini kemudian dipakai untuk
membuat diagram Komposisi versus Suhu pada sistem larutan biner.
Destilasi adalah cara yang dipakai untuk membuat diagram kesetimbangan fase antara
uap dengan cairan untuk sistem larutan biner ini. Tekanan uap komponen air dan
etanol dari larutan ideal mengikuti Hukum Raoult :
PA = P0A XA (1)
PB = P0B XB (2)
Dengan :
PA = tekanan parsial Air
PB = tekanan parsial Etanol
P0A = tekanan uap murni Air pada suhu tertentu
4 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
P0B = tekanan uap murni Etanol pada suhu tertentu
XA = mol fraksi Air di dalam larutan
XB = mol fraksi Etanol di dalam larutan
Oleh karena alasan-alasan tersebut maka campuran antara etanol dan air ini
sesuai dengan hukum Raoult
2. Campuran biner etanol dan air ini, melibatkan sifat molal parsial yang dapat
ditentukan dengan grafik, analitik ataupun dengan menggunakan fungsi tertentu.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan sifat molal parsial. Ketika 50% massa larutan
etanol-air ditentukan densitasnya pada suhu 25oC, didapatkan nilai 0,914 g/cm3.
Dengan memanfaatkan teori tentang sifat molal parsial, tentukanlah volume molar
parsial etanol dalam larutan etanol-air, jika diketahui bahwa volum parsial air dalam
larutan tersebut adalah 17,4 cm3/mol.
Jawab:
Secara matematik, sifat molal parsial didefinisikan sebagai:
(1)
Di mana adalah sifat molal parsial dari komponen ke-i. Secara fisik, berarti
kenaikan dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa i
ditambahkan ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan.
Pada temperatur dan tekanan konstan, persamaan (1) dapat ditulis sebagai:
(2)
Dan dapat diintegrasikan menjadi
(3)
Arti fisik dari intregrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap,
suatu komponen n1, n2, ... , ni (yang komposisinya juga mirip dengan larutan tuanya)
ditambahkan lebih lanut, sehingga komposisi relatif dari tiap-tiap jenis tetap konstan.
Karenanya besaran molal tetap sama dan integrasi diambil pada banyaknya mol.
Ada tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial (juga disebut sebagai
panas diferensial larutan), dan (iii) energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
Sifat-sifat ini dapat ditentukan dengan menggunakan bantuan (i) metode grafik, (ii)
dengan menggunakan hubungan analitik yang menunjukkan J dan ni, dan (iii) dengan
menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan sebagai
berikut:
(4)
Di mana adalah harga molal untuk komponen murni dan dengan menggunakan
metode intersep. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari suatu
komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah sama jika
larutan tersebut ideal.
Perhitungan untuk memperoleh volume molal parsial menggunakan rumus:
6 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
3. Jika sistem etanol-air merupakan campuran azeotrop, tentukanlah berapa persen
kemurnian etanol yang bisa diperoleh berdasarkan kurva kesetimbangan etanol-air.
Jawab:
Gambar.1 Kurva Kesetimbangan Etanol dan Air
Sebelumnya kita harus mengeahui definisi dari campuran azeotrop itu sendiri. Azeotrop
adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan.
Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak
maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau
penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan
komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke
campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam
larutan.
Kurva kesetimbangan etanol dan air di atas dapat memperlihatkan fraksi mol kemurnian
dari etanol. Berdasarkan kurva tersebut dapat terlihat bahwa ketika etanol memiliki fraksi
mol sebesar 0,9 , tepat saat itu pula terdapat titik mulai azeotrop. Oleh karena itu tingkat
kemurnian etanol maksimum yang bisa kita dapatkan adalah ketika fraksi mol tersebut.
Sehingga persen kemurniannya yaitu:
Fraksi mol etanol maksimum x 100% = 0,9 x 100%
= 90%
8 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya
penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan pelarut akan ditangkap
oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan
kembali ke campuran dan memisahkan air lagi. Pada titik azeotropik , molekul etanol dan
air saling terikat kuat dan tidak dapat dipisahkan melalui metode distilasi biasa.
