Laporan Kasus Stoma

download Laporan Kasus Stoma

of 39

Transcript of Laporan Kasus Stoma

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Laporan Kasus

Gangren PulpaDiajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Kota Semarang

Oleh: Eko Prakoso Wibowo 406100128

Pembimbing : drg. N. WindartiFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2010Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode Kepanitraan1 November 4 Desember 2010

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wi owo / 406100128

HALAMAN PENGE AHAN

Nama NIM Univ rsitas Fakultas Tingkat iajukan Periode Kepanitraan Bagian Judul Pembimbing

: : : : : : : : : :

Eko Prakoso Wi owo 406100128 Univ rsitas Tarumanagara Kedokteran Program Pendidikan Profesi okter

27 September 2010 30 Oktober 2010 Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

drg. Nuryati Windarti

Telah diperiksa dan disetujui tanggal:.........................................................................

Mengetahui Ketua SMF Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut RSU Kota Semarang Pembimbing

drg. Ary Radmanto

drg. Nuryati Windarti

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

DAFTAR ISI

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

BAB I PENDAHULUAN

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

BAB II DESKRIPSI KASUS I. IDENTITAS PENDERITA Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Pekerjaan Nomor CM Tanggal iperiksa Konsul/Rujukan : : : : : : : : Nn. Laela Indah Perempuan 21 tahun Jl. Kedungmundu Semarang Pelajar 175822 9 November 2010 -

II.

KELUHAN SUBYEKTIF

ANAMNESA 1. Motivasi datang 2. Keluhan Utama bawah 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Seminggu yang lalu, pasien : Atas kemauan sendiri : Lubang pada gigi belakang kanan

merasakan ada lubang pada gigi belakang kanan bawah sehingga makanan sering masuk ke lubang tersebut. 4. Riwayat Penyakit Lain Gigi dan Mulut:K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Sistemik:

III.

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Keadaan Umum - Kesadaran - Keadaan Gizi - Lain-Lain 2. Extra Oral - Pipi - Bibir - Wajah : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Simetris : Kompos Mentis : Baik :-

- Kelenjar Limfe Submandibula Kanan Kiri 3. Intra Oral A. Jaringan Lunak 1. Mukosa 2. Lidah 3. Gingiva 4. Palatum B. Jaringan Keras : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada pembengkakan : Tidak ada pembengkakan

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

1. Tulang Rahang / Alveolus: Tidak ada kelainan 2. Gigi Geligi i. 1.8y

Inspeksi

: Gigi sudah dicabut

ii.

2.8y

Inspeksi

: Gigi sudah dicabut

iii.

3.8y y y y y y

Inspeksi Sondage Perkusi Tekanan Palpasi Thermal Test

: Karies + : Profunda, Nyeri : Nyeri + : Nyeri : Nyeri : Nyeri -

iv.

4.8y

Inspeksi

: Suspek tidak tumbuh

v. IV.

Calculus Rahang Bawah ORAL HYGIENE Sedang, terlihat adanya kalkulus pada rahang bawah regio 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, 4.2, 4.3, 4.4

V.

DIAGNOSA KELUHAN UTAMA

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

y

3.8 Periodontitis et causa gangren pulpa

VI.

DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT LAINNYAy y y y

1.8 Missing dental 2.8 Missing dental 4.8 Suspek tidak tumbuh Calculus rahang bawah regio 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, 4.2, 4.3, 4.4

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Lab 2. Foto gigi 4.8 :: ProRontgen foto panoramik ditujukan pada

VIII. RENCANA TERAPIy y y

3.8 proekstraksi Promedikamentosa Antibiotik dan Analgesik Proscaling rahang bawah regio 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, 4.2, 4.3, 4.4

IX.

KETERANGAN LAIN -

X.

TERAPI Medikamentosa Antibiotik dan Analgesik

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

XI.

