Laporan Genetika Tumbuhan

162
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN PNA2307 Semester: Ganjil 2014 Oleh : Yosi Firnando A1L013193/F

description

kjkjkjk

Transcript of Laporan Genetika Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHANPNA2307

Semester:Ganjil 2014Oleh :Yosi FirnandoA1L013193/F

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014iii

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIMACARA IPENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM

Semester:Genap 2014Oleh:Faris Julda PradiptaA1L013185/ 8KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangMempelajari ilmu pertanian erat kaitannya dengan budidaya tanaman semusim. Budidaya tanaman semusim atau dapat dikenal dalam ilmu pertanian yaitu teknologi budidaya tanaman semusim merupakan ilmu yang mempelajari teknologi dalan mengelola tanamn semusim agar diperoleh produksi yang optimum sesuai dengan apa yang diharapkanUsaha pertanian pada dasarnya adalah memproduksi produk pertanian secara optimal. Namun terkadang untuk merealisasikan hal ini kita terbentur beberapa persoalan, diantaranya adalah masalah lahan yang kurang tersedia padahal kita membutuhkan beberapa jenis tanaman untuk ditanam. Salah satu terobosan terbaru adalah dengan tehnik budidaya tumpang sari.Tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Tanaman semusim istilah dalam bahasa Inggris annual plant, yang dimaksud satu musim adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah tanaman yang tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi).Tanaman semusim dalam pengertian botani yaitu tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun.Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Manusia berusaha untuk meningkatkan hasil budidaya pertanian dengan menggunakan lahan yang ada dan memperoleh hasil yang tinggi. Teknik budidaya tanamanmerupakan cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Tanaman padi, jagung dan kacang tanah merupakan komoditas yang banyak di budidayakan di Indonesia sebagai makanan pokok. Padi dan jagung kaya akan karbohidrat digunakan sebagai bahan pangan sehari-hari dan kacang tanah yang banyak diolah dalam berbagai produk makanan pentingB. TujuanTujuan dari praktikum acara I yaitu mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim dengan pola tanam tumpeng sari dan pengelolaan usaha tani dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKAPola tanam adalah merupakan suatu urutan pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan (Pertanaman Tunggal (Monoculture) adalah penanaman satu jenis tanaman secara berulang kali pada suatu luasan lahan tertentu. Pertanaman tunggal dapat dilakukan untuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan.Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu luasan lahan tertentu. Tujuan pertanaman ganda adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen(Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari benua Amerika, tepatnya di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Penyebarluasan tanaman buncis dari kawasan Amerika ke Eropa berlangsung sejak abad ke -16 oleh orang-orang Spanyol dan Portugis. Daerah pusat penyebarannya mula-mula adalah di Inggris, yakni sekitar tahun 1594. Kemudian menyebar ke Negara-negara lainnya di kawasan Eropa, Afrika, dan sampai ke Asia. (Rukmana, 1994) Mempertahankan eksistensi dari buncis harus mempunyai kualitas yang baik. Untuk mendapatkan kualitas yang baik maka proses pembudidayaan sangat menentukan. Cara yang dilakukan antara lain melalui intensifikasi,yaitu dengan penerapan Panca usaha tani sedangkan dengan ekstensifikasi yaitu dengan penambahan luas areal panen. Pilihan lain untuk menaikkan produktivitas buncis adalah dengan jalan diversifikasi. Diversifikasi merupakan suatu usaha menaikkan produksi dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong disekitar pertanaman sehingga akan dapat diperoleh penganekaragaman hasil-hasil pertanian. (Rukmana, 1994) Daun bawangmerupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak digunakan dalam masakan. Dalam seni masak Indonesia, daun bawang bisa ditemukan misalnya dalam martabaktelur, sebagai bagian dari sop, atau sebagai bumbu tabur seperti padasoto.Daun bawang sebenarnya istilah umum yang dapat terdiri dari spesies yang berbeda. Jenis yang paling umum dijumpai adalahbawang daun(Allium fistulosum). Jenis lainnya adalahA. ascalonicum, yang masih sejenis denganbawang merah. Kadang-kadangbawang preijuga disebut sebagai daun bawangMenurut ( )Jenis Tanaman daun bawang ini mudah terserang hama dan penyakit, terutama pada musim hujan. Berikut beberapa jenis hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman bawang daun ini, yakni :Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.) Pengendalian: cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan pengendalian kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC atau dengan perangkap ngengat.Busuk daun/embun tepung (Peronospora destructor (Berk.) Casp) Pengendalian: menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 SP.Thrips/kutu loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.) Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasang perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP. Busuk leher batang (Bortrytis allii Munn.) Gejala: leher batang menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan benih/bibit sehat, meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman dan fungisida Dithane M-45 atau Daconil 75 WP

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan perilaku kromosom ini yaitu akar bawang merah, larutan 0,002 M Hidroxchinolin, larutan 45% CH3COOH, larutan HCl, dan larutan aceto orcein/carmin. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum pengamatan perilaku kromosom ini adalah kaca preparat, cover glass, beker glass, penangas air, pembakar bunsen, mikroskop, dan jarum.

B. Prosedur Kerja1. Umbi bawang merah dipilih yang bagus dan sehat dan dikecambahkan diair sampai muncul akar.2. Akar bawang merah dicuci dengan air sampai bersih.3. Ujung akar bawang merah dipotong sepanjang 1 cm dan dimasukkan kedalam larutan 0,002 M Hydroxchinolin, disimpan di ruang gelap dengan suhu 200 C selama 1 jam.4. Fiksasi ujung akar bawang merah dilakukan dengan menggunakan larutan 45% CH3COOH selama 10 menit.5. Maserasi bahan dengan campuran larutan HCl dan CH3COOH dengan perbandingan 3:1 pada suhu 600 C selama 3 menit.6. Bagian ujung akar bawang merah diambil 1mm dan diletakkan di atas gelas preparat.7. Pewarnaan dilakukan dengan aseto orcein atau aseto carmin (larutan staining).8. Ujung akar bawang merah ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan dihancurkan dengan cara ditekan.9. Preparat dilewatkan di atas nyala api bunsen.10. Preparat diamati di bawah mikroskop.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilHasil pengamatan perilaku kromosomB. PembahasanPola tanam adalah merupakan suatu urutan pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan.Kelebihan dari pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar daripada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persainganantar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, akantetapi pola tanam lainnya lebih efisien dalam penggunaan lahan karena nilai LERlebih dari 1.Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Namun, di sisi lain, Kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama maupun penyakit. Sedangkan keuntungan budidaya tanaman poicultue termasuk juga intercropping, relay cropping, dan mixed cropping (tumpeng sari) antara lain :a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin,b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.c. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT,d. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.e. Dapat menambah kesuburan tanah Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogendalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yangdapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur.f. Meminimalkanhama dan penyakit tanaman Sistem polikultur dibarengi denganrotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanamtanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.g. Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkanMenanam dengan lebih darisatu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihanragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memilikinilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya Kekuranganaa. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambatBuncis (Phaseolus vulgaris) merupakan sayuran yang bergizi tinggi dan cukup digemari. Tanaman buncis berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Buncis yang ditanam di Indonesia merupakan hasil produksi dari kurang lebih 100 kultivar yang berasal dari Hawai, Belanda dan Australia. Varietas buncis yang mempunyai nilai produksi tinggi adalah Sutera, Horti 3, Lebat-1, Snap Bean G13 Snap 612 dan Sora. Tanaman buncis di samping bentuknya menarik juga enak rasanya serta kaya akan vitamin A, mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin B1 dan C.Buncis tumbuh pada ketinggian 1000 1500 M dpl, jenis tanah andosol dan regosol serta Ph tanah 5,5 6.Tanaman buncis ini menghendaki iklim dan musim peralihan, jadi tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada akhir musim hujan/ menjelang musim kemarau, di samping itu buncis juga menghendaki cahaya matahari yang langsung (cukup terbuka).Bawang daun (Allium sp) merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena bagian yang dikonsumsi hanyalah daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dan bersifat merumpun. Oleh karena nilai ekonomi tanaman ini terletak pada daunnya, maka serangan organisme penggangu tanaman pada bagian daun bawang perlu diperhatikan. Bawang daun banyak mengandung vitamin C, vitamin A, dan sedikit vitamin B. Kandungan zat gizi bawang daun lebih baik daripada bawang merah. Dalam kehidupan sehari-hari, bawang daun digunakan sebagai bumbu masakan.