4. Selain dengan destilasi dan dehidrasi, jelaskan cara apa lagi yang bisa digunakan
untuk memurnikan alkohol dan air.
Jawab:
Menurut Muhammad Arif Yudiarto, Kepala Bidang Teknologi Etanol dan Derivatif di
Balai Besar Teknologi Pati, memurnikan etanol dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
kimia dan fisika. Cara kimia dengan menggunakan batu gamping. Sementara, cara
fisika ditempuh dengan proses penyerapan menggunakan zeloit sintesis.
a. Batu gamping merupakan batu yang terbuat dari pengendapan cangkang kerang dan
siput, foraminifera, atau ganggang. Batu itu berwarna putih susu, abu-abu muda,
abu-abu tua, cokelat, atau hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Batu
gamping bersifat higroskopis yang artinya mempunyai kemampuan untuk menyerap
air. Karena itu, ia mampu mengurangi kadar air dalam etanol. Menurtut Soekaeni,
SE, produsen bioetanol di Sukabumi, Jawa Barat, sebelum digunakan sebaiknya batu
gamping ditumbuk hingga jadi tepung agar penyerapan air lebih cepat.
Perbandingannya untuk 7 liter etanol diperlukan 2-3 kg batu gamping. Campuran itu
didamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, campuran diuapkan
dan diembunkan menjadi cair kembali sebagai etanol berkadar 99% atau lebih.
b. Alternatif lain, pemurnian etanol dengan zeolit sintesis. Proses pemurnian itu
menggunakan prinsip penyerapan permukaan. Zeolit adalah mineral yang memiliki
pori-pori berukuran sangat kecil. Sampai saat ini, ada lebih dari 150 jenis zeolit
sintesis. Di alam, zeolit terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul selama
ribuan tahun.
Zeolit sintesis berbeda dengan zeolit alam. Zeolit sintesis terbentuk setelah
melalui reaksi kimia. Namun, baik zeolit sintesis maupun zeolit alam berbahan dasar
kelompok aluminium silikay yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama
Na dan Ca).
Ke dua zeolit itu sama-sama memiliki kemampuan menyerap air. Pada zeolit
alam, air yang sudah terserap perlahan-lahan dilepaskan kembali. Sementara pada
zeolit sintesis, air akan terikat kuat. Zeolit sintesis bisa menyerap dan mengikat air
kareana partikel air lebih kecil daripada partikel etanol. Partikel air berukuran 3
Angstrom sehingga dapat diserap zeolit. Sedangkan, partikel etanol berukuran lebih
besar 4,4 Angstrom sehingga tidak bisa diserap oleh zeolit. Oleh karena itu, ketika
etanol 95% dilewatkan pada sebuah tabung berisis zeolit, kadar etanol bisa
meningkat karena airnya diikat oleh zeolit. Proses itu terjadi karena pori-pori zeolit
bersifat molecular shieves. Artinya molekul zeolit hanya bisa dilalui oleh partikel-
partikel berukuran tertentu.
B. Penurunan titik beku adalah salah satu sifat koligatif dari suatu larutan, baik elektrolit,
maupun non elektrolit. Sifat ini sangat banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat menurunkan titik beku dari suatu senyawa, biasanya ditambahkan suatu
aditif, yang disebut sebagai anti freezing agent. Natrium klorida, metanol, dan etilen glikol
adalah contok dari banyak senyawa yang biasa digunakan sebagai anti freezing agent
untuk air. Selain itu, hasil dari suatu penelitian bahwa gula juga dapat digunakan sebagai
anti freezing agent, tapi efek yang diberikan tidak sebesar Natrium klorida.
Pertanyaan:
1. Dari bacaan di atas, diketahui bahwa larutan dapat dibagi menjadi larutan elektrolit
dan larutan non elektrolit. Jelaskan perbedaan antara ke dua jenis larutan tersebut.
