Laporan magang
-
Upload
dhesy-galuh-r -
Category
Documents
-
view
1.004 -
download
62
Transcript of Laporan magang
TUGAS KEWIRAUSAHAAN
MAGANG
BAKSO PRESIDENT KHAS MALANG
Disusun oleh:
Dhesy Galuh Ratnawati (0810920002)
Findia Rumhaini (0810923010)
Alvi Hafsah Nurfirahma (0810923034)
Vonny Siranda (0810923082)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakso merupakan salah satu makanan yang merakyat atau dengan kata lain dapat
dinikmati oleh kalangan bawah sampai kalangan menengah ke atas. Bakso sendiri sebenarnya
makanan yang berasal dari China, namun bakso yang berasal dari China mengandung daging
babi sesuai namanya yaitu bak, yang berarti daging babi. Oleh karena itu di Indonesia daging
babi diganti dengan daging sapi namun tetap menggunakan kata bakso sebagai nama
makanannya. Oleh karena itu, dengan modifikasi tersebut bakso dijual secara merakyat di
Indonesia.
Bakso merupakan salah satu makanan khas kota Malang. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya minat masyarakat untuk mengkosumsi bakso kota Malang. Bahkan masyarakat dari
luar kota Malang kadang sengaja datang ke kota Malang hanya untuk sekedar mencicipi
makanan khas Kota Malang tersebut. Salah satu wirausahawan yang berwirausaha menjual
makanan bakso di kota Malang adalah H. Abdul Ghoni Sugito yang sering dipanggil Abah
Sugito. Beliau merupakan pendiri wirausaha makanan bakso terlama di kota Malang, yaitu
Bakso President Khas Malang. Abah Sugito terus menjual bakso dengan tetap menjaga
kualitas produksi bakso yang dihasilkannya sehingga rasa dan kualitas dari baksonya tetap
terjaga hingga sekarang. Bakso President ini dikenal oleh masyarakat dari mulut ke mulut
hingga sukses sampai saat ini. Kesuksesan ini pun juga diikuti oleh para wirausahawan lain,
sehingga membuat banyaknya wirausahawan menjual makanan bakso. Banyaknya penjual
bakso di Malang membuat kota Malang yang terkenal sebagai kota pelajar, juga terkenal
sebagai kota penghasil bakso yang enak.
Bakso President merupakan bakso tertua di Malang yang telah sukses sejak tahun 1983
sampai saat ini. Hal inilah yang membuat kami tertarik untuk magang di tempah Abah Sugito
tersebut. Dari magang di sana kami berharap dapat mengetahui bagaimana cara Abah Sugito
dapat memperoleh ide untuk berjualan bakso sampai sukses sekarang ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kegiatan magang kewirausahaan ini adalah:
1. Menambah wawasan mahasiswa dalam berwirausaha, secara langsung dari orang yang
berpengalaman dalam membangun suatu wirausaha.
2. Mengetahui cara untuk menentukan ide bisnis yang baik.
3. Mengetahui strategi pemasaran produk.
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bersosialisasi dengan orang lain.
5. Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk berwirausaha.
6. Mengetahui cara untuk meningkatan dan mempertahankan suatu usaha.
7. Mengetahui manajemen dari suatu usaha.
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang kewirausahaan ini bagi mahasiswa adalah:
1. Mahasiswa dapat tumbuh jiwa kewirausahaan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara untuk mempertahankan kualitas produk untuk menarik
minat pelanggan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui strategi untuk pemasaran produk.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara untuk meningkatkan dan mempertahankan usaha yang
telah berjalan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui suatu manajemen yang digunakan dalam suatu usaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha berarti
perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang
berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya serta memasarkannya (Trunodipo, 2009).
Bakso berasal dari kata berbahasa China yakni “bak” yang berarti daging babi dan “so”
yang berarti mie atau soup. Dalam perkembangannya, bakso dikenal luas di seluruh dunia
dengan nama dan cara penyajian yang beragam (Anonim, 2010), tapi kemudian di indonesia
sendiri daging babi itu dirubah menjadi daging sapi tapi tetap menggunakan kata Bak. Bakso
atau yang dikenal dengan meatball mempunyai nama dan cara penyajian yang berbeda beda
di setiap Negara (Shinobi, 2009).
Selain berbahan daging sapi, bakso juga dibuat dari daging ayam, udang, ikan, bahkan
cumi dan kepiting. Pengertian bakso di masyarakat saat ini adalah segala sesuatu terbuat dari
daging yang dibentuk bulat dengan berbagai ukuran. Variasi pun muncul dalam cara
menyajikan bakso. Dari bakso kuah, nasi goreng bakso, mi goreng dengan bakso (Hida,
2007).
