Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drosophila merupakan jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo diptera (bangsa lalat) yang sering digunakan dalam pengajaran dan penelitian genetika. Drosophila dapat ditemukan hampir di berbagai tempat, karena drosophila merupakan salah satu anggota dari serangga yang memiliki keanekaragaman yang sangat luas. Menurut King (1975) dalam Warsini (1996), anggota dari marga Drosophila ditemukan mulai dari dataran rendah hingga daerah pegunungan dan dari tropis sampai daerah tundra. Daratan subur, gurun pasir, rawa, dan savana merupakan habitat dari anggota Drosophila, tidak terkecuali daerah hutan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widodo (1988) dan Corebima (1990) dalam Warsini (1996) yang dilakukan di Kodya Malang menemukan beberapa spesies drosophila yang lain yaitu diantaranya Drosopila (scaptodrosophila) ellenae Bock dan Drosophila (hirtodrosophila) sp. Penelitian lain yang juga menambah memberikan informasi tentang keanekaragaman Drosophila adalah penelitian yang dilakukan oleh Adi (1991) yang 1

description

Laporan Proyek Genetika I lalat tangkapan Kelompok Virginia Zapta Dewi dan Novia Hylsandy

Transcript of Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Page 1: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Drosophila merupakan jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam

ordo diptera (bangsa lalat) yang sering digunakan dalam pengajaran dan

penelitian genetika. Drosophila dapat ditemukan hampir di berbagai tempat,

karena drosophila merupakan salah satu anggota dari serangga yang memiliki

keanekaragaman yang sangat luas. Menurut King (1975) dalam Warsini

(1996), anggota dari marga Drosophila ditemukan mulai dari dataran rendah

hingga daerah pegunungan dan dari tropis sampai daerah tundra. Daratan

subur, gurun pasir, rawa, dan savana merupakan habitat dari anggota

Drosophila, tidak terkecuali daerah hutan. Hal ini juga sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Widodo (1988) dan Corebima (1990)

dalam Warsini (1996) yang dilakukan di Kodya Malang menemukan beberapa

spesies drosophila yang lain yaitu diantaranya Drosopila (scaptodrosophila)

ellenae Bock dan Drosophila (hirtodrosophila) sp. Penelitian lain yang juga

menambah memberikan informasi tentang keanekaragaman Drosophila adalah

penelitian yang dilakukan oleh Adi (1991) yang berjudul “Studi Tentang

Jenis-jenis Drosophila di Kawasan Hutan Pantai Sendangbiru Malang”. Hasil

dari penelitian memberikan tambahan informasi 2 jenis Drosophila yang

belum pernah ditemukan di Indonesia. Kedua jenis tersebur adalah

Drosophila (Scaptodrosophila) ellenae Bock dan Drosophila

(Hirtodrosophila) sp. (Warsini, 1996)

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami berkeinginan untuk

melakukan penelitian tentang identifikasi Drosophila yang terdapat disekitar

kami. Oleh karena itu, kami mengambil judul penelitian “Identifikasi

Drosophila Tangkapan Dari Daerah Malang, Kediri, dan Madura”.

1

Page 2: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di

daerah Malang, Kediri, dan Madura?

1.2.2 Apa saja spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah Malang,

Kediri, dan Madura?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, maka dapat diketahui

tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di

daerah Malang, Kediri, dan Madura.

1.3.2 Untuk mengetahui spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah

Malang, Kediri, dan Madura.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah :

1.4.1 Memberikan informasi mengenai ciri-ciri morfologi Drosophila

tangkapan yang ada di daerah Malang, Kediri, dan Madura.

1.4.2 Memberikan informasi mengenai keberadaan jenis Drosophila yang

ada dan berkembang di daerah Malang, Kediri, dan Madura.

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian yang kami gunakan dalam identifikasi ini adalah :

1.5.1 Drosophila hasil tangkapan dari daerah Malang, Kediri, dan Madura

dianggap mewakili Drosophila di seluruh wilayah Malang, Kediri, dan

Madura.

2

Page 3: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

1.5.2 Umur Drosophila ♂ dan ♀ yang disilangkan dianggap sama.

1.5.3 Umur Drosophila tangkapan yang diamati dianggap sama.

1.5.4 Medium yang digunakan untuk mengembangbiakkan Drosophila

dianggap sama.

1.5.5 Kondisi lingkungan tempat mengembangbiakkan Drosophila,

diantaranya kelembapan, suhu, cahaya, dan lainnya dianggap sama.

1.5.6 Persilangan dilakukan sampai mendapat generasi ketiga (F3) yang

dianggap telah mendapatkan galur murni.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian yang ambil dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.5.1 Drosophila yang digunakan adalah Drosophila yang ditangkap

langsung oleh peneliti dari tiga daerah berbeda, yaitu Malang daerah

Arjosari, Kediri daerah Pare, dan Madura daerah Pamekasan.

1.5.2 Bagian yang diamati dari Drosophila adalah bagian kepala, toraks,

abdomen, kaki, sayap, ada tidaknya sex-comb.

1.5.3 Ciri morfologi Drosophila yang diamati minimal adalah 50 ciri.

1.5.4 Sampel yang diamati adalah Drosophila jantan dan betina.

Pengamatan ciri morfologi yang dijadikan untuk identifikasi jenis

hanya pada Drosophila jantan.

1.5.5 Kunci identifikasi yang digunakan terbatas pada kunci identifikasi

pada buku “ Drosophila of Australia 1, Drosophila (Insecta: Diptera)

karangan Ian R Bock tahun 1976.

3

Page 4: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

1.6 Definisi Istilah

Berasaran latar belakang diatas, definisi yang kami gunakan adalah sebagai

berikut.

