Laporan Modul Batuk dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1.pdf

30
Tutor : dr. Dewi Nugrahaputri Laporan Tutorial “ Modul Batuk & Sesak Pada Dewasa “ Sistem Respirasi Disusun Oleh Rahmawati AdeCitra Ashari Grace Hanna Cristian Auni Fitri Humaerah Sri Rejeki Otniel Kristanto Ahmad Airlangga Mira Wati Aho Yunita Yusuf Desi Andriani Ade Putra Salino

Transcript of Laporan Modul Batuk dan Sesak Pada Dewasa Kelompok 1.pdf

  • Tutor : dr. Dewi Nugrahaputri

    Laporan Tutorial

    Modul Batuk & Sesak Pada Dewasa

    Sistem Respirasi

    Disusun

    Oleh

    Rahmawati

    AdeCitra Ashari

    Grace Hanna Cristian

    Auni Fitri Humaerah

    Sri Rejeki

    Otniel Kristanto

    Ahmad Airlangga

    Mira Wati Aho

    Yunita Yusuf

    Desi Andriani

    Ade Putra Salino

  • Wa Ode Sri Ayu

    Saza Khoirunnisa

    Rita Yaroseray

    Program Studi Pendidikan Dokter

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Haluoleo

    Kendari

    2014

  • 1.1. Tujuan Instruksional Umum

    Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep-konsep dasar yang

    berhubungan dengan gejala batuk dan sesak serta mampu membedakan beberapa penyakit sistem respirasi yang

    memberikan tersebut.

    1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat :

    1. Menyebutkan penyakit-penyakit yang dapat memberikan gejala batuk/sesak pada dewasa

    2. Menjelaskan patomekanisme terjadinya sesak/batuk pada dewasa

    a. Menjelaskan susunan dari organ-organ respirasi

    b. Menjelaskan tentang struktur dan fungsi sel-sel dari masing-masing organ respirasi

    c. Menjelaskan tentang fisiologi pernafasan dan perubahan yang terjadi

    3. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk/sesak

    4. Menjelaskan etiologi dari penyakit-penyakit yang menyebabkan batuk/sesak

    a. Menjelaskan tentang morfologi, klasifikasi, sifat-sifat lain bakteri penyebab infeksi saluran nafas.

    b. Menjelaskan tentang sifat-sifat umum, virus penyebab infeksi pada saluran nafas.

    5. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai batuk/sesak pada penyakit sistem respirasi

    a. Menyebutkan gejala lain dari masing-masing penyakit dengan keluhan utama batuk/sesak

    b. Menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit dengan gejala

    batuk/sesak.

    6. Menjelaskan pelaksanaan yang diberikan pada penderita penyakit-penyakit yang memberikan keluhan utama

    sesak.

  • Skenario 1

    Seorang laki-laki 25 tahun, mahasiswa kedokteran datang ke dokter pembimbingnya untuk menyampaikan

    kalau ia tidak dapat mengikuti kegiatan di RS karena sakit sekaligus untuk konsultasi tentang penyakitnya. Ia mengeluh

    batuk berdahak yang hebat warna mukoid, kadang kuning, pilek dan disertai demam yang hilang timbul dialaminya sudah

    10 hari. Selain itu ia juga mengeluh sakit kepala terutama pagi hari, myalgia, anoreksia, dan kadang-kadang diare.

    Suhunya mencapai 38,50C, denyut nadi 100x/menit, tensi 110/70 mmHg, dan pernapasannya 20x/menit. Sebelumnya ia

    juga pernah menderita batuk dan beringus tapi sudah agak baikan setelah minum obat anti tusif dan anti biotic. Ini

    dialaminya 1 bulan sebelum sakit yang sekarang dideritanya.

    Kata Sulit

    1. Myalgia : nyeri pada satu atau sejumlah otot.

    2. Anoreksia : kehilangan selera makan.

    3. Warna Mukoid : lendir bebas selaput lendir terdiri dari sekresi kelenjar-kelenjar bersama dengan

    berbagai garam anorganik, sel yang berdeskuamasi dan leukosit, berwarna putih

    4. Diare : buang air besar lebih dari 3x perhari konsistensi cair.

    5. Anti tusif : meredahkan atau mencegah batuk.

    Kata Kunci

    1. Laki-laki 25 tahun

    2. Batuk berdahak hebat warna mukoid kadang kuning

    3. Demam hilang timbul

    4. Sakit kepala, myalgia, anoreksia, kadang diare.

    5. Pemeriksaan fisik : suhu 38,50C, nadi 100x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan 20x/menit.

    6. Riwayat penyakit batuk, beringus membaik setelah minum obat anti tusif dan anti batuk.

    Pertanyaan

    1. Anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernafasan

    2. Patomekanisme gejala pada kasus

    3. Etiologi penyakit yang menyebabkan batuk

    4. Patomekanisme penyakit yang menyebabkan batuk

    5. Manifestasi klinis penyakit yang menyebabkan batuk

    6. DD dan DS

    7. Faktor resiko DS

    8. Langkah diagnostik

    9. Pemeriksaan penunjang DS

    10. Hubungan riwayat penyakit dahulu dan sekarang

  • 11. Penatalaksanaan DS

    12. Prognosis dan komplikasi DS

    13. Pencegahan DS

    Jawaban

    1. Anatomi, fisiologi, dan histologi sistem pernafasan

    Anatomi

    Secara garis besar anatomi sistem pernafasan terdiri atas

    a. Cavum nasi

    Cavum nasi adalah rongga yang dimulai pada nostril (apertura nasalis anterior=nares anterior) dan berakhir

    pada nares posterior (choanae). Bagian ini kemudian dibagi menjadi dua oleh septum nasi dan linea mediana.