NOMENKLATUR WHO 55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

RR 18 17 16 15 14 13 12 11 48 47 46 45 44 43 42 41

21 22 23 24 25 26 27 28 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81

71 72 73 74 75

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

BAB III TINJAUAN PUSTAKA I. DEFINISI Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi atau jaringan periodontal. Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal yaitu selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang. Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveoler, tulang yang berfungsi untuk menyangga gigi juga mengalami kerusakan. Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal. Bila ini terjadi, gusi dapat mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan karena adanya kerusakan tulang. Oleh karena jaringan periodontal adalah jaringan penyokong gigi, dan terletak sangat dekat dengan gigi, maka infeksi atau peradangan gigi dapat pula menyebabkan peradangan jaringan periodontal. Salah satu terjadinya periodontitis dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang sudah mati tetapi tidak segera dilakukan perawat terhadap gigi tersebut.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Gigi yang pulpanya sudah mati dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Nekrosis Pulpa dan Gangren Pulpa. Nekrosis Pulpa dikenal juga sebagai gigi mati steril atau aseptis, karena jarigan pulpa mati oleh karena trauma dan iritasi, dan sama sekali tidak berhubungan dengan adanya kuman yang masuk. Sedangkan Gangren Pulpa adalah kematian jaringan pulpa oleh karena sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak semakin banyak dan menempati sebagian ruang pulpa. Proses ini jelas berhubungan dengan adanya kuman yang masuk dan merusak gigi.2 II. ETIOLOGI Periodontitis dapat dibedakan menjadi 3 menurut etiologinya yaitu:y

Periodontitis Apikal

Periodontitis Apikal adalah peradangan jaringan periodontal yang berhubungan dengan adanya karies pada gigi yang berdekatan. Periodontitis Apikal dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren Pulpa, dan Gangren Radix. Proses terjadinya Gangren Pulpa diawali oleh proses terjadinya karies. Karies dentis adalah suatu penghacuran struktur gigi (email, dentin, dan cementum) oleh aktivitas jasad renik atau mikroorganisme dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat dibentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih yaitu faktor bakteri, karbohidrat, kerentanan permukaan gigi dan waktu.3 Karies yang tidak diobati kemudian menjadi gangren. Pada waktu matinya pupla, mula-mula tidak ada keluhan apa-apa tetapi lama kelamaan peradangan dapat menjalar terus ke jaringan periodontal sehingga menimbulkan keluhan periodontitis. alam hal ini, jaringan periodontal akan menjadi sangat sensitif terhadap suhu dan tekanan. Pada kenaikan suhu, pembuluh-pembuluh darah yang terdapat pada jaringan periodontal akan mengalami dilatasi atau pelebaran sehingga menekan urat saraf dan menimbulkan rasa nyeri.y

Periodontitis Marginalis

Pada Periodontitis Mariginalis, jaringan periodontal meradang oleh karena plak. Berawal dari akumulasi plak, lama kelamaan terjadi pematangan plak subgingiva yang mengandung bakteri-bakteriK itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

tertentu, hal ini menyebabkan terjadinya peradangan dan peradangan tersebut merusak jaringan ikat sehinga perlekatan antara jarigan ikat berkurang.1y

Periodontitis Perikoronal

Periodontisis Perikoronal dapat disebabkan oleh karena adanya gigi Molar 3 yang tumbuhnya tidak sempurna atau dikenal sebagai istilah impacted teeth. Pada pertumbuhan gigi yang normal, seluruh mahkota gigi atau crown akan tumbuh seluruhnya, sejajar dengan gigi yang bersebelahan. Tetapi pada gigi yang impaksi, tidak seluruh mahkota tumbuh, ada sebagian mahkota gigi yang terbenam di dalam gusi sehingga menimbulkan peradangan jaringan periodontal. III. PATOFISIOLOGI Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Periodontitis Apikal adalah peradangan jaringan Periodontal oleh karena adanya karies pada gigi yang berdekatan. Gangren Pulpa merupakan proses kelanjutan dari pulpitis totalis, dimana pulpa terbuka sehingga kuman-kuman dapat masuk ke dalam pulpa, mengadakan pembusukan dan selanjutnya pulpa menjadi gangren dan berbau indol-skatol. Bila suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka dia akan menjadi kronis dan tidak menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf yang berada di dalam ruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya. Penderita hanya merasa bahwa giginya pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya hilang (yaitu gigi berubah dari vital menjadi nonvital).1 Bila hal ini terjadi pada gigi yang mahkotanya lebih dari sepertiga, maka dinamakan kronik Periodontitis oleh karena Gangren Pulpa, sedangnkan bila hal ini terjadi pada gigi yang mahkotanya kurang dari sepertiga maka dinamakan Periodontitis oleh karena Gangren Radix. Bila gigi yang Gangren ini dibiarkan saja dan tidak segera dilakukan perawatan, maka akan menjadi sebuah focal infection, sehingga seringkali banyak pasien yang dikonsulkan ke dokter gigi untuk mencabut gigi Gangren agar dapat mengurangi keluhan-keluhan penyakit pada bagian tubuh lainnya. Pada gigi dengan kronik Periodontitis, walaupun penderita tidak merasa sakit, tapi proses radang tidak berhenti karena ada toksin-toksin kuman dari kanal pulpa melalui foramen apikal sehingga terjadi iritasi dan dapat menimbulkan Granuloma pada apex gigi. Granuloma adalah suatu jaringan granulasi

