LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
-
Upload
jr-gamau-nakalagi -
Category
Documents
-
view
269 -
download
14
Transcript of LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
INDERA PENGLIHAT DAN PERSEPSI
oleh :JR.SULTHAN ARDILLAH
0910913024
LABORATORIUM BIOLOGI DASARJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2011
KATA PENGANTAR
Ahamdulillah, kami panjatkan paja-puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan kepada kami, sehingga bisa menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “ Reseptor Perasa” dengan lancar. Salawat dan salam tetap kami curahkan kepada pemimpin seluruh umat dan penerang jalan kebenaran Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang konsisten menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini
Penulisan laporan praktikum ini telah mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan do’a, motivasi dan materiil kepada saya untuk tetap semangat.
2. Pak Muhaimin rifa’i sebagai dosen koordinator yang dengan sabar memberi motivasi dan bimbingan.
3. Asistn pendamping Reza dan mbak asiten yang lain yang telah mendampingi kami dalam Praktikum ini
4. Teman saya yang sudah merelakan menjadi (probandus) Jurusan Biologi dan pihak lain yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu
Penulis laporan prkatikum ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan praktikum ini. Harapan penulis semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Malang, 5 April 2011
PenulisJR.SULTHAN ARDILLAH
Jr. Sulthan AJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Brawijaya MalangABSTRAK
Mata merupakan sebagian besar indera yang berfungsi untuk melihat batasan atau menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihat yang bersifat peka cahaya. Praktikum ini bertujuan mengetahui kenormalan dan memeriksa kesehatan mata. Cara kerja dari praktikum ini terdapat beberapa cara yaitu bintik buta, perimbangan entoptik pada pupil, astigmatisma, batas konvergensi, kedalam persepsi terang, buta warna dan fenomena purkinje, efek setelah melihat warna, pola akibat getaran warna, gerakan akibat hasil kerja. Terdapat beberapa uji diantaranya uji bintik buta, astigmatisma, perimbangan entoptik pada pupil, batas konvergensi, kedalam persepsi terang, buta warna dan fenomena purkinje, efek setelah melihat warna, pola akibat getaran warna serta gerakan akibat hasil kerja. Mata tidak semuanya dilakukan dengan baik, sebab mata juga bisa terjadi kerusakan dan kelainan mata.
Kata kunci: Mata, penglihatan, warna
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bintik buta (Blind spot)1.1 Analisa Prosedur
Pada praktikum yang sudah dilakukan menggunakan satu mata, karena titik buta hanya bisa diukur dengan menggunakan satu mata, karena mata kita ada dua buah sehingga daerah bintik buta satu mata dapat dilihat dengan mata yang lain. Peraga blind spot dipegang dengan tangan bebas dan tangan yang satunya memegang alat peraga. Pandangan difokuskan pada tanda di sebelah kirinya. Setelah itu gambar peraga ditarik kearah mata. Jarak tersebut kemudian diukur sehingga mendapatkan jarak bintik buta dari probandus.
1.2 Analisa Hasil1.2.1 Data Hasil Pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 1. Data Bintik Buta Probandus
No. ProbandusJarak bintik buta (cm)
Laki-laki Perempuan1. Normal 43 362. Minus 51 433. Silinder 39 38
1.2.2 Pembahasan hasilBerdasarkan hasil yang diperoleh, bahwa setiap probandus
memiliki jarak titik yang berbeda-beda. Pada mata normal adalah mata probandus yang tidak memakai kacamata dan tidak memiliki kelainan refraksi, sedangkan pada mata minus dan silinder merupakan probandus yang memiliki kelainan refraksi pada mata.