Jawab:
No. Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Dapat menghantarkan listrik Tidak dapat menghantarkan listrik
2.Terjadi proses ionisasi (terurai
menjadi ion-ion)
Tidak terjadi proses ionisasi (tidak
terurai menjadi ion-ion)
3.Lampu dapat menyala terang atau
redup dan ada gelembung gas
Lampu tidak menyala dan tidak ada
gelembung gas
4. Contoh: meliputi asam (asam
klorida/HCl, air accu/H2SO4) dan
Contoh: meliputi selain asam, basa, dan
garam (Misal: gula/C6H12O6,
10 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
garam (garam dapur/NaCl) alkohol/CnH2n+2O, urea/CO(NH2)2)
2. Jika diinginkan penurunan titik beku air adalah 10oC di bawah nol dengan
menggunakan methanol dan etilen glikol sebagai anti freezing agentnya, berapakah
berat relatif (perbandingan berat) dari masing-masing senyawa tersebut yang harus
ditambahkan?. Tentukan komposisi (% mol) dari masing-masing senyawa tersebut
dalam larutan.
Jawab:
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini
disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi
larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut.
Berdasarkan literatur, air murni membeku pada suhu 0oC, dengan adanya zat
terlarut misalnya saja kita tambahkan garam ke dalam air tersebut maka titik beku
larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan turun dibawah 0oC, inilah
yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”. Jadi larutan akan memiliki titik beku
yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Pada suhu ini air berada
pada kesetimbangan antara fasa cair dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah
wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa
cair dan fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan
kata lain tingkat energi kedua fasa adalah sama.
Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa
padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan
mempertahankan fasanya dalam keadaan cair, sebab secara energi larutan lebih suka
berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial
kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potesnsial kimia
pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut
akan menurunkan titk beku larutannya.
ntuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
dimana:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
gram = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Nah, apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya
dinyatakan sebagai:
Tf = (0 - )oC
12 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
Apabila antifreezing adalah methanol (Mr=32 g/mol) :
Misal: x = massa methanol, y = massa air
Maka:
= 0,172
Fraksi mol : = 0,08
Persen methanol yang dibutuhkan adalah 8%
Apabila antifreezing yang digunakan adalah etilen glikol (BM=62 g/mol) :
Misal: a = massa etilen glikol, b = massa air
Maka:
= 0,333
Fraksi mol : = 0,08
Persen etilen glikol yang dibutuhkan adalah 8%
3. Tabel di bawah ini memperlihatkan perbandingan gula dan natrium klorida dalam fungsinya
sebagai anti feezing agent.
Jenis Larutan Konsentrasi Trial 1 Trial 2 Trial 3 Rata-rata
Natrium klorida
1 -1,9 -1,9 -1,8 -1,86
2 -3,7 -3,7 -3,7 -3,7
3 -5,7 -5,7 -5,7 -5,7
Gula
1 -0,9 -0,9 -0,9 -0,9
2 -1,9 -1,9 -1,9 -1,9
3 -2,8 -2,8 -2,8 -2,8
Berikan penjelasan mengapa Natrium klorida mempunyai efek yang lebih besar dalam
menurunkan titik beku air dibanding gula. Berikan juga penjelasan mengenai pengaruh
konsentrasi terhadap penurunan titik beku air.
Jawab:
Penurunan titik beku pada larutan garam lebih besar daripada penurunan titik
beku pada larutan gula dikarenakan larutan garam merupakan larutan elektrolit
dimana zat garam teruraikan menjadi ion-ion didalam larutan. Berbeda dengan larutan
gula yang bukan merupakan larutan elektrolit sehingga pada larutan gula, zat gula
tidak dapat terionisasi menjadi ion-ion. Hal ini sesuai dengan pengaruh larutan
elektrolit dan non elektrolit pada penurunan titik beku larutan.
