Laporan Pak Zul[1]

26
LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA Pembuatan Bio-Briket Batubara Lignit dengan Biomassa D I S U S U N OLEH : Abdul Wahid Erlangga 0611 4041 1492 Dyan Mentari D.O. 0611 4041 1498 Lintang Putri Mahardika 0611 4041 1501 Nova Rachmadona 0611 4041 1508 Olwan Putera Nanda 0611 4041 1510 Zurriyati 0611 4041 1515 KELAS 5 EGA Dosen Mata Kuliah : Zulkarnain, S.T M.T

Transcript of Laporan Pak Zul[1]

Page 1: Laporan Pak Zul[1]

LAPORAN TETAP

TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA

Pembuatan Bio-Briket Batubara Lignit dengan Biomassa

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

Abdul Wahid Erlangga 0611 4041 1492

Dyan Mentari D.O. 0611 4041 1498

Lintang Putri Mahardika 0611 4041 1501

Nova Rachmadona 0611 4041 1508

Olwan Putera Nanda 0611 4041 1510

Zurriyati 0611 4041 1515

KELAS 5 EGA

Dosen Mata Kuliah : Zulkarnain, S.T M.T

TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI S1 (TERAPAN) TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2013

Page 2: Laporan Pak Zul[1]

Pembuatan Bio-Briket Batubara Lignit dengan Biomassa

I. Tujuan Percobaan

- Mampu membuat briket batubara dengan dan tanpa proses karbonisasi

- Mampu menganalisa lamanya waktu penyalaan, kadar air, kadar abu dan

kadar zat terbang di dalam briket batubara

II. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

- Beaker Glass 4 buah

- Hot Plate 1 buah

- Spatula 2 buah

- Neraca Analitik 1 buah

- Oven 1 buah

- Furnace 1 buah

- Cawan Porselen 2 buah

- Krusibel 4 buah

- Alat Press 1 buah

- Cetakan Briket 1 buah

- Desikator 1 buah

- Botol Aquadest

Bahan yang digunakan :

- Batubara hasil preparasi sampel ukuran 170 mesh 100 gr

- Batubara ukuran 170 mesh yang telah dikarbonisasi 75 gr

- Tepung Tapioka 35 gr

- Sekam Padi 15 gr

- Aquades secukupnya

Page 3: Laporan Pak Zul[1]

III. Dasar Teori

Akhir-akhir ini harga baha bakar minyak dunia meningkat pesat yang

berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak

Tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi

menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai

subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan

penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban

subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada

dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk

mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan

bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.

Briket Batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara,

bahan bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan

pengganti Minyak Tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk

dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi

dan peralatan yang digunakan relatif sederhana.

A. Briket Batubara

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara

dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu

menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak Tanah sepeti untuk : Pengolahan

Makanan, Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan. Bahan baku utama Briket

Batubara adalah Batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan

mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan

Briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun

pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan

Briket Batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik

mengingat Minyak Tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah,

sehingga masyarakat lebih memilih Minyak Tanah untuk bahan bakar sehari-hari.

Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau

masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti

Briket Batubara.

Page 4: Laporan Pak Zul[1]

B. Bahan Campuran dan Fungsi

1. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara.

Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi

Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena

unsur zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan

semakin sedikit

Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan

akan semakin panas dan semakin lama

Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar

volatile matternya akan semakin sedikit

Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin

berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan

nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan

dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan

cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi

(menaikkan kadar kalori batubara)

2. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan

memudahkan proses pembakaran

Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah

terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat

Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran

menjadi semakin berkurang

Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan

bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari

Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO

dan polusi HC akan semakin berkurang

3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat

Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur

yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan

Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras

Page 5: Laporan Pak Zul[1]

Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin

sedikit

Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang

terbaik untuk tanah liat adalah 10%

4. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama

Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan

daya rekat yang kuat dan tidak mudah hancur

Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus

diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi

sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-

benar kental dan rekat

5. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun

dan mengurangi bau belerang

Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1%

Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak

akan membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang

C. Jenis Briket Batubara

1. Jenis Berkarbonisasi (super), jenis ini mengalami terlebih dahulu proses

dikarbonisasi sebelum menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat

terbang yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan serendah

mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau an berasap, namun biaya

produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen

sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah

tangga serta lebih aman dalam penggunaannya.

2. Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi

sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun lebih murah. Karena zat

terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada

penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga

akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang

yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan

tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil.

Page 6: Laporan Pak Zul[1]

Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang

Batubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di

Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur

dengan kapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat

beberpa perusahaan swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun

jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara

kontinyu. Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar,

tentunya penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun

industri kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, namun

demikian kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi

kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk

memproduksi dan mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah.

D. Keunggulan Briket Batubara

Lebih murah

Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang

lama

Tidak beresiko meledak/terbakar

Sumber Batubara berlimpah

Namun demikian Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal

memakan waktu 5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah

sebagai penyalaan awal, Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk

jangka waktu datas 2 jam. (sumber ; pt. ba, bppt)

Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket

ParameterMinyak

TanahBriket

Nilai

Kalori 9.000 kkal/ltr 5.400 kkal/kg

Ekivalen 1 ltr 1,60 kg

Biaya Rp. 2.800 Rp. 1.300

Page 7: Laporan Pak Zul[1]

Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi (Tipe Biasa)

Proses Pembuatan Briket Batubara Karbonisasi (Tipe Super)

Page 8: Laporan Pak Zul[1]

E. Jenis dan Ukuran Briket Batubara

Bentuk telur : sebesar telu ayam

Bentuk kubus : 12,5 x 12,5 x 5 cm

Bentuk selinder : 7 cm (tinggi) x 12 cm garis tengah

Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan,

sedangkan bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri

kecil/menengah.

F. Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya

1. Sulit dalam penyalaan, solusinya :

Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih

dahulu), sehingga kadar airnya rendah.

Bahan baku batubara dan tanah liat "di-crusher" dan "di-screen" terlebih

dahulu dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2

Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa

dapat membantu mempercepat proses penyalaan

Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu

dengan cara dijemur atau dipanaskan dengan "oven" sebelum dikemas

dalam karung. Hal ini untuk menghindari briket lembab saat digunakan

nantinya

2. Berasap dan berbau, solusinya :

Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan

kadar air yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau

Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal

akan membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang

dihasilkan dari pembakaran briket tersebut juga akan berkurang

Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk

kapur 1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau

Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi

bara sehingga asap dan bau akan cepat berkurang

Page 9: Laporan Pak Zul[1]

Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses

karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa

pembakaran

3. Panas dan lama pembakaran, solusinya :

Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi

Dengan memperbesar komposisi batubara. Karena semakin banyak

komposisi batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil

pembakarannya

Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh

terhadap lama pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat

briket lebih rekat, padat dan keras yang akhirnya juga memperlama proses

pembakaran

Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan

berpengaruh besar terhadap panas yang dihasilkan

4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya :

Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga

mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering

Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga

berpengaruh terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan

baku akan membuat partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat

serta tidak mudah hancur

Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan "adonan tapioka" yang baik

sehingga didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan

mempunyai daya rekat yang baik

Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering

sebelum dikemas dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan

mutu yang buruk saat pengiriman dan pemakaian

5. Harga jual produk, solusinya :

Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan

konsumen. Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih mudah

bersaing di pasar

Page 10: Laporan Pak Zul[1]

Proses produksi yang baik dan benar, untuk mengurangi kegagalan

produksi atau "complain" dari konsumen

"Quantity" produksi yang besar akan menurunkan biaya produksi

IV. Prosedur Kerja

IV.1 Proses Pembuatan Briket

A. Tanpa Karbonisasi

- Batubara ukuran 170 mesh ditimbang sebanyak 100 gr dan ditampung di

dalam beaker glass 400 ml

- Sekam padi ditimbang sebanyak 20 gr, lalu dicampurkan dengan beaker

glass yang sama dengan batubara

- Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak

30ml dan 5 gr tepung tapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem.

- Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,

selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

- Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat press, setelah jadi

maka briket tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.

B. Dengan Karbonisasi

- Batubara ukuran 170 mesh yang telah dikarbonisasi ditimbang sebanyak

75gr dan ditampung di dalam beaker glass 400 ml

- Sekam padi ditimbang sebanyak 15 gr, lalu dicampurkan dengan beaker

glass yang sama dengan batubara

- Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak

30ml dan 5 gr tepung tapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem.

- Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,

selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

- Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat press, setelah jadi

maka briket tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.

Page 11: Laporan Pak Zul[1]

IV.2 Pengujian Kadar Air

- Cawan porselen dipanaskan pada suhu 110oC selama 1 jam dan setelah

selesai kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit

- Sebanyak 1 gr sampel briket batubara ditimbang dan dimasukkan ke dalam

cawan porselen

- Cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu yang sama

yaitu 110oC selama 2 jam

- Setelah pemanasan maka cawan dikeluarkan lalu didinginkan di dalam

desikator kemudian ditimbang

IV.3 Pengujian Kadar Abu

- Sebanyak 1 gr sampel briket batubara ditimbang dan dimasukkan ke dalam

krusibel

- Krusibel beserta tutup dimasukkan ke dalam furnace dan dilakukan

pemanasan secara perlahan hingga suhu 500oC selama 1 jam

- Setelah pemanasan pertama selesai maka dilanjutkan pemanasan hingga

suhu mencapai 750oC selama 1 jam

- Setelah selesai krusibel dikeluarkan lalu didinginkan di dalam desikator

kemudian ditimbang

IV.4 Pengujian Kadar Zat Terbang

- Sebanyak 1 gr sampel briket batubara ditimbang dan dimasukkan ke dalam

krusibel

- Furnace dipanaskan hingga suhu mencapai 900oC

- Setelah suhu furnace telah mencapai 900oC maka krusibel dimasukkan

kedalam furnace selama 7 menit

- Setelah selesai krusibel dikeluarkan lalu didinginkan di dalam desikator

kemudian ditimbang

IV.5 Pengujian Waktu Nyala Briket

- Briket batubara dipersiapkan dan plat kawat serta ranting-ranting pohon dan

batubata dipersiapkan dan dikondisikan sebagaimana tungku untuk

membakar briket

- Ranting pohon dituangkan oli agar lebih mudah untuk terbakar

Page 12: Laporan Pak Zul[1]

- Setelah persiapan selesai dilakukan pembakaran briket batubara dan

digunakan stopwatch untuk mengukur lamanya waktu penyalaan batubara

- Saat batubara telah mulai menyala, waktu yang diperlukan batubara tersebut

dicatat dan dilakukan analisa.

V. Data Pengamatan

V.1 Data Pembuatan Briket Batubara

Sampel Briket Tanpa Karbonisasi

Berat Batubara 170 mesh = 100 gr

Berat Sekam Padi = 20 gr

Berat Tepung Tapioka = 5 gr

Berat Total = 118 gr

Sampel Briket Dengan Karbonisasi

Berat Batubara 170 mesh = 75 gr

Berat Sekam Padi = 15 gr

Berat Tepung Tapioka = 5 gr

Berat Total = 83 gr

V.2 Data Analisa Briket Batubara

a. Tabel Pengujian Kadar Air

SampelBerat Cawan

Kosong (gr)

Berat Smapel

(gr)

Berat Cawan

+ Sampel (gr)

Berat Akhir

(gr)