Bawang daun (Allium sp) yang ditanam di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang merupakan varietas-varietas baru yang cocok untuk dibudidayakan di dataran tinggi. Bawang daun tersebut merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumpun. Disebut bawang daun karena bagian yang dikonsumsi hanya daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dari batang utama yang pendek dan berbentuk cakram. Pada bagian cakram inilah muncul tunas daun dan akar serabut. Struktur bunga bawang daun sama dengan struktur bunga bawang merah. Warna bunganya putih. Pada bunga tersebut terdapat biji yang ketika masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam. Bila kering, biji akan mudah menjadi tepung. Beberapa kultivar bawang daun sukar berbunga di Indonesia seperti halnya bawang merah .Bawang daun dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 250-1500 m dpl, walaupun di dataran rendah anakan bawang daun tidak terlalu banyak. Pada daerah yang memiliki curah hujan 150-200 mm/tahun dan suhu harian 18-25 C cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang daunSyarat tumbuh bawang daun terpenuhi di daerah Lembang Bandung dengan ketinggian 1.250 m diatas permukaan laut (Dpl). Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan tersebut merupakan tanah andosol dengan tipe iklim B dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 19-24 C serta curah hujan 2.207,5 mm/tahun.cara tanam untuk tanaman buncis antara lain di tumpang sarikan dengan jagung,waktu tanam pada saat hujan agar bunga mudah gugur, jarak tanam tegak 30 cm X 40 cm buncis amat 70 cm X 40 cm, kedalaman tanam berkisar 3-8 cm dengan cara ditugal satu lubang 2 bijiBeberapa perawatan yang diperlukan dalam budidaya buncis diantaranya penaikan tanah, pemasangan lenjer bambu dan pemupukan susulan. Tanaman buncis adalah tanaman yang tahan kekeringan, kita tidak perlu menyiramnya setiap hari. Meskipun hujan hanya terjadi sekali dalam seminggu, buncis masih bisa tumbuh dengan baik. Penyiraman hanya dilakukan apabila kondisi kekeringan sudah parah.Sekitar 2 minggu setelah tanam, naikkan tanah yang berada disekeliling tanaman. Maksudnya agar tanah menutupi akar yang menyembul dan memperkuat kedudukan akar. Selain itu, penaikan tanah dimaksudkan untuk menyiangi tanaman penggangu. Dengan penaikan tanah, tanaman pengganggu akan tercerabut dari akarnya dan mati.Pemasangan lenjer bambu atau pengajiran bisa dilakukan setelah minggu ke-2. Pasang lenjer bambu sepanjang 2 meter, lalu gabungkan setiap empat lenjer pada pangkal atasnya. Pemasangan lenjer diperlukan agar tanaman merambat naik dan buah tidak mengenai tanah. Pemupukan susulan diberikan pada minggu ke-3. Berikan satu kepal kompos atau pupuk kandang yang telah matang pada setiap tanaman. Total kebutuhan pupuk susulan sekitar 20 ton per hektar. Hal ini ada perbedaan saat di paktikum. Perbedaannya yaitu pada literature dijelaskan buncis akan tumbuh optimal jika ditumpangsarikan dengan jagung namun pada saat praktikum buncis ditumpangsarikan dengan bawang daun, selain itu pada literature dijelaskan bahwa pemupukan hanya engan pupuk kndang dan pupuk kompos, namun pada saat praktikum menggunakan pupuk n, p, k. hal ini dikrenakan pada saat praktikum menggunakan system pertanian organik.Cara pennaman bawang daun dimulai dari perbenihan . Benih bawang daun yang digunakan berasal dari tunas anakan (stek tunas). Tunas anakan yang diperoleh berasal dari pemisahan anakan yang sehat dan yang bagus pertumbuhannya dari induknya.Selanjutnya aala persemaian Bibit yang berasal dari stek tunas dapat langsung ditanam di lapangan dengan mengurangi perakarannya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan. Benih dari biji terlebih dahulu harus disemai sebelum ditanam langsung di lapangan. Media semai yang dipergunakan berupa campuran pupuk kandang (kotoran kuda) dan tanah dengan perbandingan 1:1 dan sudah digemburkan terlebih dahulu. Biji kemudian disebar secara merata kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis dimana ketebalannya mencapai 0,5-1 cm. dan di siram secukupnya. Bibit siap dipindahkan ke lapangan bila sudah terdapat 2-3 helai daun.Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan terhadap gulma, hal ini dilakukan bersamaan dengan pendagiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan. Selain itu juga diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh warna putih pada batang semu bawang daun (W.Setiawati,2007). Penyiraman pada tanaman bawang daun harus dilakukan terutama jika bawang daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan jika ditanam pada musim penghujan maka drainase harus sangat diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan.

Pemupukan yang diusahakan untuk tanaman bawang daun pada saat pengolahan tanah meliputi pupuk kandang dengan dosis 10-15ton/ha. Pupuk lain yang digunakan adalah urea 200kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP 36 dan KCL juga diberikan dua kali seperti pupuk urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 50 kg. dan untuk pemupukan kedua SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 25 kg. pemupukan ini dilakukan dengan dibuat larikan kurang lebih 5cm dari sisi kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan dan kemudian larikan tersebut ditimbun kembali dengan tanah.Tanaman bawang daun sudah dapat di panen pada umur dua bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akar. Apabila tanaman ingin ditanam kembali maka di buanglah bagian akar, dan daun yang busuk atau layu, dan dilakukan pemilihan anakan tanaman yang sehat. Tanaman ini juga harus dipisahkan antara yang akan di jual dan yang akan di tanam kembali. Sortasi sederhana yang dilakukan ialah menggabungkan rumpun yang berdaun besar secara terpisah dengan rumpun yang berdaun kecil. Bawang daun tidak mudah tahan lama sehingga perlu segera untuk dipasarkan agar mutunya masih baik hingga ke tangan konsumen.Praktikum yag dijalani pada saat penanaman bawang daun adalah tidak dilakukan perbenihan pada saat praktikum sedangkan pada literature dijelaskan cara perbenihan dari bawang daun, selain itu adalah pada pemupukan di literature deijalaskan dosis pupuk urea 200kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP 36 dan KCL juga diberikan dua kali seperti pupuk urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 50 kg. dan untuk pemupukan kedua SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 25 kg sedangkan pada saat praktikum dosis pupuk yang digunakan hanya mengira-ngira saja tidak digunakan dosis dengan perbandingan yang tepat dam sesuai.

.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum acara I mengenai pengamatan perilaku kromosom ini adalah sebagai berikut:1. Pembelahan mitosis merupakan proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik dan terjadi pada sel-sel somatis tumbuhan yang menentukan tingkat pertumbuhan jaringan.2. Pembeahan mitosis secara utuh terdiri dari 5 fase yaitu interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. 3. Hasil yang diperoleh pada pengamatan pembelahan mitosis di dapatkan tiga tahap, yaitu tahap profase, tahap anafase, dan tahap telofas dengan jumlah kromosom 16 dan perbesaran 40 kali. Sedangkan tahap yang tidak didapatkan pada pengamatan adalah tahap metafase yang dikarenakan pada saat menghancurkan ujung akar bawang merah dengan cara ditekan kurang tipis akibatnya sel kurang menyebar dan menumpuk.

B. SaranPraktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil yang didapat sesuai karena jika tidak fokus dalam praktikum maka hasil yang diperoleh akan tidak sesuai atau salah.

DAFTAR PUSTAKACampbell, N.A. dan J.B. Reece. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Crowder, L.V. 1986.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Crowder, L.V. 1988.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Margono, Hadi. 1973. Pengaruh Colchicine Terhadap PertumbuhanMemanjang Akar Bawang Merah (Allium Cepa).Skripsi tidak diterbitkan. Malang. IKIP

Moody, P.A., 1967. Genetics of Man, W.W. Norton and Co., Inc., New YorkMsKusick, V.A. 1969. Human Genetics. 2nd ed., Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press: YogyakartaWagner, R.P. et al., 1980. Introduction to Modern Genetics. John Wiley & Sons, Inc., New York.

LAMPIRAN

26

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IITEORI KEMUNGKINAN

Semester:Ganjil 2014Oleh :Yosi FirnandoA1L013193/ FKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangBerbagai istilah seperti kemungkinan, keboleh-jadian, peluang dan sebagainya biasanya dipergunakan untuk membicarakan peristiwa/kejadian yang hasilnya tidak dapat dipastikan. Dapat juga berupa suatu pernyataan yang tidak dapat diketahui akan kebenarannya. Karena sesungguhnya banyak hal tidak akan terhindar dari adanya kemungkinan yang harus dihadapi. Misalnya kita ingin berpergian sedangkan udaranya mendung tentunya akan menghadapi kemungkinan akan turun hujan ataukah tidak, dan seorang mahasiswa yang menantikan hasil ujiannya tentunya menghadapi kemungkinan apakah ia akan lulus ataukah tidak.Teori kemungkinan juga ikut mengambil peranan penting dalam ilmu genetika.Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen didalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi.Percobaan perkawinan yang kita lakukan seringkali menghasilkan keturunan yang tidak sesuai benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya menyebabkan kita bersikap ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena memang ada factor lain. Berhubung dengan itu perlu diadakan evaluasi terhadap kebenaran atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara teoritis. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi terhadap itu ialah melakukan tes X2 atau uji chi-square.B. TujuanTujuan dari praktikum acara II mengenai teori kemungkinan adalah untuk mengetahui dan berlatih menggunakan uji X2dan dapat menggunakannya kembali untuk persilangan yang seungguhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKABerbagai istilah seperti kemungkinan, keboleh-jadian, peluang dan sebagainya biasanya dipergunakan untuk membicarakan peristiwa/kejadian yang hasilnya tidak dapat dipastikan. Dapat juga berupa suatu pernyataan yang tidak dapat diketahui akan kebenarannya. Karena sesungguhnya banyak hal tidak akan terhindar dari adanya kemungkinan yang harus dihadapi. Misalnya kita ingin berpergian sedangkan udaranya mendung tentunya akan menghadapi kemungkinan akan turun hujan ataukah tidak, dan seorang mahasiswa yang menantikan hasil ujiannya tentunya menghadapi kemungkinan apakah ia akan lulus ataukah tidak (Gardner, 1984).Teori kemungkinan juga ikut mengambil peranan penting didalam ilmu genetika.Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen didalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi (Suryo, 1984).Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda.Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil terentu dari persilangan tersebut.Berhubung dengan itu perlu diadakan evaluasi terhadap kebenaran atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara teoritis. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi terhadap itu ialah melakukan tes X2 atau uji chi-square. Metode chi-square adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan suatu nilai kemungkinan untuk menguji hipoesis tersebut (Crowder, 1986).Teori kemungkinan mempunyai beberapa dasar-dasar tentang teori kemugkinan antara lain adalah sebagai berikut:1. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap kesuluruhannya.2. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang masing-masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu.3. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu (Burns, 1983).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum teori kemungkinan ini yaitu mata uang logam dan lembar pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum teori kemungkinan ini antara lain mata uang logam, kalkulator dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja1. Satu keping uang logam dilempar keatas, lalu dicatat hasilnya (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan 50x dan 100x. Dianalisi hasilnya dengan uji X2. 2. Hal yang sama dilakukan untuk kasus 2 keping uang logam yang dilempar sekaligus serta kasus 3 keping uang logam yang dilempar sekaligus.3. Semua data dicatat pada lembar pengamatan yang akan disediakan pada saat pelaksanaan praktikum, sedangkan hasil analisis dapat ditulis pada lembar yang tersedia dalam diktat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil UJI MENGGUNAKAN 1 KEPING UANG LOGAMTabel 1.Pelemparan 1 koin sebanyak 50 kaliKARAKTERISTIK YANG DIAMATI

