Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

45
LAPORAN PROYEK FISIOLOGI HEWAN ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT disusun guna memenuhi nilai semester mata kuliah Fisiologi Hewan Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si drh. Wulan Christijanti, M.Si Anggota Kelompok IV : 1. Enggar Hero Istoto (441 141 0010) 2. Ida Ayu Surina (441 141 0020) 3. Galih Jul Prasetyo (441 141 0030) 4. Mukhammad Angga Saputro (441 141 0004) 5. Siti Nur Jannah (441 141 0039) JURUSAN BIOLOGI

description

proyek fishe estrus

Transcript of Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Page 1: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

LAPORAN PROYEK FISIOLOGI HEWAN

ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN MENIRAN

(Phyllanthus niruri L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA

DARAH MENCIT

disusun guna memenuhi nilai semester mata kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si

drh. Wulan Christijanti, M.Si

Anggota Kelompok IV :

1. Enggar Hero Istoto (441 141 0010)

2. Ida Ayu Surina (441 141 0020)

3. Galih Jul Prasetyo (441 141 0030)

4. Mukhammad Angga Saputro (441 141 0004)

5. Siti Nur Jannah (441 141 0039)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

ANALISIS PERBANDINGAN EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN MENIRAN

(Phyllanthus niruri L) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH

MENCIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu

dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh

adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi, dan globalisasi. Penyakit yang tergolong dalam

penyakit dalam penyakit tidak menular yang mengiringi proses penuaan usia (degeneratif)

diantaranya: Neoplasma (kanker), gangguan mental, penyakit jantung dan pembuluh darah,

Diabetes Melitus dan lain-lain (profil kesehatan Kota Semarang,2009). Diabetus Melitus (DM)

merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar

gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut dan relatif(Almaitser

S,2008:137).

Menurut WHO lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Pada tahun

2004,diperkirakan 3,4 juta orang meninggal dari konsekuensi gula darah tinggi, lebih dari 80%

kematian karena diabetes terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Badan Kesehatan

Dunia memprediksi kenaikan jumlahnpenyandang diabetes melitus di indonesia lebih dari 8,4

juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Dari data diabetes nasional 2011

yang diluncurkan pada tanggal 26 januari 2011 oleh American Diabetes Association,bahwa

jumlah total prevalensi diabetes 25,8 juta anak-anak dan orang dewasa di Amerika serikat

sebesar 8,3% dari populasi memiliki diabetes. Terdapat kasus baru yaitu 1.9 juta didiagnosa

diabetes pada orang berusia 20 tahun dan lebih tua pada tahun 2010. Bada Federasi Diabetes

Internasional (IDF) pada tahun 2009,memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes

melitus dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan

angka prevalansi ,laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.Di dunia,Indonesia menduduki rangking ke 4

Page 3: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

(empat) dunia setelah amerika Serikat,China,dan India dalam prevalensi diabetes (Departemen

Kesehatan,2011).

Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tananaman obat di Indonesia biasanya hanya

berdasarkan pengalaman empiris yang biasanya diwariskan secara turun temurun dan belum

teruji secara ilmiah. Untuk itu diperlukan penelitian tentang obat tradisional,sehingga nantinya

obat tradisional dapat digunakan dengan aman dan efektif. Meniran (Phyllanthus niruri L),

merupakan tumbuhan liar suku euporbiaceae yang hidup di daerah beriklim tropis.Di Indonesia

tanaman ini sangat mudah ditemukan jalan,tanah kosong,kebun,sungai bahkan di pekarangan

rumah. Zat yang terkandung dalam meniran seperti flavonoid, filantin, hipofilantin, damar dan

tanin dipercaya barkhasiat sebagai diuretik, antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, antipiretik

dan penambah nafsu makan. Dalam herba Meniran terdapat kandungan flavonoid yang berperan

sebagai antioksidan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widowati (2008) dijelaskan

bahwa antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita

diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan

adanya kesetimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita diabetes dibanding

kontrol.

Penelitian mengenai khasiat ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) sudah sering

dilakukan, dan peneliti melihat khasiat dari setiap bagian herba meniran mempunyai potensi

yang dapat digunakan untuk mengontrol DM dan harganya lebih murah jika dibandingkan

dengan obat-obat kimiawi, meskipun ada kandungan zat aktif yang belum diketahui. Okloli et all

(2010) menyebutkan bahwa ekstrak methanol dari seluruh bagian Phylllanthus niruri memilki

potensi besar sebagai antidiabetes. Selain itu, hasil penelitian tentang penurunan kadar glukosa

darah pada tikus setelah pemberian ekstrak metanol akar meniran (Phylllanthus niruri) yang

dilakukan oleh fahri dkk (2005) menunjukkan aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada

seluruh dosis perlakuan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh wijaya (2007) menunjukan

bahwa presentase penurunan kadar glukosa darah mencit setelah pemberian ekstrak meniran 1

DMct (3,40 %) dan DMct (3,09 %) yang berbeda bermakna secara statistik (p<0.05) jika

dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan bila dibandingkan dengan pembanding, tidak

menunjukan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak herba

meniran dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit.

