Laporan Kasus pterigium

12
Laporan Kasus A. Identitas Pasien Nama : Ny. M Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 57 tahun Alamat : Rorotan Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal kunjungan : 26 April 2014 B. Keluhan Utama Mata kanan dan kiri terdapat selaput dan buram C. Riwayat penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan terdapat selaput pada kedua mata sudah lama. Mata merah dan penglihatan mata sebelah kiri sudah mulai buram dan sangat menganggu. Mata tidak berair D. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Hipertensi dan Diabetes disangkal. Tidak ada riwayat trauma pada mata. E. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang sama

description

fvdfvd

Transcript of Laporan Kasus pterigium

Page 1: Laporan Kasus pterigium

Laporan Kasus

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 57 tahun

Alamat : Rorotan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal kunjungan : 26 April 2014

B. Keluhan Utama

Mata kanan dan kiri terdapat selaput dan buram

C. Riwayat penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan terdapat selaput pada kedua mata sudah lama. Mata merah

dan penglihatan mata sebelah kiri sudah mulai buram dan sangat menganggu. Mata tidak

berair

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Hipertensi dan Diabetes

disangkal. Tidak ada riwayat trauma pada mata.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang sama

F. Riwayat Pengobatan

Belum pernah diobati sebelumnya.

G. Riwayat Psikososial

Pasieen tidak menggunakan kacamata

Page 2: Laporan Kasus pterigium

H. Status kedudukan gerak bola mata

Okuli Dextra Okuli Sinistra

Orthoforia Kedudukan bola mata Orthoforia

6/12 Visus 6/40

Edema (-), hiperemis (-),

nyeri tekan (-)

Palpebra Edema (-), hiperemis (-),

nyeri tekan (-)

Infeksi (-), selaput

berbentuk segitiga kea rah

pupil

Conjungtiva Infeksi (-), selaput

berbentuk segitiga kearah

kornea

Tertutup selaput Cornea Tertutup selaput

- C.O.A -

Warna coklat Iris Warna coklat

Bulat, isokor, cahaya (+) Pupil Bulat, isokor, cahaya (+)

Sedikit keruh Lensa Sedikit keruh

- Vitreous Humor -

- Funduskopi -

- Tonometri -

I. Terapi

Pasien dirujuk ke rumah sakit.

Page 3: Laporan Kasus pterigium

Tinjauan Pustaka

A. Definisi

Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva

yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Pterigium

(pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular

konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat

pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah

kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah

kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan

berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua mata.

Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena

biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,

sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai

menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa

ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas

konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat

bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar

sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan

topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi

pusat optik dari kornea.

Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah

dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata

atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut

atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si

penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan tindakan medis yang

maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter

juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping dari pengobatan dan perawatan

yang diberikan.

Page 4: Laporan Kasus pterigium

B. Klasifikasi

Pterigium dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Berdasarkan Stadium

- Stadium 1 : Pterigium hanya trbatas pada limbus cornea

- Stadium 2 : Pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil,

tidak lebih dari 2 mm melewati kormea

- Stadium 3 : Pterigium sudah melewati stadium 2 tetapi tidak melebihi

pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-

4 mm)

- Stadium 4 : pertumbuhan pterigium sudah melewari pupil sehingga

menganggu penglihatan

2. Berdasarkan perjalanan penyakit

- Pterigium progresif : tebal dan vascular dengan beberapa infiltrate di

kornea didepan kepala pterigium.

- Pterigium regresif : tipis, atropi, sedikit vascular. Akhirnya menjadi bentuk

membrane tetapi tidak pernah hilang

3. Berdasarkan pemeriksaam slit lamp

- T1 (atopi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihta

- T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian terlihat

- T3(fleshy, opaque): pembuluh darah tidak jelas

C. Faktor Risiko

Faktor resiko yang mempengaruhi pterigium adalah lingkungan yakniradiasi UV

matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara, dan faktor herediter.

a. Radiasi Ultraviolet

Paparan sinar matahari, waktu di luar ruangan, penggunaan kacamata dan topi

mempengaruhi resiko terjadinya pterigium. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan

konjungtiva mengakibatkan kerusakan sel dan proliferasi sel.