Bintik buta adalah suatu daerah di retina mata yang merupakan jalur syaraf penglihatan menuju ke otak, dan tepat di jalur keluar tersebut tidak terdapat sel peka cahaya sehingga bila bayangan benda jatuh tepat di bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata karena bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya. Bagian tersebut memang tidak memiliki sel yang merupakan fotoreseptor seperti sel batang atau sel kerucut, namun merupakan sambungan dari sel-sel tersebut pada sel-sel fotoreseptor tersebut. Penglihatan binokuler pada manusia didesain agar satu mata dapat melihat pada daerah bintik
buta mata lainnya sehingga bintik buta terkadang diabaikan (Hill et al., 2008).
Entoptic pada pupilAnalisa prosedur
Pengujian ini menggunakan alat kacamata dengan diafragma yang memiliki lubang berdiameter 2 mm. Pengujian ini dilakukan dengan satu mata tertutup (mata yang tidak tertutup diafragma) lalu dibuka secara tiba-tiba setelah melihat kertas putih dengan menggunakan lubang 2 mm tersebut. Diamati bagaimana perubahan diskus yang terlihat. Uji selanjutnya adalah dengan memperhatikan ujung pensil yang terlihat pada lubang. Ujung pensil tersebut dimajukan dan menjauhi kertas putih menuju ke diafragma lalu didekatkan lagi ke kertas. Diamati perubahan yang terjadi.
Analisa hasilData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 2. Data Entoptik Pupil Probandus
No. ProbandusDeskripsi
Laki-laki Perempuan1. Normal Lingkaran mengecil
Pensil membesar saat dijauhkan Pensil mengecil saat didekatkan
Ujung pensil mengecil saat menjauhi kertas dan mendekati kertas makin besar
2. Minus Lingkaran mengecilUjung pensil membesar saat dijauhkan
Menjauhi kertas: pensil mengecilMendekati kertas: pensil membesar
3. Silinder - Menjauhi kertas ujung pensil makin kecilMendekati kertas ujung pensil makin besar
Pembahasan hasilDiafragma ditempelkan pada sebelah muka kaca mata
yang terbuka sebelah kanan dan yang lainnya kiri terbuka langsung. Kacamata dipakai dan mata yang terbuka ditutup sebelah dengan tangan kiri dan diperhatikan lembaran kertas putih yang terletak di depan muka. Kemudian akan terlihat suatu gambaran yang melingkar, yang agak kabur dan titik terang. Tangan yang menutup mata dilepaskan, lalu diperhatikan apa yang terjadi pada titik terang yang dilihat oleh probandus. Kemudian mata ditutup lagi pada kacamata yang terbuka dan dilihat melalui diafragma.
Perbedaan penglihatan pada ujung pensil merupakan fenomena entoptik, suatu fenomena halusinasi pada penglihatan manusia dan berhubungan dengan persepsi bayangan dari otak masing-masing. Menurut kamus medis Merriam-Webster (2011),
AstigmatismaAnalisa ProsedurAstigmatisme merupakan suatu kesalahan refraksi yang terjadi karena terbekas cahaya jatuh pada garis-garis diatas retina, bukan karena pada titik-titik tajam. Disebabkan oleh perubahan bentuk permukaan lensa mata yang mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempatnya. Analisa HasilData hasil pengamatan dan pembahasanSetelah diberi berbagai pertanyaan, hamper semua probandus menjawab bahwa ada perubahan gambar pada penglihatannya. Perubahan tersebut dapat berupa tebal garis, letak garis dan warna pada garis. (Tabel deskripsi dapat dilihat di lampiran).Kelainan mataKelainan mata dapat disebabkan oleh refraksi yang menyebabkan letak bayangan tidak tepat jatuh pada retina. Umumnya yang termasuk dalam kelainan tipe ini adalah (Sherwood, 2008): - Miopi (Rabun jauh atau penglihatan dekat) - Hipermitropi (Rabung dekat atau penglihatan jauh) - Presbiopi (Mata tua) - Astigmatisma (Silindris)Astigmatisme dibedakan menjadi beberapa macam. Astigmatisme bila dibedakan berdasarkan faktor-faktornya dibagi menjadi dua jenis, yakni ( Yani, 2009) :Astigmatisme Kornea
Astigmatisme ini disebabkan oleh kelengkungan permukaan kornea yang tidak spherical (seperti lengkung bola), jadi bisa dikatakan peyang.1. Astigmatisme Internal
Astigmatisme ini disebabkan oleh adanya ketidaksamaan daya bias pada semua meredian di internal bolamata, baik pada lensa mata maupun pada badan kaca (vitreus humor).