Berbicara soal bakso, tidak semua pedagang bakso yang laris dengan pembeli. Hanya
penjual bakso yang mempunyai formulasi bakso yang bermutu saja yang akan lebih laris.
Tekstur bakso yang bermutu yang paling disukai adalah yang halus, kenyal, empuk, dan
kompak. Bakso yang halus jika di lidah tidak kasar, bakso yang kenyal jika ditekan dengan
jari akan kembali ke bentuk semula, bakso yang empuk jika digigit akan mudah pecah, dan
bakso yang kompak teksturnya terintegrasi antar semua komponen pembentuk bakso dan
tidak pecah-pecah (Rahman, 2009).
Bahan utama peembentuk bakso adalah daging yang dilumatkan dan dicampur dengan
bahan-bahan lain, lalu direbus. Secara umum, jenis dan takaran daging yang digunakan, bakso
dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu bakso daging, bakso urat, dan bakso aci.
Bakso daging terbuat dari dengan kandungan urat sedikit, sementara bakso urat terbuat dari
daging yang banyak mengandung urat atau jaringan ikat misalnya iga. Jika formula bakso
daging dan urat menggunakan tepung lebih sedikit dari jumlah daging, maka pada bakso aci
jumlah tepung lebih banyak dari jumlah daging yang digunakan. Ada satu tambahan bakso
lagi yaitu bakso telor, bakso yang terbuat dari telor yang dilumatkan dengan daging dan aci
(Rahman, 2009).
Bahan tambahan yang digunakan adalah bahan pengisi, garam, polifosfat, rempah dan
penyedap rasa serta es/ air es (Rahman, 2009).
1. Protein, merupakan komponen daging terpenting dalam pembuatan bakso yang berfungsi
sebagai pengikat hancuran daging selama pemasakan, dan mengelmusi lemak sehingga
produk menjadi empuk, kompak, dan kenyal.
2. Pati, merupakan bahan pengisi yang umum dipakai dalam pembuatan bakso. Pati yang
umum digunakan adalah tapioka, dan pati aren.
3. Garam dapur (NaCl) berfungsi sebagai pelarut protein dan meningkatkan daya ikat air
protein daging.
4. Monosodium glutamat (MSG) bersama-sama dengan garam dapur berfungsi sebagai
pemberi rasa.
5. Sodium Tripolifosfat (STPP), berfungsi mencegah terjadinya permukaan kasar dan
rekahan pada bakso.
6. Air berfungsi untuk melarutkan garam dan mendispersikannya secara merata keseluruh
bagian masa daging, memudahkan ekstraksi protein dan membantu pembentukan emulsi.
Penambahan air pada adonan bakso diberikan dalam bentuk es batu atau air es, supaya
suhu adonan dalam pendinginan tetap rendah sehingga tidak terjadi kontaminasi mikroba.
Prinsip pembuatan bakso adalah penghancuran daging dan pencampuran dengan bahan-
bahan tambahan membentuk adonan daging, dicetak, dan dimasak. Tujuan penghancuran
daging adalah untuk mencegah serabut daging, sehingga protein larut garam lebih mudah
terekstrak. Penghancuran daging dapat dilakukan dengan cara mencacah, menggiling, atau
mencincang sampai lumat. Alat yang biasa digunakan antara lain pisau, alat pencincang
(chopper) atau penggiling (grinder) (Rahman, 2009).
Untuk mendapatkan hasil terbaik, penambahan NaCl dan fosfat dilakukan di awal
penghancuran daging, sementara bumbu ditambahkan terakhir. Tujuannya untuk
mengoptimalkan jumlah protein miofibril yang terekstrak dan mengembang shingga daya ikat
air dan daya emulsi optimal. Pemasakan dilakukan dua tahap, hal ini dimaksudkan agar bakso
yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat. Pada
tahap pertama, bakso dipanaskan dalam air hangat (suhu sekitar 60-800C) sampai bakso
mengeras dan mengambang dipermukaan air. Pada pemasakan selanjutnya, bakso direbus
sampai matang di dalam air mendidih, biasanya sekitar 10 menit (Rahman, 2009).
Berikut ini adalah proses pembuatan bakso secara detail (Tarwiyah, 2010):
A. BAHAN
1. Daging. Segala jenis daging dapat dijadikan baso. Daging harus segar, semakin segar
semakin baik. Daging segar yang baru keluar dari rumah potong paling baik digunakan.
Daging yang akan dijadikan bakso lebih baik dibekukan secara cepat sebelum digiling.
