LAPORAN KASUS DISPEPSIA

22
LAPORAN KASUS INFEKSI DISPEPSIA I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nurfahira Ayussa Karima Agama : Islam Suku/ Bangsa : Bugis Makassar Pekerjaan : Pelajar Alamat : Perintis Kemerdekaan 10, No.103 Umur : 13 tahun Laki/ Perempuan : Perempuan Tgl. Penerimaan : 7 Oktober 2010 II. PEMERIKSAAN ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri ulu hati Ananmesis Terpimpin : Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di rasakan memberat jika terlambat makan, perut terasa kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan tidak teratur. Riwayat minum obat (-) 43

Transcript of LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Page 1: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

LAPORAN KASUS INFEKSI

DISPEPSIA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nurfahira Ayussa Karima

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Bugis Makassar

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Perintis Kemerdekaan 10, No.103

Umur : 13 tahun

Laki/ Perempuan : Perempuan

Tgl. Penerimaan : 7 Oktober 2010

II. PEMERIKSAAN

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri ulu hati

Ananmesis Terpimpin : Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di

rasakan memberat jika terlambat makan, perut terasa

kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan

tidak teratur.

Riwayat minum obat (-)

Riwayat keluhan yang sama (+), jika terlambat makan.

BAB : Encer,terakhir 5x/hari

BAK : Biasa

43

Page 2: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

PEMERIKSAAN FISIS

- Status present : Sakit ringan / gizi cukup/ composmentis

(BB = 43 kg, TB = 148 cm, IMT= 19.63 kg/m2)

- Tanda Vital : TD = 120/70mmHg P = 20x/menit

N = 92x/menit S = 36,5oC

- Kepala : Konjungtiva anemis (-)

Sklera ikterus (- )

Bibir sianosis (-)

- Leher : MT (-)

NT (-)

DVS R-2 cm H2O

- Thoraks : I = Simetris, kiri = kanan

P = Massa tekan (-), Nyeri Tekan (+), vokal fremitus

kiri=kanan

P = Sonor, Batas Paru Hepar ICS VI kanan depan.

A = Bronkovesikuler, Rh -/- Wh -/-.

- Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak

P = Ictus cordis tidak teraba

P = Pekak

A = BJ I/II, murni regular, bising (-)

- Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas

A = Peristaltik (+), kesan meningkat

P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba

P = Tympani

- Ekstremitas : udema (-), fraktur (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

44

Page 3: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

DIAGNOSIS

Dispepsia

III. PENATALAKSANAAN

Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :

1. Tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan secara teratur

dan sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi, serta per-

banyak minum air putih.

2. Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang

dapat menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, semangka, melon)

dan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung.

3. Menghindari konsumsi obat –obat yang dapat mengiritasi lambung seperti

obat anti inflamasi, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin dan keto-

profen. Sebaiknya di ganti dengan Acetaminophen karena tidak mengaki-

batkan iritasi pada lambung.

4. Menghindari stress.

Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah :

1. Omeprasol 3 x 1

2. Ranitidin 2 x 1

3. Lodia 4 x 1

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

I. Kunjungan Rumah hari I ( 8 oktober 2010)

Keluhan : Nyeri ulu hati berkurang

Pemeriksaan fisis :

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Pernapasan : 22 x/mnt

45

Page 4: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Nadi : 88 x/mnt

Suhu : 3,6°C

- Kepala : Konjungtiva anemis (-)

Sklera ikterus (- )

Bibir sianosis (-)

- Leher : MT (-)

NT (-)

DVS R-2 cm H2O

- Thoraks : I = Simetris, kiri = kanan

P = Massa tekan (-), Nyeri Tekan (-), vokal fremitus kiri =

kanan

P = Sonor

A = Bronkovesikuler, Rh -/- Wh -/-.

- Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak

P = Ictus cordis tidak teraba

P = Pekak

A = BJ I/II, murni regular, bising (-)

- Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas

A = Peristaltik (+), kesan normal

P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba

P = Tympani

- Ekstremitas : udema (-), fraktur (-)

Saran:

1. Istirahat

2. Atur pola makan

3. mengkonsumsi makanan yang bergizi

4. Hindari stress

46

Page 5: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Kunjungan Rumah hari II ( 9 oktober 2010)

Keluhan : Tidak ada keluhan

Pemeriksaan fisis:

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Pernapasan : 22x/mnt

Nadi : 86 x/mnt

Suhu : afebris

Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)

Leher : tidak ada kelainan

Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Cor : SI/II reguler, murni

Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas

A = Peristaltik (+), kesan normal

P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba

P = Tympani

Ekstremitas : Tidak ada kelainan

Saran:

1. Atur pola makan

2. mengkonsumsi makanan yang bergizi

3. Hindari stress

Profil Keluarga

Nurfahira Ayussa Karima (13) saat ini bersekolah di SMP.30 Makassar.

Nurfahira tinggal bersama kedua orang tuanya, adik, paman, dan kakeknya dalam

satu rumah.

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Nurfahira Ayussa Karima tinggal di kawasan pemukiman yang padat, terdiri

dari satu lantai di mana terdapat sebuah ruang tamu dan dua buah kamar, sebuah

47

Page 6: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

dapur dan sebuah kamar kecil. Nurfahira Ayussa Karima mempunyai kamar sendiri

dengan pencahayaan cukup. Kebersihan rumah kurang terjaga.Hubungan dengan

kedua orang tuanya, adik-adiknya serta tetangganya tergolong baik karena Nurfahira

seorang yang peramah dan suka bergaul.

Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan informasi dari orang tua nurfahira, diketahui bahwa ibunya

pernah mendapat keluhan yang sama beberapa minggu sebelumnya.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

Menu makanan sehari-hari di rumah Nurfahira bervariasi diantaranya ikan,

sayur, tahu, tempe, ayam, telur. Selain itu, nurfahira sering membeli cemilan dari kios

di dekat rumah dan membeli bakso yang biasanya lewat di depan rumahnya.

Nurfahira juga sering tidak memperhatikan jadwal makannya. Biasanya sebelum

berangkat ke sekolah Nurfahira tidak menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu.

Setelah pulang dari sekolah Nurfahira langsung pergi mengikuti pelajaran tambahan

di rumah temannya, kebiasaan seperti inilah yang menyebabkan Nurfahira tidak

memperhatikan pola makannya.

Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal Nurfahira masuk dalam penilaian kurang

memuaskan. Rumahnya terdiri dari satu lantai di mana terdapat sebuah ruang tamu

dan dua buah kamar tidur, sebuah dapur dan sebuah kamar kecil. Selokan air tertata

rapi. Namun tidak terdapat halaman rumah di rumah mereka dan jalanan menuju ke

rumah Nurfahira tergolong sempit dengan lebar ±2 m serta banyak sampah yang di

buang bukan pada tempatnya.

48

Page 7: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

DISKUSI

Nurfahira Ayussa Karima didiagnosa dengan dispepsia, karena dari

anamnesis pasien datang dengan keluhan bengkak dan sakit pada daerah ulu hati

dalam ilmu kedokteran berada regio epigastrium, sehingga dapat memberikan

gambaran secara anatomi keluhan mungkin berasal dari lambung/gaster. Dugaan ini

diperkuat dengan nyeri yang dialami tambah parah jika terlambat makan, disertai rasa

mual dan perut terasa kembung. Hal ini merupakan gejala-gejala dari terjadinya

dispepsia dimana terjadi produksi asam lambung yang meningkat. Satu hal lagi yang

mendukung diagnosis adalah adanya nafsu makan yang kurang dan diare. Gejala-

gejala tersebut kemungkinan besar di sebabkan makan yang tidak teratur dan stress

psikologi yang sangat berperan dalam sekresi asam lambung yang berlebihan sampai

akhirnya timbul gejala.

