Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

45
STATUS PASIEN I. KETERANGAN UMUM - Nama : Tn.A - Jenis Kelamin : laki-laki - Usia : 35 Tahun - Alamat : Sukarame, Tasikmalaya - Agama : Islam - Status : Menikah - Pekerjaan : Buruh - Penghasilan : Cukup - Tanggal Pemeriksaan : 06-02-2015 II. ANAMNESIS Keluhan Utama Hidung kiri tersumbat Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli THT RSUD Dr. Soekardjo dengan keluhan hidung sebelah kiri tersumbat sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan makin memberat. 1

description

lapkas polip nasi angga

Transcript of Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Page 1: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

STATUS PASIEN

I. KETERANGAN UMUM

- Nama : Tn.A

- Jenis Kelamin : laki-laki

- Usia : 35 Tahun

- Alamat : Sukarame, Tasikmalaya

- Agama : Islam

- Status : Menikah

- Pekerjaan : Buruh

- Penghasilan : Cukup

- Tanggal Pemeriksaan : 06-02-2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Hidung kiri tersumbat

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli THT RSUD Dr. Soekardjo dengan keluhan

hidung sebelah kiri tersumbat sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan

dirasakan makin memberat.

Keluhan disertai keluar cairan kental bewarna putih sampai hijau,

kadang disertai dengan darah. Darah akan keluar jika kelelahan,

beraktifitas berat,tersenggol atau terbentur.

Pasien sulit bernafas melalui hidung kiri, penciuman berbau tidak

ada dan penciuman berkurang pada hidung kiri.

1

Page 2: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Keluhan tidak disertai nyeri tekan pada hidung dan tidak dialami

pada hidung kanan.

Keluhan ditelinga tidak ada.

Keluhan di tenggorok tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

2 tahun yang lalu diperiksa di poli THT dengan diagnosa polip nasi

sinistra.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

Riwayat Pengobatan

Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK

- Status generalis

o Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

o Kesadaran : Compos mentis

o Vital Sign :

- TD : 120/80 mmHg - Respirasi : 20x/ menit

- Nadi : 80x /menit - Suhu : 0C

2

Page 3: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

o Kepala : DBN

o Leher : DBN

o Thorax : DBN

o Abdomen : DBN

o Ekstrremitas : DBN

o Neurologi : DBN

- Status lokalis

o Telinga

Bagian Kelainan Auris

Dekstra Sinistra

Preauricula

Kelainan

Radang dan tumor

Trauma

-

-

-

-

-

-

Auricula

Kelainan

Radang dan tumor

Trauma

-

-

-

-

-

-

Retroauricula

Edema

Hiperemis

-

-

-

-

3

Page 4: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Nyeri tekan

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi

-

-

-

-

-

-

-

-

Canalis

Acusticus

Eksternus

Kelainan kongenital

Kulit

Sekret

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

Massa

Kolesteatoma

-

DBN

-

-

-

-

-

-

-

DBN

-

-

-

-

-

-

Membran

Timpani

Warna

Intak

Cahaya

Putih seperti

mutiara

utuh

Arah jam 5

Putih seperti

mutiara

utuh

Arah jam 7

Tes Pendengaran

Pemeriksaan Auris

4

Page 5: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Dekstra Sinistra

Tes Rinne (+) (+)

Tes Webber Tidak ada lateralisasi

Kesan:

Telinga kanan dan kiri dalam batas normal

o Hidung

PemeriksaanNares

Dekstra Sinistra

Keadaan luar Bentuk dan ukuran DBN DBN

Rhinoskopi

Anterior

Mukosa

Sekret

Krusta

Concha Inferior

Septum

Polip/Tumor

Pasase udara

Merah muda

-

-

DBN

Tidak ada

devisasi

-

DBN

Sulit dinilai

+ (purulen)

+

DBN

Tidak ada

deviasi

+

-

Mukosa Sulit dinilai Sulit dinilai

5

Page 6: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Rhinoskopi

Posterior

Khoana Sulit dinilai

Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai

Torus tubarius

Fossa rosenmuller

Adenoid

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Tenggorok

Bagian Kelainan Keterangan

Mulut

Mukosa mulut

Lidah

Palatum molle

Merah muda

DBN

DBN

Gigi Geligi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

DBN DBN

Uvula

Halitosis

DBN

-

Tonsil

Mukosa

Besar

Kripta

Dentritus

Perlengketan

DBN

T1

Tidak melebar

-

-

DBN

T1

Tidak melebar

-

-

6

Page 7: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Faring

Mukosa

Granulasi

Post nasal drip

DBN

-

-

DBN

-

-

IV. RESUME

a. Anamnesis

Hidung tersumbat (+) sinitra

Nyeri hidung (+) sinistra

Rhinore (+) sin

Epistaksis nares sinitra (+)

