Laporan Magang Capsicum Annum-Vina

50
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annum. L) merupakan komoditas yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5.21 Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49 % per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha (BPS, 2011). Masyarakat Indonesia bisa dibilang penggemar cabai terbesar di dunia. Karenanya, cabai menjadi salah satu produk penting dalam pangan Indonesia, bahkan bisa berpengaruh terhadap laju inflasi. Pentingnya cabai telah menjadi perhatian bagi pemerintah dan para petani, terutama setelah melonjaknya harga cabai pada tahun 2010 hingga mencapai Rp 140.000/kg. Kegiatan Praktek Kerja Lapang diharapkan akan membekali mahasiswa dengan berbagai pengalaman sehingga nantinya mahasiswa tidak mengalami goncangan dengan adanya

description

laporan magag

Transcript of Laporan Magang Capsicum Annum-Vina

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai (Capsicum annum. L) merupakan komoditas yang sangat penting bagi

masyarakat Indonesia. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah

5.21 Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah

sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan

118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49 %

per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan kondisi tersebut dapat diketahui bahwa

konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton dengan

luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha

(BPS, 2011).

Masyarakat Indonesia bisa dibilang penggemar cabai terbesar di dunia.

Karenanya, cabai menjadi salah satu produk penting dalam pangan Indonesia,

bahkan bisa berpengaruh terhadap laju inflasi. Pentingnya cabai telah menjadi

perhatian bagi pemerintah dan para petani, terutama setelah melonjaknya harga

cabai pada tahun 2010 hingga mencapai Rp 140.000/kg.

Kegiatan Praktek Kerja Lapang diharapkan akan membekali mahasiswa dengan

berbagai pengalaman sehingga nantinya mahasiswa tidak mengalami goncangan

dengan adanya perbedaan antara teori yang diperoleh bangku kuliah dengan

kenyataan di lapangan. Di Samping itu mahasiswa juga mempunyai ketrampilan

khusus dalam suatu jenis komoditi dan mengetahui banyak permasalahannya

dan kendalanya.

B. Tujuan Kegiatan Magang

1. Tujuan Umum

Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki beberapa tujuan khusus

diantaranya :

a. Mahasiswa mampu memadukan antara teori yang diperoleh di bangku

perkuliahan dengan penerapannya di tempat magang

b. Mahasiswa memperoleh pengalaman melalui kegiatan-kegiatan di

tempat magang yang berhubungan dengan bidang pertanian secara luas

mulai dari budidaya sampai dengan pemasaran cabai merah.

c. Mahasiswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan

pengembangan karir setelah lulus.

d. Mahasiswa dapat bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan

sekitar tempat magang baik itu dengan pejabat instansi, karyawan,

maupun masyarakat sekitar.

e. Mempererat hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi

swasta, perusahaan dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu

pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki beberapa tujuan khusus

diantaranya :

a. Mengetahui dan memperoleh keterampilan secara langsung kegiatan

produksi benih tanaman sayuran, khususnya sayuran cabai merah di

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).

b. Mengetahui dan memperoleh keterampilan mengenai pengolahan

lahan secara langsung kegiatan budidaya tanaman sayuran, khususnya

sayuran cabai merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA).

c. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam budidaya

tanaman sayuran, khususnya sayuran cabai merah di Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (BALITSA).

d. Mengetahui sistem pemasaran yang digunakan dalam pemasaran

tanaman sayuran, khususnya sayuran cabai merah di Balai Penelitian

Tanaman Sayuran (BALITSA).

e. Mengetahui ekspor impor yang digunakan dalam pemasaran tanaman

sayuran, khususnya sayuran cabai merah di Balai Penelitian Tanaman

Sayuran (BALITSA).

C. Manfaat Kegiatan Magang

Manfaat kegiatan magang mahasiswa di Balai Penelitian Tanaman

Sayuran (BALITSA) antara lain:

1. Bagi mahasiswa, kegiatan magang ini bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman antara teori dan aplikasi lapangan mengenai budidaya

(pembibitan, penanaman, panen, pasca panen) dan sistem pemasaran cabai

merah.

2. Bagi Fakultas, kegiatan magang ini merupakan strategi peningkatan

kompetensi dan keterampilan lulusan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Bagi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), kegiatan magang ini

diharapkan dapat menjadi hubungan kerja sama dalam pengembangan

ilmu pertanian yang aplikatif serta teruji melalui penelitian-penelitian di

bidang akademis.

4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi

yang terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu Tri

Dharma Perguruan Tinggi.

TINJUAN PUSTAKA

Tanaman cabai diklasifikasikan kedalam spesies Capsicum anuum. L. Berikut

adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai secara detail

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum dan lain-lain

Varietas : Capsicum annuum L. var. Annuum (USDA,

2011) :

Menurut Siemonsma dan Piluek (1994), Capsicum annuum L. Merupakan

tanaman semusim (annual) yang berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5

m serta memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Tanaman cabai mempunyai batang berkayu dengan tipe pertumbuhan tegak atau

menyebar, diameter batang mencapai 1 cm, berwarna hijau sampai hijau

kecoklatan dan umumnya terdapat bercak ungu di dekat node. Daun berbentuk

ovate dengan ukuran 10 cm x 5 cm hingga 16 cm x 8 cm dan berwarna hijau

muda sampai hijau tua. Mahkota bunga cabai berbentuk campanulate hingga

rotate dengan 5-7 helai dan berwarna putih. Tanaman ini memiliki 5-7 benangsari

yang berwarna biru hingga keunguan. Panjang buah cabai mencapai 30 cm,

berwarna hijau, kuning, krim atau keunguan ketika masih muda, dan berwarna

merah, oranye, kuning hingga coklat ketika sudah tua.

Bunga cabai termasuk bunga hermaprodit dan bersifat kasmogami. Bunga

hermaprodit adalah bunga yang mempunyai putik dan polen yang terdapat pada

satu bunga, sedangkan bersifat kasmogami berarti waktu penyerbukan terjadi pada

saat bunga sudah mekar. Oleh karena itu, pada cabai masih memungkinkan

terjadipenyerbukan silang (Sujiprihati et al., 2008). Penyerbukan silang pada

cabai secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah. Persentase penyerbukan

silangnya dapat mencapai 7.6-36.8%, dengan rata-rata 16.5% (Greenleaf, 1986).

