Laporan K3L sukoharjo

52
Laporan Kegiatan MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DENGAN HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls) DI PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO Disusun oleh: Kelompok 482 B Candra Aji Setiawan G99141014 Avamira Rosita Pranoto G99141015 Pritha Fajar Abrianti G99141017 Pembimbing: Sumardiyono, SKM, M.Kes

description

keselamatan dan kesehatan kerja

Transcript of Laporan K3L sukoharjo

Laporan Kegiatan

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DENGAN HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)DI PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun oleh:

Kelompok 482 BCandra Aji SetiawanG99141014Avamira Rosita PranotoG99141015Pritha Fajar AbriantiG99141017

Pembimbing:Sumardiyono, SKM, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014LEMBAR PENGESAHAN

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DENGAN HIRADC (HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSASMENT AND DETERMINING CONTROL) DI PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun Oleh :

Kelompok 482 BCandra Aji SetiawanG99141014Avamira Rosita PranotoG99141015Pritha Fajar AbriantiG99141017

Telah diperiksa, disetujui, dan disahkan pada :Hari:Tanggal:

Mengetahui,Pembimbing K3L

Sumardiyono, SKM., M.KesNIP. 19650706 198803 1 002KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Sukoharjo.Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :1. Dr. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., PhD selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.2. Sumardiyono, SKM., M.Kes. selaku Pembimbing Laporan K3L.3. Seluruh staf yang bertugas di Puskesmas Sukoharjo yang telah membantu kami mencari data yang kami perlukan.Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan laporan ini. Semoga apa yang telah penulis susun dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat menjadi bahan informasi yang berguna.