    1. Septum nasi

    Merupakan dinding medial dari cavum nasi yang dibentuk oleh vomer dibagian postero-inferior dan

    lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dibagian postero-superior dan cartilago septalis yang berada

    di bagian anterior kedua tulang tersebut.

    Vascularisasi dari septum nasi

    - Ramus sphenopalatinus yang dipercabangkan oleh a. Maxillaris.

    - Ramus ethmoidalis anterior dan ramus ethmoidalis posterior yang dipercabangkan oleh a.

    Ophtalmica.

    - Ramus labialis superior yang dipercabangkan oleh a. Facialis.

    - Ramus ascendens dari a. Palatina major.

    Nantinya arteri ini akan membentuk plexus kiesselbach, tempat sering terjadinya epistaxis dan tempat ini

    disebut area dari little.

  • 2. Dinding Lateral

    Dibetuk oleh processus frontalis ossis maxillae dan os nasale di bagian paling anterior, facies medialis

    ossis maxillae dan lamina perpendicularis ossis palatini yang berada dibagian dorso-caudal.

    Pada dinding ini terdapat conchae nasalis superior terdapat meatus nasi superior, disebelah caudal

    concha nasalis media terdapat meatus nasi medius, dan meatus nasi inferior disebalah caudal concha

    nasalis inferior.

    Dinding ini dilapisi kulit dengan rambut-rambut yang keras dan tegak, yang dinamakan vibrissae.

    Vibrissae ini bertumbuh ke arah lumen dan berfungsi sebagai saringan udara.

    b. Nasopharynx

    Terletak di belakang cavum nasi dan cranialis dari palatum molle. Bagian ini hanya dilalui oleh aliran

    udara respirasi.

    c. Larynx

    Organ yang dilewati oleh udara respirasi dan mengalami modifikasi untuk dapat menghasilkan suara.

    Dibentuk oleh cartilago, ligamentum, otot, dan membrana mucosa. Terletak di sebelah ventral pharynx,

    berhadapan dengan vertebra cervicalis 3-6.

    Cartilago yang terdapat di larynx yaitu :

    1. Cartilago laryngis

    Dibentuk oleh 3 buah cartilago yang tunggal, yaitu cartilago thyroidea dan cartilago epiglottica, dan

    cartilago cricoidea, dan 3 pasang cartilago yang terdiri atas cartilago arytenoidea, cartilago

    corniculata serta cartilago cuneiforma.

    2. Cartilago thyreoidea

    Terdiri dari dua lembaran cartilago yang berbentuk segiempat dan bersatu dibagian anterior

    membentuk sudut, kecuali dibagian cranialis dimana terbentuk celah berbentuk huruf V yang

    dinamakan incisura thyreoidea.

    Pada usia dewasa sudut ini lebih besar pada pria dibanding wanita yang biasa dikenal dengan

    adams apple

    3. Cartilago cricoidea

    Berbentuk cincin dan terdiri atas dua bagian, bagian dorsal lebar berbentuk segiempat, disebut

    lamina cartilaginis cricoidea, dan bagian anterior disebut arcus dengan tepi caudalnya letak

    horizontal dan tepi cranialnya yang terletak oblique.

    4. Cartilago arytaenoidea

    Berbentuk piramid yang terletak pada tepi superior lamina cartilaginis cricoidea.

    5. Cartilago epiglottica

  • Berbentuk tipis seperti daun, menonjol dan berada disebelah dorsal dari lingua dan corpus ossis

    hyoidei. Ujung caudal bantuknya lancip dan dihubungkan oleh ligamentum thyroepiglotticum pada

    angulus antara lamina cartilaginis thyreoideae di sebelah caudal incisura thyreoidea.

    6. Cartilago corniculata dan cartilago cuneiforme

    Cartilago corniculata mempunyai bentuk conus, kecil, dan berada pada ujung posterior plica ary-

    epiglottica, yaitu pada apex cartilago arytaenoidea.

    d. Trachea dan bronkus

    Trachea

    Trachea adalah suatu pipa yang dibentuk dari cartilago dan jaringan ikat yang dimulai dari tepi caudal

    larynx, yaitu dari tepi caudal cartilago cricoidea setinggi vertebra cervicalis VI sampai setinggi cranial

    vertebra thoracalis V, dan disini terbentuk bifurcatio menjadi bronchus dexter dan sinister.