Umumnya biji cabai berwarna putih kekuningan berbentuk ginjal dan keras

(Kusandriani dan Permadi, 1996). Komponen rasa pedas pada cabai ditimbulkan

oleh zat capsaicin (C18H27NO3) yang terkandung dalam jaringan sekat buah dan

plasentanya, tetapi tidak terdapat di dalam dinding buah atau biji (Rutabatzky dan

Yamaguchi, 1999).

Kondisi fisik tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah tanah yang

strukturnya remah dan kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6.0-7.0, dan

tempatnya terbuka atau sedikit ternaungi. Pada umumnya, cabai ditanam di sawah

setelah panen padi, tetapi ada pula yang ditanam di tegalan. Apabila ditanam di

sawah, biasanya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan biasanya

ditanam pada awal musim hujan. Pemilihan musim ini diharapkan agar di tanah

sawah kandungan airnya tidak berlebihan dan di tanah tegalan cukup air untuk

pertumbuhan cabai. Namun pada waktu tanaman berbunga dan berbuah,

keadaannya sedang tidak hujan lebat, karena dapat mengakibatkan banyak bunga

dan bakal buah yang gugur serta busuk (Suwandi, 1995)

Tanaman cabai merupakan terna tahunan yang tumbuh tegak dengan batang

berkayu dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman dapat mencapai 100 cm

dengan diameter tajuk sampai 50 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau muda

sampai gelap; bentuk daun cabai umumnya bulat telur, lonjong, atau oval dengan

ujung meruncing tergantung jenis dan varietasnya. Bunga cabai berbentuk

terompet, sama dengan bunga pada tanaman Solanaceae lainnya; bunga

cabai merupakan bunga lengkap yang terdiri dari kelopak, mahkota, benang

sari, dan putik. Buah cabai memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda

tergantung jenis dan varietasnya. Tanaman cabai memiliki akar Tunggang yang

terdiri atas akar utama dan akar lateral. Akar lateral mengeluarkan serabut,

mampu menembus tanah sampai kedalaman 50 cm dan lebar sampai 45 cm

(Wiryanta & Wahyu 2002).

Buah cabai dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bumbu masak, industri makanan,

dan obat-obatan. Tanaman abai termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan

karena untuk produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi budidaya.

Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin, damar, zat

pewarnakapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, lanlutein; dan

mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan naisin. Zat aktif kapsisidin

berkhasiat untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi

sistem percernaan (Dermawan 2010).

III.TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu Pelaksanaan, Nama dan Tempat Magang

Waktu Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa ini dilaksanakan

selama satu bulan yaitu pada 2 Juli 2012 sampai dengan 2 Agustus 2012 yang

dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), dengan

alamat jalan Tangkuban Perahu No. 517, Lembang, Bandung, Jawa Barat.

B. Metode Pelaksanaan Magang

1. Observasi

Observasi lapang oleh mahasiswa magang dilakukan secara langsung

dengan ikut bekerja di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)

mulai dari deskripsi varietas cabai merah yang ada di BALITSA, teknik

budidaya cabai merah, pembibitan (benih, persemaian dan pembumbunan),

pengolahan lahan (jenis tanah, pengapuran lahan, pembuatan bedengan,

pemupukan dasar, pemasangan mulsa dan pelubangan mulsa), penanaman

(waktu tanam, penentuan jarak tanam, pembuatan lubang tanam,

penanaman bibit, dan penyulaman), pemeliharaan (pemupukan, pengairan,

pemasangan ajir, pengikatan tanaman, pemangkasan tunas dan

penyiangan), pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen

(sortasi, grading, pengepakan, penyimpnan dan transportasi), hingga

sistem pemasaran cabai merah ( rantai pemasaran cabai merah, jenis pasar

cabai merah, kemitraan pemasaraan cabai merah, analisis usaha tani cabai

merah perHa dan analisis usaha tani benih cabai merah) dan ekspor cabai

merah untuk memperoleh gambaran secara lebih jelas mengenai aspek

yang dikaji. Seluruh peserta magang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA) juga mengamati kegiatan-kegiatan yang tidak dapat secara

langsung dipraktekkan. Kegiatan ini dilakukan apabila peserta magang

tidak memungkinkan ikut bekerja langsung sebagaimana halnya para

pekerja sesuai kebijakan dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA).

11

2. Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan melakukan sesi tanya jawab secara

langsung kepada mandor atau petani yang ada di kebun yang berkaitan

dengan materi magang dan kegiatan yang dipelajari di lapangan kepada

pembimbing lapang dan dengan pihak-pihak yang ditugaskan di setiap

bagian-bagiannya.

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data

pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam alternatif

pemecahan masalah. Referensi tersebut antara lain diperoleh dari buku-

buku, jurnal, dan internet.

4. Analisis data

a) Metode dasar deskriptif analisis

Metode ini berusaha memberi arti terhadap data dengan

menggambarkannya sesuai keadaan teraktual. Data tersebut disusun,

dianalisis, dijelaskan kemudian diambil kesimpulannya.

b) Metode analisis kuantitatif

Metode ini meliputi :

1) Penerimaan

Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi

dengan harga jual produk yang bersangkutan. Adapun rumus

penerimaan adalah sebagai berikut :

TR = P x Q

Keterangan :

TR : Total penerimaan (Rp)

P : Harga (Rp)

Q : Total produksi (Kg)

2) Biaya

Biaya meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

produksi, yakni biaya implisit dan biaya eksplisit. Biaya implisit

adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani selama

proses produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja keluarga, biaya

penyusutan alat, biaya sewa lahan, dan biaya bunga modal. Biaya

eksplisit adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses

produksi oleh petani yang berasal dari luar yang terdiri dari biaya

tenaga kerja luar keluarga, biaya pembelian benih atau bibit, biaya

pembelian pupuk, biaya pembelian pestisida, dan biaya pembelian

pupuk kandang.

3) Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan usahatani yaitu dengan

menghitung selisih penerimaan dan biaya usahatani, yang

dirumuskan :

Π = TR – TC

Keterangan :

Π : Pendapatan usahatani (Rp)

TR : Total Penerimaan (Rp)

TC : Total Biaya (Rp)

4) Keuntungan

Keuntungan dapat dihitung dengan rumus:

Keuntungan = Penerimaan - Biaya Total Usahatani

Biaya Total = Biaya eksplisit + Biaya implisit

5) R/C Ratio

R/C ratio merupakan analisis untuk mengetahui tingkat

efisiensi usahatani. Analisis ini dapat dihitung dari perbandingan

antara jumlah penerimaan petani dengan jumlah biaya yang

digunakan untuk pengelolaan usahatani.