Page 5: Laporan Kasus pterigium

b. Faktor Genetik

Berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga

dengan pterigium, kemungkinan diturunkan secara autosomal dominan

c. Faktor Lain

Iritasi kronik atau inflamasi yang terjadi pada area limbus atau perifer kornea

merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik danterjadinya limbal

defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesisdari pterigium. Debu,

kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu,

dry eyes dan virus papiloma juga diduga sebagai penyebabdari pterigium

Etiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas. Namun, karena lebih seringterjadi

pada orang yang tinggal di daerah beriklim panas, maka gambaran

yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktor-faktor lingkungan

seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet), daerah kering,inflamasi, daerah angin

kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan

konjungtiva pada fisura interpalpebralis disebabkan oleh karena kelainan tear film bisa

menimbulkan pertumbuhan fibroblastik baru merupakan salah satu teori. Tingginya

insiden pterigium pada daerah dingin, iklim kering mendukung teori ini

D. Diagnosis Pterigium

1. Anamnesis

Identitas sangat perlu ditanyakan. Pterigium lebih sering pada kelompok

20-30 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Riwayat pekerjaan juga sangat perlu

ditanyakan untuk mengetahui kecendrungan pasien terpapar sinar matahari.

Pterigium lebih sering memberikan keluhan berupa mata sering berair dan

tampak merah dan memberikan keluhan gangguan penglihatan. Pada kasus berat

dapat menimbulkan diplopia. Biasanya penderita merasakann ada sesuatu yang

tumbuh dikornea. Keluhan subjektif dapat berupa rasa panas, gatal dan ada yang

mengganjal.

Page 6: Laporan Kasus pterigium

2. Pemeriksaan Fisik

Tajam penglihatan dapat normal atau menurun. Pterigium muncul lipatan

berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke kornea. Dalam penegakan

diagnosis pterigium sangat penting ditentukan sesuai derajat dan klasifikasi nya.

E. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan pterigium, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika

pterigium masih derajat 1 dan 2. Sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterigium

yang melebihi derajat 2. Tindakn bedah juga dipertimbangkan pada pterigium derajat

1 dan 2 yang telah mengalami gangguan penglihatan. Pengobatan tidak diperlukan

karena bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium

meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Lindungi mata

yang terkena pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata

pelindung. Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberikan

steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep.

Indikasi untuk eksisi pterigium adalah ketidaknyamanan yang menetap termasuk

gangguan penglihatan, ukuran pterigium >3-4 mm, pertumbuhan yang progresif

menuju tengah kornea atau visual axis dan adanya gangguan pergerakan bola mata.

Eksisi pterigium bertujuan untuk mencapai keadaan normal yaitu gambaran

permukaan bola mata yang licin. Teknik bedah yang sering digunakan untuk

mengangkat pterigium adalah dengan menggunakan pisau yang dasarr untuk

mendiseksi pterigium ke arah limbus.

Lebih dari setengah pasien yang dioperasi pterigium dengan teknik simple

surgical removal akan mengalami rekuren. Suatu teknik yang dapat menurunkan

tingkat rekurensi hingga 5% adalah conjunctival autograft. Dimana pterigium yang

dibuang digantikan dengan konjungtiva normal yang belum terpapar sinar UV

(misalnya konjungtiva yang secara normal berada dibelakang kelopak mata atas).

Konjungtiva normal ini biasanya akan sembuh normal dan tidak memiliki

kecendrungan untuk menyebabkan pterigium rekuren.

Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulse pterigium.

Sedapat mungkin setelah avulse pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium

Page 7: Laporan Kasus pterigium

tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil adri konjungtibva

superior untuk menurrunkan angka kekambuhan.

Untuk mencegah kekambuhan setelah operasi dikombinasikan dengan

pemberian :

1. Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari,

bersamaan dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian

tapering off sampai 6 minggu.

2. Mitomycin C 0,04% (o,4 mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan

bersamaan dengan salep mata dexamethasone.

3. Sinar Beta

4. Topikal Thiopeta (triehylene thiophosphasmide) tetes mata : 1 tetes/3 jam

selama 6 minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik

Chloramphenicol dan steroid selama 1 minggu.

F. Komplikasi

Pterigium dapat menyebabkan komplikasi seperti scar (jaringan parut) pada

konjungtiva dan kornea, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, scar pada rektus

medial dapat menyebabkan diplopia.

Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu :

- Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft longgar, dan

komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous hemorrhage

atau retinal detachment.

- Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau melting pada

sclera dan kornea.

- Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren pterigium

post operasi. Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren yang tinggi kira-kira

50-80%. Dapat dikurangi dengan teknik conjungtiva autograft ayau amnion

graft.

- Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada jaringan epitel

diatas pterigium.

Page 8: Laporan Kasus pterigium

G. Prognosis

Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa tidak tidak

nyaman pada hari pertama post operasi dapat ditoleransi, kebanyakan pasien setelah

24 jam post operasi dapat beraktivitas kembali. Pasien dengan rekuren pterigium

dapat dilakukan eksisi ulang dan graft atau auto graft atau transplantasi membrane

amnion