Surakarta, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman JudulLembar Pengesahan....................................................................................1Kata Pengantar............................................................................................2Daftar Isi.......................................................................................................3BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG..................................................................... 4B. RUMUSAN MASALAH. 6C. TUJUAN........................................................................................... 6D. MANFAAT....................................................................................... 6BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA.......................... 7B. SUMBER BAHAYA........................................................ 8C. MANAJEMEN RiSIKO.................................................................10BAB III METODE PENGAMBILAN DATAA. SUMBER DATA............................................................................ 17B. TEHNIK PENGAMBILAN DATA.............................................. 17BAB IV HASIL OBSERVASIA. AKTIVITAS KEGIATAN DI PUSKESMAS SUKOHARJO... 18B. HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)........ 19BAB VI PENUTUPA. KESIMPULAN............................................................................... 29B. SARAN............................................................................................ 30DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangEra globalisasi akan membawa dampak terhadap tatanan kehidupan global, termasuk dunia usaha yang diwarnai dengan ketatnya persaingan yang tidak hanya menekankan pada faktor-faktor kualitas dan kuantitas hasil produk, tetapi juga pada kepatuhan terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja masalah yang selalu berkaitan dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya kecelakaan kerja (Cristiyanto Sinaga, 2009).Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak dikendalikan dengan tepat akan dapat menyebabkan kelelahan, sakit, cidera, dan bahkan kecelakaan yang serius. Mengingat potensi bahaya terdapat hampir diseluruh tempat kerja, maka upaya untuk mencegah dan mengurangi resiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan perlu segera dilakukan. Melalui hazard management procces, resiko yang mungkin timbul dapat diidentifikasi, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif (Tarwaka, 2008).Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 164 disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja disektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat kerjaProgram kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja dilingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor resiko, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk pemulihan kapasitas kerja (Depkes RI, 2005).Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit.Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di puskesmas, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung puskesmas. Melihat hal tersebut, maka penerapan manajemen resiko dan perilaku selamat bagi tenaga kerja sangatlah penting diperhatikan atau dilakukan, karena diharapkan dapat tercipta kondisi sehat dan aman yang akan meningkatkan produktifitas dan daya saing dunia usaha serta kesejahteraan tenaga kerja indonesia (Cristiyanto Sinaga, 2009).Berdasarkan uraian di atas maka Puskesmas sudah seharusnya melaksanakan program K3L karena Puskesmas jika ditinjau sebagai tempat kerja, maka Puskemas memiliki ancaman bahaya yang cukup tinggi terhadap kesehatan baik terhadap para pelaku langsung yang bekerja di puskesmas, maupun terhadap pasien dan pengunjung yang datang ke Puskesmas.B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?2. Apa saja sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo?3. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls) di Puskesmas Sukoharjo?C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja2. Untuk mengetahui sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo.3. Untuk mengetahui manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC di Puskesmas Sukoharjo.D. Manfaat 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo. Dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen risiko yang ada di Puskesmas Sukoharjo.2. Bagi instansi kesehatan/PuskesmasDiharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi puskesmas dan sebagai bahan evaluasi khususnya mengenai manajemen risiko di area Puskesmas Sukoharjo.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerjaa. Pengertian UmumKeselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani ataupun rohani manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budayanya untuk menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera (Sumamur, 1996).Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka, 2008).Keselamatan dan kesehatan kerja secara hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2008).b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.2) Agar hasil produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien.3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun (Sumamur, 1996).c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran.2) Mencegah dan megurangi timbulnya penyakit akibat kerja.3) Mencegah dan mengurangi angka kematian, cacat tetap, dan luka ringan.4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya.5) Meningkatkan produktivitas.6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.7) Menjamin tempat kerja yang aman.8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi.B. Sumber Bahaya Bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kematian kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008). Bahaya juga termasuk kerusakan harta benda didalamnya yaitu kerusakan lingkungan, dalam definisi bahaya ini adalah aspek lingkungan (Cipta Kridatama, 2010).Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:1. Bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard)Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain :a. Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat, terjatuh, tertindih, terpelesetb. Bahaya elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus listrikc. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh sibstansi kimia yang bersifat mudah terbakard. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosive2. Bahaya kesehatan kerja (Health Hazard)Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan, antara lain:a. Bahaya fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non-pengion, suhu ekstrim dan pencahayaanb. Bahaya kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan seperti antiseptic, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vaporc. Bahaya ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan postur janggald. Bahaya biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa dan fungi (jamur) yang bersifat pathogene. Bahaya pathogen, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyamanKecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber- sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut (Syukri Sahab, 1997).Sumber-sumber bahaya bisa berasal dari:1. ManusiaTermasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan (Freeport, 1995).1. PeralatanPeralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsi, tidak ada pelatihan penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada parawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997).1. BahanMenurut Syukri Sahab (1997), bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain:1. Mudah terbakar1. Mudah meledak1. Menimbulkan alergi1. Menyebabkan kanker1. Bersifat racun1. Radioaktif1. Mengakibatkan kelainan pada janin1. Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuhSedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan menurut Soeripto (1995) tergantung pada:1) Bentuk alami bahan atau energi yang terkandung2) Berapa banyak terpapar bahan atau energy tersebut3) Berapa lama terpapar bahan atau enrgi tersebut1. ProsesDalam proses kadang menimbulkan asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997).

1. Cara atau sikap kerjaCara kerja berpotensi terhadap terjadinya bahaya atau kecelakaan berupa tindakan tidak aman, misalnya:1) Cara mengangkut yang salah2) Posisi tidak benar3) Tidak menggunakan APD4) Lingkungan kerja5) Menggunakan alat atau mesin yang tidak sesuaiC. Manajemen RisikoRisiko adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Setiap bahaya yang sudah diidentifikasi harus dinilai risikonya. Penilaian risiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi. Semakin tinggi risiko yang dikandung suatu bahaya semakin kritis sifat bahaya tersebut dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau penangganan yang semakin mendesak.Setelah diketahui berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan pekerjaan selanjutnya perlu diadakan penilaian risiko tersebut untuk menentukan tindakan pengendalian sesuai prioritas apakah risiko tersebut cukup besar dan memerlukan pengendalian langsung atau dapat ditunda.Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian risiko ada dua komponen yang utama yaitu:0. Analisis Risiko.Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang bisa terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul, dan upaya pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin (Sahab, 1997).