R/C Ratio = penerimaan usahatani

biaya usahatani

R/C Ratio > 1 berarti usahatani tersebut lebih efisien

R/C Ratio = 1 berarti usahatani tersebut sama efisiennya

R/C Ratio < 1 berarti usahatani tersebut kurang efisien

5. Dokumentasi

Dokumentasi diambil melalui pengambilan gambar komoditas di

kebun BALITSA dan kegiatan yang dilakukan di instansi lokasi magang

serta proses budidaya tanaman sampai pemasaran cabai merah.

C. Rincian Kegiatan Magang

Beberapa kegiatan yang dilakukan mahasiswa dalam kegiatan magang

ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rincian Kegiatan Magang Mahasiswa di BALITSA

No Hari Tanggal Jam Kerja Macam Kegiatan1. Rabu 4 Juli 2012 06.30-12.00 Penyelesaian

administrasi Perkenalan mandor

kebun, pembimbing lapang

2. Kamis 5 Juli 2012 06.30-12.00 Panen tomat Pembibitan bawang

merah3. Jumat 6 Juli 2012 06.30-12.00 Panen petsay

Pemeliharaan lahan4. Sabtu 7 Juli 2012 - Libur 5. Minggu 8 Juli 2012 - Libur 6. Senin 9 Juli 2012 06.30-12.00 Pemanenan tomat

Koordinasi pembimbing

7. Selasa 10 Juli 2012 06.30-12.00 Persemaian cabai merah

Pemanenan cabai merah

Penyortiran cabai merah

Mencari literature ke perpustakaan

8. Rabu 11 Juli 2012 06.30-12.00 Penyiraman cabai merah

Pemeliharaan cabai merah

Ke gudang dan wawancara Bandar sayuran di Lembang

9. Kamis 12 Juli 2012 06.30-12.00 Panen kentang Mencari literature ke

perpustakaan Konsultasi ke

pembimbing

10. Jumat 13 Juli 2012 06.30-11.00 Senam Penyortiran benih

cabai Panen zhukini

11. Sabtu 14 Juli 2012 06.30-12.00 Penyortiran dan grading kentang

12. Minggu 15 Juli 2012 - Libur 13. Senin 16 Juli 2012 06.30-12.00 Wawancara ke mandor

Survey ke bandar sayuran

Kunjungan ke Kelompok Tani Mekar Tani Jaya, CV.Bimandiri dan pengepul sayuran

14. Selasa 17 Juli 2012 06.30-12.00 Panen cabai merah Pemasangan mulsa Konsultasi ke

pembimbing15. Rabu 18 Juli 2012 06.30-12.00 Survey pasar induk

Caringin16. Kamis 19 Juli 2012 06.30-12.00 Pemotongan ajir untuk

komoditas cabai merah Munggahan

Ramadhan17. Jumat 20 Juli 2012 06.30-11.00 Penanaman benih

cabai merah18. Sabtu 21 Juli 2012 06.30-10.00 Persemaian cabai

merah19 Minggu 22 Juli 2012 - Libur 20. Senin 23 Juli 2012 06.30-11.30 Pemasangan ajir dan

sanitasi cabai merah Konsultasi draft ke

pembimbing21. Selasa 24 Juli 2012 06.30-11.30 Panen cabai merah

Wawancara ke mandor Mencari literature

22. Rabu 25 Juli 2012 06.30-11.30 Pemupukan susulan cabai merah

Mencari literature

23. Kamis 26 Juli 2012 06.30-11.30 Penyortiran kentang dan mencari literature

24. Jumat 27 Juli 2012 06.30-11.00 Menghadiri seminar hasil magang dari UNS dan IPB

25. Sabtu 28 Juli 2012 06.30-10.00 Pemanenan jagung26. Minggu 29 Juli 2012 - Libur 27. Senin 30 Juli 2012 06.30-11.30 Seminar hasil magang

dengan pembimbing28. Selasa 31 Juli 2012 06.30-11.30 Perpisahan dan

Menyelesaikan Administrasi

Sumber: Catatan Harian Kegiatan Magang Mahasiswa FP UNS

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil BALITSA Lembang

1. Kondisi Wilayah

a. Letak Geografis

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) terletak di Jl.

Tangkuban Parahu No. 517 kampung Margahayu, Desa Cikole,

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki areal seluas

±40 hektar. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) terletak

1250 meter di atas permukaan laut. Letak geografis BALITSA berada

pada 107,30º BT dan 6,30ºLS. BALITSA memiliki batas-batas yaitu :

sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Lembang–Subang, sebelah

selatan berbatasan dengan lahan petani Cibogo, sebelah barat

berbatasan dengan sungai kecil kampung Cibedug, dan sebelah utara

berbatasan dengan jalan Cibedug-Cikole.

b. Topografi

Topografi Balai Penelitian Tanaman Sayuran memiliki tipe

tanah Andisol yang berasal dari abu vulkanik Gunung Tangkuban

Perahu, dengan struktur tanah remah dan gembur, sedangkan tekstur

tanah berupa debu, lempung berdebu dan lempung. Warna tanah di

lahan Balai Penelitian Tanaman Sayuran adalah hitam, abu-abu dan

coklat dengan pH tanah sebesar 5,5-6. Lokasi ini mempunyai suhu 19

ºC-24 ºC dengan curah hujan 2207 mm/tahun, sedangkan kelembaban

udara berkisar antara 70–90 %. Kecepatan air tanah di tempat ini

termasuk baik / porous.

2. Sejarah BALITSA

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) didirikan pada tahun

1940 dan berada dibawah naungan Balai Penelitian Teknologi Pertanian

Bogor. Kegiatan penelitian di BALITSA mulai dilaksanakan di Kebun

Percobaan Kp. Margahayu Lembang sejak tahun 1940 sampai tahun 1942.

Tahun 1962, Kebun Percobaan Kp. Margahayu Lembang dialihkan

dibawah Lembaga Penelitian Hortikultura yang berkedudukan di Pasar

Minggu Jakarta Selatan. Tahun 1968 Kebun Percobaan berubah nama

menjadi Lembaga Penelitian Hortikulura Cabang Lembang. Lembaga ini

mulai tahun 1973 memiliki tenaga peneliti dibidang pemuliaan tanaman,

sosial ekonomi, agronomi, hama penyakit dan pasca panen.