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

pada apex gigi yang berbentuk bulat, terdiri dari produk suatu peradangan, kuman-kuman, pus dan jaringan gigi yang mati.1 IV. GEJALA Gangren Pulpa tidak merespon terhadap test suhu dan elektrik dan secara klinis mahkota gigi lebih dari sepertiga. Lingkungan pulpa mempunyai keunikan dibandingkan denhan jaringan lunak tubuh laninnya karena pulpa mempunyai lingkungan non compliance yang menyebabkan produk inflamasi lebih lambat dihilangkan dibandingkan jaringan lunak tubuh lain. Keadaan ini menyebabkan destruksi lokal dalam jaringan pulpa.2 Gejala yang didapat dari Gangren Pulpa sendiri bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gig menjadi kecokelatan atau keabu-abuan. Pada Gangren Pulpa dapat disebut juga nonvital dimana gigi terebut tidak memberikan reaksi terhadap tes suhu dan pada lubang perforasi tercium bau busuk. Namun, bila Gangren Pulpa disertai dengan Periodontitis, maka penderita dapat mengeluh nyeri disekitar gigi yang Gangren, terutama saat diperkusi. Nyeri yang dimaksudkan disini jelas disebabkan oleh gusi yang meradang, bukan karena gigi yang masih vital. Bila gigi diperkusi dengan ujung sonde, maka rangsangan getar dari gigi tersebut akan diteruskan ke gusi yang melekat dibawahnya sehingga timbul nyeri. Suatu keadaan dapat disebut pekriodontitis bila perlkatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar juga dapat mengalami kerusakan Periodontitis memiliki gejala yang sangat sedikit sehingga banyak pasien yang baru berobat setelah penyakit itu berkembang secara signifikan. Gejala yang dapat timbul antara lain: Gusi memerah atau berdarah saat menyikat gigi atau menggigit makanan keras, gusi sering membengkak, halitosis atau bau mulut, resesi gingiva sehinga gigi tampak memanjang, lubang dalam di antara gigi dan gusi, dan gigi longgar pada tahap lanjut.1 Bila ini terjadi, gusi dapat mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan karena adanya kerusakan tulang. DIAGNOSIS iagnosis ditegakkan dari pemeriksaan subyektif yaitu anamnesa dan pemeriksaan obyektif ekstraoral dan intraoral. Seperti yang sudah diketahui, bahwa pada Gangren Pulpa, pasien tidak akan mengeluh

V.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

nyeri oleh karena gigi tersebut sudah dalam keadaan mati atau nonvital. Rasa nyeri baru timbul bila ada peradangan periapikal. Rasa nyeri dapat timbul spontan, ataupun dengan rangsangan, terutama apabila makan, dan minum dingin.

Pemeriksaan Obyektif: Inspeksi: Karies + Sondage: Profunda, Nyeri Perkusi: Nyeri + Tekanan: Nyeri + Palpasi: Luksasi Thermal Test: Nyeri Rontgen: Terlihat karies terbuka penebalan jaringan periodontal. VI.

yang

dalam

dan

PENATALAKSANAAN Tindakan yang dilakukan pada Gangren Pulpa dengan Periodontitis adalah mengatasi rasa sakitnya terlebih dahulu dengan Medikamentosa (antibiotik dan analgesik). Setelah nyeri diatasi, terapi yang tepat adalah mengekstraksi gigi karena pada kondisi ini gigi sudah menjadi nonvital sehingga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit.