Page 4: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Melihat dari penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa seluruh bagian herba meniran

terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah jadi peneliti mengambil sampel daun dan batang

dari herba meniran yang nentinya peneliti ingin melihat perbandingan efektivitasnya dalam

menurunkan kadar glukosa darah yang dimanfaatkan sebagai obat alternatif. Berdasarkan uraian

diatas,maka penyusun tertarik untuk mengambil judul “Analisis perbandingan efektivitas

rebusan air daun meniran (Phyllanthus niruri) dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit”.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah perbandingan efektivitas rebusan air daun dan batang herba meniran

(Phyllanthus niruri) dalam menurunkan kadar glukosa darah

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui perbandingan efektivitas rebusan air daun meniran (Phyllanthus niruri) dalam

menurunkan kadar glukosa mencit.

1.4.MANFAAT

1. Untuk peneliti

Untuk meningkatkan pengembangan ilmu dan teori ilmiah tentang pengolahan herba

Meniran terhadap kadar gllukosa darah pada faktor risiko penyakit diabetes melitus.

2. Untuk Masyarakat

memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh herba meniran tentang manfaat heba

Meniran sebagai obat untuk terapi hiperglikemik.

3. Untuk Sains

Hasl penelitian dapat digunakan atau dijadikan referensi dan dasar pengembagan

penelitian selanjutnya.

Page 5: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Tinjauan tentang Diabetus Melitus

2.1.1.1 Definisi Diabetus Melitus

Diabetes melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan MN,2007:100).

Diabetes Melitus adalah Suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki dampak

signifikan terhadap kesehatan seseorang,kualitas hidup, harapan hidup pasien, dan pada sistem

pelayanan kesehatan. DM adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis

lebih tinggi dari pada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi

insulin tidak efektif (Subroto MA,2006):5).

DM keadadaan dimana terjadi kesalahan kadar gula darah dalam darah. Kencing manis dapat

disebabkan oleh fakor lingkungan seperti kegemukan, makan makanan yang berlebihan, penyakit

infeksi atau juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan yang mengganggu homon insulin

(profil Kesehatan Kota Semarang,2010).

2.1.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut konsensus diabetes Melitus Tahun 2006, klasifikasi DM adalah :

a) Tipe 1 : Destruksi sel beta,umunya difisiensi insulin absolute

Autoimun

Idiopatik

b) Tipe 2 : Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai

difisiensi insulin

c) Tipe lain :

Efek genetik fungsi sel beta

Page 6: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Efek genetilk kerja insulin

Penyakit eksokrin pankreas

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

d) DM Gestasional : Diabetes karena dampak kehamilan

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah

tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM

merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan

(Diabetes Mellitus Gestational – DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan

peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada

golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi

diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya

pada trimester kedua atau ketiga.

2.1.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes Melitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis

yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula

dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang

mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak

semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

Page 7: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.1.2. Tinjauan tentang Herba Meniran (Phylanthus niruri L.)

Menurut Harizul Rivai, et. al (2011) yang dikutip dalam Sudibyo (1998) meniran

(Phylanthus niruri Linn) adalah salah satu tumbuhan obat Indonesia yang telah lama digunakan

secara turun temurun untuk pengobtan berbagai penyakit diuretic, ekspektoran dan pelancar haid.

2.1.2.1 Nama Sinonim

Pgyllanthus urinaria L.

2.1.2.2 Nama lokal

Berikut merupakan nama local dari herba meniran:

Indonesia : Meniran

Melayu : Dukung anak

Philiphina : Sampa Samplukan

2.1.2.3 Klasifikasi Tumbuhan

Dalam taksonomi tumbuhan, meniran diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Devisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Devisi : Magnoliophyta (menghasilkan biji)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Eupobiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