Lembaga Penelitian Hortikulura Cabang Lembang berganti nama

menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan pada tahun 1980. Sejak

dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertanian No. 861/kpts/org/12/1982

pada tahun 1982, status lembaga diubah menjadi Balai Penelitian

Hortikultura (BPH) Lembang. Tanggal 1 April 1995, menyusul terjadinya

reorganisasi di Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, terutama

menyangkut mandat Balai serta Keputusan Menteri Pertanian RI No.

796/kpts/ot.210/12/1994.

Balai Penelitian Hortikultura Lembang berubah nama menjadi Balai

Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA). Hingga tahun 2012 BALITSA

masih memiliki nama Balai Penelitian Tanaman Sayuran yang bertempat

tetap di Lembang. Kedudukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA) pada saat ini bernaung di bawah Kementerian Pertanian

Republik Indonesia, yang berkedudukan di Jalan Margasatwa, Ragunan,

Jakarta Selatan.Oleh karena itu lembaga ini merupakan salah satu Balai

Penelitian Tanaman Sayuran yang berstatus sebagai instansi pemerintah.

3. Visi dan Misi

Visi dan Misi dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

(BALITSA) adalah sebagai berikut:

a. Visi ( 2010-2014 )

Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan sayuran berkelas

dunia pada tahun 2014 yang menghasilkan dan mengembangkan

inovasi teknologi sayuran untuk mewujudkan industrial yang

memanfaatkan sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian

pangan, nilai tambah, ekspor, dan kesejahteraan petani

b. Misi ( 2010-2014 )

1) Merakit, menghasilkan dan mengembangkan teknologi inovasi

sayuran yang secara ilmiah dan teknis dapat meningkatkan

produktivitas, daya saing dan nilai tambah, serta sesuai dengan

kebutuhan pengguna.

2) Meningkatkan diseminasi teknologi dalam mendukung

pengembangan kawasan hortikultura.

3) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, sarana dan

prasarana dalam pelayanan terhadap pengguna teknologi inovasi

yang efektif dan efisien.

4) Menjalin jejaring kerjasama dalam negeri dan luar negeri dalam

membangun kemitraan untuk membangun dan memecahkan

masalah rawan pangan dan gizi komunitas dunia.

4. Tujuan BALITSA

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) mempunyai tugas

pokok sesuai dengan keputusan menteri (Kep.Mentan

No.74/Kpts/OT.210/1/2002) untuk melaksanakan Penelitian Sayuran.

Dalam melaksanakan tugas, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA) memiliki fungsi:

a. Melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, pembenihan dan

pemanfaatan plasma nuftah tanaman sayuran

b. Melaksanakan penelitian morfologi, ekologi, entomologi dan

fitopatologi tanaman sayuran

c. Melaksanakan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha

agribisnis tanaman sayuran

d. Memberikan pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman sayuran

e. Menyiapkan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta

penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran

f. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga

5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)

yaitu :

Ka. Sub Tata Usaha

Seksi Pelayanan Teknik

Kebun UPBS Laboratorium

Kelompok Peneliti,

Pemuliaan, & Plasma

Nutfah

Kelompok Peneliti,

Ekofisiologi

Kelompok Peneliti,

Hama dan Penyakit

Kelompok Peneliti,

Pasca Panen

Kepala Balai

Kepegawaian Rumah

Tangga

KeuanganSeksi Jasa Penelitian

Kerjasama Diseminasi IT dan

Pustakawan

Gambar 4.1. Struktur Organisasi BALITSA

Keterangan Struktur Organisasi

Kepala Balai : Dr. Liferdi, SP. M.Si

Ka. Sub Tata Usaha : Mastur SP

Kepegawaian : Drs. Maman Suherman

Rumah Tangga : Agus Rokhman

Keuangan / Bendahara : Wida Rahayu, SE

Ka. Seksi Jasa Penelitian : Drs. Luthfy

Kerjasama : Astri Windia Wulandari, SP

Diseminasi IT dan Pustaka : Andi Supriadi, ST

Seksi Pelayanan Teknik : Rinda Kirana, SP. MP

Kebun : Subarlan

UPBS :Rinda Kirana, SP. MP

Laboratorium :Imas Suraya Dewi

Kelti Pemuliaan,Plasma Nutfah : Kusmana, SP

Kelti Ekofisiologi : Ir. Subhan, APU

Kelti Hama dan Penyakit : Dr. Laksminiwati Prabaningrum

Kelti Pasca Panen : Dr. Ali Asgar, M.S

6. Kualifikasi Staff dan Jumlah Staff

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) dipimpin oleh

Seorang Kepala Balai yang membawahi Sub Bagian Tata Usaha, Seksi

Jasa Penelitian, Seksi Pelayanan Teknik, dan Kelompok Jabatan

Fungsional. Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut antara lain:

1. Sub bagian Tata Usaha adalah bagian yang melaksanakan urusan tata

usaha dan rumah tangga.

2. Seksi Jasa Penelitian adalah bagian yang mempunyai tugas melakukan

diseminasi teknologi tanaman sayuran, teknologi informasi, pelayanan

perpustakaan, penyiapan bahan kerjasama, publikasi dan dokumentasi

Seksi Jasa Penelitian juga membawahi bagian Teknologi

Informasi dan Perpustakaan.

a. Perpustakaan

Perpustakaan mengurusi bagian perpustakaan mengenai

buku-buku yang ada di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA) dan juga mengurus tentang peminjaman buku serta

mendata para pengunjung yang datang ke perpustakaan untuk

kebutuhan membaca. Perpustakaan Balai Penelitian Tanaman

Sayuran (BALITSA) sendiri sudah memiliki banyak koleksi buku,

jurnal, serta laporan-laporan hasil penelitian.

b. Teknologi Informasi

Mengurusi bagian ilmu tekhnologi dan juga sistem

komputerisasi di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).

3. Seksi Pelayanan Teknis adalah bagian yang memberikan pelayanan

teknis pada penelitian tanaman sayuran.

Seksi Pelayanan Teknis juga membawahi bagian UPBS, kebun,

dan laboratorium.

a. UPBS

Salah satu unit yang bertugas untuk mendayagunakan hasil

penelitian tanaman sayuran adalah UPBS. UPBS (Unit produksi

Benih Sumber) berfungsi untuk memproduksi dan menyediakan

benih sumber. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)

merupakan balai penelitian yang memproduksi berbagai varietas

benih sayuran.Beberapa benih sayuran yang diproduksi oleh

BALITSA yaitu bawang merah, cabai, caisin, kangkung, bayam,

kentang, buncis dll.

