laporan fiswan 6

14
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN MAS & IKAN LELE Pelaksanaan : Sabtu , 20 April 2013 Asistensi : Ade Rahmayanti Kelompok : VI ( enam ) Risky Ana Haloho (1103114086) Tresa Nia Pratiwi (1103113980) Sari Umayah (1103113967) Nur Aisyah Amin (1103113953) Maya Arumaisyah (1103120870) Fitriyani Mariska (1103136544) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of laporan fiswan 6

Page 1: laporan fiswan 6

KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN MAS & IKAN LELE

Pelaksanaan : Sabtu , 20 April 2013

Asistensi : Ade Rahmayanti

Kelompok : VI ( enam )

Risky Ana Haloho (1103114086)

Tresa Nia Pratiwi (1103113980)

Sari Umayah (1103113967)

Nur Aisyah Amin (1103113953)

Maya Arumaisyah (1103120870)

Fitriyani Mariska (1103136544)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: laporan fiswan 6

KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN MAS DAN IKAN LELE

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam suatu perairan pasti ada suatu organisme yang hidup di dalamnya, yaitu

salahsatunya ikan. Ikan atau bahasa ilmiahnya picses secara umum termasuk hewan bertulang

belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis). Suhu tubuhnya

selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama

dengan turun naiknya suhu sekitarnya.

Ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat

berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit.

Ikan akan mengalami stress manakala terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat

ditoleransi. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam

pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perubahan-

perubahan faktor tersebut hingga batas tertentu dapat menyebabkan stress dan timbulnya

penyakit. Faktor fisik tersebut mencakup suhu, dan intensitas cahaya. Ditubuh ikan terdapat

gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di sekelilingnya. Ikan menggunakan

insang yang terletak di kepalanya untuk bernafas. Cara ikan bernafas adalah sebagai berikut,

air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk dalam insang, saat air ada di dalam insang,

oksigen ang terlarut dalam air diserap oleh pembuluh- pembuluh darah kecil yang terdapat

pada insang dan karbondioksida dalam darah dikeluarkan ke air. Air keluar dari rongga

insang ketika tutup insang membuka dan begitu terus-menerus.

. Atas dasar inilah dilakukan percobaan untuk mengetahui konsumsi Oksigen pada

ikan Mas (Cyprinus carpio) dan pada ikan Lele (Clarias batrachus).

1.2 Tujuan

Menghitung konsumsi oksigen ikan mas yang sensitive terhadap kadar oksigen

terlarut di media .hidupnya.

Menghitung konsumsi oksigen , jenis ikan yang punya alat bantu pernafasan

Page 3: laporan fiswan 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu perairan

adalah jumlah Oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah Nitrogen.

Namun, dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya ikan, Oksigen menempati urutan

teratas, karena dibutuhkan untuk pernapasan. Oksigen yang diperlukan untuk pernapasan ikan

harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika

ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses

pertumbuhan ikan akan tergangu, bahakan akan mengalami kematian.

Kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies

tertentu dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada keadaan metabolisme ikan. Ikan

membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menhasilkan aktivitas, pertumbuhan ,

reproduksi dan lain-lain. Oleh karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas

ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen dengan

ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum.

Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang

dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari

bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan

energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup

diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju

konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas.

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan

kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis

kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah

oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,

mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah,

dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat

sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain

itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen

dalam air.

Page 4: laporan fiswan 6

Oksigen merupakan unsur penting bagi kelangsungan hidup organisme. Oksigen

dibutuhkan untuk proses oksidasi bahan-bahan makanan dalam tubuh hewan agar

dihasilkan energi untuk aktivitas hidupnya. Energi berupa ATP yang prosesnya disebut

metabolisme aerobik. Pengambilan oksigen untuk metabolisme dan pengeluaan CO2

sebagai sampah metabolic dilakukan dengan mekanisme yang menggunakan system

respiratori (Kimball 1992).

Konsumsi oksigen pada setiap jenis ikan berbeda-beda. Konsumsi oksigen

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang

dilakukannya (Djuhanda 1981). Konsumsi oksigen pada tiap organisme berbeda-beda

tergantung pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan hormon ( Hurkat

dan Marthur 1976). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan konsumsi oksigen terlarut

adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula konsumsi

oksigennya, begitu juga sebaliknya. Semakin banyak konsumsi oksigen semakin besar

laju metabolismenya (Gordon 1972). Hubungan bobot ikan dengan konsumsi oksigen

berbanding lurus. Hubungan konsumsi oksigen dengan laju metabolisme juga berbanding

lurus (Prosser, C. C 1991).