1.6.1 Identifikasi adalah usaha penetapan keadaan tubuh atau ciri-ciri

morfologi dari lalat Drosophila sebagai dasar untuk mengenali dan

menetapkan nama jenis Drosophila (Warsini, 1996).

1.6.2 Fenotip adalah usaha penetapan keadaan tubuh atau ciri-ciri morfologi

dari lalat Drosophila sebagai dasar untuk mengenali dan menetapkan

nama jenis Drosophila ( Warsini, 1996).

1.6.3 Sex-comb adalah sisir kelamin yang hanya dimiliki oleh individu

jantan (Prasidha,1995).

1.6.4 Bristle adalah rambut pendek yang berfungsi sebagai organ sensoris

(Prasidha,1995).

1.6.5 Galur murni adalah populasi-populasi yang merupakan turunan murni

tanpa adanya variasi genetik yang berarti ( Corebima, 2003).

1.6.6 Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang)

yang identik ( Corebima, 2003).

1.6.7 Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang)

tidak identik (berlainan) ( Corebima, 2003).

1.6.8 Inbreeding adalah proses fertilisasi sendiri yang terjadi berulang-ulang

mengakibatkan efek pada perkawinan yang tidak acak (Gardner, 1991)

4

Page 5: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Drosophila

Dalam sistematika, Drosophila menempati tingkat marga. Marga

Drosophila mempunyai jumlah paling besar bila dibandingkan dengan marga–

marga lainnya dalam suku yang sama, yaitu suku Drosophilidae. Marga–marga

lain selain Drosophila, yaitu: Amiota, Dettopsomya, Leucophenga, Liodrosophila,

Lissocephala, Microdrosophila, Scaptemyza, Stegana, dan Tambodrella (Bock,

1976).

Sistematika Drosophila sangat lengkap, yang ditulis Storer, TI. dan

Usinger, RL. (1975) dalam “General Zoology” dalam Warsini 1996 adalah

sebagai berikut :

Filum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Anak Kelas : Pterygota

Bangsa : Diptera

Anak Bangsa : Cyclorrhapa

Suku : Drosophilidae

Marga : Drosophila

Spesies : Drosophila sp.

Menurut Bock, IR (1982) marga Drosophila masih dibagi lagi menjadi

empat anak marga, yang anggotanya tersebar di seluruh benua. Keempat anak

marga tersebut dengan penjelasan ciri – ciri dan beberapa contoh anggota

jenisnya adalah sebagai berikut :

5

Page 6: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

2.1.1 Anak Marga Drosophila

a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral bristle pertama,

hampir selalu panjang oral bristle kedua sebesar bristle pertama, jika

vibrissa tunggal, carinanya besar dengan sulkus median yang

pendek.

b. Garis – garis (pita – pita) apical pada tergit abdomen anterior

terputus ditengah (tidak bersambung), pipi sering kali lebar, femur

depan dalam beberapa spesies mempunyai deret ventromedial

setulae yang berwarna hitam, kuat dan pendek (femoral comb).

2.1.2 Anak Marga Sophophora

a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral

bristle pertama, hampir selalu panjang oral bristle kedua sebesar

bristle pertama, jika vibrissa tunggal, carinanya besar dengan sulkus

median yang pendek.

b. Garis – garis (pita – pita) pada tergit abdomen

bersambung, pipi biasanya sempit dan tidak mempunyai femoral

comb.

2.1.3 Anak Marga Hirtodrosophila

a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak tidak bersulkus,

b. Prescutellar acrostical tidak membesar, bristel anterior dan tengah

steropleural, dan bristel orbital reclinat anterior, biasanya kecil dan

halus.

c. Femur depan tanpa deret ventromedial bristle yang seperti rambut

kusut.

2.1.4 Anak Marga Scaptodrosophila

a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak bersulkus.

6

Page 7: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

b. Dengan 1, 2 atau semua (biasanya) dari karakter berikut : bristle

acrostical prescutellar yang membesar, bristle steropleural

(anterior, tengah dan posterior) semuanya besar dan ada bristel

propleural.

2.2 Ciri – Ciri Morfologi untuk Identifikasi Drosophila

Menurut Bock, IR. (1976) dalam Warsini (1996), menyebutkan beberapa

ciri-ciri yang digunakan untuk proses identifikasi Drosophila, antara lain:

2.2.1 Kepala

Ciri-ciri morfologi yang digunakan dalam klasifikasi biasanya adalah :

a. Perbandingan antara bagian pipi terlebar dengan diameter mata terbesar.

b. Perbandingan antara lebar kepala bagian dorsal dengan panjang kepala

bagian dorsal.

c. Bulu arista, ocellar, oral, orbital, dan bulu vertikal.

d. Carina terletak diantara antenna. Bentuk dan tingkat perkembangan

carina bervariasi dari tidak ada sampai berbagai tingkat penonjolan

(kurang, sedang dan sangat menonjol).

Gambar 1. Ciri morfologi kepala. (Kiri) kepala tampak lateral. (Kanan) kepala tampak

dorsal.( AR, arista; IV, inner vertical bristle; OI, proclinate orbital bristle; O2

anterior reclinate orbital bristle; O3, posterior reclinate bristle; OC, ocellar

7

Page 8: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

bristle; OV, outer vertical bristle; VI, oral bristle (vibrissa); V2, second oral

bristle; PV, post vertical bristle).

(Sumber: Bock,1976).

2.2.2 Dada

Ciri-ciri morfologi yang digunakan dalam klasifikasi adalah :

a. Jumlah deret bulu acrostical terletak didepan, antara deret dorsocentral.

b. Sterno-index, yaitu perbandingan antara panjang bristle SP1 sampai

dengan SP3.

c. Bulu prescutelar, scutellar, propleural, humeral, presutunal, notupleural

dan bulusupralar.

