Laporan Kasus Herpes zoster

18
BAB I PENDAHULUAN Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus (1) Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak dengan orang lain dengan varisela atau herpes. Sebaliknya, kejadian herpes zoster ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host- virus (2). Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua (2,3,4). Ada peningkatan insidens dari zoster pada anak – anak normal yang terkena chicken pox ketika berusia kurang dari 2 tahun (5). Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster daripada individu imunokompeten pada usia yang sama (2). Immunosupresif kondisi yang berhubungan dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk “human immunodeficiency virus” (HIV), transplantasi sumsum tulang, leukimia dan limfoma,

description

herpes zoster

Transcript of Laporan Kasus Herpes zoster

Page 1: Laporan Kasus Herpes zoster

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa nyeri radikuler

unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut

spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan

reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah

infeksi primer oleh virus (1)

Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi musiman.

Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan tidak ada bukti yang

meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak dengan orang lain dengan varisela

atau herpes. Sebaliknya, kejadian herpes zoster ditentukan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan host-virus (2). Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua (2,3,4). Ada peningkatan insidens dari zoster pada anak – anak normal yang terkena chicken pox

ketika berusia kurang dari 2 tahun (5). Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien

imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster daripada

individu imunokompeten pada usia yang sama(2). Immunosupresif kondisi yang berhubungan

dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk “human immunodeficiency virus” (HIV),

transplantasi sumsum tulang, leukimia dan limfoma, penggunaan kemoterapi pada kanker, dan

penggunaan kortikosteroid (2).

Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan varisela. Virus

dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa komplikasi sampai 7 hari setelah

munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih lama pada individu immunocompromised. Pasien

dengan zoster tanpa komplikasi dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak

langsung dengan lesi mereka. Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,

menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta pencegahan kontak

diperlukan untuk pasien tersebut (6).

Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat dan

pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit dari vesikel

berkelompok pada dasar yang eritematosa.

Page 2: Laporan Kasus Herpes zoster

Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus

menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom atau difus.1 Nyeri

prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi

muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60 tahun. Nyeri prodormal lamanya kira –kira 2 – 3

hari, namun dapat lebih lama (5).

Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi .(7) Pengobatan zoster

akut mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan mengurangi resiko komplikasi (7). Obat

yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,

2

Page 3: Laporan Kasus Herpes zoster

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTIFIKASI

a. Nama : Tn. N

b. Usia : 60 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Pekerjaan : Guru SD

f. Alamat : Loa Pocong, Lembur Situ

g. Nomer Rekam Medik : A294219

h. Tanggal Kunjungan RS : 30-04-2015

2.2 ANAMNESIS

(Autoanamnesis tanggal 30-04-2015, Pukul 10.00)

a. Keluhan Utama

Timbul gelembung berisi air yang bergerombol pada pungung kiri sejak 2 minggu

SMRS.

b. Keluhan Tambahan

Nyeri, panas, dan gatal pada daerah luka

c. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien mengeluh gelembung berisi air yang bergerombol pada punggung kiri

sejak 2 minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri, rasa panas dan gatal pada daerah

luka. Gelembung dirasakan semakin bertambah besar dan banyak, diatas kulit yang

berwarna kemerahan. 10 hari SMRS, pasien merasakan gelembung semakin banyak dan

menyebar sampai ke dada kiri, disertai kulit yang kemerahan disekitar gelembung.

Pasien mengatakan bahwa nyeri dan kelainan kulit hanya terjadi pada daerah

punggung kiri sampai ke dada kiri saja. Keluhan tidak dirasakan pada bagian tubuh

3

Page 4: Laporan Kasus Herpes zoster

lainnya. 1 minggu SMRS, pasien berobat ke puskesmas. Dokter puskesmas merujuk

pasien ke dokter spesialis kulit

d. Riwayat Penyakit Lampau

- Riwayat penyakit serupa pada pergelangan kaki 10 tahun yang lalu

- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

e. Riwayat pada Keluarga

- Riwayat keluhan yang sama dikeluarga disangkal

- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalikus

a. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda Vital :

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 84 x/menit

- Suhu : 36 0C

- Respiratori Rate : 22 x/menit

d. Anemis : -/-

e. Edema : Ekstremitas atas -/-

Ekstremitas bawah -/-

f. Sianosis : -/-

g. Ikterus : -/-

Status Lokalis

- Ad Regio : Torakalis sinistra (setinggi T8-9)

