Laporan Kasus Radiologi Bronkiektasis

24
LAPORAN KASUS RADIOLOGI BRONKIEKTASIS Oleh : Ipah Seprti Rianti 08711089 Pembimbing : dr. Iwan Danardono, Sp.Rad dr. Lesi Yalestiati, Sp. Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2013 

Transcript of Laporan Kasus Radiologi Bronkiektasis

LAPORAN KASUS RADIOLOGIBRONKIEKTASIS

Oleh :Ipah Seprti Rianti08711089

Pembimbing :dr. Iwan Danardono, Sp.Raddr. Lesi Yalestiati, Sp. Rad

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2013

BAB IPENDAHULUANBronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasi) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronis perseisten atau irreversibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus dapat berupa dekstrusi elemen elastis, otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Bronkus yang terkena umumnya bronkus ukuran sedang (medium size), sedangkan bronkus besar umumnya jarang (large size).Bronkiektasis pertama kali dijelaskan oleh Leannec pada tahun 1819, adalah suatu keadaan dilatasi abnormal dari bronkus dan bronkiolus yang berkaitan dengan infeksidan inflamasi saluran napas yang berulang.Bronkiektasis sebenarnya merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi di Amerika Serikat dengan prevalensi kira-kira 100.000 kasus berdasarkan data tahun 1980. Data tersebut menyatakan bahwa kasus bronkiektasis di Amerika Serikat yang berhubungan dengan mikobakteria atipikal dan faktor lingkungan lainnya telah meningkat.Bronkiektasis mungkin saja tidak terdiagnosis karena jarang dimasukkan ke dalam survey dan sering tidak dilaporkan. Tetapi, pengecualian pada bronkiektasis dengan fibrosis kistik, akhir-akhir ini terjadi dengan prevalensi 1 dalam 2500 kelahiran.Di negara-negara Barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti sesudah dapat ditekannya frekuensi kasus-kasus infeksi paru dengan pengobatan memakaiantibiotik. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak, bahkan dapat merupakankelainan kongenital

BAB IILANDASAN TEORI

I. SISTEM RESPIRASI Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :1. Respirasi / Pernapasan Dada Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut Tulang rusuk terangkat ke atas Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.2. Respirasi / Pernapasan Perut Otot difragma pada perut mengalami kontraksi Diafragma datar Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia : Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2 Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2 Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2 Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:1. Hidung2. Faring3. Trakea4. Bronkus5. Bronkiouls6. paru-paru

Alat alat pernapasan pada manusia1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.2. Faring (Tenggorokan)Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.

3. Batang Tenggorokan (Trakea)Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).4. Pangkal Tenggorokan (laring)Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

II. BRONKIEKTASISBronkiektasis adalah suatu keadaan bronkus dan bronkiolus yang melebar akibat hilangnya elastisitas dinding otot bronkus yang disebabkan oleh obstruksi dan peradangan yang kronis, atau dapat pula di sebabkan oleh kelainan konginetal. Keluhan biasanya sesak, batuk-batuk kronis, sekret yang kental dan banyak kadang-kadang bercampur darah (hemoptisis) dan pada pemeriksaan fisik ditemukan. Bronkiektasis bisa karena didapat atau terkadang juga kongenital.

KongenitalDefek dinding bronkus, sekuestrasi pulmonal, sindrom Kartagener

DidapatPostinfeksiTuberculosis, pertusis, mikobakterium non TB, sindrom Swyer-Jones (Macleods)

Obstruksi mekanikDalam lumen ( contohnyatumoratau benda asing) atau kompresi eksternal (contohnya pembesaran kelenjar limfe)

Defisiensi respon imunHipogammaglobulinemia, gangguan fungsi fagosit,HIV

Pneumonitis inflamasiAspirasi isi lambung, inhalasi gas toksik

Respon imun berlebihAlergi aspergilosis bronkopulmonal, transplantasi paru-paru yang tidak sesuai, kronik graft versus penyakit host

Abnormalitasmucociliar clearanceDyskinesia cilia primer, fibrosis kistik, sindrom Young

FibrosisAlveolitis fibrosing cryptogenic, sarcoidosis, radioterapi

InfertilitasDyskinesia cilia primer, fibrosis kistik, sindrom Young

Inflammatory bowel diseaseColitis ulseratif,crohns disease,coeliac disease

Kelainan jaringan ikatArthritis rheumatoid, systemic lupus eritematosus, sjgren sindrom