Gambar 2. Aspek Morfologi Dada: (kiri), dada tampak dorsal. (kanan), thoraks tampak

lateral. (ADC, anterior dorsosentral; PDC, posterior dorsocentral; PS,

prescutellar; ASC, anterior scultellar; PSC, posterior scultellar; H1, H2,

humeral; MP, mesopleuron; NP1, NP2, notopleural; PP, propleural; PS,

presutural; SA1; SA2, supra-alar bristle; SP1; SP2; SP3, anterior, tengah, dan

posterior sternopleural) bristle; 1, 2, 3, posisi kaki depan, tengah, dan

belakang) (Sumber : Bock, 1976).

8

Page 9: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

2.2.3 Sayap

Ciri-ciri morfologi yang sering diperlihatkan adalah : index costal (C –

index) a/b, indeks vena keempat (4V – idex) c/d, e/f, M – index e/d, g/(g+h).

Gambar 3. Aspek Morfologi Sayap. (ACV, anterior crossvein; AV, auxillary vein; CV,

costal vein; DC, distal cell,; L1-L5, first to fifth longitudinal vein; PCV,

posterior crossvein; SBC, second basal cell; a-h, ukuran perbandingan

determinasi) (Sumber : Bock, 1976).

2.2.4 Ukuran tubuh

Panjang tubuh ditentukan berdasarkan jumlah dari panjang kepala,

panjang thoraks, dan panjang abdomen. Dalam menentukan nama jenis

Drosophila, ada satu atau beberapa ciri khusus yang dimiliki oleh tiap jenis

Drosophila. Menurut Shorrocks (1972) dalam Warsini (1996), dijelaskan

bagian tubuh Drosophila yang digunakan dalam proses identifikasi, yaitu :

Gambar 4 : a. Kaki Drosophila Betina; b. Metatarsus dari kaki I Drosophila jantan yang

memperlihatkan sisir kelamin. (Sumber, Warsini 1996)

9

Page 10: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Selain menggunakan kaki drosophila sebagai ciri morfologi dalam

mengidentifikasi, empodium juga dapat digunakan. Empodium adalah satu

struktur yang timbul dari antara kuku-kuku pada ruas tarsus terakhir.

Empodium adalah seperti rambut atau tidak ada pada kebanyakan lalat.

(Borror, 1991)

Gambar 5. Ujung tarsus, pandangan dorsal. A, alat perampok, dengan empodium seperti

rambut; B, lalat-kuda, dengn empodium yang berbentuk pulvili. Emp,

empodium; pul, pulvili; tcl, kuku tarsus; ts, ruas tarsus yang terakhir (Sumber:

Borror, 1991).

2.2.5 Perut

Perut Drosophila terbagi atas segmen – segmen, yang biasanya

mempunyai pigmentasi (warna). Pada ujung abdomen Drosophila terdapat

ovopositor yang dapat dipakai sebagai pembeda antara jantan dan betina.

10

Page 11: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Gambar 6. ♂ Jantan memiliki epandrium, ♀ memiliki ovipositor (terdapat seperti

tonjolan) (Sumber: Chyb, Sylwester and Gompel, Nicolas. 2012)

2.3 Penyebaran Drosophila

Marga Drosophila mempunyai jumlah anggota yang sangat besar,

bermacam-macam, dan habitatnya tersebar luas. Anggota-anggotanya ditemukan

mulai dari dataran rendah hingga daerah pegunungan dan dari daerah tropis

sampai daerah tundra. Daratan subur, gurun pasir, rawa dan savanna, semuanya

merupakan habitat dari anggota-anggota Drosophila, tak terkecuali daerah hutan

dan pegunungan (King, 1975 dalam Warsini 1996).

Kondisi alam dari masing-masing daerah di atas yang berbeda satu sama lain,

akan memungkinkan ditemukannya jenis-jenis Drosophila yang juga berbeda

antar daerah atau habitat, walaupun ada jenis Drosophila yang bersifat

kosmopolit. Perbedaan jenis-jenis Drosophila yang hidup di suatu daerah,

disebabkan oleh adanya kondisi khusus yang ada di daerah tersebut, seperti jenis

makanan tertentu yang tidak ditemukan di daerah lain, juga sifat adaptif

Drosophila yang sudah terbiasa dengan kondisi alam di daerah tertentu.

Shorrocks (1991) dalam Warsini (1996) juga mengemukakan bahwa faktor

yang menjadi pendorong adanya perbedaan penyebaran habitat tersebut adalah

adanya rintangan alam yang dapat menjadi isolasi bagi penyebaran jenis-jenis

Drosophila dari daerah satu ke daerah lain. Sebagai contoh adalah adanya

11

Page 12: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

rintangan alam yang berupa lautan luas atau gunung-gunung yang tinggi, yang

akan memperkecil terjadinya migrasi jenis-jenis Drosophila ke daerah lain.

Kondisi inilah yang menyebabkan jenis-jenis Drosophila yang ada di suatu pulau

atau kawasan tertentu akan sangat mungkin berbeda dengan jenis-jenis

Drosophila yang ada di kawasan lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya

perpindahan Drosophila ke daerah lain yang jaraknya jauh atau kondisi daerahnya

berbeda. Misalnya terbawa oleh transportasi hasil bumi dari daerah pegunungan

ke daerah perkotaan atau sebaliknya.

12

Page 13: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Penelitian mengenai “Identifikasi Drosophila Tangkapan dari Daerah Malang,

Kediri, dan Madura” ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif observatif. Hal

ini dikarenakan penelitian ini mengamati ciri-ciri morfologi dari Drosophila yang

ditemukan pada ketiga daerah penangkapan serta mengidentifikasi jenis atau spesies

Drosophila tersebut menggunakan kunci identifikasi.

13

Kediri Madura

Marga Drosophila mempunyai jumlah anggota yang sangat besar, bermacam – macam, dan habitatnya tersebar luas.