Terionisasinya garam mengakibatkan lebih banyaknya jumlah partikel
didalam larutan garam sehingga penurunan titik bekunya menjadi lebih besar. Selain
itu terdapat factor Van’t Hoff yang mempengaruhi, dimana setiap persamaan koligatif
larutan elektrolit dikalikan dengan faktor I, yaitu: . Faktor I tersebutlah
yang menyebabkan lebih besarnya penurunan titik beku pada larutan garam.
Sementara untuk menganalisa pengaruh konsentrasi terhadap penurunan titik
beku air, dapat melihat pada persamaan sifat koligatif penurunan titik beku air
berikut:
∆Tf = Kf x m x i untuk larutan elektrolit, dan
∆Tf = Kf x m untuk larutan non-elektrolit
Dapat diamati bahwa penurunan titik beku (∆Tf) berbanding lurus dengan konsentrasi
(m), sehingga semakin besar konsentrasi, maka penurunan titik beku juga akan
14 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
semakin besar. Selain itu ada faktor i pada persamaan tersebut yang mengakibatkan
penurunan titik beku yang diakibatkan oleh larutan elektrolit menjadi lebih besar.
4. Penurunan titik beku merupakan salah satu sifat koligatif larutan. Baik larutan
elektrolit, maupun larutan non-elektrolit, keduanya mempunyai sifat koligatif. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan sifat koligatif ini dan apakah perbedaan antara sifat
koligatif larutan elektrolit dan non-elektrolit. Berikan contoh kasus untuk sifat koligatif
yang sama dari kedua larutan.
Jawab:
a. Sifat koligatif adalah sifat yang hanya tergantung pada banyaknya molekul zat
terlarut relatif terhadap jumlah total molekul yang ada, tetapi bukan pada sifat alami
partikel-partikel zat terlarut.
b. Perbedaan antara sifat koligatif larutan elektrolif dan larutan non elektrolit, adalah:
No. Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1.
Sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-
mata hanya ditentukan oleh banyaknya
zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Sifat larutan yang tidak tergantung
pada macamnya zat terlarut tetapi
semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut).
2.
Larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion.
Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih
banyak daripada larutan non elektrolit
pada konsentrasi yang sama .
Larutan non elektrolit di dalam
pelarutnya tidak mempunyai
kemampuan untuk mengion. Hal ini
mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang
lebih sedikit daripada larutan
elektrolit pada konsentrasi yang
sama.
3. Derajat ionisasi (α) = 1 Derajat ionisasi (α) = 0
4. Kenaikan titik didih
∆Tb = m . Kb [1 + α(n-1)]
Kenaikan titik didih
∆Tb = m . Kb
n = jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
5.
Penurunan titik beku
∆Tf = m . Kf [1 + α(n-1)]
n = jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
Penurunan titik beku
∆Tf = m . Kf
6.
Tekanan Osmotis
π = C R T [1+ α(n-1)]
n = jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
Tekanan Osmotis
π = C R T
c. Salah satu contoh sifat koligatif yang sama dari kedua larutan adalah kenaikan titik
didih. Pada larutan elektrolit, kenaikan titik didih garam dapur atau NaCl (dengan
massa 68,4 gram NaCl, Mr = 58,5, dalam 500 gram air, Kb air = 0,52°C mol-1)
adalah 102,432oC. Sementara kenaikan titik didih gula (dengan massa 68,4 gram
gula, Mr = 342, dalam 500 gram air, Kb air = 0,52°C mol-1) adalah 100,208oC.
Larutan elektrolit memiliki kenaikan titik didih yang lebih tinggi dibandingkan
dengan larutan non elektrolit. Hal tersebut disebabkan karena pada perhitungan
larutan elektrolit ditambahkan faktor van’t Hoff, yakni i. i tersebut dapat didapatkan
jumlah partikel yang ada.
