Laporan KKN

32
LAPORAN KKN PAR 2008 Begaganlimo, 29 Juli 28 Agustus 2008 1 http://my.opera.com/begaganlimo BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa adalah agent of change; pembawa misi perubahan. Berbekal keilmuan yang didapatkan di almamaternya, peranan mahasiswa terhadap perubahan minus ke plus, negatif ke positif, bawah ke atas, cukup signifikan dibanding peranan pihak-pihak yang tidak bermodal keilmuan (baca: berstrata pendidikan tinggi). Hal ini dapat dimaklumi karena sudah merupakan kewajaran jika jenis perubahan sebagaimana tersebut di muka, akan lebih mudah terealisasi oleh gerakan ―tangan- tangan yang berpengetahuan‖. Maka mahasiswa—setidaknya adalah bagian besar dari ―tangan- tangan yang berpengetahuan‖ tersebut. Asumsi bahwa mahasiswa adalah ―yang berpengetahuan‖ sehingga menjadi pihak yang turut bertanggung jawab terhadap perubahan, diperkuat oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Terkhusus untuk mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, keberadaan Tri Dharma Perguruan Tinggi bertambah dengan adanya tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu: meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan keislaman dan ilmu-ilmu yang terkait berdasar standar nasional dan global; mengupayakan integrasi paradigma dan epistemologi ilmu umum-ilmu keislaman; mendidik mahasiswa menjadi warga masyarakat yang agamis; mengupayakan konseptualisasi ajaran dan pemikiran Islam agar dapat diaktualisasikan dalam kehidupan; mengembangkan penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan; meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pola pengabdian kepada masyarakat; dan mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih positif. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan-Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat menuntut mahasiswa untuk

Transcript of Laporan KKN

Page 1: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

1

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa adalah agent of change;

pembawa misi perubahan. Berbekal keilmuan yang didapatkan di

almamaternya, peranan mahasiswa terhadap perubahan minus ke plus, negatif

ke positif, bawah ke atas, cukup signifikan dibanding peranan pihak-pihak

yang tidak bermodal keilmuan (baca: berstrata pendidikan tinggi). Hal ini

dapat dimaklumi karena sudah merupakan kewajaran jika jenis perubahan

sebagaimana tersebut di muka, akan lebih mudah terealisasi oleh gerakan

―tangan-tangan yang berpengetahuan‖. Maka mahasiswa—setidaknya—

adalah bagian besar dari ―tangan-tangan yang berpengetahuan‖ tersebut.

Asumsi bahwa mahasiswa adalah ―yang berpengetahuan‖ sehingga

menjadi pihak yang turut bertanggung jawab terhadap perubahan, diperkuat

oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: Pendidikan-Pengajaran,

Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Terkhusus untuk mahasiswa

IAIN Sunan Ampel Surabaya, keberadaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

bertambah dengan adanya tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu:

meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas sebagai pusat pembudayaan

ilmu pengetahuan keislaman dan ilmu-ilmu yang terkait berdasar standar

nasional dan global; mengupayakan integrasi paradigma dan epistemologi

ilmu umum-ilmu keislaman; mendidik mahasiswa menjadi warga masyarakat

yang agamis; mengupayakan konseptualisasi ajaran dan pemikiran Islam agar

dapat diaktualisasikan dalam kehidupan; mengembangkan penelitian kualitatif

dan kuantitatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan; meningkatkan kualitas

hidup masyarakat melalui pola pengabdian kepada masyarakat; dan

mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai baru

yang lebih positif.

Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan-Pengajaran,

Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat menuntut mahasiswa untuk

Page 2: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

2

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

menguasai ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek tersebut telah terjabarkan oleh

tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya sehingga tercapainya misi-misi

tersebut, menjadi tugas mahasiswa untuk mewujudkannya. Beragam teori

terkait dengan misi-misi tersebut di muka, telah didapatkan oleh mahasiswa

sepanjang masa-masa kuliahnya. Sehingga menjadi tugas mahasiswa untuk

mempraktekkannya (mengaplikasikannya). Artinya, mahasiswa sebagai

―orang dalamnya‖ perguruan tinggi berkewajiban untuk menjadi motor

perubahan di berbagai bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,

kesehatan, agama, dan sebagainya. Dengan menjadi motor perubahan, maka

tertunaikanlah Tri Dharma yang ketiga yaitu Pengabdian kepada masyarakat.

Maka sebagai media awal untuk memenuhi tanggung jawab

mahasiswa dan untuk menunaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut,

perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabaya mencanangkan sebuah

program yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang notebene juga merupakan

penjabaran dari tujuh misi IAIN sebagaimana tersebut di muka.

Dalam program KKN yang merupakan perwujudan dari Tri Dharma

Perguruan Tinggi dan/atau penjabaran dari tujuh misi IAIN tersebut, selain

sebagai sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa juga belajar

bersama dengan masyarakat agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu

pengetahuan (baca: teori) yang telah didapatkan. Program KKN juga bisa

dijadikan semacam bentuk ujicoba keabsahan teori karena tidak bisa tidak,

seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pergeseran situasi dan kondisi yang

terjadi di masyarakat. Benturan antara teori dengan realitas—banyak atau pun

sedikit—pasti terjadi.sehingga perubahan yang diharapkan sulit bahkan tidak

terwujudkan.

Fakta ini membuat format KKN yang telah berjalan sebelumnya (KKN

Konvensional) layak untuk dikritisi karena dirasa belum mampu memberikan

kontribusi yang maksimal (masyarakat hanya menjadi objek/bersifat pasif)

serta belum mampu menjadikan mahasiswa memiliki kompetensi untuk

melakukan proses pengabdian kepada masyarakat secara lebih progresif.

Sehingga dimunculkan sebuah alternatif yaitu KKN Transformatif yang

Page 3: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

3

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

merupakan upaya memasukkan ide-ide Participatory Action Research (PAR).

Sedangkan PAR sendiri merupakan sebuah pendekatan yang terumuskan atas

dasar konsep Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan

Learning to Live Together. Berdasar konsep tersebut, Participatory Action

Research (PAR) secara berurutan tercirikan dengan tiga buah variabel utama

yaitu: research (riset), action (aksi), dan participatory (partisipasi).

Dengan ketiga ciri tersebut, dapat dipahami bahwa KKN Transformatif

dengan pendekatan PAR diawali oleh kegiatan riset (research), yaitu kegiatan

yang dirupakan dengan melakukan penelitian yang diikuti dengan pemahaman

yang detail dan mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi

di masyarakat. Setelah kegiatan riset mendapatkan hasil yang detail dan

pemahaman yang mendalam, kegiatan selanjutnya adalah aksi (action), yaitu

kegiatan yang dirupakan dengan melakukan pencarian solusi-solusi sekaligus

poin-poin bentuk programnya. Meski demikian, berdasarkan konsep yang

melandasi PAR, kedua kegiatan yang merupakan ciri PAR tersebut di muka

harus dilaksanakan secara partisipatif (participatory). Artinya, dalam

melakukan riset beserta pemahamannya maupun dalam berupaya

mendapatkan solusi beserta bentuk-bentuk pelaksanaannya, harus melibatkan

komponen utama yaitu masyarakat.

Uraian di depan menunjukkan bahwa KKN Transformatif dengan

pendekatan PAR memiliki peran yang signifikan: masyarakat tidak hanya

dijadikan sebagai obyek, tetapi juga menjadi subyek. Artinya, masyarakat dan

mahasiswa bekerjasama dan bersama-sama menjadi subyek perubahan dengan

mahasiswa berperan sebagai fasilitator, katalisator, animator, dan enabler dari

transformasi tersebut.