- Efloresensi : Eritema, vesikel, krusta

- Sifat efloresensi : Herpetiformis

Status Dermatologikus/ Venereologikus

4

Page 5: Laporan Kasus Herpes zoster

a. Regio/ letak lesi : Torakalis sinistra (setinggi T8-9)

b. Efloresensi/ Ruam/ Ujud Kelainan Kulit :

- UKK Primer :

√ Eritema - Bula - Hipopion

- Hipopigmentasi - Pustula - Planus

- Hiperpigmentasi - Bula Purulen - Urtika

- Papula - Bula Hemoragik - Tumor

- Nodula - Scrath Mark - Kista

√ Vesikula

- UKK Sekunder :

- Skuama - Laserasi - Eksfoliasi

- Likenitikasi - Erosi - Plak

- Fisura √ Krusta - Granulasi

- Rhagaden - Eskoriasi - Fistula

- UKK Spesifik/ Khusus :

- Kanalikuli - Roseolae - Angio Edema

- Vegetasi - Talengiektasis - Flushing

- Tuber - Ptekiae - Sikatriks

- Infiltrat - Ekimosis - Keloid

- Purpura - Spider Neavy - Cafe au lait

- Purpura Palpabel - Eksantema - Ulkus

5

Page 6: Laporan Kasus Herpes zoster

Sifat-sifat UKK

- Besar : 0,5-1 cm

- Susunan : Berkelompok

- Penyebaran dan lokalisasi : Herpetiformis, unilateral, konfluens

Duh Tubuh

- Eksudat uretra : -

- Discharge Vagina: -

Pembengkakan Kelenjar

Tidak ada keluhan

Tes-tes Yang Dilakukan

- Diaskopi - Nikolsky Sign

- Dermografi Putih - Button-hole Sign

- Goresan lilin - Sondage tumpul

- Koebner Phenomen - Wood’s Light

- Auspitz Sign - Pensil Gunawan

- Pits Sign - Urine 2 gelas

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

a. Pemeriksaan Laboratorik: -

6

Page 7: Laporan Kasus Herpes zoster

b. Dilakukan Biopsi Tanggal :

- Hasil PA : -

c. Pemeriksaan Radiologik : -

d. Tes Imunofluoresens/ Pemeriksaan Imunologik: -

e. Biakan Duh tubuh/ Jaringan Lesi : -

f. Hasil Tes Sensitivitas : -

2.5 RESUME

Pasien lakii-laki 60 tahun datang ke Poliklinik kulit RS Syamsudin, SH dengan

keluhan gelembung berisi air yang bergerombol pada punggung kiri sejak 2 minggu

SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri, rasa panas dan gatal pada daerah luka. Gelembung

dirasakan semakin bertambah besar dan banyak, diatas kulit yang berwarna kemerahan.

10 hari SMRS, pasien merasakan gelembung semakin banyak dan menyebar sampai ke

dada kiri, disertai kulit yang kemerahan disekitar gelembung.

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan UKK eritema, vesikel, krusta pada

punggung kiri hingga dada kiri, sifatnya herpetiformis, distribusi unilateral, besar 0,5 – 1

cm.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Herpes zoster

2. Herpes simplex

2.7 PENATALAKSANAAN

Umum

- Menjaga agar luka tetap bersih & kering

- Hindari iritasi untuk mencegah terjadinya radang

7

Page 8: Laporan Kasus Herpes zoster

Khusus

- Medikamentosa oral : Acyclovir 5 x 800 mg

Paracetamol 3 x 500 mg

Vitamin B complex 3 x 1 tab

- Aplikasi topikal : Salycil talk 2%

2.8 PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Ad bonam

- Quo ad functionam : Ad bonam

- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

8

Page 9: Laporan Kasus Herpes zoster

BAB IIIANALISIS MASALAH

Pada kasus ini, dapat di diagnosis sebagai penyakit herpes zoster. Diagnosis tersebut

didapatkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan pasien

mengeluh terdapat gelembung – gelembung di punggung kiri dan dada kiri sejak ± 2 minggu

SMRS dan semakin bertambah besar dan banyak. Pada daerah yang terdapat gelembung, terasa

panas, nyeri dan gatal. Keluhan ini memberi gambaran kemungkinan pasien menderita suatu

infeksi. Pada kasus ini, tempat predileksi herpes zoster di daerah torakalis sinistra Usia pasien ini

adalah 60 tahun dimana terjadinya herpes zoster ini adalah pada masa dewasa, terutama usia 50

tahun keatas.