AGJumlah Total

Observasi (O)222850

Harapan (E)1/2 x 50 = 251/2 x 50 = 2550

( |O E| - )2( |22 25| - )2= 6,25( |28 25| - )2= 6,2512,5

( |O E| - )2E0,5

X20,5

X2tabel = 3,84Kesimpulan : Xhitung< Xtabel tabel sehingga hasil observasi pelemparan sesuai dengan teori X= 0,5< 3,84Tabel 2. Pelemparan 1 koin sebanyak 100 kaliKARAKTERISTIK YANG DIAMATI

AGJumlah Total

Observasi (O)4852100

Harapan (E)1/2 x 100 = 501/2 x 100 = 50100

( |O E| - )2( |48-50| - )2= 2,25( |52-50| - )2= 2,255

( |O E| - )2E0,09

X20,09

X2 tabel = 3,84Kesimpulan :Xhitung< Xtabel sehingga hasil observasi pelemparan sesuai dengan teori X= 0,09< 3,84UJI MENGGUNAKAN 2 KEPING UANG LOGAM

Tabel 1.Pelemparan 2 keping logam sebanyak 50 kaliKARAKTERISTIK YANG DIAMATI

AAAGGGJumlah Total

Observasi (O)833950

Harapan (E)1/4 x 50 = 12,52/4 x 50 = 251/4 x 50 = 12,550

( |O E| )2( |8 12,5| )2= 20,25( |33 25| )2= 64( |9 12,5| )2= 12,2596,5

( |O E| )2E20,25 = 1,62 12,564 = 2,56 2512,25 = 0,98 12,55,16

X21,622,560,985,16

X2 tabel = 5,99Kesimpulan :Xhitung< Xtabel= Hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan teori atau harapan,5,16 < 5,99

Tabel 2.Pelemparan 2 keping logam sebanyak 100 kali

KARAKTERISTIK YANG DIAMATI

AAAGGGJumlah Total

Observasi (O)265321100

Harapan (E)1/4 x 100 = 252/4 x 100 = 501/4 x 100 = 25100

( |O E|)2( |25 26| )2= 1( |53 50| )2= 9( |21 25| )2= 1626

( |O E|)2E 1 = 0,04 25 9 = 0,18 50 16 = 0,64 250,86

X20,040,180,640,86

X2 tabel = 5,99Kesimpulan :Xhitung< Xtabel= Hasil observasi yang dilakukan sesuai dengan teori atau harapan,0,86 < 5,99

UJI MENGGUNAKAN 3 KEPING UANG LOGAM

Tabel 1.Pelemparan 3 keping logam sebanyak 50 kaliObservasiKarakteristik yang diamatiJumlah Total

AAAAAGAGGGGG

Observasi (O)61921450

Harapan (E)1/8 x 50 = 6,253/8 x 50 = 18,753/8 x 50 = 18,751/8 x 50 = 6,2550

( |O E| )20,06250,06255,06255,062510,25

( |O E| )2E( |6 6,25| )26,55= 0,009( |19 18,75| )218,75= 0,0035,062518,75= 0,275,06256,25= 0,811,092

X20,0090,0030,270,811,092

Tabel 2.Pelemparan 3 keping logam sebanyak 100 kaliObservasiKarakteristik yang diamatiJumlah Total

AAAAAGAGGGGG

Observasi (O)12413413100

Harapan (E)1/8 x 100 = 12,53/8 x 100 = 37,53/8 x 100 = 37,51/8 x 100 = 12,5100

( |O E| )20,2512,2512,250,2525

( |O E| )2E( |12 12,5| )212,5= 0,02( |41 37,5| )218,75= 0,3212,2537,5= 0,320,2512,5= 0,020,68

X20,020,320,320,020,68

Kesimpulan :2. Perhitungan 50 kali, Xhitung< Xtabel berarti hasil perhitungan sesuai dengan teori (signifikan)1,092 < 7,823. Perhitungan 100 kali Xhitung< Xtabel berarti hasil perhitungan sesuai dengan teori (signifikan)0,68 < 7,82

B. PembahasanTeori peluang atau teori kemungkinan memiliki keterkaitan dengan ilmu genetika tumbuhan karena ikut mengambil peranan penting, misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai kombinasi.Selain itu teori kemungkinan atau teori peluang dalam ilmu genetika tumbuhan juga digunakan untuk dasar menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotipe yang berbeda.Faktor yang menyebabkan percobaan signifikan dan tidak signifikan adalah deviasi (penyimpangan), faktor kemungkinan, serta faktor lain diluar faktor kemungkinan. Ketiga faktor tersebut ikut mengambil peranan dan lebih berpengaruh pada kejadian tersebut, sehingga data percobaan yang didapat dinyatakan buruk.Nilai X2tersebut dikatakan signifikan atau berarti. Maksudnya deviasi (penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor kemungkinan yang mengambil peranan pada percobaan tersebut.Uji chi-square menggunakan X2tabel 5% karena dalam penyelidikan secara metematik oleh para ahli statistik menyatakan bahwa apabila nilai X2 yang didapat dari perhitungan terletak di bawah kolom nilai kemungkinan (X2tabel) 0,05 atau kurang (0,01 atau 0,001) itu berarti bahwa faktor kebetulan hanya berpengaruh sebanyak 5% atau kurang.Biasanya nilai kemungkinan 5% dianggap sebagai garis batas anatara menerima dan menolak hipotesis. Apabila nilai chi-square lebih besar dari X2tabel 5%, maka data percobaan itu dapat dianggap masih bagus, masih memenuhi perbadingan 3:1 dan tidak ada faktor lain di luar faktor kemungkinan yang berperan. Apabila nilai chi-square lebih kecil dari X2tabel5%, maka dikatakan bahwa penyimpangan dari nisbah 3:1 nyata dan tidak terjadi secara kebetulan tetapi ada factor lain yang menyebabkan penyimpangan tersebut.Metode pengujian teori kemungkinan atau teori peluang lain selain chi-square adalah dengan menggunakan rumus Binomiun (a + b)n. Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat ditempuh jalan yang lebih mudah selain menggunakan rumus chi-square, yaitu dengan menggunakan rumus binomium (a + b)n. Disini a dan b merupakan kejadian atau peristiwa yang terpisah, sedangkan n menyatakan banyaknya percobaan. Alasan Uji chi-square digunakan pada teori peluang karena uji chi-square merupakan cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilagan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Alasan yang lain adalah karena seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya menyebabkan kita bersikap ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena memang ada faktor lain. Berhubung dengan hal tersebut perlu diadakan evaluasi terhadap kebenaran atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan kejadian secara teoritis. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu adalah dengan melakukan Uji chi-square atau tes X2.Praktikum teori kemungkinan ini untuk uji X2 menggunakan 3 kasus yaitu dengan 1 keping uang logam, 2 keping uang logam, dan 3 keping uang logam. Tiap-tiap perlakuan uang logam dilakukan pelemparan sebanyak 50 kali dan 100 kali.Kasus pertama yaitu menggunakan 1 keping uang logam, karakteristik yang diamati ada 2 yaitu angka (A) dan gambar (G). Pada pelemparan 50 kali X2yang diperoleh adalah 0,5. Sedangkan pada pelemparan 100 kali X2yang diperoleh adalah 0,09. Kasus kedua yaitu menggunakan 2 keping uang logam, karakteristik yang diamati ada 3 yaitu AA, AG, dan GG. Pada pelemparan 50 kali X2yang diperoleh adalah 5,16. Sedangkan pada pelemparan 100 kali X2yang diperoleh adalah 0,86. Kasus ketiga yaitu menggunakan 3 keping uang logam, karakteristik yang diamati ada 4 yaitu AAA, AAG, AGG, dan GGG.Pada pelemparan 50 kali X2yang diperoleh adalah 1,092. Sedangkan pada pelemparan 100 kali X2yang diperoleh adalah 0,68. Kesimpulan pada ketiga kasus setelah dilakukan pengujian adalah X2 hitung < X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan). Hasil praktikum tersebut sesuai dengan literatur dimana (Wagner,1980) menyatakan bahwa apabila nilai chi-quadrat dibawah 5% maka nilai X2 tersebut dikatakan signifikan. Artinya data percobaan itu sesuai dengan teori dan penyimpangan yang ada hanya secara kebetulan saja.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum acara II mengenai teori kemungkinan ini adalah sebagai berikut:1. Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda.2. Faktor yang menyebabkan percobaan signifikan dan tidak signifikan adalah deviasi (penyimpangan), faktor kemungkinan, serta faktor lain diluar faktor kemungkinan. 3. Hasil yang diperoleh pada pengujian dengan 3 kasus adalah X2hitung < X2 tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan).

B. SaranPraktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil yang didapat sesuai karena jika tidak fokus dalam praktikum maka hasil yang diperoleh akan tidak sesuai atau salah.

.