Tinitus (-)

Otalgia (-)

Othore (-)

Gatal ADS (-)

Terasa penuh ADS (-)

Bersin (-)

b. Pemeriksaan Fisik

- Status generalis :

o KU : Baik

- Status lokalis :

o ADS : DBN

o CN : CNS : sekret (+), darah (+), massa (+)

o NPOP : DBN

7

Page 8: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

o MF : DBN

o Leher : DBN

V. DIAGNOSIS BANDING

Polip nasi sinistra

Inverted papilloma sin

VI. DIAGNOSIS KERJA

Polip nasi sinistra

VII. USULAN PEMERIKSAAN

CT Scan kepala

Lab darah

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Umum : Istirahat yang cukup

Hidung jangan di kucek

b. Medikamentosa : Antibiotic : Cefadroxil 500 mg 2x1

Dekongestan : CTM + Efedrin 7,0 mg 2x1

Asamtraneksamat : Transamin 500 mg 3x1

c. Operatif : Polipektomi

IX. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : ad bonam

b. Quo ad functional : ad bonam

8

Page 9: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

BAB I

PENDAHULUAN

Polip nasi merupakan masalah medis dan masalah sosial karena dapat

mempengaruhi kualitas hidup penderita baik pendidikan, pekerjaan, aktivitas

harian dan kenyamanan. Polip nasi merupakan inflamasi mukosa hidung dan

menimbulkan prolaps mukosa di dalam rongga hidung. Polip nasi dapat dilihat

melalui pemeriksaan rinoskopi dengan atau tanpa bantuan endoskopi.1,2

Prevalensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit

laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan populasi

penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi polip nasi

dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan 4,3% di Finlandia. Dengan

perbandingan pria dan wanita 2- 4:1. Di Amerika Serikat prevalensi polip nasi

diperkirakan antara 1-4%. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan

dilaporkan hanya sekitar 0,1%. Penelitian Larsen dan Tos di Denmark

memperkirakan insidensi polip nasi sebesar 0,627 per 1000 orang per tahun.3,4

Etiologi dan patogenesis dari polip nasi belum diketahui secara pasti.

Sampai saat ini, polip nasi masih banyak menimbulkan perbedaan pendapat.

Dengan patogenesis dan etiologi yang masih belum ada kesesuaian, maka

sangatlah penting untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip nasi untuk

mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang tepat.2

BAB II

9

Page 10: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI HIDUNG

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke

bawah: 1) pangkal hidung (bridge), 2) dorsum nasi, 3) puncak hidung, 4) ala nasi,

5) kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh

kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan

beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang

hidung. Kerangka tulang terdiri dari 1) tulang hidung (os nasalis), 2) prosesus

frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang

rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah

hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago

nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor, 3)

beberapa pasang kartilago ala minor dan 4) tepi anterior kartilago septum.2

Gambar 2.1. Kerangka tulang dan tulang rawan

10

Page 11: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. 2

Gambar 2.2. Dinding lateral kavum nasi

Bagian kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang

nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisis oleh kulit yang

mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut

vibrise.2

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral,

inferior dan superior. 2

Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang

dan tulang rawan. Bagian tulang adalah (1) lamina prependikularis os etmoid, (2)

vomer, (3) Krista nasalis os maksila dan (4) krista nasalis os palatine. Bagian

11

Page 12: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

tulang rawan adalah (1) kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan (2)

kolumela. Bagian superior dan posterior disusun oleh lamona prependikularis os

etmoid dan bagian anterior oleh kartilago septum (quadrilateral), premaksila, dan

kolumna membranousa. Bagian inferior, disusun oleh vomer, maksila, dan tulang

palatine dan bagian posterior oleh lamina sphenoidalis. Septum dilapisi oleh

perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang,

sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung.