Berdasarkan anamnesa, faktor-faktor yang mendukung timbulnya herpes zoster ini yaitu :

- Awalnya terjadi nyeri di daerah predileksi. Nyeri lokal pada dermatom saraf

mendahului atau bersamaan dengan timbulnya lesi. Nyeri bisa ringan, sampai berat,

bersifat tajam, membakar,atau tumpul.

9

Page 10: Laporan Kasus Herpes zoster

- Timbul suatu gelembung – gelembung ( vesikel ) dengan disertai rasa nyeri dan

panas. Vesikel bergerombol monomorfik dengan dasar eritem dan edem sesuai

distribusi dermatomal berisi cairan jernih, kemudian mengeruh dapat menjadi pustula

dan krustosa dengan lokalisasi unilateral, paling sering mengenai saraf torakal,

lumbal, sacral, dan oftalmik. Bisa terdapat limfadenopati lokal.

Pada pemeriksaan kulit ditemukan vesikel dan bulla yang berkelompok dan

eritematous Adapun diagnosis banding pada kasus ini adalah sebagai berikut

1. Herpes Simpleks

Gejala Efloresensi pada Herpes Zoster sama dengan Efloresensi pada Herpes

simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar kulit

yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau

seperti terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks

terdiri atas 2, yaitu tipe 1 dan 2. Namun, yang membedakannya dengan herpes

simpleks yaitu Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada

bibir, rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi penyakit yang

disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat, terutama di

sekitar alat genitalia eksterna. Sedangkan Herpes Zoster bisa di semua tempat, paling

sering pada torakal (7)

Pengobatan Umum

Herpes Zoster merupakan penyakit kulit yang adalah virus. diperlukan imunitas yang

baik untuk mempercepat penyembuhan. Adapun obat-obatan yang diberikan, bertujuan untuk

Mengatasi infeksi virus akut, Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster ,

Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik (10)

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan

kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.

Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk

mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan (11)

10

Page 11: Laporan Kasus Herpes zoster

Pengobatan Khusus

1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan

famsiklovir. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya

pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah

5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan

pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat

lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir

diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain

itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA

polimerase. Famsiklovir diberikan 3×250 mg/hari selama 7 hari (12, 13)

Maka pada kasus ini diberikan obat antivirus berupa Asiklovir dengan dosis 5 x 800

mg selama 7 hari.

2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes

zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat atau golongan acetaminofen.

Analgetik Dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul (7, 12, 13)

Sesuai dengan teori maka pada pasien ini diberikan analgetik untuk mngurangi

neuralgia berupa golongan acetaminophen : paracetamol dengan dosis 3 x 500 mg,

yang dapat digunakan ketika terasa nyeri saja.

3. Topikal

Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah

pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres

terbuka. Bila terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik (7)

Sesuai dengan teori, maka pada kasus ini juga diberikan obat topical berupa bedak

Salycil talk 2% untuk tujuan protektif .

11

Page 12: Laporan Kasus Herpes zoster

Prognosis

Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko

terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula

hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan

memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

12

Page 13: Laporan Kasus Herpes zoster

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta: FKUI;

2005.

2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella and Herpes

Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill

Company.2008.p. 1885-1898.

3. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and Marks’ Principles of

Dermatology. 4th ed. Philadelphia : Elseiver Saunders. 2006 .p.145-148.

4. Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In : Clinical Dermatology. 5

thed. United States of America : Elseiver Saunders. 2010.p. 479 – 490

5. Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6th ed. Jakarta : Erlangga Medical Series.

2008 : 115 – 119

6. Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed. Philadelphia :

Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239

7. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2009.

8. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In : Lippincott’s Primary Care

Dermatology. Philadelphia : Walter Kluwer Health. 2011 .p. 148 -151.

9. Daili SF, B Indriatmi W. Infeksi Virus Herpes. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2002.

10. Indrarini, Soepardiman L. Penatalaksaan Infeksi Virus Varisela-Zoster pada Bayi dan Anak.

Media Dermato-Venereologica Indonesiana. Volume 27. Jakarta: Perdoski, 2000; 65s-71s.

13

Page 14: Laporan Kasus Herpes zoster

11. Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D. Management of Herpes Zoster and Post Herpetic

Neuralgia. eMedicine World Medical Library:

http://www.emedicine.com/info_herpes_zoster.htm [diakses pada tanggal 1 november 2013].

12. . Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th Edition. Philadelphia:

WB Saunders Company, 2000; 486-491.

13. Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Jakarta: Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995; 617.

14