Konsumen benih yang diproduksi oleh BALITSA antara

lain BPTP, Dinas Pertanian, perusahaan (untuk dipasarkan), serta

perorangan (untuk penelitian). Benih yang dihasilkan oleh

BALITSA tidak dijual 100 %, tetapi disisakan sebagian untuk

produksi tahun berikutnya dan untuk dikembangkan atau diteliti.

Benih yang dipasarkan oleh BALITSA tidak memiliki kriteria

tertentu, benih tersebut langsung bisa dipasarkan apabila telah lolos

standart dan sertifikasi dari BPSB. Benih yang dihasilkan oleh

BALITSA adalah Benih Sumber (BS) yaitu benih penjenis yag

dapat ditangkarkan lagi sehingga kemurnian benih masih tinggi

sehingga kurang baik/cocok untuk dikonsumsi.

b. Kebun

Kebun dikelola oleh para mandor kebun digunakan untuk

tempat penanaman tanaman yang sedang diteliti.

c. Laboratorium

Laboratorium digunakan untuk meneliti benih ataupun

kebutuhan penelitian lainnya.

4. Kelompok Jabatan fungsional adalah bagian yang melaksanakan

kegiatan fungsional yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman

Sayuran (BALITSA), berupa kegiatan penelitian yang didukung oleh

kelompok peneliti pemuliaan dan plasma nutfah, hama dan penyakit,

ekofisiologi dan pasca panen. Fasilitas penunjang utama yang tersedia

yaitu kebun percobaan seluas ±40 hektar, laboratorium (tanah, hama

dan penyakit, kultur jaringan, teknologi pasca panen) rumah kasa atau

kaca, gudang tempat penyimpanan benih dan ruang-ruang lainnya.

Penjelasan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Balai

Penelitian Tanaman Sayuran antara lain:

1) Kegiatan Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah

Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok peneliti pemuliaan dan

plasma nutfah dengan kegiatan melakukan perbaikan tanaman yang

merupakan salah satu upaya peningkatan produksi dan

keberlanjutannya usahatani daerah. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran (BALITSA) berusaha meminimalkan kendala biotik dan

abiotik yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil

melalui pendekatan konvensional dan bioteknologi.

2) Kegiatan Peneliti Hama dan Penyakit

Kelompok ini menekankan pada suatu teknik pengendalian

hama dan penyakit yang menerapkan suatu kombinasi dari strategi

yang bersandar pada faktor penyebab kematian alami dan strategi

penggunaan pestisida.

3) Kegiatan Peneliti Ekofisiologi

Kelompok ini merupakan gabungan antara agronomi dan

sosial ekonomi pertanian. Kegiatannya yaitu merancang suatu

paket teknologi untuk menanggulangi masalah yang ada dalam

budidaya antara lain budidaya sayuran diluar musim, budidaya

kentang dataran medium, budidaya di lahan marginal dan

pemupukan berimbang. Peneliti Ekofisiologi melaksanakan pula

penelitian mengenai sosial ekonomi pertanian.

4) Kegiatan Peneliti Pasca Panen

Penanganan pra dan pasca panen merupakan rantai terakhir

yang dapat memberikan intensif terhadap peningkatan kuantitas

hasil dan nilai tambah komoditas sayuran. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan antara lain penanganan tanaman segar serta

mendapatkan hasil olahan yang bermutu, teknik pengendalian

berbagai komoditas sayuran, penyimpanan kentang di ruang terang

dan teknik penyimpanan umbi bawang merah untuk memperlambat

pertunasan.

1. Teknik Budidaya Cabai Merah (Capsicum annuum)

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan penyemaian. Hal ini

bertujuan agar pada saat pengerjaan tanah selesai, bibit cabai langsung dapat

dipindah dari persemaian ke areal penanaman. Persiapan lahan yang pertama-

tama dilakukan pertama kali adalah pencangkulan lahan sekaligus

pembersihan gulma. Lahan dicangkul hingga gembur dengan tujuan.

Kemudian tanah diratakan dan dibuat bedengan dengan ukuran 1,2 m x 30 m.

Setelah itu dibuat garian-garitan. Pemupukan dasar dilakukan yakni dengan

menghamparkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran kuda 30-40 ton/Ha

dan pupuk majemuk NPK Mutiara 16-16-16 dengan dosis 7 kwintal/ha (70%

dari kebutuhan pupuk buatan selama tanam cabai) pada garitan, kemudian

ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk ini 7-10 hari sebelum masa tanam.

Selain pupuk tersebut, pemberian Regent tabur (insektisida) dan Furadan 3G

(Nematisida-Insektisida) juga dilakukan, yang berfungsi untuk

mengendalikan ulat tanah dan nematoda.

Pengolahan tanah pada lahan untuk budidaya cabai merah di BALITSA

bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan

permukaan tanah dan mengendalikan gulma sehingga akar-akar tanaman

dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa.

Pemulsaan

Penggunaan mulsa pada penanaman cabai merah merupakan

salah satu usaha untuk memeberikan kondisi lingkungan

Jenis mulsa yang digunakan di BALITSA adalah Mulsa

Plastik Hitam Perak (MPHP). Warna perak pada mulsa akan

memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis

menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab,

mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga

penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids. Sedangkan warna

hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di

perakaran tanaman menjadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar

akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari

menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan

tumbuh. Penggunaan mulsa pada penanaman cabai merah juga

bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan

tanaman yang lebih baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan

berproduksi secara optimal.

Setelah mulsa dipasang, dibuat lubang-lubang tanam dengan

jarak tanam 40 cm x 60 cm. Pembuatan lubang tanam

menggunakan alat pelubang mulsa yang berupa kaleng atau

alumunium yang tajam pada bagian bawahnya. Pelubangan mulsa

dengan cara alat pelubang berupa kaleng atau alumunium ditekan

tegak lurus terhadap mulsa sesuai jarak tanam yang diinginkan (40

cm x 60 cm). Sebaiknya, pelubangan mulsa dilakukan pada pagi

hari, agar mulsa telah terkena radiasi panas sinar matahari dan

memuai sehingga mulsa lebih mudah untuk dilubangi.

