Laporan Kasus OMSK

52
LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) Disusun oleh : Penny Nastiti R. L. (030.09.180) Tasya Rahmani (030.09.251) M. Ridhwan F. (030.10.195) Sindy Januarta (030.10.256) Pembimbing : Dr. Farida Nurhayati, Sp. THT-KL, M. Kes 1

description

zZzajn

Transcript of Laporan Kasus OMSK

LAPORAN KASUSOTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

(OMSK)

Disusun oleh :

Penny Nastiti R. L.

(030.09.180)

Tasya Rahmani

(030.09.251)

M. Ridhwan F.

(030.10.195)

Sindy Januarta

(030.10.256)

Pembimbing :

Dr. Farida Nurhayati, Sp. THT-KL, M. KesKEPANITERAAN KLINIK THT-KL RSUD KOTA BEKASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. TRISAKTI

PERIODE 9 FEBRUARI 14 MARET 2015

LEMBAR PERSETUJUANPresentasi laporan kasus dengan judul

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)Oleh

Penny Nastiti R. L.

(030.09.180)Tasya Rahmani

(030.09.251)

M. Ridhwan F.

(030.10.195)

Sindy Januarta

(030.10.256)

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu THT-KL di RSUD Kota Bekasi periode 9 Februari - 14 Maret 2015.

Bekasi, Februari 2015

dr.Farida Nurhayati, Sp. THT-KL, M. KesKATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik THT-KL di RSUD Kota Bekasi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Farida Nurhayati, Sp. THT-KL, M. Kes yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan laporan kasus ini, serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penulis selama di kepaniteraan klinik Ilmu THT-KL di RSUD Kota Bekasi. Tak lupa juga ucapan terima kasih penulis haturkan kepada teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis. Dengan penuh kesadaran dari penulis, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan kasus ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Bekasi, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGi

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI.......iii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2

2.1 Anatomi Telinga......2

2.2 Anatomi Telinga Tengah//...3

2.3 Definisi...11

2.4 Epidemiologi..11

2.5 Klasifikasi...12

2.6 Etiologi...13

2.7 Faktor Risiko..13

2.8 Patogenesis.13

2.9 Kolesteatoma..15

2.10 Manifestasi Klinis.....16

2.11 Diagnosis..18

2.12 Penatalaksanaan...20

2.13 Komplikasi. ..21

2.14 Prognosis. . ..22

BAB III LAPORAN KASUS.22

3.1 Identitas Pasien23

3.2 Anamnesis23

3.3 Pemeriksaan Fisik24

3.4 Resume.28

3.5 Diagnosis Kerja28

3.6 Penatalaksanaan28

3.7 Prognosis..28

BAB IV PEMBAHASAN... 29

DAFTAR PUSTAKA. 31

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini biasanya dimulai pada anak sebagai perforasi membran timpani spontan yang disebabkan oleh infeksi akut telinga tengah (dikenal sebagai otitis media akut) atau sebagai sebuah sekuel dari bentuk otitis media yang lebih berat.1Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain.Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.2Otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Pada tipe bahaya, terdapat resiko terjadinya komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.1,3,4Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Kematian terjadi pada 18,6 % kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial seperti meningitis.2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut.1Telinga tengah terdiri dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran dan tuba eustachius. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule.1

Gambar 2.1 Anatomi Telinga Manusia (Bhaat RA et al. Ear Anatomy)2.2 Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan1,5 : Batas luar: membran timpani

Batas depan: tuba eustachius

Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.Fungsi utama dari telinga tengah adalah konduksi dari suara melalui penyampaian gelombang suara di udara yang dikumpulkan aurikula ke cairan di telinga tengah. Telinga tengah terletak di bagian kaku dari tulang temporal dan terisi uadara sekunder untuk menghubungkan dengan nasofaring melalui tuba eustachius.2.2.1 Membran Timpani Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.1,5Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani menyerupai kerucut, di mana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light)5.Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu5 :

1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.Lamina propria terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastis yaitu5:

1. Bagian dalam sirkuler.

2. Bagian luar radier .Secara anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian5 :

1. Pars tensa

Merupakan bagian terbesar dari membran timpani, yaitu suatu permukaan yang tegang dan bergetar, pinggirnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.

2. Pars flaksid atau membran Shrapnell, Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksid dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

1. Plika maleolaris anterior (lipatan muka).2. Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dan dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang n. Aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabangdari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior5.