KeganasanLimfatik leukemiaakutatau kronik

Panbronchiolitis difusSering terjadi pada orang Jepang

Yellow nail syndromKuku biasanya berwarna kuning, limfoedema, dan efusi pleura

Defisiensi 1antiproteaseLebih sering menyebabkan emfisema

KeracunanmerkuriBisa menyebabkanYoungs syndrome(azoospermia obstruktif, sinusitis, dan bronkiektasis)

a. Kelainan konginetalDiskinesia silia primer merupakan suatu kondisi di mana fungsi silia berkurang dalam mempertahankan sekresi dan infeksi. Sindrom ini di turunkan sebagai autosomal resesif dengan penetrasi variabel. Angka kejadiannya 1 : 15000 kelahiran. Penyebab defek silia pada sindrom ini adalah tidak adanya atau memendeknya dynein lengan yang bertanggung jawab akan kelenturan akson. Sekitar setengah dari pasien dengan diskinesia silia primer memiliki sindrom Kartengers (bronkiektasis, sinusitis dan situs inversus atau partial lateralizing abnormality)b. Kelainan didapat InfeksiBronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pnemonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Imunisasi yang efektif pada masa kanak-kanak menunjukkan penurunan insidensi bronkiektasis. Adanya bakteri S. Aureus dikaitkan dengan fibrosis kistik dan aspergillosis bronkopulmonalis alergi. Aspergillus bronkopulmonalis alergi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi pasien asma dan melibatkan kerusakan saluran pernapasan. Bronkiektasis pada pasien dengan aspergillus bronkopulmonalis di sebabkan reaksi imun pada aspergillus, kerja dari mikotoksin, elastase dan IL4, IL5 dan pada tahap kemudian terjadi invasi jamur secara langsung pada saluran napas.

Obstruksi bronkusObstruksi bronkus dapat di sebabkan oleh berbagai macam sebab seperti corpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus. Menurut penelitian para ahli belum diketahui bahwa infeksi ataupn obstruksi bronkus tidak selalu nyata (automatis) menimbulkan bronkiektasis. Diduga mungkin masih ada faktor intrinsik yang sampai saat ini belum diketahui) ikut berperan dalam timbulnya bronkiektasis.

Berdasarkan lokasinya bronkiektasis dibagi menjadi:a. Setempat (localized) yaiu di lobus bawah, lobus tengah kanan atau lingula, biasanya komplikasi dari pnemonia bera, dapat juga karena penyumbatan oleh benda asing, tumor atau penekanan dari luar (kompresi oleh tuberkulosis kelenjar limfa). Bronkiektasis di lobus atas biasanya di sebabkan oleh uberkulosis.b. Menyeluruh (generalized) biasanya karena infeksi sistem pernapasan yang berulang disertai kelainan imunitas ataupun kelainan mucocilliary clearance. Penyebab lainnya adalah vaskulitis, defisiensi alfa antitripsin, AIDS, dan SLE

Patogenesis BronkiektasisBelum diketahui secara sempurna perjalanan penyakit bronkiektasis, namum dapet diperkirakan yang menjadi penyebab utama adalah peradangan dengan destruksi otot, jaringan elastis dan tulang rawan dinding bronkus, oleh mukopus yang terinfeksi yang kontak lama dan erat dengan dinding bronkus.Mekanisme mukus klirens yang efektif adalah suatu yang esensial untuk paru yang sehat dan kelaianan napas disebabkan oleh buruknya mekanisme klirens mukus. Mukus yang sehat adalah suatu lendir dengan viskositas rendah dan elastis sehingga dapat dengan mudah diangkut oleh silia. Sedangkan mukus yang tidak sehat ditandai dengan viskositas yang tinggi dan keelastisan sehingga sulit untuk dibersihkan. Akumulasi dari mukus yang dihasilkan dari beberapa kombinasi seperti peningkatan produksinya dan penurunan klirens dan akumulasi persisten dapat memicu infeksi dan peradangan dengan tersedianya lingkungan untuk pertumbuhan mikrobakteri.Mukopus yang mengandung produk-produk neutrofil yang bisa merusak jaringan paru, oksida nitrit, sitokininflamasi, dan substansi yang menghambat gerakan silia dan muccocilliary clearance. Terjadi mukokel yang terinfeksi setelah dilatasi mekanik bronkus yang telah lunak oleh pengaruh proteolitik. Inflamasi akan diikuti oleh kolonisasi bakteri yang akan menyebabkan kerusakan bronkus dan jaringan paru sekitarnya menyebabkan penarikan dinding bronkus yang sudah melemah sehingga terjadi distorsi. Distensi juga bisa diperberat oleh atelektasis paru sekitar bronkus yang menyebabkan bronkus mendapat tekananintratorakal yang lebih besar.

