Laporan KKN
-
Upload
mulyana-tur -
Category
Documents
-
view
819 -
download
12
Transcript of Laporan KKN
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
1
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa adalah agent of change;
pembawa misi perubahan. Berbekal keilmuan yang didapatkan di
almamaternya, peranan mahasiswa terhadap perubahan minus ke plus, negatif
ke positif, bawah ke atas, cukup signifikan dibanding peranan pihak-pihak
yang tidak bermodal keilmuan (baca: berstrata pendidikan tinggi). Hal ini
dapat dimaklumi karena sudah merupakan kewajaran jika jenis perubahan
sebagaimana tersebut di muka, akan lebih mudah terealisasi oleh gerakan
―tangan-tangan yang berpengetahuan‖. Maka mahasiswa—setidaknya—
adalah bagian besar dari ―tangan-tangan yang berpengetahuan‖ tersebut.
Asumsi bahwa mahasiswa adalah ―yang berpengetahuan‖ sehingga
menjadi pihak yang turut bertanggung jawab terhadap perubahan, diperkuat
oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: Pendidikan-Pengajaran,
Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat. Terkhusus untuk mahasiswa
IAIN Sunan Ampel Surabaya, keberadaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
bertambah dengan adanya tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu:
meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas sebagai pusat pembudayaan
ilmu pengetahuan keislaman dan ilmu-ilmu yang terkait berdasar standar
nasional dan global; mengupayakan integrasi paradigma dan epistemologi
ilmu umum-ilmu keislaman; mendidik mahasiswa menjadi warga masyarakat
yang agamis; mengupayakan konseptualisasi ajaran dan pemikiran Islam agar
dapat diaktualisasikan dalam kehidupan; mengembangkan penelitian kualitatif
dan kuantitatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan; meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui pola pengabdian kepada masyarakat; dan
mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai-nilai baru
yang lebih positif.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan-Pengajaran,
Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat menuntut mahasiswa untuk
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
2
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
menguasai ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek tersebut telah terjabarkan oleh
tujuh misi IAIN Sunan Ampel Surabaya sehingga tercapainya misi-misi
tersebut, menjadi tugas mahasiswa untuk mewujudkannya. Beragam teori
terkait dengan misi-misi tersebut di muka, telah didapatkan oleh mahasiswa
sepanjang masa-masa kuliahnya. Sehingga menjadi tugas mahasiswa untuk
mempraktekkannya (mengaplikasikannya). Artinya, mahasiswa sebagai
―orang dalamnya‖ perguruan tinggi berkewajiban untuk menjadi motor
perubahan di berbagai bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,
kesehatan, agama, dan sebagainya. Dengan menjadi motor perubahan, maka
tertunaikanlah Tri Dharma yang ketiga yaitu Pengabdian kepada masyarakat.
Maka sebagai media awal untuk memenuhi tanggung jawab
mahasiswa dan untuk menunaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut,
perguruan tinggi IAIN Sunan Ampel Surabaya mencanangkan sebuah
program yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang notebene juga merupakan
penjabaran dari tujuh misi IAIN sebagaimana tersebut di muka.
Dalam program KKN yang merupakan perwujudan dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi dan/atau penjabaran dari tujuh misi IAIN tersebut, selain
sebagai sebuah bentuk pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa juga belajar
bersama dengan masyarakat agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu
pengetahuan (baca: teori) yang telah didapatkan. Program KKN juga bisa
dijadikan semacam bentuk ujicoba keabsahan teori karena tidak bisa tidak,
seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pergeseran situasi dan kondisi yang
terjadi di masyarakat. Benturan antara teori dengan realitas—banyak atau pun
sedikit—pasti terjadi.sehingga perubahan yang diharapkan sulit bahkan tidak
terwujudkan.
Fakta ini membuat format KKN yang telah berjalan sebelumnya (KKN
Konvensional) layak untuk dikritisi karena dirasa belum mampu memberikan
kontribusi yang maksimal (masyarakat hanya menjadi objek/bersifat pasif)
serta belum mampu menjadikan mahasiswa memiliki kompetensi untuk
melakukan proses pengabdian kepada masyarakat secara lebih progresif.
Sehingga dimunculkan sebuah alternatif yaitu KKN Transformatif yang
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
3
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
merupakan upaya memasukkan ide-ide Participatory Action Research (PAR).
Sedangkan PAR sendiri merupakan sebuah pendekatan yang terumuskan atas
dasar konsep Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan
Learning to Live Together. Berdasar konsep tersebut, Participatory Action
Research (PAR) secara berurutan tercirikan dengan tiga buah variabel utama
yaitu: research (riset), action (aksi), dan participatory (partisipasi).
Dengan ketiga ciri tersebut, dapat dipahami bahwa KKN Transformatif
dengan pendekatan PAR diawali oleh kegiatan riset (research), yaitu kegiatan
yang dirupakan dengan melakukan penelitian yang diikuti dengan pemahaman
yang detail dan mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi
di masyarakat. Setelah kegiatan riset mendapatkan hasil yang detail dan
pemahaman yang mendalam, kegiatan selanjutnya adalah aksi (action), yaitu
kegiatan yang dirupakan dengan melakukan pencarian solusi-solusi sekaligus
poin-poin bentuk programnya. Meski demikian, berdasarkan konsep yang
melandasi PAR, kedua kegiatan yang merupakan ciri PAR tersebut di muka
harus dilaksanakan secara partisipatif (participatory). Artinya, dalam
melakukan riset beserta pemahamannya maupun dalam berupaya
mendapatkan solusi beserta bentuk-bentuk pelaksanaannya, harus melibatkan
komponen utama yaitu masyarakat.
Uraian di depan menunjukkan bahwa KKN Transformatif dengan
pendekatan PAR memiliki peran yang signifikan: masyarakat tidak hanya
dijadikan sebagai obyek, tetapi juga menjadi subyek. Artinya, masyarakat dan
mahasiswa bekerjasama dan bersama-sama menjadi subyek perubahan dengan
mahasiswa berperan sebagai fasilitator, katalisator, animator, dan enabler dari
transformasi tersebut.
B. TUJUAN KKN TRANSFORMATIF (KKN-PAR)
Selain berpegangan pada Tri Darma Perguruan Tinggi, program KKN
Transformatif juga memiliki tujuan, umum dan khusus. Tujuan umumnya
adalah untuk meningkatkan kualitas peran IAIN Sunan Ampel dalam rangka
memberdayakan dan mengembangkan masyarakat melalui pendampingan
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
4
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
untuk mewujudkan masyarakat transformatif menuju kehiduan masyarakat
kritis yang agamis, berkeadilan, mandiri, dan demokratis. Sedangkan tujuan
khusus KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya meliputi:
1. Meningkatkan kesadaran terhadap tanggung jawab sosial mahasiswa dan
civitas akademika terhadap kehidupan masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas intelektual mahasiswa dalam berbagai disiplin ilmu
sebagai bekal untuk memberdayaan masyarakat
3. Menjadikan mahasiswa mampu--dan mau--belajar bersama masyarakat
untuk memahami dan memecahkan maslah sehingga memperoleh
pengalaman dan pengetahuan dari kehidupan nyata di masyarakat.
4. Melatih kepekaan, empati, simpati, dan kepedulian sosial mahasiswa
terhadap beragam masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
5. Menjadikan mahasiswa memilki sikap tanggap aksi dalam menangani
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
6. Memperkuat integrasi mahasiswa dengan masyarakat melalui partisipasi
aktif bersama masyarakat dalam mengurai dan memecahkan masalah-
masalah bersama masyarakat.
7. Membekali mahasiswa dengan ragam metode dan teknik sebagai sarana
untuk menggali dan menggerakkan potensi yang ada di masyarakat.
8. Membentuk mahasiswa yang dinamis, konstruktif, dan reformatif yang
mampu mengadakan perubahan sosial melalui beragam improvisasi dan
inovasi terhadap pola-pola pemecahan problem sosial.
