LAPORAN Modul 2.docx

77
LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL BLOK 1.6 MODUL 2 Kelompok 14B Ketua Rizky Dwi Utami Sekretaris Meja Indah Lisfi Sekretaris Papan Hadli Oktavioreta Fransisca Anggota Ilyan Nasti Januari Isnainia Azarine K. Vegi K. Putri Annelia Tiara Suci Endang Mutiwara Inayah Afrilia Rizky Dwi Utami

Transcript of LAPORAN Modul 2.docx

Page 1: LAPORAN Modul 2.docx

LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL BLOK 1.6

MODUL 2

Kelompok 14B

Ketua

Rizky Dwi Utami

Sekretaris Meja

Indah Lisfi

Sekretaris Papan

Hadli Oktavioreta Fransisca

Anggota

Ilyan Nasti Januari

Isnainia Azarine K.

Vegi K. Putri

Annelia Tiara Suci

Endang Mutiwara

Inayah Afrilia

Rizky Dwi Utami

PENDIDIKAN DOKTER – FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

Page 2: LAPORAN Modul 2.docx

Modul 2

Skenario 2 : Pengalaman Tak Terlupakan

Murni, mahasiswa kedokteran sedang bertugas di ruangan bayi menunggu kelahiran bayi yang lahir

pervaginam. Sebelum menolong bayi tersebut Murni sudah mendapat bimbingan dari preseptornya

tentang cara resusitasi pada bayi baru lahir dan harus mampu kejadian hipotermia. Murni sudah

mengerti bahwa hipotermia dapat menyebabkan komplikasi yang berdampak buruk terhadap

tumbuh kembang nantinya.

Ketika bayi sudah lahir, Murni melakukan resusitasi dan melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik

bayi tersebut, apakah terdapat anomali kongenital. Setelah bayi dikeringkan segera dilakukan inisiasi

menyusu dini (IMD) dan juga menjelaskan kepentingan ASU terhadap tumbu h kembang anak.

Setelah selesai menolong dan merawat bayi tersebut, Murni kembali berdiskusi dengan

preseptornya tentang kelainan yang mungkin terjadi pada bayi tersebut apabila tidak ditatalaksana

dengan tepat seperti hipoglikemia, hiperbilirubinemia,kejang, sepsis neonatorum, sindrom gawat

nafas dan lainnya serta kaitannya dengan BBLR.

Selesai melakukan tugasnya dan berdiskusi, Murni pergi beristirahat dengan senyum bangga dna

bahagia atas pengalaman dan pelajaran yang tak terlupakan. Sambil beristirahat Murni membaca

berita tentang penemuan mayat bayi di tempat sampah, dan dikirim ke RS untuk pemeriksaan.

Bagaimana Anda menjelaskan pengalaman Murni dan berita tentang penemuan mayat bayi dalam

skenario di atas ?

Page 3: LAPORAN Modul 2.docx

Step 1 : Terminologi

1. Pervaginam

Persalinan melalui vagina atau persalinan spontan

2. Resusitasi

Suatu aplikasi pada neonatus yang gagal bernafas secara spontan dan teratur

3. Hipotermia

Penuruna suhu tubuh < 36,5 C

4. IMD (inisiasi menyusu dini )

Proses menyusu setelah melahirkan dimana bayi mencari puting susu ibu sendiri dakam

waktu 1 jam pertama

5. Sepsis neonatorum

Suatu infeksi bakteri berat pada bayi baru lahir

6. Hiperbilirubinemia

Tingginya kadar bilirubin di dalam darah karena perombakan Hb meningkat

7. Sindrom gawat nafas

Istilah untuk disfungsi pernafasan

Step 2 : Defining Problem

1. Kapan diperlukan resusitasi pada bayi ?

2. Bagaimana proses kelahiran pervaginam ?

3. Apa akibat hipotermia pada bayi ?

4. Kapan terjadi hipotermia ?

5. Bagaimana kondisi yang memungkinkan bayi untuk lahir pervaginam ?

6. Apa saja penilaian dan pemeriksaan fisik pada neonatus ?

7. Bagaimana kepentingan ASI terhadap tumbuh kembang anak ?

Page 4: LAPORAN Modul 2.docx

8. Bagiamana hipotermia berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak ?

9. Apakah manfaat IMD bagi bayi baru lahir ?

10. Apa saja tindakan resusitasi ?

11. Apa hubungan hiperbilirubinemia, sepsis, sindrom gawat nafas, hipoglikemia dan kejang

dengan BBLR ?

12. Apa akibat hipoglikemia ?

13. Bagaimana perbedaan mayat lahir hidup dan lahir mati ?

14. Apa penyebab sepsis neonatorum ?

15. Apa saja yang dilakukan pada mayat bayi untuk menentukan penyebab kematian ?

16. Apa saja bentuk anomali kongenital pada bayi ?

Step 3: Menganalisis masalah dengan Brainstroming

1. Resusitasi dilakukan karena adanya gagal nafas secara spontan. Terdapat pertanyaan untuk

identifikasi melakukan resusitasi :

Apakah bersih dari mekonium ?

Apakah bernafas atau menangis ?

Apakah tonus otot baik ?

Apakah warna kulit kemerahan ?

Apakah cukup bulan ?

Jika salah satu jawaban “tidak” maka resusitasi dilakukan.

2. Kala I : uterus berkontraksi dilatasi serviks 10 cm

Kala II : serviks membuka lengkap

Kala III : janin, plasenta dan selaput ketuban sudah keluar

3. Akibat hipotermia dingin pada bayi, penyempitan pembuluh darah, peningkatan

kebutuhan oksigen, hipoksemia, pupil dilatasi, hipoglikemia dan asidosis metabolik.

4. Penyebab hipotermia :

Kehilangan panas yang berlebihan

Page 5: LAPORAN Modul 2.docx

Ketidaksanggupan bayi menahan nafas

Kurangnya metabolisme

Lemak subkutan yang sedikit

Keterlambatan mengeringkan cairan pada tubuh bayi

5. Inidikasi lahir pervaginam

Panggul ibu normal

Letak janin normal

Plasenta normal

Tali pusat normal

Tidak ada kelainan jalan lahir, spt : mioma, kista

Tidak ada penyakit berat, spt : jantung, asma

Riwayat sesar 1x

6. Tanda vital, pengukuran ( BB, PB, LK, LL ), alat-alat tubuh ( jika terjadi malformasi, traum

kelahiran), penilaian APGAR Score

7. ASI dapat menjadikan koordinasi saraf lebih sempurna, mengandung asam amino yang

dibutuhkan untuk perkembangan otak. Pada colostrum mengandung antibodi, nutrien

utama serta dapat mendekatkan psikologis ibu dan anak

8. Hipotermia :

Penurunan detak jantung, respirasi sulit mengganggu metabolisme

Hipoksia kematian jaringan

Metabolisme rendah suhu rendah

9. Manfaat IMD :

Meunurunkan resiko hipotermia

Meningkatkan denyut jantung

Mendapat colostrum

Pernafasan stabil

Koordinasi saraf jadi sempurna

10. Tahap awal : bayi dijaga tetap hangat, lendir dibuang dengan cara diisap menggunakan

alat “Delly”, perangsangan taktil. Jika tahap ini belum baik, dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Tahap ventilasi : alat ventilasi nutk mengembangkan alveoli.

Page 6: LAPORAN Modul 2.docx

ABC : Airway, Breathing, Circulation.