1 48,4 1,0 49,4 49,2

2 49,7 1,0 50,7 50,6

b. Tabel Pengujian Kadar Abu

SampelBerat Cawan

Kosong (gr)

Berat Smapel

(gr)

Berat Cawan

+ Sampel (gr)

Berat Akhir

(gr)

1 23,2 1,0 24,2 23,4

2 16,6 1,0 17,6 16,7

Page 13: Laporan Pak Zul[1]

c. Tabel Pengujian Kadar Zat Terbang

SampelBerat Cawan

Kosong (gr)

Berat Smapel

(gr)

Berat Cawan

+ Sampel (gr)

Berat Akhir

(gr)

1 20,9 1,0 21,9 21,5

2 21,8 1,0 22,8 22,4

d. Waktu Penyalaan

Waktu penyalaan briket adalah 7 menit

VI. Perhitungan

Neraca Massa Pembuatan Briket Batuabara

NO KomponenMassa Masuk

(gr)

Massa Keluar

(gr)

Sampel Briket Non Karbonisasi

1 Batubara 170 mesh 100 -

2 Tepung Tapioka 5 -

3 Sekam Padi 20 -

4 Briket - 118

5 Berat yang Hilang 125 gr – 118 gr = 7 gr

Sampel Briket Karbonisasi

1 Batubara 170 mesh 70 -

2 Tepung Tapioka 5 -

3 Sekam Padi 15 -

4 Briket - 83

5 Berat yang Hilang 95 gr – 83 gr = 12 gr

Perhitungan Tiga Parameter Batubara

Page 14: Laporan Pak Zul[1]

1. Kadar Air

Sampel Briket Non Karbonisasi

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Cawan+Sampel) – (Berat Akhir)

= 49,4 gr – 49,2 gr

= 0,2 gr

Maka,

% kadar air (moisture) = 0,2 x 100%

1,0

= 20%

Sampel Briket Karbonisasi

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Cawan+Sampel) – (Berat Akhir)

= 50,7 gr – 50,6 gr

= 0,1 gr

Maka,

% kadar air (moisture) = 0,1 x 100%

1,0

= 10%

2. Kadar abu

Sampel Briket Non Karbonisasi

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Cawan+Sampel) – (Berat Akhir)

= 24,2 gr – 23,4 gr

= 0,8 gr

Maka,

Page 15: Laporan Pak Zul[1]

% kadar abu = (1,0 – 0,8) x 100%

1,0

= 20%

Sampel Briket Karbonisasi

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Cawan+Sampel) – (Berat Akhir)

= 17,6 gr – 16,7 gr

= 0,9 gr

Maka,

% kadar abu = (1,0 – 0,9) x 100%

1,0

= 10 %

3. Kadar Zat Terbang

Sampel Briket Non Karbonisasi

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Akhir) – (Berat Cawan Kosong)

= 21,5 gr – 20,9 gr

= 0,6 gr

Maka,

% kadar zat terbang = (1,0 – 0,6) x 100%

1,0

= 40%

Sehingga % VM = % sampel terbakar - % moisture

= 40 % - 20 %

= 20 %

Sampel Briket Karbonisasi

Page 16: Laporan Pak Zul[1]

Dik :

Berat Sampel Awal = 1,0 gr

Berat Sampel Akhir = (Berat Cawan+Sampel) – (Berat Akhir)

= 22,4 gr – 21,8 gr

= 0,6 gr

Maka,

% kadar zat terbang = (1,0 – 0,6) x 100%

1,0

= 40%

Sehingga % VM = % sampel terbakar - % moisture

= 40 % - 10 %

= 30 %

4. Perhitungan Nilai Ekonomis Briket Batubara

Asumsi :