9. Mensinergikan potensi keilmuan yang diperoleh mahasiswa di kampus
dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam rangka pemecahan
problem sosial.
10. Mengubah paradigma pembinaan dan penyuluhan menjadi paradigma
partisipatori dan transformatif dalam pemberdayaan masyarakat.
C. SASARAN DAN TARGET KKN
KKN Transformatif dengan pendekatan PAR yang merupakan bentuk
KKN alternatif yang diterapkan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya ini
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
5
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
bertempat di Desa Begaganlimo Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Dengan tujuan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di masyarakat
melalui tiga tahap: tahap research (penelitian), action (aksi) dan participatory.
Artinya bahwa KKN Transformatif dengan pendekatan PAR bukanlah sebuah
kegiatan yang insidental, sporadis, dan sektoral melainkan merupakan sebuah
upaya sistematis, terpadu, dan berkelanjutan. Sehingga segala program yang
nantinya dilaksanakan bersama masyarakat dapat tepat sasaran dan sesuai
dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahap selanjutnya, masyarakat
dapat membaca kondisinya sendiri jika suatu saat mengalami suatu masalah
tanpa meminta bantuan dari pihak luar sehingga masyarakat dapat hidup
mandiri dalam segala aspek kehidupannya.
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan laporan KKN-PAR 2008 di Desa
Begaganlimo adalah sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan KKN
C. Sasaran dan Target KKN
D. Sistematika Pembahasan
BAB II KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO
(HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS)
A. Sejarah Desa Begaganlimo
B. Gambaran Global Kondisi Geografis Desa Begaganlimo
C. Gambaran Sektoral Kondisi Demografis Desa Begaganlimo
a. Sektor Ekonomi
b. Sektor Pendidikan
c. Sektor Keagamaan
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
6
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB III PROSESI PENERAPAN PARTICIPATORY ACTION
RESEARCH
A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI
1. Pengenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat
2. Inkulturasi dengan Masyarakat
3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya
4. Identifikasi Potensi
B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM/AKSI
1. Peningkatkan Kualitas Pengajar TPQ
2. Reformasi Ta’mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid
3. Pembentukan Majlis Dzikir
4. Pelatihan Qiraat Ibu-Ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin
5. Pelatihan Manajemen Koperasi
6. Pelatihan Komputer
BAB IV REFLEKSI (ANALISIS DAN TEORITISASI)
A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM
B. EVALUASI HASIL PROGRAM
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
B. KENDALA-KENDALA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
7
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB II
KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DESA BEGAGANLIMO
(HISTORIS, GEOGRAFIS, DAN DEMOGRAFIS)
A. SEJARAH DESA BEGAGANLIMO
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Syamsi (Bayan),
Desa Begaganlimo bermula ketika anak buah Pangeran Diponegoro tiba di
hutan yang terletak di perbukitan di mana desa Begaganlimo saat ini berlokasi.
Mereka adalah anak buah Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri dari
kejaran Pasukan Kompeni Belanda pasca tertangkapnya Pangeran
Diponegoro. Jumlah pelarian ini adalah 5 orang dipimpin oleh Mbah Sarirejo.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selanjutnya
mereka membuka ladang di hutan tersebut. Ladang dalam bahasa Jawa
Tengah dibahasakan dengan Pegagan. Kemudian terucap dengan lidah Jawa
(Timur) menjadi Begagan. Berhubung yang babat alas adalah lima orang,
daerah tersebut kemudian dinamai Begaganlimo yang secara harfiahnya
berarti ladange wong limo (ladangnya lima orang).
Seiring dengan perjalanan waktu, karena faktor letak yang terlalu jauh
(di puncak bukit), maka penghuni Begaganlimo sepakat memindah lokasi desa
lebih ke bawah. Dengan demikian, sebenarnya Desa Begaganlimo merupakan
sebuah ―desa tua‖ yang menjadi ―muda‖ karena terjadi perpindahan lokasi.
Sebenarnya ada versi lain dari sejarah desa Begaganlimo, di antaranya
adalah adanya keterkaitan antara Troliman (nama salah satu dusun dari dua
dusun di desa Begaganlimo) dengan Trowulan. Seperti yang dituturkan oleh
Bapak Ponimin, dulu ada Pangeran dari Trowulan (mungkin Majapahit) yang
ingin mempersunting putri dari Ki Ageng Pengging yang ketika itu
berdomisili di Troliman. Namun, Ki Ageng Pengging tahu bahwa wujud ruh
nya Pangeran adalah Bajul (kura-kura). Sehingga Ki Ageng Pengging tidak
terima dan mengutuk Pangeran menjadi batu yang berwujud Bajul. Adapun
batu yang berwujud Bajul tersebut saat ini bisa ditemui di pinggiran hutan
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
8
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
yang terletak di dusun Begagan berupa batu besar berbentuk kura-kura yang
oleh penduduk Desa Begaganlimo disebut dengan watu bajul, bahkan nama
watu bajul juga diresmikan menjadi nama sebuah gang di dusun Begagan.
Jika diteliti lebih mendalam, nampaknya cerita versi Bapak Syamsi lah
yang lebih mendekati kebenaran. Karena, rentang waktu antara zaman
Majapahit lebih jauh dibanding dengan zaman Pangeran Diponegoro.
Sehingga, ketersambungan antara Troliman dan Trowulan tidak lebih hanya
sekadar uthak-athik gathuk (dipaksakan kesesuaiannya) yaitu antara liman
(liman: lima, yang merupakan jumlah hari dalam penanggalan jawa) dengan
wulan (wulan: bulan).
Namun, keberadaan petilasan Majapahit yang berupa peralatan-
peralatan yang terbuat dari batu yang saat ini masih ada dan bisa ditemui di
dekat sumber air di tengah hutan membuat dua versi cerita di muka menjadi
lebih sulit dideteksi: versi mana yang benar. Sehingga sejarah desa
Begaganlimo sampai saat ini masih misterius. Artinya belum ada narasumber
yang bisa memberikan informasi yang akurat karena hampir sebagian besar
penduduk desa Begaganlimo sama sekali tidak mengetahui sejarah desa
mereka. Adapun yang mengetahui, informasi yang mereka berikan hanya
sepotong-sepotong dan hanya berkutat pada dua versi tersebut di depan.
B. GAMBARAN GLOBAL KONDISI GEOGRAFIS
Desa Begaganlimo yang ditentukan sebagai lokasi sasaran KKN-PAR
memiliki luas wilayah + 111 hektar. Secara geografis, Desa Begaganlimo
terletak di sekitar Pegunungan Anjasmoro. Di sebelah utara, desa
Begaganlimo bersebelahan dengan Desa Kalikatir; sebelah selatan dibatasi
oleh sungai dan Hutan PERHUTANI; sedangkan di sebelah barat dibatasi oleh
sungai dan Desa Ndilem; dan di sebelah timur berbatasan dengan hutan.
Sebagaimana umumnya daerah yang berlokasi di kaki gunung dan
dikelilingi oleh sungai, kondisi tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian
di desa Begaganlimo tergolong tanah yang sangat subur. Sehingga
memungkinkan penduduk untuk menanam berbagai macam jenis tanaman.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
9
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
Adapun lahan pertanian di desa Begaganlimo terbagi dalam tiga bentuk yaitu
sawah, hutan rakyat, dan tegalan (kebun).
Sesuai dengan luas wilayahnya yang terbilang sempit (apalagi jika
dibandingkan dengan desa Centong), lahan persawahan di desa ini pun
terbilang sedikit. Semakin menyempit setelah musibah banjir melanda pada
tahun 2003 yang mana mematikan fungsi sekitar 1/3 dari lahan persawahan
yang ada sebelumnya. Lahan persawahan di desa Begaganlimo tidak berada
pada satu lokasi melainkan terpisah-pisah. Ada yang terletak di pinggir hutan,
di atas tebing sungai, dan bahkan ada yang berada di pinggir jalan beraspal.