11. Sepsis pembuluh darah belum optimal, leukosit menurun

Hiperbilirubinemia fungsi hati belum optimal

Sindrom gawat nafas membran hilain belum terbentuk sempurna

Hipoglikemia cadangan glikogen tidak ada karena BBLR

Kejang kurangnya distribusi oksigen ke otak

12. Prematuritas, pelepasan insulin berlebihan kelainan kelenjar hipofisis

Kesalahan metabolisme

13. Hidup :

Paru sudah mengembang

Sudah ada perawatan

Mati :

Paru belum berkembang

Belum ada perawatan

14. Sepsis infeksi bakteri karena KPD ( ketuban pecah dini, perdarahan saat melahirkan).

15. Tanda-tanda fisik kesehatan

16. Bibir sumbing, polidaktili, anus impeforata, caput susedeneum, atresia esofagus.

Page 7: LAPORAN Modul 2.docx

Step 4 : Skema

Step 5: Learning objective

Mahasiswa mampu menjelaskan :

1. Pemeriksaan dan penilaian BBL

2. Bayi berat lahir rendah ( BBLR )

3. Kelainan yang sering ditemukan pada neonatus

4. Anomali kongenital pada BBL

5. ASI dan manajemen laktasi

Bayi

Lahir

Penilaian PerawatanPemeriksaan

Pemeriksaan Penemuan mayat

Penyebab kematian

BBLRResusitasi

Nafas

Hipoglikemia, hiperbilirubinemia,

kejang, spsis

Tanda vital IMD

Anomali kongenital

Tumbuh kembang

Manajemen laktasi

hipotermia

Page 8: LAPORAN Modul 2.docx

6. Kematian bayi dan pembunuhan anak sendiri

7. Resusitasi neonatus

8. Tumbuh kembang neonatus

9. Perawatan pada BBL

Step 6: Mengumpulkan Informasi

Step 7: Pembahasan Learning Objective

1. Pemeriksaan dan penilaian BBL

Pemeriksaan pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji

penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya

penyimpangan

1. Pengkajian segera BBL

a. Penilaian awal

Nilai kondisi bayi :

● APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ?

● APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS?

● APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?

APGAR SCORE

● Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5

variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)

● Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada :

● 1 menit kelahiran

yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan

● Menit ke-5

● Menit ke-10

penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan

resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa

mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis

Page 9: LAPORAN Modul 2.docx

SKOR APGAR

TANDA 0 1 2

Appearance Biru,pucat Badan

pucat,tungkai

biru

Semuanya merah

muda

Pulse Tidak teraba < 100 > 100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat

Activity Lemas/lumpuh Gerakan

sedikit/fleksi

tungkai

Aktif/fleksi tungkai

baik/reaksi melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Baik, menangis kuat

Preosedur penilaian APGAR

● Pastikan pencahayaan baik

● Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.

Jumlahkan hasilnya

● Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya

● Ulangi pada menit kelima

● Ulangi pada menit kesepuluh

● Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

● Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik

● Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan

resusitasi

● Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi

segera sampai ventilasi

2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

Page 10: LAPORAN Modul 2.docx

● Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah

kelahiran.

● Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit

bantuan/gangguan

● Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga

bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas

1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu

2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa

3). Periksa ulang pernafasan

4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :

1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat

2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi

3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus

kassa steril

4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Gb. Posisi ekstensi

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN

Menepuk pantat bayi Trauma/cedera

Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas,

kematian

Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar

Page 11: LAPORAN Modul 2.docx

pada hati/limpa, perdarahan

Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani

Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi

Meniupkan oksigen/udara dingin pada

tubuh/wajah bayi

Hipotermi

Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan

resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis

Penghisapan lendir

● Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga

tabung oksigen & selangnya

● Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung

● Memantau mencatat usaha nafas yg pertama

● Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat

setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat

Cara :

● celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk

membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya

● bilas tangan dengan air matang /DTT

● keringkan tangan (bersarung tangan)

● letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat

● ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.

Lakukan simpul kunci/ jepitkan

● Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat

& lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan

● Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%

● Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup

INGAT !

JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT

Page 12: LAPORAN Modul 2.docx

c. Mempertahankan suhu tubuh

Dengan cara :

● Keringkan bayi secara seksama

● Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat

● Tutup bagian kepala bayi

● Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya

● Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian

● Tempatkan bayi di lingk yg hangat

d. Pencegahan infeksi

● Memberikan obat tetes mata/salep

● diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.

● Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan

pd mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam

perawatannya.

● Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi

● Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan

● Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika

menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih

● Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm

keadaan bersih

● Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan

bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Tujuan :

Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg

memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas

kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :

● Kemampuan menghisap (kuat/lemah)

Page 13: LAPORAN Modul 2.docx

● Bayi tampak aktif/lunglai

● Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian

ada tdknya masalah kesehatan terutama pada :

● By kecil masa kehamilan/KB

● Gangguan pernafasan

● Hipotermia

● Infeksi

● Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah,

a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya

b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :

● hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C

● bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup

c. Lakukan pemeriksaan fisik

● gunakan tempat yg hangat & bersih

● cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan &

bertindak lembut

● LIHAT, DENGAR, & RASAkan

● Rekam /catat hasil pengamatan

● jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

d. Pemberian vitamin K

● untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K

● Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari

● Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL

● Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia

● Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek

dan tdk mudah lepas

Page 14: LAPORAN Modul 2.docx

● Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit,

nama lengkap ibu

● Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir,

nomor identifikasi

a. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :

1). Pemberian nutrisi

● Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu

penuh)

● Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam

● Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum

memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran

mekonium.

● Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

● Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC

● Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu

● Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol

berisi air panas)

3). Mencegah infeksi

● Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk

BAK/BAB

● Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah

tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan

segera ke bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak

merah atau bau busuk.

● Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap hari

● Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun

setiap hari.

● Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang

yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua

● Pernafasan sulit/ > 60x/menit

Page 15: LAPORAN Modul 2.docx

● Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C

● Warna kulit biru/pucat

● Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering

warna hijau tua, ada lendir darah

● Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk

● Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam

● Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B

Daftar pustaka

1. Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition.

Churchill Livingstone, Edinburgh

2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma

III kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta

3. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta

4. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

neonatal.YBP_SP.Jakarta

PEMERIKSAAN FISIK LAINNYA

Memeriksa Kepala dan Muka sangat penting karena menjadi perhatian utama :

● Tanda trauma kaput sesudaneum, moulding,

● laserasi, sefal hematom

● Adakah tanda parese syaraf ke 7

● Telinga adakah low set ear

● Mulut adakah gigi, gusi, ukuran dan besar lidah

● palatum apakah normal

Mata

● Sembab kelopak mata sering didapat, mata sulit dibuka

● Adakah tanda perdarahan konjungtiva, ukuran bola mata

● Adakah sekret mata, kemungkinan saluran nasolakrimalis

● belum terbuka sempurna

• Bila sekret berlebihan ingat infeksi gonokokus

Sistem Pernafasan

Pemeriksaan terbaik adalah melakukan observasi

Page 16: LAPORAN Modul 2.docx

Frekwensi nafas (normal 30-50 kali/menit), iramanya, tipe nafas utama pada bayi baru

lahir abdominal

Obsrvasi warna kulit sekitar mulut dan mukosa

Tanda tanda adanya gangguan nafas:

Frekwensi nafas cepat ≥ 60 per menit

Tampak sianosis

Perhatikan bentuk dada

Bernafas mempergunakan otot otot dada (retraksi interkostal, dada)

Pemeriksaan Kardiovaskuler

Pemeriksaan kardiovaskuler juga harus diperhatikan bentuk dada, apek (lokasi di ICS ke 4 &

ke 5)

Palpasi pulsasi arteri brakhialis dan femoralis

Memeriksa suara jantung S1,S2, kadang terdengar S3

Frekwensi jantung biasanya 100 – 140/ menit (normal)

Adakah murmur, biasanya dilakukan pemeriksaan di

sepanjang batas sternal kiri. Dianjurkan pemeriksaan diulang setelah penderita berumur 3 – 6

minggu

ABDOMEN

Observasi bentuk abdomen apakah distended. Pernafasan abdominal adalah normal

Perhatikan umbilikus, apakah ada tanda inflamasi, bau Yakinkan ibu bahwa umbilikus akan

lepas (hari ke 4 – 5)