Daging beku akan memberikan rasa dan aroma bakso yang lebih gurih.
2. Tapioka
3. Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan bumbu. Akan tetapi biasanya
pengusaha bakso menggunakan bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.
4. Telur. Telur digunakan agar adonan lebih halus, dan rasanya lebih enak. Walaupun
demikian, telur tidak selalu digunakan dalam pembuatan bakso. Telur ayam, itik dan
puyuh dapat digunakan.
5. Sodium tripolifosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai pengemulsi sehingga dihasilkan
adonan yang lebih rata (homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan tekstur
bakso yang lebih baik.
B. PERALATAN
1. Penggiling dan Pencampur. Alat ini terdiri dari bagian penggiling bakso berupa extruder
dan pencampur adonan. Pencampur adonan berupa piring baja yang dilengkapi pengaduk
sentrifugal yang dipasang mendatar. Pengaduk tersebut berputar dengan kecepatan tinggi
sehingga bahan-bahan yang tidak liat dan tidak keras akan dihancurkan.
2. Ketel Perebus. Alat ini digunakan untuk merebus bakso mentah menjadi matang.
Pengusaha bakso biasanya menggunakan panci sebagai ketel perebus.
C. CARA PEMBUATAN
1. Pembekuan Daging dan Penggiling Daging
Daging dibekukan secara cepat. Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur daging.
Proses ini tidak harus dilakukan. Daging segar bisa langsung digiling tanpa pembekuan
terlebih dahulu.
Tabel 1. Komposisi Bahan-Bahan Penyusun Bakso
2. Penyusunan Bahan Bakso
Komposisi bahan penyusun bakso tergantung kepada rasa bakso yang diinginkan.
Semakin banyak kandungan ikan, semakin enak rasa baksonya.
3. Pembuatan Adonan Bakso
Bubur daging diaduk dan lebih dihaluskan di dalam bagian alat pencampur adonan.
Setelah bubur ikan benar-benar rata dan halus ditambah bumbu, sodium tripolifosfat, dan
tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan kecepatan tinggi. Selama
pengadukan, ditambahkan butiran atau bongkahan es. Pengadukan dianggap selesai jika
terbentuk adonan yang rata, halus dan dapat dibulatkan bila diremas dengan tangan,
kemudian dikeluarkan melalui lubang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari.
4. Pembuatan Bulatan Bakso Mentah dan Perebusan
Adonan diremas-remas dengan telapak tangan, kemudian dibuat bulatan dengan
meremas-remas adonan, kemudian dikeluarkan melalui lubang yang dibentuk oleh
telunjuk dan ibu jari. Setelah itu dengan bantuan ujung sendok terbalik, bulatan adonan
secara cepat dimasukkan ke dalam air mendidih. Bila sudah matang, bakso akan
mengapung. Bakso ini dibiarkan mengapung selama 5 menit, kemudian diangkat untuk
ditiriskan. Hasil yang diperoleh disebut bakso daging.
5. Penyimpanan
Bakso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar dapat tahan lama, bakso harus
disimpan di dalam ruang pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat. Suhu
freezer hendaknya di bawah –180C.
6. Pembuatan Kuah Bakso
Kuah bakso merupakan kaldu daging yang dibumbui untuk memakan bakso. Kebanyakan
kuah bakso berupa kaldu yang sangat encer karena sangat sedikit menggunakan daging.
Kuah bakso seperti ini biasanya ditambah monosodium glutamat (MSG) dalam jumlah
tinggi (sampai 2% atau 20 gram per liter kuah). Agar kuah bakso terasa enak, daging
digunakan untuk membuat bakso sekurang-kurangnya 10% dari jumlah kuah bakso yang
dihasilkan. Kuah bakso seperti itu tidak perlu ditambah MSG.
a) Bahan
Air (4 liter)
Daging cincang kasar (300 gram)
Tulang cincang kasar (250 gram)
Bawang putih digiling halus (150 gram)
Bawang merah digiling halus (150 gram)
Merica halus (25 gram)
Seledri segar (5 tangkai)
Pala cacahan kasar (10 gram)
Kapulaga/ gardamungu (4 buah)
Garam (secukupnya)
b) Cara Pengolahan
Daging cincang dan tulang direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.
Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah digiling halus di tumis dengan
sedikit minyak sampai harum.
Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam rebusan daging dan tulang
yang mendidih. Sepuluh menit kemudian ditambahkan irisan seledri, dan kuah
bakso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian diangkat. Hasil yang diperoleh
adalah kuah bakso yang enak dan gurih tanpa bahan kimia tambahan.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Lokasi Magang dan Waktu Kegiatan
Lokasi magang kewirausahaan yang kami lakukan adalah di Pusat Bakso President
Khas Malang yang terletak di Jalan Batanghari No. 5, Malang - Jawa Timur. Waktu
pelaksanaan magang kewirausahaan ini adalah 2 kali yaitu pada tanggal 29 April 2011 dan 6
Mei 2011.
3.2 Metode dan Tahapan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan magang kewirausahaan ini ada dua tahap, yaitu
melakukan survey lokasi magang dan menyerahkan surat pengantar magang dari jurusan,
kemudian melakukan peninjauan lokasi pemasaran dan produksi serta wawancara secara
langsung dengan pemilik Pusat Bakso Presiden.
Hari/ tanggal Kegiatan
Jumat, 29 April 2011 - Survey lokasi magang
- Menyerahkan surat pengantar magang dari jurusan
Jumat, 6 Mei 2011 - Peninjauan lokasi pemasaran
- Melihat proses penyajian dan penjualan produk
- Wawancara dan diskusi tentang pelaksanaan bisnis Bakso
Presiden
3.3 Evaluasi Kegiatan
Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan adalah:
1. Dapat mengetahui tentang bagaimana menumbuhkan ide dan perencanaan awal untuk
mendirikan suatu usaha
2. Dapat mengetahui bagaimana metode pemasaran produk yang tepat
3. Dapat mengetahui bagaimana strategi dalam pemilihan bahan baku untuk tetap menjaga
kualitas produk agar dapat mempertahankan pelanggan
4. Dapat mengetahui bagaimana melakukan manajemen wirausaha yang baik
5. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan usaha ini dan dapat mempelajari bagaimana
mengatasi masalah – masalah yang dialami selama menjalankan suatu usaha
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Berdirinya Bakso Presiden
Awal mula berdirinya bakso ini bermula dari bakso keliling pada tahun 1977 yang
dijalankan oleh H. Abdul Ghoni Sugito, pendiri dan pemilik Bakso President. Pada tahun
1980, beliau sudah memiliki 15 gerobak keliling. Usahanya semakin maju dan akhirnya
dimulailah untuk berjualan menetap. Awalnya dengan warung tenda di Pasar Senggol (Pasar
Burung sekarang) pada tahun 1983. Kemudian karena lokasi itu terkena proyek bangunan,
lokasi berjualan diputuskan pindah ke tempat lain, dengan pertimbangan mencari lokasi yang
ramai pengunjungnya maka dipilihlah berjualan di belakang Bioskop President (Mitra 2
Departement Store sekarang). Untuk mempermudah pelanggan mengingat nama warung
bakso itu, nama Bioskop President pun dipakainya. Hingga ketika Bioskop President dialih
fungsi menjadi Mitra 2 Department Store pada 1990, nama President tetap digunakan sebagai
merek bakso yang makin ternama ini.
Keinginan H. Abah Ghoni Sugito untuk maju dan berkembang tidak berhenti ketika
warungnya telah berjalan, dengan tekun dan teliti beliau tak pernah lelah untuk melakukan
inovasi produk bakso buatannya, bahkan untuk menciptakan satu varian bakso saja, beliau
memerlukan waktu hingga 1 minggu untuk melakukan eksperimen hingga dihasilkan varian
yang dapat diterima oleh konsumen, sampai pada akhirnya tercipta berbagai variasi produk
hingga saat ini. Sebenarnya bakso Malang asli hanya terdiri dari 4 jenis produk, yaitu baso,
tahu, siomay basah dan kering. Oleh karena inovasi H. Abdul Ghoni Sugito itulah Kota
Malang pun makin terkenal sebagai pusat bakso di Indonesia. Hingga pedagang bakso lain
yang mengikuti dan meniru variasi bakso ciptaannya menjuluki ‘President’ sebagai BAKSO
PELOPOR. Oleh sebab itu, mungkin tidaklah terlalu muluk apabila H. Abdul Ghoni Sugito
pun memakai motto “PELOPOR BAKSO MALANG ASLI FULL VARIASI”.
Varian produk yang dibuat di bakso President ini tidak semuanya dapat ditemui di
restoran bakso lain, karena memang tak semua pedagang mampu meniru produk yang bakso
President miliki. Kalaupun ada yang coba membuat varian sama, maka dapat dipastikan
bahwa rasa varian Bakso President tetap yang terbaik dan memiliki ciri khas tersendiri dan
harga dari beberapa menu di bakso presiden ini sangat terjangkau.