Sawah digunakan oleh penduduk untuk menanam padi serta sesekali diselingi
dengan jagung. Selain kedua jenis tanaman ini, belum pernah ada penduduk
yang mencoba menanam tanaman jenis lain di sawah.
Meski hanya memiliki lahan persawahan yang sempit, penduduk
Begaganlimo sedikit tertolong oleh adanya sistem pengamanan hutan mandiri
yang mana penduduk Begaganlimo yang menjadi anggota KMDH (Koperasi
Masyarakat Desa Hutan), selain berkewajiban menjaga kelestarian hutan juga
mendapat kompensasi yang kemudian biasa disebut dengan hutan rakyat, yaitu
penduduk berhak menanam tanaman apa pun di lahan hutan Perhutani.
Umumnya, hutan rakyat ini ditanami dengan tanaman pisang dan ketela.
Adapun tegalan (kebun) yang berada tidak jauh dari rumah-rumah penduduk,
mayoritas ditanami dengan tanaman durian.
Selain bidang pertanian, sebagian kecil penduduk desa Begaganlimo
juga menggeluti bidang peternakan yaitu peternakan kambing dan sapi. Usaha
di bidang ini terdukung oleh berlimpahnya pakan ternak yang berupa rumput
dan daun-daun dari jenis tanaman tertentu. Sehingga pola beternak mereka
adalah pola peternakan tradisional. Tidak banyaknya penduduk yang
menggeluti bidang peternakan lebih disebabkan oleh faktor tidak adanya
modal untuk membeli hewan ternak. Selain itu, penduduk juga merasa bahwa
waktu dan tenaga mereka cukup banyak tersita untuk bergelut di bidang
pertanian.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
10
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
Di bidang pendidikan, Desa Begaganlimo termasuk daerah tertinggal.
Hal ini ditandai dengan tidak adanya lembaga pendidikan tingkat dasar di desa
tersebut. Sehingga anak-anak yang berusia ―wajib belajar‖ terpaksa harus
menempuh jarak yang cukup jauh untuk kepentingan pendidikan mereka.
Bahkan sampai saat ini, masih banyak ditemui anak-anak SD dan SMP yang
pulang-pergi dengan berjalan kaki kurang lebih 4 kilometer (SMPN 3
Gondang) dan 2 kilometer (SDN Begaganlimo). Faktor jarak pula (dan juga
faktor biaya) yang membuat tingkat pendidikan penduduk Begaganlimo
sangat rendah. Mayoritas, pendidikan formal mereka terhenti setelah lulus dari
SMP.
Di bidang keagamaan, mayoritas penduduknya beragama Islam., dam
hanya ada 8 KK yang beragama non-Islam (Kristen). Sehingga wajar jika di
desa Begaganlimo terdapat dua buah masjid dan dua buah musholla. 1 masjid
dan 1 musholla terletak di dusun Troliman, 1 masjid dan 1 musholla lainnya
terletak di dusun Begagan. Dua buah musholla sudah ada sejak dulu; 1 masjid
(Masjid Ass Sholihin) di dusun Troliman berdiri sejak tahun 2003; sedangkan
1 masjid (Masjid An Nuur) yang terletak di dusun Begagan baru saja selesai
pembangunannya 2 bulan sebelum kedatangan mahasiswa peserta KKN-PAR.
C. GAMBARAN SEKTORAL KONDISI DEMOGRAFIS
Desa Begaganlimo yang terdiri dari dua dusun (Troliman dan
Begagan) memilki penduduk sebanyak 563 jiwa yang terbagi menjadi 188
kepala keluarga1 dan dikelompokkan menjadi 6 RT (3 RT di Troliman dan 3
RT di Begagan). Masing-masing RT dibatasi oleh gang-gang kecil yang papan
namanya dibuat oleh peserta KKN dari UNTAG Surabaya yang datang kurang
lebih 4 bulan sebelum kedatangan peserta KKN-PAR Fakultas Ushuluddin
IAIN Sunan Ampel Surabaya. Prosentase warga desa Begaganlimo bisa
disebut kurang seimbang karena para pemudanya banyak yang meninggalkan
1 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statsistik (BPS) Tahun 2003, adapun Kepala Desa
Begaganlimo dalam sambutannya menyatakan bahwa Desa Begaganlimo dihuni oleh sebanyak
181 KK.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
11
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
desa untuk bekerja di kota sehingga terjadi semacam keterputusan generasi
(dari generasi tua ke generasi anak-anak).
a. Sektor Ekonomi
Desa Begaganlimo termasuk desa yang berwilayah sempit jika
dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Gondang
(kecuali desa Ndilem). Ini terlihat dari sedikitnya lahan pertanian yang
ada desa tersebut serta sedikitnya jumlah penduduk yang menghuni desa
tersebut.
Dengan kondisi tanah di desa Begaganlimo yang sangat subur,
penduduknya yang sebagian besar adalah petani menanami sawah-sawah
dengan tanaman padi dan jagung. Dari hasil pertanian itulah (padi dan
jagung), penduduk desa Begaganlimo menggantungkan hidupnya sehingga
hasil tanaman terutama padi lebih diutamakan untuk dikonsumsi sendiri.
Namun, meskipun bertanah sangat subur, hasil dari pertanian
mereka tidak terlalu maksimal karena terkendala oleh terbatasnya lahan.
Sehingga, ada yang mencoba usaha lain yaitu dengan memelihara hewan
ternak berupa kambing dan/atau sapi.
Adapun penduduk yang tidak memiliki lahan untuk bertani,
mereka bekerja sebagai pedagang di rumah-rumah (warung atau toko) atau
pun di pasar-pasar, dan dari hasil itulah mereka memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Berdasar data, ada sekitar 4 buah warung dan 3
buah toko yang terdapat di desa Begaganlimo.
b. Sektor Pendidikan
Desa Begaganlimo yang penduduknya berjumlah 563 orang,
merupakan desa yang tingkat pendidikan formal warganya sangat rendah.
Dari jumlah penduduk tersebut di muka, hanya 3 orang yang
berpendidikan terakhirnya S1; 4 orang D1/D2/D3; dan 2 orang yang
sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
12
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
Dari data yang telah terkoleksi tersebut, dapat disimpulkan pula
bahwa tingkat kesadaran masyarakat Desa Begaganlimo terhadap urgensi
pendidikan masih rendah. Kondisi ini terutama dilatarbelakangi oleh
rendahnya tingkat perekonomian warganya. Para orang tua umumnya
merasa keberatan (baca: tidak mampu) untuk membiayai anak-anaknya
(terutama biaya pendaftaran) untuk meneruskan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan mayoritas
warga Desa Begaganlimo setelah lulus SMP tidak lagi meneruskan ke
jenjang yang lebih tinggi melainkan bersegera meninggalkan desa untuk
bekerja di kota.
Rendahnya kesadaran warga desa Begaganlimo terhadap urgensi
pendidikan juga diperburuk dengan ketiadaan lembaga pendidikan tingkat
dasar di desa tersebut. Ada sebuah Sekolah Dasar yang meskipun secara
legal-formal bernama SDN Begaganlimo, kenyataannya tidak berlokasi di
Desa Begaganlimo melainkan di Dusun Dokare Desa Kalikatir yang
berjarak cukup jauh. Sehingga, sampai dengan saat ini, di Desa
Begaganlimo hanya ada lembaga pendidikan ―sangat dasar‖ yaitu Play
Group, masing-masing 1 Play Group di masing-masing dusun.
c. Sektor Keagamaan
Menurut penuturan Bapak Sholihin (donatur terbesar pendirian
Masjid Ass Sholihin), tingkat kesadaran keagamaan penduduk
Begaganlimo sebenarnya tidak rendah. Hal ini terbukti dengan antusiasme
penduduk desa terhadap gagasan pendirian masjid yang dia gagas. Hanya
saja, karakteristik masyarakat yang rata-rata berego tinggi sehingga
berimbas pada tingkat pemahaman keagamaan, membuat kegiatan
keagamaan (dalam berbagai bentuknya) kurang bisa berjalan lancar.