0. Penilaian RisikoDalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko (Ichsan, 2004).Tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard ditempat kerja.1. Tingkat kekerapanMerupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap tenaga kerja/manusia. Tingkat kekerapan atau keseringan kecelakaan dikategorikan menjadi 4 (empat) kategori sebagai berikut:1. Sering; dimana kemungkinan terjadi sangat sering dan berulang (nilai: 4)1. Agak sering; dimana kemungkinan terjadi beberapa kali (nilai: 3)1. Jarang; dimana kemungkinan terjadinya jarang terjadi atau terjadinya sekali waktu (nilai: 2)1. Jarang sekali; kemungkinan terjadi kecil tetapi tetap ada kemungkinan (nilai: 1)1. Tingkat keparahanMerupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di alami para tenaga kerja/manusia. Tingkat keparahan kecelakaan dapat di kaegorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut:(1) Bencana; kecelakaan yang banyak menyebabkan kematian (nilai: 5)(2) Fatal; kecelakaan yang mengakibatkan kematian tunggal (nilai: 4)(3) Cedera Berat; kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau sakit yang parah untuk waktu yang lama tidak mampu bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai: 3)(4) Cedera Ringan; kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap (nilai: 2)(5) Hampir Cedera; kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cedera atau memerlukan perawatan kesehatan (nilai: 1)0. Penentuan Tingkat Risiko.Penentuan tingkat risiko adalah dengan mengkombinasikan perhitungan dari dampak risiko dan peluang risiko.Risiko = Kekerapan X Keparahan

Tabel 1. Matrix penilaian resikoKonsekwensiKemungkinan

Sering 4Agak Sering 3Jarang 2Jarang Sekali 1

Bencana520 mendesak15 mendesak10 tinggi5 sedang

Fatal416 mendesak12 tinggi8 sedang4 rendah

Cedera Berat312 tinggi9 sedang6 sedang3 rendah

Cedera Ringan28 sedang6 sedang4 rendah2 rendah

Hampir Cedera14 rendah3 rendah2 rendah1 none

Sumber: Tarwaka, 2008Setelah melakukan pengukuran tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi yang di identifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko.Tabel 2. Klasifikasi Tingkat ResikoTINGKAT RISIKOTINGKAT BAHAYAKLASIFIKASI

MENDESAKTingkat bahaya sangat tinggiHazard Klas A

TINGGITingkat bahaya seriusHazard Klas B

SEDANGTingkat bahaya sedangHazard Klas C

RENDAHTingkat bahaya kecilHazard Klas D

TIDAK ADAHampir tidak ada bahayaHazard Klas E

Sumber: Tarwaka, 2008

0. Pengendalian RisikoApabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan peraturan dan standar yang berlaku.Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008) antara lain :1. Eliminasi (elimination)Eliminasi adalah menghilangkan suatu bahan atau tahapan proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.1. Substitusi (substitution)Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan perlatan yang lebih berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih diterima. Misalnya:1. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta.1. Proses menyapu diganti dengan proses vakum.1. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.

1. Rekayasa teknik (engineering control)Rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi.1. Isolasi (isolation)Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control.1. Pengendalian Administrasi (administration control)Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi; rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3.1. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment)Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah pengendalian dari sumber bahaya itu. Alat pelindung diri sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainnya. Alat pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD tergantung jika peralatan pelindungnya tepat pemilihannya, digunakan secara benar, sesuai dengan situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara (Tarwaka, 2008).Dalam penggunaan APD sebagai saran pengendalian risiko, organisasi sebaiknya melakukan evaluasi secara mendalam terhadap peralatan yang digunakan dalam mengurangi risiko. Penggunaan APD tetap membutuhkan pelatihan atau instruksi kerja bagi karyawan yang menggunakannya, termasuk pemeliharaanya. Karyawan harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak menghilangkan bahaya yang akan terjadi. Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada kecelakaan.