    Disepanjang perjalanannya trachea berada di sebelah ventral oesophagus dan nervus recurrens sinister

    diapit oleh trachea dan oesophagus.

    Bronchus

    Bronchus dexter mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendekdan lebih vertikal daripada broncus

    sinister. Letaknya lebih vertikal oleh karena desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trakea ke arah

    kanan, sehingga menyebabkan mudahnya benda-benda asing masuk kedalam hilus pulmo dexter.

    Bronchus ini bercabang tiga (bronchus secunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus

    medius, dan lobus inferior. Broncus pulmonalis disebut bronchus eparterialis. Cabang bronchus yang

    menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada disebelah caudal arteri pulmonalis disebut bronchus

    hyparterialis. Yang nantinya akan mempercabangkan bronchus tertiar yang menuju ke segmen pulmo.

    Bronchus sinister mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang dari pada

    bronchus dexter. Berada di sebelah caudal arcus aortae menyilang disebelah caudal arcus aortae,

    menyilang disebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus dan aorta thoracalis.

    e. Pulmo

    Merupakan parenkim yang berada bersama-sama dengan bronchus dan percabangan-percabangannya.

    Dibungkus oleh pleura, mengikuti gerakan dinding thorax pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Bentuknya

    dipengaruhi oleh organ-organ yang ada disekitarnya. Berbentuk conus dengan bagian-bagian sebagai

    berikut :

    1. Apex

    2. Basis

    3. Facies costalis

    4. Facies mediastinalis

  • 5. Margo anterior

    6. Margo inferior

    7. Margo pulmonis

    f. Pleura

    Pleura adalah suatu membran serosa yang membungkus pulmo. Terdiri atas pleura visceralis dan pleura

    parietalis. Diantara kedua lapisan ini terdapat cavu yang dinamakan cavum pleura, yang memungkinkan

    pulmo bergerak sewaktu respirasi. Didalam cavum terdapat cairan serous yang membuat permukaan

    kesua lapisan menjadi licin sehingga mencegah terjadinya gesekan. Pleura parietalis terdiri atas

    1. Pleura costalis, melapisi costa

    2. Pleura mediastinalis, berbatasan dengan mediastinum

    3. Pleura diaphragmatica, melapisi diaphragma thoracis

    4. Cupula pleurae, menonjol melewati apertura thoracalis superior.

    Fisiologi

    Terdapat dua proses respirasi dalam tubuh yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal.

    1. Respirasi eksternal

    Yaitu pertukaran gas antara O2 dan CO2 antara atmosfer dan sel tubuh.

    2. Respirasi internal

    Yaitu pertukaran O2 dan CO2 antara paru ke sel tubuh (mitokondria) untuk metabolisme tubuh.

    Pertukaran gas memerlukan 4 proses penting yaitu :

    1. Ventilasi

    Ventilasi adalah proses dimana udara masuk ke lingkungan pernafasan (paru) dan menghembuskan

    keluar. Ventilasi terdiri dari

    a. Inhalasi/inspirasi : masuknya udara dari luar ke paru-paru.

    b. Ekshalasi/ekspirasi : udara yang ada di paru-paru dikeluarkan.

    2. Difusi

    Difusi adalah O2 yang ada di dalam paru masuk ke dalam pembuluh darah kapieler yang ada disekitar

    paru, dan CO2 yang ada dalam kapiler paru dimasukkan kedalam paru.

    3. Transportasi gas (perfusi)

    Transportasi gas adalah O2 yang ada di pembuluh darah paru-paru dibawah ke pembuluh darah sehingga

    O2 dapat sampai ke sel, dan sebaliknya.

    4. Regulasi

  • Pengaturan yang diperankan oleh sistem saraf dan sistem hormon. Terdapat tiga jenis pusat kontro

    yaitu:

    a. Pusat kontrol pernafasan

    - Batang otak (pons/medulla oblongata) yang berfungsi sebagai pernafasan spontan.

    - Pons yang terdiri atas 2 yaitu

    Apneustic central : menstimulasi neuron inspirasi di medulla oblongata

    Pneumotaxic center : bekerja melalui mekanisme penghambatan inspirasi.

    - Korteks yang berfungsi sebagai pernafasan volunter (disadari) misalnya menyanyi dan berbicara.

    b. Efektor pernafasan

    - N. Frenikus yang menginnervasi diaphragma

    - N. Intercostalis yang menginnervasi muskulus intercostalis dan muskulus abdominalis

    - N. Acsesorius yang menginnervasi muskulus sternokleidomastoideus

    - N. Servikalis inferior yang menginnervasi muskulus skaleneus

    c. Sensor pernafasan

    - Kemoreseptor sentral pada permukaan ventral medulla oblongata merespon dengan cepat setiap

    peningkatan konsentrasi CO2 atau peningkatan konsentrasi ion H+ dengan meningkatkan ventilasi.

    - Kemoreseptor perifer (pada bifurcatio arteri karotis dan sepanjang arkus aorta diaktifkan oleh

    hipoksia CO2 dan H+.