Bahkan pendirian masjid yang dia gagas dan yng pada awalnya disambut
dengan antusias, harus mengalami berbagai hambatan sebab karakterisitik
masyarakat yang telah mendarah daging tersebut. Sedangkan menurut
Kepala Desa Begaganlimo, Desa Begaganlimo sangat kekurangan tokoh
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
13
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
agama atau orang yang ahli di bidang agama (Islam) sehingga berpengaruh
besar pada rendahnya tingkat pemahaman keagamaan warga. Kalaupun
ada, adalah tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ dan tokoh-tokoh yang
menokohkan diri. Sehingga sektor keagamaan di desa Begaganlimo tidak
bisa tergarap maksimal karena masyarakat kurang bisa percaya dan kurang
bisa patuh kepada tokoh-tokoh yang ―nanggung‖ apalagi tokoh-tokoh yang
menokohkan diri.
Meskipun demikian, kegiatan keagamaan di desa Begaganlimo
tetap ada dan berjalan. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa rutinitas
keagamaan. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut bisaanya dilakukan
oleh warga secara rutin dan bergilir secara per dusun. Untuk dusun
Troliman, ada acara khataman yang biasanya dilakukan pada pagi sampai
dengan siang hari seminnggu sekali di masjid Ass Sholihin Troliman.
Kegiatan Tahlilan bapak-bapak dilaksanakan setiap hari Kamis malam
Jumat sedangkan kegiatan tahlilan ibu-ibu dilaksanakan pada hari Sabtu
malam Minggu. Selain kegiatan tahlilan, juga ada kegiatan dibaan yang
dilaksanakan setiap hari Rabu malam Kamis. Adapun untuk dusun
Begagan, kegiatan tahlilan bapak-bapak dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan tahlilan di dusun Troliman, tahlilan ibu-ibu pada hari Selasa
malam Rabu. Sementara khataman bertempat di masjid An Nur setiap pagi
hari Kamis.
Terpisahnya kegiatan keagamaan antara dusun Troliman dengan
dusun Begagan tersebut selain karena faktor jauhnya jarak antara kedua
dua dusun tersebut, juga dilatarbelakangi oleh perbedaan prinsip dan
karakter antartokoh agama kedua dusun tersebut. Bahkan pembangunan
masjid An Nur di Begagan, menurut beberapa narasumber, juga
dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antartokoh agama. Perbedaan
karakter dan prinsip ini pun kemudian berimbas pada kuantitas dan
kualitas kegiatan keagamaan di masing-masing dusun. Dusun Begagan
berdasarkan pengamatan, lebih aktif dibanding dusun Troliman karena
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
14
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
tokoh agamanya lebih dapat diterima oleh masyarakat sehingga mampu
menggerakkan masyarakat dalam beragam jenis kegiatan keagamaan.
Adapun fasilitas keagamaan yang ada di desa Begaganlimo adalah
dua masjid dan dua musholla. Masjid Ass Sholihin terletak di dusun
Troliman, tepatnya berada di gang Sumber Agung dan berdiri di sebelah
barat rumah pewakaf tanah (Bpk. Karnoko). Sampai dengan saat ini,
bangunan masjid tersebut belum sempurna sebab kekurangan dana untuk
menyempurnakan bangunan serambinya. Adapun musholla yang terdapat
di dusun Troliman lebih difungsikan sebagai tempat pembelajaran TPQ.
Musholla ini terletak di dekat sungai dan mungkin karena faktor kedekatan
dengan sungai ini membuat fasilitas tempat wudhu tidak berfungsi dengan
baik.
Jika di dusun Troliman ada satu masjid dan satu musholla, maka
demikian pula di dusun Begagan. Masjid An Nur yang baru berumur
kurang lebih dua bulan terletak di bagian selatan dusun Begagan dan
mushollanya terletak di bagian utara dusun Begagan. Keberadaan masjid
di dusun Begagan ini sangat penting terutama jika terkait dengan ibadah
shalat Jum’at karena antara dusun Begagan dengan dusun Troliman
terpisah oleh jarak yang lumayan jauh. Sehingga orang-orang tua merasa
keberatan jika harus menempuh perjalanan ke dusun Troliman.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
15
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB III
PROSES PENERAPAN
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH
(PRAKTEK KERJA PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL)
A. TAHAP-TAHAP RISET AKSI
1. Perkenalan dan Sosialisasi dengan Masyarakat
Sebagai serombongan tamu yang belum dikenal sebelumnya, maka
mahasiswa peserta KKN-PAR yang ditempatkan di Desa Begaganlimo
memperkenalkan diri kepada masyarakat desa Begaganlimo mengenai diri,
dari, dan tujuan. Hal ini bertujuan agar kedatangan dan kehadiran
mahasiswa peserta KKN-PAR bisa diterima dengan baik dan terbuka oleh
masyarakat setempat, baik secara personal maupun komunal. Sehingga
proses penerapan PAR dalam pelaksanaan program KKN yang dijalankan
oleh mahasiswa peserta KKN-PAR selanjutnya mendapat apresiasi yang
baik (respon positif dan dukungan) dari masyarakat yang endingnya adalah
kelancaran dan kesuksesan KKN PAR Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel Surabaya di Desa Begaganlimo.
Langkah pertama adalah seremonial perkenalan dengan perangkat
desa Begaganlimo. Seremonial ini berlangsung tidak lama setelah acara
pembukaan KKN di Balai Kecamatan Gondang yang diikuti oleh seluruh
peserta KKN-PAR yang tersebar di lima desa dan dihadiri oleh Camat
Gondang (Bapak Susantoso), Kapolsek Gondang, 4 Kepala Desa dan 1
perwakilan kepala desa, Dekan Fakultas Ushuluddin, para Dosen
Pemdamping Lapangan (DPL), dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pelaksanaan program KKN-PAR. Dalam acara pembukaan
tersebut Camat Gondang memberikan sedikit tentang gambaran umum
mengenai desa-desa yang akan kami tempati.
Setelah selesai mengikuti acara pembukaan di Balai Kecamatan,
para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo langsung
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
16
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
berangkat ke desa yang telah ditentukan. Tiba di desa Begaganlimo, para
mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo berhenti di Balai Desa
Begaganlimo karena ternyata Kepala Desa Begaganlimo telah menyiapkan
acara penyambutan. Dalam acara penyambutan di Balai Desa tersebut,
hadir seluruh perangkat Desa Begaganlimo kecuali Sekretaris Desa. Dalam
acara ini masing-masing dari perangkat desa dan masing dari para
mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo memperkenalkan diri.
Tidak lupa, Koordes dalam sambutannya menyampaikan penjelasan
tentang KKN Transformatif berpendekatan PAR. Penjelasan tentang PAR
dirasa perlu sebagai langkah awal untuk menyamakan persepsi karena desa
Begaganlimo sudah pernah ditempati sebelumnya sebagai lokasi KKN
perguruan tinggi lain yang sistem KKN-nya tidak berpendekatan PAR.
Selanjutnya rombongan mahasiswa peserta KKN-PAR dengan dipandu
oleh Kepala Desa meneruskan perjalanan menuju rumah yang akan
dijadikan posko KKN-PAR di desa Begaganlimo.
Pada malam harinya, bertepatan dengan acara kenduri
memperingati Isra’ Mi’raj, Kepala Desa memperkenalkan para mahasiswa
peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo kepada seluruh masyarakat yang
hadir. Sambutan masyarakat waktu perkenalan ini sangat baik sehingga
tidak sulit bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo
untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam kesempatan ini, untuk
kedua kalinya, perwakilan dari para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa
Begaganlimo menjelaskan tentang KKN-PAR. Penjelasan tentang KKN-
PAR terhadap masyarakat dirasa perlu karena sudah menjadi pengertian
umum bahwa mahasiswa peserta KKN pasti sudah membawa program dari
kampus yang biasanya bersifat fisik, sedangkan yang sudah mengetahui—
apalagi memahami—tentang KKN-PAR baru beberapa orang perangkat
desa.