Page 8: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

2.1.2.4 Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus terna, tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m, bercabang terpencar, cabang

mempunyai daun tunggal yang berseling dan tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang

bewarna hijau pucat atau hijau kemerahan. Bentuk daun bundar telur sampai bundar memanjang,

panjang daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun bagian

bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga keluar dari ketiak daun, bunga jantan terletak di bawah

ketiak daun, berkumpul 2-4 bunga, tangkai bunga 0,5-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk

bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, bewarna merah pucat, bunga betina sendiri, letaknya

di bagian atas ketiak daun, tangkai bunga 0,75-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar

telur sampai bundar memanjang, tepi bewarna hijau muda, panjang 1,25-2,5 mm. Buah licin,

garis tengah 2-2,5 mm, panjang tangkai buah 1,5-2 mm. Dikenal ada dua varietas, yaitu a

javanicus panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm; pada variets a genuinus panjang helai

daun 7-20 mm, lebar 3-5 mm. Tanaman ini tumbuh tersebar hamper di seluruh Indonesia pada

ketinggian tempat antara 1-1000 m dpl. Tumbuh baik di tempat terbuka, pada tanah gembur yang

mengandung pasir, di ldang, di tepi sungai dan di pantai. Tanaman ini terdapat juga di India,

Cina, Malaysia, Filiphina, dan Australia. Meniran tidak menimbulkan toksisitas pada hati dan

tidak menimbulkan kerusakan sel hati secara permanen serta dapat dikategorikan relative tidak

toksik. Pada uji toksisitas akut, menunjukkan LD50 ekstrak air daun meniran adalah 516,2 mg/kg

BB pada tikus secara i.p. (BPOM RI, 2010:55-57)

2.1.2.5 Kandungan Herba Meniran

Herba meniran ini memiliki beberapa kandungan, diantaranya adalah

a. Flavonoid

Dalam herba meniran terdapat berbagai zat-zat penting yang sangat bermanfaat oleh

tubuh, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak

senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada

bagian akar, batang, daun, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Senyawa flavonoid ini telah terbukti

secara invitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan.

Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stress oksidatif bagi penderita

DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar antioksidan dalam plasma dapat berkurang pada

Page 9: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang menyebabkan berbagai komplikasi antara

lain ateroklerosis dan penyakit jantung koroner.

b. Filantin

Filantin merupakan salah satu komponen utama Phylanthus niruri Linn yang memiliki

aktivitas melindungi hati dati zat toksik (antihepatotoksik) baik berupa parasit, obat-obatan, virus

maupun bakteri.

c. Kalium

Kalium memiliki peranan penting dalam metabolis glukosa. Kekurangan kalium dapat

menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan menurunnya respons insulin terhadap muatan

glukosa. Asupan kalium yang cukup dapat membantu mengurangi komplikasi pembuluh darah

pada penderita diabetes (Subroto MA, 2006).

d. Lignan

Lignan digunakan sebagai antioksidan dalam makanan. Selain itu lignin juga merupakan

kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu. Lignan diekstraksi dengan aseton

atau etanol dan seringkali diendapkan sebagai garam kalium yang sukar larut (Anonim, 2011)

e. Tanin

Tanin tersebar dalam setiap tanaman berbatang. Salah satu fungsi utama tannin yaitu

sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Tannin dapat

meringankan diare dengan menciutkan selaput lender usus (Anonim, 2011)

f. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang tersebar. Alkaloid termasuk

senyawa basa yang mengandung satu atom nitrogen dan berbentuk Kristal. Alkaloid dalam daun

atau buah segar menjadikan rasa pahit di lidah serta mempunyai efek fisiologis kuat atau keras

terhadap manusia. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu asam akan membentuk

garam alkaloid yang lebih mudah larut (Anonim, 2011)

g. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Pada

konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah. Saponin dapat bekerja sebagai

antimikroba. Kelarutan saponin dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Anonim,

20110.

Page 10: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

2.1.2.6 Pengaruh Herba Meniran terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah

Ekstrak alcohol herba meniran (Phyllanthus niruri L.) secara signifikan dapat

mengurangi gula darah pada tikus yang normal dan dapat diinduksi alloksan (Damle MC,2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Okoli et. al (2010) menyebutkan bahwa seluruh

bagian herba Meniran (Phyllanthus niruri) memiliki potensi sebagai anti diabetes. Beberapa zat

yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah Filantin,

Hipofilantin, Tannin, dammar, Vitamin K, Flavonoid, Kalium (Junieva PN,2006)

Jadi, terbukti bahwa seluruh bagian dari herba meniran (Phyllanthus niruri) yaitu akar,

batang, dan daun dapat berfungsi menurunkan kadar glukosa darah.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Variable penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable penelitian yang meliputi:

a. Variable bebas: status pemberian perlakuan infusa daun dan batang meniran dan

pemberian glibenklamida.

b. Variable terikat: penurunan kadar glukosa mencit yang di bebani glukosa.

2. Populasi penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah mencit jantan. Populasi terjangkau dalam

pnelitian ini adalah mencit jantan umur 2-3 bulan dan berat badan mencit kurang lebih

20-32 gram.