    Histologi

    Udara yang masuk ke paru-paru mula-mula melewati bagian atap atau superior rongga hidung. Di atap hidung

    terdapat epitel khusus yaitu epitel olfaktorius yang mendeteksi dan meneruskan bau-bauan. Pada epitel ini

    terdapat tiga jenis sel : sel penyokong atau sustentakuler, sel basal, dan sel olfaktorius. Di bawah epitel

    di jaringan ikat terdapat kelenjar olfaktorius serosa.

    Bagian konduksi sistem pernafasan

    Pada bagian konduksi sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus terminalis.

    Agar saluran nafas besar selalu terbuka maka, saluran ini di tunjang tulang rawan hialin(cartilago hyalina).

    Trakea sendiri dilingkari oleh cartilago hyalin berbentuk C yang tidak utuh. Serat elastik dan otot polos yang

    disebut otot trakealis yang menghubungkan ruang diantara ujung-ujung tulang rawan. Pada trakea terdapat

    berbagai jenis sel yaitu sel torak bersilia, sel goblet (produksi mukus), sel basal (aktif berdifferensiasi),

    sel sikat/brush cell, dan sel bergranula kecil.

  • Kemudian bercabang 2 menjadi bronkus yang masuk ke dalam paru-paru maka cincin tulang rawan hialin

    diganti oleh lempeng tulang rawang hialin tidak beraturan yang mengelilingi bronkus. Sewaktu bronkus

    terus bercabang dan berkurang ukurannya jumlah dan ukuran lempengan ini ikut berkurang. Seperti halnya

    pada bagian akhir konduksi bronkiolus terminalis.

    Bronkiolus yang lebih besar dilapisi oleh epitel bertingkat semu bersilia, sering berkurangnya ukuran epitel

    ini menjadi epitel selapis bersilia. Sedangkan bronkiolus yang lebih kecil hanya dilapisi oleh epitel selapis

    kuboid. pada bronkiolus terminalis juga terdapat sel clara (sekresi surfaktan) sebagai pengganti dari sel

    goblet.

    Bagian respiratorik sistem pernafasan

    Tempat ini dimulai pada tempat berlangsungnya pertukaran gas yang dimulai oleh bronkiolus respiratorius

    yang ditandai dengan adanya kantong-kantong udara berdinding tipis yaitu alveoli.

    Respirasi hanya dapat berlangsung pada alveoli, selain itu struktur intrapulmonal lainnya tempat

    berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, dan saccus alveolaris.

    Selain itu juga terdapat sel-sel dalam alveolus. Sel yang paling banyak adalah sel alveolus gepeng atau

    penumosit tipe 1, diantaranya terselip sel-sel pneumocyte 2. Makrofag juga ditemukan di dinding alveoli

    yang disebut macrophagocytus alveolaris, sedangkan pada alveoli disebut sel debu.

  • 2. Patomekanisme gejala pada kasus

    Batuk

    Batuk Berdahak

    Benda asing pada jalan napas

    Menimbulkan refleks batuk

    Impuls aferen (N vagus M. Oblongata)

    2,5 udara di inspirasi cepat

    Epiglotis menutup

    Tekanan intratoraks &

    paru meningkat

    Otot abdomen dan otot ekspirasi

    berkontraksi

    Pita suara membuka, udara bertekanan tinggi

    dalam paru meledak keluar

    Kompresi kuat paru bronkus dan

    trakea kolaps

    Udara tsb mengalir cepat membawa benda asing dari

    bronkus dan trakea

    Infeksi/iritasi sal. Napas

    Hipersekresi mukus, hipertrofi

    kelenjar submukosa

    Sekresi sel goblet meningkat

    Produksi mukus berlebihan

    Jalan napas hiperaktif

    Rangsangan batuk aktif

    Batuk berdahak

  • Demam

    Sakit kepala

    Pirogen eksogen yaitu

    lipopolisakarida, peptidoglikan dan

    teichoic acid

    Makrofag, monosit, limfosit

    IL1, IL6, TNF , IFN

    Hipothalamus dan fosfolipase A2

    As. Arachidonat dari membran fosfolipid oleh

    siklooksigenasi

    Prostaglandin (PGE2)

    Peningkatan setting termostat di hipothalamus

    Peningkatan konsentrasi dan produksi panas

    Refleks vasokonstriksi PD

    kulit dan pelepasan

    epinefrin olah PD

    Peningkatan metabolisme tubuh

    dan tonus otot

    Obstruksi Sal. Napas akibat produksi mukus berlebihan dah hipertrofi submukosa

    O2

    Vasodilatasi (Kompensasi Pem. Darah u/ meningkatkan distribusi o2 ke otak

    O2 (Kompensasi gagal)

    SAKIT KEPALA

  • Anorexia dan Diare

    Myalgia

    3. Etiologi penyakit yang menyebabkan batuk

    Peningkatan sekresi mukus krn infeksi/iritasi sal napas

    Bakteri masuk ke sal GI

    Terganggunya sinyal jangka pendek, ( hormon usus & sinyal neural dari pusat otak x mengatur regulasi tahapan awal dan akhir makan) yang diinduksi oleh

    sitokin (IFN , IL 6, IL 10) sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri

    ANOREKSIA

    Mengaktivasi peningkatan daya

    dorong pada kontraksi otot

    me waktu kontak antara permukaan abs.

    usus dan cairan luminal

    DIARE

    O2 menurun di dalam

    tubuh

    Respirasi aerob

    Respirasi anaerob

    Berefek meningkatk

    an As. laktat

    Tertimbun di otot Myalgia

    BATUK AKUT

    Trakeitis, virus/bakterial Bronkitis, virus/bakterial Bronkiolitis, virus/bakterial Asma Edema paru Emboli paru Whooping cough Aspirasi Benda asing Permulaan batuk kronik

    BATUK KRONIK

    Bronkitis kronik Asma Karsinoma TB paru Bronkiektasis Benda asing Tumor jinak Lesi mediastinum

  • 4. DD dan DS

    Pneumonia Bronkitis TB Paru

    Laki-laki umur 25 thn + + +

    Batuk berdahak mukoid

    kadang kuning

    + + +

    Demam hilang timbul

    selama 10 hari

    + + +

    Sakit kepala pagi hari + + +

    Myalgia + - +

    anorexia + + +

    Kadang diare + - +

    Suhu 38,50C + + +

    Denyut nadi 100x/menit + + +

    Pernafasan 20x/menit + + +

    Riwayat sakit batuk dan

    pilek sebelumnya

    + + +

    Riwayat minum anti tusif

    dan anti biotik

    + + +

    5. Hubungan riwayat penyakit dahulu dan sekarang

    Hubungan riwayat penyakit dahulu dan sekarang berdasarkan skenario ada 2 yaitu

    a. Kemungkinan pertama, penyakit yang sekarang merupakan perjalanan dari penyakit terdahulu yang

    semakin memburuk akibat tidak mendapatkan terapi yang adekuat.

    b. Kemungkinan kedua, penyakit yang sekarang tidak ada hubungannya dengan penyakit terdahulu. Namun

    penyakit terdahulu merupakan faktor predisposisi timbulnya penyakit yang sekarang.

    Pneumonia

    Defenisi

    Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit).

    Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru berupa alveoli dapat dipenuhi cariran atau nanah. Akibatnya

    keampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen akan terganggu). Kekurangan oksigen dalam sel-sel

  • tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, maka proses

    peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi.

    Etiologi

    Penyebab pneumonia bermacam-maca yaitu bakteri, virus, fungi, alergi, aspirasi, hypostatic pneumonia.

    Pneumonia bakteri dapat disebabkan oleh pneumococcus, staphylococcus, H.influeza, mycobacterium tuberculosis,

    klebsiella dan E,coli.

    Patofisiologi

    a. Virus

    Jadi dapat pula dikatakan bahwa pneumonia virus komplikasinya merupakan pneumonia bakteri.

    Virus masuk ke paru-paru

    melalui inhalasi

    Menyerang jln nafas dan

    alveoli Apoptosis sel Sitokin teraktivasi

    cairan masuk memnuhi

    alveoli

    pengangkutan O2 ke darah terhambat

    Virus lain menyerang sistem lain

    Fungsi organ terganggu

    Bakteri lain menyerang

    Pneumonia bakteri

  • b. Bakteri

    c. Jamur

    Mikroorganisme ini tidak spesifik menyebabkan pneumonia. Jamur dapat menyerang jika sebelumnya

    pasien sendiri sudah terpapar penyakit yang menyebabkan sistem imun menurun misalnya saja AIDS,

    obat-obatan imunosupesif.

    d. Parasit

    Proses peradangan pneumoniae

    Masuk ke alveoli

    Bakteri inhalasi

    Menginvasi ruangan di

    antara sel dan alveoli melalui

    rongga penghubung

    Neutrophil

    Membunuh dan melepaskan

    sitokine

    Demam mengigil dan

    mual

    Mengisi alveoli

    Transpor O2 menurun

    Bakteri ke aliran darah Syok septik

    Ke cavitas pleura Empyema

    Parasit masuk melalui

    kulit/ditelan

    Aliran darah

    Paru- paru

    Respon imun

    Eosinophil meningkat

    Pneumonia esosinophil

    Gangguan transportasi

    O2 Pneumoniae

    Pneumonia eosinophil

    Stadium Kongesti

    Bakteri masuk & menyebar ke jar.

    alveolar

    Reaksi radang akut pd bronchus terminalis

    Kongesti neutrofil di kapiler

  • Manifestasi Klinis

    Secara anatomik pneumonia terbagi menjadi dua yaitu :

    1. Pneumonia lobaris

    Merupakan penyakit primer, kebanyakan menyerang anak besar (biasanya sesudah berumur 3 tahun).

    Anak tampak sakit berat, demam tinggi, pergerakan dada pada sisi yang sakit nampak lambat, pekak

    relatif pada perkusi. Gambaran radiologi terlihat jlas infiltrat yang jelas. Pada penyembuhan demam

    menurun secara tiba-tiba (krisis) dalam 5-9 hari.