Meraba Hepar

Mempergunaka jari jari tangan diletakkan antara SIAS (spina iliaka anterior superior kanan)

dan umbilikus, selanjutnya meraba keatas sampai batas kosta

Meraba Lien

Meraba dengan jari jari dari SIAS kearah umbikus

Meraba Ginjal

• Tidak mudah, memerlukan latihan

• Letakkan satu tangan dibawah pinggang dan diangkat keatas, sedang tangan lain melakukan

palpasi disisi yang sama

Meraba Buli Buli

• Mempergunakan jari ke 2 dan ke 3

Page 17: LAPORAN Modul 2.docx

• Palpasi dimulai dari umbilikus kearah bawah

• Buli buli teraba penuh 15 menit setelah bayi diberi minum

GENITALIA

Wanita

• Labia warna kemerahan. Pada preterm labia mayor tidak menutup labia minor

• Perdarahan vagina dapat terjadi (newborn period)

• Memar dapat terjadi pada persalinan letak bokong

Laki laki

• Apakah bentuk dan ukuran penis normal

• Adakah hipospadia dan epispadi

• Apakah testis teraba, bila tidak teraba biasanya di inguinal

• Adakah hidrocele, pemeriksaan dengan transiluminasi

Memeriksa Sendi Panggul

• Bayi posisi terlentang. Posisi panggul dan lutut 90 derajat

• Pegang kedua lutut dan gerakkan keatas dan kebawah bergantian

Ventral Suspensi

Bayi dipegang dengan kedua tangan dan ditengkurapkan

Respon bayi : punggung ekstensi, lengan, kaki fleksi dan kepala akan terangkat

Bayi posisi terlentang biasanya panggul fleksi dan sedikit Abduksi. Bila abduksi total berarti

terdapat hipotoni otot

Pemeriksaan harus diulang 24 jam kemudian

REFLEK PRIMITIF

TANDA KARDINAL

Merangsang pipi dan kulit sekitar mulut, maka akan respon mulut bayi terbuka dan kepala

menoleh kearah lateral

Grasp dan traction response (reflek menggegam)

Page 18: LAPORAN Modul 2.docx

Tangan bayi diberi jari tangan atau pensil, maka jari akan menggegam dan bahu akan

terangkat lebih kurang 2- 3 cm

MORO REFLEK

Bayi diletakkan terlentang dengan satu tangan menahan badan bayi, tangan lain menyangga

kepala. Bila kepala bayi diturunkan beberapa cm, lengan atas abduksi,ekstensi dan fleksi bergantian

bila bergerak.

2. Bayi berat lahir rendah ( BBLR )

Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah

lahir.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi

rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan

angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus,

bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.

Penyebab BBLR

Ada 2 tipe BBLR:

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu).

2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan

kurang.

BBLR tipe prematur disebabkan oleh:

Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar

Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi

dalam rahim)

Page 19: LAPORAN Modul 2.docx

Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

Ibu hamil yang sedang sakit

Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

BBLR tipe KMK disebabkan oleh:

Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia

Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

Malaria kronik, penyakit kronik

Ibu hamil merokok

Perawatan BBLR

Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar

tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat

rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih

belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga

kehangatan tubuhnya.

Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan

menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi

lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi

dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi

jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti

dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas.

Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori

untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu

(ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi

menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok

untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal.

Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu

diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa

dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat

diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan

ikterus (bayi kuning)

Page 20: LAPORAN Modul 2.docx

BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus

dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing

atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit,

terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan

jadwal.

Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung

karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting

dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak

dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat

dalam enam bulan pertama

3. Kelainan yang sering ditemukan pada neonatus

Hipotermia :

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35°Celsius.

PENYEBAB

Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif

lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.

Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang

melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh

cairan ketuban.

GEJALA

Gejalanya bisa berupa:

- bayi tampak mengantuk

- kulitnya pucat dan dingin

- lemah, lesu

- menggigil.

Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis

metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat

menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan

lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran

oksigen ke jaringan.

DIAGNOSA

Page 21: LAPORAN Modul 2.docx

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran

suhu tubuh.

PENGOBATAN

Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus

dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi

ditempatkan dibawah cahaya penghangat.

PENCEGAHAN

Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam

keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya

panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.

Hipoglikemia

Hipoglikemi : keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6

mmol/L).

 

PATOFISIOLOGI

�        Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.�

�        Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon

insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer

glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)

sehingga terjadi hipoglikemi.

�        Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan

baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. �

�        Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes

melitus.

�        Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama

proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

�        Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena

meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, �

hipertermi, gangguan pernapasan.

 

Page 22: LAPORAN Modul 2.docx

DIAGNOSIS

Anamnesis

�        Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan

�        Riwayat bayi prematur

�        Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)

�        Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

�        Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

�        Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

�        Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

-         Bayi dari ibu diabetes (IDM)

-         Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

-         Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

-         Bayi prematur dan lewat bulan

-         Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

-         Bayi puasa

-         Bayi dengan polisitemia

-         Bayi dengan eritroblastosis

-         Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta

blocker

 

GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisik

Gejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas

        Jitteriness

        Sianosis

        Kejang atau tremor

        Letargi dan menyusui yang buruk

        Apnea

        Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

        Hipotermia

Page 23: LAPORAN Modul 2.docx

        RDS

DIAGNOSIS BANDING

insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia,

abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia,

defisiensi piridoksin). 

Hipoksia otak

Kerusakan sistem saraf pusat.

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3

hari pertama :

o     Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

o     Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2

kali pemeriksaan

o     Kadar glukosa ≤45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

o     Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia

selesai.

HIPERBILIRUBINEMIA

Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi

kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir

dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi

yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya

akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan

saluran empedu, dan lain-lain.

Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan

Hemoglobin (zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses

konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke

usus.

Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan

apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak

mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang

patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.

dianggap hiperbilirubinemia bila:

Page 24: LAPORAN Modul 2.docx

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam

3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan

4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada

inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim

G-6-PD, dan sepsis)

5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai berikut:

Berat lahir kurang dari 2 kg

Masa kehamilan kurang dari 36 minggu

Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom gangguan pernafasan

Infeksi

Trauma lahir pada kepala

Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)

Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut “Kernikterus”.

Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau

menghisap, ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut,

bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan

bicara dan keterbelakangan mental.

MELIHAT IKTERUS PADA BAYI

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling

baik pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang

akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap

kuning, berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi.

Ikterus pada bayi baru lahir baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan

di RSCM menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.

PENYEBAB IKTERUS?

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain:

Page 25: LAPORAN Modul 2.docx

1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang

berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.

3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau

kerusakan sel liver).

PENATALAKSANAAN IKTERUS

1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita

masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.

2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.

Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter

akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang

memadai.

3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian

albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

PROBLEM PERNAPASAN

Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan gejala

hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir denngan asidosis. Menurut Towell (1966),

penyebab kegagalan pernafasan pada BBL adalah sebagai berikut.

Faktor ibu

Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.

Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat

analgetika atau anestesia dalam.

Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan

menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke

janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan, yaitu:

● Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus

akibat penyakit atau obat.

● Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan.

Page 26: LAPORAN Modul 2.docx

● Hipertensi pada penyakit eklampsia, dan lain-lain.

Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada

plasenta, misalnya solusio plasenta, pendarahan plasenta, dan lain-lain.

Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan tergangguanya aliran darah

dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan

janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, tali pusat terlilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,

dan lain-lain.

Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal,

yaitu:

● Pemakaian obat analgetika atau anestesia yang berlebihan pada ibu secara

langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

● Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial.

● Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau

stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.

Berdasarkan skor apgar, asfiksia neonatorum terbagi atas:

● Asfiksia sedang : skor apgar 4-6.

● Asfiksia berat : skor apgar 0-3.

Manifestasi klinis asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.

● Distress pernafasan (apneu / megap-megap).

● Detak jantung < 100 X / menit.

● Refleks atau respon bayi lemah.

● Tonus otot menurun.

● Warna kulit biru atau pucat.

Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.

Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum terbagi atas 2, yaitu:

● Tindakan Umum, terdiri dari:

● Pengawasan suhu

Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh

penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi

Page 27: LAPORAN Modul 2.docx

metabolisme sel jaringan, sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Cara

pencegahannya yaitu dengan memperhatikan lingkungan yang baik untuk bayi

yang akan lahir, dan mencegah kehilangan panas yang besar pada bayi tersebut.

● Pembersihan jalan nafas

Saluran jalan nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan

amnion. Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa

atau kasar. Bila terdapat lendir kental yang sulit dikeluarkan dengan pengisapan

biasa dapat digunakan laringoskop neonatal, sehingga pengisapan dapat

dilakukan dengan melihat semak simalnya, terutama pada bayi dengan

kemungkinan infeksi.

● Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20 detik setelah lahir,

dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernafasan. Cara –cara

yang dapat dilakukan untuk merangsang pernafasan bayi yaitu:

● Pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring.

● Pengaliran oksigen yang cepat kedalam mukosa hidung dapat merangsang

refleks pernafasan yang sensitif didalam mukosa hidung dan faring.

● Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua

telapak kaki bayi, menekan tendon Achilles, atau memberikan suntikan

vitamin K terhadap bayi tertentu.

● Tindakan Khusus, terdiri dari:

● Asfiksia berat (skor apgar 0-3)

Resusitasi aktif harus segera dilakukan. Langkah utamanya ialah dengan

memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang

intermitten. Cara terbaiknya ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Untuk

mencegah timbulnya infeksi terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat

diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai

asidosis yang membutuhkan koreksi segera, yaitu dengan memebrikan bikarbonas

natrikus dengan dosis 2-4 mEq/ kgbb, dan glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4

mL/kgbb. Pemberian kedua obat ini dilakukan secara intravena dengan perlahan-

lahan melalui vena umbilikalis. Pada asfiksia berat yang disertai henti jantung

penanganannya yaitu dengan pemasangan pipa endotrakeal dan masase jantung

eksternal.

Page 28: LAPORAN Modul 2.docx

● Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)

Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks

pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan,

ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat

dilakukan secara “frog breathing”. Tindakan ini dikakukan dengan

memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila tindakan ini tidak

berhasil, mka dapat dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak

langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke

mulut atau ventilasi kantong ke masker. Bila tindakan ini juga tidak berhasil yang

ditandai dengan penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, maka

intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai

penderita asfiksia berat.

Serangan Apneu

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi prematur. Dikatakan abnormal jika

lebih dari 20 detik dan disertai dengan adanya sianosis dan bradikardia. Bayi dengan

berat badan kecil dari 1250 gram tiga kali lebih sering mendapat serangan ini daripada

bayi dengan berat badan lebih dari 1500 gram.

Etiologi dari serangan apneu yaitu:

● Imaturitas pusat pernafasan.

● Obstruksi jalan nafas oleh lendir atau susu.

● Serangan apneu yang menyertai beberapa kelainan paru yang berat, misalnya

penyakit membran hialin, pneumonia, dan pendarahan paru.

● Gangguan SSP, misalnya pendarahan intrakranial (kernicterus).

● Gangguan metabolik, misalnya hipoglikemia, perubahan keseimbangan asam-

basa, cairan, dan elektrolit tubuh.

Tindakan dan sikap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

● Melakukan rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah letak bayi atau

memukul telapak kaki bayi.

● Membersihkan saluran nafas.

● Memberikan oksigen intranasal dengan sedikit tekanan atau melakukan frog

breathing.

● Menyelidiki dasar etiologi serangan apneu, dan sikap selanjutnya disesuaikan

dengan etiologinya.

Page 29: LAPORAN Modul 2.docx

Pernafasan Periodik

Bentuk pernafasan ini paling sering ditemukan pada bayi dengan berat badan

kurang dari 2000 gram atau masa gestasi kurang dari 36 minggu. Pernafasan periodik

ini jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran, dan dapat berlangsung sampai kira-

kira 6 minggu. Bentuk pernafasan ini mirip dengan pernafasan Cheyne-Stokes, yaitu

tampak ventilasi yang diikuti oleh periode apneu yang tidak berlangsung lebih dari 10

detik. Etiologi pernafasan ini adalah karena maturitas susunan saraf pusat yang belum

sempurna.

Tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penyakit ini yaitu:

● Pemberian oksigen dengan konsentrasi tertentu dapat mengurangi periode apneu,

memperbaiki ventilasi paru dan merangsang timbulnya pernafasan yang teratur.

● Dapat diberikan aminofilin 2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk

merangsang pusat pernafasan yang belum matur tersebut.

Penyakit Membran Hialin (Sindrom Gangguan Pernafasan Idiopatik)

Penyakit ini terjadi karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru

belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu

menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya ibu menderita

diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan pndarahan

antepartum.

Patogenesisnya, yaitu:

Defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang.

Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru, yaitu merendahkan

tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi.

Surfaktan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, terutama lesitin. Surfaktan mulai

dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mulai berjumlah cukup untuk berfungsi

normal setelah minggu ke-35. Kurangnya lesitin pada cairan amnion juga dapat

menyebabkan penyakit membran hialin.

Manifestasi klinisnya, yaitu:

● Bayi dispnea dan hipernea dengan frekuensi lebih besar dari 60 X / menit.

● Terjadinya sianiosis karena saturasi oksigen kurang.

● Rintihan saat ekspirasi (grunting), dan mendengkur jelas.

● Retraksi epigastrium, suprasternal, interkostal saat inspirasi.

● Pada auskultasi akan melemahnya udara nafas yang masuk paru.

Page 30: LAPORAN Modul 2.docx

● Kadang terjadi bising jantung.

● Terjadinya bradikardia pada penyakit membran hialin berat.

● Terjadinya hipotensi, hipotermia, tonus otot menurun, edema dorsal tangan dan

kaki, serta pelebaran dan kehitaman pada cuping hdung.

Penatalaksanaannya, yaitu:

● Mempertahankan suhu bayi (normal 36,5-37o C) dengan meletakkan dalam

inkubator.

● Mempertahankan kelembapan udara 70-80 %.

● Memberikan oksigen untuk mempertahankan tekanan oksigen 80-100 mmHg.

● Memberi cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori 40 kkal/kgBB/hari

yaitu: glukosa / dextrose 10 % dengan jumlah 100 ml/kgBB/hari.

● Memberi natrium bikarbonat campur dengan glukosa kalau asidosis.

● Hindari faktor resiko.

● Memberi dekametason / betametason pada perempuan 48-72 jam jam sebelum

persalinan 32 minggu kurang.

● Pemberian 1 dosis surfaktan kedalam trakea bayi prematur sesudah lahir / 24 jam.

● Perawatan BBLR

● Lakukan pemeriksaan elektrolit.

INFEKSI DAN KEJANG

Infeksi dan Kejang pada Bayi Baru Lahir(BBL)

Kejang adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik seperti prilaku, sensorik,

motorik, dan fungsi otonom sistem syaraf pada bayi sampai berumur 28 hari.