Proses perkenalan diri dan sosialisasi tentang KKN-PAR tidak
berhenti sampai di sini karena pendekatan secara personal dan door to
door dirasa perlu dalam rangka mendukung kesuksesan program KKN-
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
17
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
PAR yang secara sekilas tampak sulit untuk diterima oleh masyarakat
yang telah terbiasa dengan KKN Konvensional. Keesokan harinya, para
mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo secara terpisah
(perseorangan maupun berkelompok) mendatangi rumah-rumah
masyarakat. Terutama rumah kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan tokoh pemuda, di antaranya:
a. Kepala Desa (Bapak Miseri)
Sebagai Kepala Desa Begaganlimo, Bapak Miseri termasuk sedikit
dari pemimpin yang terbuka dan merakyat. Asumsi ini berangkat dari
mudahnya beliau untuk ditamui maupun sekadar ditemui. Bahkan
dengan penuh rasa kebapakan, beliau dan istrinya bersedia meluangkan
waktu dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan makan-minum para
mahasiswa peserta KKN-PAR selama satu bulan. Kondisi ini membuat
para mahasiswa peserta KKN-PAR sangat mudah untuk
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan beliau.
Komunikasi secara personal dimulai pada hari pertama saat makan
siang, membahas lebih detail tentang KKN berpendekatan PAR. Satu
keuntungan bagi para mahasiswa peserta KKN-PAR adalah bahwa
Kepala Desa Begaganlimo sudah memahami dengan baik konsep PAR
sejak mendapat penjelasan pada waktu acara pembukaan KKN-PAR di
balai kecamatan Gondang.
Dalam kesempatan ini Kepala Desa Begaganlimo secara terbuka juga
menceritakan sejarah kepemimpinannya. Beliau juga menayadari dan
menyatakan bahwa desa Begaganlimo sangat kekurangan Sumber
Daya Manusia (SDM) unggul. Terutama di bidang keagamaan (Islam).
Sehingga beliau sangat berharap kedatangan dan kehadiran para
mahasiswa peserta KKN-PAR bisa menutupi kekurangan tersebut.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
18
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
b. Bapak Sauji (Tokoh Agama)
Pernyataan bahwa desa Begaganlimo minim kuantitas dan kualitas
SDM keagamaan membuat para mahasiswa peserta KKN-PAR
berusaha mencari tahu. Sehingga bertemu dengan Bapak Sauji yang
ternyata adalah—mungkin—satu-satunya SDM keagamaan yang
berkualitas tidak minim. Setelah memperkenalkan diri dan
menyosialisasikan misi, Bapak Sauji menyatakan dukungan terhadap
program KKN-PAR, terutama di bidang kegamaan.
c. Bapak Karnoko (tokoh Masyarakat)
Selain dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa, pada hari kedua para
mahasiswa peserta KKN-PAR juga bertemu dan bertamu ke beberapa
tokoh masyarakat, di antaranya adalah Bapak Karnoko.2 Karena
kekurangtahuan beliau tentang IAIN, beliau tidak bertanya tentang
―apa itu KKN-PAR‖ melainkan lebih radikal: apa eksistensi IAIN.
Pertanyaan beliau difahami oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR
sebagai ketidaktahuan beliau tentang bidang keilmuan apa yang ada di
IAIN. Sehingga pertemuan ini lebih banyak berisi penjelasan detail
tentang IAIN. Selanjutnya Bapak Karnoko—setelah memahami
eksistensi IAIN—mempertanyakan apa saja yang akan dikerjakan oleh
para mahasiswa peserta KKN-PAR di desa Begaganlimo. Pertanyaan
ini membuka ruang untuk menyosialisasikan KKN-PAR. Namun
meski sudah mendapat penjelasan tentang KKN-PAR, Bapak Karnoko
tampak belum memahami benar KKN-PAR. Beliau lebih ingin melihat
realisasi; bukti nyata. Meski demikian, ada satu pernyataan beliau yang
cukup baik untuk menjadi pondasi perubahan ke arah yang lebih baik:
―Kalau benar, aku ikuti.‖
2 Pewakaf tanah Masjid Ash Sholihin Dusun Troliman.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
19
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
d. Bapak Joko Suroso (Ketua Karang Taruna Troliman dan Pemilik
Rumah yang dijadikan Posko KKN-PAR)
Tidak berselang lama setelah menempati rumah yang dijadikan Posko
KKN-PAR (sebelum makan siang dan berbincang dengan Kepala
Desa), para mahasiswa peserta KKN-PAR menemui pemilik rumah
yaitu Bapak Joko Suroso. Kebetulan beliau adalah ketua Karang
Taruna Dusun Troliman.3 Dalam pertemuan ini, disamping
menyampaikan keprihatinan bahwa Desa Begaganlimo sangat jarang
ditempati sebagai lokasi KKN dibanding beberapa desa lain di
kecamatan Gondang, Bapak Joko Suroso—setelah mendengar
penjelasan tentang KKN berpendekatan PAR—dengan nada gembira
juga menyatakan bahwa pendekatan seperti PAR inilah yang selama
ini beliau cari dan tunggu-tunggu. Pernyataan ini wajar adanya karena
Bapak Joko Suroso termasuk sedikit dari ―orang terpelajar‖ yang ada
di desa Begaganlimo.
Kehadiran para mahasiswa peserta KKN-PAR juga beliau harapkan
mampu merekatkan (baca: menyatukan) kembali masyarakat—
khususnya—dusun Troliman yang terpecah sebab “eker-ekeran”
PILKADUS (Pilihan Kepala Dusun). Pada akhir pertemuan ini Bapak
Joko Suroso mengingatkan para mahasiswa peserta KKN-PAR agar
tidak berlaku dan ―bernasib seperti para mahasiswa peserta KKN
Untag yang sedikit—bahkan tidak—mengenal dan dikenal masyarakat
Begaganlimo.
e. Ngateman (Ketua Karang Taruna Begagan)
Unsur yang tidak kalah penting yang harus dirangkul demi
keberhasilan KKN-PAR adalah unsur pemuda karena para mahasiswa
peserta KKN-PAR notabene adalah sekumpulan pemuda. Hal ini
mendorong para mahasiswa peserta KKN-PAR untuk
3 Karena kuantitas pemuda di desa Begaganlimo sangat sedikit, Karang Taruna yang notabene
adalah organisasi pemuda pun akhirnya berisi dan dipimpin oleh orang-orang yang secara usia
tidak termasuk dalam kategori pemuda.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
20
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
memperkenalkan diri ke kelompok Karang Taruna. Perkenalan dan
sosialisasi lebih intensif terutama dengan Ketua Karang Taruna.
Paimin, ketua Karang Taruna dusun Begagan menyatakan
kesediaannya untuk bekerjasama. Bahkan, dia berharap agar para
mahasiswa peserta KKN-PAR mau untuk memberinya berbagai ide
dan pendapat dalam rangka mengembangkan dan memajukan desa.
f. Masyarakat
Di samping melakukan memperkenalkan diri dan menyosialisasikan
misi ke masyarakat melalui media shalat jamaah, tahlilan, marung, dan
sebagainya, para mahasiswa peserta KKN-PAR merasa perlu untuk
memperkenalkan diri dan menyosialisasikan misi secara door to door
ke beberapa orang tertentu Mengutamakan yang terabaikan merupakan
salah satu prinsip kerja PRA.4 Prinsip ini mendasari para mahasiswa
peserta KKN-PAR untuk mendatangi beberapa orang non-tokoh
masyarakat. Kegiatan ini dimulai pada hari ketiga, setelah hari pertama
dan kedua terfokus ke perangkat desa dan tokoh agama-tokoh
masyarakat. Orang pertama adalah Pak Kamad yang kebetulan
rumahnya berada tepat di depan Posko KKN-PAR. Pak Kamad
menerima dengan baik kedatangan para mahasiswa peserta KKN-PAR.