3. Prosedur penelitian

a. Persiapan awal

Memilih hewan uji sejumlah 12 ekor

Umur hewan uji 2-3 bulan dan berat 20-32 gram.

Menyiapkan kandang mencit lengkap.

Menyiapkan infusa daun meniran

b. Persiapan Glukosa

Page 11: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Dosis yang dipakai untuk uji glukosa oral manusia dewasa (70 kg) adalah 75 gram.

Dengan factor konfersi 0,0026 maka perhitungan dosis glukosa pada mencit (20

gram) adalah sebagai berikut:

Dosis glukosa mencit = 75 x 0,0026

= 0,195 gram/20 gram BB = 9,75 mg/kgBB

c. Persiapan glibenklamida

Dosis pemakaian glibenklamida pada manusia dewasa (50 kg) adalam 5 g. pada

penelitian ini digunakan glibenklamida tablet 5 mg, dengan konversi dosis dara

manusian dewasa (70kg) adalah 0,0026, maka perhitungan dosis glibenklamida untuk

mencit (20 gram):

Dosis glibenklamida mencit = 70/50 x 5 x 0,0026

= 0,0182 mg/kgBB

d. Persiapan infusa meniran

Dosis infusa daun maupun batang meniran yang diberikan adalah dengan volume 1

ml per 20 gram berat badan mencit, maka perhitungannya adalah:

Dosis mencit = 70/50 x 200 x 0,0026

= 0,728 mg/kgBB

Dosis tersebut tidak melebihi LD50 (lethal dose) pemakaian meniran.

4. Langkah Kerja Penelitian

1) Sebanyak 12 ekor mencit di bagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 3 ekor mencit

dan letakkan ke dalam satu kandang.

2) Sebelum di berikan perlakuan, mencit di puasakan 12-16 jam agar glukosa darah

stabil dan tidak berubah kadar glukosa darah oleh asupan makanan.

3) Kemudian diambil sampel darah mencit untuk menentukan kadar glukosa darah awal

sebelum pemberian kadar glukosa.

4) Kemudian tikus diberi beban glukosa dengan dosis 9,75 mg/kgBB untuk semua

kelompok. Setelah 30 menit, di ambil sampel darah dari ekor mencit sebelumnya di

sediakan sedimen uji dan di ukur kadar glukosa darah awalnya untuk memastikan

bahwa semua mencit sudah dalam kondisi hiperglikemik (> 200 mg/dl).

5) Kemudian diberikan perlakuan. Kelompok pertama adalah control 11ariable yaitu

tanpa perlakuan, kelompok kedua adalah control positif yaitu dengan pemberian

Page 12: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

glibenklamida dengan dosis 0,0182 mg/kgBB, kelompok ketiga adalah pemberian

daun meniran dosis 100%, dan kelompok keempat adalah pemberian daun meniran

dosis 50%.

6) Pemeriksaaan kadar glukosa darah mencit setelah pemberian infusa di lakukan pada

menit ke-30 dan 120 (post test) untuk melihat grafik penurunan kadar glukosa mencit

di ukur menggunakan blood glucose stick meter.

5. Bagan Kerja Penelitian

K 1 K 2 K 3 K 4 @ 3 ekor mencit

(-) (+) (100%) (50%)

Mencit dipuasakan 12-16 jam

Mengukur kadar glukosa darah awal

Pemberian beban glukosa dengan dosis 9,75 mg/kgBB untuk semua kelompok

Mengukur kadar glukosa darah tahap II setelah 30 menit

Pemberian dosis perlakuan pada tiap kelompok

Mengukur kadar penurunan glukosa darah setiap 30, 60, dan 120 menit

Analisis data dengan anava, uji F, dan uji T

Page 13: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

6. Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang sudah terkumpul sebelum di analisis harus melalui pengolahan data

terlebih dahulu, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh langsung dari mencit

yaitu kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan.

2. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripdikan karakteristik

setiap variable penelitian. Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap 13ariable (Notoadmodjo S, 2010: 182)

pada penelitian ini analisis univariat untuk mengetahui dan mendiskripsikan berat

badan mencit pada masing-masing kelompok, kadar glukosa darah pada masa adaptasi,

kadar glukosa darah awal setelah diberi beban glukosa (sebelum pemberian infusa

daun/batang) pada masing-masing kelompok, dan setelah pemberian infusa batang dan

daun meniran.

3. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakuakan untuk mengetahui hubungan antara 13ariable bebas dan

variable terikat (Notoadmodjo S, 2010: 182). Dalam penelitian ini variable

penelitiannya meliputi:

a.Variable bebas: status pemberian perlakuan infusa daun dan batang meniran dan

pemberian glibenklamida.

b.Variable terikat: penurunan kadar glukosa mencit yang di bebani glukosa.