Gambar 2.3. Septum nasi

Bagian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan di

belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral

hidung. Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yang terbesar dan letaknya

paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,

lebih kecil lagi adalah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka

suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.Konka inferior merupakan

12

Page 13: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan

konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.2

Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit

yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus

inferior, medius, dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior

dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior

terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis.Meatus medius terletak diantara

konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat bula

etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus

semilunaris merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara

sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.Pada meatus superior yang

merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus

etmoid posterior dan sinus sphenoid. Dinding inferior merupakan dasar rongga

hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum.2

Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina

kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Bagian atas

rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior yang

merupakan cabang dari arteri oftalmika, sedangkan a. oftalmika berasal dari a.

karotis interna.2

B. FISIOLOGI HIDUNG

13

Page 14: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Untuk fisiologi hidung terkait dengan polip, pertama kita harus

memahami Kompleks Osteomeatal (KOM), dimana struktur ini tersusun dari

prosessus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid,

agger nasi, dan ressesuss frontalis. KOM ini merupakan unit fungsional

yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dari sinus-sinus anterior

(maksila, etmoid anterior dan frontal). Karena fungsinya tersebut maka

seandainya terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan terjadi

perubahan yang signifikan pada sinus-sinus terkait serta perubahan pada

mukosa yang menjadi salah satu predisposisi terjadinya polip hidung.1

Beberapa fungsi hidung juga antara lain : 1,2

1. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas

setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring,

sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi,

udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti

udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian

lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran

dari nasofaring.

2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk

mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini

dilakukan dengan cara:

14

Page 15: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada

musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini

sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh

darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang

luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan

demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

3. Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan

bakteri dan dilakukan oleh:

a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b. Silia

Transpor benda asing yang tertimbun dari udara inspirasi ke faring di

sebelah posterior, di mana kemudian akan ditelan atau diekspektorans,

merupakan kerja silia yang menggerakan lapisan mukus dengan partikel yang

terperangkap. Aliran turbulen dalam hidung memungkinkan paparan yang

sangat luas antara udara inspirasi dengan epitel hidung dan lapisan

mukusnya,lapisan mukus berupa selubung sekret kontinyu yang sangat

kental, meluas ke seluruh ruang dan sudut hidung, sinus, tuba eustakius,

faring, dan seluruh cabang bronkus.

Mukus hidung disamping berfungsi sebagai alat transportasi partikel

yang tertimbun dari udara inspirasi, juga memindahkan panas, normalnya

mukus menghangatkan udara inspirasi dan mendinginkan ekpirasi, serta

15

Page 16: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

melembabkan udara isnpirasi dengan lebih dari satu liter uap setiap harinya.

Namun, bahkan dengan jumlah uap demikian sering kali tidak memadai untuk

melembabkan udara yang sangat kering, sering kali terdapat di rumah-rumah

dengan pemanasan selama musim dingin. Hal ini dapat berakibat

mengeringnya mukosa yang disertai berbagai ganguan hidung. Derajat

kelembaban selimut mukus ditentukan oleh stimulasi saraf pada kelenjar

seromukosa pada submukosa hidung.

Arah gerakan mukus dalam hidung umumnya ke belakang. Karena silia

lebih aktif pada meatus media dan inferior yang terkandung, maka cenderung

menarik lapisan mukus dari lapisan meatus komunis ke dalam celah-celah ini.

Arah gerakan septum adalah kebelakang dan agak ke bawah menuju dasar.

Pada dasar hidung, arahnya kebelakang dengan kecenderungan bergerak di

bawah konka inferior ke dalam meatus inferior. Pada sisi medial konka, arah

gerakan kebelakang dan kebawah, lewat dibawah tepi inferior dari meatus

yang bersesuaian. Drainase dari daerah tak bersilia pada sepertiga anterior

hidung sebelumnya praktis lewat meatus. Ini merupakan daerah yang paling

banyak mengumpulkan kontaminan udara.

Lapisan mukus, disamping menangkap dan mengeluarkan partikel

lemah, juga merupakan sawar terhadap alergen, virus dan bakteri. Akan tetapi

walaupun organisme hidup mudah dibiak dari segmen hidung anterior, sulit

untuk mendapat suatu biakan postnasal yang positif. Lisozim, yang terdapat

pada lapisan mukus, bersifat destruktif terhadap dinding sebagian bakteri.

Fagositosis aktif dalam membran hidung merupakan bentuk proteksi di

16

Page 17: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

bawah permukaan. Membran sel pernapasan juga memberikan imunitas

induksi seluler.