Gambar Ilustrasi perubahan anatomis yang terjadi pada bronkiektasis

PatologiGambaran makroskopis Makroskopis paru bronkiektasis tampak dilatasi permanen dari jalan napas subsegmental yang mengalami inflamasi, berliku-liku dan sebagian atau seluruhnya dipenuhi mukus. Proses inii meliputi bronkiolus dan bagian akhir jalan napas yang ditandai dengan fibrosis jalan napas kecil. Klasifikasi menurut Reid (atas dasar hubungan patologi dan bronkografi :1. Bronkiektasis silindris. Merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering dijumpai pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. Bronkus tampak seperti bentuk pipa berdilatasi, jalan napas kecil dipenuhi mukus2. Bronkiektasis varikosa. Merupakan bentuk intermediet, istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises vena.3. Bronkiektasis sakular atau kistik, merupakan bentuk bronkiektasis yang klasis, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat irreguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.

Gejala klinis Bronkiektasis Batuk kronik yang produktif Kadang-kadang disertai batuk berdarah Sesak napas Demam berulang Nyeri dada Malaise

Pemeriksaan FisikDitemukan suara napas tambahan pada pemeriksaan fisik dada, crickles, wheezing dan ronkhi adalah petunjuk diagnosis.

Pemeriksaan Laboratorium1. Darah Leukositosis pada bronkiektasis akut Anemia ringan 2. Sputum Terdapat bakteri penyebabPemeriksaan RadiologiPemeriksaan Roentgen penting dilakukan untuk diagnosis bronkiektasis. Dengan pemeriksaan rontgen dapat ditemukan gambaran di bawah ini:a. Rhing shadowTerdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran dapat mencapai 1 cm. Dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk gambaran honeycomb appereance atau bounches of grapes. Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan pada bronkus.b. Tramline ShadowGambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru. Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam. Gambaran ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus.c. Tubular shadowIni merupakan bayangan putihdan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm. Gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini juga jarang ditemukan , namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis. Pemeriksaan bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menetukan adanya bronkiektasis, juga dapa menentukan bentuk bronkiektasis sakular, silindris atau varikosis.Pemeriksaan CT scan thorax dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat letak kelainan jalan napas yang tidak dapat terlihat pada rontgen thorax. CT-Scsn resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus. Ctscan memiliki sensitivitas 97% dan spesifitas 95%.

Tingkat beratnya penyakit bronkiektasisBrewis membagi tingkatan beratnya brokiektasis menjadi 3 derajat, yaitu:1. Bronkiektasis ringanCiri klinis: batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam, produksi sputum terjadi dengan perubahan posisi tubuh, biasanya terdapat hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat, fungsi paru normal dan pasien tampak normal.2. Bronkiektasis sedangCiri klinis: batuk-batuk produktif setiap saat sputum timbul setiap saat (warna sputum hijau dan jarang mukoid serta bau mulut busuk). Sering ada hemoptisis. Pada pemeriksaan fisik paru ditemukan ronkhi basah kasar pada paru yang terkena, gambaran foo thorax paru biasanya masih normal.3. Bronkiektasis beratCiri klinis: batuk produktif dengan sputum yang banyak berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukan adanya pnemonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura. Sering ditemukan jari tabuh. Jika ada obstruksi saluran napas akan ditemukan dispnue, sianosis atau kegagalan paru. Biasanya pasien memiliki keadaan umum yang kurang baik. sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit dan mata. Pasien mudah timbul pnemonia, abses dan septikemia. Pada gambaran foto ditemukan: penambahan bronkovaskular marking, multiple cyst containing fluid level.