B. TUJUAN KKN TRANSFORMATIF (KKN-PAR)

Selain berpegangan pada Tri Darma Perguruan Tinggi, program KKN

Transformatif juga memiliki tujuan, umum dan khusus. Tujuan umumnya

adalah untuk meningkatkan kualitas peran IAIN Sunan Ampel dalam rangka

memberdayakan dan mengembangkan masyarakat melalui pendampingan

Page 4: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

4

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

untuk mewujudkan masyarakat transformatif menuju kehiduan masyarakat

kritis yang agamis, berkeadilan, mandiri, dan demokratis. Sedangkan tujuan

khusus KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya meliputi:

1. Meningkatkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial mahasiswa dan

civitas akademika terhadap kehidupan masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas intelektual mahasiswa dalam berbagai disiplin ilmu

sebagai bekal untuk memberdayaan masyarakat

3. Menjadikan mahasiswa mampu--dan mau--belajar bersama masyarakat

untuk memahami dan memecahkan maslah sehingga memperoleh

pengalaman dan pengetahuan dari kehidupan nyata di masyarakat.

4. Melatih kepekaan, empati, simpati, dan kepedulian sosial mahasiswa

terhadap beragam masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

5. Menjadikan mahasiswa memilki sikap tanggap aksi dalam menangani

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

6. Memperkuat integrasi mahasiswa dengan masyarakat melalui partisipasi

aktif bersama masyarakat dalam mengurai dan memecahkan masalah-

masalah bersama masyarakat.

7. Membekali mahasiswa dengan ragam metode dan teknik sebagai sarana

untuk menggali dan menggerakkan potensi yang ada di masyarakat.

8. Membentuk mahasiswa yang dinamis, konstruktif, dan reformatif yang

mampu mengadakan perubahan sosial melalui beragam improvisasi dan

inovasi terhadap pola-pola pemecahan problem sosial.

9. Mensinergikan potensi keilmuan yang diperoleh mahasiswa di kampus

dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam rangka pemecahan

problem sosial.

10. Mengubah paradigma pembinaan dan penyuluhan menjadi paradigma

partisipatori dan transformatif dalam pemberdayaan masyarakat.

C. SASARAN DAN TARGET KKN

KKN Transformatif dengan pendekatan PAR yang merupakan bentuk

KKN alternatif yang diterapkan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya ini

Page 5: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

5

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

bertempat di Desa Begaganlimo Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

Dengan tujuan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat

melalui tiga tahap: tahap research (penelitian), action (aksi) dan participatory.

Artinya bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR bukanlah sebuah

kegiatan yang insidental, sporadis, dan sektoral melainkan merupakan sebuah

upaya sistematis, terpadu, dan berkelanjutan. Sehingga segala program yang

nantinya dilaksanakan bersama masyarakat dapat tepat sasaran dan sesuai

dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahap selanjutnya, masyarakat

dapat membaca kondisinya sendiri jika suatu saat mengalami suatu masalah

tanpa meminta bantuan dari pihak luar sehingga masyarakat dapat hidup

mandiri dalam segala aspek kehidupannya.

D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan laporan KKN-PAR 2008 di Desa

Begaganlimo adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan KKN

C. Sasaran dan Target KKN

D. Sistematika Pembahasan

BAB II KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO

(HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS)

A. Sejarah Desa Begaganlimo

B. Gambaran Global Kondisi Geografis Desa Begaganlimo

C. Gambaran Sektoral Kondisi Demografis Desa Begaganlimo

a. Sektor Ekonomi

b. Sektor Pendidikan

c. Sektor Keagamaan

Page 6: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

6

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB III PROSESI PENERAPAN PARTICIPATORY ACTION

RESEARCH

A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI

1. Pengenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat

2. Inkulturasi dengan Masyarakat

3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya

4. Identifikasi Potensi

B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM/AKSI

1. Peningkatkan Kualitas Pengajar TPQ

2. Reformasi Ta’mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid

3. Pembentukan Majlis Dzikir

4. Pelatihan Qiraat Ibu-Ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin

5. Pelatihan Manajemen Koperasi

6. Pelatihan Komputer

BAB IV REFLEKSI (ANALISIS DAN TEORITISASI)

A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM

B. EVALUASI HASIL PROGRAM

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

B. KENDALA-KENDALA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

7

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB II

KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO

(HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS)

A. SEJARAH DESA BEGAGANLIMO

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Syamsi (Bayan),

Desa Begaganlimo bermula ketika anak buah Pangeran Diponegoro tiba di

hutan yang terletak di perbukitan di mana desa Begaganlimo saat ini berlokasi.

Mereka adalah anak buah Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri dari

kejaran Pasukan Kompeni Belanda pasca tertangkapnya Pangeran

Diponegoro. Jumlah pelarian ini adalah 5 orang dipimpin oleh Mbah Sarirejo.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selanjutnya

mereka membuka ladang di hutan tersebut. Ladang dalam bahasa Jawa

Tengah dibahasakan dengan Pegagan. Kemudian terucap dengan lidah Jawa

(Timur) menjadi Begagan. Berhubung yang babat alas adalah lima orang,

daerah tersebut kemudian dinamai Begaganlimo yang secara harfiahnya

berarti ladange wong limo (ladangnya lima orang).

Seiring dengan perjalanan waktu, karena faktor letak yang terlalu jauh

(di puncak bukit), maka penghuni Begaganlimo sepakat memindah lokasi desa

lebih ke bawah. Dengan demikian, sebenarnya Desa Begaganlimo merupakan

sebuah ―desa tua‖ yang menjadi ―muda‖ karena terjadi perpindahan lokasi.

Sebenarnya ada versi lain dari sejarah desa Begaganlimo, di antaranya

adalah adanya keterkaitan antara Troliman (nama salah satu dusun dari dua

dusun di desa Begaganlimo) dengan Trowulan. Seperti yang dituturkan oleh

Bapak Ponimin, dulu ada Pangeran dari Trowulan (mungkin Majapahit) yang

ingin mempersunting putri dari Ki Ageng Pengging yang ketika itu

berdomisili di Troliman. Namun, Ki Ageng Pengging tahu bahwa wujud ruh

nya Pangeran adalah Bajul (kura-kura). Sehingga Ki Ageng Pengging tidak

terima dan mengutuk Pangeran menjadi batu yang berwujud Bajul. Adapun

batu yang berwujud Bajul tersebut saat ini bisa ditemui di pinggiran hutan

Page 8: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

8

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

yang terletak di dusun Begagan berupa batu besar berbentuk kura-kura yang

oleh penduduk Desa Begaganlimo disebut dengan watu bajul, bahkan nama

watu bajul juga diresmikan menjadi nama sebuah gang di dusun Begagan.

Jika diteliti lebih mendalam, nampaknya cerita versi Bapak Syamsi lah

yang lebih mendekati kebenaran. Karena, rentang waktu antara zaman

Majapahit lebih jauh dibanding dengan zaman Pangeran Diponegoro.

Sehingga, ketersambungan antara Troliman dan Trowulan tidak lebih hanya

sekadar uthak-athik gathuk (dipaksakan kesesuaiannya) yaitu antara liman

(liman: lima, yang merupakan jumlah hari dalam penanggalan jawa) dengan

wulan (wulan: bulan).

Namun, keberadaan petilasan Majapahit yang berupa peralatan-

peralatan yang terbuat dari batu yang saat ini masih ada dan bisa ditemui di

dekat sumber air di tengah hutan membuat dua versi cerita di muka menjadi

lebih sulit dideteksi: versi mana yang benar. Sehingga sejarah desa

Begaganlimo sampai saat ini masih misterius. Artinya belum ada narasumber

yang bisa memberikan informasi yang akurat karena hampir sebagian besar

penduduk desa Begaganlimo sama sekali tidak mengetahui sejarah desa

mereka. Adapun yang mengetahui, informasi yang mereka berikan hanya

sepotong-sepotong dan hanya berkutat pada dua versi tersebut di depan.

B. GAMBARAN GLOBAL KONDISI GEOGRAFIS

Desa Begaganlimo yang ditentukan sebagai lokasi sasaran KKN-PAR

memiliki luas wilayah + 111 hektar. Secara geografis, Desa Begaganlimo

terletak di sekitar Pegunungan Anjasmoro. Di sebelah utara, desa

Begaganlimo bersebelahan dengan Desa Kalikatir; sebelah selatan dibatasi

oleh sungai dan Hutan PERHUTANI; sedangkan di sebelah barat dibatasi oleh

sungai dan Desa Ndilem; dan di sebelah timur berbatasan dengan hutan.