BAB IIIMETODE PENGAMBILAN DATA

A. Sumber Data Sumber data yang digunakan yaitu data primer. Data primer yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung mengenai pelaksanaan program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Selain itu data primer lainnya diperoleh dengan melakukan wawancara oleh pihak terkait di puskesmas Sukoharjo.

B. Tehnik Pengambilan DataDalam penulisan laporan ini seluruh data yang digunakan sebagai bahan penulisan diperoleh melalui:1. Studi PustakaStudi kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam mengambil keputusan penyelesaian masalah dan pengumpulan data berdasarkan buku-buku yang memberikan gambaran secara umum.2. Studi LapanganStudi lapangan merupakan metode pengumpulan data di lapangan dan dari lembaga terkait untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan program yang sedang berlangsung sesuai yang diharapkan.3. WawancaraMetode tanya jawab langsung kepada pihak yang berkepentingan dalam hal kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.

BAB IVHASIL OBSERVASI

A. Aktivitas Kegiatan di Puskesmas SukoharjoAktivitas kegiatan sehari-hari di Puskesmas Sukoharjo yang berhubungan dengan K3L meliputi:1) Pasien datangPasien datang langsung menuju ke bagian loket pendaftaran. Jika pasien baru dibuatkan kartu pendaftaran yang baru, jika pasien lama menunjukkan kartu berobat kepada petugas pendaftaran.2) Menunggu antrian Setelah mendaftarkan diri pada bagian loket, pasien menunggu antrian di tempat duduk yang sudah disediakan sampai dipanggil oleh salah satu petugas bagian poli. 3) Memasuki poliApabila pasien sudah dipanggil oleh petugas poli maka segera memasuki salah satu ruangan yaitu poli umum, poli KIA ataupun poli gigi. Pasien akan diperiksa kemudian diberikan surat pengantar laboratorium oleh dokter jika diperlukan pemeriksaan lab atau langsung diberikan resep obat oleh dokter jika tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.4) Melakukan fisioterapi atau pemeriksaan laboratoriumSetelah dari poli pasien menuju ruang fisioterapi atau laboratorium jika diperlukan. Pada saat pemeriksaan penunjang di laboratorium, pasien membawa surat pengantar yang diberikan oleh dokter ke ruang laboratorium. Di ruang laboratoium pasien diambil sampel spesimen yang dibutuhkan.5) Menebus resep di apotekSetelah keluar dari poli pasien dipersilahkan menebus resep di apotek puskesmas.6) Pasien pulang