BAB III

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

PEMBAHASAN

ari hasil laporan kasus pasien didapatkan bahwa pasien datang ke poliklinik RSU Kota Semarang pada tanggal 2 Oktober 2010 dengan

keluhan sakit pada gigi geraham bawah kiri terutama apabila makan dan minum minuman dingin sejak 3 minggu yang lalu. Sebelumnya, pasien pernah datang ke Puskesmas dengan alasan yang sama dan diberikan obat Analgesik untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Apabila sakit, pasien sering minum obat Analgesik yang diresepkan dari Puskesmas dan sakitpun berkurang, tetapi akan kembali sakit apabila obat dihentikan. Pasien mengeluh terkadang sakit kepala saat gigi sakit.

ari hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan bahwa kesehatan umum pasien ini masih dalam batas normal, keadaan gizi baik dan tidak didapatkan penyakit sistemik. Pemeriksaan ekstra oral telah dilakukan dan tidak ditemukan kelainan pada pipi, bibir, maupun kelenjar limfe submandibula kanan dan kiri. Wajah terlihat simetris, dan oral hygiene pasien ini sedang karena terlihat ada kalkulus pada rahang bawah regio incisivus.

Pada pemeriksaan obyektif intra oral, mukosa, lidah dan palatum tidak ada kelainan, tetapi gingiva regio 3.8 terlihat lebih hiperemis dan membengkak. Pada gigi 3.8 didapatkan bahwa:

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

y y y y y y

Inspeksi Sondage Perkusi Tekanan Palpasi Thermal Test

: Karies + : Karies profunda, sakit : Nyeri + : Nyeri + : Luksasi : Nyeri

ari hasil anamnesa dan pemeriksaan obyektif, dapat ditegakkan diagnosa bahwa pasien menderita Periodontitis oleh karena gingiva pada regio 3.8 terlihat lebih merah dan membengkak jika dibandingkan dengan gingiva normal di regio gigi lainnya. iagnosa ini juga

diperkuat dengan keluhan nyeri saat gigi yang bersangkutan perkusi. Tentunya peradangan jaringan periodontal ini harus dicari

penyebabnya agar pasien dapat diterapi dengan benar dan sesuai dengan etiologinya. Periodontitis pada regio 3.8 disebabkan oleh karena adanya lubang besar pada gigi yang dapat diidentifikasi sebagai Gangren Pulpa. iagnosa Gangren Pulpa dapat ditegakkan oleh karena

ada lubang besar pada gigi regio 3.8 tetapi tidak sakit pada rangsangan sonde maupun tes suhu, sehingga dapat disimpulkan bahwa gigi tersebut sudah mati. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Gangren Pulpa tidak menimbulkan keluhan akan tetapi lama-kelamaan peradangan dapat terjadi dan menjalar ke jaringan peridontal sehingga dapat menimbulkan keluhan Periodontitis.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Penatalaksaan

pada

pasien

ini

adalah

pemberian

obat

Medikamentosa terlebih dahulu untuk menyembuhkan gejala sakitnya kemudian jika sudah tidak ada keluhan sakit, dapat dilakukan ekstraksi pada gigi regio 3.8. Ekstraksi dilakukan oleh karena gigi tersebut sudah mati, tidak lagi memerankan fungsinya, dan juga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan banyak penyakit sistemik lainnya.

BAB IV KESIMPULAN

Bila ada gigi karies yang dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan, maka akan terjadi Gangren. Gangren Pulpa tidak mempunyai keluhan sehingga pasien jarang sadar akan bahaya penyakitnya sendiri. Lamakelamaan, peradangan menjalar ke jaringan sekitarnya yaitu jaringan periodontal sehingga dapat menimbulkan keluhan periodontitis. Bila sudah terjadi periodontitis, maka pasien akan mengeluh sakit. Rasa sakit ini bukan berasal dari gigi yang Gangren tetapi oleh karena peradangan jaringan periodontal.

Melihat keluhan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Periodontitis et causa Gangren Pulpa, atau dapat disebut juga sebagai Periodontitis Apikal. Proses terjadinya Gangren Pulpa diawali oleh proses terjadinya karies. Karies dentis adalah suatu

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

penghacuran struktur gigi yang dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling tumpang tindih yaitu faktor bakteri, karbohidrat, kerentanan

permukaan gigi dan waktu. Karies yang tidak diobati kemudian menjadi gangren. Gangren Pulpa merupakan proses kelanjutan dari pulpitis totalis, dimana pulpa terbuka sehingga kuman-kuman dapat masuk ke dalam pulpa, mengadakan pembusukan dan selanjutnya pulpa menjadi gangren dan berbau indol-skatol. Gigi yang Gangren dapat menyebabkan komplikasi Periodontitis sehingga terdapat keluhan sakit.