DAFTAR PUSTAKABurn, G.W., 1983.The Science of Genetics, 5th ed., Macmillan Publ.Co.,Inc., New York.

Crowder, L.V. 1986.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Gardner, EJ. And D.P. Snustad, 1984.Principles of Genetics. 7th ed., John Wiley & Sons, Inc., New York

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press: YogyakartaWagner, R.P. et al., 1980. Introduction to Modern Genetics. John Wiley & Sons, Inc., New York.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IIIPERSILANGAN MONOHIBRID

Semester:Ganjil 2014Oleh:Yosi FirnandoA1L013193/ FKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPersilangan monohibrida adalah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini diujikan pada tanaman kapri (ercis) dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Gregor Mendel menggunakan tanaman kapri (ercis) pada persilangan monohibrid ini karena beberapa alasan antara lain yaitu mudah dibuat galur, persilangan buatan mudah dilakukan, perbedaan karakter tegas, umur tanaman pendek. Mendel bekerja pada tujuh sifat beda tanaman kapri (ercis) yaitu bentuk biji, warna biji, warna bunga, bentuk polong, warna polong, letak bunga dan tinggi tanaman. Keturunan yang didapat pada F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotip 1:2:1.Tujuan Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda adalah untuk mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Sebagai dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anaphase 1 dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda.Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan galur murni, yaitu sebuah tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri selalu menghasilkan keturunan yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya, walaupun penyerbukan tersebut dilakukan berulang-ulang kali hasilnya tetap sama. Kemudian Mendel menyilangkan dua individu galur murni yang sama-sama memiliki pasangan sifat yang kontras.Contohnya kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, yang keduanya galur murni. Maka akan dihasilkan tanaman F1 dengan fenotip merah. Kemudian Mendel menyilangkan sesama F1 yang kemudian menghasilkan tanaman dengan genotip MM:Mm:Mm:mm dan perbandingan genotip 1:2:1 dengan fenotip merah, merah muda, dan putih. Bila ada dominansi lengkap maka untuk dapat membedakan fenotip MM dan Mm (keduanya bulat) yang dilakukan oleh Mendel adalah menentukan keturunan F2 yang bulat sehinggaia mengetahui genotipnya. Mengetahui hal tersebut, Mendel melakukan uji silang (backcross = silang balik) keturunan F2 tersebut dengan alah satu orang tuanya yang homosigot resesif.Hasil dari uji silang monohibrida adalah 1:1 dengan genotip Mm (bulat) dan mm (berkerut).

B. TujuanTujuan dari praktikum acara III mengenai persilangan monohibrid adalah untuk membuktikan Hukum Mendel I pada persilangan monohibrid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Mendel merupakan hukum tentang pewarisan sifat.Hukum Mendel I dikenal dengan Segregation of Alletic Genes, yang artinya hukum segregasi atau pemisahan secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga hukum pembentukan gamet dengan satu sifat beda (monohibrid). Hukum ini mengungkapkan bahwa dua alel yang mengatur sifat tertentu akan terpisah pada dua gamet yang berbeda. Monohibrid adalah persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat beda (Deden, 2008).Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati.Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih.Bila tanaman kacang kapri berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan mereka adalah 100% tanaman berbunga ungu. Namun, bila tanaman berbunga ungu hasil persilangan itu dikawinkan sesamanya (perkawinan inbreeding), keturunannya menunjukkan 75% tanaman berbunga ungu dan 25% tanaman berbunga putih (Diah, 2004). Awalnya mendel mempelajari beberapa jenis tumbuhan, namun akhirnya ia memilih tanaman ercis karena tanaman ini ternyata memiliki dua kriteria penting yang mendukung pemikirannya. Yang pertama ada beberapa ciri yang diwariskan berulang kali dari induk tanaman itu kepada generasi selanjutnya.Yang kedua tanaman itu mempunyai mekanisme perbungaan yang dilengkapi pelindung atau mudah untuk melindungi guna mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari yang dikehendaki (Wels, 1991).Hukum Mendel dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hukum Medel I dan hukum Mendel II.Hukum Mendel I mengatakan bahwa pemisahan gen yang sealel terlihat ketika pembuktikan gamet individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Sedangkan hukum Mendel II mengatakan bahwa hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet diaman gen alel secara bebas pergi kemasing-masing kutub ketika meiosis (Crowder, 1986).Variasi gen dengan alel yang berbeda bertanggung jawab terhadap variasi sifat yang diwariskan. Sebagai contoh, gen yang mengatur warna pada bunga memiliki dua varias, yakni gen warna merah dan gen warna putih. Variasi gen ini dinamakan alel. Kedua variasi gen menempati lokus yang sesuai pada pasangan kromosom homolog. Dua alel yang memiliki tanggung jawab terhadap suatu karakter akan terpisah ketika gamet dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan pemisahan kromosom ketika terjadi peristiwa gametogenesis. Setiap gamet akan menerima setengah kromosom, contohnya individu dari hasil persilangan yang mengandung satu alel warna bunga (merah atau putih) dari induknya. Setiap gamet harus mengandung satu buah alel, yaitu alel A atau alel a (Suryo, 1984).Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan kacang kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan silang buatan. Biji yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang rendah (Wildan, 2003).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum persilangan monohibrid yaitu biji kedelai, media tanam (tanah), dan lembar pengamatan.Alat yang digunakan pada praktikum persilangan monohibrid antara lain seedbox, dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja1. Biji populasi P1, P2, F1, dan F2 ditanam pada seedbox berisi tanah2. Biji kedelai dibiarkan tumbuh dan berkecambah3. Warna batang yang muncul diamati (putih atau ungu)4. Warna batang biji ditabulasikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilKelompok 4P1Grobogan (P1.1)xMuria (P1.2)HH (ungu) hh (hijau)F1Hh (ungu)P2HHx HhF2HH: unguHh: unguHh: unguhh: hijauPerbandingan Genotipe: 1 : 2 : 1HH : Hh : hhPerbandingan Fenotipe: 3 : 1Ungu : HijauKarakteristik yang diamati

