laporan ekologi tumbuhan

46
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan HerbaNama : A.S.Alonemarera Nim : 101404037 Kelas : A Kelompok : III EKOLOGI TUMBUHAN

description

indeks nilai penting suatu spesies tumbuhan

Transcript of laporan ekologi tumbuhan

Page 1: laporan ekologi tumbuhan

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

“Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Herba”

Nama : A.S.Alonemarera

Nim : 101404037

Kelas : A

Kelompok : III

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2012

EKOLOGI TUMBUHAN

Page 2: laporan ekologi tumbuhan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bagian ekologi adalah ekologi tumbuhan yang mempelajari

berbagai komunitas tumbuhan. Setiap mempelajari komunitas tumbuhan kita

tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati suatu

komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Kadang kala kita tidak

menggunakan luas minimum atau jumlah minimum yang menggunakan plot

dalam meneliti vegetasi, tetapi menggunakan suatu garis imaginer lurus dengan

penggunakan metode transek.

Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu

terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk

koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri

atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik.

Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling  bergantung. Ilmu

untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam

komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap

spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di

antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan

kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.

Metode transek digunakan untuk mengetahui persen penutupan dari suatu

vegetasi, sehingga tujuannya pun sama dengan metode-metode yang lain yaitu

untuk mengetahui suatu komunitas tanpa meneliti secara keseluruhan. Oleh

karena itu, maka penting kiranya untuk melaksanakan praktikum ini guna

memperkenalkan kepada mahasiswa tentang bagimana cara untuk mengetahui

suatu komunitas dengan metode transek tanpa meneliti secara keseluruhan.

Page 3: laporan ekologi tumbuhan

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan luas penutupan tajuk

tumbuhan herba dengan menggunakan kisaran penutupan tajuk herba dari Braun

Blanquet dan penentuan indeks nilai penting (INP) tumbuhan herba.

Page 4: laporan ekologi tumbuhan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, pencetusnya

adalah Ernest Haekel seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata oekologie

berasal dari kata  Oikos yang artinya rumah.dan logos yang artinya ilmu sehingga

secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai mahkluk hidup di habitat atau dalam

lingkungannya. Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping

memerlukan dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan teknologi serta

alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait dengan

perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam serta alat yang

dipergunakan untuk kajian lebih dalam (Widoretno, 2012)

Pernyataan organisme-organisme hidup dan lingkungan tidak hidupnya

(abiotik) berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh-mempengaruhi satu

sama lain. Satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu ruang atau daerah

yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga arus energi

mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur-daur bahan yang

jelas. Dari segi fungsional ekosistem dapat dianalisis dengan baik menurut segi: (i)

sirkuit-sirkuit energy, (ii) rantai-rantai makanan, (iii) pola-pola keanekaragaman

dalam waktu dan ruang, (iv) daur-daur makan (biogeokimia, (v) perkembangan dan

evolusi, dan (vi) pengendalian (cybernetics). Baik biotik maupun abiotik

Page 5: laporan ekologi tumbuhan

mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan kedua perlu pemeliharaan kehidupan seperti

yang kita miliki di atas bumi ini (Odum, 1998).

Sistem kehidupan ini selalu terjadi hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungan/tempat hidupnya

membentuk suatu ekosistem. Salah satu unsur yang paling penting adalah komunitas,

yang dalam dunia tumbuhan lebih dikenal dengan istilah vegetasi (Hariyadi, 1991).

Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan

berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan

yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit

penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh karena itu semua individu yang

berada di tempat pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun

vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan karena pertimbangan

kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja

dengan melakukan pencuplikan(sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa

bidang (plot/kuadran) garis atau titik (Suprianto, 2001).

Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu

wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu

(temporal). Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa

bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai

tipe vegetasi. Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form atau

life form) tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan tumbuhan

karakteristik). Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan

Page 6: laporan ekologi tumbuhan

(annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu

kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum,

rumput menahun (perennial), dan semak kerdil (Hardjosuwarno, 1990).

Mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit

dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area waktu dan biaya. Oleh karena

itu dalam pelaksanaannya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan

(sampling). Unit cuplikan atau unit sampling dalam analisis vegetasi dapat berupa

bidang (plot, kuadrat, garis atau titik). Dalam perkembangannya unit cuplikan yang

dipergunakan untuk suatu analisis vegetasi menggambarkan metode yang di gunakan.