Sebagaimana umumnya daerah yang berlokasi di kaki gunung dan

dikelilingi oleh sungai, kondisi tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian

di desa Begaganlimo tergolong tanah yang sangat subur. Sehingga

memungkinkan penduduk untuk menanam berbagai macam jenis tanaman.

Page 9: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

9

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

Adapun lahan pertanian di desa Begaganlimo terbagi dalam tiga bentuk yaitu

sawah, hutan rakyat, dan tegalan (kebun).

Sesuai dengan luas wilayahnya yang terbilang sempit (apalagi jika

dibandingkan dengan desa Centong), lahan persawahan di desa ini pun

terbilang sedikit. Semakin menyempit setelah musibah banjir melanda pada

tahun 2003 yang mana mematikan fungsi sekitar 1/3 dari lahan persawahan

yang ada sebelumnya. Lahan persawahan di desa Begaganlimo tidak berada

pada satu lokasi melainkan terpisah-pisah. Ada yang terletak di pinggir hutan,

di atas tebing sungai, dan bahkan ada yang berada di pinggir jalan beraspal.

Sawah digunakan oleh penduduk untuk menanam padi serta sesekali diselingi

dengan jagung. Selain kedua jenis tanaman ini, belum pernah ada penduduk

yang mencoba menanam tanaman jenis lain di sawah.

Meski hanya memiliki lahan persawahan yang sempit, penduduk

Begaganlimo sedikit tertolong oleh adanya sistem pengamanan hutan mandiri

yang mana penduduk Begaganlimo yang menjadi anggota KMDH (Koperasi

Masyarakat Desa Hutan), selain berkewajiban menjaga kelestarian hutan juga

mendapat kompensasi yang kemudian biasa disebut dengan hutan rakyat, yaitu

penduduk berhak menanam tanaman apa pun di lahan hutan Perhutani.

Umumnya, hutan rakyat ini ditanami dengan tanaman pisang dan ketela.

Adapun tegalan (kebun) yang berada tidak jauh dari rumah-rumah penduduk,

mayoritas ditanami dengan tanaman durian.

Selain bidang pertanian, sebagian kecil penduduk desa Begaganlimo

juga menggeluti bidang peternakan yaitu peternakan kambing dan sapi. Usaha

di bidang ini terdukung oleh berlimpahnya pakan ternak yang berupa rumput

dan daun-daun dari jenis tanaman tertentu. Sehingga pola beternak mereka

adalah pola peternakan tradisional. Tidak banyaknya penduduk yang

menggeluti bidang peternakan lebih disebabkan oleh faktor tidak adanya

modal untuk membeli hewan ternak. Selain itu, penduduk juga merasa bahwa

waktu dan tenaga mereka cukup banyak tersita untuk bergelut di bidang

pertanian.

Page 10: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

10

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

Di bidang pendidikan, Desa Begaganlimo termasuk daerah tertinggal.

Hal ini ditandai dengan tidak adanya lembaga pendidikan tingkat dasar di desa

tersebut. Sehingga anak-anak yang berusia ―wajib belajar‖ terpaksa harus

menempuh jarak yang cukup jauh untuk kepentingan pendidikan mereka.

Bahkan sampai saat ini, masih banyak ditemui anak-anak SD dan SMP yang

pulang-pergi dengan berjalan kaki kurang lebih 4 kilometer (SMPN 3

Gondang) dan 2 kilometer (SDN Begaganlimo). Faktor jarak pula (dan juga

faktor biaya) yang membuat tingkat pendidikan penduduk Begaganlimo

sangat rendah. Mayoritas, pendidikan formal mereka terhenti setelah lulus dari

SMP.

Di bidang keagamaan, mayoritas penduduknya beragama Islam., dam

hanya ada 8 KK yang beragama non-Islam (Kristen). Sehingga wajar jika di

desa Begaganlimo terdapat dua buah masjid dan dua buah musholla. 1 masjid

dan 1 musholla terletak di dusun Troliman, 1 masjid dan 1 musholla lainnya

terletak di dusun Begagan. Dua buah musholla sudah ada sejak dulu; 1 masjid

(Masjid Ass Sholihin) di dusun Troliman berdiri sejak tahun 2003; sedangkan

1 masjid (Masjid An Nuur) yang terletak di dusun Begagan baru saja selesai

pembangunannya 2 bulan sebelum kedatangan mahasiswa peserta KKN-PAR.

C. GAMBARAN SEKTORAL KONDISI DEMOGRAFIS

Desa Begaganlimo yang terdiri dari dua dusun (Troliman dan

Begagan) memilki penduduk sebanyak 563 jiwa yang terbagi menjadi 188

kepala keluarga1 dan dikelompokkan menjadi 6 RT (3 RT di Troliman dan 3

RT di Begagan). Masing-masing RT dibatasi oleh gang-gang kecil yang papan

namanya dibuat oleh peserta KKN dari UNTAG Surabaya yang datang kurang

lebih 4 bulan sebelum kedatangan peserta KKN-PAR Fakultas Ushuluddin

IAIN Sunan Ampel Surabaya. Prosentase warga desa Begaganlimo bisa

disebut kurang seimbang karena para pemudanya banyak yang meninggalkan

1 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statsistik (BPS) Tahun 2003, adapun Kepala Desa

Begaganlimo dalam sambutannya menyatakan bahwa Desa Begaganlimo dihuni oleh sebanyak

181 KK.

Page 11: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

11

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

desa untuk bekerja di kota sehingga terjadi semacam keterputusan generasi

(dari generasi tua ke generasi anak-anak).

a. Sektor Ekonomi

Desa Begaganlimo termasuk desa yang berwilayah sempit jika

dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Gondang

(kecuali desa Ndilem). Ini terlihat dari sedikitnya lahan pertanian yang

ada desa tersebut serta sedikitnya jumlah penduduk yang menghuni desa

tersebut.

Dengan kondisi tanah di desa Begaganlimo yang sangat subur,

penduduknya yang sebagian besar adalah petani menanami sawah-sawah

dengan tanaman padi dan jagung. Dari hasil pertanian itulah (padi dan

jagung), penduduk desa Begaganlimo menggantungkan hidupnya sehingga

hasil tanaman terutama padi lebih diutamakan untuk dikonsumsi sendiri.

Namun, meskipun bertanah sangat subur, hasil dari pertanian

mereka tidak terlalu maksimal karena terkendala oleh terbatasnya lahan.

Sehingga, ada yang mencoba usaha lain yaitu dengan memelihara hewan

ternak berupa kambing dan/atau sapi.

Adapun penduduk yang tidak memiliki lahan untuk bertani,

mereka bekerja sebagai pedagang di rumah-rumah (warung atau toko) atau

pun di pasar-pasar, dan dari hasil itulah mereka memenuhi kebutuhan

hidup mereka sehari-hari. Berdasar data, ada sekitar 4 buah warung dan 3

buah toko yang terdapat di desa Begaganlimo.

b. Sektor Pendidikan

Desa Begaganlimo yang penduduknya berjumlah 563 orang,

merupakan desa yang tingkat pendidikan formal warganya sangat rendah.

Dari jumlah penduduk tersebut di muka, hanya 3 orang yang

berpendidikan terakhirnya S1; 4 orang D1/D2/D3; dan 2 orang yang

sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi.

Page 12: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

12

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

Dari data yang telah terkoleksi tersebut, dapat disimpulkan pula

bahwa tingkat kesadaran masyarakat Desa Begaganlimo terhadap urgensi

pendidikan masih rendah. Kondisi ini terutama dilatarbelakangi oleh

rendahnya tingkat perekonomian warganya. Para orang tua umumnya

merasa keberatan (baca: tidak mampu) untuk membiayai anak-anaknya

(terutama biaya pendaftaran) untuk meneruskan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan mayoritas

warga Desa Begaganlimo setelah lulus SMP tidak lagi meneruskan ke

jenjang yang lebih tinggi melainkan bersegera meninggalkan desa untuk

bekerja di kota.