Adanya kondisi berbeda memungkinkan ditemukannya spesies yang berbeda

Malang

Kesimpulan

Persamaan ciri morfologi dapat dijadikan sebagai kunci untuk mencari spesies

Mengidentifikasi jenis lalat yang diamati berdasarkan kunci

Page 14: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif

kualitatif. Karena pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan ciri-ciri

morfologi Drosophila hasil tangkapan, yaitu individu jantan pada keturunan

ketiga (F3).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat pengambilan sampel Drosophila pada tiga daerah, yaitu :

1. Malang, di Arjosari

2. Madura, di Pamekasan

3. Kediri, di Pare

Penelitian dimulai bulan 8 Februari sampai 14 April 2014 yang bertempat di

Laboratorium Genetika ruang 310, gedung Biologi (O5) FMIPA Universitas

Negeri Malang.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Drosophila tangkapan dari daerah

Malang, Kediri, dan Madura. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Drosophila Malang, Kediri, dan Madura yang ditangkap di lingkungan

daerah. Untuk tehknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tekhnik acak

(random sampling). Yaitu dengan memasang jebakan berupa botol selai yang

telah diisi dengan irisan buah. Lalat yang ada disekitar jebakan berpeluang

masuk untuk menjadi sampel. Sampel ini diambil disekitar rumah peneliti, pasar,

dekat tempat penjual buah, dan didaerah dekat dengan tempat sampah.

14

Page 15: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

4.4 Alat dan Bahan

4.4.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : kompor gas, blender, pisau,

timbangan, panci, sendok, botol selai, spon, selang ampul, selang kecil,

mikroskop stereo.

4.4.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini beupa: Drosophila tangkapan

dari masing-masing kota (Malang, Kediri, dan Madura), pisang Raja Mala, tape

singkong, gula merah, air, yeast, kain kassa, kertas pupasi, kertas label, dan

plastik bening.

4.5 Prosedur Kerja

4.5.1 Menangkap Drosophila

1. Menentukan daerah pengambilan sampel, yaitu di daerah Malang,

Kediri, dan Madura.

2. Menyiapkan umpan untuk Drosophila yang berupa potongan pisang,

pepaya atau jenis buah-buahan yang lain.

3. Meletakkan umpan ke dalam botol selai dan kemudian membiarkannya

di sampai dihinggapi lalat buah.

4. Apabila sudah banyak Drosophila yang masuk di dalam botol selai,

segera menutup botol dengan menggunakan spon atau kain kasa.

4.5.2 Membuat Medium

o Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

1. Mengupas dan memotong pisang menjadi potongan-potongan kecil.

2. Mengiris gula merah kecil- kecil.

3. Menimbang pisang 700 gram, tape singkong 200 gram, dan gula merah

100 gram (untuk satu resep).

15

Page 16: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

4. Memblender pisang dan tape singkong yang telah ditambah sedikit air

sampai halus

5. Memasak hasil blenderan selama 45 menit untuk satu resep.

6. Memasukkan gula merah ketika proses pemasakan.

7. Memasukkan medium yang telah masak secukupnya ke dalam botol

selai. Menutup botol selai dengan menggunakan spon.

8. Mendinginkan botol selai dengan menggunakan air rendaman dalam

ember.

9. Setelah dingin, membersihkan uap air di sekeliling dinding botol dengan

tissue.

10. Memberikan sedikit yeast (± 3 butir) dan sebuah kertas pupasi ke dalam

botol.

4.5.3 Membuat Stok

1. Menyiapkan botol selai yang telah berisi medium.

2. Memasukkan Drosophila tangkapan dari masing-masing daerah pada

botol.

3. Memberi label pada masing-masing botol.

4. Menunggu hingga muncul pupa yang siap diampul.

4.5.5 Mengampul pupa

1. Memotong selang plastik sekitar 6 cm

2. Memasukkan potongan pisang rajamala ke dalam selang

3. Mengambil pupa yang berwarna hitam menggunakan kuas dari botol ke

dalam selang.

4. Menutup selang menggunakan spon.

5. Menunggu hingga pupa menetas.

4.5.6 Mengamati Drosophila

1. Menyiapkan mikroskop stereo.

2. Memindahkan Drosophila dari ampulan kedalam plastik bening.

16

Page 17: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

3. Mengamati minimal 50 ciri morfologi Drosophila dibawah mikroskop

stereo, yaitu bagian kepala, toraks, badan, sayap, dan kaki.

4. Mengelompokan Drosophila yang memiliki ciri-ciri sama sedaerah.

5. Memisahkan lalat jantan dan betina.

4.5.7 Melakukan Pemurnian

1. Mengampul pupa hitam dari stok yang tersedia dari masing-masing

daerah.

2. Mengamati ciri-ciri morfologi Drosophila yang telah menetas

berdasarkan 50 ciri yang didapat.

3. Mengawinkan drosophila jantan dan betina dalam satu spesies (yang

memiliki ciri-ciri morfologi yang sama) ke dalam botol selai yang sudah

diisi dengan medium.

4. Mengampul pupa yang telah menghitam dari hasil perkawinan

Drosophila.

5. Setelah pupa menjadi lalat, mengamati ciri-ciri morfologinya.

6. Membuang lalat F1 yang tidak sama dengan paretal.

7. Menyilangkan sesame F yang memiliki ciri sama dengan induknya

(paretal) dan begitu seterusnya sampai mendapat F3.

8. Setelah mendapat F3 mengamati fenotipnya dan mengidentifikasi.

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh dari pengamatan ciri-ciri morfologi

Drosophila tangkapan yang berasal dari daerah Malang, Kediri, dan Madura.

Pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi Drosophila dilakukan secara langsung

menggunakan mikroskop stereo. Data yang digunakan dalam identifikasi

Drosophila berasal masih terbatas pada F1 untuk Drosophila Malang dan

Madura. Sedangkan identifikasi Drosophila Kediri masih pada F2.

17

Page 18: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

4.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data mengenai identifikasi Drosophila di daerah Malang,

Kediri, dan Madura dengan menggunakan kunci identifikasi untuk mengetahui

jenis Drosophila yang diamati berdasarkan ciri-ciri morfologinya.

18

Page 19: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB V

DATA DAN ANALISIS DATA

5.1 Data

Hasil pengamatan pada Drosophila tangkapan Malang, Kediri, dan

Madura sebagai berikut:

Tabel 5.1.1 Ciri Morfologi Drosophila Tangkapan dari Daerah Malang, Kediri, dan Madura.

NO Bagian

Tubuh

CIRI

MORFOLOGI

Asal Daerah

Malang Madura Kediri

1. K

E

P

A

L

A

Memiliki antenna sepasang

√ √ √

2. Memiliki mata majemuk

√ √ √

3. Memiliki mata mejemuk merah

√ √ √

4. Terdapat pseudoppupil

√ √ √

5. Memiliki faset mata

√ (Halus) √ (Halus) √ ((Halus)

6. Terdapat rambut vibrissa pada posterior mulut

√ √ √

7. Memiliki ocelli

√ √ √

8.  Memiliki bulu postvertical sepasang

√ √ √

9.  Memiliki bulu ocellar

√ √ √

10. Memiliki gena

√ √ √

11.Memiliki bulu anterior vertical

√ √ √

12. Mata tunggal √ √ √

19

Page 20: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

berjumlah 3

13. Memiliki first oral

bristle

√ √ √

14. Memiliki second

oral bristle

√ √ √

15. Memiliki oral

bristle kedua

(vibrisae) lebih

panjang dari oral

bristle pertama

√ √ √

16. Sungut yang

terlihat dalam

pengamatan

terbagi dalam 2

segmen

√ √ √

17. Bentuk mata ocelli Bulat Bulat Bulat

18. Arista bercabang √ √ √

19. Memiliki alat

penghisap

(proboscis)

√ √ √

20. T

H

O

R

A

X

Terdapat

sternopleural

middle bristle

√ √ √

21. Terdapat

sternopleural

posterior bristle

√ √ √

22. Terdapat sepasang √ √ √

20

Page 21: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

A

B

D

O

M

E

halter

23. Bagian scutum

humeral berjumlah

1 pasang

√ √ √

24. Terdapat rambut

anterior scutellar

√ √ √

25. Terdapat rambut

posterior scutellar

√ √ √

26. Terdapat anterior

dorsosentral bristle

√ √ √

27. Terdapat posterior

dorsocentral

bristle

√ √ √

28. Bristle lebih hitam

dari pada rambut

√ √ √

29. Terdapat anterior

dan posterior noto

pleural

√ √ √

30. Jumlah segmen

abdomen : 5

√ √ √

31. Warna tubuh

kuning kecoklatan

√ √ √

32. Ruas abdomen

memiliki rambut

√ √ √

33. Ujung abdomen

posterior: tumpul/

√ √ √

21

Page 22: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

N

S

A

Y

P

runcing

34. Ujung abdomen

berwarna pucat

√ √ √

35. Ujung abdomen

lalat jantan

terdapat lengkung

genital (kait sex)

√ √ √

36. Ujung abdomen

betina terdapat

tonjolan runcing

(ovopositor)

√ √ √

37. Memiliki garis

abdomen yang

lebih gelap dari

warna abdomen

√ √ √

38. Warna ujung

abdomen

Coklat

kekuningan

Coklat

kekuningan

Coklat

kekuningan

39. Memiliki sayap

melebihi panjang

tubuhnya

√ √ √

40. Ujung sayap

berbentuk

membulat/tumpul

Membulat Membulat Membulat

41. Terdapat bagian

anterior cross vein

pada sayap

√ √ √

42. Terdapat rambut- √ √ √

22

Page 23: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

K

A

K

I

rambut pada

bagian vena kosta

43. Vena mencapai

tepi sayap

√ √ √

44. Terdapat auxiliary

vein pada sayap

√ √ √

45. Terdapat bagian

posterior cross

vein antara vena

ke 4 dan 5

√ √ √

46 Terdapat bagian

anterior cross vein

antara vena ke 3

dan 4

√ √ √

47 Terdapat rambut-

rambut pada

bagian femur

√ √ √

48 Terdapat rambut-

rambut tibia

√ √ √

49. Sisir kelamin (sex

comb) jantan

tersusun secara

transversal,

jumlahnya 5 deret

pada tarsus I dan 3

deret pada tarsus II

√ √ √

23

Page 24: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

50. Segmen tarsus

terbagi menjadi 5

segmen

√ √ √

51. Terdapat kuku

pada tarsus

terakhir

√ √ √

Keterangan:

Tanda (√) : Ada

Tabel 5.1.2 Tabel perbandingan anatara Drosophila jantan dan Drosophila betina kota Malang, Kediri,

dan Madura

No.Perbandingan jantan dan betina

Jantan Betina

1.

Memiliki sisir kelamin (sex comb)

yang terletak pada bagian tarsus I

dank e II

Tidak Memiliki sisir kelamin (sex

comb), namun hanya rambut-rambut

halus.

2.Bagian posterior jantan terdapat kait

sex.