PENDAFTARANPOLI UMUMPOLI GIGIPOLI KIALABORATORIUMFISIOTERAPIOBATPULANG

Gambar 1. Alur Pelayanan Puskesmas

B. HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)Manajemen risiko terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.0. Identifikasi Bahaya1. Bahaya barang bekas dan berkas yang diletakkan tidak teratur.Bersumber dari banyaknya barang yang tidak terpakai namun digeletakkan di depan poli sehingga memungkinkan untuk dijadikan sarang bagi hewan-hewan yang berbahaya dan hewan yang menjadi sumber penyakit. Barang-barang tersebut digeletakkan sangat dekat dengan tempat untuk menunggu antrian dan sering dijadikan tempat bermain bagi anak-anak sehingga dapat membahayakan bagi mereka. Selain itu banyak berkas Rekam Medis yang sudah tidak terpakai, dan dokumen-dokumen puskesmas yang sudah tidak terpakai ditumpuk dalam ruangan dan dibiarkan, hal ini sangat memungkinkan untuk dijadikan sarang hewan-hewan berbahaya seperti serangga vektor penyakit.1. Bahaya gantungan papan pengumuman yang jatuhBersumber dari beberapa gantungan papan pengumuman yang tua yang banyak digantung di lantai dua. Hal ini membahayakan bagi petugas dan pasien yang datang karena gantungan papan pengumuman tersebut sangat memungkinkan untuk terjatuh dan mengenai petugas dan pasien.1. Bahaya terpeleset dan terjatuhBersumber pada lantai kamar mandi yang licin dan kurang bersih dan tidak adanya sumber penerangan seperti lampu. Hal ini dapat menyebabkan pasien terjatuh, mengingat banyaknya pasien geriatri yang mendatangi puskesmas ataupun dirawat yang kebanyakan dari mereka penglihatannya sudah mulai berkurang. Selain itu, dinding kamar mandi juga tidak dilengkapi dengan pegangan tangan yang tidak bisa digunakan oleh pasien untuk bertumpu, terutama oleh geriatri. Pintu kamar mandipun tidak memiliki kunci dan terbuka pada bagian jendela, hal ini sangat mengganggu kenyamanan dan privasi pasien.1. Bahaya terjadinya hubungan arus pendek atau konsletingBersumber dari kabel-kabel yang tampak tidak teratur, sisa potongan kabel yang terbuka, dan penggunakan stop kontak menumpuk digunakan bersamaan. Hal ini tampak dibeberapa ruangan kerja dan sangat memungkinkan terjadinya konsleting dan memicu terjadinya kebakaran. 1. Bahaya tertusuk jarumBersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat.

1. Bahaya kurangnya kesadaran aseptikBersumber dari kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan handscoen dan masker saat melakukan tindakan. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya penularan penyakit dari pasien ke tenaga kesehatan maupun sebaliknya. 1. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal kebakaran jika terjadi kebakaran.1. Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan Puskesmas Sukoharjo. Keterangan jalur evakuasi sangat diperlukan pada kondisi darurat yang dapat terjadi seperti bencana alam atau bencana akibat ulah manusia. Dalam kondisi darurat, pengunjung ataupun petugas dapat merasa panik dan kebingungan sehingga memerlukan keterangan evakuasi sebagai petunjuk. Terlebih lagi kondisi jalan yang penuh digunakan sebagai lahan parkir akan menyulitkan pasien beserta tenaga kesehatan untuk menyelamatkan diri keluar gedung bila terjadi suatu bencana. 1. Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran (APAR) di puskesmas. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan penanganan awal jika terjadi kebakaran.1. Bahaya kendaraan terpelesetBersumber dari halaman depan Puskesmas Sukoharjo yang berpasir dan penuh dengan bebatuan. Hal ini dapat menyebabkan kendaraan, terutama sepeda atau motor dapat terpeleset dan jatuh saat akan berbelok memasuki Puskesmas.1. Bahaya tabung oksigen terjatuhBersumber dari peletakan tabung oksigen yang kurang aman di dekat tempat pelayanan pasien. Tabung oksigen diletakkan di tempat dorongan, dan tidak diikat atau difiksasi ke dinding. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan tabung oksigen terjatuh dan melukai pasien dan pegawai Puskesmas.1. Penilaian RisikoManajemen risiko Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Control (HIRADC) mempertimbangkan 3 aspek penting yaitu peluang (probability), keseringan (frequency) dan keparahan (severitas). Ketiganya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahan maka nilai risiko pun akan semakin tinggi.1) Peluang (probability)Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau paparan. Nilai standar terjadinya peluang terjadinya kecelakaan yang ditetapkan sesuai dengan tabel di bawah ini:Tabel 3. Nilai PeluangProbabilityNilai

Tidak mungkin terjadi1

Kecil kemungkinan terjadi2

Kemungkinan terjadi rata-rata3

Besar kemungkinan terjadi4

Pasti terjadi5

2) Keseringan (frequency)Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi yang ditetapkan sebagai standar HIRADC dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 4. Nilai FrekuensiFrekuensiNilai

Sekali dalam setahun1

Sekali dalam sebulan2

Sekali dalam seminggu3

Sekali sehari4

Berkali-kali dalam sehari5

3) Keparahan (severitas)Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property maupun lingkungan. Nilai risiko akan mempengaruhi tingkat risiko. Tabel 5. Penggolongan Nilai RisikoTingkat RisikoKriteria Risiko