Rendahnya kesadaran warga desa Begaganlimo terhadap urgensi

pendidikan juga diperburuk dengan ketiadaan lembaga pendidikan tingkat

dasar di desa tersebut. Ada sebuah Sekolah Dasar yang meskipun secara

legal-formal bernama SDN Begaganlimo, kenyataannya tidak berlokasi di

Desa Begaganlimo melainkan di Dusun Dokare Desa Kalikatir yang

berjarak cukup jauh. Sehingga, sampai dengan saat ini, di Desa

Begaganlimo hanya ada lembaga pendidikan ―sangat dasar‖ yaitu Play

Group, masing-masing 1 Play Group di masing-masing dusun.

c. Sektor Keagamaan

Menurut penuturan Bapak Sholihin (donatur terbesar pendirian

Masjid Ass Sholihin), tingkat kesadaran keagamaan penduduk

Begaganlimo sebenarnya tidak rendah. Hal ini terbukti dengan antusiasme

penduduk desa terhadap gagasan pendirian masjid yang dia gagas. Hanya

saja, karakteristik masyarakat yang rata-rata berego tinggi sehingga

berimbas pada tingkat pemahaman keagamaan, membuat kegiatan

keagamaan (dalam berbagai bentuknya) kurang bisa berjalan lancar.

Bahkan pendirian masjid yang dia gagas dan yng pada awalnya disambut

dengan antusias, harus mengalami berbagai hambatan sebab karakterisitik

masyarakat yang telah mendarah daging tersebut. Sedangkan menurut

Kepala Desa Begaganlimo, Desa Begaganlimo sangat kekurangan tokoh

Page 13: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

13

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

agama atau orang yang ahli di bidang agama (Islam) sehingga berpengaruh

besar pada rendahnya tingkat pemahaman keagamaan warga. Kalaupun

ada, adalah tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ dan tokoh-tokoh yang

menokohkan diri. Sehingga sektor keagamaan di desa Begaganlimo tidak

bisa tergarap maksimal karena masyarakat kurang bisa percaya dan kurang

bisa patuh kepada tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ apalagi tokoh-tokoh yang

menokohkan diri.

Meskipun demikian, kegiatan keagamaan di desa Begaganlimo

tetap ada dan berjalan. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa rutinitas

keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut bisaanya dilakukan

oleh warga secara rutin dan bergilir secara per dusun. Untuk dusun

Troliman, ada acara khataman yang biasanya dilakukan pada pagi sampai

dengan siang hari seminnggu sekali di masjid Ass Sholihin Troliman.

Kegiatan Tahlilan bapak-bapak dilaksanakan setiap hari Kamis malam

Jumat sedangkan kegiatan tahlilan ibu-ibu dilaksanakan pada hari Sabtu

malam Minggu. Selain kegiatan tahlilan, juga ada kegiatan dibaan yang

dilaksanakan setiap hari Rabu malam Kamis. Adapun untuk dusun

Begagan, kegiatan tahlilan bapak-bapak dilaksanakan bersamaan dengan

kegiatan tahlilan di dusun Troliman, tahlilan ibu-ibu pada hari Selasa

malam Rabu. Sementara khataman bertempat di masjid An Nur setiap pagi

hari Kamis.

Terpisahnya kegiatan keagamaan antara dusun Troliman dengan

dusun Begagan tersebut selain karena faktor jauhnya jarak antara kedua

dua dusun tersebut, juga dilatarbelakangi oleh perbedaan prinsip dan

karakter antartokoh agama kedua dusun tersebut. Bahkan pembangunan

masjid An Nur di Begagan, menurut beberapa narasumber, juga

dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antartokoh agama. Perbedaan

karakter dan prinsip ini pun kemudian berimbas pada kuantitas dan

kualitas kegiatan keagamaan di masing-masing dusun. Dusun Begagan

berdasarkan pengamatan, lebih aktif dibanding dusun Troliman karena

Page 14: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

14

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

tokoh agamanya lebih dapat diterima oleh masyarakat sehingga mampu

menggerakkan masyarakat dalam beragam jenis kegiatan keagamaan.

Adapun fasilitas keagamaan yang ada di desa Begaganlimo adalah

dua masjid dan dua musholla. Masjid Ass Sholihin terletak di dusun

Troliman, tepatnya berada di gang Sumber Agung dan berdiri di sebelah

barat rumah pewakaf tanah (Bpk. Karnoko). Sampai dengan saat ini,

bangunan masjid tersebut belum sempurna sebab kekurangan dana untuk

menyempurnakan bangunan serambinya. Adapun musholla yang terdapat

di dusun Troliman lebih difungsikan sebagai tempat pembelajaran TPQ.

Musholla ini terletak di dekat sungai dan mungkin karena faktor kedekatan

dengan sungai ini membuat fasilitas tempat wudhu tidak berfungsi dengan

baik.

Jika di dusun Troliman ada satu masjid dan satu musholla, maka

demikian pula di dusun Begagan. Masjid An Nur yang baru berumur

kurang lebih dua bulan terletak di bagian selatan dusun Begagan dan

mushollanya terletak di bagian utara dusun Begagan. Keberadaan masjid

di dusun Begagan ini sangat penting terutama jika terkait dengan ibadah

shalat Jum’at karena antara dusun Begagan dengan dusun Troliman

terpisah oleh jarak yang lumayan jauh. Sehingga orang-orang tua merasa

keberatan jika harus menempuh perjalanan ke dusun Troliman.

Page 15: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

15

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB III

PROSES PENERAPAN

PARTICIPATORY ACTION RESEARCH

(PRAKTEK KERJA PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL)

A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI

1. Perkenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat

Sebagai serombongan tamu yang belum dikenal sebelumnya, maka

mahasiswa peserta KKN-PAR yang ditempatkan di Desa Begaganlimo

memperkenalkan diri kepada masyarakat desa Begaganlimo mengenai diri,

dari, dan tujuan. Hal ini bertujuan agar kedatangan dan kehadiran

mahasiswa peserta KKN-PAR bisa diterima dengan baik dan terbuka oleh

masyarakat setempat, baik secara personal maupun komunal. Sehingga

proses penerapan PAR dalam pelaksanaan program KKN yang dijalankan

oleh mahasiswa peserta KKN-PAR selanjutnya mendapat apresiasi yang

baik (respon positif dan dukungan) dari masyarakat yang endingnya adalah

kelancaran dan kesuksesan KKN PAR Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan

Ampel Surabaya di Desa Begaganlimo.

Langkah pertama adalah seremonial perkenalan dengan perangkat

desa Begaganlimo. Seremonial ini berlangsung tidak lama setelah acara

pembukaan KKN di Balai Kecamatan Gondang yang diikuti oleh seluruh

peserta KKN-PAR yang tersebar di lima desa dan dihadiri oleh Camat

Gondang (Bapak Susantoso), Kapolsek Gondang, 4 Kepala Desa dan 1

perwakilan kepala desa, Dekan Fakultas Ushuluddin, para Dosen

Pemdamping Lapangan (DPL), dan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pelaksanaan program KKN-PAR. Dalam acara pembukaan

tersebut Camat Gondang memberikan sedikit tentang gambaran umum

mengenai desa-desa yang akan kami tempati.

Setelah selesai mengikuti acara pembukaan di Balai Kecamatan,

para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo langsung

Page 16: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

16

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

berangkat ke desa yang telah ditentukan. Tiba di desa Begaganlimo, para

mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo berhenti di Balai Desa

Begaganlimo karena ternyata Kepala Desa Begaganlimo telah menyiapkan

acara penyambutan. Dalam acara penyambutan di Balai Desa tersebut,

hadir seluruh perangkat Desa Begaganlimo kecuali Sekretaris Desa. Dalam

acara ini masing-masing dari perangkat desa dan masing dari para

mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo memperkenalkan diri.

Tidak lupa, Koordes dalam sambutannya menyampaikan penjelasan

tentang KKN Transformatif berpendekatan PAR. Penjelasan tentang PAR

dirasa perlu sebagai langkah awal untuk menyamakan persepsi karena desa

Begaganlimo sudah pernah ditempati sebelumnya sebagai lokasi KKN

perguruan tinggi lain yang sistem KKN-nya tidak berpendekatan PAR.