Etiologi

Masalah yang terdapat dalam kejang:

Berhubungan dengan penyakit yang berat

Memerlukan intervensi khusus

Dapat mengakibatkan kelainan pada otak

Kejang yang terus – menerus dapat mengakibatkan hipoksia serebral progresif, edema

serebral, dll

Penyebab : - kelainan SSP primer karena proses intrakranial

Page 31: LAPORAN Modul 2.docx

-kelainan SSP sekunder karena masalah sistemik – metabolik

Penggolongan etiologi Kejang :

a) Ensefalopati iskemik hipoksik ( 60 – 65% yaitu terjadi pada 24 jam I dan pada 12

jam I )

Pada BCB ( Bayi Cukup Bulan) dan BKB (Bayi Kurang Bulan) terutama dengan

asfiksia

Bentuk : kejang subtel / multifokal serta fokal klonik

- Iskemik – hipoksik : persentase 20% dengan infark serebral, terdiri dari stadium

ringan, sedang, dan berat.

b) Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan matriks germinal dan intraventrikel ( GMH-

IVH ) biasanya pada bayi preterm (45 %)

Berhubungan juga dengan penyebab lain :

- Perdarahan subarachnoid (prevalensi tersering)

Penyebab : robekan vena superfisial akibat partus lama

darah di fisura interhemisfer dan resessus supra dan infratentorial

Tanda – tanda :

Ubun – ubun besar dan tegang

Muntah

Tangisan melengking

Kejang

- Perdarahan subdural

Penyebab : - robekan tentorium di dekat falks serebri

- Molase kepala berlebihan di verteks

- Partus lama

Darah menumpuk di fossa posterior dan menekan batang otak

Tanda – tanda :

Nafas tidak teratur

Kesadaran menurun

Tangis melengking

Ubun – ubun besar dan menonjol

Kejang

c) Hipokalsemia atau hipomagnesia

Page 32: LAPORAN Modul 2.docx

Terjadi pada hari ke I dan II

Biasanya pada BBLR( Bayi Berat Lahir Rendah)

Asfiksia bayi dari ibu DM

Hipokalsemia yaitu kadar Ca menurun < 7,5 mg/dL (< 1,87 mmol/L)

Sedangkan kadar fosfat > 3 mg/dL(> 0,95 mmol/ L)

Hiponatremiadan hipernatremia

Contoh : SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti – Duretic Hormone)

Penyebab :

- Kehilangan garam berlebihan, asupan cairan menurun dengan kadar Na

- Infus intravena meningkat

- Pengeluaran Na yang berlebihan

Hiponatremia disebabkan dehidrasi berat dan asupan Na meningkat

d) Infeksi

menjadi 5 – 10% penyebab kejang pada BBL

1. Infeksi Akut yang diakibatkan bakteri atau virus pada SSP

Contoh :Kuman gram negatif yang menginfeksi intrakranial dan sistemik

Contoh bakteri : Streptococcus, E. coli, Listeria sp, staphylococcus,

Pseudomonas sp

2. Infeksi Kronik yaitu infeksi pada intrauterine yang lama

Contoh :

Patofisiologi

Kejang terjadi akibat loncatan muatan listrik berlebihan atau depolarisasi otak berlebihan

yang menimbulkan gerakan berulang.

Akibat depolarisasi berlebihan :

adanya gangguan produksi energi yang terdapat pada gangguan pompa Na-K

kecepatan depolarisasi berlebihan bisa terjadi akibat peningkatan eksitasi yang

sebanding dengan inhibisi neurotransmitter ataupun penurunan inhibisi yang

sebanding dengan eksitasi neurotransmitter

Dampak fisiologis dari kejang :

Page 33: LAPORAN Modul 2.docx

penurunan kadar glukosa otak dengan kadar glukosa darah normal atau meningkat

dan peningkatan asam laktat dalam darah

peningkatan kebutuhan oksigen dan aliran darah otak

penurunan pH arteri karena adanya akumulasi laktat

peningkatan tekanan darah sistemik dan aliran darah ke otak

Kemungkinan Penyebab Kelainan

Kegagalan mekanisme Pompa Na-K akibat

penurunan ATP

Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia

Eksitasi neurotransmitter berlebihan Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia

Penurunan inhibisi neurotransmitter Ketergantungan piridoksin

Kelainan membran sel berupa peningkatan

permeabilitas Na

Hipokalsemia dan hipomagnesia

4. Anomali Kongenital pada BBL

1. Hidrosefalus kongenital

Hidrosefalus kongenital adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran

ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi

cairan serebrospinal.

Etiologi.

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara

tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang

subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya.

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :

1. Kelainan bawaan

Page 34: LAPORAN Modul 2.docx

o Stenosis akuaduktus sylvii

o Spina bifida dan kranium bifida

o Sindrom Dandy – Walker

o Kista Araknoid

o Anomali pembuluh darah

2. Infeksi

3. Neoplasme

4. Perdarahan

Klasifikasi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus

tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal

menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Manifestasi Klinis

Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Pada bayi

biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi

sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa

muntah, nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf.

Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh.

Page 35: LAPORAN Modul 2.docx

2. Omphalokel

Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis.

Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari

umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus

oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga

membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).

Etiologi

Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa

teori telah dipostulatkan, seperti :

1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan

lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya

the body stalk selama gestasi 12 minggu.

2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi

kehamilan seperti :

a. Infeksi dan penyakit pada ibu

b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,

c. Kelainan genetik

d. Defesiensi asam folat

e. Hipoksia

f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.

g. Asupan gizi yang tak seimbang

h.Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROSKISIS / OMPHALOKEL

Page 36: LAPORAN Modul 2.docx

1. Data Fokus Pengkajian

Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):

1. Mengkaji Kondisi Abdomen

a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka

b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus

c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi

d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering

disebabkan oleh inflamasi, obstruksi

e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh

pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

2. Mengukur temperatur tubuh

a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,

biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.

b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam

c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.

3. Kaji Sirkulasi : kaji adanya sianosis perifer

4. Kaji distress pernafasan

a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap

b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat

c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)

d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea

e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan

f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada

g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)

h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.

Page 37: LAPORAN Modul 2.docx

3. Spina Bifida

Spina Bifida adalah suatu kelainan yang terjadi pada perkembangan tulang

belakang.Hal ini terjadi 24-26 hari usia kehamilan

Pada umumnya,serabut-serabut saraf(spinal cord) yang berada didalam ruas-ruas

tulang belakang tertutup sempurna oleh tulang belakang tersebut. Sedangkan pada

spina bifida hal tersebut tidak terjadi.Sehingga serabut-serabut saraf tersebut tumbuh

secara tidak normal atau menjadi rusak. Sebagai konsekuensinya,perintah-perintah

dari otak untuk melakukan gerakan-gerakan seperti untuk tangan atau kaki menjadi

terganggu.Sering terjadi pula anak-anak dengan spina bifida mengalami gangguan

pada perabaannya.

Penyebab :

Penelitian yang telah dilakukan ,menyatakan bahwa kekurangan Folic Acid dan

vitamin B12 merupakan salah satu penyebab terjadinya Spina Bifida. Folic acid

dipercaya berperan dalam pembentukan tulang belakang yang sempurna. Ada

pendapat lain juga yang menyatakan bahwa faktor genetik juga berperan disini.

Yang utama untuk diingat adalah setiap orang tua yang memiliki putra/putri dengan

spina bifida bukan pihak yang harus dipersalahkan.

Untuk pencegahannya dapat dilakukan seperti:

- menambahkan folic acid dan vitamin B12 dalam asupan makanan bagi ibu-ibu

hamil. Folic acid bisa diperoleh melalui sayuran berwarna hijau. Mengkonsumsi

folic acid sangat penting dilakukan sebelum dan selama kehamilan.

- tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan.

Page 38: LAPORAN Modul 2.docx

- mengkonsumsi makan yang sehat sebelum dan selama kehamilan

5. ASI dan manajemen laktasi

Cara menyusui bayi yang benar

1. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu IBU mencuci kedua tangan dengan sabun

sampai bersih.

2. Sebelum menyusui bayi, kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah

direndam terlebih dahulu dengan air hangat .

3. Waktu menyusui bayi, sebaiknya IBU harus duduk .

4. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai

bayi merasa kenyang.

5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas

yang telah direndam dengan air hangat.

6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap

bisa keluar.

7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa

susu.

Page 39: LAPORAN Modul 2.docx

Praktek menyusui

Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu

pada masa kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu

saat air susu dibentuk dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui

yang lamanya sangat tergantung pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk

menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat

ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya. Diawali

dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting susu ibu untuk

pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang

keberhasilannya menyusui .

a. reflek prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu

terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu

keluarnya hormon prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar

payudara untuk memproduksi ASI.

b.Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")

Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian

lain dari otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin akan memacu sel-

sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi,

sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola,

untuk kemudian menuju puting susu.

Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa

dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi

sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi

kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan,

dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan

diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak

tersedak.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi

lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya

atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka

Page 40: LAPORAN Modul 2.docx

akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut .

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang

masuk .

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Puting susu tidak terasa nyeri .

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

6. Kematian bayi dan pembunuhan anak sendiri

Pembunuhan anak sendiri atau infanticide adalah :

Di Indonesia pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri segera atau

beberapa saat setelah dilahirkan, karena takut diketahui ia telah melahirkan anak.

Di Jerman Barat pembunuhan anak hanya berlaku apabila anak yang lahir akibat hubungan

yang tidak sah

Di Amerika dan Eropa Barat lain, tidak mempersoalkan apakah dari hubungan sah atau tidak

PASAL-PASAL dalam KUHP yg mengancam kejahatan ini :

pasal 341 KUHP : pembunuhan anak sendiri tanpa rencana ( maksimum 7 tahun penjara )

pasal 342 KUHP : pembunuhan anak sendiri dengan rencana ( maksimum 9 tahun penjara)

pasal 307 KUHP : bila pelaku pada pasal 305 KUHP adalah ayah / ibu ditambah sepertiganya

pasal 308 KUHP : ibu membuang anaknya yang baru lahir ( seperdua dari pasal 305 & 306 KUHP )

pasal 181 KUHP : menyembunyikan kelahiran / kematian ( 9 bulan )

Beberapa pengertian dalam unsur PAS

Pengertian PEMBUNUHAN harus membuktikan :

a. Lahir hidup

Page 41: LAPORAN Modul 2.docx

b. Kekerasan

c. Sebab kematian akibat

Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :

a. Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilan

b. Berapa usia pasca lahir

c. Laik hidup (viable) atau belum (non-viable)

Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan :

a. Belum timbul kasih sayang di ibu kepada anak

b. Belum tampak tanda-tanda perawatan

anggapan ini ingin mengatakan bahwa adanya perawatan menunjukan telah timbul kasih sayang ibu

kepada anaknya sehingga dapat diartikan rasa takut diketahui telah melahirkan hilang

Pengertian SI-IBU MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI mengharuskan kita dapat membuktikan apakah

mayat anak yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu yang diajukan

CIRI BAYI SUDAH PERNAH BERNAFAS

Dada telah mengembang

Diafragma telah turun ke sela iga 4 – 5 atau 5 – 6

Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat padatnya vaskularisasi paru (paru lahir mati

1/70 berat badan )

Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak homogen pada dasar merah tua)

Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons

Uji apung paru positif

Uji apung usus (Berslau’s second life test) positif

Uji Apung Paru

Hasil baik, bila belum ada pembusukan

Page 42: LAPORAN Modul 2.docx

Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam leher (diikat dulu) dan alat dalam dada

Berturut - turut diuji apung : kedua paru dipisahkan dari trakea, tiap lobus paru, dan kemudian

dipotong kecil - tipis jaringan perifer paru

Bila potongan kecil – tipis mengapung diletakan dalam karton lalu diinjak tanpa diputar dan

dimasukan kedalam air lagi.

Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas selain residu udara.

Volume residu hanya keluar bila alveoli rusak.

Tetap terapung berarti terdapat udara volume residu atau dikatakan sebagai uji apung paru positif

Positip berarti : pernah bernafas = lahir hidup

Negatip berarti :

Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati

sudah bernapas: resorbsi pd asfiksia / apnoe lama

pneumonia lobaris

segera tenggelam pd kelahiran

pembusukan lanjut

Uji Lambung Usus

BILA BAYI TELAH BERNAFAS LAMBUNG DAN USUS BERISI UDARA YANG TERTELAN

CARA MELAKUKAN :

Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah valvula Bauhini dan Usus besar di daerah rekto –

sigmoid diikat dengan tali rami

Seluruh alat pencernaan dimasukan kedalam air

Alat pencernaan terapung POSITIF

Alat pencernaan tidak terapung NEGATIF

NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan mana yang tidak terapung, di uji sendiri – sendiri

dg cara sama dengan diatas

Page 43: LAPORAN Modul 2.docx

Usia Pasca Lahir

Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :

di Lambung berati Baru Lahir, tapi blm tentu lahir hidup.

di Doudenum lebih dari 2 jam.

di Usus Halus 6 – 12 jam.

di Usus Besar 12 – 24 jam.

Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam atau lebih.

Kekerasan dan Sebab Kematian

Di DKI Jakarta paling banyak 90 – 95 persen dari sekitar 30 – 40 kasus, membuat keadaan ASFIKSIA

MEKANIS yaitu pencekikan, penjeratan, pembekapan dan penyumbatan

Pemeriksaan penting alat leher lapis demi lapis

5 – 10 persen KEKERASAN TUMPUL pada KEPALA

1 Kasus dalam 6 – 7 tahun KEKERASAN TAJAM pada LEHER & DADA

Tanda-tanda Perawata

Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan verban (bisa hilang sblm

diperiksa).

Jalan nafas bebas.

Vernix kaseosa tidak ada lagi.

Berpakaian.

Air susu di dalam saluran cerna.

Ditemukan tanda no 1 saja diatas sudah cukup membuktikan adanya tanda perawatan, melihat ciri

mediknya bila hal tersebut ada, maka bukan lagi termasuk pembunuhan anak sendiri

Hubungan Ibu Anak

UPAYA PEMBUKTIAN SEORANG TERSANGKA IBU SEBAGAI IBU DARI ANAK YANG KITA PERIKSA

ADALAH SUATU HAL YANG PALING SUKAR

Page 44: LAPORAN Modul 2.docx

Ada beberapa cara dapat kita gunakan

o Mencocokan waktu partus ibu dan waktu lahir anak

o Mencari data antrophologi yang khas pada ibu dan anak

o Memeriksa golongan darah ibu dan anak

o Sidik jari DNA

7. Resusitasi neonatus

Merupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan

dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

Indikasi : misalnya pada problempernapasan – asfiksia perinatal dengan karakteristik sbb :

- Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) dengan pH<7 pada

sampel darah yang diambil dari arteri umbilical.

- Nilai apgar 0-3 pada menit ke-5

- Kejang, hipotonia,koma,atau ensefalopati hipoksik iskemik

- Disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

Selain itu, indikasi lainnya :

- Bayi salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab “tidak”

- Bayi lahir kurang bulan.

- Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar

(ditandaidengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit,

dan tonus otot buruk)

Tujuan resusitasi BBL : untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak

bernapas

DIAGRAM ALUR RESUSITASI BBL

LAHIR

Page 45: LAPORAN Modul 2.docx

30 DETIK

YA

TIDAK

BERNAPAS

FJ>100

KEMERAHAN

30 DETIK APNEA SIANOSIS

ATAU

FJ<100

SIANOSIS

MENETAP

VENTILASI EFEKTIF

FJ>100

KEMERAHAN

FJ<60 FJ>60

30 DETIK

FJ<60

CUKUP BULAN? AIR KETUBAN JERNIH BERNAPAS ATAU

MENANGIS ? TONUS OTOT BAIK?

PERAWATAN RUTIN :

BERIKAN KEHANGATAN BERSIHKAN JALAN NAPAS KERINGKAN NILAI WARNA KULIT

BERIKAN KEHANGATAN POSISIKAN, BERSIHKAN

JALAN NAPAS (BILA PERLU) KERINGKAN, RANGSANG,

REPOSISI

EVALUASI PERNAPASAN, FJ, DAN WARNA KULIT

PERAWATAN OBSERVASI

BERI TAMBAHAN O2

BERIKAN VTP PERAWATAN PASCA RESUSITASI

BERIKAN VTP LAKUKAN KOMPRESI

DADA

Page 46: LAPORAN Modul 2.docx

SUMBER : AMERICAN HEARTH ASSOCIATION AND AMERICAN ACADEMIC

OF PEDIATRICS

Teknik atau cara melakukan resusitasi BBL

1. Persiapan dan antisipasi sebelum tindakan

Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi.