Very highTidak dapat diterima

High

MediumDapat diterima

Low

Adapun hasil penilaian risiko dan penggolongan kriteria risiko terhadap bahaya yang ada di puskesmas Sukoharjo dapat dilihat pada lampiran.1. Pengendalian Risiko1. Bahaya barang bekas dan berkas yang diletakkan tidak teratur. Bersumber dari banyaknya barang yang tidak terpakai dan berkas Rekam Medis yang sudah tidak terpakai namun tidak segera dipilah-pilih untuk dimusnahkan. Hal ini dapat dijadikan sarang hewan berbahaya dan serangga vektor penyakit. Dampak risiko yang terjadi dapat berupa gigitan dan penyakit akibat hewan. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dengan metode administrasi dan eliminasi. Metode Administrasi yaitu dengan pengaturan barang-barang bekas yang ada dan memilah yang sudah tidak bisa dipakai. Eliminasi yaitu dengan membuang dan memusnahan barang bekas dan rekam medis yang sudah tidak berlaku. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya barang bekas dan berkas yang diletakkan tidak teratur termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

1. Bahaya gantungan papan pengumuman yang jatuh Bersumber dari beberapa gantungan papan pengumuman yang tua dan tampak sudah rapuh dan akan terjatuh di lantai dua. Hal ini dapat menyebakan petugas dan pasien terkena papan pengumuman yang jatuh. Dampak risiko yang terjadi berupa luka ringan sampai dengan cidera kepala. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dengan metode subtitusi, yaitu dengan mengganti pengait papan pengumuman dengan pengait baru yang lebih kuat dan peletakkan papan pengumuman yang tidak membahayakan. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya gantungan papan pengumuman yang jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.1. Bahaya terpeleset dan terjatuh Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih, dan tidak memiliki sumber pencahayaan. Hal ini dapat menyebabkan pengguna kamar mandi terjatuh. Dampak risiko yang terjadi dapat berupa luka ringan sampai patah tulang. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 4, frequency : 3, severity : 3 dan tingkat risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode administrasi dengan membersihkan lantai kamar mandi secara rutin setiap hari minimal sekali dan penambahan lampu pada kamar mandi. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya terpeleset dan jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang tidak dapat diterima.1. Bahaya terjadinya hubungan arus pendek atau konsleting Bersumber dari kabel-kabel yang tampak tidak teratur, potongan kabel yang terbuka, dan penggunakan stop kontak yang menumpuk dan digunakan bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan hubungan arus pendek. Dampak risiko yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar ringan sampai luka bakar berat. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 3, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode subtitusi dan engineering yaitu dengan mengganti atau menambahkan jumlah stop kontak agar tidak menimbulkan hubungan listrik arus pendek, selain itu perlu penggantian kabel yang sudah tidak layak guna. Perlu juga untuk memanggil teknisi untuk membenahi tumpukan kabel agar lebih rapih dan tidak berada terlalu dekat dengan area kerja petugas. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya hubungan arus pendek termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima. 1. Bahaya tertusuk jarum Bersumber pada tenaga kesehatan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat. Hal ini dapat menyebabkan tertusuknya tangan tenaga kesehatan. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 3, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik. Rekayasa teknik meliputi :1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat1. Edukasi kepada tenaga kesehatan tentang bahaya tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa handscoen saat mengambil sample darah pasien dan menginjeksi obat1. Membuat peraturan yang tegas mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya tertusuk jarum termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima. 1. Bahaya kurangnya kesadaran kebiasaan aseptik Bersumber kurangnya kesadaran tenaga kesehatan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien serta menggunakan masker dan handscoen. Dampak risiko yang terjadi penularan infeksi dari pasien ke petugas kesehatan. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2, severity : 2 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik. Rekayasa teknik meliputi :1. Menggunakan masker pada saat memeriksa pasien1. Edukasi kepada tenaga kesehatan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah memeriksa pasien1. Menyediakan ruangan khusus untuk menangani pasien TB MDR1. Memasang poster di dinding poliklinik berisikan perintah untuk menutup mulut ketika batuk atau bersin. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya tertular infeksi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.1. Bahaya bencana8. Bersumber pada tidak tersedianya alat pemadam kebakaran (APAR) di puskesmas. Hal ini menyebabkan sulitnya melakukan penanganan awal jika terjadi kebakaran. 0. Dampak risiko yang terjadi berupa kebakaran yang cepat merambat ke tempat-tempat lainnya dan timbulnya korban yang lebih banyak. 0. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 4, frequency : 1, severity : 4 dan tingkat risiko high.0. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik. Rekayasa teknik seperti pengadaan alat pemadam kebakaran dan petunjuk penggunaannya. 0. Dengan pengendalian bahaya tidak tersedianya alat pemadam kebakaran (APAR) di puskesmas termasuk dalam kriteria risiko yang tidak dapat diterima.8. Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan Puskesmas Sukoharjo. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan evakuasi korban bila terjadi bencana. 0. Dampak risiko yang terjadi berupa keparahan bencana yang bertambah akibat kepanikan yang timbul. 0. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 1, severity : 2 dan tingkat risiko medium.0. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dengan memasang keterangan jalur evakuasi pada beberapa dinding puskesmas.0. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya tidak tersedianya jalur evakuasi termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.1. Bahaya kendaraan terpeleset Bersumber dari halaman depan Puskesmas Sukoharjo yang berpasir dan penuh dengan bebatuan. Hal ini dapat menyebabkan kendaraan, terutama sepeda atau motor dapat terpeleset dan jatuh saat akan berbelok memasuki Puskesmas yang dapat mengakibatkan terjadinya luka ringan sampai patah tulang. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 1, severity : 1 dan tingkat risiko low. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode administrasi dengan menyapu dan membersihkan halaman depan Puskesmas secara rutin atau dengan menyiram air di halaman agar tidak licin. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya terpeleset dan jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