iagnosa yang ditegakkan sesuai dengan teori yaitu, gigi regio 3.8 terlihat adanya karies yang tidak sakit apabila dirangsang dengan sonde atau tes suhu, tetapi sakit apabila diperkusi. Bila gigi diperkusi, getaran dapat disalurkan dari gigi tersebut ke jaringan penyokong gigi, sehingga bila ada peradangan di jaringan periodontal, pasien akan terasa nyeri. Pada Periodontitis et causa Gangren Pulpa, pengobatan dilakukan terlebih dahulu dengan pemberian Medikamentosa sampai nyeri hilang, kemudian direncanakan untuk dilakukan ekstraksi atau pencabutan gigi. Gigi yang Gangren harus dicabut oleh karena walaupun sudah tidak dirasakan nyeri oleh pasien, gigi Gangren merupakan fokal infeksi yang dapat berakibat fatal dalam jangka panjang.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas iponegoro. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas iponegoro. 2007. 2. Damayanti; P. Setijono; Noto Husodo. Kumpulan Kuliah Stomatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. 3. Siti Wuryan Prayitno. Periodontologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003. 4. http://www.emedicine.com/emerg/byname/dentalinfections. 5. http://www.cilmiaty.blogspot.com/2009/04/infeksi-odontogen.K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Prognosis untuk kelainan / penyakit gingiva akan baik kalau penyebab keradangannya adalah faktor lokal, tetapi apabila terdapat komplikasi karena kondisi atau penyakit sistemik, prognosisnya tidak menjanjikan. Pada komplikasi sistemik, prognosis sangat bergantung pada kontrol dan koreksi dari faktorK itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

sistemik, misalnya pembesaran gingiva karena terapi phenytoin, atau masalah hormonal. Prognosis sempurna dapat terjadi apabila tidak ada kehilangan tulang, kondisi gingiva bagus, dan pasien kooperatif. Prognosis bagus apabila terjadi salah satu atau lebih hal-hal berikut: kondisi tulang penyangga menghilangkan faktor etiologi yang memperlihatkan memadai, dapat kemungkinan gigi

dipertahankan dan pasien kooperatif. Prognosis sedang apabila terjadi salah satu atau lebih hal-hal berikut: kondisi tulang penyangga kurang memadai, beberapa gigi goyang, kelainan furkasi derajat I dan kooperasi pasien masih dapat diterima. Prognosis jelek apabila terjadi salah satu atau lebih hal-hal berikut: kehilangan tulang yang moderat sampai berat, gigi goyang, kelainan furkasi derajat I dan II dan kooperasi pasien meragukan. Prognosis yang dipertanyakan, apabila terjadi salah satu atau lebih hal-hal berikut: kerusakan tulang lanjut, kelainan furkasi derajat II dan III (kehilangan sebagian tulang furkasi tanpa kehilangan gingiva), gigi goyang, area yang tidak terjangkau oleh alat atau sikat gigi. Prognosis tanpa harapan, apabila terjadi salah satu atau lebih dari hal-hal berikut: kerusakan tulang lanjut, tidak ada area yang dapat dipertahankan, indikasi pencabutan. Berkaitan dengan penentuan diagnosis, dalam beberapa kasus disarankan untuk menentukan prognosis sementara sambil menunggu terapi fase I selesai dan dapat dievaluasi. Terapi fase I yang dimaksud adalah kontrol plak, kontrol diet, skeling dan penghalusan akar, koreksi restorasi, perawatan karies, perawatan antomikroba, terapi oklusal, gerakan ortodonti ringan dan splinting sementara.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Lesi yang lanjut, apabila aktif dapat cepat berkembang menjadi kelompok prognosis tidak ada harapan, sedang lesi yang dalam keadaan tenang sering masih bisa bertahan untuk waktu yang lama sehingga diperlukan terapi fase I terlebih dahulu. Terapi fase I paling tidak dapat mengubah lesi aktif menjadi pasif dan ini merupakan alasan mengapa disarankan untuk menentukan prognosis sementara terlebih dahulu.

Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tandatanda yang dapat diperhatikan adalah :y y y y y

Gusi berdarah saat menyikat gigi Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak. Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi. Terdapat nanah di antara gigi dan gusi. Gigi goyang.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Pemeri Dokter gigi biasanya akan melakukan pemeriksaan klinis pada jaringan gusi dan melihat apakah ada gigi-gigi yang mengalami kegoyangan. Hubungan antara gigigigi rahang atas dan bawah saat menggigit juga akan diperiksa.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Gambar 4. Pemeri aan kedalaman poket Kemudian dokter gigi akan melakukan pemeriksaan yang disebut periodontal probing, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket (kantong yang terbentuk di antara gusi dan gigi). Kedalaman poket ini dapat menjadi salah satu petunjuk seberapa jauh kerusakan yang terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiografik (x-rays) juga perlu dilakukan untuk melihat tingkat keparahan kerusakan tulang.

Perawatan

Pada kasus-kasus periodontitis yang belum begitu parah, biasanya perawatan yang diberikan adalah root planing dan kuretase, yaitu pengangkatan plak dan jaringan yang rusak dan mengalami peradangan di dalam poket dengan menggunakan kuret. Tujuan utamanya adalah menghilangkan semua bakteri dan kotoran yang dapat menyebabkan peradangan. Setelah tindakan ini, diharapkan gusi akan mengalami penyembuhan dan perlekatannya dengan gigi dapat kembali dengan baik. Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di bawahnya. Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. Pencegahan Periodontitiy

Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi. Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine. Lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut. Berhenti merokok Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan pembersihan.

y

y

y y

Penyebab Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.

GANGREN PULPA4 11 2009

Definisi Kematian jaringan pulpa sebagian atau seluruhnya sebagai kelanjutan proses karies atau trauma. Penyebab Kematian jaringan pulpa dengan atau tanpa kehancuran jaringan pulpa Gambaran Klinis - Tidak ada simtom sakit - Tanda klinis yang sering ditemui adalah jaringan pulpa mati, lisis dan berbau busuk - Gigi yang rusak berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Diagnosis Degenerasi pulpa Penatalaksanaan - Bila tidak ada tenaga kesehatan gigi, gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. - Bila sudah ada radang periapikal berikan antibiotik Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari, bila terjadi alergi amoksisilin gunakan antibiotika pilihan kedua, eritromisin atau kotrimoksazol. Pada kasus yang berat : penisilin prokain 600.000 IU/hari selama 3 hari. Kalau perlu diberi parasetamol 500 mg 3 x sehari. - Sesudah peradangan reda gigi dicabut atau pasien dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan syaraf.

na gigi menjadi rusak berikut ini saya coba gambarkan tentang bagaimana suatu gigi menjadi rusak :

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

1.Enamel atau disebut dengan email/ mahkota gigi merupakan lapisan keras yang menyerupai kristal. Dentin adalah lapisan yang lebih lunak yang terdapat dibawah enamel. Ruang pulpa ( pulp chamber ) mengandung saraf dan pembuluh darah, dan ruangan ini merupakan bagian yang hidup dari gigi kita

2

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Bakteri yang terpapar gula atau karbohidrat bisa membuat suasana lingkungan rongga mulut menjadi asam . Keasaman ini menyerang bahan seperti kristal yang terdapat pada lapisan luar permukaan gigi. Tanda tanda awal dari keadaan ini adalah terbentuknya white spot, pada tahap ini kerusakan yang terjadi masih bisa kembali ( reversible ) ke dalam keadaan yang normal. Penggunaan fluorida dan kunjungan ke dokter gigi bisa memulihkan keadaan ini. Tetapi bila hal ini berlanjut, enamel akan mulai menjadi rusak dan bila sekali enamel menga lami kerusakan, gigi tidak akan bisa membetulkan keadaannya sendiri, lubang yang terbentuk haruslah diperbaiki oleh seorang dokter gigi. Kerusakan melanjut ke dentin, dimana kerusakan ini akan terus menyebar. Bila kerusakan ini dibiarkan saja dan tidak dilakukan perawatan, kerusakan ini akan mencapai pulpa/saraf dari gigi. Pulpa adalah ruangan dimana terdapat saraf dan pembuluh darah. Pulpa akan menjadi terinfeksi. Pembengkakan atau absces atau fistula ( jalan nanah ) akan terbentuk melalui gusi kita. Dalam keadaan ini, gigi masih

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

3.