Bagian posterior betina terdapat

ovipositor

24

Page 25: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

5.2 Foto Hasil Pengamatan

1.1 Drosophila tangkapan kota Malang

Gambar 6 : Drosophila ananassaeKeterangan : Betina; A (Mata majemuk), B ( Sayap), C (Abdomen), D (Tungkai),E(toraks)

(Sumber : Dokumen pribadi)

Gambar 7 : Drosophila anannasae Keterangan : Jantan; A (Sex- Comb), B (torax), C (Tungkai), D(arista), E(apical bands), F(3 mata ocelli)

(Sumber : Dokumen pribadi)

25

A

D

C

B

C

B

A

D

E

E

F

Page 26: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

2.2 Drosophila tangkapan kota Kediri

Gambar 8 : Drosophila ananassaeKeterangan : Jantan; A (Mata majemuk), B ( sex comb), C (Abdomen), D(sayap)

(Sumber : Dokumen pribadi)

Gambar 9 :Drosophila ananassaeKeterangan : Betina:A (Sayap), B (Abdomen), C (Ovipositor), D(Mata majemuk)

(Sumber : Dokumen pribadi)

26

BA

DC

AB

C

D

Page 27: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

1.3 Drosophila tangkapan kota Madura

Gambar 10 :Drosophila ananassae

Keterangan : Betina ; A (Sayap), B (Abdomen), C (Tungkai), D(mata majemuk), E(3 mata ocelli),

F(Thorax) (Thoraks) (Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 11: Drosophila ananassae

Keterangan : Jantan; A (mata majemuk), B (sayap), C (Femur), D(Tibia), E(Tarsus), F(Sex Comb)

(Sumber: Dokumen pribadi)

27

A

D

D

B

E

C

A

F

C

E

B

G

Page 28: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

5.3. Gambar Hasil pengamatan

Bagian Kepala

Bagian Thorax

Page 29: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Bagian Abdomen

Bagian Sayap

Page 30: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Bagian Kaki

5.4. Analisa Data

Untuk mengidentifikasi Drosophila tangkapan dari daerah Malang,

Kediri, dan Madura digunakan kunci identifikasi dari buku Bock (1976).

Pengamatan ciri-ciri morfologi Drosophila dengan menggunakan mikroskop

stereo, kemudian mendokumentasikan Drosophila yang kami amati.

Dari ciri-ciri morfologi yang didapatkan, setelah dicocokkan dengan kunci

identifikasi dari buku Bock (1976) didapatkan satu jenis spesies. Daerah Malang,

Kediri, dan Madura termasuk daam spesies Drosophila ananassae. Hasil dari

kunci identifikasi tersebut adalah :

1. Identifikasi lalat Malang, Kediri, dan Madura

1 Vibrisae pertama (oral briste kedua lebih kecil dari oral bristle

pertama).................................................................................................2

Oral bristle kedua panjangnya lebih dari setengah panjang oral bristle

pertama..................................................................................................3

3(1) Garis-garis apikal pada targit abdomen anterior biasanya terputus pada

garis tengah, pipi biasanya lebar, bagian depan femur pada beberapa

Page 31: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

spesies dengan garis ventromedial pendek hitam kuat setulae (femoral

comb) (subgenus Drosophila dan Dorsilopha).....................................4

Garis-garis apikal pada targit abdominal bersambungan, pipi biasanya

sempit, femoral comb tidak pernah terlihat (subgenus

Saphopora)..........................................................................................13

13(3) Tubuh, dan semua bristle, rambut dan arista transparan, jantan tanpa

sex comb........................................................................Flavoherta (21)

Bristle dan arista berwarna hitam.......................................................14

14(13)Jantan dengan sex comb yang jelas tersususn secara longitudinal,

transversal atau miring dengan bristle hitam kuat pada fore tarsus....20

Jantan tanpa sex comb atau dengan tarsus modifikasi yang tidak

berarti.................................................................................................15

20(14) Sex comb tersusun longitudinal panjang pada metatarsus dan segmen

kedua tarsal.........................................................................................25

Sex comb tersusun dalam deret transversal atau miring....................21

21(20) Sex comb dalam baris pada bagian metatarsus yang

rendah................................................................................................22

Sex comb tersusun dalam deretan bristle yang tersusun transversal

pada dua segmen tarsal pertama.........................................................23

23(21)Abdomen jantan berwarna hitam ...............................pseudotakahashii

Andomen jantan pucat, semua tergit dengan garis/pita posterior yang

gelap dan ramping.............................................................................24

24(23) Sex comb terdiri atas dua deret bristle pada metatarsus dan satu deret

pada segmen tarsal kedua....................................pseudoananassae (17)

Sex comb terdiri dari 5 deret bristle pada metatarsus dan 3-4 deret

padda segmen tarsl kedua.................................................... ananassae

Page 32: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Drosophila, ciri

morfologi yang dipakai dalam mengidentifikasi Drosophila tangkapan meliputi oral

bristle, pipi, bristle dan arista, sex comb, serta abdomen. Pada saat pengamatan

diketahui bahwa oral bristle kedua lebih pendek daripada oral bristle pertama, pipi

sempit, bristle dan arista berwarna hitam, sex comb tersusun transversal pada dua

segmen tarsus pertama, bristle pada sex comb hitam kuat, warna abdomen, tergit

dengan garis apikal yang gelap di posterior, sex comb terdiri dari 5 deret bristle pada

tarsus pertama dan 3 baris pada segmen tarsus kedua. Dari hasil identifikasi

Drosophila dari masing-masing daerah, didapatkan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa

Drosophila yang ditemukan pada semua daerah yaitu Malang, Kediri, dan termasuk

dalam spesies Drosophila (Sophophora) annanassae Adapun ciri-ciri dari anak

marga Sophophora ini antara lain :

a. Memiliki vibrissae tunggal

b. Oral bristle kedua lebih pendek daripada oral bristle pertama

c. Pipi sempit

d. Bristel dan arista hitam

e. Jantan memiliki sex-comb

Drosophila hasil tangkapan dari daerah Malang, Kediri, dan Madura setelah

diamati dan diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Bock (1976), tampak

mempunyai ciri-ciri yang sama persis. Hal ini menunjukkan bahwa Drosophila dari

semua daerah yang menjadi sampel proyek termasuk dalam satu spesies yaitu

Drosophila (Sophophora) annanassae. Ciri-ciri yang dimilki oleh Drosophila

tangkapan dari Malang, Kediri, dan Madura tersebut adalah sebagai berikut :

Memiliki sepasang antena, memiliki mata majemuk merah, terdapat

pseudopupil, memiliki faset mata halus, terdapat vibrassa pada posterior mulut,

Page 33: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

memiliki ocelli, memiliki bulu postvertical, memiliki gena, memiliki bulu

interocellar, memiliki mata tunggal berjumlah 3, memiliki first oral bristle, memiliki

second oral bristle, memiliki oral bristle kedua lebih panjang dari oral bristel pertama.