1. Bahaya tabung oksigen terjatuh Bersumber dari peletakan tabung oksigen yang kurang aman di dekat tempat pelayanan pasien. Tabung oksigen diletakkan di tempat dorongan, dan tidak diikat atau difiksasi ke dinding. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan tabung oksigen terjatuh dan melukai pasien dan pegawai Puskesmas. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 2, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dengan metode administrasi, yaitu dengan memasang pengikat tabung oksigen ke dinding yang kuat. Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya tabung oksigen yang jatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan ini bahaya terjatuh termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima. Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 poin a yang menyatakan Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

BAB VPENUTUP

A. Simpulan1. Salah satu tujuan utama dari Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain (dalam hal ini pengunjung/pasien Puskesmas) di tempat kerja sehingga perlu diupayakan adanya program tersebut di Puskesmas Sukoharjo.2. Manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.3. Dari observasi yang telah kami lakukan di Puskesmas Sukoharjo, bahaya yang teridentifikasi terdiri dari :a. Bahaya barang bekas dan berkas yang diletakkan tidak teratur.b. Bahaya gantungan papan pengumuman yang jatuhc. Bahaya terpeleset dan terjatuh di kamar mandid. Bahaya terjadinya hubungan arus pendek atau konsletinge. Bahaya tertusuk jarum pasienf. Bahaya kurangnya kesadaran kebiasaan aseptikg. Bahaya bencana dan tidak dapat melakukan penanganan awal kebakaran jika terjadi kebakaran.h. Bahaya kendaraan terpeleseti. Bahaya tabung oksigen terjatuh3. Setelah dilakukan penilaian resiko, risiko bahaya terpeleset dan terjatuh di kamar mandi serta tidak tersedianya APAR masuk dalam kriteria yang tidak dapat diterima, sedangkan 7 bahaya lainnya yang teridentifikasi di poliklinik pengobatan umum Puskesmas Sukoharjo termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.4. Pengendalian risiko di Puskesmas Sukoharjo belum terlaksana dengan baikB. Saran 1. Dalam pelaksanaan manajemen risiko memerlukan tim yang secara komprehensif mengkaji segi keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas Sukoharjo, sehingga perlu dibentuk tim khusus dalam hal tersebut.2. Metode rekayasa teknik, subtitusi, eliminasi, administrasi, dan penggunaan APD merupakan metode yang dapat dipakai sebagai upaya untuk pengendalian risiko di Puskesmas Sukoharjo.3. Perlu waktu yang cukup panjang untuk melakukan manajemen risiko di puskesmas Sukoharjo dengan menggunakan HIRADC agar hasil dari pengendalian risiko lebih maksimal sehingga dapat diterapkan sesuai standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.4. Hasil HIRADC sebaiknya dijadikan acuan pembuatan program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Sukoharjo.