Pada tahap selanjutnya, H. Abdul Ghoni Sugito tak mau kecolongan terhadap merek
ternama yang dimilikinya. Pada 1994 hak merek atas Bakso President pun didaftarkannya
secara resmi di Dirjen HAKI dan dengan niat untuk mewujudkan impian beliau memiliki
cabang usaha di seluruh Indonesia, beliau juga melakukan legalisasi terhadap usaha yang
dimilikinya dalam sebuah perseroan.
4.2 Ide dan Rencana Bisnis
Ide berjualan bakso oleh Abah Sugito ini muncul dari keberaniannya untuk mencoba.
Ide berjualan bakso ini ia temukan dari pengalamannya menjual bakso orang secara
berkeliling pada tahun 1977. Pada tahun 1979 Abah Sugito memulai peruntungannya dengan
mencoba berjualan bakso buatannya sendiri dengan cara berkeliling. Melihat minat pembeli
yang cukup besar dan peluangnya untuk membuka usaha yang lebih besar maka muncul ide
untuk berjualan Bakso secara mandiri dan menetap di suatu tempat, yaitu di Pasar Senggol.
Namun kegagalan itu tidak menyurutkan niat Abah Sugito untuk berjualan Bakso. Ia pun
akhirnya memulai usahanya yang kedua untuk berjualan Bakso, yaitu di belakang Bioskop
President pada tahun 1983 yang diberi nama Bakso President, sama seperti nama bioskop di
belakangnya. Abah sugito berani untuk mengambil ide berjualan bakso ini dengan alasan
ujarnya, “semuanya ya berasal dari berani mencoba, pokoknya berani mencoba ya lama-lama
bisa berhasil”.
Melihat minat konsumen yang semakin tinggi, maka Abah Sugito berencana
memperluas usahanya dengan cara membuka suatu usaha yang menetap untuk mempermudah
konsumen mengetahuinya. Ia membuka usahanya yang pertama di Jalan Batanghari No. 5
dengan memperkerjakan beberapa karyawan. Namun dengan semakin bertambahnya
konsumen yang berminat menikmati baksonya maka ia berniat memperluas usahanya dengan
membuka cabang. Sampai saat ini cabang yang masih berdiri ada empat cabang di kota
Malang, yaitu di Jalan Batanghari No. 5 sebagai pusat produksi, di Pandean, di Pulosari, dan
di depan Mitra I (Foodcourt Toko Buku Siswa) . Dengan menambah karyawan di tiga cabang
yang lain 3-4 orang untuk cabang yang ramai dan 2-3 orang untuk cabang yang agak sepi.
Menurut Abah Sugito sampai saat ini karyawan yang dimilikinya antara 20 sampai 25 orang
dengan pembagian kerjanya dengan sistem part time.
Abah Sugito juga sempat memperluas usahanya di luar kota, seperti kota Palembang
namun cabang di Palembang tersebut tidak sebaik di Kota Malang karena kecenderungan kota
Palembang terkenal dengan makanannya yang berupa “pempek” sehingga wisatawan
domestik dan mancanegara pun lebih cenderung mencari pempek sebagai buah tangan
daripada bakso dan ia pun kemudian memutuskan untuk menutup usahanya yang di
Palembang tersebut dengan mengembangkan cabangnya yang ada di Malang.
Pusat Bakso Presiden yang ada di jalan Batanghari merupakan awal dari usaha Abah
Sugito. Untuk mengenalkan usahanya tersebut ia menempelkan pamflet ke tempat-tempat
yang ramai seperti pasar dan bioskop serta tempai ramai lainnya. Selain itu untuk
mempertahankan usahanya tersebut tak lupa Abah Sugito tetap menjaga kualitas dari bakso
yang diproduksinya sehingga dengan kualitasnya yang baik maka ia dapat memanfaatkan cara
pemasaran yang tidak langsung, yaitu dari mulut ke mulut konsumen yang satu dengan yang
lainnya.
Selain dengan membuka cabang, sebelumnya Abah Sugito sempat melakukan
pemasaran terhadap baksonya dengan cara berkeliling. Namun cara tersebut dianggap kurang
efisien bagi Abah Sugito dan cenderung menimbulkan kerugian bagi dirinya karena
kemungkinan barang dagangannya berupa bakso belum tentu habis semua. Untuk
meningkatkan usahanya ia juga melakukan sejumlah eksperimen untuk membuat menu-menu
baru untuk menarik minat konsumennya. Dengan menu yang baru dibanding pesaingnya yang
lain. Abah Sugito berharap agar usahanya semakin berkembang pesat dibanding pedagang
bakso yang lain.