Setelah memperkenalkan diri, beliau pun memperkenalkan diri dan
keluarganya. Beliau tampaknya sudah mengetahui spesifikasi IAIN:
yaitu di bidang keagamaan (Islam). Sehingga, sebagai salah seorang
penganut agama Islam sekaligus ―agama‖ kejawen, beliau berharap
agar ―agama‖ kejawen tidak diusik. Karena ―agama‖ kejawen sudah
merupakan peninggalan nenek-moyang yang harus dilestarikan.
Artinya, beliau beharap agar kejawen tidak disalahkan. Meski
demikian, beliau sangat mendukung misi para mahasiswa peserta
KKN-PAR. Di bidang keagamaan, beliau tetap mengharapkan bidang
keagamaan di Begaganlimo berkembang. Adapun di bidang ekonomi,
4 Modul Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunan Ampel Surabaya, Hal. 79.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
21
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
beliau berharap agar di desa Begaganlimo ada semacam home industry
yang Sumber Daya Manusia nya adalah penduduk desa Begaganlimo
sendiri. Harapan ini dilandasi oleh berlimpahnya Sumber Daya Alam
di desa Begaganlimo namun tidak terkelola dengan baik.5
Orang kedua adalah Bapak Ponimin yang rumahnya berada di sebelah
Bapak Kamad. Perkenalan dan sosialisasi disambut dengan baik.
Dalam kesempatan ini, Bapak Ponimin lebih banyak bercerita tentang
sejarah desa. Orang ketiga adalah Ibu Sujak. Beliau menyatakan
kagum dan terkesan dengan ―keagamaan‖ para mahasiswa peserta
KKN-PAR. Dari sini beliau berharap agar pendidikan kegamaan anak-
anak kecil lebih diperhatikan.
2. Inkulturasi dan Trust Building dengan Masyarakat
Setelah proses perkenalan dan upaya sosialisasi KKN-PAR kepada
masyarakat, maka proses selanjutnya adalah membangun hubungan
kemanusiaan dengan masyarakat (inkulturasi) dan membangun
kepercayaan dengan masyarakat (trust building) sehingga bisa terjalin
hubungan yang setara dan saling mendukung (simbiosis mutualisme).
Dengan proses ini, diharapkan peserta KKN-PAR dan masyarakat bisa
seiring dalam melakukan riset, belajar memahami masalah, dan
memecahkan permasalahan secara kolektif dan partisipatif. Diperlukan
metode yang tepat agar inkulturasi dan trust building berhasil baik. Namun
sebelum inkulturasi dan trust building ini diupayakan, pendalaman
terhadap kondisi masyarakat dari berbagai sektornya harus dilakukan agar
didapatkan pemahaman yang benar dan tidak menjebak. Adapun metode
yang digunakan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Sesuai dengan artinya (peninjauan secara cermat; mengawasi dengan teliti;
mengamati), maka para mahasiswa peserta KKN-PAR melakukan
5 Desa Begaganlimo adalah penghasil pisang dengan kuantitas yang banyak dan dengan kualitas
yang baik. Dulu pernah ada usaha home industri kripik pisang namun tidak dapat eksis karena
kalah saing dengan produsen lain (terutama produk pabrik).
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
22
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
pengamatan secara cermat dan teliti terhadap kondisi sosial masyarakat
Begaganlimo. Proses pengamatan ini agar mendapatkan hasil yang tepat,
dilakukan dengan dengan dua cara: langsung dan tidak langsung. Cara
langsung dilakukan dengan wawancara secara personal maupun komunal
dengan masyarakat. Juga dengan melibatkan diri dalam setiap kegiatan
yang diselenggarakan warga desa. Cara tidak langsung dilakukan dengan
memperhatikan dan mencermati kebiasaan-kebiasaan (perilaku dan kultur)
masyarakat.
Karena pola pikir dan pola pemahaman dari masing-masing mahasiswa
peserta KKN-PAR pasti berbeda, maka hasil observasi didiskusikan di
dalam forum evaluasi harian. Hal ini penting untuk menghindari bias
informasi yang bisa terjadi tanpa adanya evaluasi dan diskusi. Sehingga
data yang didapatkan sebagai hasil observasi berupa data yang valid dan
akurat.
b. Trust Building
Meskipun sudah berusaha secara maksimal untuk menyosialisasikan KKN
berpendekatan PAR melalui baik secara door to door maupun melalui
forum kegiatan masyarakat semisal tahlilan, dibaan, dan kenduri, namun
masyarakat masih belum bisa lepas dari bayang-bayang KKN
Konvensional. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih mempertanyakan
―bentuk fisik‖ KKN-PAR. Kondisi ini membuat para mahasiswa peserta
KKN-PAR di desa Begaganlimo berinisiatif untuk ―membuka jalan‖ PAR
dengan melakukan yang bersifat konvensional. Lembaga pendidikan
seperti TPQ dan Play Group menjadi sarana awal untuk
mengkonvensionalkan diri sehari-hari. Selain itu, momen tahlilan dan
khutbah jumat juga menjadi sarana. Inisiatif ini penting karena berangkat
dari aktivitas inilah para mahasiswa peserta KKN-PAR bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Dapat dikatakan, KKN-PAR tidak bisa
berjalan lancar dan normal tanpa didasari KKN-Konvensional. Bahkan
berdasarkan fakta yang ada, kepercayaan masyarakat terhadap KKN-PAR
mustahil didapatkan tanpa melakukan aktifitas konvensional.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
23
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
3. Identifikasi Masalah dan Prosesnya
Setelah mendapatkan pemahaman mendalam terhadap kondisi
sosial masyarakat desa Begaganlimo melalui proses observasi dan telah
menjalani proses inkulturasi dan upaya trust building, masalah-masalah
yang ada di masyarakat Begaganlimo dapat teridentifikasi dan
terspesifikasi. Masalah-masalah tersebut meliputi sektor agama, ekonomi,
dan pendidikan—secara perseorangan maupun kelembagaan. Identifikasi
masalah didapatkan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR dengan cara
melakukan wawancara dengan masing-masing individu dari masyarakat,
baik secara personal maupun komunal. Adapun proses spesifikasi masalah
diperoleh melalui forum musyawarah bersama masyarakat yang diikuti
oleh key person maupun non key person yang diundang untuk mengikuti
forum tersebut.
a. Wawancara dengan Masyarakat
Faktor wilayah yang tidak luas dan faktor jumlah penduduk
yang tidak banyak memudahkan para mahasiswa peserta KKN-PAR
untuk melakukan pengamatan maupun untuk melakukan wawancara
dengan individu-individu dari masyarakat. Sehingga permasalahan
yang ada di masyarakat Begaganlimo dapat dengan mudah
diidentifikasikan. Identifikasi masalah yang terdiri dari sektor
keagamaan, ekonomi, dan pendidikan tersebut terjabarkan sebagai
berikut:
Pertama, di bidang keagaamaan, desa Begaganlimo kekurangan
Sumber Daya Manusia yang berkompetensi tinggi. Hal ini
memengaruhi rendahnya tingkat pemahaman keagamaan masyarakat,
sehingga agama tidak lebih dari sekadar seremonial dan ritual.
Kedua, di bidang ekonomi, sebagaimana yang terjadi di bidang
keagamaan, desa Begaganlimo juga kekurangan—bahkan tidak
memiliki—Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni di bidang
ini. Sehingga Sumber Daya Alam (SDA) desa Begaganlimo yang
berlimpah dan berpotensi besar untuk dapat meningkatkan taraf hidup
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
24
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
masyarakat, tidak terkelola dengan baik: produktif dan professional.