Analisis yang utama untuk mengetahui perbandingan efektifitas kelompok

pemberian oral infusa batang dan daun meniran, kelompok control dan kelompok

pembanding terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit.

Kemudian analisis dilanjutkan dengan one way annava untuk mengetahui:

i. Ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah sebelum perlakuan antar kelompok

perlakuan.

ii. Perbedaan kadar glukosa darah mencit sebelum da sesudah perlakuan Glibenklamida

(+) dengan uji T.

iii. Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah mencit sebelum da sesudah perlakuan

pemberian infusa batang dab daun meniran, menggunakan uji T.

Page 14: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Untuk melihat adanya perbedaan penurunan kadar glukosa darah antar kelompok perlakuan.

BAB IV

HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah Mencit

Kelompok No.Berat Badan

(gr)

Kadar Glukosa Darah (mg / dl)

Sebelum

30

menit

60

menit

120

menit

Kontrol (-)

1 38 55 544 166 147

2 29 107 421 175 132

3 27 65 310 183 125

Kontrol

(+)

1 34 89 444 52 71

2 31 107 263 93 129

3 27.5 83 299 107 105

Daun

(100%)

1 27 58 272 177 128

2 27 82 387 582 126

3 29.5 109 185 218 155

Daun

(50%)

1 29 81 465 172 92

2 27 71 409 250 156

3 26 94 336 195 64

B. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini, diketahui bahwa berat badan mencit berkisar antara 26-38

gram. Umur mencit sendiri berkisar antara 2-3 bulan. Umur mencit segitu sudah

Page 15: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

termasuk mencit dewasa sehingga dapat dilakukan penelitian. Pada tiap kelompok

berat mencit berkisar antara 26-29 gram, tetapi ada satu ekor mencit yang memiliki

berat yang cukup besar pada kelompok kontrol (-) sebesar 38 gram.

Selain berat badan, kadar glukosa darah awal juga diukur. Kadar glukosa awal

tercatat berkisar antara 58-109 mg/dl. Kondisi tersebut masih tergolong normal kadar

glukosa darahnya. Setelah diberi perlakuan beban glukosa, lalu diukur 30 menit

kemudian ternyata kadar glukosa darah mencit berkisar antara 185-544 mg/dl. Hal

tersebut menandakan bahwa mencit mengalami diabetes mellitus karena kebanyakan

kadar glukosa darahnya >200 mg/dl.

Setelah pemberian beban glukosa, dilakukan pemberian air rebusan daun meniran

dengan kadar daun 100% dan daun 50%. Hasilnya cukup variatif, tetapi rata-rata kadar

glukosa darah mencit kembali di kisaran normal meskipun ada beberapa ekor yang

kadar glukosa darahnya menjadi fluktuatif. Pada kelompok kontrol (-) terjadi

penurunan meskipun tidak sejauh yang dialami mencit kelompok kontrol (+).

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh berat badan mencit terhadap pemberian air rebusan daun meniran

F= 27,08 (105.625) – 2 / 3 (325)

= 926.357,33

83,45 (1.002.001) –

2

/

3

(1001) 27.538.327,48

= 0,03 F tabel 5% = 7,71

F tabel 1 % = 21,20

F hitung < F tabel = 0,03 < 21,20 maka Ho ditolak, Ha diterima

  BB Sebelum∑x 325 1001

∑x2 105,625 1,002,001

Xrata-rata 27.08 83.45

Page 16: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan antara berat badan mencit dengan

pemberian kadar air rebusan daun meniran.

b. Pengaruh kadar glukosa darah sebelum dan sesudah perlakuan Glibenklamid

b.1. Uji Homogenesis

Ho : σ22 = σ2

2 (homogen) n = 3

H1 : σ22 = σ2

2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6

F = S1

2 =

(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)

S22 (Xrat ∑Xi

2 – (∑Xi)2) / n (n-1))

= (335,33 (355.706) – (1006)2) / 6

(92,84 (17.392,79) – (185,67)2) / 6

= 19.711.142,83 / 263.378,88 = 74,83

F tabel 5 % = 7,71

→ F hitung > F tabel = 74,83 > 7,71

Maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jadi tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok yang homogeny.