4.3 Sistem Produksi
Sistem produksi bakso Presiden ini diawali dari pembelian bahan hingga pengolahan
bahan menjadi produk jadi, dimana bahan utama dari pembuatan bakso ini adalah daging sapi
yang memang perlu pemilihan yang tepat agar dihasilkan produk bakso yang nikmat. Jika
daging yang digunakan terlalu tua, maka akan didapatkan produk yang banyak tapi produk
baksonya menjadi keras. Namun, jika daging yang digunakan terlalu muda, maka akan
didapatkan produk yang sedikit tapi produk baksonya lebih lunak. Oleh karena itulah,
pembelian bahan baku ini dilakukan sendiri oleh Abah Sugito dengan mendatangi secara
langsung tempat penjualannya setiap pagi pada pukul 04.00 di pasar untuk dapat tetap
menjaga kualitas dari produknya. Namun, bahan baku ini harus dipilih yang benar – benar
tepat agar dihasilkan produk yang enak sehingga penjual bahan baku yang merupakan tukang
jagal ini tidak menetap, karena kualitas bahan yang diberikan tidak pernah tetap, sehingga
Abah Sugito harus berpindah – pindah penjual agar kualitas produknya tetap terjaga.
Bahan baku yang diperlukan untuk produksi bakso setiap harinya tidak tentu. Pada hari-
hari biasa jumlah daging sapi yang diperlukan biasanya sebanyak 30 kg, tapi pada malam
minggu dan pada hari libur biasanya diperlukan daging sapi yang lebih banyak yaitu sebanyak
50 kg. Pengolahan bahan ini hingga menjadi produk jadi dilakukan oleh sekitar 20 – 25
pekerja yang tugasnya dibagi secara part time. Para pekerja ini bekerja baik dalam proses
produksinya maupun dalam proses penjualannya. Pengolahan bahan dilakukan di suatu
tempat yang berdekatan dengan tempat penjualannya, sehingga lebih mudah dalam
mendistribusikan produk yang telah jadi. Proses pengolahan bahan baku ini tidak lagi
dilakukan secara manual oleh tangan manusia, tapi juga dibantu dengan mesin sehingga
proses produksinya menjadi lebih cepat dan efisien. Mesin yang dipergunakan dalam proses
produksinya ada tiga jenis, yaitu mesin untuk memotong bahan – bahan, untuk menggiling
daging dan mencampur bahan – bahan yang lain serta mesin untuk mencetak bakso menjadi
bentuk bulat dengan ukuran yang sama. Mesin – mesin ini baru bisa dimiliki oleh Abah
Sugito setelah menjalankan usaha ini selama beberapa tahun. Salah satu mesin yang
dimilikinya yaitu mesin untuk mencetak bakso menjadi bentuk bulat dengan ukuran yang
sama, yang diperolehnya dari Taiwan, dimana beliau dapat membeli mesin tersebut bekerja
sama dengan pemilik Rumah Makan Kaliurang.
Produk yang telah jadi kemudian didistribusikan keempat cabang Bakso Presiden yang
ada di Malang pada pagi hari. Produk tersebut kemudian akan dijual mulai pagi hari hingga
malam hari. Jika ada produk yang tidak habis maka akan disimpan di dalam freezer,
kemudian akan dipanaskan lagi pada keesokan harinya dan dijual lebih dulu. Namun untuk
kuah baksonya dimasak setiap hari dan tidak pernah disimpan untuk keesokan harinya, karena
rasanya akan berubah menjadi asam.