Konsumsi O2 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel.

2. Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang yang

berdifusi melewatinya.

3. Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju

insang.

4. Afinitas oksigen dari haemoglobin ( Lagler 1977 )

Semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit O2 terlarut dan bertambah besar

konsumsi oksigen. Pengaruh temperatur ini terjadi karena kenaikan temperatur akan

menaikkan metabolisme. Pada umumnya hewan poikiloterm metabolisme dipengaruhi oleh

perubahan suhu lingkungan, pada suhu rendah metabolisme turun dan metabolisme akan

meningkat pada suhu lingkungan yang meningkat (Singh 1997). Proses metabolisme dan

reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh perlu energi dimana energi tersebut didapat dari

mengkonsumsi oksigen melalui proses respirasi ( Gordon 1972).

Page 5: laporan fiswan 6

III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Wadah plastik berupa ember untuk tempat sampel percobaan

Air

DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler

Jam tangan sebagai penunjuk waktu

Timbangan analitik untuk mengukur bobot ikan

Kertas aluminium foil untuk bahan pelapis atau penutup

Ikan Mas dan Ikan lele

3.2 Cara Kerja

Disediakan wadah plastik yang telah diisi air hampir penuh

Diukur kadar oksigen terlarut awalnya menggunakan DO meter kemudian dicatat

hasilnya.

Ikan mas dan ikan lele ditimbang oleh masing masing kelompok dan kemudian dicatat

bobotnya.

Ikan tersebut dimasukkan dengan hati-hati ke dalam wadah plastik dengan hati-hati

jangan sampai ada air yang memercik.

Kemudian wadah percobaan dilapisi dengan aluminium foil agar tidak kontak dengan

udara luar.

Wadah percobaan dibiarkan selama 60 menit.

Setelah selesai, penutup plastik dibuka, lalu ikan dipindahkan secara hati-hati jangan

sampai terdapat percikan air. Kemudian diukur kadar oksigen terlarut pada

wadahnyadengan menggunakan DO meter. Dicatat hasilnya.

Perlakuan tersebut diulangi lagi untuk memperoleh perbandingan. Konsumsi oksigen

pada ikan tersebut dihitung dengan cara DOawal – DOakhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 6: laporan fiswan 6

IV.1 HASIL

Tabel Data Kelas

KelompokBobot Ikan

(gr)

DO Awal (mg /

l)

DO akhir (mg /

l)

Konsumsi O2

(mg /l)

1177,8 1,57 1,40 0,17

177,8 1,43 1,39 0,04

2185,2 1,58 1,34 0,24

185,2 1,38 1,25 0,13

3194,8 1,44 1,30 0,14

194,8 1,55 1,34 0,21

4233,5 1,52 0,59 0,93

233,5 1,50 0,92 0,58

5180,7 1,41 0,60 0,81

180,7 1,42 0,88 0,54

6270,7 1,32 1,16 0,16

270,7 1,36 1,30 0,06

Keterangan :

Untuk kelompok 1-3, sampel yang digunakan ikan Lele (Clarias batrachus)

Untuk kelompok 4-6, sampel yang digunakan ikan Mas (Cyprinus carpio)

IV.2 PEMBAHASAN

Page 7: laporan fiswan 6

Respirasi adalah proses pertukaran antara oksigen dari udara dengan karbon dioksida

dalam tubuh ikan. Oksigen merupakan zat yang sangat dibutuhkan ikan, oksigen digunakan

untuk mengoksidasi zat makanan. Ikan melakukan proses respirasi melalui lamella insangnya

secara difusi (Affandi 2002). Insang ikan berbentuk lembaran tipis dan lembab, bagian luar

insang berhubungan dengan air yang menandung udara sedangkan bagian dalamnya memiliki

kapiler darah yang akan mengangkut oksigen (Alfiansyah, M 2012).

Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok kami, diperoleh

bobot tubuh ikan mas 233 gr setelah dikurangi dengan berat wadah 51,2 gr dengan kalibrasi

yang digunakan 2,2 gr. Antara konsumsi ikan mas yang satu dengan ikan mas yang

lain diperoleh perbedaan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini dapat disebabkan

karena perbedaan berat bobot tubuh ikan, volume air yang digunakan tidak sama,

wadah tempat ikannya juga berbeda dan perbedaan sumber air yang digunakan

menyebabkan kadar oksigen yang terlarut dalam air otomatis juga berbeda.