Sejumlah imunoglobulin dibentuk dalam mukosa hidung, sesuai

kebutuhan fisiologik, telah diamati adanya IgG, IgA dan IgE. Rinitis alergika

terjadi bila alergen yang terhirup berkontak dengan antibodi IgE sehingga

antigen tersebut terfiksasi pada mukosa hidung dan sel mast submukosa.

Selanjutnya dihasilkan dan dilepaskan mediator radang yang menimbulkan

perubahan mukosa hidung yang khas.

4. Indra Penghidu

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa

olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas

septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan

palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.

5. Resonansi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan

hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga

terdengar suara sengau.

6. Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng)

dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle

turun untuk aliran udara.

7. Refleks nasal

17

Page 18: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung

menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

18

Page 19: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

C. POLIP NASI

C.1. Definisi

Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang

bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan

permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Umumnya

sebagian besar polip ini berasal dari celah kompleks osteomearal (KOM)

yang kemudian tumbuh ke arah rongga hidung.2,5

C.2. Epidemiologi

Prevalensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya sedikit

laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan populasi

penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Prevalensi polip nasi

dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan 4,3% di Finlandia. Dengan

perbandingan pria dan wanita 2- 4:1. Di Amerika Serikat prevalensi polip nasi

diperkirakan antara 1-4 %. Pada anak-anak sangat jarang ditemukan dan

dilaporkan hanya sekitar 0,1%. Penelitian Larsen dan Tos di Denmark

memperkirakan insidensi polip nasi sebesar 0,627 per 1000 orang per tahun

(Bateman 2003, Ferguson et al.2006). Di Indonesia studi epidemiologi

menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3 : 1 dengan prevalensi

0,2%-4,3%.2,3,4

C.3. Etiopatogenesis

Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai etiologi polip nasi,

terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal dari polip nasi eosinofilik dan

19

Page 20: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

neutrofilik yang berkisar dari predisposisi genetik, variasi anatomi, infeksi kronis,

alergi inhalan, alergi makanan, sampai ketidakseimbangan vasomotor.2

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada

terjadinya polip, yaitu :5

1.  Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan sinus.

2.  Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.

3.  Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung

Beberapa hipotesis dari keadaan tersebut antara lain :2,3,5

1. Alergi

Alergi merupakan faktor yang banyak menjadi sorotan karena tiga hal,

yaitu karena sebagian besar polip hidung terdiri dari eosinofil, berhubungan

dengan asma, serta temuan klinis pada nasal yang menyerupai gejala dan

tanda alergi. Paparan alergen udara menahun, diduga berperan dalam

terjadinya polip hidung melalui inflamasi yang terus-menerus pada mukosa

hidung.1

Ditemukan sekitar 7 % pasien dengan asma memiliki polip hidung.7

Akan tetapi ditemukan bahwa pada pasien non atopik angka kejadian polip

hidung juga lebih tinggi yaitu 13%. Akan tetapi studi lain menunjukkan

bahwa asma dengan onset yang telat (late onset asthma) akan berkembang

menjadi nasal polip sekitear 10-15%

2. Ketidakseimbangan Vasomotor

Teori ini dikemukakan karena pada banyak kondisi tidak ditemukan

adanya tanda-tanda atopi dan tidak ada riwayat pajanan alergen yang

20

Page 21: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

ditemukan. Akan tetapi pasien cenderung mengalami rinitis prodromal

sebelum pada akhirnya berkembang menjadi polip hidung. Polip hidung

bisanya memiliki vaskularisasi yang kurang dan berkurangnya inervasi

vasokonstriktor. Selanjutnya gangguan dalam regulasi vaskular dan

peningkatan permeabilitas dapat menyebabkan edema dan pembentukan

polip.

3. Bernouli Fenomena

Fenomena Bernoulli terjadi karena adanya penurunan tekanan yang

selanjutnya menyebabkan konstriksi. Hal ini akan menimbulkan tekanan

negatif dalam KOM, yang mempengaruhi mukosa disekitarnya. Karena

tekanan negatif ini kemudian akan terjadi inflamasi mukosa yang

selanjutnya menjadi awal terbentuknya polip.