Berikut ini adalah produk bakso yang disajikan di Bakso Presiden:
Menu Harga
Bakso Kecil Rp 1.500,-
Bakso Tulang Muda Rp 1.500,-
Bakso Besar Rp 3.500,-
Bakso Telur Ayam Rp 5.500,-
Bakso Telur Puyuh Rp 3.500,-
Bakso Goreng Udang Rp 1.500,-
Siomay Basah Rp 1.500,-
Siomay Goreng Rp 1.500,-
Goreng Panjang Rp 1.500,-
Rempelo Ati Rp 3.500,-
Jerohan Rp 1.500,-
Tahu Rp 1.500,-
Mie Rp 1.000,-
Lontong Rp 1.000,-
Bakso Saja Rp 7.500,-
Bakso Urat Rp 7.500,-
Campur Biasa Rp 9.000,-
Campur Hemat Rp 6.000,-
Campur Jerohan Rp 10.500,-
Campur Super Rp 12.500,-
Campur Komplit Rp 14.000,-
Campur Spesial Rp 17.500,-
Teh Panas Rp 2.000,-
Jeruk Panas Rp 3.000,-
Kopi Rp 2.500,-
Soft Drink Botol Rp 5.000,-
Es Dawet Rp 3.000,-
Es Campur/ Buah Rp 5.000,-
Es Soda Gembira Rp 5.000,-
Juice Rp 6.000,-
Es Teh Rp 3.000,-
Es Jeruk Rp 4.000,-
4.4 Sistem dan Strategi Pemasaran
Pada awal mula berdirinya, pemasaran Bakso Presiden ini dilakukan secara berkeliling
dengan menggunakan gerobak dan juga tidak langsung dikenal oleh banyak orang tapi
bertahap melalui pelanggan dari mulut ke mulut. Selain itu proses pengenalan bakso presiden
ini mulai dilakukan kembali melalui pembagian selebaran atau brosur kepada setiap
pelanggan, dan menempelkan pamflet di tempat umum yang banyak dikunjungi orang seperti
pasar maupun bioskop. Pada akhirnya sekitar tahun 1983 sudah dapat membangun tempat
yang telah menetap, yang telah berkembang hingga saat ini. Selain itu proses pengenalan
bakso presiden ini mulai dilakukan kembali melalui pembagian selebaran atau brosur kepada
setiap pelanggan, dan menempelkan pamflet di tempat umum yang banyak dikunjungi orang
seperti pasar maupun bioskop. Sistem pemasaran Bakso Presiden ini tidak hanya dilakukan
dengan melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen, tapi juga melayani
pembelian khusus untuk acara-acara keluarga seperti ulang tahun, pernikahan, dan lain-lain.
Pesanan tidak dibatasi jumlahnya karena pasti akan diantar langsung ke tempat. Sewaktu
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Malang, Bakso President juga menjadi
menu khusus yang dipesan dan disajikan untuk rombongan presiden.
Ketika usaha yang telah dijalankan secara berlanjut-lanjut mulai berhasil dan sukses,
beliau mulai mengenmbangkan usahanya dengan membuka beberapa cabang yang tersebar di
dalam maupun di luar kota yaitu di Palembang dan Jakarta. Tetapi karena adanya faktor
kepercayaan konsumen yang berada di luar kota mulai menurun dan lebih memilih untuk
mengunjungi tempat asli yang berada di malang, maka cabang yang berada di luar kota
malang tersebut mulai di tutup.
4.5 Manajemen Wirausaha dan Keuangan
Abah Sugito adalah salah seorang yang berasal dari Gunung Kawi yang jauh-jauh ke
kota dengan bermodal “dengkul” berniat untuk mencari pekerjaan. Pada awalnya ia bekerja
kepada seorang penjual bakso keliling pada tahun 1977, dari hasil kerjanya tersebut lantas ia
membuka usahanya sendiri yang lama kelamaan berkembang menjadi usaha dengan empat
cabang.
Pada awal sebelum membuka cabang di beberapa tempat, Abah Sugito sempat
memperkerjakan karyawannya untuk berjualan berkeliling dengan memberikan 20% hasil
penjualan terhadap karyawannya tersebut. Namun cara penjualan bakso ini dirasa kurang
menguntungkan bagi Abah Sugito. Karena kemungkinan bakso yang dikelilingkan
karyawannya tidak selalu 100% habis. Sehingga sisa dari bakso yang tak terjual harus dijual
lagi keesokan harinya. Hal ini kemungkinan dapat menurunkan kualitas dari bakso yang
diproduksinya. Sehingga ia memutuskan membuka cabang yang menetap di suatu tempat
tertentu.
Pengelolaan cabang sendiri dilakukan oleh beberapa karyawan dan anaknya sendiri.
Untuk cabang yang tingkat konsumennya banyak dipekerjakan 3-4 orang dan untuk cabang
yang agak sepi dipekerjakan 2-3 orang. Untuk menjaga keberlangsungan usahanya di cabang-
cabang yang ada maka digunakan sistem kontrol untuk menjaga kualitas tiap cabangnya yang
meliputi kualitas pelayanan dan kebersihan tempat. Sedangkan untuk keuangannya, yaitu
hasil penjualan langsung dipusatkan di pusatnya di Jalan Batanghari. Karena sebagian besar
karyawan menginap di tempat yang telah disediakan oleh Abah Sugito sendiri. Sehingga hasil
penjualan langsung disetorkan ke pusat dan dikelola langsung oleh pimpinan yang ada di
pusat yang sekarang ini adalah salah seorang dari anak Abah Sugito sendiri.
Usaha penjualan bakso ini tidak setiap hari memiliki keuntungan yang sama. Menurut
Abah Sugito penjualan baksonya biasanya meningkat pada hari jumat, sabtu, dan minggu.