Batas konvergensiData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 3. Data Batas Konvergensi Probandus
No. ProbandusJarak konvergensi (cm)
Laki-laki Perempuan1. Normal 5,5 42. Minus 2,5 433. Silinder 39 3
Pembahasan dataTerdapat hubungan antara usia dengan batas konvergensi
seseorang, bahwa semakin tua umur seseorang, daya akomodasi lensa semakin menurun sehingga persepsi pada uji ini akan memiliki pernyataan yang berbeda dibandingkan orang normal. Perace (2006) juga menyebutkan faktor lainnya yang mempengaruhi batas konvergensi adalah kemampuan lensa.
Ke dalam persepsi terangData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 4. Data Batas Konvergensi Probandus
No. ProbandusDeskripsi
Laki-laki Perempuan1. Normal Kedua mata Merah: kanan
dapat melihat garis namun tidak dapat melihat warna
Biru: kiriYang terlihat:Lingkaran: biruSilang: biruKotak bergaris: merahKotak dengan silang: biru dan merah
2. Minus Kedua mata dapat melihat bentukWarna: untuk lingkaran dan silang hanya warna biru yang terlihat, untuk kotak selain warna merah terlihat.
Merah: kananBiru: kiriYang terlihat:Lingkaran: merah (dalam), biru (luar)Kotak bergaris: merah dan biruKotak dengan silang: terlihat semua warna
Merah: kiriBiru: kananYang terlihat:Lingkaran: biruKotak bergaris: merah kurang jelasKotak dengan silang: terlihat semua warna
3. Silinder Filter biru di kanan: dapt melihat biru dan tidak dapat melihat biru saat filter ditutupMerah di kanan: dapat melihat semua garis
Merah: kananBiru: kiriYang terlihat:Lingkaran: merah jelas, biru samarKotak bergaris: jelas semua warnaKotak dengan silang: tidak timbul, jelas semua
Merah: kiriBiru: kananYang terlihat:Lingkaran: merahKotak bergaris: keduanya terlihatKotak dengan silang: timbul merah
Pembahasan dataSetiap persepsi terdiri pada setiap gambar yang mereka lihat
dalam gambar peraga saat menggunakan kacamata berfilter. Semua probandus dapat melihat garis yang membentuk bentuk tersebut namun tidak untuk warna. Sebagian probandus dapat melihat warna dari garis tersebut sedangkan sebagian tidak dapat melihat. Beberapa ada yang secara jelas melihat warna tersebut, sebagian tersamarkan dari warna tersebut. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kelainan mata yang probandus miliki. Kelainan yang dialami adalah kelainan refraksi cahaya (Yani, 2009), sedangkan pada uji ini adalah menguji penglihatan warna probandus.
Sel kerucut memiliki efektivitas penyerapan panjang gelombang sesuai dengan namanya, merah, biru dan hijau. Penglihatan warna dihasilkan dari persepsi atas rasio panjang gelombang spectrum warna yang masuk ke dalam mata. Warna kuning memiliki rasio 83:83:0, sel kerucut merah dan hijau distimulasi hingga 83% sedangkan sel kerucut biru tidak terstimulasi sama sekali. Putih adalah gabungan seluruh warna, sedangkan hitam adalah karena tidak adanya cahaya (Sherwood, 2008).