DiagnosisDiagnosis pasti bronkiektasis dapat di tegakkan apabila telah ditemukan adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur pemeriksaan bronkografi, tetapi tidak selalu dilakukan pada penderita mengingat adanya indikasi dan kontraindikasi. CT Scan menjadi alternative pemeriksaan penunjang yang paling sesuai untuk bronkiektasis karena sifatnya non invasif, memiliki spesifitas dan sensitifitas lebih dari 95%.

Diagnosis Banding Bronkitis Kronik Tuberkulosis Paru (penyakit ini disertai kelainan anatomis paru yaitu bronkiektasis) Abses paru (terutama bila ada hubungannya dengan bronkus besar) Penyakit paru penyebab hemoptisis, misalanya: karsinoma paru, adenoma paru, dsb Fistula bronkopleural dengan emplema

Komplikasi Pnemonia dengan atelektasis Pleuritis Efusi pleura Pneumothorax Kor Pulmonal Kronik

Terapi BronkiektasisPengelolaan pasien bronkiektasis terdiri dari pengelolaan secara konservatif dan pembedahan.Pengelolaan Konservatif1. Pengelolaan umum yang meliputi menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien yaitu dengan membuat ruangan hangat dan kering serta bebas asap rokok, debu dan sebagainya.2. Memperbaiki drainase sekret bronkus yaitu dengan melakukan drainase postural, mencairkan sputum yang kental, mengatur posisi tempat tidur pasien dan mengontrol infeksi saluran napas.Pengelolaan khusus1. Kemoterapi pada bronkiektasis. Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan secara kontinyu untuk mengontrol infeksi bronkus, untuk pengobatan eksaserbasi akut pada bronkus atau paru atau keduanya. Kemoterapi yang digunakan adalah antibiotik terpilih. Pemilihan antibiotik sebaiknya harus berdasarkan uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik atau penggunaan antibiotik secara empirik.2. Drainase sekret dengan Bronskoskop. Cara ini penting dilakukan terutama pada permulaan perawatan pasien. Keperluannya antaralain untuk menentukan dari mana asal sekret, mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus dan menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi tadi. 3. Pengobatan simpomatik Pengobatan obstruksi bronkus. Dapat diberikan bronkodilator. Pengobatan hipoksia, dapat diberikan oksigen Pengobatan hemoptisis. Tindakan harus dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan diberi obat-obat hemostatik. Pengobatan demam. Perlu diberikan antibiotik yang sesuai dan antipiretikPengobatan pembedahanIndikasinya adalah Pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan konservatif yang adekuat dan pasien bronkiektasis yang sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut.Kontraindikasi Pasien bronkiektasis dengan PPOK, bronkiektasis berat, dengan komplikasi KPK.

PencegahanBronkiektasis dapat di cegah kecuali pada bentuk bronkiektasis konginetal tidak dapat di cegah. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah: Pengobatan dengan antibiotik secara tepat terhadap semua bentuk pnemonia yang timbul pada anak akan dapat mengurangi angka kejadian bronkiektasis Tindakan vaksinasi terhadap pertusis, influenza dan pnemonia pada anak dapat diartikan sebagai tindakan preventive.

PrognosisPrognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat riangannya serta luasnya penyaki waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat dapat memperbaiki prognosis bronkiektasis. Pada kasus-kasus yang bera prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun, kematiannya biasanya di sebabkan karena komplikasi.

BAB III

Anamnesis

Nama: Ny. M Umur : 52 tahunAlamat : Mengkowo, KebumenPekerjaan: Petani

Keluhan utama : Sesak napas

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak napas dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Sesak nafas dirasakan terus-menerus dan mengganggu aktifitas. Selain itu pasien juga mengeluh batuk berdahak kental sudah bertahun-tahun kambuh-kambuhan yang tak kunjung sembuh. Dalam 1 bulan keluhan memberat, pasien mengeluh batuknya berdahak kental, berbau dan berdarah. Pasien merasakan lemas dan berat badannya terus menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu : Batuk lama (1 tahun) Riwayat asma disangkal Hipertensi disangkal Merokok disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluhan serupa disangkal Riwayat asma di keluarga disangkal

Kebiasaan dan lingkungan : Riwayat merokok dan minum alkohol di sangkal. Kebersihan lingkungan rumah pasien mencukupi, ventilasi rumah kurang, pasien sehari-hari makan dengan makanan seadanya. Anak pasien perokok aktif.