Khusunya pada hari sabtu, malam minggu penjualan bakso cukup tinggi sehingga ia harus
memproduksi lebih banyak dari hari yang biasanya. Dari hasil penjualan Abah Sugito
mengeruk keuntungan kotor kira-kira 25% dari modal. Keuntungan berjualan bakso ini tidak
bisa banyak menurut Abah Sugito, ”kalau untungnya berjualan bakso sendiri memang tidak
bisa banyak, karena kan harus menjaga kualitas juga. “Ya selama ini untungnya yang banyak
dari minumannya”, kata Abah Sugito. Dari minuman sendiri Abah Sugito dapat memperoleh
keuntungan sampai 100%.
Namun dibalik kesuksesannya ini, ternyata juga terdapat banyak kendala selama
menjalankan usaha ini. Beberapa diantaranya adalah sulitnya untuk dapat mengambil
keuntungan dari berjualan bakso ini, karena Abah Sugito ingin tetap menjaga kualitas
produknya sehingga bahan bakunya pun juga dipilih yang terbaik yang secara otomatis juga
harganya mahal, sehingga Abah Sugito pun tidak dapat mengambil keuntungan yang terlalu
besar. Selain itu juga pusat penjualan Bakso Presiden ini yang memiliki lahan parkir yang
kurang, padahal seharusnya untuk usaha yang sudah sangat maju seperti Bakso Presiden ini
dapat menyediakan fasilitas – fasilitas yang lebih memadai untuk melayani konsumen.
Bahkan menurut Abah Sugito, suatu hari pernah ada rombongan dari Bogor yang datang
dengan menggunakan 4 bus, yang tentunya tidak akan cukup jika harus ditemmpatkan di
pusat Bakso Presides, akhirnya Abah Sugito pun harus membawa konsumennya tersebut ke
warung cabang yang ada di Pulosari karena tempat parkir yang lebih luas. Disamping itu juga,
pada saat hari Jumat, Sabtu dan Minggu dimana hari – hari ini adalah hari yang ramai
pengunjung, karyawannya sering kewalahan karena keterbatasan jumlah karyawan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang yang telah dilakukan di Pusat Bakso Presiden Khas Malang
banyak hal yang telah didapatkan oleh mahasiswa, diantaranya adalah menambah wawasan
mahasiswa dalam berwirausaha, menumbuhkan ide dan perencanaan bisnis yang baik,
mengetahui strategi pemasaran produk untuk menarik konsumen, mengetahui manajemen dari
suatu usaha serta meningkatkan motivasi mahasiswa untuk melakukan wirausaha.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan untuk kegiatan magang kewirausahaan ini yaitu nantinya
diharapkan mahasiswa lebih tepat dalam memilih tempat untuk praktek magang, agar
diperoleh banyak ilmu kewirausahaan dari orang yang telah berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, SEJARAH BAKSO, http://matanews.com/2010/03/08/sejarah-bakso-
ditelusuri/, diakses pada tanggal 7 Mei 2011
Hida, 2007, BAKSO, http://qwalikoelo.blogspot.com/2007/11/bakso.html/, diakses pada
tanggal 7 Mei 2011
Rahman, 2009, BAKSO, http://arrahmanholic.multiply.com/journal/item/6/BAKSO, diakses
pada tanggal 7 Mei 2011
Shinobi, 2009, BAKSO, http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=59102&page=1,
diakses pada tanggal 7 Mei 2011
Tarwiyah, 2010,BAKSO, http://www.ristek.go.id, diakses pada tanggal 7 Mei 2011
Trunodipo, T. W., 2009, PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN, http://teddywirawan.
wordpress.com/2009/08/04/pengertian-kewirausahaan/, diakses pada tanggal 7 Mei
2011
LAMPIRAN
Gambar 1. Semangkok Bakso Presiden
Gambar 2. H. Abdul Ghoni Sugito, Pemilik Bakso Presiden
Gambar 3. Bersama dengan Pemilik Bakso Presiden
Gambar 4. Produk Varian Bakso Presiden
Gambar 5. Tempat Bakso
Gambar 5. Menu yang Disajikan
Gambar 6. Suasana di Dalam Ruangan Warung Bakso Presiden
Gambar 7. Penghargaan Festival Bakso Kategori Bakso Terlama di Universitas
Barwijaya
Gambar 8. Sertifikat Halal Oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Jawa Timur
Gambar 9. Piagam Penghargaan MURI Atas Rekor Pemrakarsa dan Penyelenggara
Pembuatan Bakso Bakar Terbanyak