Pelubangan Mulsa

Setelah mulsa dipasang, dibuat lubang-lubang tanam dengan

jarak tanam 40 cm x 60 cm. Pembuatan lubang tanam

menggunakan alat pelubang mulsa yang berupa kaleng atau

alumunium yang di dalamnya terdapat arang sehingga mulsa

mudah terlubangi denga panas arang tersebut. Pelubangan mulsa

dengan cara alat pelubang berupa kaleng atau alumunium ditekan

tegak lurus terhadap mulsa sesuai jarak tanam yang diinginkan (40

cm x 60 cm). Sebaiknya, pelubangan mulsa dilakukan pada siang

hari, agar mulsa telah terkena radiasi panas sinar matahari dan

memuai sehingga mulsa lebih mudah untuk dilubangi.

b. Penanaman

1) Penyemaian

Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam air

hangat (500 C) atau larutan Previcur N (1 mi/I) selama 1 jam.

Perendaman benih tersebut bertujuan untuk menghilangkan hama

atau penyakit yang menempel pada biji dan untuk mempercepat

perkecambahan. Kalau ada biji yang mengambang, berarti benih

kurang baik, jadi harus disingkirkan. Benih-benih yang tenggelam

bisa langsung disemai..

Benih disemai di tempat persemaian yang telah disiapkan

berupa bedengan berukuran lebar 1 cm dan panjangnya tergantung

pada kebutuhan. Media persemaian yang digunakan untuk

menyemaikan benih cabai merah yaitu campuran tanah, pupuk

kandang (pupuk kuda dan ayam) dan arang sekam dengan

perbandingan 1:1:1, yang telah disterilkan dengan uap air panas

selama 6 jam, sehingga komposisi media seimbang. Media semai

menggunakan arang sekam agar perkembangan akar cepat merata.

Bedengan persemaian diberi naungan (atap) berupa plastik

transparan atau daun pisang untuk melindungi bibit yang masih

muda dari air hujan dan matahari. Atap harus menghadap ke arah

timur agar bibit mendapat sinar matahari yang cukup di pagi hari.

Pemberian naungan juga berfungsi untuk menjaga kelembaban

tanah. Akan lebih baik lagi apabila persemaian ditutupi dengan

kasa nyamuk, agar dapat terhindar dari serangan kutu daun dan

pentebaran virus, sehingga akan dihasilkan bibit yang seragam dan

sehat (Vos, 1995).

2) Pembumbungan

Bibit yang mengalami pembubungan atau penyapihan pada

kantong plastik/daun pisang, setelah ditanam di lapangan dapat

lebih cepat beradaptasi, dan kematian tanaman tidak mudah terjadi

dibandingkan dengan bibit yang tidak mengalami pembubungan.

Hal ini berarti, pembubungan dapat mengurangi

keterkejutan pemindahan bibit ke lapangan, sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan serta hasil buah cabai

(Kusumainderawati, 1979; Vos, 1995).

Setelah disemai ± 7-8 hari, benih cabai merah akan

berkecambah. Setelah benih berkecambah tutup pada benih dilepas.

Setelah membentuk 2 helai daun ± 12-14 hari sejak semai, bibit

dipindahkan ke dalam bumbungan daun pisang. Penggunaan

bumbung daun pisang pada pembumbungan tanaman cabai merah

di BALITSA memiliki beberapa keuntungan, yaitu tanaman lebih

sehat/kekar, tanaman mudah dipindahkan ke lahan dan pada saat

penanaman tidak perlu membuka bumbungan sehingga tidak

berpengaruh ke perakaran.

Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari agar daun

tanaman dan permukaan tanah menjadi kering sebelum malam hari

dengan air yang secukupnya saja. Apabila terlalu banyak, bibit

akan menjadi lemah dan peka terhadap jamur.

Gambar 4.7 Bumbungan Bibit Cabai Merah

Gambar 4.8 Bibit Cabai Merah Siap Dipindah

3) Waktu Tanam

Keadaan topografi di Lembang yaitu bersuhu 18-25 ºC

dengan curah hujan 2207 mm/tahun, sedangkan kelembaban

udaranya berkisar antara 70–90 % dan kecepatan air tanahnya

termasuk baik / porous. Berdasarkan keadaan topografi tersebut,

maka lahan di BALITSA cocok untuk budidaya tanaman sayur-

sayuran, cabai merah salah satunya. Cabai merah membutuhkan

suhu pada malam hari yang dingin dan suhu pada siang hari yang

agak panas untuk pembungaannya. Untuk lahan kering/tegalan

dengan drainase baik seperti lahan di BALITSA, waktu tanam

yang tepat adalah awal musim hujan, agar tanaman cabai

mendapatkan air yang cukup. Jika kekeringan terjadi pada saat

pertumbuhan bunga dan buah, hasil buah akan menurun, bahkan

tanaman tidak dapat dipanen. Sebaliknya, tanah yang terlalu becek

juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan

tanaman mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh

cendawan.

4) Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam untuk tanaman cabai adalah 40 cm x 60 cm.

Penentuan jarak disesuaikan dengan pelubangan mulsa. Untuk

mulsa yang berukuran lebar 150 cm setiap bedengan maka dibuat 2

lubang tanam yang lebarnya sesuai dengan lebar mulsa. Kebutuhan

benih untuk lahan seluas 1000 m2 dibutuhkan benih sebesar 3333

benih, dengan perhitungan sebagai berikut :

Kebutuhan Benih =

=

= 3333,33

5) Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam segera dilakukan setelah

pemulsaan. Sama seperti pelubangan mulsa, pembuatan lubang

tanam dengan menggunakan alat pelubang mulsa yang berupa

kaleng atau terbuat dari alumunium dengan jarak tanam 40 cm x 60

cm. Setelah itu setiap lubang tanam ditugal dengan menggunakan

bambung sedalam 10-15 cm. Pembuatan jarak tanam maupun

lubang tanam dilakukan sesuai dengan lebar mulsa yaitu 150 cm.

Dalam satu bedengan selebar 150 cm biasanya dibuat 2 lubang

tanam.

6) Penanaman Bibit

Bibit yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan adalah

bibit yang telah berumur 3-4 minggu setelah dibumbung. Pada

umur tersebut bibit sudah membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi

5-10 cm (Kusumainderawati, 1979; Sunu 1998).

Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan

penguatan bibit (hardening) dengan jalan membuka atap

persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari dan

mengurangi penyiraman secara bertahap. Selama proses penguatan,

proses pertumbuhan bibit menjadi lebih lambat tetapi jeringan

menjadi lebih kyat. Penguatan bibit berlangsung kurang lebih 7

hari (Knott dan Deanon, 1970).

Penanaman bibit cabai dilakukan pada pagi hari. Setiap

lubang tanam ditanam satu tanaman. Bumbun yang terbuat dari

daun pisang dapat langsung ditanam. Setelah bibit ditanam pada

lubang tanam kemudian diuruk hingga menutupi batas pangkal.

tanaman langsung disiram air dengan tujuan agar akarnya dapat

melekat terhadap tanah.

1) Pemangkasan Tunas ( Prooning )

Tunas yang tumbuh diketiak daun perlu dihilangkan dengan

menggunakan tangan yang bersih. Pemangkasan tunas dilakukan

sampai terbentuk cabang utama (Primer) yang di tandai dengan

munculnya bunga pertama. Tujuan perempelan untuk

mengoptimalkan pertumbuhan.

Perempelan tunas air pada tanaman cabai bertujuan untuk

memperkokoh tanaman, mengoptimalkan sinar matahari, serta

mengurangi resiko terkena serangan penyakit. Semu tunas atau

cabang air yang tumbuh di ketiak daun dan dibawah bunga pertama

sebaiknya dihilangkan dengan menggunakan tanah yang steril.

Pruning baiknya dilakuakn di pagi hari agar tunas air tersebut

mudah dipatahkan.

e. Pemeliharaan

1. Pemupukan susulan

Pemupukan pada budidaya cabai merah bervariasi

tergantung pada jenis tanah dan sistem penanamannya. Pada tanah

bertekstur ringan, dibutuhkan pemupukan yang lebih tinggi

daripada tanah yang bertekstur berat (Knott and Deanon, 1970).

Pupuk susulan yang diberikan adalah NPK 16-16-16 300-

500 kg/Ha, diberikan dengan dicor, yaitu pupuk dilarutkan dalam

air dengan konsentrasi 2 g/l, kemudian disiramkan pada lubang

tanaman (100-200 ml/tanaman). Pupuk susulan diaplikasikan

setiap 14 hari yang dimulai sejak tanaman berumur 14 hari setelah

tanam (HST).

PENYIRAMAN

Penyiraman tanaman cabai merah di BALITSA dilakukan

setiap pagi hari. Penyiraman rutin dilakukan sehari satu kali karena

tanaman cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap

kekeringan, juga tidak tahan terhadap genangan air. Air tanah

dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek) sangat

mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai

merah.

PENGAJIRAN

PENGAJIRAN dilakuakan dengan cara memberi ajir pada

tanaman cabai untuk menjaga tanaman agar tidak mudah rebah

sehingga selalu tegak.

PENYIANGAN

Gulma selain sebagai tanaman kompetitor juga dapat sebagai

tempat berkembangnya hama dan penyakit tanaman cabai oleh

karenanya penyiangan harus dilakukan untuk membersihkan

daerah sekitar tanaman dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan

secara manual dengan mencabut gulma secara hati-hati.

Penyiangan gulma secara manual dikarenakan gulama yang

tumbuh relatif sedikit dengan pemakaian mulsa.

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Dengan menggunakan mulsa maka pertumbuhan gulma tidak

dapat dikendalikan. Penyiangan gulma pada tanaman cabai yang

ditanam dengan menggunakan mulsa cukup sekali saja dan

penyemprotan herbisida sekali dalam sekali masa tanam.

Beberapa hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman

cabai merah antara lain:

a) Thrips (Thriphs parvispinus)

Gejala serangan Thrips yang nampak pada tanaman cabai

merah adalah mula-mula daun yang terserang memperlihatkan

gejala noda keperakan yang tidak beraturan, akibatnya ada luka dari

cara makn serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda

keperakan tersebut berubah menjadi coklat tembaga. Daun-daun

mengeriting ke atas. Pengendaliaanya menggunakan Curacron 500

EC dengan konsentrasi 2 mL/L air.

Gambar 4.15 Hama Thrips (Thriphs parvispinus) pada Cabai

Merah

b) Kutu daun persik (Myzus persicae)

Gambar 4.16 Kutu Daun Persik (Myzus persicae) pada Cabai Merah

Kutu daun persik meyebabkan kerugian secara langsung yakni

menghisap cairan tanaman, akibatnya tanaman yang terserang

keriput, pertumbuhan tanaman terhambat (tumbuh kerdil), berwarna

kekuningan, daun terpuntir, daun menguning, pertumbuhan lambat,

sehingga tanaman menjadi layu kemudian mati. Secara tidak

langsung kutu daun persik merupakan vektor penting penyakit virus

menggulung daun kentang (PLVR) dan virus kentang Y. Gejala

penyakit virus tersebut bervariasi mulai dari mozaik ringan sampai

parah. Pengendaliannya menggunakan Curacron 500 EC dengan

konsentrasi 2 ml/L air.

c) Ulat Tanah (A. Ipsilon)

Ulat tanah merupakan hama penting tanaman sayuran muda

seperti kubis, petsai, tomat, dan cabai. Gejala serangan ditandai

dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang. Akibatnya

tanaman menjadi roboh. Kerusakan yang disebabkan oleh ulat tanah

dapat mengakibatkan kerugian yang berarti yaitu matinya tanaman

mudasebesar 75-90% dari seluruh bibit yang ditanam

(Sasrodihardjo, 1982).

Gambar 4.17 Ulat Tanah (A. Ipsilon) pada Cabai Merah

Ulat tanah dapat dikendalikan secara mekanis, ulat tanah yang

biasanya keluar pada sore dan malam hari dikumpulkan lalu

dibunuh. Selain itu dapat dikendalikan dengan menggunakan

insektisida sipermetrin (sherpa) dengan konsentrasi 0,5-1 cc/L.

d) Lalat buah (Bactrocera dorsalis)

Gambar 4.18 Lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada Cabai Merah

Gejala serangan lalat buah yaitu terdapat titik hitam pada

pangkal buah. Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat larva lalat

buah. Kemudian larva hidup di dalam buah cabai, sehingga buah

membusuk dan jatuh. Pengendaliaanya menggunakan Curacron 500

EC dengan konsentrasi 2 mL/L air.

e) Peyakit Bercak bakteri (Xanthomonas campestris)

Peyebab penyakit barcak bakteri adalah Xanthomonas

campestris. bagian tanaman yang terserang ialah daun dan ranting.