4. Terori Ruptur Epithel

Rupturnya epitel dari mukosa nasal karena alergi atau karena infeksi

dapat menyebabkan prolaps dari lamina propria, yang selanjutnya akan

membentuk polip. Defek dari faktor ini mungkin semakin membesar karena

pengaruh gravitasi atau drainase vena mengalami obstruksi. Akan tetapi dari

scanning dengan pengamatan mikroskopik tidak ditemukan adanya defek

epitel yang bermakna pada pasien dengan polip hidung.

5. Intoleransi Aspirin

Banyak konsep yang menjelaskan bagaimana patogenesis dari intoleransi

aspirin serta hubungannya dengan polip hidung. Terdapat sindrom klinis

yang jelas, bagaimana obat-obatan NSAID khusunya aspirin dapat memicu

21

Page 22: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

terjadinya rinitis dan serangan asma. Respon Cyclooxygenase (COX)

umumnya sangat berbeda pada pasien dengan intoleransi aspirin

dibandingkan normal. Dapat dibuktikan bahwa terjadi perubahan pada COX1

dan COX2 yang menghasilkan metabolit tertentu yang akan menstimulasi

cysteinyl leukotriene (Cys-LT). Perubahan ini selanjutnya menyebabkan

metabolisme asam arachidonat menjadi jalur leukotriene inflamasi tinggi,

yang selanjutnya akan mengurangi kadar PGE2 (yang merupakan PG

antiinflamasi). Eksperi berlebihan dari LTC4 synthase selanjutnya akan

meningkatkan jumlah cysteinyl LTs, menyebabkan respon inflamasi tak

terkontrol dan inflamasi kronis.

6. Cystic Fibrosis

Cystic Fibrosis merupakan salah satu penyakit autosomal resesif pada

kelompok orang kulit putih. Cystic fibrosis disebabkan karena mutasi gen

tunggal pada kormosom 7 yang disebut cystic fibrosis transmembrane

regulator (CFTR). Hal ini menyebabkan tidak adanya cyclic AMP-regulated

chloride chanel yang menyebabkan impermeabilitas klorida dan peningkatan

absorpsi natrium. Peningkatan absorpsi natrium dan penurunan sekresi

klorida menyebabkan pergerakan air ke sel dan ruang interstitial, selanjutnya

menimbulkan retensi air, pembentukan polip. Defek migrasi protein CFTR

juga menyebabkan terjadinya inflamasi kronis skunder.

7. Nitric Oxide

Nitric Oxida merupakan gas radikal bebas, yang memainkan peran besar

dalam terjadinya reaksi imunologis nonspesifik, regulasi dari tone vaskular,

22

Page 23: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

pertahanan host, dan inflamasi pada berbagai jaringan. Radikal bebas

biasanya dipertahankan dalam keadaan seimbang oleh antioxidan defense

system superoxide dismutase , catalase dan glutahione peroxidase. Ketika

radikal bebas ini dapat melebihi kemampuan pertahanan d ari antioxidant,

maka akan terjadi defek seluler, defek jaringan, dan penyakit kronis.

Ditemukan laporan akan meningkatnya kadar nitric oxide dan penurunan

scavangeing enzim pada pasien polip hidung dibandingkan dengan kontrol,

yang menunjukkan adanya penumpukan radikal bebeas pada polip hidung.

8. Infeksi

Bagaimana infeksi dapat menjadi faktor yang juga penting terhadap

pembentukan polip, diduga terkait dengan adanya gangguan pada epitel

dengan proliferasi jaringan granulasi. Hal ini biasanya terjadi pada infeksi

Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, atau Bacteroides fragilis

(semua jenis patogen yang sering ditemukan pada rinosinusitis). Bagaimana

granuloma menginduksi terjadinya polip hidung masih belum benar-benar

dipahami.

9. Superantigen Hypotensis

Staphylococcus aureus ditemukan sekitar 60-70% pada daerah mukus

didekat polif masif. Organisme ini selalu memproduksi toxin, staphylococcus

enterotoxin A (SEA), staphylococcus enterotoxin B (SEB) dan toxic shock

syndrome toxin-1 (TSST-1) yang akan berperan sebagai supetantigen,

menyebabkan aktifasi dan ekspansi klonal dari limfosit pada lateral hidung.

Aktifasi dari limfosit ini, akan menghasilkan sitokin Th1 dan Th2 (IFN-

23

Page 24: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

gama. IL-2, IL-4, IL-4), hal ini akan menyebabkan chronic lymphocytic-

eosinophil muchosal disease. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya

antibodi spesifik IgE terhadap SEA dan SEB sebanyak 50% pada penderita

polip hidung.