5. Selain penurunan titik beku, tekanan osmosis juga meruapakan sifat koligatif dari
suatu larutan. Jelaskan pengertian tentang tekanan osmosis. Dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang tekanan osmosis, kita dapat menentukan berat molekul dari suatu
larutan. Anggaplah, kita akan menentukan massa molar dari suatu polimer. Caranya
adalah dengan mengukur tekanan osmosis polimer tersebut dalam toluena pada suhu
280oC. Tekanan tersebut dinyatakan dalam tinggi pelarut yang rapatannya 1,004 g cm-
3.
c/(g dm-3) 2,042 6,613 9,521 12,602
h/cm 0,592 1,910 2,750 3,600
Jelaskan bagaimana Anda memanfaatkan data tersebut untuk menetukan berat molekul
dari polimer.
Jawab:
a. Tekanan osmosis merupakan tekanan eksternal yang harus digunakan untuk
menghentikan aliran pelarut murni ke dalam larutan melalui sebuah membran
16 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
semipermeabel. Selain itu, tekanan osmosis dapat diartikan sebagai tekanan yang
harus diberikan kepada larutan agar alirannya berhenti. Contoh tekanan osmosis
adalah transpor fluida melalui membran sel.
b. Penggunaan Osmometri:
Osmometri adalah teknik yang sangat penting untuk mengukur massa molar
makromolekul; sebagian penyebabnya adalah teknik koligatif lain yang memberikan
efek yang sangat kecil.
Menggunakan persamaan dengan dengan
c sebagai konsentrasi massa dan M sebagai massa molar polimer. Tekanan osmosis
berhubungan dengan tekanan hidrostatis dalam bentuk dengan g =9.81
ms-2, karena:
Harus membuat grafik antara h/c terhadap c, dan mendapatkan garis lurus dengan
perpotongan RT/ρgM pada c = 0. Data di atas dapat menghasilkan:
c/(g dm-3) 2,042 6,613 9,521 12,602
(h/c) / (cm / g dm-3) 0,28991 0,28882 0,28883 0,28566
Titik-titik yang tergambar pada gambar di atas, perpotongannta adalah pada 0,29.
Oleh karena itu,
C. Sebuah alat analisis konduktometri dibuat dengan memanfaatkan pasta karbon yang
terdapat dalam sel baterai kering sebagai elektroda.
Rancangan alat yang dibuat terlihat seperti pada gambar di bawah ini.
Temperatur = 280oC = 553 K
Densitas = 1,004 g cm-3
18 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
Alat yang dibuat diujikan pada beberapa jenis larutan. Hasil analisis pengukuran
konduktansi dari larutan tersebut dapat dilihat pada tabel gambar berikut.
Tabel 1. Hasil pengukuran konduktansi dari beberapa jenis larutan
Larutan Arus (mA)
0.1 M C2H5OH 0
0.1 M NaCl 12.5
0.1 M HCl 75
0.1 M CH3COOH 5
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi dengan konduktansi beberapa jenis larutan
Gambar 2. Kurva titrasi kondukmetri asam-basa kuat
20 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
Tabel 2. Hubungan konsentrasi dengan konduktansi ekivalen
c x 103, mol-1 0,1539 0,3742 0,6303 1,622 2,829 4,764
Kond. ekivalen 87,89 87,44 86,91 85,80 84,87 83,78
Pertanyaan:
1. Jelaskan bagian-bagian yang dibutuhkan dari suatu alat konduktometri secara umum.
Jawab:
a. Sumber Arus
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan merupakan
proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda. Sedangkan
arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda- elektrodanya, dalam
hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai. Perubahan karena proses
faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran konduktometri didasarkan
pada arus nonparaday atau arus AC (bolak balik) Pemakaian arus AC ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya Elektrolisis larutan.
b. Sel Kondukto
Sel Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang elektroda
yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam yang dilapisi
logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Sel konduktansi untuk konduktometer terdiri dari dua elektroda paralel dengan
luas 1cm 2 dan terpisah oleh jarak 1 cm, Posisi ini akan memiliki sel konstan dan
dalam setiap pembacaannya konduktansi dari sel akan tetap konstan. Sel dapat
digunakan untuk mengukur konduktivitas larutan yang akan diukur hantarannya.