    2. Bronchopneumonia

    Biasanya merupakan penyakit sekunder, timbul setelah menderita penyakit lain. Kebanyakan menyerang

    bayi dan anak kecil. Keadaan umum tidak terlalu terganggu (bila belum sesak), demam tidak terlalu tinggi

    (demam intermitten). Tidak ditemukan pekak relatif pada perkusi, pada foto thoraks tidak tampak

    bayangan infiltrate (bila ada tersebar kecil).

    Untuk gambaran pneumonia bakteri akut ditandai oleh :

    1. Demam dan mengigil

    2. Batuk yang mengeluarkan dahak yang berwarna kuning hijau atau mungkin mengandung darah (mukus

    dikeluarkan dari paru-paru)

    3. Sakit dada terutama saat batuk atau saat menarik nafas yang dalam

    4. Bernafas dengan cepat dan pendek, serta hilang selera makan

    5. Muka kelihatan merah

    Hepatisasi Merah

    Akumulasi masif dlm ruang alveolar

    (limfosit & makrofag)

    Eritrosit keluar dr kapiler yg meregang

    Hepatisasi Kelabu Akumulasi fibrin disertai penghancuran leukosit &

    eritrosit

    Resolusi (8-10 hr)

    Reabsorpsi eksudate

    Jar. paru kembali normal

  • Faktor resiko

    1. Umur > 65 tahun

    2. Tinggal di pantai jompo

    3. Alkoholismus

    4. Malnutrisi

    5. Merokok

    6. Aspirasi

    7. COPD, kardiovaskular, diabetes melitus, neurologis

    8. Infeksi saluran pernafasan akut

    Pemeriksaan Penunjang

    Dalam menegakkan diagnosis selain klinis, pemeriksaan yang mendukung diagnosis adalah

    a. Chest X Ray

    Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan sebelum dapat ditemukan secara fisis. Pada bronkopneumonia

    terdapat bercak-bercak infiltrat satu atau bebrapa lobus paru. Foto rontgen juga menunjukkan

    komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumatokel, pneumothoraks, pneumomediastinum

    atau perikarditis.

    b. Pemeriksaan Laboratorium

    Pada pneumonia pneumococcus tes darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 sampai

    40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kumam penyebab dapat dikultur dari swab tenggorokan dan

    30% bisa dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin diakibatkan karena terdapatnya albumin

    ringan karena suhu naik. Pneumonia pneumokokkus tidak dapat dibedakan dengan bakteri lain selain

    pemeriksaan mikrobiologi.

    Langkah-langkah diagnostik

    Ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang

    dikemukakan pasien disertai pemriksaan penunjang. Diagnosis berdasarkan etiologi dapat dilakukan

    berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi dan/atau serologi.

    Berdasarkan berat ringannya pneumonia dibedakan menjadi :

    1. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum, harus dirawat di RS dan

    diberi antibiotik.

    2. Pneumonia berat : bila ada retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum harus dirawat di RS dan

    diberi antibiotik

  • 3. Pneumonia : bila ada retraksi, tetapi nafas cepat

    - >60x/menit pada bayi 50x/menit pada bayi 2-12 bln

    - >40x/menit pada bayi 1-5 thn

    Tidak perlu dirawat cukup beri antibiotik oral

    4. Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu

    antibiotik.

    Bayi dibawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian

    sering terjadi.

    Pemeriksaan Fisis

    Pneumonia lobaris :

    1. Inspeksi : frekuensi pernafasan >40x/menit, pernafasan cuping hidung, sianosis, paru yang sakit

    pergerakannya lambat, gembung.

    2. Palpasi : fokal fremitus sisi sakit>keras

    3. Perkusi : sisi sakit pekak relatif

    4. Auskultasi : sisi sakit BP menurun, BT ronki nyaring 1 lobus

    Bronkkopneumonia

    1. Inspeksi : sakit sedang, retraksi frekuensi pernafasan > 50x/menit

    2. Palpasi : -

    3. Perkusi : sonor

    4. Auskultasi : ronki nyaring diffus satu/ke 2 paru

    Penatalaksanaan

    Untuk mengurangi resiko resistensi mikroorganisme terhadap obat sebaiknya pengobatannya dilakukan

    sesuai etiologi, tetapi karena memakan waktu maka hanya dapat diberikan dengan pengobatan polifragmasi.

    Penisilin 50.000 IU/kgBB/hari dan ditambahkan dengan kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari atau diberikan

    antibiotik spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4-5 hari.

    Anak yang sesak nafas memrlukan cairan intravena dan dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan adalah

    campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 mL botol

    infuse. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dnegan menggunakan rumus darrow. Karena

    kebanyakan penderita menderita asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan

    dengan melakukan koreksi perhitungan basa sebanyak -5 mEq.

