Laporan Kasus Bblr

26
LAPORAN SEMINAR KASUS BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Keperawatan Kritis II Disusun Oleh : SULATIP P.17420112114 PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

description

penanganan bayi barulahir rendah

Transcript of Laporan Kasus Bblr

LAPORAN SEMINAR KASUS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan

Keperawatan Kritis II

Disusun Oleh :

SULATIP

P.17420112114

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIANKESEHATAN SEMARANG

2015

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. PENGERTIAN

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. BBLR merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.

Bayi yang dilahirkan berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun

17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal.

(Depkes RI, 2005).

BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi

kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan

tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada

kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes

RI, 2005).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang BB

lahirnya kurang dari 2500 gram. Berdasarkan pengertian di atas maka bayi

berat lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1. Prematuritas murni

Bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan

atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam paterm, term, dan posterm.

Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa

Kehamilan (NKB-KMK). Neonatus Cukup Bulan – Kecil Masa Kehamilan

(NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan – Kecil Masa Kehamilan (NLB-

KMK).

B. ETIOLOGI

Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR sebagai

berikut :

1. Komplikasi obstetric

a. Multiple gestation

b. Incompetence

c. Pro (premature rupture of membrane)

d. Pregnancy induce hypertention (PIH)

e. Plasenta previa

f. Ada riwayat kelahiran premature

2. Komplikasi Medis

a. Diabetes Maternal

b. Hipertensi Kronis

c. Infeksi traktus urinarius

3. Faktor ibu

a. Penyakit

Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta

kelainan kardiovaskuler.

b. Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada

berat badan bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan oleh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu

mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi pada ibu hamil

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat

menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,

cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam

kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

c. Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah

20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.

d. Keadaan sosioal ekonomi

Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas,

kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang

rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang.

e. Kondisi ibu saat hamil

Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang

perokok.

4. Faktor janin

Hidramnion, polihidramnion, kehamilan ganda, dankelainan janin.

C. KLASIFIKASI

Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat

badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan

berat badan waktu lahir, yaitu:

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat

lahir 1.500 –2.500 gram

2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan

berat lahir <1.500 gram

3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir

dengan berat lahir <1.000 gram

Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat

dibagi menjadi 2 golongan:

1. Prematuritas murni

adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37 minggu dengan

berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut

neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2. Dismaturitas

adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil

pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi kecil

untuk masa kehamilan.

D. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat badan kurang dari 2.500 gram

2. Panjang badan kurang dari 45 cm

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm

4. Masa gestasi kurang dari 37 minggu

5. Kepala lebih besar dari tubuh

6. Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit

7. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar

8. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora

9. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum

sempurna

10. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan

sering mendapat apnea

11. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks mengisap dan menelan

belum sempurna

D. PATOFISIOLOGI

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang

belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas.

Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya

lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.

Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi

sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya

kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang

menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik

diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami

hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak

menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat

hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi

kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa

hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang

tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,

BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan

morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih

tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko

morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur

juga lebihbesar.

G. Pathways

(Terlampir)

H. KOMPLIKASI

Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-

organ tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum

matangnya organ-organ tersebut:

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan barnapas pada bayi)

2. Hipoglikemi simptomatik, terutama pada laki-laki

3. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum

sempurna/cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan

inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu

dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk untuk pernapasan

berikutnya.

4. Asfiksia neonatorum

5. Hiperbilirubinemia, bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,

hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan skor ballard

Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil

penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria

pemeriksaan maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria

pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas

neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan, kemudian dengan

menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

F. PENATALAKSANAAN

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang

menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.

Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan

yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.

Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008) :

1. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai

dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen

suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan

suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada

BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.Dalam

kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang

pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan

tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang

lebih baik,terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit

bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan

retinopathy of prematurity.

2. Termoregulasi

Kebutuhan yangpaling krusial pada BBLR setelah tercapainya

respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan

panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas

merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,

neurologis, dan metabolik.Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang

netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan

pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal

bagi bayi dalam kisaran 36,5°C –37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan

Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –37,3°C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain

sebagai penggantinya.

b. Pemancar pemanas

c. Ruangan yang hangat

d. Inkubator

3. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan

semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi

BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan

denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah

infeksi antara lain :

a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur.Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.

c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh

atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker

ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

4. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting

pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%

pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini

dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik

diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang

sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

5. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi merekakarena

berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya

berkembang. Jumlah, jadwal,dan metode pemberian nutrisi ditentukan

oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral

ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.Bayi preterm menuntut

waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan

dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu

oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak

membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima

makanan.

Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu

harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi

oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan

keletihan.Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,

menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan

penurunan saturasi oksigen.Pada bayi dengan reflek menghisap dan

menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke

lambung.Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah

mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan

6. Stimulasi Sensori

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.

Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan-mainan yang diletakkan

dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio

dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat

memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik

adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang

berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai

memberikan rangsang sentuhan.

Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK

karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan

lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan

memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori

motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.

7. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan

dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua

biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan

bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari

ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap

kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut

wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.Perawat dapat membantu

keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara

lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,

menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan

melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan

ibu akan membuat ibumerasa lebih nyaman dan percaya diri dalam

merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah

dengan menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara

rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan

yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai

kondisi bayinya.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Riwayat Maternal

1) Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)

2) Kehamilan ganda ( gemeli)

3) Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang

4) Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya

5) Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll

6) Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll

7) Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok

b. Riwayat Kelahiran

1) Gestasi : 24- 37 minggu

2) BB : < 2500 gram

3) APGAR SKORE

c. Sistem kardiovaskuler

1) HR : 120-160 x/menit

2) Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan

tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis

d. Sistem gastrointestinal

1) Abdomen menonjol

2) Pengeluaran mekonium: 12-24 jam

3) Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah

4) Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital

5) Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

e. Sistem integumen

1) Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan

2) Kulit tipis, transparan, halus dan licin

3) Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak

4) Terdapat edema umum atau lokal

5) Kuku pendek

6) Rambut sedikit dan halus

7) Garis tangan sedikit dan halus

f. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus

dan lunak

2) Tulang kepala dan tulang rusuk lunak

3) Reflek kurang dan letargi

g. Neuroensori

Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran

kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah

digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak

mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi)

Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik

pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan,

dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen

pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan

membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen kedua

(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi

minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara

minggu 24 dan 37.

h. Pernafasan

Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak

teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).

Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi

“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress

pernafasan (RDS).

i. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah

mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan

atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,

akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas

diseluruh tubuh.

Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin

tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

j. Seksualitas

Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia

mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae

mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan

2. Hipotermia b/d paparan lingkungan dingin

3. Resiko infeksi b/d immaturitas fungsi imunologik

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan ingest/digest/absorb

3. Intervensi keperawatan

No Tujuan Intervensi

1 Setelah mendapat tindakan

keparawatan 3x24 jam tidak terjadi

gangguan pola nafas (nafas efektif)

Kriteria Hasil :

1. Akral hangat

2. Tidak ada sianosis

3. Tangisan aktif dan kuat

4. RR : 30-40x/mt

5. Tidak ada retraksi otot

pernafasan

1.Monitor pernafasan (kedalaman,

irama, frekuensi )

2.Atur posisi kepala lebih tinggi

3.Monitor keefektifan jalan nafas,

kalau kerlu lakukan suction.

4.Lakukan auskultasi bunyi nafas

tiap 4 jam

5.Perthankan pemberian O2

6.Pertahankan bayi pada inkubator

dengan penghangat

7.Kolaborasii untuk X foto thorax

2 Setelah mendapatkan tindakan

keperawatan 3x24 jam tidak terjadi

hipotermia.Kriteria Hasil :

1. Badan hangat

2. Suhu : 36,5-37oC

1. Pertahankan bayi dengan

kehangatan 37oC

2. Beri popok dan selimut sesuai

kondisi

3. Ganti segera popok yang basah

oleh urine atau faeces

4. Hindarkan untuk sering membuka

penutup karena akan menyebabkan

fluktuasi suhu dan peningkatan

laju metabolisme

5. Atur suhu ruangan dengan panas

yang stabil

3 Setelah mendapat tindakan

keperawatan 3x24 jam tidak terjadi

infeksi.Kriteria Hasil :

1. Tidak ada tanda-tanda

1.Monitor tanda-tanda infeksi

( tumor, dolor, rubor, calor,

fungsiolaesa )

2.Lakukan cuci tangan sebelum dan

infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fu

ngsiolaesa)

2. Suhu tubuh normal (36,5-37oC)

sesudah kontak dengan bayi

3.Anjurkan kepada ibu bayi untuk

memakai jas saat masuk ruang

bayi dan sebelum dan/sesudah

kontak cuci tangan

4.Barikan gizi (ASI/PASI) secara

adekuat

5.Pastikan alat yang kontak dengan

bayi bersih/steril

6.Berikan antibiotika sesuai program

7.Lakukan perawatan tali pusat

setiap hari

4 Setelah tindakan keperawatan

3x24 jam tidak terjadi gangguan

nutrisi.Kriteria Hasil :

1. Diet yang diberikan habis tidak

ada residu

2. Reflek menghisap dan menelan

kuat

3. BB meningkat 100 gr/3hr.

1.Kaji refleks menghisap dan

menelan

2.Monitor input dan output

3.Berikan minum sesuai program

lewat sonde/spin

4.Sendawakan bayi sehabis minum

5.Timbang BB tiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong, 2008, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,

PenerbitBuku Kedokteran EGC, Jakarta

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C.(1993). Nursing care plans:

Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:

Kariasa, I.M. (2000). Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Selemba Medika. Jakarta.

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby

Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification

2001-2002,  NANDA

Mochtar, Rustam. (1998).Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri

patologi, edisi 2, jakarta : EGC..

Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.