2.Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksi

Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi lainnya misalnya

kacamata, celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan.

3. Persiapan peralatan dan obat-obatan

4. Persiapan keluarga

5.Persetujuan tindakan medic

6.Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat.

8. Tumbuh kembang neonatus

Tumbuh – Kembang

Pertumbuhan (growth) berkaitan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat

sel yang bersifat kuantitatif. Perkembangan (development) berkaitan bertambahnya

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh menyangkut diferensiasi sehingga memenuhi

fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku.

Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,

sedangkan perkembangan berkaitan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya tumbuh

kembang tergantung potensi biologiknya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor,

yakni faktor genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.

Tujuan ilmu tumbuh kembang mempelajari segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan

tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social, juga untuk menegakkan diagnosis

kelainan dan penanganannya.

Faktor – faktor yang memperngaruhi tumbuh kembang “

5. Faktor genetik

BERIKAN EPINEFRIN

Page 47: LAPORAN Modul 2.docx

Merupakan modal dasar karena melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan ditandai intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya

pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin,

suku bangsa atau bangsa.

6. Faktor Lingkungan

Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan

dinamakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang secara besar dibagi dua :

5. Faktor prenatal (lingkungan saat anak masih dalam kandungan)

● Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang buruk sebelum maupun saat sedang hamil lebih sering

menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, lalu menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak janin, anemia, bayi mudah terkena infeksi, abortus, dan

sebagainya.

Anak juga akan kurang gizi dan selanjutnya menghasilkan manusia yang berat

dan tinggi badannya kurang pula, keadaan ini merupakan lingkaran setan yang

akan berulang.

● Mekanis

Trauma dan oligohidramnion menyebabkan kelainan bawaan, posisi janin

dapat menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, kranio

tabes, dan lain-lain.

● Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang peka akan zat-zat teratogen, misalnya

obat seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan lain-lain.

Ibu hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan

bayi BBLH, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam

misalnya merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.

● Endokrin

Somatotropin disekresi kelenjar hipofisis sekitar minggu ke-9 yang terus

meningkat hingga minggu ke-20, kemudian menetap sampai lahir yang

fungsinya belum jelas.

Page 48: LAPORAN Modul 2.docx

Hormon plasenta (human placental lactogen = hormon chorionic

somatromammotropic) disekresi plasenta yang fungsinya mungkin dalam

nutrisi plasenta.

Hormon tiroid seperti TRH, TSH, T3, T4 sudah diproduksi sejak minggu ke-

12 yang makin meningkat hingga minggu ke-24, lalu konstan. Jika terdapat

defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan susnan saraf pusat yang dapat

mengakibatkan retardasi mental.

Insulin mulai diproduksi minggu ke-11, meningkat hingga bulan ke-6, dan

kemudian konstan yang berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui

pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan

pembesaran sel sesudah minggu ke-30.

IGFs (insulin-like growth factors) belum jelas fungsinya pada janin.

Sering terjadi cacat bawaan pada ibu diabetes yang tidak mendapat

pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang 18 atau lebih dari 35

tahun, defisiensi iodium, phenylketonuria, dll.

● Radiasi

Radiasi sebelum umur kehamilan 18 minggu menyebabkan kematian janin,

kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.

● Infeksi

Menyebabkan cacat bawaan, seperti TORCH, varisela, coxsackie, echovirus,

malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus

influenza dan hepatitis.

● Stress ibu

Dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.

● Imunitas

Rhesus ayau ABO inkompabilitas menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern

ikterus, bahkan lahir mati.

● Anoksia embrio

Dapat menyebabkan bayi BBLR.

6. Faktor postnatal (lingkungan setelah lahir)

Masa perinatal adalah masa 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah

dilahirkan adalah masa rawan, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala

akibat persalinan bisa meninggalkan cacat permanen, cerebral palsy beresiko

Page 49: LAPORAN Modul 2.docx

tinggi pada bayi BBLR disertai asfiksi, hiperbilirubinemia disertai kern ikterus,

respiratory distress, asidosis, meningitis/ensefalitis.

Peran ibu dalam pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh

psikobiologisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan

kepribadian. Interaksi dini ibu-anak juga penting yang dimulai dari IMD yang

memberikan keuntungan timbal balik, yakni untuk bayi memberikan zat anti yang

melindungi bayi terhadap infeksi, bayi merasakan sentuhan, kata-kata, tatapan

kasih saying, kehangatan, dan bagi ibu menimbulkan rasa percaya diri, sekresi

oksitosin mempercepat berhentinya perdarahan, dan prolaktin untuk mencegah

ovulasi.

Digolongkan :

● Lingkungan biologis

○ Ras/ suku bangsa

○ Jenis kelamin

○ Umur

○ Gizi

○ Perawatan kesehatan, meliputi pemeriksaan kesehatan dan

penimbangan setiap bulan

○ Kepekaan terhadap penyakit dengan imunisasi dan nutrisi

○ Penyakit kronis

○ Fungsi metabolism

○ Hormon

■ Growth Hormon (somatotropin)

Pengatur utama pertumbuhan somatic yakni penambahan tinggi

badan yang merangsang terbentuknya somatomedin yang

berefek pada tulang rawan, dimana aktivitasnya meningkat

pada malam hari, sesudah makan, latihan fisik, perubahan

kadar gula, dsb.

■ Hormon tiroid

Berfungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.

Maturasi tulang, pertumbuhan dan fungsi otak, defisiensi tiroid

menyebabkan retardasi fisik dan mental, sebaliknya

Page 50: LAPORAN Modul 2.docx

hipertiroidisme mengakibatkan gangguan kardiovaskular,

metabolisme, otak, mata, seksual, dll

■ Glukokortikoid

Memberikan efek anti-anabolik yang jika berlebihan

mengakibatkan pertmbuhan terhambat/terhenti.

■ Hormon seks

Berperan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada awal masa

pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan tetapi

sesudah itu menghambat pertumbuhan.

■ Insulin-like growth factors

Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH

dan kerjanya mirip insulin yang perannya growth promoting

factor berperan dalam pertumbuhan, sebagai mediator GH,

aktivitas mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit,

osteoblas, dan jaringan lainnya yang diproduksi oleh berbagai

jaringan tubuh terutama hepar.

● Faktor fisik

● Cuaca, musim, keadaan geografis

● Sanitasi

● Keadaan rumah

● Radiasi

● Faktor psikososial

● Stimulasi

● Motivasi belajar

● Hadiah atau hukuman yang wajar

● Kelompok sebaya

● Stress

● Sekolah

● Cinta dan kasih saying

Page 51: LAPORAN Modul 2.docx

● Kualitas interaksi anak-orang tua

● Faktor keluarga dan adat istiadat

● Pekerjaan/pendapatan orang tua

● Pendidikan ayah/ibu

● Jumlah saudara

● Jenis kelamin dalam keluarga : wanita mempunya status yang lebih

rendah dibanding laki-laki dalam pandangan masyarakat tradisional

● Stabilitas rumah tangga

● Kepribadian ayah/ibu

● Adat-istiadat, norma, dan tabu-tabu

● Agama

● Urbanisasi : meningkatkan kemiskinan

● Kehidupan politik

Kebutuhan dasar anak

● ASUH (kebutuhan fisik-biomedis)

Meliputi :

● Pangan/gizi

● Perawatan kesehatan dasar; imunisasi, ASI, penimbangan teratur

● Pemukiman yang layak

● Hiegine, sanitasi lingkungan

● Sandang

● Kesegaran jasmani, rekreasi

● ASIH (kebutuhan emosi/kasih sayang)

Hubungan yang erat antara ibu dan anak menjamin tumbuh kembang baik fisik,

mental, maupun psikososial, yang penting dilakukan sedini mungkin meliputi IMD,

kontak fisik (kulit dan mata), psikis. Dampak negative dari kurangnya ASIH ialah

sindrom deprivasi maternal.