Buta warna dan fenomena PurkinjeData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 5. Data Buta Warna dan Purkinje Probandus
No. ProbandusDeskripsi
Laki-laki Perempuan1. Normal 5 filter dapat Salah: 5
melihat warna4 filter dapat membedakan warna
Benar: 14
2. Minus Salah: 5Benar: 14
Salah: 44 filter dapat membedakan warna
3. Silinder Salah: 4Benar: 15
Salah: 2Benar: 19
Pembahasan dataButa warna merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh
ketidaksamaan sel-sel mata untuk meransang suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetik. Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna (Zikry, 2002).
Efek setelah melihat warnaAnalisa prosedur
Pengujian ini dilakukan pada pengujian yang sangat cukup mudah. Probandus hanya melihat titik ditengah 2 warna selama 30 detik. Selama 30 detik tersebut diharuskan focus pada titik tersebut. Setelah 30 detik, penglihatan langsung dialihkan pada titik lain yang berada di permukaan putih. Warna yang kemudian terlihat dicatat.
Analisa HasilData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 6. Data Efek Setelah Melihat Warna Probandus
No. ProbandusDeskripsi
Laki-laki Perempuan1. Normal Kuning + merah
= biru + hijauBiru + hijau = kuning + merah
Kuning + merah = hijau kebiruanBiru + hijau = Merah muda dan keunguan
2. Minus Kuning + merah = biru + hijauBiru + hijau = kuning + merah
Kuning + merah = biru + hijauBiru + hijau = pink + hijau
3. Silinder Kuning + merah = ungu + biru mudaBiru + hijau = kuning + pink
Kuning + merah = putih + hijauBiru + hijau = putih + hijau
Pembahasan dataKemampuan mata manusia untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang dilihatnya berbeda. Apabila terbiasa melihat gambar yang berwarna merah atau hijau maka sel-sel penerima cahaya di mata akan terbiasa dalam menerima cahaya merah atau hijau. Demikian pula bila mata dialihkan untuk melihat layar berwarna putih setelah sebelumnya terbiasa melihat warna tertentu, secara otomatis sel-sel penerima cahaya di mata tersebut akan lebih sensitif untuk melihat warna selain warna yang sudah terbiasa dilihat sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan adanya efek bayangan (after-image effect = mata merekam pola / gambar tertentu yang sudah dilihat cukup lama sehingga ketika pandangan dialihkan tiba-tiba ke tempat lain, maka pola tersebut seolah-olah masih ada), maka bayangan yang terbentuk di layar berwarna putih tersebut seolah-olah memiliki warna yang berbeda dari warna yang sudah terbiasa diamati. Umumnya, apabila mata terbiasa dengan warna merah, maka warna yang terlihat di bayangan adalah warna hijau kebiru-biruan (warna selain merah) dan demikian sebaliknya (Admin, 2009)
.
Analisa hasilData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 7. Data Efek Warna Probandus
No.Probandus Komposisi
warnaSearah jarum
jamBerlawanan arah jarum
jam1. Pria normal Sama Coklat Coklat
Merah < Hijau muda Hijau mudaBiru < Oranye OranyeKuning < Ungu Ungu
2. Pria minus Sama Krem KremMerah < Abu-abu
kehijauanAbu-abu kehijauan
Biru < Coklat muda Coklat mudaKuning < Ungu Ungu
3. Pria silinder Sama Coklat CoklatMerah < Kuning
kehijauanKuning kehijauan
Biru < Oranye OranyeKuning < Ungu Ungu
4. Wanita normal Sama Coklat muda Coklat mudaMerah < Abu-abu
kecoklatanAbu-abu kecoklatan
Biru < coklat CoklatKuning < Ungu muda
buramUngu muda buram
5. Wanita minus Sama Coklat muda Coklat mudaMerah < Hijau muda Hijau mudaBiru < Oranye
kecoklatanOranye kecoklatan
Kuning < Ungu Ungu6. Wanita silinder Sama Coklat muda Coklat muda
Merah < Hijau HijauBiru < Oranye OranyeKuning < Ungu Ungu
Pembahasan data
Seluruh probandus memiliki reaksi yang sama saat cakram warna diputar, yaitu terjadi perubahan warna. Untuk arah rotasi putaran tetap terjadi perubahan warna yang sama. Saat komposisi warna diubah, warna yang dilihat oleh probandus juga berbeda-beda berdasarkan komposisinya.