Selanjutnya rombongan mahasiswa peserta KKN-PAR dengan dipandu

oleh Kepala Desa meneruskan perjalanan menuju rumah yang akan

dijadikan posko KKN-PAR di desa Begaganlimo.

Pada malam harinya, bertepatan dengan acara kenduri

memperingati Isra’ Mi’raj, Kepala Desa memperkenalkan para mahasiswa

peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo kepada seluruh masyarakat yang

hadir. Sambutan masyarakat waktu perkenalan ini sangat baik sehingga

tidak sulit bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo

untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kesempatan ini, untuk

kedua kalinya, perwakilan dari para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa

Begaganlimo menjelaskan tentang KKN-PAR. Penjelasan tentang KKN-

PAR terhadap masyarakat dirasa perlu karena sudah menjadi pengertian

umum bahwa mahasiswa peserta KKN pasti sudah membawa program dari

kampus yang biasanya bersifat fisik, sedangkan yang sudah mengetahui—

apalagi memahami—tentang KKN-PAR baru beberapa orang perangkat

desa.

Proses perkenalan diri dan sosialisasi tentang KKN-PAR tidak

berhenti sampai di sini karena pendekatan secara personal dan door to

door dirasa perlu dalam rangka mendukung kesuksesan program KKN-

Page 17: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

17

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

PAR yang secara sekilas tampak sulit untuk diterima oleh masyarakat

yang telah terbiasa dengan KKN Konvensional. Keesokan harinya, para

mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo secara terpisah

(perseorangan maupun berkelompok) mendatangi rumah-rumah

masyarakat. Terutama rumah kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat,

dan tokoh pemuda, di antaranya:

a. Kepala Desa (Bapak Miseri)

Sebagai Kepala Desa Begaganlimo, Bapak Miseri termasuk sedikit

dari pemimpin yang terbuka dan merakyat. Asumsi ini berangkat dari

mudahnya beliau untuk ditamui maupun sekadar ditemui. Bahkan

dengan penuh rasa kebapakan, beliau dan istrinya bersedia meluangkan

waktu dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan makan-minum para

mahasiswa peserta KKN-PAR selama satu bulan. Kondisi ini membuat

para mahasiswa peserta KKN-PAR sangat mudah untuk

berkomunikasi dan berkonsultasi dengan beliau.

Komunikasi secara personal dimulai pada hari pertama saat makan

siang, membahas lebih detail tentang KKN berpendekatan PAR. Satu

keuntungan bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR adalah bahwa

Kepala Desa Begaganlimo sudah memahami dengan baik konsep PAR

sejak mendapat penjelasan pada waktu acara pembukaan KKN-PAR di

balai kecamatan Gondang.

Dalam kesempatan ini Kepala Desa Begaganlimo secara terbuka juga

menceritakan sejarah kepemimpinannya. Beliau juga menayadari dan

menyatakan bahwa desa Begaganlimo sangat kekurangan Sumber

Daya Manusia (SDM) unggul. Terutama di bidang keagamaan (Islam).

Sehingga beliau sangat berharap kedatangan dan kehadiran para

mahasiswa peserta KKN-PAR bisa menutupi kekurangan tersebut.

Page 18: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

18

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

b. Bapak Sauji (Tokoh Agama)

Pernyataan bahwa desa Begaganlimo minim kuantitas dan kualitas

SDM keagamaan membuat para mahasiswa peserta KKN-PAR

berusaha mencari tahu. Sehingga bertemu dengan Bapak Sauji yang

ternyata adalah—mungkin—satu-satunya SDM keagamaan yang

berkualitas tidak minim. Setelah memperkenalkan diri dan

menyosialisasikan misi, Bapak Sauji menyatakan dukungan terhadap

program KKN-PAR, terutama di bidang kegamaan.

c. Bapak Karnoko (tokoh Masyarakat)

Selain dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa, pada hari kedua para

mahasiswa peserta KKN-PAR juga bertemu dan bertamu ke beberapa

tokoh masyarakat, di antaranya adalah Bapak Karnoko.2 Karena

kekurangtahuan beliau tentang IAIN, beliau tidak bertanya tentang

―apa itu KKN-PAR‖ melainkan lebih radikal: apa eksistensi IAIN.

Pertanyaan beliau difahami oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR

sebagai ketidaktahuan beliau tentang bidang keilmuan apa yang ada di

IAIN. Sehingga pertemuan ini lebih banyak berisi penjelasan detail

tentang IAIN. Selanjutnya Bapak Karnoko—setelah memahami

eksistensi IAIN—mempertanyakan apa saja yang akan dikerjakan oleh

para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo. Pertanyaan

ini membuka ruang untuk menyosialisasikan KKN-PAR. Namun

meski sudah mendapat penjelasan tentang KKN-PAR, Bapak Karnoko

tampak belum memahami benar KKN-PAR. Beliau lebih ingin melihat

realisasi; bukti nyata. Meski demikian, ada satu pernyataan beliau yang

cukup baik untuk menjadi pondasi perubahan ke arah yang lebih baik:

―Kalau benar, aku ikuti.‖

2 Pewakaf tanah Masjid Ash Sholihin Dusun Troliman.

Page 19: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

19

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

d. Bapak Joko Suroso (Ketua Karang Taruna Troliman dan Pemilik

Rumah yang dijadikan Posko KKN-PAR)

Tidak berselang lama setelah menempati rumah yang dijadikan Posko

KKN-PAR (sebelum makan siang dan berbincang dengan Kepala

Desa), para mahasiswa peserta KKN-PAR menemui pemilik rumah

yaitu Bapak Joko Suroso. Kebetulan beliau adalah ketua Karang

Taruna Dusun Troliman.3 Dalam pertemuan ini, disamping

menyampaikan keprihatinan bahwa Desa Begaganlimo sangat jarang

ditempati sebagai lokasi KKN dibanding beberapa desa lain di

kecamatan Gondang, Bapak Joko Suroso—setelah mendengar

penjelasan tentang KKN berpendekatan PAR—dengan nada gembira

juga menyatakan bahwa pendekatan seperti PAR inilah yang selama

ini beliau cari dan tunggu-tunggu. Pernyataan ini wajar adanya karena

Bapak Joko Suroso termasuk sedikit dari ―orang terpelajar‖ yang ada

di desa Begaganlimo.

Kehadiran para mahasiswa peserta KKN-PAR juga beliau harapkan

mampu merekatkan (baca: menyatukan) kembali masyarakat—

khususnya—dusun Troliman yang terpecah sebab “eker-ekeran”

PILKADUS (Pilihan Kepala Dusun). Pada akhir pertemuan ini Bapak

Joko Suroso mengingatkan para mahasiswa peserta KKN-PAR agar

tidak berlaku dan ―bernasib seperti para mahasiswa peserta KKN

Untag yang sedikit—bahkan tidak—mengenal dan dikenal masyarakat

Begaganlimo.

e. Ngateman (Ketua Karang Taruna Begagan)

Unsur yang tidak kalah penting yang harus dirangkul demi

keberhasilan KKN-PAR adalah unsur pemuda karena para mahasiswa

peserta KKN-PAR notabene adalah sekumpulan pemuda. Hal ini

mendorong para mahasiswa peserta KKN-PAR untuk

3 Karena kuantitas pemuda di desa Begaganlimo sangat sedikit, Karang Taruna yang notabene

adalah organisasi pemuda pun akhirnya berisi dan dipimpin oleh orang-orang yang secara usia

tidak termasuk dalam kategori pemuda.

Page 20: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

20

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

memperkenalkan diri ke kelompok Karang Taruna. Perkenalan dan

sosialisasi lebih intensif terutama dengan Ketua Karang Taruna.