UnguHijau

Obeservasi (O)13518

Harapan (E)18

(| O E | - )2(|13 13,5| - )2 = 0(|5 4,5| - )2 = 00

0

X2000

Kesimpulan : 0< 3,84X2 hitung < X2 tabel, sehingga hasil pengamatan signifikan atau sesuai teori hukum Mendel 1.B. PembahasanMendel mencoba melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan monohibrid inilah yang digunakan untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat memisah secara bebas.Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati.Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih.Bila tanaman kacang kapri berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan mereka adalah 100% tanaman berbunga ungu. Namun, bila tanaman berbunga ungu hasil persilangan itu dikawinkan sesamanya (perkawinan inbreeding), keturunannya menunjukkan 75% tanaman berbunga ungu dan 25% tanaman berbunga putih. Jadi keterkaitan persilangan monohibrid karena persilangan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2 yaitu 3:1 yang merupakan bukti dari berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Praktikum acara III mengenai persilangan monohibrid ini menggunakan kedelai untuk menguji persilangan monohibrid dengan uji chi-quadrat.Kedelai yang digunakan ada dua yaitu varietas Grobogan dan varietas Muria.Kedelai varietas Grobogan adalah kedelai varietas unggulan yang berasal dari daerah Grobogan. Kedelai Grobogan merupakan hasil dari pemurniaan populasi Lokal Malabar Grobogan dengan rataan hasil 3,40 ton/ha dan potensi hasil 2,77 ton/ha. Ciri khusus pada kedelai Grobogan adalah polong masak tidak mudah pecah dan pada saat panen daun luruh 95-100% saat panen >95% daunnya telah luruh.Kedelai Grobogan memiliki warna epikotil ungu, warna bunga ungu, dan warna daun hijau agak tua.Tipe tumbuh tanaman kedelai Grobogan adalah determinate dengan bentuk daun lanceolate.Tinggi tanaman kedelai Grobogan adalah 50-60 cm dengan bobot biji 18 gram/100 biji.Kedelai Grobogan beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik.Kedelai varietas Muria merupakan kedelai varietas unggul yang berasal dari seleksi pedigree dari Orba yang diradiasi dengan sinar Gamma dosis 0,4 Kgy (40 krad). Kedelai Muria memiliki rataan hasil sekitar 1,8 ton/ha. Kedelai Muria memiliki warna hipokotil hijau, warna bunga putih, dan warna daun hijau muda.Tipe tumbuh tanaman kedelai Muria adalah determinit dengan bentuk biji bulat agak lonjong. Tinggi tanaman sekitar 40-50 cm dengan bobot biji 12,5 gram/100 biji. Ciri khusus kedelai Muria adalah polong tidak mudah pecah dan fiksasi N simbiotik dengan legin efektif.Kedelai Muria merupakan varietas unggul yang cukup tahan terhadap penyakit karat daun.Manfaat persilangan monohibrid dalam bidang pertanian adalah sebagai berikut:1. Dapat menciptakan tanaman unggul yang tahan hama penyakit, berbuah banyak dan cepat panen.2. Dapat menciptakan tanaman unggul yang berdaya hasil tinggi dan berumur pendek.3. Dapat menghasilkan keturunan tanaman dengan sifat-sifat yang baik.Bagian utama sebuah sel adalah nukleus, di dalam nukleus terdapat benang-benang halus yang disebut kromatin. Pada saat sel akan mulai membelah diri, benang-benang halus tersebut menebal, memendek, dan mudah menyerap warna membentuk kromosom. Kromosom adalah struktur padat yang terdiri dari dua komponen molekul, yaitu DNA dan protein. Total keseluruhan informasi genetik yang disimpan di dalam kromosom disebut genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen yang mengandung satu unit informasi mengenai suatu sifat yang dapat diamati. Gen juga dianggap sebagai fragmen DNA di dalam kromosom. Gen adalah bagian kromosom atau salah satu kesatuan kimia (DNA) dalam kromosom, yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri genetis suatu makhluk hidup. Gen terdapat berpasangan dalam satu lokus pada kromosom homolog. Lokus sendiri adalah tempat gen pada suatu kromosom homolog yang nantinya akan terbentuk suatu genotipe. Masing-masing gen dalam pasangan itu disebut alel. Kedua alel dapat membawa ciri sifat yang sama atau berbeda, misalnya sifat tangkai panjang dan tangkai pendek. Genotipe adalah susunan genetik organisme dan biasanya disebut berkenaan dengan sifat-sifat tertentu yang mereka gambarkan. Genotipe ada dalam bentuk data genetik seperti DNA atau RNA yang akan membawa penampakan asli suatu individu atau biasa disebut fenotipe. Fenotipe sendiri adalah sifat keturunan yang dapat kita amati/lihat (warna, bentuk, dan ukuran) dan merupakan interaksi antara genotipe dan lingkungan.Praktikum acara III mengenai persilangan monohibrid menggunakan dua varietas kedelai yaitu varietas Grobogan dan varietas Muria.Selanjutnya dilakukan percobaan persilangan antara kedelai varietas grobogan (ungu) dengan genotip HH dengan varietas muria (hijau) dengan genotip hh yang menghasilkan F1 yaitu Hh (ungu). Kemudian sesama F1 disilangkan yang kemudian menghasilkan F2 yaitu HH (ungu), Hh (ungu), Hh (ungu), hh (hijau) dengan perbandingan genotipe 1:2:1 dan perbandingan fenotipe 3:1. Setelah itu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji chi-quadrat. Untuk menguji dengan menggunakan uji chi-quadrat sebelumnya dilakukan penanaman kedua varietas kedelai yang berjumlah 50 biji dengan P1, P1, dan F1 sebanyak 10 biji dan F2 sebanyak 20 biji pada seedbox selama 7 hari. Hasil yang diperoleh setelah penanaman selama 7 hari kedelai yang tumbuh adalah berjumlah 18 dengan perbandingan 13 untuk kedelai varietas grobogan dan 5 untuk varietas muria sedangkan 32 biji kedelai yang lain bijinya membusuk sehingga tidak tumbuh atau mati yang mungkin dikarenakan terlalu banyak air. Hasil yang diperoleh pada pengujian menggunakan uji chi-quadrat adalah X2 hitung 0 dengan X2 tabel 3,84 sehingga hasil yang diperoleh signifikan atau sesuai dengan harapan atau sesuai dengan teori hukum Mendel I. Hasil praktikum tersebut sesuai dengan literatur dimana (Suryo,1984) menyatakan bahwa apabila nilai chi-quadrat dibawah 5% maka nilai X2 tersebut dikatakan signifikan. Hasil percobaan yang signifikan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah tidak adanya deviasi atau penyimpangan dan perlakuan yang benar.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum acara III mengenai persilangan monohibrid ini adalah sebagai berikut:1. Persilangan monohibrida adalah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda.2. Manfaat persilangan monohibrid dalam bidang pertanian adalah menciptakan tanaman unggul yang tahan hama penyakit, berbuah banyak dan cepat panen, berumur pendek, berdaya hasil tinggi, dan menghasilkan keturunan tanaman dengan sifat-sifat baik. 3. Hasil yang diperoleh pada pengujian kedelai varietas grobogan dan varietas muria adalah X2hitung 0 dan X2 3,84 maka X2hitung > X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai teori hukum Mendel I).

B. SaranPraktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil yang didapat sesuai karena jika tidak fokus dalam praktikum maka hasil yang diperoleh akan tidak sesuai atau salah.

DAFTAR PUSTAKAAbdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian.Grafindo Media Pratam, Bandung

Crowder, L.V. 1986.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press, YogyakartaWels, James R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga, Jakarta.

Yatim, Wildan. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA IVPERSILANGAN DIHIBRID

Semester:Ganjil 2014Oleh:Yosi FirnandoA1L013193/ FKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPersilangan dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang berlainan.Misalnya persilangan antara tanaman kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau.Ternyata, hasil persilangan adalah 100% anakan berbiji bulat dan berwarna kuning.Hukum Mendel II dinamakan dengan penggabungan bebas (The Mendelian Law of Independent Assortment) mengenai ketentuan penggabungan bebas yang harus menyertai terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid.Hukum Mendel II dapat dipelajari dari persilangan dihibrid. Pada perkawinan dihibrid, misalnya suatu individu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan b akan memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas sehingga kemungkinan gamet terbentuk akan memiliki sifat AB, Ab, aB, ab.Mendel menggunakan logika yang sama untuk memperkirakan frekuensi kelas-kelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan F1 tanaman dihibrid (heterozigot untuk dua sifat yang berbeda) untuk mempelajari pewarisan dua sifat atau lebih. Kejadian-kejadian saling bebas yang berlangsung bersamaan dapat selalu diperkirakan dengan cara mengalihkan probabilitas-probabilitas individual untuk masing-masing kejadian tunggal. Mendel melakukan sebuah percobaan untuk mempelajari bagaimana dua ciri, bentuk dan warna biji, dapat berinteraksi dalam pewarisan sifat.B. TujuanTujuan dari praktikum acara IV mengenai persilangan dihibrid adalah untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.

II. TINJAUAN PUSTAKAPersilangan dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang berlainan.Misalnya persilangan antara tanaman kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau.Ternyata, hasil persilangan adalah 100% anakan berbiji bulat dan berwarna kuning. Jadi, perbandingan fenotipe pada persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1 (Diah, 2004).Mendel menggunakan logika yang sama untuk memperkirakan frekuensi kelas-kelas yang diperoleh ketika melakukan persilangan F1 tanaman dihibrid (heterozigot untuk dua sifat yang berbeda) untuk mempelajari pewarisan dua sifat atau lebih. Kejadian-kejadian saling bebas yang berlangsung bersamaan dapat selalu diperkirakan dengan cara mengalihkan probabilitas-probabilitas individual untuk masing-masing kejadian tunggal. Mendel melakukan sebuah percobaan untuk mempelajari bagaimana dua ciri, bentuk dan warna biji, dapat berinteraksi dalam pewarisan sifat (Suryo, 1984).Penelitian Mendel menyangkut dua pasang alel atau lebih dan menghasilkan perumusan hukumnya yang kedua yaitu hukum Pemisahan dan pengelompokkan secara bebas.Dua sifat yang dipelajarinya yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w) dan menghasilkan nisbah 3:1 pada keturunan F2 Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g) dan segregasi dengan nisbah 3:1. Nisbah genotipe yang diperoleh adalah 16 genotipe dalam segi empat Punnett dan nisbah fenotipe yang diperoleh adalah 9:3:3:1 (Crowder, 1986). Saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang gen, yaitu gen W mengelompok dengan gen G, terdapat dalam gamet WG, gen W mengelompok dengan gen g, terdapat dalam gamet Wg, gen w mengelompok dengan gen G, terdapat dalam gamet wG, gen w mengelompok dengan gen g, terdapat dalam gamet wg (Wariyono, 2008).Menurut (Maniam, 2006) persilangan dihibrid memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri persilangan dihibrid tersebut adalah sebagai berikut:1. Persilangan dengan memperhatikan dua sifat beda.2. Jumlah gamet yang terbentuk pada setiap individu adalah 4 (2n).3. Fenotipe individu ditentukan oleh dua macam sifat genetik.4. Dijumpai maksimal 16 variasi genotipe pada F2.

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum persilangan dihibrid yaitu lalat Drosphila melanogaster, media lalat, plastik bening, chloroform, kapas, dan lembar pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum persilangan dihibrid antara lain botol bening, cawanpetridish dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja1. Sepuluh sampai dua puluh pasang lalat Drosophila dipilih dengan dua tanda beda tertentu untuk dikawinkan.2. Setelah Nampak terbentuk pupa (6-7 hari setelah dikawinkan), semua induk persilangan harus dibuang sebelum pupa-pupa tersebut menjadi imago. 3. Pengamatan dilakukan pada keturunan pertamanya (F1). Apabila terdapat lebih dari satu macam fenotip, persilangan ini tidak dapat diteruskan hingga F1 karena hasil seperti menunjukkan bahwa betina yang digunakan ada yang tidak virgin.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Lalat NormalNo.Tipe LalatTerlihat dariGambarKeterangan

1.Jantan normalAtas1. Mata : kecokelatan (merah).2. Sayap lebih panjang dari tubuhnya.3. Warna badan : cokelat (kelabu).

2.Betina normalAtasc1. Mata : kecokelatan (merah).2. Sayap : lebih panjang dari tubuhnya.3. Warna badan : cokelat (kelabu).

3.Jantan normalBawah1. Posterior : tumpul.2. Garis segmen : tipis (lebih nyata diujung).

4.Betina normalBawah1. Posterior : lancip.2. Garis segmen : tipis

2. Lalat EbonyNo.Tipe LalatTerlihat dariGambarKeterangan

1.Jantan eboniAtas1. Warna mata merah.2. Sayap lurus.3. Ujung abdomen terdapat segmen hitam.

2.Betina eboniAtas1. Warna mata merah.2. Ujung abdomen tidak terdapat segmen hitam.3. Sayap lurus.

3.Jantan eboniBawah1. Abdomen posterior tumpul.2. Segmen garis lebih tampak hitam.

4.Betina eboniBawah1. Abdomen posterior lancip.2. Segmen hitam pada tubuhnya relative tipis.