Dengan demikian dalam pencuplikan mengenai suatu vegetasi digunakan berbagai

alternative metode diantaranya: metode kuadrat, metode garis dan metode titik

(Suprianto, 2001).

Kimbal (1999) menyatakan bahwa Analisa vegetasi adalah cara mempelajari

susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-

tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat

kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh

untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu

diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik

analisa vegetasi yang digunakan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi

kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random

sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen,

Page 7: laporan ekologi tumbuhan

misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan

penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan

“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah

contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk

vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan

contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat

dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas

tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis

tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-

individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan

memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang

ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif

bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk

komunitas tersebut (Suprianto, 2001).

Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu

luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara

keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).

Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara di mana tumbuhan

atau hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebarannya bergantung pada

sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri.

Keragaman itu tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam

secara kasar dapat dikelaskan menjadi tiga kategori: (i) penyebaran teratur atau

Page 8: laporan ekologi tumbuhan

seragam, di mana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas,

(ii) keberadaan acak atau kebetulan, di mana individu-individu menyebar dalam

beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya, (iii) penyebaran

berumpun, di mana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan

sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah (Michael,1994).

Hipotesis individualistic (individualistric hypothesis), yang pertama kali

diutarakan oleh H.A Gleason, menggambarkan komunitas sebagai suatu persekutuan

yang terjadi secara kebetulan pada spesies-spesies yang ditemukan di daerah yang

sama, yang semata-mata karena spesies-spesies itu kebetulan mempunyai kebutuhan

abiotik yang sama, misalnya suhu, curah hujan, dan jenis tanah. Pandangan

alternative, hipotesis interaktif (interactive hypothesis), yang didukung oleh F.E.

Clements, melihat komunitas sebagai suatu kumpulan spesies yang berhubungan

dekat, yang terlibat persekutuan tersebut karena interaksi biotic yang bersifat wajib,

sehingga menyebabkan komunitas itu berfungsi sebagai suatu unit yang bersatu padu

(Kimbal, 1990).

Menurut Herianto (2009) Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh

keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada,

dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut.

Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species

richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam

hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa

komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang

Page 9: laporan ekologi tumbuhan

jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan

jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan. Keanekaragaman jenis seringkali

disebut heterogenitas jenis, yaitu karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi

biologi dan merupakan gambaran struktur dari komunitas Komunitas yang

mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil dibandingkan dengan komunitas yang

memiliki keanekaaragaman jenis rendah. Analisa vegetasi adalah salah satu cara

untuk mempelajari tentang susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi

(masyarakat tumbuhan). Analisi vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal

area, (2) metode kuadrat dan (3) metode jalur atau transek. Salah satu metode dalam

analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode transek. Untuk

mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan

sebelumnya paling baik dilakukan dengan transek.Cara ini paling efektif untuk

mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan

elevasi.

Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (spesies

ricaness) jumlah yang mereka miliki. Mereka juga berada dalam dalam kelimpahan

relatif (relatif abdance), spesies, beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies

yang umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung

jumlah spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada

ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies

yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Mepertimbangkan

Page 10: laporan ekologi tumbuhan

kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif

(Campbell, 2002).

Menurut Anonim (2012) Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan.Untuk

analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:

1. Metode kuadrat (Quadrat methode)

2. Metode transek (Transeck methode)

3. Metode loop (Loop methode)

4. Metode titik (Point less/point methode)

5. Metode Garis (Line method)

Menurut Lestari (2012) Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui

vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya

masih homogen.Terdapat 3 metode transek:

1. Metode Line Intercept (line transect)

Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas

padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat

garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis

transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang

panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak

contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali

terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis

tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m,

jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan

Page 11: laporan ekologi tumbuhan

struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah

individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi

tinggi pohon untuk setiap jenis.  pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada

segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang

penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur

panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial

coverage yang terpotong garis transek ketanah.

2. Metode Belt Transect

Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan

belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari

perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek

dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai

atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan

adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada

intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha,

intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %.

Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas

di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan,

transek 10 m yang baik.