Paimin, ketua Karang Taruna dusun Begagan menyatakan

kesediaannya untuk bekerjasama. Bahkan, dia berharap agar para

mahasiswa peserta KKN-PAR mau untuk memberinya berbagai ide

dan pendapat dalam rangka mengembangkan dan memajukan desa.

f. Masyarakat

Di samping melakukan memperkenalkan diri dan menyosialisasikan

misi ke masyarakat melalui media shalat jamaah, tahlilan, marung, dan

sebagainya, para mahasiswa peserta KKN-PAR merasa perlu untuk

memperkenalkan diri dan menyosialisasikan misi secara door to door

ke beberapa orang tertentu Mengutamakan yang terabaikan merupakan

salah satu prinsip kerja PRA.4 Prinsip ini mendasari para mahasiswa

peserta KKN-PAR untuk mendatangi beberapa orang non-tokoh

masyarakat. Kegiatan ini dimulai pada hari ketiga, setelah hari pertama

dan kedua terfokus ke perangkat desa dan tokoh agama-tokoh

masyarakat. Orang pertama adalah Pak Kamad yang kebetulan

rumahnya berada tepat di depan Posko KKN-PAR. Pak Kamad

menerima dengan baik kedatangan para mahasiswa peserta KKN-PAR.

Setelah memperkenalkan diri, beliau pun memperkenalkan diri dan

keluarganya. Beliau tampaknya sudah mengetahui spesifikasi IAIN:

yaitu di bidang keagamaan (Islam). Sehingga, sebagai salah seorang

penganut agama Islam sekaligus ―agama‖ kejawen, beliau berharap

agar ―agama‖ kejawen tidak diusik. Karena ―agama‖ kejawen sudah

merupakan peninggalan nenek-moyang yang harus dilestarikan.

Artinya, beliau beharap agar kejawen tidak disalahkan. Meski

demikian, beliau sangat mendukung misi para mahasiswa peserta

KKN-PAR. Di bidang keagamaan, beliau tetap mengharapkan bidang

keagamaan di Begaganlimo berkembang. Adapun di bidang ekonomi,

4 Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya, Hal. 79.

Page 21: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

21

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

beliau berharap agar di desa Begaganlimo ada semacam home industry

yang Sumber Daya Manusia nya adalah penduduk desa Begaganlimo

sendiri. Harapan ini dilandasi oleh berlimpahnya Sumber Daya Alam

di desa Begaganlimo namun tidak terkelola dengan baik.5

Orang kedua adalah Bapak Ponimin yang rumahnya berada di sebelah

Bapak Kamad. Perkenalan dan sosialisasi disambut dengan baik.

Dalam kesempatan ini, Bapak Ponimin lebih banyak bercerita tentang

sejarah desa. Orang ketiga adalah Ibu Sujak. Beliau menyatakan

kagum dan terkesan dengan ―keagamaan‖ para mahasiswa peserta

KKN-PAR. Dari sini beliau berharap agar pendidikan kegamaan anak-

anak kecil lebih diperhatikan.

2. Inkulturasi dan Trust Building dengan Masyarakat

Setelah proses perkenalan dan upaya sosialisasi KKN-PAR kepada

masyarakat, maka proses selanjutnya adalah membangun hubungan

kemanusiaan dengan masyarakat (inkulturasi) dan membangun

kepercayaan dengan masyarakat (trust building) sehingga bisa terjalin

hubungan yang setara dan saling mendukung (simbiosis mutualisme).

Dengan proses ini, diharapkan peserta KKN-PAR dan masyarakat bisa

seiring dalam melakukan riset, belajar memahami masalah, dan

memecahkan permasalahan secara kolektif dan partisipatif. Diperlukan

metode yang tepat agar inkulturasi dan trust building berhasil baik. Namun

sebelum inkulturasi dan trust building ini diupayakan, pendalaman

terhadap kondisi masyarakat dari berbagai sektornya harus dilakukan agar

didapatkan pemahaman yang benar dan tidak menjebak. Adapun metode

yang digunakan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Sesuai dengan artinya (peninjauan secara cermat; mengawasi dengan teliti;

mengamati), maka para mahasiswa peserta KKN-PAR melakukan

5 Desa Begaganlimo adalah penghasil pisang dengan kuantitas yang banyak dan dengan kualitas

yang baik. Dulu pernah ada usaha home industri kripik pisang namun tidak dapat eksis karena

kalah saing dengan produsen lain (terutama produk pabrik).

Page 22: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

22

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

pengamatan secara cermat dan teliti terhadap kondisi sosial masyarakat

Begaganlimo. Proses pengamatan ini agar mendapatkan hasil yang tepat,

dilakukan dengan dengan dua cara: langsung dan tidak langsung. Cara

langsung dilakukan dengan wawancara secara personal maupun komunal

dengan masyarakat. Juga dengan melibatkan diri dalam setiap kegiatan

yang diselenggarakan warga desa. Cara tidak langsung dilakukan dengan

memperhatikan dan mencermati kebiasaan-kebiasaan (perilaku dan kultur)

masyarakat.

Karena pola pikir dan pola pemahaman dari masing-masing mahasiswa

peserta KKN-PAR pasti berbeda, maka hasil observasi didiskusikan di

dalam forum evaluasi harian. Hal ini penting untuk menghindari bias

informasi yang bisa terjadi tanpa adanya evaluasi dan diskusi. Sehingga

data yang didapatkan sebagai hasil observasi berupa data yang valid dan

akurat.

b. Trust Building

Meskipun sudah berusaha secara maksimal untuk menyosialisasikan KKN

berpendekatan PAR melalui baik secara door to door maupun melalui

forum kegiatan masyarakat semisal tahlilan, dibaan, dan kenduri, namun

masyarakat masih belum bisa lepas dari bayang-bayang KKN

Konvensional. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih mempertanyakan

―bentuk fisik‖ KKN-PAR. Kondisi ini membuat para mahasiswa peserta

KKN-PAR di desa Begaganlimo berinisiatif untuk ―membuka jalan‖ PAR

dengan melakukan yang bersifat konvensional. Lembaga pendidikan

seperti TPQ dan Play Group menjadi sarana awal untuk

mengkonvensionalkan diri sehari-hari. Selain itu, momen tahlilan dan

khutbah jumat juga menjadi sarana. Inisiatif ini penting karena berangkat

dari aktivitas inilah para mahasiswa peserta KKN-PAR bisa mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat. Dapat dikatakan, KKN-PAR tidak bisa

berjalan lancar dan normal tanpa didasari KKN-Konvensional. Bahkan

berdasarkan fakta yang ada, kepercayaan masyarakat terhadap KKN-PAR

mustahil didapatkan tanpa melakukan aktifitas konvensional.

Page 23: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

23

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya

Setelah mendapatkan pemahaman mendalam terhadap kondisi

sosial masyarakat desa Begaganlimo melalui proses observasi dan telah

menjalani proses inkulturasi dan upaya trust building, masalah-masalah

yang ada di masyarakat Begaganlimo dapat teridentifikasi dan

terspesifikasi. Masalah-masalah tersebut meliputi sektor agama, ekonomi,

dan pendidikan—secara perseorangan maupun kelembagaan. Identifikasi

masalah didapatkan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR dengan cara

melakukan wawancara dengan masing-masing individu dari masyarakat,

baik secara personal maupun komunal. Adapun proses spesifikasi masalah

diperoleh melalui forum musyawarah bersama masyarakat yang diikuti

oleh key person maupun non key person yang diundang untuk mengikuti

forum tersebut.

a. Wawancara dengan Masyarakat

Faktor wilayah yang tidak luas dan faktor jumlah penduduk

yang tidak banyak memudahkan para mahasiswa peserta KKN-PAR

untuk melakukan pengamatan maupun untuk melakukan wawancara

dengan individu-individu dari masyarakat. Sehingga permasalahan

yang ada di masyarakat Begaganlimo dapat dengan mudah

diidentifikasikan. Identifikasi masalah yang terdiri dari sektor

keagamaan, ekonomi, dan pendidikan tersebut terjabarkan sebagai

berikut:

Pertama, di bidang keagaamaan, desa Begaganlimo kekurangan

Sumber Daya Manusia yang berkompetensi tinggi. Hal ini

memengaruhi rendahnya tingkat pemahaman keagamaan masyarakat,

sehingga agama tidak lebih dari sekadar seremonial dan ritual.

Kedua, di bidang ekonomi, sebagaimana yang terjadi di bidang

keagamaan, desa Begaganlimo juga kekurangan—bahkan tidak

memiliki—Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidang

ini. Sehingga Sumber Daya Alam (SDA) desa Begaganlimo yang

berlimpah dan berpotensi besar untuk dapat meningkatkan taraf hidup

Page 24: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

24

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

masyarakat, tidak terkelola dengan baik: produktif dan professional.