3. Lalat DumpyNo.Tipe LalatTerlihat dariGambarKeterangan

1.Betina dumpyAtas1. Mata : merah.2. Sayap : lebih pendek dari tubuhnya.3. Warna badan : cokelat (putih).

2.Jantan dumpyAtas1. Mata : merah2. Sayap : lebih pendek dari tubuhnya.3. Warna badan : cokelat (putih).

3.Betina eboniBawah1. Posterior : lancip.2. Segmen : bersegmen tipis.

4.Jantan eboniBawah1. Posterior : tumpul.2. Segmen : bersegmen ( lebih nyata ).

Bagan PersilanganP:Jantan EbonyBetina Dumpy (PPTT)(pptt)PP = sayap panjangpp = sayap panjang lalat TT = warna tubuh cokelattt = warna tubuh putih( PpTt )F1: Sayap panjang Warna tubuh cokelat (PpTt)( PpTt )F2:PTPtpTpt

PTPPTTPPTtPpTTPpTt

PtPPTtPPttPpTtPptt

pTPpTTPpTtppTTppTt

PtPpTtPpttppTtpptt

Fenotip F2:P_T_ : ppT_: P_tt: pptt 209 : 71: 68: 23

Uji X2 pada keturunan F2Karakteristik yang diamati

P_T_ppT_P_ttPpttJumlah Total

Observasi (O)209716823371

Harapan (E)371

(|O-E| - ) 20,09612,07362,43360,0354,683

0,06675

X20,000460,02980,034980,001510,06675

X2tabel : 7,28 ; X2 hitung : 0,06675Jadi karena X2 tabel > X2 hitung, maka dapat disimpulkan bahwa persilangan ini sesuai dengan teori hukum Mendel II.

B. PembahasanPersilangan dihibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang berlainan.Misalnya persilangan antara tanaman kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau.Ternyata, hasil persilangan adalah 100% anakan berbiji bulat dan berwarna kuning. Jadi, perbandingan fenotipe pada persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1. Persilangan dihibrid (heterozigot untuk dua sifat yang berbeda) mempelajari tentang pewarisan dua sifat atau lebih. Kejadian-kejadian saling bebas yang berlangsung bersamaan dapat selalu diperkirakan dengan cara mengalihkan probabilitas-probabilitas individual untuk masing-masing kejadian tunggal. Mendel melakukan sebuah percobaan untuk mempelajari bagaimana dua ciri, bentuk dan warna biji, dapat berinteraksi dalam pewarisan sifatHubungan persilangan dihibrid dengan hukum Mendel II adalah dengan menggunakan persilangan dihibrid ini dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Namun kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Ilmu Genetika memberikan manfaat yang besar bagi manusia, khususnya pada persilangan organisme.Untuk bidang pertanian telah dihasilkan produk-produk hasil persilangan.Di bidang pertanian, hukum Mendel diterapkan untuk memperoleh bibit unggul. Cara ini dilakukan untuk usaha pemuliaan tanaman, misalnya untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan terhadap hama dan penyakit serte bereproduksi tinggi dengan masa tanam pendek. Contoh bibit unggul yang dihasilkan melalui persilangan dihibrid adalah sebagai berikut:1. Padi MekonggaPadi Mekongga merupakan varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit bakteri daun atau yang dikenal dengan nama strain IV. Padi mekongga merupakan varietas unggul hasil persilangan antara padi jenis galur A2970 dengan IR 64.2. Padi CisadanePadi Cisadane meupakan varietas unggul yang termasuk kategori padi sawah dataran rendah.Padi Cisadane termasuk varietas padi yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 3, cukup tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, dan agak peka terhadap wereng hijau dan wereng punggung putih.Padi Cisadane merupakan varietas unggul hasil persilangan antara padi jenis pelita I dengan padi jenis 1/B2388.3. Jagung Hibrida (Bima 7)Bima 7 merupakan jagung hibrida yang berasal dari persilangan antara galur murni GJ11 sebagai tetua betina dengan galur murni GJ15 sebagai tetua jantan.Bima 7 merupakan varietas unggul yang agak toleran terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis L.) dan toleran terhadap penyakit karat dan bercak daun.4. Padi MemberamoPadi Memberamo merupakan varietas unggul hasil dari persilangan antara padi jenis B6555b dengan padi jenis 199-40 atau Barumun.Padi Memberano merupakan varietas unggul yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3. Padi Memberano juga tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan agak tahan terhadap virus tungro.5. Jagung Hibrida (Bima 8)Bima 8 merupakan jagung hibrida yang berasal dari persilangan antara galur murni CML 252 sebagai tetua betina dengan galur murni GJ15 sebagai tetua jantan.Bima 8 merupakan varietas unggul yang agak toleran terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis L.) dan toleran terhadap penyakit karat dan bercak daun.Lalat Drosophilla Melanogaster memiliki bermacam-macam mutan antara lain adalah sebagai berikut:1. Short-Winged FliesLalat ini mempunyai sayap pendek dan tidak bisa terbang. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu vestigial gen, pada kromosom yang kedua. Lalat ini mempunyai suatu mutasi terdesak/terpendam. Tentang penghembus vestigial gen yang dibawa oleh masing-masing lalat (satu dari orangtua masing-masing), kedua-duanya harus diubah untuk menghasilkan sayap yang abnormal.2. Curly-Winged FliesLalat ini memiliki sayap keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua-duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive.3. Ebony FliesLalat ini berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Mereka membawa suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kayu hitam yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal, gen kayu hitam bertanggung jawab untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Jika gen kayu hitam cacat, maka pigmen yang hitam ini dapat menyebabkan badan pada lalat buah menjadi hitam semuanya.4. White-Eyed FliesLalat ini mempunyai mata putih. Seperti lalat orange-eyed, mereka juga mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih. Tetapi di lalat ini, gen putih secara total cacat, sehingga tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali.5. Yellow FliesLalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini.6. Leg-Headed FliesLalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin untuk "antenna-leg"), yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk membentuk antena menjadi kaki sebagai gantinya.7. Eyeless FliesLalat ini tidak punya mata. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen buta, yang secara normal diinstruksikan sel di dalam larva untuk membentuk suatu mata. 8. Orange-Eyed FliesLalat pada gambar yang dilingkari mempunyai warna mata seperti warna jeruk. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih, yang secara normal menghasilkan pigmen merah di dalam mata. Di lalat ini, gen yang putih hanya bekerja secara parsial, memproduksi lebih sedikit pigmen merah dibanding lalat normal.Praktikum acara IV mengenai persilangan dihibrid ini menggunakan lalat buah (Drosophilla Melanogaster).Alasan digunakannya lalat buah untuk persilangan dihibrid adalah karena siklus hidup lalat buah yang sangat pendek sekitar 10 hingga 15 hari tergantung besarnya suhu lingkungan.Lalat buah (Drosophilla Melanogaster) yang digunakan pada praktikum ini terdapat tiga jenis yaitu lalat buah normal, lalat buah ebony, dan lalat buah dumpy.Pada praktikum ini kelompok kami mendapatkan bagian yaitu lalat buah dumpy untuk persilangan dihibrid.Ciri-ciri dari lalat buah dumpy adalah warna matanya merah, badannya berwarna putih, sayapnya lebih pendek dari tubuhnya.Sedangkan perbedaan antara lalat buah dumpy jantan dan betina adalah pasterior dan segmennya.Lalat dumpy jantan memiliki paterior tumpul dan bersegmen lebih nyata, sedangkan lalat dumpy betina memiliki pasterior lancip dan bersegmen tipis.Tipe mutan dari lalat buah dumpy adalah sayap pendek, dua per tiga sayap normal, betuk sayap tumpul dan berlekuk. Persilangan yang dilakukan adalah antara lalat ebony dengan lalat dumpy dengan persilangan sebagai berikut:P1: PPTT (Ebony) >< pptt (Dumpy)G1: PT> X2tabel sehingga hasil pengujian tidak signifikan.Percobaan ketiga yaitu epistasis resesif, karakteristik yang diamati ada 3 yaitu kancing warna kuning, hijau, dan merah dengan perbandingan 9:3:4. Pada pelemparan 90 kali X2yang diperoleh adalah 4,105.Sedangkan pada pelemparan 160 kali X2yang diperoleh adalah 0,432.Kesimpulan pada percobaan ketiga setelah dilakukan pengujian adalah X2 hitung < X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan).Percobaan keempat yaitu dominan resesif, karakteristik yang diamati ada 2 yaitu kancing warna putih, dan coklat dengan perbandingan 13:3. Pada pelemparan 90 kali X2yang diperoleh adalah 1,39. Sedangkan pada pelemparan 160 kali X2yang diperoleh adalah 0,092.Kesimpulan pada percobaan keempat setelah dilakukan pengujian adalah X2 hitung < X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan).Percobaan kelima yaitu resesif duplikat, karakteristik yang diamati ada 2 yaitu kancing warna kuning, dan hijau dengan perbandingan 9:7.Pada pelemparan 90 kali X2yang diperoleh adalah 1,556.Sedangkan pada pelemparan 160 kali X2yang diperoleh adalah 0,541.Kesimpulan pada percobaan kelima setelah dilakukan pengujian adalah X2 hitung < X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan).Percobaan keenam yaitu epistasis dominan, karakteristik yang diamati ada 3 yaitu kancing warna coklat, kuning, dan hijau dengan perbandingan 12:3:1. Pada pelemparan 90 kali X2yang diperoleh adalah 1,325. Sedangkan pada pelemparan 160 kali X2yang diperoleh adalah 4,9. Kesimpulan pada percobaan keenam setelah dilakukan pengujian adalah X2 hitung < X2tabel sehingga percobaan sesuai dengan teori dan hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan). Hasil praktikum tersebut sesuai dengan literatur dimana (Suryo,1984) menyatakan bahwa apabila nilai chi-quadrat dibawah 5% maka nilai X2 tersebut dikatakan signifikan. Dan apabila nilai chi-quadrat diatas 5% maka nilai X2 tersebut dikatakan tidak signifikan. Pada percobaan dengan gen duplikat dengan efek kumulatif hasil yang diperoleh tidak signifikan mungkin dikarenakan faktor deviasi atau penyimpangan yang memperngaruhi percobaan mengenai pernyimpangan hukum Mendel tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum acara V mengenai penyimpangan hukum Mendel ini adalah sebagai berikut:1. Penyimpangan hukum Mendel terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi dalam memberikan fenotip pada suatu individu yang disebut interaksi gen.2. Terdapat 5 macam penyimpangan hukum Mendel antara lain yaitu kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, komplementer, dan interaksi alel.3. Hasil yang diperoleh pada pengujian dengan 6 percobaan adalah pada pelemparan 160 kali gen duplikat dengan efek kumulatif ternyata X2 hitung > X2tabel sehingga hasil pengujian tidak signifikan (tidak sesuai dengan perbandingan). Sedangkan percobaan yang lain hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan perbandingan).

B. SaranPraktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil yang didapat sesuai karena jika tidak fokus dalam praktikum maka hasil yang diperoleh akan tidak sesuai atau salah.

DAFTAR PUSTAKACrowder, L.V. 1986.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Gardner, EJ. And D.P. Snustad, 1984.Principles of Genetics. 7th ed., John Wiley & Sons, Inc., New York

Goodenough, U., 1978. Genetics, 2nd ed., Holt-Saunders, Japan Ltd., Tokyo Maniam, A. S. 2006. Biologi untuk SMA/MA. Grafindo Media Pratama: Bandung Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUMGENETIKA TUMBUHANACARA VIPERHITUNGAN FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP, PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Semester:Ganjil 2014Oleh:Yosi FirnandoA1L013193/ FKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANLABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGIPURWOKERTO2014I. PENDAHULUANA. Latar BelakangFrekuensi alel merupakan pernyataan matematis suatu alel yang tersebar dalam suatu populasi yang bereproduksi secara seksual.Bagi suatu lokus genetic yang memiliki produk alel lebih dari satu atau bersifat alelik, maka frekuensi alel disebut juga frekuensi gena.dari lokus tersebut.Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk menghitung frekuensi suatu alel atau frekuensi gena, perlu diketahui dulu sebaran genotip dalam populasi yang diperiksa.Hukum Hardy-Weinberg juga dapat dijadikan dasar untuk menghitung frekuensi genotip yang berbeda dalam lungkang gen yang stabil. Misalnya seorang ahli genetika yang mempelajari sifat warna bunga yang dipengaruhi oleh dua alel A dan a, yang mengikuti aturan dominansi sederhana pada satu lokus. Gen A mengatur warna bunga merah dan gen a mengatur warna bunga putih. Setelah melakukan survey alam, didapatkan fenotipe bunga putih (aa) hanya 4%, adapun sisanya 96% bunga warna merah bergenotip AA atau Aa.Jika frekuensi alel A = p dan alel a = q maka dapat dikatakan bahwa p+q = 1, karena semua tempat pada lokus kromosom akan selalu ditempati oleh alel-alelnya. Pada semua persilangan, alel-alel ini hanya akan menghasilkan tiga kemungkinan genotip, yakni AA, Aa, dan aa.

B. TujuanTujuan dari praktikum acara VI adalah untuk menghitung frekuensi alel dan frekuensi genotip; membuktikan hukum Hardy-Weinberg, serta mengukur sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif.

II. TINJAUAN PUSTAKAFrekuensi alel tidak sama dengan frekuensi gen karena ukuran itu menunjukkan proporsi alele yang berbeda yang menyusun lokus gen. Frekuensi alele dapat ditentukan dari jumlah genotip yang berbeda dalam populasi tertentu (Crowder, 1984). Metode yang lebih cepat untuk menentukan frekuensi alele yaitu menggunakan frekuensi genotip apabila diketahui.Umtuk menuliskan frekuensi allele sering digunakan symbol p dan q dimana p adalah alele dominan dan q adalah alele resesif. Ketentuan-ketentuan mengenai fekuensi alele adalah p+q = 1 dimana p dan q bernilai dari 0 sampai 1 (Burns, 1983).Hukum Hardy-Weinberg memudahkan kita untuk menentukan assumsi terpenuhi dan apakah suatu populasi berada dalam keseimbangan yang stabil frekuensi alelenya.Dengan membandingkan frekuensi alele dalam populasi pada lokasi berbeda, kita dapat menentukan apakah terjadi penyimpangan dari keseimbangan.Kemudian kita dapat meneliti gaya-gaya yang menyebabkan penyimpangan terssebut (Suryo, 1986).Hardy-Weinberg sadar bahwa keseimbangan alele dalam suatu populasi dapat digambarkan dengan rumus sederhana, penjabaran binominal:1. Dengan dua alele yaitu (p+q)2 = 12. Penggunaan rumus ini untuk melukiskan keseimbangan, dapat ditunjukkan dengan mengamati persilangan antara gamet dari genotip yang berbeda (Goodenough, 1978)Penggabungan gamet secara rambang tidak mempengaruhi perkawinan genotip yang mungkin terjadi. Walaupun demikian ringkasan dari macam-macam kombinasi perkawinan akan menunjukkan bagaimana alele diwariskan oleh individu-individunya. Dengan mengetahui proporsi dari perkawinan genotip yang berbeda-beda, kita dapat menentukan frekuensi genotip pada generasi keturunannya. Dengan menggunakan informasi tersebut kita dapat membuat daftar yang menunjukkan proporsi perkawinan tetua dan frekuensi genotip keturunannya (Crowder, 1984)Frekuensi alele pada pada generasi keturunan tergantung pada frekuensi alele dari generasi tetua dan tidak tergantung dari frekuensi genotip orang tuanya.Apabila perkawinannya secara rumbang frekuensi genotip tergantung pada frekuensi alele. Frekuensi genotip tetap sama dari generasi ke generasi jika taka da perubahan frekuensi alele (Patt, 1975).

III. METODE PRAKTIKUMA. Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum acara VI adalah kantong plastk, berisi biji kedelai, kantong plastik yang berisi kancing warna, kantong plastik berisi kacang tanah, dan lembar pengamatan.Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum acara VI adalah neraca (timbangan elektrik), kalkulator, dan alat tulis.

B. Prosedur KerjaPercobaan 11. Sebanyak 200 individu diambil secara acak.2. Warna individu yang terpilih dicatat. 3. Frekuensi genotip dan frekuensi alel G dan g dihitung.Percobaan 21. Setiap kantong diisi dengan 2 macam warna kacing baju dengan perbandingan seperti hasil perhitungan point 1. Kedua kantong isinya sama banyak.2. Kancing dan setiap kantong diambil secara acak dan dicatat warna keduanya.3. Pengambilan diulang sebanyak 100 kali.4. Frekuensi genotip dan frekuensi alelnya dihitung.5. Data dimasukkan dalam label yang tersedia.6. Dianalisis dengan X2.

Percobaan 31. Individu diambil secara acak dari populasi kacang tanah yang tersedia dan ditimbang.2. Pekerjaan tersebut diulang sebanyak 100 kali.3. Warna dan bobotnya diamati, dan dibuat grafiknya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilPercobaan 1

1. Frekuensi Alelp2 + 2pq + q2= 1p + q = 1Jumlah hh = 46Maka q2 =

0,47

= 1 0,47 = 0,53

2. Frekuensi Genotipe a. PP = (p2) 100% = (0,53)2 100% = 28,09 %b. 2pq = 2 (p) (q) 100% = 2(0,53)(0,47) 100% = 49,82%c. qq = (q)2 100% = (0,47) 2 100% = 22,09 % = pp + 2pq + qq =28,09+ 49,82 +22,09%= 100%

Karakteristik yang diamati

GGGgggJumlah total

Observasi (O)5110346200

Harapan (E) x 200 = 50 x 200 = 100 x 200 = 50200

|O E|2 =1 =9 =1626

0,020,090,320,43

X20,020,090,320,43

Kesimpulan :X2hit >X2tab = 0,43 < 5,99maka hasil pengujian signifikan dan sesuai dengan teori.Percobaan 2

1. Frekuensi Alelp2 + 2pq + q2= 1p + q = 1Jumlah hh = 45Maka q2 =

0,67

= 1 0,67 = 0,33

Karakteristik yang diamati

HHHhhhJumlah total

Observasi (O)262945100

Harapan (E) x 100 = 25 x 100 = 50 x 100 = 25100

|O E|2 =1 =441 =400842

0,048,821624,86

X20,048,821624,86

2. Frekuensi Genotipe a. PP = (p2) 100% = (0,33)2 100% = 10,89 %c. 2pq = 2 (p) (q) 100% = 2(0,33)(0,67) 100% = 44,22%d. qq = (q)2 100% = (0,67) 2 100% = 44,89 % = pp + 2pq + qq =10,89+ 44,22 +44,89%= 100%

Kesimpulan :X2hit >X2tab = 24,86 > 5,99maka hasil pengujian tidak signifikan dan tidak sesuai dengan teori