3. Metode Strip Sensus

Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya

untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus

Page 12: laporan ekologi tumbuhan

meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang

diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi

(indeks kepadatan).

Metode transek sangat baik digunakan Untuk mempelajari suatu kelompok

hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini paling efektif

untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan

elevasi (Lestari, 2012)

Page 13: laporan ekologi tumbuhan

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2012

Waktu : Pkl. 09.10 s.d. 15.00 Wita

Tempat : Area Selatan Fakultas Tehnik Universitas Negeri Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

2. Bahan :

a. Tanaman yang ada di dalam plot pada lahan dengan vegetasi yang

heterogen

C. Prosedur Kerja

1. Memilih suatu komunitas dengan tingkat heterogenitas tumbuhannya cukup

tinggi dengan membagi 3 lokasi yaitu daerah terbuka, setengah ternaung, dan

ternaung.

2. Membuat tiang patok garis transek secara vertical atau tegak lurus, dimana

pada kedua titik patok tersebut dihubungkan dengan tali raffia sepanjang 100

meter.

3. Menempatkan plot pada garis transek tersebut dengan ukuran 1 x 1 m .

4. Hal ini dilakukan berulang sebanyak 10 kali pada garis transek tersebut

dengan jarak antar plot yaitu 9 meter

a. Patok

b. Kamera

c. Penggaris

d. Tali raffia

e. Meteran

f. Kayu pasak

g. Plot 1x1 m

h. Alat tulis

Page 14: laporan ekologi tumbuhan

5. Mencatat nama tiap spesies herba yang ada dalam satu plot dan menghitung

luas tajuknya

6. Melakukan hal yang sama pada lokasi lain (ternaung dan setengah ternaung).

7. Menganalisis data yang diperoleh dengan parameter frekuensi mutlak dan

relative serta dominansi mutlak dan relative masing-masing spesies guna

memperoleh indeks nilai pentingnya

D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Teknik analisis data yang kami gunakan adalah observasi, sedangkan teknik

pengolahan data yang kami gunakan adalah program R-software.

Page 15: laporan ekologi tumbuhan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Daerah terang (transek 1)

Page 16: laporan ekologi tumbuhan

2. Daerah terang (transek 2)

Page 17: laporan ekologi tumbuhan

3. Daerah terang (transek 3)

Page 18: laporan ekologi tumbuhan

4. Tempat terang (transek 4)

Page 19: laporan ekologi tumbuhan

5. Daerah terang (transek 5)

Page 20: laporan ekologi tumbuhan

6. Daerah setengah ternaung (transek 6)

Page 21: laporan ekologi tumbuhan

7. Daerah setengah ternaung (transek 7)

Page 22: laporan ekologi tumbuhan

8. Daerah setengah ternaung (transek 8)

Page 23: laporan ekologi tumbuhan

9. Daerah setengah ternaung (transek 9)

Page 24: laporan ekologi tumbuhan

10. Tempat setengah ternaung (transek 10)

Page 25: laporan ekologi tumbuhan

11. Daerah ternaung (transek 11)

Page 26: laporan ekologi tumbuhan

12. Daerah ternaung (transek 12)

Page 27: laporan ekologi tumbuhan

13. Daerah ternaung (transek 13)

Page 28: laporan ekologi tumbuhan

14. Daerah ternaung (transek 14)

Page 29: laporan ekologi tumbuhan

15. Daerah ternaung (transek 15)

Page 30: laporan ekologi tumbuhan

B. Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan indeks nilai penting (INP)

tumbuhan herba dengan memanfaatkan tetapan kisaran penutupan tajuk herba dari

Braun Blanquet.

Ada tiga lokasi yang kami gunakan sebagai area pengamatan, yakni daerah

terang, setengan ternaung dan daerah ternaung.

a. Daerah Terang

Spesies yang memiliki indeks nilai penting pada transek 1 adalah Arondinella

setosa, transek 2 adalah Arondinella setosa, transek 3 adalah Axonopus compressus,

transek 4 Arondinella setosa, dan transek 5 adalah Panicum maximum.