Gejala awal penyakit bercak bakteri yang terjadi pada tanaman

cabai merah adalah Bercak daun terlihat pertama kali berukuran

kecil berbentuk sirkuler dan timbul bisul yang berwarna hijau dan

pucat. Di bagian tengah bisul terdapat bagian yang melekuk ke

dalam. Pada daun yang lebih tua, bercak tersebut berwarna hijau tua

dan terjadi busuk basah. Apabila bercak daun cukup banyak maka

terjadi gugur daun. Pada penyakit ini cenderung sulit untuk

dikendalikan, pengendalian yang biasa dilakuka adalah dengan

memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi.

Gambar 4.19 Bercak bakteri (Xanthomonas campestris) pada Cabai

Merah

f) Penyakit Antraknose

Penyebab penyakit antraknose adalah cendawan

Colletotrichum capsici dan Colletotricum gleosporiodies. Pada biji

dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi

kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman

dewasa dapat menimbulkan mati pucuk kemudian daun dan batang

menjadi busuk kering dengan warna coklat kehitaman. Jika

menyerang buah, maka buah akan menjadi busuk berwarana seperti

terkena sengatan matahari dan diikuti busuk basah berwarna hitam,

karena penuh dengan setae (rambut hitam) yang berbentuk

konsentrik pada umunya meyerang buah cabai yang berwarna

merah. Pencegahan penyakit busuk buah antraknose menggunakan

Score dengan konsentrasi 0,5-1 cc/L atau dengan Agristick dengan

dosis 2 cc/L.

Gambar 4.20 Cabai Merah yang Terjangkit Penyakit Busuk Buah

Antraknose

g) Penyakit layu fusarium (Fusarium spp.)

Gejala penyakit ini adalah menguning atau layunya daun

bagian bawah dekat pangkal batang (daun tua) kemudian menjalar

ke atas ke ranting-ranting tua. Bila pada bagian pangkal batang

diiris akan terlihat warna coklat pada pembuluh kayunya. Akar

tanaman yang diserang menjadi rusak dan busuk. Selanjutnya

membuat tanaman menjadi layu dan mati. Berbeda dengan layu

bakteri, layu fusarium ini tidak menyebabkan keluarnya lendir.

Jika dijumpai gejala serangan ini dilakukan eradikasi secara

selektif. Pencegahan penyakit busuk buah antraknose

menggunakan Score dengan konsentrasi 0,5-1 cc/L.

h) Bercak Fitoftora (Phytopthora capsici)

Seluruh bagian tanaman cabai merah dapat terinfeksi oleh

penyakit ini. Infeksi pada batang dimulai dari leher batang

menjadi busuk bawah berwarna hijau setelah kering warna

menjadi berwarna coklat. Serangan yang sama dapat terjadi pada

bagian batang lainnya. Penyakit ini mematikan tanaman muda,

gejala lanjut busuk batang menjadi kering mengeras dan seluruh

daun menjadi layu. Gejala pada daun diawali dengan bercak putih

seperti tersiram air panas berbentuk sirkuler atau tidak beraturan.

Bercak tersebut melebar mengering seperti kertas dan akhirnya

memutih karena waarna masa spora yang putih.

Gambar 4.22 Cabai Merah yang Terjangkit Penyakit Bercak Phytopthora Gejala serangan penyakit antraknosa atau patek yang terjadi pada buah

Gejala awal pada buah adalah bercak seperti tercelup

dengan warna hijau buram, bercak ini dengan cepat menyebar

pada luasan buah. Gejala berikutnya buah akan menjadi lembek

dan berkerut. Tanaman muda dan bagian dapat diserang patogen

ini. Pencegahan penyakit busuk buah antraknose menggunakan

Score dengan konsentrasi 0,5-1 cc/L.

e. Panen dan Pasca Panen

1) Panen

Pemanenan cabai merah dilakukan setelah tanaman cabai merah

berumur 90 hari setelah tanam, pada umur tersebut biasanya buah cabai

telah berwarna merah tanda sudah matang. Panen dilakukan 7 hari

sekali dan dapat dilakukan hingga 20 kali panen. Proses pemetikan

buah cabai merah dengan cara manual yakni dengan memetik buah

cabai merah yang telah matang dari pangkalnya tanpa membutuhkan

alat bantu, sedangkan buah cabai yang berwarna hijau tidak dipanen

pada saat itu. Pemanenan cabai dipilih yang merah saja untuk

memenuhi keinginan konsumen, juga dikarenakan cabai dikirim pada

jarak yang dekat saja.

2) Pasca Panen

a) Sortasi dan Grading

Sortasi dilaksanakan langsung setelah panen. Buah cabai

merah dipisahkan antara yang baik dan yang buruk bersamaan

dengan panen. Buah cabai merah yang buruk dan tidak layak jual

langsung dibuang. Proses grading biasanya dilaksanakan di bandar

tempat dikumpulkannya hasil panen dari petani maupun BALITSA.

Proses grading ini sendiri dilakukan dengan membagi cabai merah

menjadi tiga grade yaitu grade A , B, dan C.

b) Penyimpanan

Penyimpanan cabai merah di BALITSA tidak pernah

dilakukan. Sesaat setelah panen cabai langsung dikemas dan di jual.

Hal ini dilakukan karena cabai merah dijual dalam keadaan segar

sehingga tidak tahan lama, mudah rusak, dan mudah busuk,.

c) Pengepakan / Packaging

Pengepakan yang dilakukan untuk produk cabai merah adalah

dengan menggunakan plastik besar dan transparan. Satu plastik dapat

memuat cabai merah sebanyak ± 25 kg – 30 kg. Sedangkan untuk

Bandar yang menerima cabai dari BALITSA biasanya melakukan

pengepakan dengan cara yang berbeda sesuai dengan pemesanan.

Kemasan dibagi menjadi beberapa jenis seperti untuk yang curah

menggunakan kantong plastik besar yang isinya ± 25 kg – 30 kg,

untuk di supermarket biasanya menggunakan sterofoam dengan

ukuran antara 100 gram dan 250 gram.

d) Transportasi/Pengangkutan

Pengangkutan hasil pemanenan cabai merah di BALITSA

kepada Bandar dengan menggunakan motor maupun mobil pick up

yang nantinya disalurkan ke pasar induk, supermarket, maupun di

ekspor.