Pasien ini kemudian mendapat terapi Omeprasol yaitu golongan Peng-

hambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI), golongan obat ini mengatur

sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Pasien

juga mendapat terapi Ranitidin yang merupakan golongan obat antagonis reseptor H2,

yang dapat menghambat sekresi asam lambung. Selain itu pasien juga mendapat ter-

api Lodia untuk menghilangkan gejala diare.

Hal yang tidak kurang pentingnya adalah Tidak menunda makan, mengatur

pola makan dengan makan secara teratur dan sebaiknya mengkonsumsi makanan

berserat tinggi, bergizi, serta perbanyak minum air putih. Pasien juga sebaiknya men-

gurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang dapat

menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, semangka, melon) dan berlemak

tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung. Menghindari konsumsi obat –

obat yang dapat mengiritasi lambung seperti obat anti inflamasi, misalnya yang men-

gandung ibuprofen, aspirin dan ketoprofen. Sebaiknya di ganti dengan Ac-

etaminophen karena tidak mengakibatkan iritasi pada lambung. Serta penting bagi

pasien untuk menghindari stress, bias di mulai dengan pemberian support dari kelu-

arga.

49

Page 8: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

LINGKUNGAN RUMAH

50

Page 9: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

PEMBAHASAN PENYAKIT

(DISPEPSIA)

Definisi

Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau

rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau cepat

kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik

(misalnya tukak peptik, gastritis, kolesistitis, dan lainnya), bila telah diketahui adanya

kelainan organik sebagai penyebabnya. maupun yang bersifat nonorganik/fungsional/

dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.1.2,5

Etiologi 4,5

Penyebab Dispepsia meliputi :

1. Dispepsia Organik .

- Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis, Keganasan,

dll)

- Gastroparesis

- Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )

- Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan, Disfungsi

spincter odii )

- Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )

- Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal, Kehamilan, PJI )

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat

seperti nikotin dan alkohol serta, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga

lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada

lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat

mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya

51

Page 10: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata

membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun

cairan

2. Dispepsia Non organik atau fungsional

- Stress psikososial

- Factor lingkungan (makanan, genetik)

Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung

dengan 2 cara, yaitu:

1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi

kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan se-

lanjutnya ke lambung.

2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus anterior

→ hipofisis anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon → merangsang ko-

rteks adrenal (menghasilkan hormon adrenal) → merangsang produksi asam lam-

bung

Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi

fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mem-

pengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang

rangsang nyeri.Pasien dyspepsia umumnya menderita anksietas, depresi dan neu-

rotik lebih jelas dibandingkan orang normal.

52

Page 11: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Gejala dan tanda 5,6

Berdasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi 3

tipe :

1)     Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :

a)     Nyeri epigastrium terlokalisasi.

b)    Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.

c)     Nyeri saat lapar.

d)    Nyeri episodik.

2)     Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan

gejala :

a)     Mudah kenyang

b)    Perut cepat terasa penuh saat makan

c)     Mual

d)    Muntah

e)     Upper abdominal bloating

f)      Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3)     Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

53

Page 12: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Diagnosis 3,5

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,

seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan

kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan

penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa

pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,

radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk meny-

ingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan

lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.

Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan

bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya

normal atau sangat tidak spesifik.

USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan

untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak

menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang

beratpun dapat dimanfaatkan

Waktu Pengosongan Lambung

54

Page 13: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fung-

sional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.a

Pengobatan 1,3,4,5

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi

asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na

bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya

jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa

nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai

adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menye-

babkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif

yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan

sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esen-

sial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 an-

tara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin

55

Page 14: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada

stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golon-

gan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain

bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukral-

fat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya mem-

perbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi

bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective),

yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas

(SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan metok-

lopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan

refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lam-

bung (acid clearance).

Penatalaksanaan non farmakologis

Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan

yang berlebihan, nikotin rokok, stress,dll.

Atur pola makan

56

Page 15: LAPORAN KASUS DISPEPSIA

Pencegahan 3,5

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan

yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat

karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak

mengganggu fungsi lambung.

57