● ASAH (kebutuhan akan stimulasi mental)

Stimulasi mental adalah proses belajar sehingga mengembangkan perkembangan

mental psikososial (kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,

kepribadian, moral-etika, produktivitas).

Page 52: LAPORAN Modul 2.docx

Ciri-ciri tumbuh kembang anak

● Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.

● Ada periode tertenti adanya masa percepatan (masa janin, bayi 0-1 tahun, masa

pubertas) atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang organ-organ (mengkuti

pola umum, limfoid, neural, dan reproduksi).

● Pola perkembangan sama pada semua anak, namun dengan kecepatan yang berbeda.

● Perkembangan erat hubbungan nya dengan maturasi susunan saraf.

● Aktivitas tubuh diganti respons yang khas.

● Arah perkembangan sefalokaudal.

● Refleks primirif masa bayi akan menghhilang setelah gerakan volunteer tercapai.

Setiap anak memiliki pertumbuhan dan kemampuan perkembangan yang berbeda namun

menuruti patokan umum, sehingga diperlukan kriteria apakah masih dalam batas normal

atau tidak. Ada dua :

● Normal dalam arti medis : pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun intelek

dan kepribadian berlangsung harmonis.

● Normal dalam arti statistic : kurva anak terdapat dalam batas normal dalam statistic

yang telah ditentukan.

Sehingga mungkin anak tersebut abnormal dalam arti statistic namun masih normal dalam

arti medis, misalnya karena anak dari keluarga yang bertubuh kecil.

Anamnesis tumbuh kembang anak

● Anamnesis faktor prenatal dan perinatal

Menyangkut faktor risiko untuk gangguan perkembangan fisik dan mental anak, juga

penyakit keturunan, dan apakah ada perkawinan antar keluarga.

● Kelahiran premature

Harus dibedakan anatara bayi premature (SMK=Sesuai masa kehamilan) dan bayi

dismatur (KMK=kecil masa kehamilan) karena retardasi pertumbuhan intrauterine.

● Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak

● Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan nutrisi

● Kecepatan pertumbuhan anak

● Pola perkembangan anak dalam keluarga (dilihat perkembangan anggota keluarga

lainnya).

Tahap-tahap tumbuh kembang anak

● Masa neonatal : usia 0-28 haru

Page 53: LAPORAN Modul 2.docx

● Masa neonatal dini : 0-7 hari

● Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

Pertumbuhan fisik hasil bperubahan bentuk dan fungsi organ

● Berat badan

Berat badan lahir normal ialah >2500 gram. Berat badan menjadi 2 kali berat badan

waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, 4 kali

berat badan lahir pada umur 2 tahun.

Kenaikan pada tahun pertama kehidupan jika mendapat gizi yang baik, berkisar :

700-1000 gr/bln pada triwulan I

500-600 gr/bln pada triwulan II

350-450 gr/bln pada triwulan III

250-350 gr/bln pada triwulan IV

● Tinggi badan

Pada waktu lahir tinggi badan ~50 cm. Dai kurva yang dibuat Count Philibert de

Montbeillard, laju pertumbuhan berkurang sejak lahir sampai selesainya proses

pertumbuhan. Sejak umur 4-5 tahun laju pertumbuhan deselerasi, kemudian

meningkat perlahan hingga umur 5-6 tahun, lalu konstan, dan kenaikan kecil pada 6-8

tahun, lalu terjadi percepatan pada masa puberitas umur 13-15 tahun yang disebut

pacu tumbuh adolesen.

Jika dilihat proporsi antara kepala, badan, serta anggota gerak maka :

● Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang dnegan

ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah tungkai

bawah.

● Pada waktu lahir, kepala relative besar, muka bulat, ukuran antero-posterior

dada masih besar, perut membuncit dan anggota gerak relative lenih pendek

dengan titik tengah umbilicus.

● Kepala

Lingkar kepala waktu lahir ~34 cm, besarnya lebih besar dari lingkar dada yang akan

mengalami pertambahan dengan cepat selama 6 bulan pertama kehidupan yakni

menjadi 44 cm sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala lahir sampai dewasa.

Page 54: LAPORAN Modul 2.docx

Pertumbuhan otak mengikuti pertumbuhan tulang kepala, dan sebaliknya.

Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan

pertama setelah lahir, terjadi pembelahan dnegan cepat pada masa-masa ini lalu

kemudian melambat dan hanya terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Saat lahir berat

otak bayi ¼ berat otak dewasa, tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak

orang dewasa.

● Gigi

Saat lahir gigi tidak langsung tumbuh, gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan.

● Jaringan lemak

Bersama otot menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang dengan peningkatan

jumlah sel lemak pada trimester sampai pertengahan masa bayi, setelah itu tidak

banyak bertambah sampai awal menjelang masa pubertas.

● Organ tubuh

Pertumbuhan organ tubuh mengikuti 4 pola pertumbuhan organ :

● Pola umum : tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, sistem pernafasan,

peredaran darah, dan volume darah

● Pola neural : otak bersama tulang tengkorak

● Pola limfoid : mencapai maksimum sebelum adolesensi lalu menurun

● Pola genital : pada masa pubertas dengan pacu tumbuh adolesen yang pesat

Pertumbuhan organ sesuai bentuk tubuh, sehingga pada orang pendek akan

mempunyai organ yang lebih kecil dari orang yang tinggi, dan berhenti sampai

mencapai besar sesuai dengan organ tubuh yang dilayani seolah sudah diatur

memenuhi harmony of growth.

9. Perawatan pada BBL

1. Perawatan Mata

Kedua mata di bersihkan dengan kapas bersih yang sudah dibasahi dengan air matang.

Jangan lupa perhatikan di kedua mata bayi yang baru lahir, apakah ada tanda-tanda

infeksi mata. Mata yang terinfeksi akan banyak kotoran, putih mata biasanya merah dan

Page 55: LAPORAN Modul 2.docx

kelopak mata membengkak. Apabila ada tanda-tanda tersebut konsultasikan dengan

tenaga medis atau bidan terdekat.

2. Perawatan Wajah

Agar bayi terhindar dari infeksi kulit maka kulit wajahpun harus dijaga kebersihannya

dengan cara kulit wajah di seka dengan air matang.

3. Perawatan Mulut

Bila pada mulut, bibir, atau lidah bayi tampak seperti bekas susu yang tebal dan sulit

dibersihkan, maka bayi tersebut kena jamur mulut. Apabila ada tanda-tanda tersebut

konsultasikan dengan tenaga medis atau bidan terdekat.

4. Perawatan kulit Bayi.

Pada lipatan-lipatan kulit harus senantiasa di jaga agar senantiasa kering, kulit yang

lemab mudah terkena infeksi. Apabila bayi BAK atau BAB bersihkan dengan air hangat,

kemudian dilap sampe kering dengan kain yang halus.

5. Perawatan Tali Pusat

Bungkus tali pusat dengan kasa steril hingga membungkus pangkal dan tali pusat,

gantilah kasa 2x sehari sehabis mandi dan jika basah oleh air kencing, tali pusat harus

senantiasa kering dan tidak berbahu, Apabila tali pusat terinfeksi akan basah berbau dan

merah meradang, bayi akan menangis bila tali pusatnya tersentuh, Perawatan tali pusat

yang baik dan benar akan menghindarkan bayi dari penyakit tetanus dan radang selaput

otak. Tali pusat yang sehat akan terlepas / puput setelah bayi berumur 6-7 hari.

6. Pemakaian Popok.

Ganti popok bayi setiap kali basah oleh air kencing dan tinja. Bersihkan bagian bokong

bayi dengan air bersih dan keringkan. Perawatan ini dilakukan untuk mencegah infeksi

kulit atau kulit lecet.

7. Memandikan Bayi.

Mandikan bayi di ruangan yang cukup hangat dan tak banyak angin. Mandikan bayi 2x

sehari dengan mengunakan air bersih dan sabun bayi. Sabun mandi orang dewasa tak

boleh dipakai oleh kulit bayi.