No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 444 52 71 197,136 84 7,0563 263 93 129 69,169 101.67 10,336.794 299 107 105 89,401

∑x 1,006 252 305 185.67

∑x2 355,706 17,392.79Xrata-

rata 335.33 84 101.67 92.84

Page 17: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

b.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen

Bentuk hipotesis :

Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)

H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)

Rancangan analisis :

T = Xrata1 – Xrata2

S √1/n1 + 1/n2

= 335,33 – 92,84

= 242,16

/ 7,02

8,65. √1/3 + 1/3

= 34,50

T tabel = 4,30

T tabel < T hitung = 4,30 < 34,50 → Ho ditolak

Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.

c. Kadar daun 100 % dalam air rebusan

c.1. Uji Homogenitas

No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 272 177 128 73,984 192.33 36,9913 387 182 126 149,769 136.33 18,585.894 185 218 155 34,225

∑x 884 577 109 328.66

∑x2 257,978 55,576.70Xrata-

rata 281.33 192.33 136,33 164.33

Ho : σ22 = σ2

2 (homogen) n = 3

H1 : σ22 = σ2

2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6

Page 18: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

F = S1

2 =

(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)

S22 (Xrat ∑Xi

2 – (∑Xi)2) / n (n-1))

= (281,33 (257.978) – (844)2) / 6

(164,33 (55.576,70) – (328,66)2) / 6

= 11.977.435,79 / 1.504.150,28 = 7,96

F tabel 5 % = 7,71

→ F hitung > F tabel = 74,83 > 7,71

Maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.

c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen

Bentuk hipotesis :

Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)

H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)

Rancangan analisis :

T = Xrata1 – Xrata2

S √1/n1 + 1/n2

= 281,33 – 164,33

= 117

/ 2,28

2,82. √1/3 + 1/3

= 51,32

T tabel = 4,30

T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak

Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.

d. Kadar daun 50 % dalam air rebusan

d.1. Uji homogenitas

Page 19: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

No. Xi 30' Xi 60' Xi 120 Xi2 30' Xi 60', 120' Xi2 60', 120'2 465 172 92 216,225 205.66 42,2963 489 250 156 167,281 104 10,816.004 336 195 64 112,896

∑x 1,210 617 312 309.66

∑x2 257,978 53,112.04Xrata-

rata 403.33 205.66 104 154.83

Ho : σ22 = σ2

2 (homogen) n = 3

H1 : σ22 = σ2

2 (heterogen) n (n-1) = 3 (2) = 6

F = S1

2 =

(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)

S22 (Xrat ∑Xi

2 – (∑Xi)2) / n (n-1))

= (403,33 (496.402) – (1.210)2) / 6

(154,83 (53.112,04) – (309,66)2) / 6

= 33.124.953,11 / 1.354.574,64 = 24,45

F tabel 5 % = 7,71

→ F hitung > F tabel = 24,45 > 7,71

Maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.

c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen

Bentuk hipotesis :

Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)

H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)

Rancangan analisis :

T = Xrata1 – Xrata2

S √1/n1 + 1/n2

Page 20: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

= 403,33 – 154,83

= 248,5

/ 4,00

4,94. √1/3 + 1/3

= 62,13

T tabel = 4,30

T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak

Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.

e. Perbandingan kadar daun 100 % dan daun 50 % dalam air rebusan

e.1. Uji homogenitas

Ho : σ22 = σ2

2 (homogen) n = 2

H1 : σ22 = σ2

2 (heterogen) n (n-1) = 2(1) = 2

F = S1

2 =

(Xrat ∑Xi2 – (∑Xi)2)/ n (n-1)

S22 (Xrat ∑Xi

2 – (∑Xi)2) / n (n-1))

= (164,33 (55.576,70) – (328,66)2) / 2

(154,84 (53.112,04) – (309,66)2) / 2

= 4.512.456,86 / 4.063.989,47 = 1,11

F tabel 5 % = 1.05

→ F hitung > F tabel = 1,11 > 7,71

Maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jadi tak ada perbedaan yang signifikan terhadap 2 kelompok yang homogen.

c.2. Uji banding 2 sampel kelompok homogen

Bentuk hipotesis :

100% 50%192.3 205.66136.3 104

Page 21: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Ho : μ1 = μ2 (rataan 2 sampel sama)

H1 : μ1 ≠ μ2 (rataan 2 sampel tidak sama)

Rancangan analisis :

T = Xrata1 – Xrata2

S √1/n1 + 1/n2

= 9,5

= 9,5

/ 1,05

105. √1/2 + 1/2

= 9,04

T tabel = 4,30

T tabel < T hitung = 4,30 < 51,32 → Ho ditolak

Jadi kedua kelompok yang homogen member pengaruh yang berarti.

C. Pembahasan

Berdasarkan data penelitian di atas, diketahui berat badan mencit cukup

bervariasi. Variasi berat badan tersebut berkisar antara 26-38 gram. Setelah dilakukan

analisis data menunjukkan bahwa dengan adanya variasi berat badan pada mencit tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemberian dosis dari glibenklamid dan

kadar daun meniran di dalam air rebusan yang diberikan mencit. Pengaruh yang

kemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap dosis yang diberikan adalah umur

mencit. Hal tersebut dikarenakan umur sangat berkaitan dengan tumbuh dan kembang

dari fisik mencit, organ mencit, maupun secara psikologisnya siap untuk dilakukan sebagi

bahan percobaan.