1 kg batubara = Rp 400,- 100 gr = Rp 40,-

1 kg sekam padi = Rp 1.000,- 20 gr = Rp 20,-

1 kg tepung tapioka = Rp 5.000,- 5 gr = Rp 25,-

Maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat briket dengan campuran 100 gr

batubara + 20 gr sekam padi + 5 gr tepung tapioka adalah Rp 15,-

Jika 125 gr briket batubara dibuat menjadi 5 potong briket, maka berat 1 potong

briket = 25 gr sehingga apabila ada 1000 gr briket maka dapat dihasilkan 40

potong briket maka biaya yang dibutuhkan adalah :

Rp 85,- x 1000 gr125 gr

= Rp 680,-

Page 17: Laporan Pak Zul[1]

VII. Analisa Data

Percobaan pertama dalam praktikum teknologi pemanfaatan batubara

adalah pembuatan briket batubara. Sebagaimana yang diketahui, briket batubara

merupakan suatu bahan bakar alternatif pengganti BBM yang terbuat dari suatu

campuran tertentu. Pada praktikum yang dilakukan ini, campuran dalam

pembuatan briket terdiri dari 100gr batubara ukuran 170 mesh, 20 gr sekam padi

dan 5 gr tepung tapioka.

Pada praktikum ini, hal pertama yang dianalisa adalah faktor yang

mempengaruhi proses pembuatan briket. Faktor pertama adalah ukuran batubara

(dalam mesh). Semakin kecil ukuran batubara maka briket yang dihasilkan akan

mudah rapuh karena struktur penyusun briket tersebut yang sangat halus. Faktor

kedua adalah pembuatan lem yang berfungsi sebagai perekat. Adonan lem ini

harus ditambahkan sedikit demi sedikit agar lem pada batubara rata sehingga

ketika direkatkan akan baik.

Hal kedua yang dianalisa yaitu mengenai hasil perhitungan kadar air, abu

dan volatile matter yang sering disebut sebagai analisa proksimat. Setelah

dilakukan terhadap 2 sampel yaitu satu yang mengalami proses karbonisasi dan

yang tidak mengalami proses karbonisasi, dapat dianalisa bahwa kadar air pada

batubara yang dikarbonisasi lebih rendah dibandingkan yang tanpa karbonisasi,

begitu pula dengan kadar abu. Akan tetapi untuk kandungan volatile matternya

batubara karbonisasi memiliki kadar VM yang tinggi dibandingkan tanpa

karbonisasi.

Hal terakhir yang dianalisa adalah nilai ekonomis dari pembuatan briket.

Sebagaimana perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa harga 1 kg briket

batubara adalah Rp 680,-. Banndingkan dengan harga minyak tanah yang

mencapai harga Rp 8.000,-/liter. Dari asumsi tersebut dapat terlihat bahwa harga

briket lebih murah dibandingkan harga minyak tanah. Akan tetapi, waktu untuk

menyalakan briket ini relatif lama sehingga tidak cocok untuk jangka pendek dan

juga untuk menyalakannya harus diberi sedikit oli untuk memicu api.

Page 18: Laporan Pak Zul[1]

VIII. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

- Briket merupakan bahan bakar padat alternatif yang dibuat dari campuran

batubara, sekam padi dan tepung tapioka. Komposisi ketiganya sangatlah

berpengaruh terhadap kekerasan briket yang dihasilkan.

- Waktu penyalaan briket yang cukup lama yakni 7 menit membuat briket

kurang efektif jika digunakan untuk keperluan pemanasan yang hanya

memerlukan waktu singkat.

- Briket karbonisasi dan briket non karbonisasi memiliki beberapa perbedaan,

jika ditinjau dari tiga parameter yang dianalisa yaitu pertama kadar air dan

kedua zat terbang, dimana dari dua parameter ini briket karbonisasi memiliki

nilai yang lebih rendah dari briket non karbonisasi. Ketiga kadar abu, briket

karbonisasi memiliki kadar abu yang hampir sama dengan briket non

karbonisasi.

IX. Daftar Pustaka

Jobsheet Praktikum Pemanfaatan Batubara. 2013. POLSRI