Demineralisasi berlanjut. Enamel akan mulai menjadi rusak, sekali enamel mengalami kerusakan, gigi tidak akan bisa membetulkan keadaannya sendiri, lubang yang terbentuk haruslah diperbaiki oleh seorang dokter gigi.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

4.

Kerusakan melanjut ke dentin, dimana kerusakan ini akan terus menyebar. Bila kerusakan ini dibiarkan saja dan tidak dilakukan perawatan, kerusakan ini akan mencapai pulpa/saraf dari gigi. Pulpa adalah ruangan dimana terdapat saraf dan pembuluh darah. Pulpa akan menjadi terinfeksi. Pembengkakan atau absces atau fistula( jalan nanah ) akan terbentuk melalui gusi ( jaringan lunak ) kita.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

5

Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringanK itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

pulpa yang meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya. Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, pros erosi, es atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma, operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan jaringan pulpa. Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu. Pada d asarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

Dipublikasikan pada 14 April 2010 oleh Evan Hamsafir

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis3. Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

1. Tipe koagulasi Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi bahan yang padat. 2. Tipe liquefaction Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang lunak atau cair3. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3. Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis2. Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid4. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis dibanding fase akut4.

Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan gejala pulpitis yang ireversibel. Nekrosis total, sebelum mengenai ligamentum periodontal biasanya tidak menunjukkan gejala. Tidak merespon terhadap tes suhu atau elektrik. Kadang-kadang bagian depan mahkota gigi akan menghitam. Tampilan radiografik pada destruksi tulang ataupun pada bagian yang mengalkami fraktur merupakan indikator terbaik dari nekrosis pulpa dan mungkin mnembuthkan beberapa bulan untuk perkembangan. Kurangnya respon terhadap test suhu dan elektrik tanpa bukti radiografik adanya destruksi tulang terhadap bagian fraktur tidak menjamin harusnya terapi odontotik. Nekrosis pulpa pada akar gigi menunjukkan terjadi dari 20%-40%. kejadian dari nekrosis pulpa terlihat tidak berhubungan dengan lokasi terjadinya fraktur akarK itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

gigi pada apikal, tengah ataupun bidang insisial tetapi lebih berhubungan dengan kavitas oral taupun beberapa dislokasi segmen insisial. Jika ada bukti pada portiokoronal pulpa, ini secara umum dipercaya bahwa segmen apikal akan tetap berfungsi. Perawatan edontotik adapun biasanya dilakukan pada segmen koronal pada kanal akar gigi. Kemampuan diagnostic dokter benar-benar diuji ketika terdapat beberapa kanal pada gigi. Misalnya gigi molar yang memiliki 3 kanal, dengan kanal pertama tetap intak dan sehat, kanal kedua mengalami inflamasi akut, dank anal ketiga mengalami nekrosis. Lingkungan pulpa memiliki keunikan dibandingkan dengan jaringan lunak tubuh lainnya. Karena pulpa memiliki lingkungan non compliant yang menyebabkan produk inflamasi lebih lambat dihilangkan dibandingkan jaringan lunak tubuh yang lain. Keadaan ini menyebabkan terjadinya destruksi lokal dalam jaringan pulpa. Anamnesis pada nekrosis pulpa berupa tidak ada gejala rasa sakit, keluhan sakit terjadi bila terdapat keradangan periapikal. Pemeriksaan perkusi tidak didapatkan nyeri dan pada palpasi juga tidak terdapat pembengkakan se rta mobilitas gigi normal. Foto rontgen gigi biasanya normal kecuali bila terdapat kelainan periapikal terjadi perubahan berupa radiolusen pada lesi. Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai stimulus (panas atau dingin). Pulpa normal merespon terhadap panas atau dingin dengan nyeri yang ringan, terjadi selama kurang dari 10 detik. Juga perkusi pada gigi tidak menimbulkan respon nyeri, Bagaimanapun normal pulpa tidak akan merespon terhapat thermal test, Jika kanal pada akar mengalami kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab lain, test suhu tidak akan memberikan respon

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan prses lanjutan dari inflamasi pulpa akut maupun kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tibtiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis.

Ada 2 tipe: 1. Tipe koagulasi Pada tipe ini ada bagian jaringan parut, mengendap dan berubah menjadi bahan yang padat.