DAFTAR PUSTAKA

Bennet S dan Rumondang S (1995). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman Pressinda.

Cipta K (2010).Prosedur Idenifikasi Bahaya Penilaian dan PengendalianRisiko. Jakarta : PT. Cipta Kridatama

Depkes RI (2005). Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas, Jakarta.

Sinaga C (2009). Penerapan Manajemen Resiko dan Perilaku Selamat Pada Pekerja di Apac Inti Corpora. Bawen : PT. Apac Inti Corpora.

Slamet I (2004). Penilaian Resiko Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sumamur PK (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Cetakan ketiga belas. Jakarta. Hal.82-93.

Syukri S (1997). Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia

Tarwaka (2008). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Harapan Press, Surakarta.

Lampiran. Dokumentasi K3L di Puskesmas Sukoharjo

Bahaya terjatuh karenaHalaman berpasir dan berbatuBahaya terpeleset karenaLantai kamar mandi licin

Bahaya arus pendek listrik karena kabel putus yang terbukaBahaya arus pendek listrik karena stop kontak menumpuk

Bahaya tertusuk jarum karena petugas tidak menggunakan handscoenTumpukan rekam medis yang sudah tidak terpakaiBahaya papan pengumuman terjatuh karena sudah tuaBahaya tabung oksigen jatuh karena peletakan yang kurang tepatBahaya tertular infeksi karena tidak menggunakan handscoen30

HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONTROL (HIRADC)

Nama Perusahaan:Puskesmas SukoharjoTanggal: 15-Sep-14

NoAktivitasJenis KegiatanAspek BahayaKondisiPotensi Dampak/ Efek BahayaTindakan Pengendalian/ Kontrol yang telah dilakukanNilai Risiko Saat iniKriteria

RNRNAEPSTingkat Risiko

1penyimpanan barang bekas dan berkasvbarang bekas menumpuk dan tidak teraturvpenularan penyakit akibat hewanada33Mdapat diterima

2gantungan papan pengumumanvgantungan sudah tua dan mudah terjatuhvluka ringan - berattidak ada33Mdapat diterima

3lantai kamar mandivlantai licin bahaya terpelesetvluka ringan - patah tulangada43Htidak dapat diterima

4kabel listrikvkabel terbuka dan penggunaan stop kontak berlebihanvluka bakar ringan - berattidak ada33Mdapat diterima

5penggunaan APDvpegawai tidak menggunakan APDvtertusuk jarum dan tertular infeksiada33Mdapat diterima

6Kesadaran aseptikvkesadaran aseptik masih kurangvpenularan infeksiada32Mdapat diterima

7Penanggulangan kebakaranvtidak ada APAR dan jalur evakuasivbencana kebakarantidak ada44Htidak dapat diterima

8Halaman Puskesmasvberpasir dan berbatu bahaya kendaraan jatuhvluka ringan - patah tulangtidak ada31Mdapat diterima

9Peletakan tabung oksigenvtidak difiksasi ke dinding bahaya jatuhvluka ringan - berattidak ada33Mdapat diterima