Gambar 2.2 Membran Timpani (Bhaat RA et al. Ear Anatomy)2.1.2 Kavum Timpani

Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.1,5A. Atap kavum timpani

Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis atau ada kalanya tidak ada tulang sama sekali (dehisensi). B. Lantai kavum timpani

Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.5C. Dinding medial.

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpanum menonjol kearah kavum timpani, yang disebut promontorium Tonjolan ini oleh karena di dalamnya terdapat koklea. Didalam promontorium terdapat beberapa saluran-saluran yang berisi saraf-saraf yang membentuk pleksus timpanikus. Di belakang dan atas promontorium terdapat fenestra vestibuli atau foramen ovale (oval window), bentuknya seperti ginjal dan berhubungan pada kavum timpani dengan vestibulum, dan ditutupi oleh telapak kaki stapes dan diperkuat oleh ligamentum anularis. Foramen ovale berukuran 3,25 mm x 1,75 mm. Di atas fenestra vestibuli, sebagai tempat jalannya nervus fasialis. Kanalis ini di dalam kavum timpani tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali (dehisensi). Fenestra koklea atau foramen rotundum (round window), ditutupi oleh suatu membran yang tipis yaitu membran timpani sekunder, terletak di belakang bawah. Foramen rotundum ini berukuran 1,5 mm x 1,3 mm pada bagian anterior dan posterior 1,6 mm.5Kedua lekukan dari foramen ovale dan rotundum berhubungan satu sama lain pada batas posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam yaitu sinus timpanikus. Suatu ruang yang secara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang didapat disebelah lateral kanalis fasial dan prosesus piramidal. Dibatasi sebelah lateral oleh anulus timpanikus posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus brevis inkus yang melekat ke fosa inkudis. Lebar resesus fasialis 4,01mm dan tidak bertambah semenjak lahir. Resesus fasialis penting karena sebagai pembatas antara kavum timpani dengan kavum mastoid sehingga bila aditus ad antrum tertutup karena suatu sebab maka resesus fasialis bisa dibuka untuk menghubungkan kavum timpani dengan kavum mastoid.5D. Dinding posterior

Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan atrum mastoid melalui epitimpanum. Di bawah aditus terdapat lekukan kecil yang disebut fosa inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus brevis dari inkus dan melekat pada serat-serat ligamen. Dibawah fosa inkudis dan dimedial dari korda timpani adalah piramid, tempat terdapatnya tendon muskulus stapedius, tendon yang berjalan keatas dan masuk ke dalam stapes. Diantara piramid dan anulus timpanikus adalah resesus fasialis.Disebelah dalam dari piramid dan nervus fasialis merupakan perluasan ke arah posterior dari mesotimpani adalah sinus timpani. Perluasan sel-sel udara ke arah dinding posterior dapat meluas seperti yang dilaporkan Anson dan Donaldson(1981), bahwa apabila diukur dari ujung piramid, sinus dapat meluas sepanjang 9mm kearah tulang mastoid. Dinding medial dari sinus timpani kemudian berlanjut kebagian posterior dari dinding medial kavum timpani dimana berhubungan dengan dua fenestra dan promontorium.5E. Dinding anterior

Dinding anterior kavum timpani agak sempit tempat bertemunya dinding medial dan dinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotispada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius. Tuba ini berhubungan dengan nasofaring dan mempunyai dua fungsi. Pertama menyeimbangkan tekanan membran timpani pada sisi sebelah dalam, kedua sebagai drainase sekresi dari telinga tengah, termasuk sel-sel udara mastoid. Diatas tuba terdapat sebuah saluran yang berisi otot tensor timpani. Dibawah tuba, dinding anterior biasanya tipis dimana ini merupakan dinding posterior dari saluran karotis.5F. Dinding lateral

Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran. Bagian tulang berada diatas dan bawah membran timpani.5Kavum timpani terdiri dari5 :

1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).