  • Pencegahaan

    1. Menghindari paparan asap rokok dan polusi udara

    2. Menghindari kelahiran yang menyebabkan fetal distress

    3. Melakukan pemberian ASI

    4. Hindarkan bayi/anak kecil dari keramaian umum terutama kontak dengan penderita ISPA

    5. Membatasi penularan nasokomial dengan cara membiasakan diri cuci tangan, penggunaan sarung tangan

    atau masker, dan isolasi penderita

    6. Pemberian vaksin

    Untuk RSV (Respiratory sytical virus) dapat diberikan imunisasi dengan glikoprotein permukaan F dan G

    RSV yang sudah dimurnikam.

    Vaksin yang disebabkan oleh H. Influenza dapat diberikan vaksin Hib. Dan untuk sterptococcus

    pneumoniae dapat diberikan vaksin pneumococcal hepravalen. Pemberian vaksin ini direkomendasikan

    untuk anak-anak >2 tahun dan pada orang dewasa resiko tinggi seperti kardiovaskular, hodkin disease,

    asplenia, serta kondisi-kondisi yang dihubungkan dengan penggunaan imunosupresi.

    Komplikasi

    Dengan penggunaan antibiotik komplikasi tidak pernah ditemui. Komplikasi yang mungkin terjadi ialah

    empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih

    jarang dilihat.

    Prognosis

    Dengan memberikan antibiotika yang tepat dan adekuat mortalitas dapat diturunkan sampai kurang 1%. Anak

    yang menderita MEP dan terlambat ditangani menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

    TB Paru

    Defenisi

    Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman mycobacterium tuberculosis .

    tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M.tuberculosis.

    tuberkulosis paru mencakup 80% dari seluruh kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% merupakan

    tuberkulosis ekstrapulmonal. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi M. Tuberculosis.

  • Etiologi

    Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan

    tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen m. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman

    mampu tahan asam serta sanga tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob

    yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, mycobacterium tuberculosis senang tinggal di

    apeks paru yang memiliki kandungan oksigen yang tinggi.

    Patofisiologi

    TB paru primer kebanyakan terjadi pada anak-anak

    TB post primer biasanya menyerang pada orang dewasa yang sebelumnya sudah pernah terpapar TB primer

    sebelumnya

    Droplet nuklei

    Kuman masuk Aktifasi

    neutrofil dan

    makrofag

    Keluar Tinggal dalam

    sitoplasma makrofag

    Menyerang organ

    tubuh yg lain

    Fokus ghon

    Limfangitis local

    Limfadenitis regional

    Ranke (3-8 mgg)

    Dormant Imunitas tubuh menurun Sarang dini Invasi ke

    parenkim paru

    Direabsorpsi sembuh

    Sembuh dg jar. fibrosis Granuloma

    Granuloma Jar. ikat seketika hancur

    Nekrosis Jar. keju

    Di batukan Cavitas

  • Manifestasi Klinis

    Gejala Respiratorik :

    a. Batuk > 3 mgg

    b. Batuk darah

    c. Nyeri dada

    d. Sesak nafas

    Gejala sistemik :

    a. Demam

    b. Anoreksia

    c. Malaise

    d. Berat badan menurun

    e. Keringat malam

    Faktor resiko

    1. Umur

    2. Jenis kelamin

    Laki-laki memiliki potensi 2x lipat dibanding wanita

    3. Tingkat pendidikan

    4. Pekerjaan

    5. Kebiasaan merokok

    Cavitas

    Meluas

    Sarang pneumonia

    Tuberkuloma

    Memadat mengapur

    Sembuh

    Cair

    Cavitas lagi

    Komplikasi

    Mycetoma

    Bersih sembuh

    Stelatte shape

    Cavitas yg terbungkus

  • 6. Kepadatan hunian kamar tidur

    7. Ventilasi

    Pemeriksaan penunjang

    1. Pemeriksaan bakteriologis

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk menemukan kuman TB untuk menentukan diagnosis. Bahan pemeriksaan

    ini berasal dari sputum, cairan pleura, bilasan bonkus, CSF, kurasan bronkoalveoloar, urin, feses, dan

    jaringan biopsi.

    2. Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi foto apikolordotik, obliq, dan CT scan. Tuberkulosis memberikan

    gambar bermacam-macam pada foto thoraks. Gambaran yang dapat ditemukan yaitu :

    a. bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah

    b. bayangan berawan atau bercak

    c. adanya kavitas tunggal atau ganda

    d. bayangan bercak milier

    e. bayangan efusi pleura, umumnya unilateral

    f. destroyed lobe sampai destroyed lung

    g. kalsifikasi

    h. schwarte

    3. Pemeriksaan khusus

    Saat ini telah ditemukan beberapa teknik baru untuk mendeteksi Tb yaitu :

    a. BACTEC : dengan metode radiometrik, dimana CO2 yang dihasilkan dari metablisme asam lemak M.

    Teuberculosis dideteksi growth indexnya.

    b. Polymerase chain reactin (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari M.tuberculosis hanya saja

    masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi.

    c. Pemeriksaan serologi seperti ELISA, ICT, dan Mycodot.

