Laporan Kasus pterigium
-
Upload
noerlailatul-fitrah -
Category
Documents
-
view
9 -
download
5
description
Transcript of Laporan Kasus pterigium
Laporan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
Alamat : Rorotan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal kunjungan : 26 April 2014
B. Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri terdapat selaput dan buram
C. Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapat selaput pada kedua mata sudah lama. Mata merah
dan penglihatan mata sebelah kiri sudah mulai buram dan sangat menganggu. Mata tidak
berair
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Hipertensi dan Diabetes
disangkal. Tidak ada riwayat trauma pada mata.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang sama
F. Riwayat Pengobatan
Belum pernah diobati sebelumnya.
G. Riwayat Psikososial
Pasieen tidak menggunakan kacamata
H. Status kedudukan gerak bola mata
Okuli Dextra Okuli Sinistra
Orthoforia Kedudukan bola mata Orthoforia
6/12 Visus 6/40
Edema (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-)
Palpebra Edema (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-)
Infeksi (-), selaput
berbentuk segitiga kea rah
pupil
Conjungtiva Infeksi (-), selaput
berbentuk segitiga kearah
kornea
Tertutup selaput Cornea Tertutup selaput
- C.O.A -
Warna coklat Iris Warna coklat
Bulat, isokor, cahaya (+) Pupil Bulat, isokor, cahaya (+)
Sedikit keruh Lensa Sedikit keruh
- Vitreous Humor -
- Funduskopi -
- Tonometri -
I. Terapi
Pasien dirujuk ke rumah sakit.
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva
yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Pterigium
(pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah
kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah
kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan
berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua mata.
Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena
biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai
menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa
ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas
konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat
bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar
sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan
topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi
pusat optik dari kornea.
Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah
dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata
atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut
atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si
penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan tindakan medis yang
maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter
juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping dari pengobatan dan perawatan
yang diberikan.
B. Klasifikasi
Pterigium dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Berdasarkan Stadium
- Stadium 1 : Pterigium hanya trbatas pada limbus cornea
- Stadium 2 : Pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil,
tidak lebih dari 2 mm melewati kormea
- Stadium 3 : Pterigium sudah melewati stadium 2 tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-
4 mm)
- Stadium 4 : pertumbuhan pterigium sudah melewari pupil sehingga
menganggu penglihatan
2. Berdasarkan perjalanan penyakit
- Pterigium progresif : tebal dan vascular dengan beberapa infiltrate di
kornea didepan kepala pterigium.
- Pterigium regresif : tipis, atropi, sedikit vascular. Akhirnya menjadi bentuk
membrane tetapi tidak pernah hilang
3. Berdasarkan pemeriksaam slit lamp
- T1 (atopi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihta
- T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian terlihat
- T3(fleshy, opaque): pembuluh darah tidak jelas
C. Faktor Risiko
Faktor resiko yang mempengaruhi pterigium adalah lingkungan yakniradiasi UV
matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara, dan faktor herediter.
a. Radiasi Ultraviolet
Paparan sinar matahari, waktu di luar ruangan, penggunaan kacamata dan topi
mempengaruhi resiko terjadinya pterigium. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan
konjungtiva mengakibatkan kerusakan sel dan proliferasi sel.
b. Faktor Genetik
Berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga
dengan pterigium, kemungkinan diturunkan secara autosomal dominan
c. Faktor Lain
Iritasi kronik atau inflamasi yang terjadi pada area limbus atau perifer kornea
merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik danterjadinya limbal
defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesisdari pterigium. Debu,
kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu,
dry eyes dan virus papiloma juga diduga sebagai penyebabdari pterigium
Etiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas. Namun, karena lebih seringterjadi
pada orang yang tinggal di daerah beriklim panas, maka gambaran
yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor-faktor lingkungan
seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet), daerah kering,inflamasi, daerah angin
kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan
konjungtiva pada fisura interpalpebralis disebabkan oleh karena kelainan tear film bisa
menimbulkan pertumbuhan fibroblastik baru merupakan salah satu teori. Tingginya
insiden pterigium pada daerah dingin, iklim kering mendukung teori ini
D. Diagnosis Pterigium
1. Anamnesis
Identitas sangat perlu ditanyakan. Pterigium lebih sering pada kelompok
20-30 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Riwayat pekerjaan juga sangat perlu
ditanyakan untuk mengetahui kecendrungan pasien terpapar sinar matahari.