C.4. Manifestasi Klinis

Polip hidung dapat menyebabkan hidung tersumbat, yang selanjutnya

dapat menginduksi rasa penuh atau tekanan pada hidung dan rongga sinus.

Kemudian dirasakan hidung yang berair (rinorea) mulai dari yang jernih

sampai purulen, hiposmia atau anosmia serta dapat juga dirasakan nyeri

kepala daerah frontal. Gejala lain yang dapat timbul tergantung dari

penyertanya, pada infeksi bakteri dapat disertai pula dengan post nasal drip

serta rinorea purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas

melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur, dan gannguan kualitas

hidup.2Dapat juga menyebababkan gejala pada saluran nafas bawah, berupa

batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip hidung dengan

asma.5

Selain itu harus dicari riwayat penyakit lain seperti alergi, asma,

intoleransi aspirin.5

C.5. Diagnosis

Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan keluhan-keluhan berupa hidung tersumbat, rinorea,

hiposmia atau anosmia. Dapat pula didapatkan gejala skunder seperti

24

Page 25: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan gangguan

aktifitas.2

Pemeriksaan Fisik

Polip nasi masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga

hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan

rinoskopi anterior didapatkan masa pucat yang berasal dari meatus media

dan mudah digerakkan.2

Pembagian stadium polip menurut MacKay dan Lund : Stadium 1 : polip

masih terbatas pada meatus media, Stadium 2 : polip sudah keluar dari

meatus media, tampak pada rongga hidung tertapi belum memenuhi rongga

hidung, Stadium 3: polip masif.2

Pemeriksaan Penunjang

1. Naso-endoskopi

Polip pada stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat dari rinoskopi

anterior, akan tetapi dengan naso endoskopi dapat terlihat dengan jelas.

Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang

berasal dari ostium asesorius sinus maksila.2,6

2. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos sinus paranasal (Posisi waters, AP, Caldwell dan latera) dapat

memperlihatkan adanya penebalan mukosa dan adanya batas udara

cairan di dalam sinus, tetapi kurang bermanfaat untuk polip hidung.

Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat secara jelas

keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang,

25

Page 26: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal

(KOM). CT scan harus diindikasikan pada kasus polip yang gagal

diobati dengan terapi medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis

dan pada perencanaan tindakan bedah endoskopi.6

C.6. Tatalaksana

Tujuan dari tatalaksana polip hidung yaitu: 4,6

1. Memperbaikai keluhan pernafasan pada hidung

2. Meminimalisir gelaja

3. Meningkatkan kemampuan penghidu

4. Menatalaksanai penyakit penyerta

5. Meningkatkan kulitas hidup

6. Mencegah komplikasi.

Secara umum penatalaksanaan dari polip hidung yaitu melalui

penatalaksanaan medis dan operatif.