Ketiga, di bidang pendidikan, karena tingkat perekonomian

masyarakat belum mencapai garis standar, orientasi masyarakat

Begaganlimo terhadap jalur pendidikan formal dapat dinyatakan

hampir tidak ada. Hal ini wajar, karena secara global, kemampuan

finansial masyarakat Begaganlimo terbatasi oleh biaya jalur

pendidikan formal yang dari tahun ke tahun semakin mahal.

b. Musyawarah Bersama Masyarakat

Setelah melakukan wawancara dengan individu-individu

masyarakat yang menghasilkan data akurat sehingga masalah yang ada

di masyarakat dapat teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah

melakukan spesifikasi dan perangkingan masalah. Langkah ini

dirupakan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR dengan

menyelenggarakan musyawarah bersama masyarakat yang melibatkan

berbagai komponen masyarakat. Karena materi yang direncanakan

untuk dibahas cukup luas namun waktu yang dimiliki oleh masyarakat

untuk bisa berkumpul terbatas, musyawarah bersama masyarakat

dilaksanakan dalam dua tahap6. Materi tahap pertama berupa pemetaan

wilayah (Mapping); materi tahap kedua berupa pembuatan Diagram

Venn, Analisis Masalah, dan Matriks Ranking. Dua tahap musyawarah

bersama masyarakat ini terjabarkan sebagai berikut:

1) Pemetaan wilayah (Mapping)7

Meskipun para mahasiswa peserta KKN-PAR telah melakukan

transect8, musyawarah bersama warga untuk memetakan wilayah tetap

dibutuhkan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan informasi, posisi,

dan kondisi sebab penduduk asli pasti lebih mengetahui detail

6 Tahap I tanggal 10 Agustus 2008; tahap II tanggal 11 Agustus 2008.

7 Menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi

wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta (Modul Pelatihan KKN Transformatif

IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 88) 8 Pengamatan secara langsung dengana cara berjalan menelusuri wilayah desa (Modul Pelatihan

KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 92).

Page 25: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

25

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

wilayahnya. Musyawarah bersama warga tahap pertama ini bertempat

di rumah Bapak Kepala Desa, diikuti oleh 7 orang perwakilan peserta

KKN-PAR dan 4 orang perwakilan masyarakat (Kepala Desa, Kepala

Dusun Troliman, Kepala Dusun Begagan, dan Bapak Sauji). Adapun

gambar peta wilayah yang merupakan hasil Musyawarah Bersama

Masayarakat tahap pertama sebagaimana terlampir (Lampiran 1).

2) A. Diagram Venn9

Setelah melakukan mapping dan transect, dan sebelum memasuki

tahap analisis, pembuatan diagram venn diperlukan karena dari

diagram venn inilah dapat diketahui data pengaruh lembaga-lembaga

maupun tokoh-tokoh yang ada di masyarakat. Termasuk juga bisa

diketahui kadar "daya bantu' lembaga atau tokoh tersebut dalam upaya

memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pembuatan

diagram venn ini melibatkan beberapa komponen masyarakat

Begaganlimo dan bertempat di Balai Desa Begaganlimo. Adapun

diagram venn yang merupakan hasil dari musyawarah bersama

masyarakat tahap kedua ini sebagaimana terlampir.

B. Analisis Masalah (Identifikasi dan Spesifikasi)

Dalam musyawarah bersama masyarakat tahap kedua ini juga

dilakukan analisis masalah yang mana masyarakat bersama peserta

KKN-PAR melakukan analisis terhadap berbagai macam jenis

permasalahan yang telah teridentifikasi. Dengan cara ini, akar

(penyebab) berbagai masalah dapat diketahui. Sebagaimana telah

tersebut di muka bahwa masalah yang ada di masyarakat desa

Begaganlimo meliputi tiga bidang (keagamaan, ekonomi, dan

pendidikan), maka dalam kesempatan ini masyarakat dengan

difasilitatori peserta KKN-PAR, bersama-sama melakukan analisis

terhadap ketiga bidang tersebut. untuk memudahkan pemahaman

masyarakat terhadap permasalahan, proses ini diriingi dengan

9 Melihat hubungan masyarakat dengan lembaga yang terdapat di desa dan lingkungannya (Modul

Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 104).

Page 26: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

26

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

pembuatan pohon masalah (terlampir).

a. Bidang Keagamaan

Dari hasil wawancara, masalah di bidang keagamaan berkutat pada

dua pos: masjid dan TPQ. Analisis terhadap masjid menghasilkan

penemuan bahwa selama ini, masjid di desa Begagnlimo "sangat sepi".

Hal ini terbukti dengan sedikitnya jumlah warga masyarakat yang mau

shalat berjamaah di masjid. Selain itu, masjid juga sepi dari aktifitas

keagaaman. Pada akhirnya, analisis masalah masjid menghasilkan

kesimpulan bahwa akar masalahnya adalah tidak optmalnya kinerja

pengurus Ta'mir Masjid. Ketidakoptimalan yang ternyata disebabkan

oleh ketidaktahuan dari masing-masing pengurus tentang tugas-

tugasnya. Artinya, akar tunggalnya adalah rendahnya kualitas SDM

(Sumber Daya Muslim) karena orang-orang yang ditokohkan maupun

menokohkan diri sebagai tokoh agama ternyata berpengetahuan

minim. Akhirnya, keberadaan Ta'mir Masjid tidak lebih dari sekadar

formalitas, dan papan struktur ta'mir masjid pun tidak lebih dari

sekadar penghias.

Pos masalah kedua bidang keagamaan adalah TPQ. Para pengajar

TPQ yang pola mengajarnya ―lillahi taa'la” mengeluhkan tentang

tidak adanya dorongan orang tua terhadap anaknya agar mau belajar

ilmu agama di TPQ. Sehingga jumlah anak yang belajar di TPQ sangat

sedikit. Namun dari pihak orang tua non-pengajar menyampaikan alas

an bahwa tidak adanya dorongan orang tua kepada anak tidak lain

karena para orang tua merasa bahwa TPQ "tidak ada hasilnya". Tidak

ada bedanya antara belajar dan tidak belajar di TPQ. Akhirnya dapat

diketahui bahwa akar masalahnya adalah minimnya kualitas pengajar.

Pengetahuan dan kapabilitas para pengajar TPQ di bidang keagamaan

dinilai belum memadai sehingga pendidikan dan pengajaran anak-anak

TPQ kurang berhasil baik.

b. Bidang Ekonomi

Dari hasil observasi, masalah di bidang ekonomi berada di dua

Page 27: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

27

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

jenis lembaga: koperasi dan home industry. Koperasi adalah lembaga

yang sudah dan sedang ada sedangkan home industry adalah lembaga

yang pernah ada, sudah tidak ada, dan diharapkan ada kembali.

Masalah perkoperasian berupa kemandegan koperasi, artinya koperasi

minim peranannya terhadap upaya peningkatan taraf hidup

masyarakat. Menanggapi hal ini, pihak koperasi mengakui bahwa

minimnya peranan tersebut juga disebabkan oleh minimnya kualitas

SDM yang mengelola koperasi, terutama di bidang administrasi.

Pengakuan ini akhirnya disimpulkan sebagai akar permaslahan.

Sedangkan permasalahan di wilayah home industry adalah tidak

berdayanya masyarakat begaganlimo dalam produksi dan dsitribusi

kripik pisang. Sehingga home industry pemroduksi kripik pisang

mengundurkan diri secara sporadis dari persaingan di pasar.