Pterigium lebih sering memberikan keluhan berupa mata sering berair dan
tampak merah dan memberikan keluhan gangguan penglihatan. Pada kasus berat
dapat menimbulkan diplopia. Biasanya penderita merasakann ada sesuatu yang
tumbuh dikornea. Keluhan subjektif dapat berupa rasa panas, gatal dan ada yang
mengganjal.
2. Pemeriksaan Fisik
Tajam penglihatan dapat normal atau menurun. Pterigium muncul lipatan
berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke kornea. Dalam penegakan
diagnosis pterigium sangat penting ditentukan sesuai derajat dan klasifikasi nya.
E. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan pterigium, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika
pterigium masih derajat 1 dan 2. Sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterigium
yang melebihi derajat 2. Tindakn bedah juga dipertimbangkan pada pterigium derajat
1 dan 2 yang telah mengalami gangguan penglihatan. Pengobatan tidak diperlukan
karena bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Lindungi mata
yang terkena pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata
pelindung. Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberikan
steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep.
Indikasi untuk eksisi pterigium adalah ketidaknyamanan yang menetap termasuk
gangguan penglihatan, ukuran pterigium >3-4 mm, pertumbuhan yang progresif
menuju tengah kornea atau visual axis dan adanya gangguan pergerakan bola mata.
Eksisi pterigium bertujuan untuk mencapai keadaan normal yaitu gambaran
permukaan bola mata yang licin. Teknik bedah yang sering digunakan untuk
mengangkat pterigium adalah dengan menggunakan pisau yang dasarr untuk
mendiseksi pterigium ke arah limbus.
Lebih dari setengah pasien yang dioperasi pterigium dengan teknik simple
surgical removal akan mengalami rekuren. Suatu teknik yang dapat menurunkan
tingkat rekurensi hingga 5% adalah conjunctival autograft. Dimana pterigium yang
dibuang digantikan dengan konjungtiva normal yang belum terpapar sinar UV
(misalnya konjungtiva yang secara normal berada dibelakang kelopak mata atas).
Konjungtiva normal ini biasanya akan sembuh normal dan tidak memiliki
kecendrungan untuk menyebabkan pterigium rekuren.
Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulse pterigium.
Sedapat mungkin setelah avulse pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium
tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil adri konjungtibva
superior untuk menurrunkan angka kekambuhan.
Untuk mencegah kekambuhan setelah operasi dikombinasikan dengan
pemberian :
1. Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari,
bersamaan dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian
tapering off sampai 6 minggu.
2. Mitomycin C 0,04% (o,4 mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan
bersamaan dengan salep mata dexamethasone.
3. Sinar Beta
4. Topikal Thiopeta (triehylene thiophosphasmide) tetes mata : 1 tetes/3 jam
selama 6 minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik
Chloramphenicol dan steroid selama 1 minggu.
F. Komplikasi
Pterigium dapat menyebabkan komplikasi seperti scar (jaringan parut) pada
konjungtiva dan kornea, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, scar pada rektus
medial dapat menyebabkan diplopia.
Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu :
- Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft longgar, dan
komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous hemorrhage
atau retinal detachment.
- Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau melting pada
sclera dan kornea.
- Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren pterigium
post operasi. Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren yang tinggi kira-kira
50-80%. Dapat dikurangi dengan teknik conjungtiva autograft ayau amnion
graft.
- Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada jaringan epitel
diatas pterigium.
G. Prognosis
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa tidak tidak
nyaman pada hari pertama post operasi dapat ditoleransi, kebanyakan pasien setelah
24 jam post operasi dapat beraktivitas kembali. Pasien dengan rekuren pterigium
dapat dilakukan eksisi ulang dan graft atau auto graft atau transplantasi membrane
amnion