Dari sederet nama spesies yang memiliki nilai indeks penting dari 5 transek pada

daerah terang, maka spesies Arondinella setosa yang lebih mendominasi dalam

pemerolehan indeks nilai penting tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa spesies

Arondinella setosa adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah

terang.

b. Daerah setengah ternaung

Spesies yang memiliki indeks nilai penting pada transek 6 adalah Imperata

cylindrica, transek 7 adalah Passiflora foetida, transek 8 adalah Arondinella setosa,

transek 9 Passiflora foetida, dan transek 10 adalah Imperata cylindrica.

Dari sederet nama spesies yang memiliki nilai indeks penting dari 5 transek pada

daerah terang, maka spesies Imperata cylindrica yang lebih mendominasi dalam

pemerolehan indeks nilai penting tertinggi. Maka dapat dikatakan bahwa spesies

Page 31: laporan ekologi tumbuhan

Imperata cylindrica adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah

setengah ternaung.

c. Daerah ternaung

Spesies yang memiliki indeks nilai penting tertinggi dari transek 11 sampai

transek 15 adalah Imperata cylindrica. Maka dapat dikatakan bahwa spesies Imperata

cylindrica adalah spesies yang paling mendominasi seluruh plot di daerah ternaung

Analisa vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari struktur (bentuk) dan

komposisi (jenis) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Sedangkan komposisi

adalah jenis-jenis yang membangun suatu komunitas hutan. Untuk mengetahui

komposisi dari suatu vegetasi terlebih dahulu diketahui sejumlah karakteristik tertentu

dari vegetasi tersebut diantaranya; kerapatan, penyebaran, dominansi dan nilai

penting dari masing-masing jenis. Dominasi suatu jenis ditentukan oleh indeks nilai

pentingnya. Jenis vegetasi yang dominan adalah yang paling tinggi indeks nilai

pentingnya. Indeks nilai penting adalah jumlah dari frekuensi relatif, dominasi relatif

dan kerapatan relatif. Namun dalam praktikum ini, hanya menggunakan 2 variabel

untuk menghitung indeks nilai penting, yakni frekuensi relatif dan dominansi relatif

Sebaran suatu spesies dikontrol oleh faktor lingkungannya terutama berlaku bagi

organisme yang mempunyai kisaran kemampuan adaptasi yang sempi. Tumbuhan

dalam fase awal kehidupannya sering mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap

lingkungan. Faktor-faktor yang membatasi distribusi antara lain iklim, faktor edafis

dan interaksi dengan tumbuhan lain..

Page 32: laporan ekologi tumbuhan

BAB VKESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang kami peroleh pada masing-masing transek di

3 area pengamatan, dengan menggunakan kisaran penutupan tajuk dari Braun

Blanquet dalam penentuan luas penutupan tajuk tumbuhan herba, maka diperoleh

indeks nilai penting tertinggi masing-masing transek adalah: transek 1 adalah

Arondinella setosa, transek 2 adalah Arondinella setosa, transek 3 adalah Axonopus

compressus, transek 4 Arondinella setosa, dan transek 5 adalah Panicum maximum,

transek 6 adalah Imperata cylindrica, transek 7 adalah Passiflora foetida, transek 8

adalah Arondinella setosa, transek 9 Passiflora foetida, dan transek 10 adalah

Imperata cylindrical, transek 11 sampai transek 15 adalah Imperata cylindrical.

Page 33: laporan ekologi tumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Analisis Kuantitatif Komunitas Tumbuhan. http://ekologi.edu.net. Diakses 01 Oktober 2012

Campbell, Neil A, Reece, Mitchell. 2002. Biologi Edisi V Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Hariyadi, Wito. 1991. Biologi. Surabaya: SIC Surabaya.

Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Negeri Gadjah Mada.

Heriyanto. 2009. Ekologi tumbuhan. http://heriyanto-riyan.blogspot.com/. Diakses 01 Oktober 2012

Kimball. 1999.  Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga

Kimball, John W. 1990. Biologi. Jakarta: Erlangga

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Dinas Kehutanan. Jakarta.

Odum, Eugene P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. UGM Press. Jogjakarta.

Suprianto. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI.

Widoretno. 2012. Ekologi Tumbuhan. http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/. Diakses 01 Oktober 2012

Lestari, Endah. 2012. Metode Transek. http://ndhh-lestari.blogspot.com/2012/02/metode-transek.html. diakses 01 Oktober 2012