Permasalahan home industry ini akhirnya diketahui akhirnya berupa

minimnya pengetahuan masyarakat tentang produksi dan distribusi

kripik pisang sehingga sebagai produsen mereka tidak menguasai

proses produksi, dan sebagai distributor mereka tidak menguasai teori

bisnis dan pemasaran.

c. Bidang pendidikan

Permasalahan di bidang pendidikan adalah rendahnya kesadaran

masyarakat terhadap urgensi pendidikan (formal). Secara global

masyarakat bermufakat bahwa akar masalahnya adalah rendahnya

tingkat pendapatan masyarakat sementara biaya pendidikan dari tahun

ke tahun semakin mahal. Selain itu, tidak adanya dorongan (moral

maupun finansial) orang tua terhadap anak untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga bias dijadikan sebagai

akar permasalahan karena dengan kondisi demikian, secara tiding

langsung orientasi anak terhadap dunia pendidikan menjadi tidak ada

sehingga para pemuda desa Begaganlimo secara mayoritas berorientasi

kerja.

Page 28: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

28

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

C. Matriks Rangking10

Proses analisis masalah sebagaimana terjabarkan di muka tidak

hanya berhenti pada pencarian akar masalah melainkan juga diiringi

dengan penyampaian komentar, pendapat, saran, dan solusi.

Masyarakat menjadi peduli untuk menemukan solusi bagi masalah

mereka sendiri. Kondisi ini sangat menunjang proses pembandingan

antarmasalah. komentar, pendapat, saran, dan solusi dari masyarkat

untuk selanjutnya ditabulasikan oleh peserta KKN-PAR yang mana

tabulasi ini diperlukan dalam proses matriks rangking. Permasalahan

dan sebab yang teridentifikasi pada proses analisis masalah

ditabulasikan berdasarkan skala prioritas yang berprinsip pada tiga hal:

urgensi, potensi, dan durasi. Dari penentuan dan ketentuan tersebut,

masalah yang diprioritaskan dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi

masyarakat adalah masalah di bidang keagamaan dan masalah di

bidang ekonomi yang berakar masalah sama: SDM yang kurang

berkualitas.

B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM /AKSI

Hasil matriks rangking menunjukkan bahwa masalah yang diprioritas

oleh nasyarakat adalah masalah di bidang keagmaan dan bidnag ekonomi yang

berakar masalah sama yaitu SDM yang kurang berkualitas. Sebagai langkah

solusi dan juga merupakan langkah yang disepakati masyarakat, maka peserta

KKN-PAR di desa Begaganlimo mencanangkan 5 program:

1. Peningkatan Kualitas Pengajar TPQ

2. Reformasi Ta'mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid

3. Pembentukan Majlis Dzikir

4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin

5. Pelatihan Manajemen Koperasi

6. Pelatihan Komputer

10

Membandingkan dan menentukan masalah terpenting dari beberapa masalah yang telah

teridentifikasi dalam bentuk perangkingan atau scoring (Modul Pelatihan KKN Transformatif

IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 112).

Page 29: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

29

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB IV

ANALISIS HASIL

A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM

Dari lima program yang dicanangkan (tiga program solusi untuk

bidang keagamaan dan dua program solusi untuk bidang ekonomi),

identifikasi hasil program terjabarkan sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas pengajar TPQ

Mengingat kurang berkualitasnya SDM pengajar TPQ yang tampak

mencolok dari kurangnya pengetahuan tentang metode pengajaran

Alquran, maka peningkatan kualitas pengajar TPQ difokuskan pada

metode pengajaran Alquran untuk anak-anak. Program ini berjalan

kurang maksimal karena kendala tempat dan waktu (jarak antara

rumah pengajar TPQ dusun Begagan yang cukup jauh dari masjid Ash

Sholihin dusun Troliman sebagai tempat pelaksanaan program.

2. Reformasi pengurus Ta'mir Masjid dan pembinaan manajemen

masjid

Belajar dari reformasi Republik Indonesia, maka masjid yang vakum

(khususnya masjid Ash Sholihin) dicoba untuk dihidupkan dengan

menawarkan ide reformasi kepada pengurus ta'mir masjid lama.

Tawaran reformasi disambut baik sehingga pada 21 Agustus 2008

terbentuklah Ta'mir Masjid baru. Pembaruan ini diikuti dengan

pelaksanaan Pelatihan Manajemen Masjid yang mana dalam pelatihan

ini disampaikan materi-materi ke-Ta'mir Masjid-an berupa AD/ART

dan Program kerja (Pokja).

3. Pembentukan majlis dzikir

Demi menjaga tetap terjaganya keimanan (baca: ketauhidan) dan

keislaman masyarakat Begaganlimo, salah satu medianya adalah

Majelis Dzikir. Tawaran pembentukan majlis dzikir disambut baik

terutama oleh masyarakat dusun Troliman sehingga pada tanggal 13

Page 30: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

30

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

Agustus 2008 di dusun Begagan resmi berdiri sebuah perkumpulan

Majelis Dzikir yang secara komunal berlabel "Majelis Dzikir Sunan

Ampel".

4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin

Meskipun dari segi penguasaan tajwid kurang memadai, pelatihan

qiraat (seni baca Alquran) dirasa perlu terutama bagi kalangan jamaah

perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah semangat mereka

untuk—minimal—berjamah di masjid. Kegiatan ini pun tidak melulu

terkonsentrasi pada seni bacanya melainkan juga disisipi dengan

penyampaian materi tajwid dan tafsir dari ayat Alquran yang menjadi

obyek bacaannya.

5. Pelatihan Manajemen Koperasi

Antusiasme SDM yang berkecimpung di koperasi untuk meningkatkan

kualitas diri ditindaklanjuti dengan pencanangan program pelatihan

Manajemen Koperasi. Namun program ini gagal terlaksana sebab

pihak yang terkait (SDM Koperasi) waktu dan tenaganya terbentur

dengan tugasnya di program Gerdu Taskin.

6. Pelatihan Komputer

Berdasarkan rencana, pelatihan komputer merupakan bagian dari

pelatihan manajemen Koperasi. Namun karena terhambat oleh kendala

tersebut di depan, program ini akhirnya menjadi bersifat individual

sehingga hasilnya pun tidak maksimal.

B. EVALUASI HASIL PROGRAM

Dari sekian banyak program yang sudah terealisasi, mahasiswa KKN

belum bisa melakukan pengontrolan dan evaluasi secara langsung terkait

dengan hasil dari program yang telah terealisasi.

Hal ini terkait dengan waktu pelaksanaan KKN-PAR yang hanya

berdurasi pendek: satu bulan, tidak sebanding dengan tingkat kompleksitas

permasalahan yang cukup tinggi. Meskipun demikian, dari setiap program

Page 31: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

31

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

yang telah dcanangkan dan dijalankan, fasilitator (peserta KKN-PAR)

sekaligus melakukan kaderisasi yang kadernya diambil dari orang-orang

tertentu dari masyarakat Begaganlimo sebagai langkah antisipasif, sehingga

setelah berakhirnya KKN, program-program yang telah dicanangkan dan telah

dijalankan, tidak ikut berakhir.

Page 32: Laporan KKN

LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8

32

ht

tp

:/

/m

y.o

pe

ra

.c

om

/b

eg

ag

an

li

mo

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses identifikasi hingga aksi menghasilkan kesimpulan bahwa

masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa Begaganlimo meliputi

bidang keagamaan dan bidang ekonomi yaitu pada kurang berkualitasnya

Sumber Daya Manusia yang berkecimpung di masing-masing bidang.

Sedangkan masalah yang sudah teridentifikasi, namun sebagian solusi

atau program yang dibuat bersama masyarakat belum bisa terealisasikan yaitu

masalah realisasi home industry kripik pisang, dikarenakan keterbatasan waktu

dan biaya.

B. KENDALA-KENDALA

1. Internal

Minimnya pengetahuan dari peserta KKN terutama dalam bidang

pemberdayaan masyarakat.

Perbedaan prinsip di antara peserta KKN.

Perbedaan pemahaman terkait dengan konsep dan aplikasi PAR.

2. Masyarakat

Pandangan awal yang kurang baik dari masyarakat terhadap

mahasisiwa KKN.

Adanya konflik internal di masyarakat.

Masyarakat kurang memahami konsep PAR, yang merupakan konsep

KKN baru.

3. Lain-lain

Ketidakjelasan pihak pelaksana KKN-PAR terkait agenda KKN-PAR.

Kurangnya pendampingan dari Dosen Pendamping Lapangan (DPL).

Faishal Himawan MKI
Copyrighted