Sungut terbagi menjadi 2 segmen, arista bercabang, bentuk mata ocelli bulat,

memiliki alat penghisap (proboscis), pada thorax terdapat stenopleural middle bristle,

terdapat stenopleural posterior bristle, terdapat sepasang halter, bagian scutum

humeral berjumlah 1 pasang, terdapat rambut anterior dan posterior scutellar, terdapat

anterior, posterior dorsocentral bristle, terdapat bristle lebih hitam daripada rambut,

terdapat anterior dan posterior notopleural, pada abdomen jumlah segmennya 5,

warna tubuh kuning kecoklatan, ruas abdomen memiliki rambut, ujung abdomen

berwarna pucat, ujung abdomen lalat jantan tumpul sedangkan pada lalat betina

runcing, pada ujung abdomen lalat jantan terdapat kait sex atau epandrium, pada

ujung abdomen betina terdapat ovopositor, memiliki garis obdomen lebih gelap

daripada warna abdomen, ujung abdomen coklat kekuningan, memiliki sayap lebih

panjang dari tubuhnya. Ujung sayap membulat, terdapat bagian anterior cross vein

pada sayap, terdapat rambut-rambut pada vena costa, vena mencapai tepi sayap,

terdapat auxilary vein pada sayap, terdapat bagian posterior cross vein antara vena ke

4 dan 5, terdapat bagian anterior cross vein antara vena ke 3 dan 4. Terdapat rambut-

rambut pada bagian femur, terdapat rambut-rambut pada tibia, sisir kelamin pada sex

comb jantan tersusun secara transversal jumlahnya 5 deret pada tarsus I dan 3 deret

pada tarsus ke II. Segmen tarsus terbagi menjadi 5, terdapat kuku pada tarsus terakhir.

Menurut King (1974) dalam Aini (1992) bahwa penyebaran Drosophila

annanassae dapat mencapai semua wilayah geografis, kehadirannya terbesar pada

daerah tropik, dan seringkali ditemukan di daerah pemukiman. Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa Drosophila annassae bersifat kosmopolit.

Kesimpulan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widodo

(1998) dan Corebima (1990) dalam Munawaroh (1996) yang menyatakan bahwa

Drosophila ananassae ditemukan dalam frekuensi yang relatif tinggi pada setiap

musim. Hal ini, disebabkan Drosophila annanassae mempunyai tingkat adaptif yang

Page 34: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

tinggi, sehingga individu ini bisa hidup disemua tempat tanpa mengenal waktu dan

musim.

Dalam pengidentifikasian yang dilakukan, identifikasi hanya pada individu

jantan, hal ini karena individu jantan mempunyai ciri-ciri khusus sehingga digunakan

sebagai dasar untuk melakukan identifikasi. Selain itu individu jantan pada

Drosophila annassae ini memliki perbedaan yang nyata dengan spesies lain. Hal ini

sependapat menurut Warsini (1996) yang menuliskan dalam skripsinya yaitu

identifikasi hanya dilakukan pada Drosophila yang berjenis kelamin jantan, karena

kunci identifikasi yang ada ke arah ciri kelamin jantan. Kelamin jantan perbedaan

antar jenis sangat nyata. Selain dari Warsini (1996), pernyataan serupa juga

diungkapkan menurut Aini (1992) yang menyatakan bahwa pengukuran terhadap

Drosophila annassae pada individu jantan, karena dasar yang dipakai dalam kunci

identifikasi umumnya untuk individu jantan. Hal ini juga didukung oleh Bock (1982)

dalam Warsini (1996) yang dituliskan dengan tabel ciri-ciri khusus yang digunakan

untuk menentukan nama jenis Drosophila adalah terbatas pada ciri-ciri khusus yang

mengarah pada hewan jantan.

Dalam penelitian identifikasi Drosophila tangkapan ini dilakukan sampai

mendapatkan F3 (sampai mendapat 3 generasi) dengan cara mengawinkan

saudaranya sendiri (satu spesies). Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh

galur murni. Kami berpendapat bahwa pada pemurnian sampai mendapat generasi

yang ketiga sudah mendapatkan galur yang murni yang sudah cukup memenuhi

syarat dalam penelitian kami. Tetapi dalam penelitian kami masih belum

mendapatkan F3 atau generasi ketiga. Penelitian kami masih sampai pada F2 pada

lalat dari Kediri serta lalat Madura dan Malang masih mendapatkan F1. Sehingga

hanya didapatkan fekuensi keheterozigotan sebesar 25% dan frekuensi

kehomozigotan sebesar 75 % pada lalat dari daerah Kediri. Sedangkan pada lalat dari

daerah Malang dan Madura frekuensi keheterozigotan sebesar 50% jadi masih belum

bisa dikatakan sebagai galur murni. Rumus untuk menghitung frekuensi

Page 35: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

keheterozigotan menurut Baumgardner (1946) adalah sebagai berikut: f(Aa) t = (1/2)t

f(Aa)0 , dimana f(Aa)t adalah frekuensi keheterozigotan pada keturunan ke t.