Begitu juga dengan konsumsi antara ikan lele dengan ikan lele. Faktor

yang berpengaruh antara lain : berat bobot tubuh ikan, volume air yang

digunakan, ukuran wadah tempat sampel ikan, dan perbedaan asal sumber air.

Untuk data hasil konsumsi ikan lele diperoleh data konsumsi oksigen untuk

masing-masing ikan lele juga berbeda.

Pengukuran yang digunakan untuk menguji kadar oksigen adalah dengan

metabolisme standar, yaitu kuantitas oksigen yang digunakan ikan dalam kondisi istirahat.

Metabolisme standar adalah tingkat metabolisme terendah ikan dan bervariasi sesuai dengan

bobot tubuh ikan (Affandi 2002). Semakin besar bobot dan ukuran ikan, konsumsi oksigen

yang dibutuhkan semakin besar, hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa saat kecil atau

benih tingkat kebutuhan oksigen ikan kecil dan bertambah seiring dengan pertambahan bobot

dan ukuran tubuh (Herlinah dan Rahmansyah 2010).

Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan

lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada keadaan

metabolisme ikan. Konsumsi oksigen pada ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele

(Clarias batrachus) berbeda karena adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan,

yang dapat mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan

derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. Ikan memerlukan oksigen guna pembakaran

bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang,

pertumbuhan, reproduksi, atau sebaliknya. Oleh karena itu,tampak dengan jelas bahwa

Page 8: laporan fiswan 6

ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan. Konve r s i makanan ,

demik i an j uga dengan l a j u pe r t umbuhan , be rgan tung pada oks igen

dengan ketentuan bahwa selama factor kondisi lainnya optimum.

Adapun hubungan antara laju konsumsi terhadap laju metabolisme biasanya

diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per

satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan

oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui

jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk

laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara

lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas, lingkungan atau habitat

asalnya.Jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5 mg/L maka kadar oksigennya

berkurang ( Fathudin 2003) .

V. KESIMPULAN

Page 9: laporan fiswan 6

1. Hasil pengukuran konsumsi oksigen pada ikan mas diperoleh rata-rata setiap jam untuk

perlakuan pertama adalah 0.63 mg/l dan rata-rata konsumsi oksigen pada ikan mas untuk

perlakuan kedua adalah 0.39 mg/l setiap jamnya.

2. Ikan Mas dan ikan Lele adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis) dimana suhu

tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya.

3. Hasil pengukuran konsumsi oksigen pada ikan lele diperoleh rata-rata setiap jam untuk

perlakuan pertama 0.18 adalah mg/l dan rata-rata konsumsi oksigen pada ikan lele untuk

perlakuan kedua adalah 0.13 mg/l

4. Konsumsi oksigen pada jenis ikan berbeda-beda. Adapun faktor yang mempengaruhi

konsumsi oksigen adalah temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang dilakukannya, jenis

kelamin, nutrisi dan usia.

5. Konsumsi oksigen pada percobaan ini diperoleh dengan pengukuran langsung

menggunakan alat yang disebut DO meter.

6. Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula konsumsi oksigennya, begitu juga

sebaliknya.

D A F T A R P U S T A K A

Page 10: laporan fiswan 6

Affandi. 2002. Fisiologi H ewan A ir . Unri press. Bogor

Alfiansyah, M. 2012. Pernapasan I kan (pisces). http://www.sentraedukasi.com/2011/08 / sistem-pernapasan-ikan-pisces.html [26 April2012].

Djuhanda, T.1981. Dunia Ikan. CV Amico. Bandung.

Gordon,M.1977. Animal Phisiology Principles and Adaptations.Third Edition Macmillan Publishing Co. Inc. New York.

Herlinah, Rahmansyah. 2010. Estimasi tebar udang pama berdasarkan tingkat konsumsi oksigen. http:// www.sidik.litbang.kkp.go.id/index.php/searchkatalog/.../161-167.pdf [26 April 2012].

Kimball, J.W.1992. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Lagler, K. F. 1977. Icthyology. John Wiley and Sons Inc. Canada.

Mathur P. N, and Hurkat P. C. 1976. A Text Book of Animal Physiologi. Schand Co Ltd. New Delhi.

Prosser, C.I dan Frank, A. B., Jr.1961. Comparative Animal Physiology. W. B. Saunders Company. London.

Singh, B. N. 1977. Oxygen Consumption and The Amount of Oxygen Required forTransfort. Central Islan Fisheris Research Institute Barrapore West. Bergal.