Gerakan akibat hasil kerjaData hasil pengamatan
Berikut table data hasil praktikum:Tabel 8. Data Efek Kerja ProbandusNo. Probandus Searah jarum jam Berlawanan arah
jarum jam1. Pria normal Riak keluar Riak keluar
Hidung tetap Hidung tetap2. Pria minus Riak keluar Riak ke dalam
Hidung membesar Hidung tetap3. Pria silinder Riak tetap Riak tetap
Hidung membesar Hidung membesar4. Wanita normal Riak keluar Riak ke dalam
Hidung tetap Hidung tetap5. Wanita minus Riak keluar Riak ke dalam
Hidung membesar Hidung mengecil6. Wanita silinder Riak keluar Riak ke dalam
Hidung tetap Hidung tetap
Pembahasan dataKemampuan mata manusia untuk bisa beradaptasi
dengan lingkungan yang dilihatnya berbeda. Apabila terbiasa melihat gambar yang berwarna merah atau hijau maka sel-sel penerima cahaya di mata akan terbiasa dalam menerima cahaya merah atau hijau. Demikian pula bila mata dialihkan untuk melihat layar berwarna putih setelah sebelumnya terbiasa melihat warna tertentu, secara otomatis sel-sel penerima cahaya di mata tersebut akan lebih sensitif untuk melihat warna selain warna yang sudah terbiasa dilihat sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan adanya efek bayangan (after-image effect = mata merekam pola / gambar tertentu yang sudah dilihat cukup lama sehingga ketika pandangan dialihkan tiba-tiba ke tempat lain,
maka pola tersebut seolah-olah masih ada), maka bayangan yang terbentuk di layar berwarna putih tersebut seolah-olah memiliki warna yang berbeda dari warna yang sudah terbiasa diamati. Umumnya, apabila mata terbiasa dengan warna merah, maka warna yang terlihat di bayangan adalah warna hijau kebiru-biruan (warna selain merah) dan demikian sebaliknya (Admin, 2009)
PENUTUP
KesimpulanBerdasarkan hasil dari 9 uji yang sudah dilakukan pada
praktikum ini dapat diketahui bahwa setiap kesehatan pada mata tiap probandus tidak sama. Kelainan mata seperti mata miopi dan astigmatisma yang dialami juga mempengaruhi hasil tes.
Saransaran untuk uji indra penglihatan dan persepsi sebaiknya
asisten memberi pengarahan kepada para praktikan agar mengetahui setiap uji dan cara kerjanya serta waktu yang dibutuhkan ditambah.
DAFTAR PUSTAKA
Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D. 1968. Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto
Admin, 2009. Reseptor Penglihatan. .http://kucingfisika.com/blogs/video_eksperimen/default.aspx. Diakses tanggal 1 april 2011.
Aulied, 2009. aulied. 2009. indra penglihat. Hill, R.W., G.A. Wyse
dan M. Anderson. 2008. Animal Physiology 2nd Edition.
Sinauer Associates Inc.: Massachusetts.
Merriam-Webster. 2011. Entoptic. http://www.merriam-
webster.com/medical/entoptic tanggal akses 3 April 2011.
Pearce, Evelyn P. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Sherwood, L. 2008. Human Physiology, from Cell to System 7th
Edition. Brooks/Cole: Belmont
Yani, D.A. 2009. Kelainan Refraksi dan Kacamata. Surabaya Eye
Clinic: Surabaya.
Zikry KS. 2002. Thrush & Erythema Multiforme. http://dermatlas.med.jhmi.edu/
derm/IndexDisplay.cmf?ImageID=466116295. Diakses tanggal 29 maret 2011