Pemeriksaan FisikKeadaan umum : Tampak sesakKesadaran: E3 M6 V4 stuporVital sign: Tekanan darah : 130/80 mmHg Temperatur : 36,7 derajat celcius (axillar) Nadi : 80 x/ menit, reguler Respirasi : 36x/ menit, takipnue

Pemeriksaan per Regio Kepala : mesochepal, simetris Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+0 Leher : tidak ada pembesaran limfonodi, JVP meningkat Jantung : suara jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada bising Paru : suara paru ronkhi basah (+), wheezing (+) Abdomen: supel, nyeri tekan (-), peristaltik normal, teraba massa(-), hepar tidak dan lien tidak teraba Ektremitas : oedema(-)

Pemeriksaan Penunjang1. Darah lengkapHasilNilai Normal

Hemoglobin 12.2 g/dl11,7 15,5 g/dl

Leukosit 14.1/ L3.6 11.0/ L

Hematokrit 41%35 47 %

Eritrosit 4.4 / L3.80 5.20 / L

Trombosit 133/ L150 - 400/ L

MCV93 fl80 100 fl

MCH28 pq29 34 pq

MCHC30 g/dl32 36 g/dl

RDW18,7%11,5% - 14,5%

Lym7.90%22 40 %

Neutrofil 84.70 %50 70 %

2. Glukosa DarahGlukosa darah sewaktu 124 mg/dl (Nilai normal : 70-120mg dl)

3. Kimia klinikHasil Nilai Normal

Ureum 49.4 mg/dl10.0 mg/dl 50.0 mg/dl

Kreatinin 0.75mg/dl0.50mg/dl 0.90 mg/dl

SGOT104.3UI/L1.0 UI/L 32.0 UI/L

SGPT25.5 UI/L1.0 UI/L 31.0 UI/L

4. HBSAgHasil Negative

Rontgen Thorax

Deskripsi

Tampak sela iga melebar Tampak gambaran bronkovaskular yang kasar Tampak bulatan-bulatan translusen mirip gambaran sarang tawon Lung cart (+) Sinus costofrenicus dextra dan sinistra lancip Diafragma dextra dan sinistra licin CTR > 0,5

Kesan : Bronkiektasis Pneumothorax dextra Cardiomegali

Diagnois Bronkiektasis

Diagnosis Banding Kanker paru Bronkitis kronik Pneumothorax

PrognosisDubia ad malam

BAB IVPEMBAHASAN DAN RADIOLOGI

Bronkiektasis didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapat dilatasi irreversibel dari bronkus. Faktor penyebab utama kemungkinannya adalah obstruksi yang menyebabkan dilatasi bronkial di bagian distal daninfeksiyang menyebabkan kerusakan permanen dinding bronkus. Bronkiektasis juga dapat disebabkan oleh kelainankongenitalyang dikenal sebagai sindrom Kartagener, yaitu suatu sindrom yang terdiri atas bronkiektasis, sinusitis, dan dekstrokardia. Pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi pada bronkus di lihat dari faktor resiko yaiu pasien merupakan perokok pasif dan di lihat dari usia pasien. Bronkiektasis pada pasien ini dapat digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangansaluranpernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai denganbatukdan kadang-kadang hemoptisis. Gambaran foto toraks pada pasien dengan bronkiektasis adalah tidak normal. Kombinasi dari foto toraks dan gejala klinis sebenarnya sudah cukup untuk menegakkan diagnosis bronkiektasis.Gambaran radiologik yang dapat kita lihat pada bronkiektasis berupaHoney-Comb Appearance, berbentuk sarang tawon ataupun bayangan cincin. Bila bronkiektasis ini terdapat bersama-sama dengan bronkopneumonia maka akan tampak bercak-bercak infilrat pada lapangan bawah paru-paru atau lapangan tengah paru-paru disertai gambaran Honey-comb (sarang tawon). Gambaran seperti ini disebutinfected bronkiektasis.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta. EGCRasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi II. Jakarta : FK UISudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, jilid I. Jakarta: FK UI