2. Tipe liquefactionK itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

Pada tipe ini,enzim proetolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan yang lunak atau cair. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan bahan yang bersifat lemak, indikan, protamin, air dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, makan kematian pulpa ini disebut gangrene pulpa. Etiologi: Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang irreversible tanpa pengangan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu supply aliran darah ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari pula dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam bebetrapa jam, pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis-nekrosis. Penyebab nekrosis lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan -bahan devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosi pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis disbanding fase akut.

Gangren pulpa: Etiologi: merupakan proses kelanjutan dari pulpitis totalis. Pulpa-pulpa terbuka sehingga kuman-kuman terus masuk ke pulpa, mengadakan pembusukan sampai akhirnya pupla menjadi gangrene dan berbau indol skatol. Bila suatu gigi yang gangren dibiarkan, maka dia akan menjadi kronis, tidak menimbulkan keluhan sakit, penderita hanya merasa bahwa giginya pernah sakit, kemudian sakitnya hilang (yaitu dulunya masih vital sedangkan sekarang sudah non-vital). Hal ini, bila terjadi pada gigi yang masih ada crown nya, dengan karies dinamakan kronis periodontitis oleh karena gangren pulpa. Lama-kelamaan,K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr uP it i i i rsit s ru r hK t r r s u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

crown akan hancur dan tinggal akarnya sehingga dinamakan kronis periodontitis oleh karena gangrene radix. Gigi yang gangren ini, dalam mulut merupakan focal infection, sehingga apabila seorang dokter gigi diminta konsul untuk mencari focal infection, akan mencabut gigi yang gangren. Pada gigi dengan kronis periodontitis, walaupun penderita tidak merasa sakit, tapi proses radang tidak berhenti disitu karena ada toksin -toksin kuman dari kanal pulpa melalui foramen apical yang terus-menerus menimbulkan iritasi, sehingga terjadilah granuloma pada apex gigi. Granuloma adalah suatu jaringan granulasi yang berbentuk bulat, terdapat pada ujung akar dan teridiri dari produk peradangan, kuman-kuman, pus dan jaringan gigi yang mati. Dan pada gambaran Rontgen tampak sebagai bulatan yang radioluscent. Granuloma adalah sumber dari suatu peradangan yang kelanjutannya dapat menimbulkan kista radikuler, abses akibat peradangan odontogen dan penyakitpenyakit umum lainnya seperti sinusitis, demam rematik, glomerulonefritis, endokarditis dan uveitis. Seperti yang sudah diketahui bahwa periodontitis kronik, baik oleh karena gangren pulpa maupun gangren radix, tidak menimbulkan keluhan apa-apa sehingga pada pemeriksaaan inspeksi didapatkan gigi yang karies, ada kemungkinan gigi goyang saat dipalpasi, dan pada sondage, tekanan dan Thermal Test tidak dirasakan nyeri, atau test negatif. Kadang-kadang keadaan kronis tersebut bisa menjadi akut, tergantung dari virulensi kuman, resistensi tubuh penderita menurun dan banyaknya kuman bertambah. Maka dalam keadaan ini, jaringan periodontal akan tampak edema dan peka terhadap kenaikan suhu dan tekanan. Keadaan ini dinamakan kronis periodontitis dengan ekstraserbasi akut.

Pada periodontitis akuta, didapatkan keluhan subjektif yang jelas yaitu: gigi terasa lebih tinggi dari yang lain oleh karena edema gingiva, sakit bila gigi digunakan untuk mengunyah makanan, rasa sakit dapat timbul spontan tanpa rangsangan, sakit apabila terkena makanan yang panas, dan terdpat foetor ex ore. Pada pemeriksaan obyektif dapat ditemukan karies dengan warna abu-abu dan banyak karang gigi pada saat inspeksi. Pada palpasi ditemukan gigi yang goyang. Sakit saat perkusi dan tekanan. Pada sondage tidak ditemukan ada keluhan apapun.

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r

Laporan Kasus

Eko Prakoso Wibowo / 406100128

DAFTAR PUSTAKA

6. Damayanti; P. Setijono; Noto Husodo. Kumpulan Kuliah Stomatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. 7. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2007. 8. Siti Wuryan Prayitno. Periodontologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003. 9. http://www.emedicine.com/emerg/byname/dentalinfections. 10. http://www.cilmiaty.blogspot.com/2009/04/infeksi-odontogen

K itr Ki i I F u t sK t r Ru h it u P ri K itr

uP it i i i rsit s ru r hK t r r s

u ut r r