Umumnya Elektroda sel konduktansi yang digunakan adalah elektroda platinum (Pt)
yang bersifat inert dan harus direndam dalam air destilasi setiap kali sel tidak
digunakan.
Elektroda dan sel pertama mencuci secara menyeluruh dengan air suling dan
kemudian dengan air konduktansi, yang terutama air yang didestilasi (aquadest).
Karena elektroda ini sangat sensitive, Sel konduktansi harus ditangani dengan hati-
hati dan elektroda tidak boleh disentuh.
c. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheastone merupakan jenis alat yang digunakan untuk pengukuran daya
hantar. Jembatan Wheastone digunakan untuk melakukan penentuan hantaran
elektrolit (L) yang beroperasi pada sumber energy AC.
d. Larutan Standar Kalibrasi
Umumnya digunakan Larutan KCl 0.01 N sebagai Standard Conductivity dengan
nilai konduktivitas 1.413 m S pada 25 ° C. Alasan mengapa Larutan KCl dijadikan
sebagai larutan kalibrasi standar karena ion K+ dan Ion Cl- memiliki hantaran
ekuivalen yang cukup berdekatan yaitu : 73.5 dan 76.3 (mho.cm2 ek-1 ) dan
penyebab kedua adalah kedua ion tersebut merupakan garam- garam monoatomik.
Untuk membuat laurtan standar kailbrasi dengan menimbang akurat 0,746
gram kering Kalium Chloride (KCI) dan larut dalam 1 liter air berkualitas baik. Ini
menghasilkan solusi 0.01N dengan konduktivitas 1.413 m S pada 25 ° C.
e. Kalibrasi
Probe Konduktivitas dapat dengan mudah dikalibrasi pada dua tingkat yang dikenal,
menggunakan salah satu program pengumpulan data-Vernier.
(1)Pilih rentang pengaturan konduktivitas pada kotak probe: rendah = 0 sampai 200
m S, menengah = 0 sampai 2000, m S, dan tinggi - 0 menjadi 20.000, m S.
Catatan: jika Anda tidak yakin dengan setting yang akan digunakan, Anda
mungkin ingin memuat Vernier kalibrasi disimpan untuk satu atau lebih
pengaturan untuk menentukan nilai perkiraan untuk solusi yang akan sampel.
(2)Kalibrasi Zero Point: Cukup melakukan ini titik kalibrasi dengan probe dari
cairan atau larutan (misalnya, di udara). Sebuah membaca tegangan yang sangat
kecil akan ditampilkan pada komputer.
(3)Standar Solusi Kalibrasi Point: Tempatkan Probe Konduktivitas ke dalam larutan
standar (larutan konsentrasi dikenal), seperti standar natrium klorida yang
disertakan dengan probe Anda. Pastikan seluruh lubang memanjang dengan
permukaan elektroda terendam dalam larutan. Tunggu ditampilkan untuk
menstabilkan tegangan. Masukkan nilai larutan standar 2768 m ohm -1 cm di 25 -1o
2. Jelaskan pengertian dari analisis konduktometri, konduktivitas, konduktansi, dan
konduktansi ekivalen.
Jawab:
a. Analisis konduktometri.
22 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
Merupakan salah satu metoda analisa secara Elektrokimia dengan didasarkan pada
metoda titrimetri yaitu Sebuah analisa kuantiatif yang didasarkan pada daya hantar
listrik suatu larutan analit atau perbedaan harga konduktansi masing-masing ion.
b. Konduktivitas.
Merupakan suatu besaran yang diturunkan, karea tak dapat diukur langsung. Untuk
larutan elektrolit, biasanya menyatakan besaran yang disebut dengan konduktivitas
molar, L. Ini adalah konduktivitas larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut antara
dua elektroda yang besarnya tak terhingga, dan berjarak 1 cm satu sama lain.