Gambar Proses mendapatkan galur murni

Perkawinan dengan spesies yang sama tersebut menunjukan kemungkinan

besar bahwa gamet yang berasal dari gen yang identik, sehingga diperoleh keturunan

yang homozigot seperti parental. Hal ini didukung dengan pernyataan menurut

Stanfield (1983) dalam Munawaroh (1996) yaitu pembuahan sendiri atau perkawinan

antar individu-individu berkerabat dekat dalam banyak generasi (inbreeding)

biasanya menghasilkan suatu populasi yang homozigot pada hampir semua lokus.

Perkawinan antar individu yang homozigot menurut galur murni hanya menghasilkan

keturunan yang homozigot seperti induk (parentalnya). Begitu pula dengan

pernyataan Corebima (2003) yaitu galur murni adalah populasi-populasi yang

merupakan turunan murni tanpa adanya variasi genetik yang berarti. Galur murni

total akan terpenuhi jika seluruh pasang alela berada dalam keadaan homozigot

(karakter yang dikontrol oleh dua gen atau sepasang gen yang identik), dan galur

murni total ini merupakan akibat yang paling jauh dari peristiwa inbreeding.

Page 36: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Hal ini juga didukung dengan pernyataan Russell (1992) dalam Munawaroh

(1996) bahwa inbreeding melibatkan perkawinan individu yang berkerabat dekat.

Pada awal inbreeding, populasi menunjukkan banyak variasi fenotip sejak individu

membawa alel yang heterozigot. Dengan meneruskan inbreeding, maka lokus

menjadi homozigot, dan menghasilkan galur murni dengan karakteristik yang konstan

pada inbreeding yang lebih lanjut.

Selanjutnya menurut Gardner (1991) menjelaskan bahwa jika parental

heterozigot (Aa) kemudian mengalami fertilisasi sendiri maka akan menghasilkan 3

jenis keturunan, yaitu AA, Aa, dan aa dengan rasio 1:2:1. Pada tahap ini, frekuensi

dari keturunan yang heterozigot adalah 0,5. Jika fertilisasi sendiri terus berlanjut

secara terus menerus sampai generasi berikutnya, maka keadaan homozigot akan

benar-benar diturunkan, sedangkan keadaan heterozigot akan berpisah lagi sehingga

frekuensinya berkurang menjadi 0,25. Dengan terus berlangsungnya fertilisasi sendiri

sampai beberapa generasi, maka frekuensi kemunculan heterozigot menurun hingga

50 % menjadi 0,008 pada generasi ketujuh dan 0,001 pada generasi kesepuluh. Pada

tahap ini populasi keturunan homozigot adalah 99,9 %. Proses fertilisasi sendiri yang

terjadi berulang-ulang mengakibatkan efek pada perkawinan yang tidak acak yang

disebut inbreeding.

Page 37: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan Sementara

1. Berdasarkan pengamatan, Drosophila tangkapan dari daerah Malang, Kediri,

dan Madura memiliki ciri morfologi yang sama. Diantaranya yaitu oral bristle

kedua lebih pendek daripada oral bristle pertama, pipi biasanya sempit, bristle

dan arista hitam, sex comb tersusun transversal pada dua segmen tarsus,

bristel pada sex comb hitam kuat, abdomen jantan pucat, sex comb terdiri

dari 5 deret bristle dan 3 deret pada segmen tarsal kedua.

2. Spesies Drosophila tangkapan dari daerah Malang, Kediri, dan Madura

merupakan Drosophila ananassae.

7.2 Saran

Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai pengidentifikasian ciri

morfologi Drosophila agar informasi yang diperoleh lebih lengkap. Sebaiknya

penelitian dilakukan dalam rentang waktu yang lama agar pemurnian dapat

dilakukan dengan maksimal untuk mendapatkan galur murni.

Page 38: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul. 1992. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Aspek-Aspek Morfologi

Drosophila (sophopora) ananassae Doleschal. Skripsi tidak diterbitkan.

Malang: Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Malang.

Bock, IR. 1976. Drosophilidea of Australia, I. Drosophila (Insecta : Diptera). :

CSIRO Melbourne Indayati, Nur. 1999. Pengaruh Umur Betina dan Macam

Strain Jantan Terhadap Kesuksesan Kawin D. Melanogaster. Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: FMIPA IKIP Malang.

Borror, Joyce Donald. 1991. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: UGM

Press.

Chyb, Sylwester dan Gompel, Nicolas. 2012. Atlas of Drosophila Morphology.

Cambridge, England

Corebima, AD. 2003.Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.7

Gardner, Eldon John.dkk. 1991. Principle of Genetic Eight Edition. New York: John

Wiley & Sons.

Munawaroh. 1996. Indeks Isolasi pada Populasi Drosophila annanasae Lokal dari

Berbagai Ketinggian Tempat. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi IKIP

Malang

Page 39: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Prasidha, Wiwin Eka.1995. Studi Tentang Jenis-Jenis Dan Sebaran Harian

Drosophila Di Beberapa Pasar Kotamadya Banjarmasin. Skripsi tidak

diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Malang.

Warsini. 1996. Identifikasi Jenis – Jenis Drosophila Di Kawasan Teluk Semut Pulau

Sempu Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Malang.

Page 40: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

LAMPIRAN

Drosophila tangkapan kota Malang

Gambar Lalat betina Drosophila ananassae

Gambar Lalat jantan Drosophila ananassae

Page 41: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Drosophila tangkapan kota Kediri

Gambar Lalat jantan Drosophila ananassae

Gambar Lalat betina Drosophila ananassae

Page 42: Laporan Proyek Genetika I Lalat Tangkapan 2014

Drosophila tangkapan kota Madura

Gambar Drosophila ananassae Jantan

Gambar Drosophila ananassae Betina