Percobaan 3Bobot (gr)0,10,20,30,40,50,60,70,80,91,0

Jumlah--1128322414--

Kesimpulan: Bahwa kacang tanah yang memiliki bobot 0,5 gram memiliki sifat dominan.B. PembahasanHukum Hardy-Weinberg menjelaskan kondisi suatu populasi tanpa mengalami evolusi. Apabila salah satu persyaratan hukum Hardy-Weinberg tidak terpenuhi sehingga terjadi perubahan frekuensi gen dalam populasi maka dapat dikatakan bahwa populasi tersebut mengalami evolusi. Apabila diamati, kondisi stabil untuk memenuhi hukum Hardy-Weinberg sangat sulit dipenuhi. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam suatu populasi memungkinkan terjadinya perubahan frekuensi gen. Hal ini dilakukan untuk membuktikan terjadinya proses evolusi. Hukum Hardy-Weinberg juga menegaskan bahwa didalam suatu populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke genersi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, dimana perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau factor lain yang dapat merubah frekuensi gen.Manfaat hukum Hardy-Weinberg dalam bidang pertanian khususnya pemuliaan tanaman adalah sebagai berikut:1. Memudahkan pemulia untuk menentukan banyaknya individu yang termasuk homosigot maupun heterosigot melalui formulasi yang ada.2. Menyeleksi tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit. Ketahanan suatu jenis tanaman tertentu diatur oleh alel dominan, populasi keseimbangan Hardy-Weinberg dapat dikatakan rentan apabila q2 = aa.3. Memudahkan pemulia tanaman untuk menduga jumlah individu AA dan Aa yang diharapkan dengan keterangan ini dapat diputuskan banyakya tanaman resisten yang harus diuji agar mendapatkan kesempatan yang baik untuk memperoleh genotipe AA. Adanya persamaan untuk menentukan berapa tanaman yang diuji untuk mendapatkan paling sedikit satu genotipe AA dengan macam-macam tingkat kemungkinan.Frekuensi genotipe adalah nisbah individu bergenotipe tertentu terhadap keseluruhan individu dalam populasi.Frekuensi genotipe dapat pula diartikan sebagai proporsi/persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi.Frekuensi alele adalah nisba alel tertentu terhadap keseluruhan alel dalam populasi. Dengan kata lain, frekuensi alel merupakan jumlah kopi suatu alel tertentu dibagi dengan jumlah kopi keseluruhan alel pada suatu lokus dalam suatu populasi. Frekuenci alel digunakan untuk menggambarkan tingkat keanekaragaman genetik pada suatu individu, populas, dan spesies. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang diatur oleh pengaruh gen-gen ganda (multiple gen) dengan pengaruh yang kecil atau lemah. Selain itu, diasumsikan bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan banyak gen. Karena itu, sifat kuantitaif sering disamakan dengan sifat poligenik.Sedangkan sifat kualitatif merupakan sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas. Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi lingkungan yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya. Sifat kualitatif juga merupakan sifat yang dapat dilihat pada ada atau tidaknya karakter tersebut. Karakter kualitatif pertumbuhannya diatur oleh 1 gen kadang-kadang 2 gen.Menurut (Crowder, 1986) asumsi-asumsi keseimbangan Hardy-Weinberg yaitu antara lain 1. Perkawinan secara rambang. Dalam perkawinan rambang, fenotip individu tidak mempengaruhi pilihan pasangannya. Perkawinan rambang lebih banyak terjadi di antara tanaman daripada hewan dan manusia. Perlakuan dalam praktikum kali ini yang menunjukkan perkawinan secara rambang dengan menggunakan dua kantong plastik yang masing-masing berisi kancing warna dengan jumlah yang sama. Dalam setiap pengambilan yang dilakukan bersamaan tidak saling mempengaruhi warna kancing yang muncul.2. Tidak ada seleksi, artinya adalah semua gamet mempunyai kesempatan sama untuk membentuk zigot dan semua zigot mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama. Dalam praktikum ini pengambilan kancing warna tidak dipilih-pilih warna apa yang akan diambil atau dimunculkan, sehingga tidak ada pemilihan atau seleksi pada kemunculan warna.3. Tidak ada migrasi, yaitu tak ada introduksi alel dari populasi lain. Kancing warna yang diambil berasal dari satu kantong plastik yang sudah disediakan di awal sehingga tidak ada penambahan atau pengambilan dari kantong plastik yang lain.4. Tidak ada mutasi. Mutasi adalah proses yang lambat dan perubahan frekuensi alel biasanya minimal. Dalam praktikum ini terdapat tiga warna kancing dalam tiap kantong plastik sehingga tidak ada perubahan warna kancing.5. Tidak ada penghanyutan genetik rambang. Penghanyutan terjadi dalam populasi kecil karena contoh alel yang kecil bila dibandingkan suatu populasi besar. Tidak ada percampuran dari warna yang muncul. Warna yang muncul tetap tunggal yaitu merah, merah muda, atau putih.6. Meiosis normal, sehingga hanya faktor kebetulan yang berlaku dalam gametogenesis. Pembelahan dalam praktikum ini diumpamakan dalam pengambilan kancing. Jumlah kancing yang diambil dari tiap kantong plastik hanya satu buah.Hasil dari perhitungan frekuensi alel pada percobaan pertama untuk p = 0,53 dan q = 0,47. Sedangkan hasil perhitungan frekuensi genotipe GG, Gg dan gg masing-masing adalah 28,09%, 49,82%, dan 22,09% dengan jumlah total yaitu 100%maka perbandingannya sama dengan perbandingan hukum Mendel yaitu 1:2:1. X hitung dari percobaaan satu adalah 0,43 dengan X tabel 5,99. Hasil yang diperoleh signifikan karena X hitung lebih kecil dari X table sehingga sesuai dengan teori perbandingan.Menurut Yatim (1983), rasio fenotip dari persilangan hukum Mendel I menunjukkan perbandingan 1:2:1 atau disingkat 3:1.Hasil perhitungan frekuensi alel pada percobaan kedua untuk p adalah 0,33 sedangkan q 0,67. Perhitungan frekuensi genotipe HH, Hh, dan hh masing-masing adalah 10,89%, 44,22%, dan 44,89% dengan jumlah total adalah 100%. X hitung dari percobaan kedua adalah 24,86 dengan X tabel yang besarnya 5,99 sehingga hasil dari percobaan yang diperoleh adalah X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka hasil dari percobaan kedua tidak signifikan atau tidak sesuai dengan perbandingan hukum Mendel I. Menurut (Suryo, 1984) percobaan yang diperoleh tidak signifikan mungkin dikarenakan faktor deviasi atau penyimpangan yang memperngaruhi percobaan tersebut.Percobaan ketiga merupakan variasi kuantitatif karena pengamatan yang dilakukan adalah bobot kacang tanah. Kacang tanahmerupakan sifat-sifat berderajat dari karakter kuantitatif. Dalam percobaan frekuensi, bobot kacang tanah dalam percobaan ketiga jumlahnya adalah 100 biji dengan bobot mulai dari 0,1 gram sampai 1,0 gram. Kacang tanah yang bobotnya 0,50 grammemiliki sifat dominan dengan jumlah 32 sehingga grafik pengamatan sesuai dengan grafik yang sebenarnya yaitu linear. Hasil tersebut sesuai dengan literatur dimana (Kearsey, 1996) menyatakan bahwa untuk menyeleksi sifat kuantitatif tidak lagi mendasarkan pada variasi genetik, tetapi pada variasi fenotipe individu-individu dalam populasi. Sifat kuantitatif terutama dipelajari nilai genetika pada suatu populasi dengan memperhatikan baik proporsi gen dengan genotipe yang ada pada populasi itu.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanKesimpulan pada praktikum acara VI adalah sebagai berikut:1. Hasil dari perhitungan frekuensi alel pada percobaan pertama untuk p = 0,53 dan q = 0,47. Sedangkan hasil perhitungan frekuensi genotipe GG, Gg dan gg masing-masing adalah 28,09%, 49,82%, dan 22,09%. Sedangkan hasil perhitungan frekuensi alel pada percobaan kedua untuk p adalah 0,33 sedangkan q 0,67. Perhitungan frekuensi genotipe HH, Hh, dan hh masing-masing adalah 10,89%, 44,22%, dan 44,89%2. Praktikum ini sesuai dengan asumsi-asumsi Hardy-Weinberg seperti tidak ada mutasi, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, perkawinan secara rambang, meiosis normal, dan tidak ada penghanyutan genetik rambang.3. Percobaan ketiga merupakan variasi kuantitatif karena pengamatan yang dilakukan adalah bobot kacang tanah. Kacang tanahmerupakan sifat-sifat berderajat dari karakter kuantitatif. Hasil yang diperoleh pada percobaan 3 adalah sesuai dengan grafik sebenarnya.

B. SaranPraktikum ini sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil yang didapat sesuai karena jika tidak fokus dalam praktikum maka hasil yang diperoleh akan tidak sesuai atau salah.

DAFTAR PUSTAKABurn, G.W., 1983.The Science of Genetics, 5th ed., Macmillan Publ.Co.,Inc., New York.

Crowder, L.V. 1986.Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Goodenough, U., 1978. Genetics, 2nd ed., Holt-Saunders, Japan Ltd., Tokyo.Kearsey, M.J. dan Pooni, H.S. 1996.The Genetical Analysis of Quantitative Traits.Chapman & Hall, 2-6 Boundary Row, London.

Patt, D.I. and G.R. Patt, 1975, An Introduction to Modern Genetics. Addison-Wesley Publ. Co., Inc., Massachustes.

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.Yatim, Wildan. 1983. Genetika. Penerbit Tarsito: Bandung

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Nama : Yosi FirnandoNIM :A1L013193Prodi : AgroteknologiAngkatan : 2013Tempat/tgl lahir : Purworejo, 23Juli 1995Alamat asal: Ketangi Rt 02 Rw 06 Purwodadi PurworejoAlamat kos: Perum Griya Satria Blok P27 SumampirAgama : IslamHobi : Futsal, Tenis Meja