L = KV = K / C
Dengan K konduktivitas, V volume, dan C konsentrasi. Konduktivitas molar
dinyatakan dalam satuan W-1cm2mol-1. (Atkins, 1997)
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperature hanya bergantung
pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion pada per cm3 larutan
untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektroda yang
terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan,
konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan.
c. Konduktansi.
Merupakan daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektroda tersebut. Biasanya
digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan Wheatstone. Dalam
bagian ini akan dibicarakan sifat-sifat listrik suatu larutan yang tidak tergantung
pada reaksi elektrodanya. Menurut hukum Ohm:
I = E/R
Di mana: I = arus (ampere), E = tegangan (volt), dan R = tahanan (ohm)
Hukum diatas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi
didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus dengan luas
permukaan elektroda (a), konsentrasi ion per satuan volume (Ci), pada hantaran
ekuivalen ionic (λi) tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda (d) sehingga:
L = a/d × Σi Ci λi
Tanda Σ menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi
sifatnya aditif. Karena a dan d dalam satuan cm maka konsentrasi C satuannya
dalam mL. bila konsentrasinya dinyatakan dalam satuan Normalitas maka harus
dikalikan faktor 1000. Nilai a/d = θ merupakan faktor geometri selnya dengan nilai
konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel, seperti :
L = Σi Ci λi / 1000 θ = Σi Ci λi a / 1000 d
Selain hantaran ekuivalen ionik, dikenal pula ekuivalen hantaran A, yang nilainya
= Σλt, sedangkan konduktivitas spesifik didefinisikan sebagai : K = L (a/d) = Lθ
d. Konduktansi ekuivalen
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya hantar
ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut
di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda 1 cm. Yang dimaksud dengan
berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif.
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram
ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm (^ = 1000k/C).
Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion.
3. Berikanlah analisis Anda tentang sifat dari suatu larutan berdasarkan hasil
pengukuran yang terdapat pada Tabel 1.
Jawab:
Pengukuran yang terjadi pada Tabel.1 adalah pengukuran yang berdasarkan jenis
larutan yang berbeda tetapi dengan konsentrasi yang sama dan dihubungkan
pengaruhnya dengan arus yang terjadi (dalam mA). Dapat dilihat bahwa arus yang
paling tinggi dihasilkan pada larutan NaCl dan larutan yang tidak menghasilkan arus
sama sekali adalah . Hal ini terjadi karena adanya perbedaan antara tiga sifat
larutan, yaitu : elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. Larutan elektrolit
kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik karena mempunyai
derajat ionisasi 1, sehingga zat-zat didalamnya terionisasi sempurna dan larutan
mengandung banyak ion-ion yang dapat menghantarkan listrik. Dalam tabel 1, dapat
dilihat bahwa elektrolit kuat adalah dan HCl karena mempunyai arus yang
tinggi. Sedangkan sifat larutan yang kedua adalah elektrolit lemah. Elektrolit lemah
dapat menghantarkan listrik, hanya tidak terlalu besar karena elektrolit lemah
mempunyai derajat ionisasi kurang dari satu sehingga tidak semua terionisasi
sempurna. Dalam Tabel 1. Larutan elektrolit ditunjukan oleh larutan yang
24 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
mempunyai nilai arus sedang yaitu 5. Sifat terakhir dari sebuah larutan adalah larutan
non-elektrolit. Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik sama sekali, ini
ditunjukkan oleh larutan etanol yang mempunyai arus 0 mA, karena tidak
dapat menghantarkan arus listrik.
4. Jelaskan bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap nilai konduktansi dari larutan
seperti yang terlihat pada Gambar 1. Bagaimana Anda memberikan penjelasan
mengenai pengaruh jenis larutan terhadap kurva konduktansi yang diperoleh pada
beberapa nilai konsentrasi.