Selain variasi berat badan, berdasarkan data di atas diketahui bahwa kelompok

mencit kontrol (-) rata-rata mengalami penurunan kadar glukosa darah setelah puasa

selama 12-16 jam. Pada saat pemberian beban glukosa, 30 menit pertama glukosa darah

mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes

Mellitus. Namun secara normal hingga menit ke-120 kadar glukosa darah menjadi normal

meskipun masih tergolong cukup tinggi yaitu rata-rata >100 mg/dl. Apabila

penurunannya secara alami masih bisa dilakukan, maka mengindikasikan bahwa pankreas

Page 22: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

mencit masih berfungsi secara optimal dalam mensekresikan insulin meskipun sempat

mengalami Diabetes Mellitus.

Pada kelompok mencit kontrol (+) yaitu kelompok yang diberi dosis

glibenklamid. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi rendah

(rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa darah

mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes

Mellitus. Saat memasuki menit ke-60, kadar glukosa darah mencit turn drastis yaitu 2

ekor < 100 mg/dl dan 1 ekor yang lain 107 mg/dl. Namun, ketika memasuki menit ke-120

kondisi kadar glukosa mencit berbalik, 2 ekor menjadi naik dan 1 ekor yang lain hanya

turun 2 angka saja. Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan pankreas pada mencit

kelompok kontrol (+) telah mengalami kerusakan yang cukup serius sehingga tidak

optimal dalam sekresi insulin atau dikarenakan zat glibenklamid hanya efektif

menurunkan kadar glukosa darah setelah rentang waktu 60 menit pertama saja. Pada

analisis data juga terbukti demikian, memberikan hasil akhir tidak memberikan pengaruh

yang signifikan.

Kelompok ketiga adalah kelompok mencit dengan dosis 100% daun meniran di

dalam air rebusan. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi

rendah (rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa

darah mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes

Mellitus. Hasil kadar glukosa darah pada 60 menit pertama 2 ekor mencit mengalami

kenaikan kadar glukosa darah (masih masuk kategori DM), 1 ekor mengalami penurunan

tetapi masih cukup tinggi kadarnya. Namun pada menit ke-120 terjadi penurunan kadar

glukosa darah yang efektif yaitu < 200 mg/dl untuk ketiga ekor mencit. Hal tersebut

menandakan bahwa kadar daun meniran 100% dalam air rebusan memberikan hasil

positif mulai menit 120. Peristiwa tersebut juga dibuktikan dengan analisis data bahwa

kadar daun 100% di dalam air rebusan memberikan hasil yang signifikan dalam

penurunan kadar glukosa darah.

Kelompok terakhir adalah kelompok mencit dengan dosis 50% daun meniran di

dalam air rebusan. Saat setelah dilakukan puasa, kadar glukosa darah mencit menjadi

rendah (rata-rata <100 mg/dl). Setelah diberi beban glukosa, 30 menit pertama glukosa

Page 23: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

darah mencit tercatat >200 mg/dl. Hal tersebut menandakan mencit mengalami Diabetes

Mellitus. Pada 60 menit pertama ketiga ekor mencit mengalami penurunan kadar glukosa

darah meskipun belum optimal (masih ada yang >200 mg/dl). Saat memasuki menit ke-

120, ketiga ekor mencit dalam kelompok tersebut ternyata memberikan hasil yang

optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah (rata-rata mendekati di bawah 100

mg/dl). Hal tersebut juga dibuktikan dengan analisis data yang menyimpulkan pada kadar

daun 50% di dalam air rebusan memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan

kadar glukosa darah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :

Dalam kegiatan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Kadar daun meniran 50% paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah.

2. Daun meniran terbukti efektif dan tidak kalah efektifnya dengan senyawa

glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah.

3. Senyawa glibenklamid hanya efektif menurunkan kadar glukosa darah pada 60 menit

pertama saja, selebihnya senyawa Filantin, Hipofilantin, Tannin, dammar, Vitamin K,

Flavonoid, Kalium pada daun meniran lebih efektif untuk menurunkan kadar glukosa

darah.