Ketiga, di bidang pendidikan, karena tingkat perekonomian
masyarakat belum mencapai garis standar, orientasi masyarakat
Begaganlimo terhadap jalur pendidikan formal dapat dinyatakan
hampir tidak ada. Hal ini wajar, karena secara global, kemampuan
finansial masyarakat Begaganlimo terbatasi oleh biaya jalur
pendidikan formal yang dari tahun ke tahun semakin mahal.
b. Musyawarah Bersama Masyarakat
Setelah melakukan wawancara dengan individu-individu
masyarakat yang menghasilkan data akurat sehingga masalah yang ada
di masyarakat dapat teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan spesifikasi dan perangkingan masalah. Langkah ini
dirupakan oleh para mahasiswa peserta KKN-PAR dengan
menyelenggarakan musyawarah bersama masyarakat yang melibatkan
berbagai komponen masyarakat. Karena materi yang direncanakan
untuk dibahas cukup luas namun waktu yang dimiliki oleh masyarakat
untuk bisa berkumpul terbatas, musyawarah bersama masyarakat
dilaksanakan dalam dua tahap6. Materi tahap pertama berupa pemetaan
wilayah (Mapping); materi tahap kedua berupa pembuatan Diagram
Venn, Analisis Masalah, dan Matriks Ranking. Dua tahap musyawarah
bersama masyarakat ini terjabarkan sebagai berikut:
1) Pemetaan wilayah (Mapping)7
Meskipun para mahasiswa peserta KKN-PAR telah melakukan
transect8, musyawarah bersama warga untuk memetakan wilayah tetap
dibutuhkan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan informasi, posisi,
dan kondisi sebab penduduk asli pasti lebih mengetahui detail
6 Tahap I tanggal 10 Agustus 2008; tahap II tanggal 11 Agustus 2008.
7 Menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi
wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta (Modul Pelatihan KKN Transformatif
IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 88) 8 Pengamatan secara langsung dengana cara berjalan menelusuri wilayah desa (Modul Pelatihan
KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 92).
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
25
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
wilayahnya. Musyawarah bersama warga tahap pertama ini bertempat
di rumah Bapak Kepala Desa, diikuti oleh 7 orang perwakilan peserta
KKN-PAR dan 4 orang perwakilan masyarakat (Kepala Desa, Kepala
Dusun Troliman, Kepala Dusun Begagan, dan Bapak Sauji). Adapun
gambar peta wilayah yang merupakan hasil Musyawarah Bersama
Masayarakat tahap pertama sebagaimana terlampir (Lampiran 1).
2) A. Diagram Venn9
Setelah melakukan mapping dan transect, dan sebelum memasuki
tahap analisis, pembuatan diagram venn diperlukan karena dari
diagram venn inilah dapat diketahui data pengaruh lembaga-lembaga
maupun tokoh-tokoh yang ada di masyarakat. Termasuk juga bisa
diketahui kadar "daya bantu' lembaga atau tokoh tersebut dalam upaya
memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pembuatan
diagram venn ini melibatkan beberapa komponen masyarakat
Begaganlimo dan bertempat di Balai Desa Begaganlimo. Adapun
diagram venn yang merupakan hasil dari musyawarah bersama
masyarakat tahap kedua ini sebagaimana terlampir.
B. Analisis Masalah (Identifikasi dan Spesifikasi)
Dalam musyawarah bersama masyarakat tahap kedua ini juga
dilakukan analisis masalah yang mana masyarakat bersama peserta
KKN-PAR melakukan analisis terhadap berbagai macam jenis
permasalahan yang telah teridentifikasi. Dengan cara ini, akar
(penyebab) berbagai masalah dapat diketahui. Sebagaimana telah
tersebut di muka bahwa masalah yang ada di masyarakat desa
Begaganlimo meliputi tiga bidang (keagamaan, ekonomi, dan
pendidikan), maka dalam kesempatan ini masyarakat dengan
difasilitatori peserta KKN-PAR, bersama-sama melakukan analisis
terhadap ketiga bidang tersebut. untuk memudahkan pemahaman
masyarakat terhadap permasalahan, proses ini diriingi dengan
9 Melihat hubungan masyarakat dengan lembaga yang terdapat di desa dan lingkungannya (Modul
Pelatihan KKN Transformatif IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 104).
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
26
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
pembuatan pohon masalah (terlampir).
a. Bidang Keagamaan
Dari hasil wawancara, masalah di bidang keagamaan berkutat pada
dua pos: masjid dan TPQ. Analisis terhadap masjid menghasilkan
penemuan bahwa selama ini, masjid di desa Begagnlimo "sangat sepi".
Hal ini terbukti dengan sedikitnya jumlah warga masyarakat yang mau
shalat berjamaah di masjid. Selain itu, masjid juga sepi dari aktifitas
keagaaman. Pada akhirnya, analisis masalah masjid menghasilkan
kesimpulan bahwa akar masalahnya adalah tidak optmalnya kinerja
pengurus Ta'mir Masjid. Ketidakoptimalan yang ternyata disebabkan
oleh ketidaktahuan dari masing-masing pengurus tentang tugas-
tugasnya. Artinya, akar tunggalnya adalah rendahnya kualitas SDM
(Sumber Daya Muslim) karena orang-orang yang ditokohkan maupun
menokohkan diri sebagai tokoh agama ternyata berpengetahuan
minim. Akhirnya, keberadaan Ta'mir Masjid tidak lebih dari sekadar
formalitas, dan papan struktur ta'mir masjid pun tidak lebih dari
sekadar penghias.
Pos masalah kedua bidang keagamaan adalah TPQ. Para pengajar
TPQ yang pola mengajarnya ―lillahi taa'la” mengeluhkan tentang
tidak adanya dorongan orang tua terhadap anaknya agar mau belajar
ilmu agama di TPQ. Sehingga jumlah anak yang belajar di TPQ sangat
sedikit. Namun dari pihak orang tua non-pengajar menyampaikan alas
an bahwa tidak adanya dorongan orang tua kepada anak tidak lain
karena para orang tua merasa bahwa TPQ "tidak ada hasilnya". Tidak
ada bedanya antara belajar dan tidak belajar di TPQ. Akhirnya dapat
diketahui bahwa akar masalahnya adalah minimnya kualitas pengajar.
Pengetahuan dan kapabilitas para pengajar TPQ di bidang keagamaan
dinilai belum memadai sehingga pendidikan dan pengajaran anak-anak
TPQ kurang berhasil baik.
b. Bidang Ekonomi
Dari hasil observasi, masalah di bidang ekonomi berada di dua
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
27
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
jenis lembaga: koperasi dan home industry. Koperasi adalah lembaga
yang sudah dan sedang ada sedangkan home industry adalah lembaga
yang pernah ada, sudah tidak ada, dan diharapkan ada kembali.
Masalah perkoperasian berupa kemandegan koperasi, artinya koperasi
minim peranannya terhadap upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat. Menanggapi hal ini, pihak koperasi mengakui bahwa
minimnya peranan tersebut juga disebabkan oleh minimnya kualitas
SDM yang mengelola koperasi, terutama di bidang administrasi.
Pengakuan ini akhirnya disimpulkan sebagai akar permaslahan.
Sedangkan permasalahan di wilayah home industry adalah tidak
berdayanya masyarakat begaganlimo dalam produksi dan dsitribusi
kripik pisang. Sehingga home industry pemroduksi kripik pisang
mengundurkan diri secara sporadis dari persaingan di pasar.
Permasalahan home industry ini akhirnya diketahui akhirnya berupa
minimnya pengetahuan masyarakat tentang produksi dan distribusi
kripik pisang sehingga sebagai produsen mereka tidak menguasai
proses produksi, dan sebagai distributor mereka tidak menguasai teori
bisnis dan pemasaran.
c. Bidang pendidikan
Permasalahan di bidang pendidikan adalah rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap urgensi pendidikan (formal). Secara global
masyarakat bermufakat bahwa akar masalahnya adalah rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat sementara biaya pendidikan dari tahun
ke tahun semakin mahal. Selain itu, tidak adanya dorongan (moral
maupun finansial) orang tua terhadap anak untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi juga bias dijadikan sebagai
akar permasalahan karena dengan kondisi demikian, secara tiding
langsung orientasi anak terhadap dunia pendidikan menjadi tidak ada
sehingga para pemuda desa Begaganlimo secara mayoritas berorientasi
kerja.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
28
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
C. Matriks Rangking10
Proses analisis masalah sebagaimana terjabarkan di muka tidak
hanya berhenti pada pencarian akar masalah melainkan juga diiringi
dengan penyampaian komentar, pendapat, saran, dan solusi.