1. Tatalaksana Medis

Polip Hidung merupakan kelainan yang dapat ditatalaksanai secara

medis. Walaupun pada beberapa kasus memerlukan penanganan operatif, serta

tatalaksana agresif sebelum dan sesudah operatif juga diperlukan.2,6

a. Antibiotik

Polip hidung dapat menyebabkan terjadinya obstruksi sinus, yang

selanjutnya menimbulkan infeksi. Tatalaksana dengan antibiotik dapat

mencegah pertumbuhan dari polip dan mengurangi perdarahan selama

operasi. Antibiotik yang diberikan harus langsung dapat memberikan efek

26

Page 27: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

langsung terhadap spesies Staphylococcus, Streptococcus, dan bakteri anaerob,

yang merupakan mikroorganisme pada sinusitis kronis.6

b. Kortikosteroid

Topikal Korticosteroid

Intranasal/topikal kortikosteroid merupakan pilihan pertama untuk polip

hidung. Selain itu penggunaan topikal kortikosteroid ini juga berguna pada

pasien post-operatif polip hidung, dimana pemberiannya dapat mengurangi

angka kekambuhan. Pemberian dari kortikosteroid topikal ini dapat dicoba

selama 4-6 minggu dengan fluticasone propionate nasal drop 400 ug 2x/hari

memiliki kemampuan besar dalam mengatasi polip hidung ringan-sedang

(derajat 1-2), diamana dapat mengurangi ukuran dari polip hidung dan

keluhan hidung tersumbat.4

Sitemik Kortikosteroid

Penggunaan dari kortikosteroid sistemik/oral tunggal masih belum banyak

diteliti. Penggunaanya umumnya berupa kombinasi dengan terapi

kortikosteroid intranasal. Penggunaan fluocortolone dengan total dosis 560 mg

selama 12 hari atau 715 mg selama 20 hari dengan pengurangan dosis

perhari disertai pemberian budesonide spray 0,2 mg dapat mengurangi

gejala yang timbul serta memperbaiki keluhan sinus dan mengurangi ukuran

polip.4

Akan tetapi dari penelitian lain, penggunaan kortikosteroid sistemik tunggal

yaitu methylprednisolone 32 mg selama 5 hari, 16 mg selama 5 hari, dan 8

mg selama 10 hari ternyata dapat memberikan efek yang signifikan dalam

27

Page 28: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

mengurangi ukuran polip hidung serta gejala nasal selain itu juga

meningkatkan kemampuan penghidu.6

c. Terapi lainnya

Penggunaan antihistamin dan dekongestan dapat memberikan efek

simtomatik akan tetapi tidak merubah perjalanan penyakitnya. Imunoterapi

menunjukkan adanya keuntungan pada pasien dengan sinusitis fungal dan

dapat berguna pada pasien dengan polip berulang. Antagonis leukotrient

dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi aspirin.4

2. Terapi Pembedahan

Indikasi untuk terapi pembedahan antara lain dapat dilakukan pada

pasien yang tidak memberikan respon adekuat dengan terapi medikal, pasien

dengan infeksi berulang, serta pasien dengan komplikasi sinusitis, selain itu

pasien polip hidung disertai riwayat asma juga perlu dipertimbangkan untuk

dilakukan pembedahan guna patensi jalan nafas. Tindakan yang dilakukan

yaitu berupa ekstraksi polip (polipektomi), etmoidektomi untuk polip etmoid,

operasi Caldwell-luc untuk sinus maxila. Untuk pengembangan terbaru yaitu

menggunakan operasi endoskopik dengan navigasi komputer dan

instrumentasi power. 3,6

C.7. Prognosis

Umumnya setelah penatalaksanaan yang dipilih prognosis polip hidung

ini baik (dubia et bonam) dan gejala-gejala nasal dapat teratasi. Akan tetapi

kekambuhan pasca operasi atau pasca pemberian kortikosteroid masih sering

terjadi. Untuk itu follow-up pasca operatif merupakan pencegahan dini yang

28

Page 29: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya sinekia dan

obstruksi ostia pasca operasi, bagaimana patensi jalan nafas setelah tindakan

serta keadaan sinus, pencegahan inflamasi persisten, infeksi, dan pertumbuhan

polip kembali, serta stimulasi pertumbuhan mukosa normal. Untuk itu sangat

penting dilakukan pemeriksaan endoskopi post operatif. Penatalaksanaan

lanjutan dengan intra nasal kortikosteroid diduga dapat mengurangi angka

kekambuhan polip hidung.2,3,6

29

Page 30: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

DAFTAR PUSTAKA

1. Probst, R., Grevers, G., danIro, H. Anatomy, Physiology, and Immunologyof

the Nose, Paranasal Sinuses, and Face. Dalam: Basic Otorhinolaryngology.

New York: Thieme, 2006, h. 2 – 13

2. Soetjipto, D. dan Mangunkusumo, E. Hidung. Dalam: Soepardi EA, Iskandar

N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi

kelima. Jakarta: FKUI, 2001, h. 88 – 95

3. Ahmad Maymane Jahroni. The Epidemological & Clinical aspect of Nasal

Polyps that Require Surgery. Iranian Journal Of Otorhynolaryngology.2012

: 2 (4) : 72-75

4. BachortC.Management of Nasal Polyps. Rhinology. 2005 : 18: 1-87

5. Kirtsreesatul Virat. Update on Nasal Polyps : Etiopatogenesis. J Med Assoc

Thai. 2005 : 88 (12) :1966-72

6. Assanasen paraya MD. Medical & Surgical Management of Nasal Polyps.

Current Option in Otolaryngology & Head and Neck Surgery. 2001. 9 :

27-36

7. Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia. Guideline Penyakit THT-

KL di Indonesia. 2007. Hal 25

30

Page 31: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

31

Page 32: Laporan Kasus Polip Nasi Yang Benar

32