B. Saran :

1. Untuk lebih meyakinkan akan hasil penelitian maka diperlukan hewan uji yang lebih

banyak

2. Perlunya penelitian lanjutan agar ditemukan kadar daun meniran yang optimal dalam

penurunan kadar glukosa darah pada 60 menit pertama

Page 24: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

3. Perlunya dipastikan ketelitian praktikan saat melakukan pengukuran, karena ada

beberapa data setelah diberi perlakuan masih mengalami kenaikan kadar glukosa

darah.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Amatsier S. 2008. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

American Diabetes Association. http://www.diabetes.org/. Diakses 19 Maret 2012.

Anonim. 2011. http://www.google.com/meniran. Diakses 20 Maret 2012.

Anonim. 1993. Pedoman Pengujian dan Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik. Yayasan Pengembangan Obat. Jakarta: DEPKES RI.

Antioksidan, Resep Sehat dan Umur Panjang. http://www.gizi.net/. Diakses 7 Maret 2012.

Ardhini R. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran ( Phyllanthus sp. ) Terhadap Gambaran

Mikroskopik Ginjal Tikus Wistar Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Artikel Ilmiah:

Universitas Diponegoro.

Aziz Alimul Hidayat. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medica.

BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Direktorat OAI, Deputi II.

Bustan MN. 2007. Epidermiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan MS. 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Davey P. 2005. At Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.

DEPKES RI. 2011. World Diabetes Day. http://www.pppl.depkes.go.id/. Diakses 27 Mei 2012.

World Health Organization. 2012. Diabetes Media Center. http://www.who.int/. Diakses 19

Maret 2012.

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang: Dinkes

Kota Semarang.

Fahri C, Sutarno, Shanti Listyawati. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus

Page 26: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Putih (Rattus norvegicus L.) Hyperglikemik Setelah Pemberian Ekstrak Metanol Akar

Meniran (Phyllanthus niruni L). Biofarmasi.

Hartati T. 2009. Pengaruh Asupan Serat Makanan, IMT, Usia, Terhadap Kadar Glukosa Darah

Penderita Diabetes Melitus. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hidayat AA. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika.

Kusumawati D. 2004. Bersahabat Dengan Penelitian Hewan Uji Coba. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Junieva PN. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus sp.) Terhadap Gambaran

Mikroskopik Paru Tikus Wistar Yang Diinduksi Carbon Tetracloride. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Murray RK, Granner DK, Mayer PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.

Murugaiyah. 2008. Phytochemical, Pharmacological and Pharmacokinetic Studies of

Phyllanthus niruri Linn. Lignans as Potential Antihyperuricemic Agents.Kuala Lumpur:

Malaysia University.

Nwanjo HU, Oze G, Okafor M.C., Nwosu D, Nwankpa P. 2007. Protective Role of Phyllanthus

niruri Extract on Serum Lipid Profile And Oxidative Stress in Hepatocytes of Diabetic

Rats. African Journal of Biotechnology.

Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktarini R. 2010. Pengaruh Ekstrak Herba Anting-Anting (Acalypha Australis L.) Terhadap

Kadar Glukosa Darah Mencit Induksi Streptozotocin. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Page 27: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

Okoli CO, Ibiam AF, Ezike AC, Akah PA, Okoye TC. 2010. Evaluation of Antidiabetic

Potentials of Phyllanthus niruri in Alloxan Diabetic Rats. Journal of Biotechnology.

PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Type-II di

Indonesia. Jakarta: PB.PERKENI.

Proctor JE. 2005. Joslin’s Diabetes Mellitus. USA: Joslin Diabetes Center.

Rivai H, Hazli Nurdin, Hamzar Suyani dan Amri Bakhtiar. 2011. Pengaruh Cara Pengertian

Terhadap Mutu Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Majalah Farmasi Indonesia.

Sastroamoso S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Soemardji AA. 2004. Penentuan Kadar Gula Darah Mencit Secara Cepat: Untuk Diterapkan

Dalam Penapisan Aktivitas Antidiabetes Invivo. Acta Pharmaceutica Indonesia.

Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Subroto MA. 2006. Ramuan Herbal Untuk Diabetes Militus. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukestiyarno. 2012. Statistika Dasar. Semarang : Unnes.

Tjokroprawiro HA. 2001. Teknologi Baru Pada Pengelolaan Diabetes Melitus. PDII-LIPI :

Medica.

Widowati W. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes.

Widowati L, B. Dzulkarnaen, Sa’roni. 1997. Tanaman Obat Untuk Diabetes Melitus. Jakarta :

Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian Pengembangan

Kesehatan, Depkes RI.

World Health Organization (WHO). 1993. General Guidelines for Methodologies on Research

Page 28: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

and Evaluation of Traditional Medicine. Manila : Regional Office for Western Pacific.

BAB VIII

Page 29: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3

LAMPIRAN

Page 30: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3
Page 31: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3
Page 32: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3
Page 33: Laporan Proyek Fisiologi Hewan- Kelompok 3