Masyarakat menjadi peduli untuk menemukan solusi bagi masalah
mereka sendiri. Kondisi ini sangat menunjang proses pembandingan
antarmasalah. komentar, pendapat, saran, dan solusi dari masyarkat
untuk selanjutnya ditabulasikan oleh peserta KKN-PAR yang mana
tabulasi ini diperlukan dalam proses matriks rangking. Permasalahan
dan sebab yang teridentifikasi pada proses analisis masalah
ditabulasikan berdasarkan skala prioritas yang berprinsip pada tiga hal:
urgensi, potensi, dan durasi. Dari penentuan dan ketentuan tersebut,
masalah yang diprioritaskan dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi
masyarakat adalah masalah di bidang keagamaan dan masalah di
bidang ekonomi yang berakar masalah sama: SDM yang kurang
berkualitas.
B. RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM /AKSI
Hasil matriks rangking menunjukkan bahwa masalah yang diprioritas
oleh nasyarakat adalah masalah di bidang keagmaan dan bidnag ekonomi yang
berakar masalah sama yaitu SDM yang kurang berkualitas. Sebagai langkah
solusi dan juga merupakan langkah yang disepakati masyarakat, maka peserta
KKN-PAR di desa Begaganlimo mencanangkan 5 program:
1. Peningkatan Kualitas Pengajar TPQ
2. Reformasi Ta'mir Masjid dan Pelatihan Manajemen Masjid
3. Pembentukan Majlis Dzikir
4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin
5. Pelatihan Manajemen Koperasi
6. Pelatihan Komputer
10
Membandingkan dan menentukan masalah terpenting dari beberapa masalah yang telah
teridentifikasi dalam bentuk perangkingan atau scoring (Modul Pelatihan KKN Transformatif
IAIN Sunana Ampel Surabaya, Hal. 112).
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
29
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB IV
ANALISIS HASIL
A. IDENTIFIKASI HASIL PROGRAM
Dari lima program yang dicanangkan (tiga program solusi untuk
bidang keagamaan dan dua program solusi untuk bidang ekonomi),
identifikasi hasil program terjabarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pengajar TPQ
Mengingat kurang berkualitasnya SDM pengajar TPQ yang tampak
mencolok dari kurangnya pengetahuan tentang metode pengajaran
Alquran, maka peningkatan kualitas pengajar TPQ difokuskan pada
metode pengajaran Alquran untuk anak-anak. Program ini berjalan
kurang maksimal karena kendala tempat dan waktu (jarak antara
rumah pengajar TPQ dusun Begagan yang cukup jauh dari masjid Ash
Sholihin dusun Troliman sebagai tempat pelaksanaan program.
2. Reformasi pengurus Ta'mir Masjid dan pembinaan manajemen
masjid
Belajar dari reformasi Republik Indonesia, maka masjid yang vakum
(khususnya masjid Ash Sholihin) dicoba untuk dihidupkan dengan
menawarkan ide reformasi kepada pengurus ta'mir masjid lama.
Tawaran reformasi disambut baik sehingga pada 21 Agustus 2008
terbentuklah Ta'mir Masjid baru. Pembaruan ini diikuti dengan
pelaksanaan Pelatihan Manajemen Masjid yang mana dalam pelatihan
ini disampaikan materi-materi ke-Ta'mir Masjid-an berupa AD/ART
dan Program kerja (Pokja).
3. Pembentukan majlis dzikir
Demi menjaga tetap terjaganya keimanan (baca: ketauhidan) dan
keislaman masyarakat Begaganlimo, salah satu medianya adalah
Majelis Dzikir. Tawaran pembentukan majlis dzikir disambut baik
terutama oleh masyarakat dusun Troliman sehingga pada tanggal 13
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
30
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
Agustus 2008 di dusun Begagan resmi berdiri sebuah perkumpulan
Majelis Dzikir yang secara komunal berlabel "Majelis Dzikir Sunan
Ampel".
4. Pelatihan Qiraat Ibu-ibu Jamaah Masjid Ash Sholihin
Meskipun dari segi penguasaan tajwid kurang memadai, pelatihan
qiraat (seni baca Alquran) dirasa perlu terutama bagi kalangan jamaah
perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah semangat mereka
untuk—minimal—berjamah di masjid. Kegiatan ini pun tidak melulu
terkonsentrasi pada seni bacanya melainkan juga disisipi dengan
penyampaian materi tajwid dan tafsir dari ayat Alquran yang menjadi
obyek bacaannya.
5. Pelatihan Manajemen Koperasi
Antusiasme SDM yang berkecimpung di koperasi untuk meningkatkan
kualitas diri ditindaklanjuti dengan pencanangan program pelatihan
Manajemen Koperasi. Namun program ini gagal terlaksana sebab
pihak yang terkait (SDM Koperasi) waktu dan tenaganya terbentur
dengan tugasnya di program Gerdu Taskin.
6. Pelatihan Komputer
Berdasarkan rencana, pelatihan komputer merupakan bagian dari
pelatihan manajemen Koperasi. Namun karena terhambat oleh kendala
tersebut di depan, program ini akhirnya menjadi bersifat individual
sehingga hasilnya pun tidak maksimal.
B. EVALUASI HASIL PROGRAM
Dari sekian banyak program yang sudah terealisasi, mahasiswa KKN
belum bisa melakukan pengontrolan dan evaluasi secara langsung terkait
dengan hasil dari program yang telah terealisasi.
Hal ini terkait dengan waktu pelaksanaan KKN-PAR yang hanya
berdurasi pendek: satu bulan, tidak sebanding dengan tingkat kompleksitas
permasalahan yang cukup tinggi. Meskipun demikian, dari setiap program
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
31
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
yang telah dcanangkan dan dijalankan, fasilitator (peserta KKN-PAR)
sekaligus melakukan kaderisasi yang kadernya diambil dari orang-orang
tertentu dari masyarakat Begaganlimo sebagai langkah antisipasif, sehingga
setelah berakhirnya KKN, program-program yang telah dicanangkan dan telah
dijalankan, tidak ikut berakhir.
LAPORAN KKN – PAR 2008 B e g a g a n l i m o , 2 9 J u l i – 2 8 A g u s t u s 2 0 0 8
32
ht
tp
:/
/m
y.o
pe
ra
.c
om
/b
eg
ag
an
li
mo
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses identifikasi hingga aksi menghasilkan kesimpulan bahwa
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa Begaganlimo meliputi
bidang keagamaan dan bidang ekonomi yaitu pada kurang berkualitasnya
Sumber Daya Manusia yang berkecimpung di masing-masing bidang.
Sedangkan masalah yang sudah teridentifikasi, namun sebagian solusi
atau program yang dibuat bersama masyarakat belum bisa terealisasikan yaitu
masalah realisasi home industry kripik pisang, dikarenakan keterbatasan waktu
dan biaya.
B. KENDALA-KENDALA
1. Internal
Minimnya pengetahuan dari peserta KKN terutama dalam bidang
pemberdayaan masyarakat.
Perbedaan prinsip di antara peserta KKN.
Perbedaan pemahaman terkait dengan konsep dan aplikasi PAR.
2. Masyarakat
Pandangan awal yang kurang baik dari masyarakat terhadap
mahasisiwa KKN.
Adanya konflik internal di masyarakat.
Masyarakat kurang memahami konsep PAR, yang merupakan konsep
KKN baru.
3. Lain-lain
Ketidakjelasan pihak pelaksana KKN-PAR terkait agenda KKN-PAR.
Kurangnya pendampingan dari Dosen Pendamping Lapangan (DPL).