Jawab:
Dapat dilihat dari ketiga kurva, yaitu kurva HCl, , dan NaCl bahwa
setiap kenaikan konsentrasinya maka dapat terlihat bahwa arusnya juga mengalami
peningkatan. Maka dapat disimpulkan, perubahan konsentrasi juga mempengaruhi kuat
arus yang dihasilkan, ini dibuktikan dari naiknya kurva setiap terdapat kenaikan
molaritasnya. Sedangkan pengaruh jenis larutan, kita dapat mengambil sampel pada
konsentrasi 0.3 M. Pada konsentrasi yang sama, kurva HCl menunjukkan sekitar 70
mA, pada kurva , menunjukkan kuat arus sekitar 5 mA, dan pada kurva
NaCL menunjukkan kuat arus sekitar 130 mA. Hal ini dapat terjadi karena terdapat
perbedaan jenis larutan antara ketiga larutan ini. Pada kedua tipe larutan ini dapat
dibagi menjadi 2 tipe, yaitu : larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan
elektrolit kuat, karena dapat mengionisasi sempurna menjadi ion-ion, maka mempunyai
nilai arus yang lebih besar dibanding larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat
pada kurva ini ditunjukkan oleh larutan HCl dan NaCl, dapat dibuktikan dari nilai kuat
arusnya yang lebih tinggi dibandingkan . Sedangkan termasuk
tipe larutan elektrolit lemah. Elektrolit lemah dapat mengion tetapi tidak dapat mengion
sempurna seperti elektrolit kuat. Maka dari itu kuat arusnya jauh lebih lemah daripada
NaCl dan HCl, ditunjukkan pada kurva hanya menghasilkan 5mA, sangat jauh
dibandingkan elektrolit kuat.
5. Jelaskan bagaimana Anda dapat menentukan nilai konduktansi ekuivalen pada
pengenceran tak terhingga (infinite dilution) dengan memanfaatkan data yang ada
pada Tabel 2.
Jawab:
Λ = Λo - b
Λ = - b + Λo
y = mx + c
Dengan interpolasi
(x2, y2) = (69.10-3 ; 83,78)
(x1, y1) = (12,4.10-3 ; 87,89)
(56,6.10-3)y – 4,9746 = -4,11x + 0,51
26 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
y =
y = -72,615 x + 88,792
Λ = Λo - b
Λ = - b + Λo
Sehingga, Λ0 = 88,793 Ω-1 cm2 grek-1
6. Jelaskan bagaimana Anda memanfaatkan data pada Tabel 2 untuk dapat menentukan
konsentrasi dari titran.
Jawab:
Λ = K/C
Dimana K merupakan Konduktivitas, dan C merupakan konsetrasi titran. Maka,
konsentrasi titran dapat dihitung melalui persamaan :
C = K/ Λ
Dari perhitungan soal pemicu nomor 5, didapat data bahwa
Λ = 548,1 (Λ0 literatur)
Λ0 = K = 88,793
Maka, C = K/ Λ = 88,793/548,1
= 0,162
7. Menurut Anda, apakah alat tersebut cukup efektif digunakan sebagai alat analisis
konduktometri. Berikan alasan yang jelas.
Jawab:
Menurut kami, alat tersebut cukup efektif untuk digunakan sebagai alat analisis
konduktometri, sebab alat tersebut sudah dapat membantu dalam perhitungan nilai
dari konduktansi ekuivalen. Selain itu, alat tersebut menghasilkan data pengamatan
berupa arus listrik dan konsenterasi titran.
Pada pasta karbon pun terbagi menjadi dua pasta karbon yang menghitung Λ0 kation
dan Λ0 anion, dan terhubung pada pengukur arus digital.
28 Laporan Pemicu III – LARUTAN – Kelompok 8
DAFTAR PUSTAKA
Maron, S.L., Lando, J.B. (1974). Fundamentals of Physical Chemistry, London : Collier
Macmillan Publisher
Zumdahl, S.S. (2009). Chemical Principles Sixth Edition, Boston : Houghton Mifflin
Company