2. Dua otot.

3. Saraf korda timpani.

4. Saraf pleksus timpanikus.1. Tulang Tulang Pendengaran

Gambar 2.3 Tulang-Tulang pendengaran (Bhaat RA et al. Ear Anatomy)

a. Maleus

Maleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang pendengaran dan terletak paling lateral, leher, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior, lengan (manubrium). panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm.

b. Inkus

Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang 100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus, prosesus longus panjangnya 4,3 mm-5,5 mm.c. Stapes

Merupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4 mm - 4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan posterior dan telapak kaki ( foot plate), yang melekat pada foramen ovale dengan perantara ligamentum anulare. Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan posterior dari leher stapes. 2. Otot

Terdiri dari : otot tensor timpani dan otot stapedius. Otot tensor timpani adalah otot kecil panjang yang berada 12 mm diatas tuba eustachius. Otot ini melekat pada dinding semikanal tensor timpani. Kanal ini terletak diatas liang telinga bagian tulang dan terbuka kearah liang telinga sehingga disebut semikanal. Serabut -serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujung timpani semikanal yang ditandai oleh prosesus kohleoform. Prosesus ini membuat tendon tersebut membelok kearah lateral kedalam telinga tengah. Tendon berinsersi pada bagian atas leher maleus. Muskulus tensor timpani disarafi oleh cabang saraf kranial ke 5. kerja otot ini menyebabkan membran timpani tertarik kearah dalam sehingga menjadi lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara serta melemahkan suara dengan frekuensi rendah.5

Otot stapedius adalah otot yang relatif pendek. Bermula dari dalam kanalnya didalam eminensia piramid, serabut ototnya melekat ke perios kanal tersebut. Serabut-serabutnya bergabung membentuk tendon stapedius yang berinsersi pada apek posterior leher stapes. M. Stapedius disarafi oleh salah satu cabang saraf kranial ke 7 yang timbul ketika saraf tersebut melewati m. stapedius tersebut pada perputarannya yang kedua. Kerja m.stapedius menarik stapes ke posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi posterior basis stapes. Keadaan ini stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan meningkatkan frekuensi resonansi tulang-tulang pendengaran.53. Saraf korda timpani

Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari kanalikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani memasuki telinga tengah bawah pinggir posterosuperior sulkus timpani dan berjalan keatas depan lateral keprosesus longus dari inkus dan kemudian ke bagian bawah leher maleus tepatnya diperlekatan tendon tensor timpani. Setelah berjalan kearah medial menuju ligamentum maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani.5Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion submandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.5

4. Pleksus timpanikus

Adalah berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna. Saraf dari pleksus ini dan kemudian berlanjut pada :

1. Cabang-cabang pada membrana mukosa yamg melapisi kavum timpani, tuba eustachius, antrum mastiod dan sel-sel mastoid.

2. Sebuah cabang yang berhubungan dengan nervus petrosus superfisial mayor.

3. Pada nervus petrosus superfisial minor, yang mengandung serabut-serabut parasimpatis dari N. IX. Saraf ini meninggalkan telinga tengah melalui suatu saluran yang kecil dibawah m. tensor timpani kemudian menerima serabut saraf parasimpatik dari N. VII dengan melalui cabang dari ganglion genikulatum.2.1.3 Tuba Eustachius

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faring timpani.Bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.1,5Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu5 :

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah posterior, superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan bagian tulang atau timpani. Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah. Tuba dilapisi oleh mukosa saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan kelenjar mukusdan memiliki lapisan epitel bersilia didasarnya. Epitel tuba terdiri dari epitelselinder berlapis dengan sel selinder. Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu5 :

1. M. tensor veli palatini

2. M. elevator veli palatini

3. M. tensor timpani

4. M. salpingofaringeus

Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani.52.1.4 Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah kekaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.Aditus antrum mastoid adalah suatu pintu yang besar iregular berasal dari epitimpanum posterior menuju rongga antrum yang berisi udara, sering disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan penonjolan dari kanalis semisirkularis lateral. Dibawah dan sedikit ke medial dari promontorium terdapat kanalis bagian tulang dari n. fasialis.52.2 Definisi Otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.1Penyakit ini biasanya dimulai pada anak sebagai perforasi membran timpani spontan yang disebabkan oleh infeksi akut telinga tengah (dikenal sebagai otitis media akut) atau sebagai sebuah sekuel dari bentuk otitis media yang lebih berat. (otitis media sekretori). Infeksi ini seringkali timbul pada usia sebelum 6 tahun dengan puncaknya pada usia sekitar 2 tahun.1 Titik dimana otitis media akut menjadi OMSK masih kontroversial. Umumnya, pasien dengan perforasi membran timpani yang yang masih terdapat sekret mukoid keluar dari telinga tengah diatas 2 bulan, walau telah mendapat terapi medis, dikenal sebagai kasus OMSK.62.3 Epidemiologi Survei prevalensi di seluruh dunia, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta penderita dengan telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Ini menjadi masalah penting untuk mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang, diperkirakan 28000 mengalami kematian dan