    Langkah-langkah diagnosis

    Lakukan anamnesis dengan menanyakan pertanyaan sebagai berikut :

    1. Riwayat penyakit yang sama dengan anggota keluarga

    2. Riwayat frekuensi penggunaan bat, apakah diminum secara teratur atau tidak

    3. Riwayat kontak dengan pasien yang terinfeksi

    4. Ada tidakanya bunyi ronki pada pemeriksaan auskultasi

  • 5. Ada tidaknya keringat malam hari, penurunan berat badan, serta batuk darah untuk mengetahui tanda-

    tanda TB secara pasti.

    6. Riwayat merokok

    Penatalaksanaan

    Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).

    Obat yang digunakan yaitu obat utama dan obat tambahan. Jenis obat yang digunakan sesuai rekomendasi

    WHO yaitu rifampisin (R), isoniazid (H), pirampizin (z), sterptomisin (s), etambutol (e).

    Treatment

    Category

    Pasien Obat TB

    1 Kasus baru

    BTA +

    Sputum tetapi kerusakan parenkim yang luas

    2 HRZE/4H3R3

    /4HR

    /6HE

  • Ekstrapulmonary Tb yang berat

    2 BTA + dg riwayat pengobatan

    Kambuh

    Gagal pengobatan

    Pengobatan tidak sesuai

    2 RHZES + 1 RHZE/5R3H3E3

    /5RHE

    3 Kasus baru BTA

    Kasus baru berat dg TB ekstrapulmoner

    2RHZ/4R3H3

    /5 4HR

    /6 6HE

    4 Kronik BTA tetap + meskipun dg pengobatan Rujuk ke dokter spesialis

    Pencegahan

    1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita

    tuberkulosis BTA +.

    2. Mass chest X ray yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu.

    3. Vaksinasi BCG

    Bronkhitis

    Definisi

    Peradangan pada saluran pernafasan broncial atau bronki. Peradangan tersebut disebabkan oleh virus,

    bakteri, proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung

    akut maupun kronik. Proses ini disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran

    nafas atas maupun bawah.

    Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih

    dari tiga minggu, peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya

    edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering

    dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat

    dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi akut

    mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.

    Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya

    3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. Infeksi saluran nafas merupakan

    masalah klinis yang sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya.

    Eksaserbasi infeksi akut akanbronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut

  • akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga

    berpengaruh terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbai, maka

    mortalitas juga akan dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbasi, maka mortalitas juga

    akan semakin meningkat.

    Etiologi

    Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV),

    virus influenza, virus parainfluenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus

    yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Sedangkan pada

    bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut :

    1. Spesifik

    a. Asma

    b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).

    c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlamydia, pertusis,

    tuberkulosis, fungi/jamur.

    d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.

    e. Sindrom aspirasi.

    f. Penekanan pada saluran napas

    g. Benda asing

    h. Kelainan jantung bawaan

    i. Kelainan sillia primer

    j. Defisiensi imunologis

    k. Kekurangan anfa-1-antitripsin

    l. Fibrosis kistik

    m. Psikis

    2. Non spesifik

    a. Asap rokok

    b. Polusi udara

    Patofisiologi

  • Asap iritasi jalan nafas

    Sel goblet jmlx

    meningktat, F. silia

    menurun

    Hipersekresi

    mukus

    Bronchiolus menyumbat &

    menyempit

    alveoli yg

    berdekatan dg

    bronciolus rusak

    Fibrosis

    Rentan inf.

    Kerusakan paru

    Empisema

    Bronciectasis

  • Manifestasi Klinik

    Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini dari bronchitis kronis. Batuk mungkin

    dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat

    merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan (Smeltzer & Bare, 2001).

    Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan radiologi

    Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel

    keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah.

    2. Pemeriksaan fungsi paru

    Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF sedikit naik

    atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi

    paksa dalam 1 detik < 80% dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP

  • c. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung

    berkurang.

    d. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir sternum.

    e. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian tekanan vena,

    hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.

    Penatalaksanaan

    1. Terapi eksaserbasi akut

    a. Antibiotik

    b. Terapi oksigen ( jika terjadi kegagalan jalan nafas)

    c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum

    d. Bronkodilator

    2. Terapi jangka panjang dan rehabilitasi.

    Pencegahan

    Mencegah kebiasaan merokok(dikurangi),menghindari lingkungan berpolusi, dan dianjurkan vaksinasi

    untuk mencegah eksaserbasi.

    Komplikasi

    Komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang jelek menurut Behrman (1999), antara lain :

    1. Otitis media akut

    Yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat

    disebabkan berbagai patogen termasuk Sterptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.

    Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis menebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah

    dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.

    2. Sinusitis maksilaris

    Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan

    nafas bagian atas dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan

    bronkhospasme, edema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronchitis.

    3. Pneumonia

    Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri,

    virus, jamur, dan benda asing. Jika bronchitis tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika

  • daya tahan tubuh jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut disebut bronchopneumoniae.

    Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang memburu atau cepat dan sesak nafas karena paru-

    paru mengalami peradangan. Pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernafas,

    sesak nafas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam.